You are on page 1of 37

TUGAS DASAR SISTEM TELEKOMUNIKASI

SISTEM KOMUNIKASI TELEVISI

OLEH :

Putu Rusdi Ariawan (0804405050)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2010
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem televisi semakin berkembang seiring dengan kemajuan


teknologi elektronika dan telekomunikasi yang semakin pesat. Pada zaman
sekarang televisi merupakan sebuah industri yang sangat maju dan
menjanjikan. Dimana televisi bukan lagi barang yang mewah dan mudah
diperoleh, dan siapaun pasti memilikinya. Manfaat televisi sangat besar sekali
pada era sekarang ini berfungsi sebagai sarana hiburan dan juga untuk
pertukaran informasi serta berita dari seluruh belahan dunia.
Berkembangnya sistem televisi ini juga dipengaruhi oleh
berkembangnya teknologi telekomunikasi, dimana telekomunikasi sekarang
jarak bukan lagi suatu masalah sehingga dunia ini terasa menjadi kecil.
Tidak hanya teknologi telekomunikasi saja yang berpengaruh tetapi
juga teknologi elektronikanya juga berkembang pesat dimana ukuran televisi
pada zaman dahulu berukuran sangat besar sekarang semakin kecil dan
berukuran mini, dan mudah di bawa kemana-mana.
Tetapi pada dasarnya sistem televisi dari dahulu hingga sekarang
mempunyai sistem yang sama, dan juga cara kerja yang sama. Karena
perkembangan teknologi inilah membuat televisi semakin berkembang.
Dari latar belakang inilah yang menjadikan alasan bagi penulis untuk
menuliskan sistem dari televisi yang tidak berubah, dan dijadikan dasar untuk
perkembangan dari sistem tersebut.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang ada adalah


bagaimana cara kerja sistem televisi serta perkembangannya.

1.3 Batasan masalah


Untuk dapat menyelesaikan permasalahan di atas, maka perlu
dilakukan pembatasan-pembatasan masalah agar dalam menulis topik
tersebut dapat lebih terarah. Adapun batasan-batasan yang diambil adalah
sebagai berikut:
1. sejarah televisi
2. sistem kerja dari televisi
3. perkembangan televisi

1.4 Tujuan
Tujuan dari paper ini adalah untuk mengetahui sejarah, sistem kerja
dan perkembangan dari televisi.
BAB II
ISI

2.1 Sejarah Televisi di Indonesia

Pada awal tahun 1968 pemerintah RI dengan bantuan UNESCO


melaksanakan serangkaian penelitian di bidang pendidikan. Di antara
penelitian tersebut salah satunya dilakukan oleh LHS Emerson dengan judul
Education in Indonesia: "Diagnosis of the present situation with identification
of priorities development". Penelitian ini menyimpulkan bahwa program radio
dan televisi pendidikan merupakan bagian integral dari pengembangan
materi dan kurikulum pendidikan, oleh karena itu harus diberi prioritas.
Selanjutnya dari hasil penelitian "Alternative Strategis for Primary Education
in Indonesia; A Cost of Effectiveness Analysis” Jamison melaporkan bahwa
dengan satuan biaya tetap perbaikan sistem pendididkan dasar dapat
dilakukan dengan media radio dalam memperbesar ratio guru murid.

Berdasarkan laporan hasil penelitian tersebut Lembaga Media


Pendidikan BPP (Badan Pengembangan Pendidikan) Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan mengadakan seminar tentang "Educational
Broadcasting" tanggal 27 Desember 1971 s. d. 15 Januari 1972 di Bogor.
Seminar tersebut memberikan rekomendasi perlu diadakannya eksperimen
siaran radio pendidikan.

Berdasarkan rekomendasi tersebut selama tahun 1972 diadakan


berbagai kegiatan untuk mempersiapkan pelaksanaan eksperimen siaran
radio pendidikan melalui Proyek Perintis Siaran Radio Pendidikan. Dalam
tahap persiapan ini BPP dengan UNESCO memberikan tugas kepada :
a. INSCORE (Institut for Social and Communication Research) mengadakan
penelitian tentang pengaruh dari siaran radio pendidikan.

b. Lembaga Penelitian Telekomunikasi Radio dan Microwave Institute


Teknologi Bandung (ITB) mengadakan studi tentang spesifikasi dan disain
pesawat penerima radio untuk siaran radio pendidikan.

c. Lembaga Manajemen Universitas Indonesia (UI) mengadakan penelitian


tentang Pengelolaan Siaran Radio Pendidikan.

Pada tahun 1973 dimulailah eksperimen Siaran Radio Pendidikan


di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil evaluasi yang
dilakukan IKIP Semarang terhadap eksperimen ini pada tahun 1974 cukup
menggembirakan. Pada tahun itu juga BPP yang kemudian menjadi
Balitbang Dikbud mengajukan usulan secara resmi kepada Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan untuk membentuk unit TKPK (Teknologi
Komunikasi untuk Pendidikan dan Kebudayaan).

Berdasarkan usulan tersebut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


pada tanggal 31 Juli 1976 membentuk Tim Penyelenggara TKPK yang terdiri
atas SPTN (Satuan Tugas Pelaksana TKPK Nasional ) di Jakarta, Semarang,
Yogyakarta dan Surabaya serta SPTD (Satuan Tugas Pelaksana TKPK
Daerah) di 11 propinsi dan Perintis Teknologi Komunikasi Pendidikan Luar
Sekolah (TKPLS) di di 9 Kabupaten dan 3 propinsi.

Pada tahun 1978 Tim TKPK dengan SPTN dan SPTD nya serta
Perintis TKPLS ditetapkan oleh Presiden menjadi Pusat Teknologi
Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan di lingkungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Berdasarkan ketetapan tersebut maka pada
bulan Juli 1979 Tim Penyelenggara TKPK dikukuhkan Pusat Teknologi
Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan. SPTN Jakarta dihapuskan, SPTN
Semarang dan Yogyakarta menjadi Balai Produksi Media Radio (BPMR).
SPTN Surabaya menjadi Balai Produksi Media Televisi (BPM-TV).
Bersamaan dengan itu SPTD di 11 propinsi dan perintis TKPLS di 3 propinsi
berubah menjadi Sanggar Teknologi Komunikasi Pendidikan dan
Kebudayaan (Sanggar Tekkom) di 14 propinsi. Keempat belas Sanggar
tersebut berada di Jayapura (Irian Jaya), Ambon (Maluku), Kupang (NTT),
Mataram (NTB), Samarinda (Kaltim), Palangkaraya (Kalteng), Pontianak
(Kalbar), Surabaya (Jatim), Semarang (Jateng), Yogyakarta DIY), Bandung
(Jabar).Ujung Pandang (Sulsel), Palu (Sulawesi Tengah), dan Kendari
(Sulawesi Tenggara)

Pada tanggal 29 Desember 1995 Menteri Negara Pendayagunaan


Aparatur Negara (MENPAN) menyetujui pembentukan 7 sanggar baru.
Berdasarkan persetujuan tersebut, pada tanggal 5 Februari 1996 Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan mengukuhkan berdirinya 7 Sanggar baru
masing-masing di propinsi Daerah Istimewa Aceh di Banda Aceh, Riau di
Pakanbaru, Sumatera Barat di Padang, Jambi di Jambi, Sumatera Selatan di
Palembang, Kalimantan Selatan di Banjarmasin dan Timor Timur di Dilli.
Dengan lepasnya Timor Timur dari pangkuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia pada tahun 1999 maka Sanggar Tekkom di Dilli secara otomatis
hapus, sehingga dengan demikian jumlah Sanggar Tekkom tinggal 20 buah
saja.

Merespon perkembangan dibidang teknologi komunikasi dan


informasi dan didasari oleh pelaksanaan otonomi daerah, sejak awal tahun
2000 PUSTEKKOM mengalami reorganisasi. Namanyapun berubah menjadi
Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan. Setelah melewati
masa masa transisi, mulai akhir 2001 reorganisasi PUSTEKKOM selesai.
Mulai dengan saat itu Sanggar-sanggar yang semula merupakan unit
pelaksana teknis PUSTEKKOM di daerah berubah menjadi unit pelaksana
teknis daerah dengan nama dan struktur organisasi yang beragam setingkat
eselon tiga. Kini PUSTEKKOM tinggal memiliki 3 unit pelaksana teknis yaitu
Balai Pengembangan Media Radio di Yogyakarta, Balai Pengembangan
Multimedia di Semarang dan Balai Pengembangan Media Televisi di
Surabaya.

2.2 Pokok-pokok Dari Televisi

2.2.1 Dasar- Dasar Transmisi Dari Penerimaan Gambar-Gambar


Kita kenal dua metode untuk menyalurkan kebesaran-kebesaran
listrik yang mengandung gambar-gambar : metode parallel dan metode
seri.
Metode paralel melaksanakan pemindahan itu dengan jalan
memberikan saluran-saluran terpisah untuk tiap titik dari gambar-gambar
seperti terlihat pada gambar 8.1(a). Metode ini dipakai pada permulaan
perioda televisi.
Metode seri dipakai dalam sistem televisi sekarang. Metode ini
memindahkan gambar – gambar dengan jalan membagi gambar dalam
beberapa garis horizontal dan garis-garis ini diraba secara listrik. Titik-titik
bercahaya pada garis-garis tersebut diambil secara berturut-turut seperti
terlihat pada gambar 8.1(b)
Gambar 2.2.1

Jika periode yang dibutuhkan untuk membagi gambar-gambar sangat


pendek, gambar-gambar yang berikutan dapat diperoleh tanpa
menimbulkan kerlip disebabkan oleh kelembaban penglihatan dari mata
kita.

2.2.2 Perabaan (Scanning)


Karena metode sering dilaksanakan dengan mengubah gambar-
gambar yang berdimensi dua kebesaran-kebesaran listrik yang berubah
dengan waktu, maka proses tersebut disebut dengan perabaan, dan garis-
garis horizontal disebut garis –garis perabaan (scanning lines).
Banyaknya gambar yang diraba dalam satu detik disebut sekian
banyak gambar perdetik. Jika jumlah garis perabaan diperbanyak, gambar
yang diperoleh akan lebih jelas dan lebih banyak gambar perdetik. Jika
jumlah garis perabaan diperkecil, maka akan timbul peristiwa kerlip pada
gambar.
Komponen yang paling halus dari tiap titik dari sebuah gambar
disebut unsur (elemen) gambar yang ukurannya merupakan sebuah segi
empat yang mempunyai lebar dari garis perabaan.
Jumlah unsur-unsur gambar yang terdapat dalam sebuah gambar
dinyatakan dengan :
b 2
N n
h
Dimana
b : lebar dari pada gambar
h : tinggi dari pada gambar
n : jumlah dari garis perabaan
Angka N ini menunjukkan derajat kejelasan (clearness). Metode
perabaannya ialah meraba secara berturut-turut gambar yang akan dikirim,
dimulai dari sudut kiri atas dari gambar, bergerak mendatar dari kiri ke
kanan dan kemudian bergerak vertikal dari garis-garis atas ke bawah
sampai semua permukaan dari gambar diraba. Frekwensi dari perabaan
untuk kedua arah dinyatakan sebagai berikut :
Frekwensi perabaan vertikal (fc) = jumlah dari perabaan gambar
dalam satu detik.
Frekwensi perabaan horizontal (fh) = jumlah dari pada frekwensi
perabaan gamabar x jumlah
dari garis perabaan
Untuk sistem NTSC jumlah dari garis perabaan adalah 525 dan
jumlah dari pada perabaan gambar dalam satu detik sama dengan 30.
perabaan dilakukan baik untuk arah vertical maupun horizontal dilakukan
oleh gelombang berbentuk gigi gergaji.

Perioda perabaan b Perioda penjejaan


kembali

c
a

T
Gambar 2.2.2 Gelombang gigi gergaji untuk perabaan
Antara a dan b pada gambar diatas diraba dengan kecepatan
tertentu dan antara b dan c perabaan secara cepat bergerak kembali ke
kiri atas dari garis perabaan berikutnya. Periode antara a dan b disebut
periode perabaan sedang, sedangkan periode b dan c disebut periode
menjejak kembali (retrace period).

2.2.3 Perabaan di Antara


Proses perabaan yang dipakai unbtuk televisi tidak selesai dengan
perabaan pertama dari garis atas ke garis bawah pada permukaan
gambar. Proses perabaan pertama dilakukan secara kasar untuk tiap-tiap
garis yang berbeda (periode ini disebut satu bidang), kemudian perabaan
kedua dilakukan dari bagian atas, diantara garis perabaan yang tidak
diraba, kebagian bawah, kemudian perabaan itu selesai (periode ini
disebut satu bingkai. Proses perabaan secara berganda tersebut diatas
dinamakan perabaan diantara. Perabaan diantara mempunyai keuntungan
mengurangi jalur frekwensi ( frequency band) yang ditempati oleh signal
video menjadi setengah tanpa mengurangi kualitas gambar. Sebaliknya,
jira jalur frekwensi dari signal video tidak berubah, maka kelip gambar
akan dikurangi menjadi setengah.

2.2.4 Signal Video


Bentuk dari signal video yang dihasilkan dari perabaan diperlihatkan
pada gambar 8.3. jarak antara a dan b menyatakan periode perabaan, dan
ini adalah kebesaran yang dibutuhkan menyatakan derajat dari pada
kilaunya (luminosity). Jarak antara b dan c menyatakan periode untuk
penjajakan kembali (retracing) dan ini merupakan kebesaran yang tidak
diperlukan untuk reproduksi gambar. Oleh sebab itu kebesaran ini
dibuang/dipotong dan disebut signal penggelapan (blanking signal). Signal
ini ditempatkan pada nilai hitam selama periode ini.
Gambar 8.1.4 Bentuk gelombang dari signal video

2.2.5 Signal Sinkronisasi


Signal sinkronisasi dikirim bersama-sama signal video dengan
maksud untuk pengaturan kecepatan dan fase perabaan, untuk
pelaksanaan perabaan diantara yang mantap antara pengiriman dan
penerimaan. Signal sinkronisasi horizontal diperuntukkan perabaan
horizontal dan signal sinkronisasi vertikal diperuntukkan perabaan vertical.
Kedua signal sinkronisasi tersebut disisipkan dalam periode penggelapan
dan berbentuk segi empat dengan warna yang lebih hitam dari nilai hitam.

2.3 Rantai Pengulang (Relaying Link)Dari Signa!Televisi

Signal televisi yang dibangkitkan di stasiun broadcast melalui kamar


pengawasnya diteruskan ke stasiun-stasiun broadcast setempat lewat
saluran pengulang.
Pada umumnya saluran microwave dipakai untuk keperluan pengulang
itu dan hubungan-hubungannya dapat dilihat pada gambar 8.2.1.
Stasiun terminal microwave didapati pada jarak 300-500 km antara
kota-kota besar dan stasiun-stasiun ini dihubungkan dengan stasiun-stasiun
broadcast televisi dalam kota melalui rantai televise yang pendek.Rantai
televisi ini merupakan pintu keluar dari program televisi.Banyak stasiun-
stasiun cabang (brhanching stasions) terdapat pada saluran pengulang dan
disini program-program dipilih,program-program mana melalui rantai televise
yang pendek diteruskan ke stasiun-stasiun televisi setempat.Pada umumnya
stasiun-stasiun setempat menyiarkan program-program yang dihimpun pada
stasiun-stasiun kunci (key stations) yang terdapat dikota-kota besar.Karena
dari stasiun-stasiun lokal tidak ada kemungkinan untuk mengirimkan
programnya ke stasiun lain,maka peranan dari stasiun-stasiun cabang adalah
untuk membagikan program saja dan oleh karena itu tidak diperlengkapi
dengan alat yang dapat memasukkan program.Tiap stasiun terminal
microwave dan stasiun cabang mempunyai alat penyambung (switching
equipment)dan dengan alat ini program-program yang dikehendaki dapat
dipilih,program-program mana kemudian diteruskan kerantai yang
menghendaki dengan cara yang sama seperti pada kantor telepon.
Signal televise yang berasal dari stasiun broadcast dikirim kestasiun-
stasiun terminal microwave melalui rantai pengulang yang pendek,dimana
proses modulasi dilksanakan menjadi signal-signal FM oleh alat terminal FM
dan setelah dimodulasi kembali menjadi signal-signal FM yang lain,signal-
signal tersebut diteruskan ke stasiun-stasiun cabang melalui cabang melalui
jalur microwave yang lain atau dikirim ke stasiun-stasiun terminal microwave
yang lain dan seterusnya.Perlu dicatat bahwa hanya jalur frekwensi
penengah (intermediate) yang dicabangkan distasiun cabang dan signal-
signal televise ini dimodulasi menjadi signal FM oleh alat terminal FM nya.

2.4 Televisi berwarna

2.4.1 Sistem NTSC

NTSC (national television system committee) yang sistemnya dipakai


di USA dan Jepang dipandang sebagai salah satu dari system-sistem standar
yang tebaik untuk broadcast televise berwarna.
Sifat-sifat khusus dari sistem ini adalah sebagai berikut:
1. sistem broadcast ini didapati pada pesawat-pesawat terima
televisi tdak berwarna (monochrome)
2. jika signal televisi monochrome diterima oleh pesawat terima
televisi berwarna, gambar monochrome dapat terlihat.
3. jalur frekuensi yang dipakai oleh televisi berwarna sama
dengan monochrome ialah 6 MHz dan lebarnya jalur tidak
bertambah. Sistem yang mempunyai sifat-sifat khusus
seperti tersebut diatas disebut mempunyai sifat
penyesuaian.
Jika diinginkan sistem televisi berwarna dimasukkan di temapat-tempat
dimana sistem televisi monochrome telah ada, maka sistem
penyesuaian dapat dikatakan sebagai salah satu kondisi yang
diperlukan.

2.4.2 Pokok-pokok dari televisi berwarna


Teori warna mengakui bahwa semua warna dapat direproduksi
dengan mencampur warna-warna dasar (primary colors): merah, biru dan
hijau. Sebagai satu kenyataan ialah bahwa gambar berwarna dapat
direproduksi dengan mencampur warna-warna dasar secara tepat. Televisi
berwarna diwujudkan dengan jalan memisahkan benda yang akan
ditelevisikan dipisahkan dalam tiga warna dasar merah, biru dan hijau
dengan kaca pemisah tiga warna.
Setelah tiap warna, yang dipisahkan, dirubah menjadi sinyal-sinyal
listrik, kemudian dikombinasikan oleh alat khusus dan dipancarkan ke udara.
Sinyal-sinyal video yang berkombinasi itu diterima oleh pesawat penerima.
Setelah tiap sinyal yang berwarna tiga diperoleh kembali dengan suatu alat
listrik, kemudian dimasukkan ke tabung sinar katode, yang berwarna tiga
maka gambar berwarna seperti yang aslinya terlihat pada layar tabung.

2.4.3 Sinyal Video TV Berwarna


Sinyal televisi berwarna dinyatakan sebagai jumlah dari sinyal terang
dan sinyal warna. Karena sinyal terang sama seperti pada televisi tidak
berwarna, komponen-komponen frekuensinya terbatas dalam 0 sampai 4
MHz. Sinyal warnanya dipasang pada subcarrier 3,58 MHz. Subcarrier ini
amplitudonya dan fasanya dimodulasi sesuai dengan amplitudo dan fasa dari
sinyal yang dimaksudkan. Ditinjau dari segi spektrum, sungguhpun sinyal
warna jalur frekuensinya luas dengan pusatnya pada 3,58 MHz, tetapi
komponen frekuensinya yang berada diatas 4 MHz. Mengenai sinyal corak
warna, jalur frekuensinya amat sempit dibandingkan sinyal terang.
Sebagai akibat dari penggabungan sinyal warna dengan sinyal terang
kita dapati jalur frekuensi yang hampir lebih sempit dari 4 MHz. Sinyal warna
terdapat dari hasil modulasi subcarrier 3,58 MHz dngan catatan kejenuhan
warna oleh hasil modulasi amplitudonya dan corak warna oleh modulasi
fasanya. Sinyal ”color burst” dipergunakan sebagai dasar untuk pengaturan
fasanya (corak warna) pada pihak penerimaan dari sinyal televisi. Sinyal
video yang terjadi, dikirim ke pemancar melalui rantai pengulang (relei),
sesudah diatur dalam ruang subkontrol dan ruang kontrol utama. Proses ini
sama seperti pada penyaluran televisi tidak berwarna.
Frekuensi dari carrier untuk sinyal audio (4,5 MHz lebih tinggi dari
carrier untuk sinyal video) ditambahkan pada lebar jalur aturan televisi untuk
pelaksanaan penyaluran sinyal audio secara modulasi frekuensi. Dengan
demikian jumlah lebar jalur yang ditempati oleh televisi sampai 6 MHz.
Proses selanjutnya seperti penggabungan sinyal video dengan sinyal audio
pada pemancar, yang kemudian dipancarkan ke udara sebagai gelombang
V.H.F atau U.H.F melalui antena, juga serupa pada televisi tidak berwarna.

2.4.4 Penerima
Penerima televisi berwarna menangkap gelombang dengan cara yang
sama seperti pada televisi tidak berwarna. Sinyal yang diterima kemudian
diperkuat dan dipisahkan menjadi sinyal suara dan sinyal video. Sinyal suara
diteruskan ke loudspeaker sedangkan sinyal video berurusan dengan proses
kebalikan dari kamera televisi. Sinyal terang dan sinyal warna diubah ke
warna pokok yang aslinya oleh sirkit matrix dan kemudian diteruskan ke
tabung sinar katode tiga warna. Tabung tiga warna mempunyai tiga senapan
elektronik, yang memancarkan tiga sinar elektronik yang besar. Jika sinyal
merah diterima, maka senjata merah digerakkan. Jika sebaliknya sinyal biru
yang diterima maka senjata biru yang diaktifkan dan memancarkan sinar
elektronik ke layar yang dapat bersinar (fluoroscent).
Di sebelah belakang dari permukaan yang dapat bersinar, didapati
sebuah pelindung yang dibuat dari logam dan berlubang-lubang. Jumlah
lubang ini sebanyak sepertiga dari jumlah bintik-bintik yang dapat bersinar.
Jika sinar elektron yang dihamburkan dari tiga penyembur elektron, melalui
lubang maka bintik yang bersangkutan yang dapat bersinar akan digetarkan.
Arah dari tiga sinar elektron dikuasai oleh kumparan defleksi elektromagnetik
dan sinar elektron merubah sepanjang permukaan dari layar yang dapat
bercahaya dengan segera. Karena intensitas dari sinar elektron dikuasai oleh
intensitas dari sinyal tiga warna, permukaan gambar, yang mempunyai warna
aslinya akan terlihat pada layar.

2.5 Transmisi Dari Signal T.V. Berwarna


Syarat transmisi yang lebih berat diperlukan untuk transmisi signal
T.V. berwarna dari pada T.V. tidak berwarna.
Sebagai contoh dalam sirkit gelombang-mikro dibutuhkan 480 sikrit
telepon untuk transmisi signal T.V. tidak berwarna, sedangkan T.V.
berwarna memerlukan 980 sikrit telepon untuk mempertahankan signal
sebaik mungkin. Karena T.V. Tidak berwarna maupun yang berwarna
membutuhkan jalur frekwensi yang sama ialah 4 MHz, maka adalah perlu
bagi T.V. berwarna untuk mengirim signal warna disamping signal terang.
Seperti telah disebut dimuka signal warna dikirim dengan cara memodulasi
amplitudo subcarrier 3,58 MHz untuk kejenuhan warna dan memodulasi
phasanya untuk warna dasarnya. Amplitudo dan phasa yang
memodulasikan harus dibuat tepat berimbang dengan signal-signal yang
mengerjakan. Jika kondisi ini tidak ditaati secara tepat, maka warna dari
gambar pihak penerima akan cacat.
Oleh sebab itu sirkit gelombang-mikro harus mempunyai linearitas
dan sifat – sifat yang baik. Persyaratan ini juga kita perlukan jika
menambah jumlah sirkit telepon.
2.5.1 D.G.
Sirkit rantai gelombang – mikro terdiri atas modulator – modulator
F.M., pengulang (repeater) dan demodulator F.M. jika lenearitas modulator
dan demodulator tidak lurus betul maka signal warna yang masuk akan
cacat dan amplitudo dari signal warna yang keluar akan berkurang seperti
yang terlihat pada gambar 8.4.1. Jika intensitas dari signal – terang
berubah dari harga yang rendah ke harga yang tinggi maka amplitudo dari
signal warna akan berkurang sesuai dengan perubahan tersebut. Hal ini
berarti, bahwa kejenuhan warna akan turun jika dibandingkan dengan
gambar aslinya. Nilai perubahan dari kejenuhan warna akibat dari
perubahan intensitas signal-terang disebut Differential Gain (D.G.) dan ini
dinyatakan dalam presen.Jika lebih kecil dari 10% hal ni masih dipandang
masih dapat diterima.

2.5.2 D.P.
Pengulang gelombang mikro mempunyai sigat untuk mengubah
waktu-lambat (sifat phasa) bagi frekwensi-frekwensi seperti yang terlihat
pada gambar 8.4.1 Jika intensitas dari signal terang berubah dari harga
yang tinggi maka warna dasarnya akan berubah akibat sigat-phasa dari
pengulang seperti terlihat pada gambar. Nilai dari perubahan ini disebut
Difrensial Phasa (D.P.) jika nilai ini kurang dari 5% maka tidak akan tampak
adanya perubahan. Oleh sebab itu sifat phasanya harus cukup baik.
Gambar 8.4.1 Distori signal-signal berwarna DP dan GD
2.5.3 Pre-emphasis
Sebuah alat yang disebut pre-emphasais terdapat pada pesawat T.V
berwarna dengan maksud menghindarkan pengaruh dari cacat-cacat yang
dibangkitkan oleh sifat-sifat D.G dan D.P. Pre-emphasis terlaksana jika
sebuah sukrit ditambahkan,yang akan menekan amplitudo dari frekwensi-
frekwensi yang lebih rendah yang terdapat pada signal F.M. pada bagian
masuk dari sirkit gelombang-mikro seperti diperlihatkan pada gambar
8.4.2(b).
Oleh alat ini akan ditekan amplitido dari frekwensi rendah dari sugnal
terang seperti terlihat pada ambar 8.4.2(c). Daerah overal dynamic akan
menjadi sempit dan sebagai akibatnya ialah cacat yang disebabkan oleh
sifat-sifat D.G dan D.P dalam transmisi akan berkurang. Pada pihak
penerima dari signal F.M didapat pada demodulatornya sebuah sirkit De-
emphasis,yang mempunyai sifat kebalikan dari Pre-emphasis. Setelah
terjadi penyamaan secara menyeluruh tidak hanya signal gambarnya yang
diperbaiki tapi cacat pada signal warna berkurang.. Jadi Pre-emphasis
memiliki pengaruh yang efektif dalam memperbaiki sirkit transmisi.
Pre-emphasis mempunyai pengaruh dalam mengurangi cacat,yang
berlaku juga untuk transmisi telepon-berganda.

Gambar 8.4.2 Sifat-sifat sirkit pengulang T.V. berwarna


2.6 Siaran Stereo

Siaran sterio menggunakan dua penggiriman dan penerimaan


denngan memakai banyak mikropon dan speker (pada dasarnya kanan dan
kiri) pada pihak penggiriman dan penerimaan.maksutna ialah agar musik dan
bunyi-bunyian lain dapat didengar dengan menimbulkan kesan ruangan yang
lebih atau kesan yang lebih nyata.

2.6.1 sistem modulasi ganda

Sistem modulasi ganda yang dipakai untuk siaran sterio,dengan


membawa dua sinyal secara serentakpada satu aluran (channel) banyak
dipakai dengan pertimbangan-pertimbangan :
1. pemakaian secara efisien dari gelombang listrik dan.
2. tersediana acara siaran bukan stereo untuk pendengar biasa.
Sistem ini disebut metoda”jumlah dan selisih” jika sinyal kiri dinyatakan
oleh L dan kanan oleh R, maka sinyal jumlah dan selisih di nyatakan
sebagai :

M = L+R
S=L–R

Dimana sinyal M adalah jumlah dan sinyal S adalah selisih dari dua
komponen.
Jika subcarrier 38 kHz dimodulasi amplitudonya oleh sinyal S dan di
campur dengan sinyal M,kita dapati signalnya (disebut signal campuran)
mempunyai komponen-komponen frekwensi seperti terlihat pada gambar
8.5.1 signak campur ini dipakai sebagai modulator dari gelombang pembawa
pemancaran melalui udara dapat terjadi.
Modulasi yang dipakai ialah F.M karena kurang peka terhadap ganggguan
dibanding dengan modulasi A.M carrier 38 kHz yang dipakai untuk
membangkitkan sinyal campuran disebut supressed. Karena sub carrier tidak
ada gunanya untuk transmisi selanjutnya setelah terjadi signal campuran
subcarrier itu ditekan . untuk itu dipakai metode “supresessed carrier
amplitudo modulation.” Tetapi subcarrier itu pada pihak penerimaan
diperlukan untuk modulasisignal S.signal pandu (pilot),yang
disinkronnisasikan dengan subcarrier sampai 19kHz,ditambahkan pada
signal campuran.
Pada pihak penerimaan subcarrier untuk demodulasi,yang
berdasarkan signal pandu,dapat diperoleh.metoda demulasi campuran yang
disebut diatas dikenal denggan sebutan suppressed carrier AM-FM (sistem
nada pandu).
Kebaikan dari sistem ini ialah,jika besarbya signal pandu dapat
dipertahankan pada suatu harga yang tepat,pelebaran yang tidak perlu dari
jalur frekwensi dapat di hindarkan. Pelebaran itu biasanya disebabkan oleh
komponen-komponen yang tidak membantu dalam tranmisi dari signal bunyi
dalam signal campuran .gbr 8.5.2. memperlihatkan bagan (bloc diagram)
susunan dari milai signal L dan R masuk sampai gelombang terjadi.

2.6.2 sifat teknik dari pemncar dan penerima

Adalah perlu untuk mempertahankan nilai selisih amplitudo dsan


selisih antara fhasa dari signal R dan L untuk mendapatkan kesan ruang
yang sesuai. Terutama pada waktu siaran musik dsb perubahan amplitudo
signal)diperlukan.
Untuk mensetandarkan perincian-perinsian teknik dari pemancar, dan
penerima dan untuk perencanaan aluran (channel) standar-standar berikut
diterapkan untuk mempertahankan kwlitas yang baik dari siaran stereo.
1. standar teknik dari pemancar. Standar teknik dari perlengkapan
pemancar terlihat pada daftar 8.5.1

Daftar 8.5.1 standar teknik untuk perlengkapan pemancar

hal Harga standar


Stabilitas gelombang frekwensi radio. Kurang dari 20 x 10-6
Jalur frekwensi yang di tempati oleh 300 kHz
gelombang radio.
Deviasi frekwensi maksimum. ± 7,5 KHz
Harga peredaman dari emisi liar ±60 dB
(untuk harga rata-rata dari daya ±6~7,5 kHz
frekwensi carrier dasar). Dalam 5 (standar untuk subcarrier)
Deviasi frekwensi dari signal pandu. Kurang dari ± 4Hz
Stabilitas frekwensi dari subcarrier. 50 µs detik-konstanta waktu
Sifat-sifat pre-emphasis Kurang dari ± 2dB
Sifat-sifat frekwensi menyeluruh
(deviasi dari kurva pre-emphasis)

2. standar teknik dari penerima. Diperhatikan dipeerhatikan karena penerima


termasuk pada pihak pendenggar sifat-sufat tekniknya menggikuti harga
dan kondisi dalam pemakaiannya.sungguhpun demikian diadakan
standar-petunjuk secara sementara seperti terlihat pada daftar 8.5.2.
Hal Harga standar
Frekwensi menenggah 10,7 MHz
Frekwensi oscilator local Frekuensi terima -10,7 MHz
Kepekaan maksimum Kurang dari 20 uV
Peredaman frekwensi cermin Lebih dari 30 dB
bayangan selektivitas
Derajat pemisah signal kanan dan Lebih dari 20 dB
signal kiri

2.6.3 Studio
Tidak ada gunanya untuk mengatakan, bahwa ada berbagai proses yang
dipakai untuk mendapatkan bunyi yang stereo benar pada saat suara itu
diambil di studio sungguhpun demikian adalah sulit untuk menilai hasil-
hasilnya, karena terlalu banyak factor yang harus diperhatikan, yang bertalian
dengan seni. Lapangannya terlalu luas untuk dinilai. Oleh sebab itu kita
batasi di sini pada peninjauan teknis dari masalahnya.
1) Penentuan mikropon
2) Pengeras dan tape-rekorder
3) Merekam dan pengambilan.
Disebabkan oleh perbedaan-perbedaan dalam kontruksi mekanismenya
dari berbagai mikropon, maka tidak dapat dihindarkan, bahwa sifat-sifatnya
yang bertalian dengan pengambilan suara sangat berbeda.
Dapat disarankan untuk memakai sepasang mikropon, yang mempunyai
sifat-sifat yang hampir sama atau suatu pasangan-mikropon (paired
microphones) yang khusus. Perhatikan pada sifat-arah (directivity
characteristics) pada pengambilan suara, sebab jika perbedaan arahnya itu
besar, maka hasil perubahan arahnya akan sangat kurang.
Mengenai penempatannya dapat dikatakan bahwa pada umumnya
responsi arahnya makin berkurang apabila jarak antara mokropon makin
diperbesar. Sebaliknya. Jika jaraknya makin diperkecil pengaruh arah makin
tajam dan pengaruh suara menjadi lebih sempit. Oleh sebab itu jarak anatara
mikropon merupakan faktor yang utama dalam memperoleh bunyi stereo.
Pada umumnya banyak mikropon ditempatkan denan jarak dan posisi
yang tepat, sambil memperhitungkan pengarah timbal-baliknya untuk
mendapatkan kesan-ruang yang sebaik mungkin.
Sehubungan dengan pengeras, dapat dikatakan tidak ada kesulitan
karena mudah mendapatkan dua sirkit yang mempunyai sifat yang sama
tidak hanya sifat-amplitudo dan phasa apa saja, tetapi juga untuk cacat dan
gangguan apa saja. Hal itu dimungkinkan karena teknologi yang tinggi
dibidang sirkit elektronik. Bagi tape-recorder masalahnya untuk memperoleh
perbedaan phasa antara suara kanan dan kiri. Dari pengalaman diketahui,
bahwa jika perbedaan phasa melebihi 60 0, kesan-arah akan sangat
berkurang. Selanjutnya perlu diperhatikan perpanjangan sisi tape yang tidak
sama dan perubahan dari tape di bawah kepala tape (tape-head).
Mengenai record stereo dan pengambilannya, sesungguhnya tidak ada
kesulitan jika dilakukan dengan hati-hati, perhatikan khusus diperlukan pada
sifat bicara-silang (cross-talk) antara signal kanan dan kiri, karena
kebocoran-kebocoran.

2. Peralatan Pemancar
Peralatan pemancar untuk siaran stereo F.M. dapat dibagi dalam dua
bagian : Pemancaran sendiri dan antena serta feeder. Dalam prinsipnya
pemancar terdiri atas sirkit matrix yang membangkitkan signal M dan S
(Gambar 1), sirkit multipleks yang membuat nignal campuran dengan
memodulasikan signal S dan subcarrier, sirkit F.M. modulation dan sirkit
pengeras daya (power amplifier). Sirkit multipleks pada umumnya terdiri atas
modulator cincin (ring modulator) dan sirkit penyampur.

Gambar 1: Diagram Blok dari pemancar

Sirkit F.M. dapat dibagi dalam “Sistem Modulasi Langsung”, dimana


frekwensi yang keluar dari oscillator langsung dimudulasi, dan “Sistem
Modulasi tidak langsung”, dimana setelah signal dari oscillator dimodulasi
phasanya kemudian diperoleh modulasi frekuensinya yang bersesuaian.

Metode yang sesuangguhnya sebagai berikut :


Sistem Modulasi Langsung
(1) Metoda tabung reaktansi
(2) Metoda FMQ
(3) Unsur reaktansi yang berubah + metode oscillator
Sistem Modulasi tidak Langsung
(1) Metoda Serrasoid
(2) Metoda Kompon Victor
Sesungguhnya modulasi langsung pada umumnya dilaksanakan dengan
sirkit yang lebih sederhana terkecuali FMQ dan memiliki kepekaan modulasi
serta sifat peredaman sirkit AFC dengan maksud menstabilkan frekwensi.
Modulasi tidak langsung, sebaliknya, menggunakan output dari oscillator
kristal dan tidak membutuhkan sirkit AFC sebagai alat menstabilkan
frekwensi. Tetapi perlu diperhatikan adanya emisi liar.
Mengenai sistem antena dan feeder, kecuali dalam hal beberapa stasiun
menggunakan antena tunggak, lebih sederhana dibanding dengan antena
siaran T.V. karena tidak memerlukan sifat jalur lebar (broadband).
Pada saat pemilihan tempat antena hal-hal berikut perlu dipertimbangkan
dengan hati-hati :
(1) Kondisi geografi dari stasiun dan daerah yang dilayani
(2) Tinggi antena
(3) Daya pancar yang efektif dan antena gain.
Untuk menambah daerah yang dilayani, perlu daya pancar efektifnya
diperbesar, yang akan menambah daya pemancar dan antena gain.
Penambahan antena gain akan menyempitkan cahaya radiasi (
radiation beam, hal mana dapat membahayakan daerah yang dilayani,
karena intensitas medannya yang rendah.
Oleh karena itu dalam melaksanakan proses harus diberikan perhatian
yang sungguh-sungguh.

3. Perlengkapan Penerima
Perlengkapan penerima untuk siaran F.M. stereo dapat dibagi dalam
dua bagian seperti pada perlengkapan pemancar : Penerima dan sistem
antena.
Gambar memperlihatkan susunan dasar dari penerima. Mengenai
kekhususan dari konstruksi sirkit, sungguhpun beberapa teknologi elektronik
dipakai, hampir sama dengan penerima F.M. biasa, terkecuali sirkit pemisah
signal.
Gambar 2. Diagram blok dari penerima

Sirkit pemisah signal terdiri atas oscillator dari sirkit subcarrier dan sirkit
demodulasi. Demodulator yang umum dipakai adalah :
1) Metoda pelipatan (multiplying) frekwensi untuk pembangkitan
subcarrier dengan jalan melipat-duakan frekwensi pandu (pilot)
2) Metoda sinkronisasi oscillator
Sungguhpun metoda 2) S/N-nya dari subcarrier tidak bergantung dari
intensitas dari gelombang yang diterima dan masalah mengenai S/N tidak
ada.
Pengendalian phasa dari oscillator yang sinkron berubah mengikuti
intensitas dari gelombang gelombang dan phasa dari signal yang dideteksi
akan terganggu sehingga mengurangi efek/pengaruh ruang dari bunyi.
Dua jenis sirkit demodulasi yang dipakai pada umumnya :
1) Kedua jalur sisi (sideband) dari komponen AM, untuk
mentransmisikan signal S, didemodulasi oleh komponen subcarrier
dan kemudian dikombinasikan dengan signal M, dilakukan sirkit
matrix, dimana signal L dan R dipisahkan.
2) Signal L dan R dipisahkan oleh pemindahan signal campuran
dengan sebuah pulsa, yang mempunyai frekwensi dan phasa yang
sama dengan subcarrier.
Metoda 1) menggunakan sirkit dari Gambar 3. perlu dilengkapi dengan
sirkit penghambat (delay) dan sirkit pengatur amplitudo dengan maksud
untuk menghindarkan perubahan-perubahan dari sifat amplitudo dari detector
A.M.

Gambar 3. Sirkit mendeteksi signal campuran yang diubah ke


signal modulasi amplitudo jalur sisi rangkap dua.

Metoda 2) menggunakan sirkit seperti pada Gambar 4. Subcarrier yang


frekwensinya 38 kHz (frekwensi untuk pemindahan/switching) dilakukan pada
dioda penyambung D1 dan D2 untuk berganti-ganti mengambil signal R dan L.
jika phasa dari subcarrier diatur tepat dan jika subcarrier negatif pada titik (a)
dari gambar, D1 akan konduktip dan mengeluarkan lengkungan (envelop) dari
L. jika subcarrier positip pada titik itu, D2 akan dikutip dan mengeluarkan
lengkungan dari R seperti dinyatakan oleh gambar.
Signal L dan R, setelah diambil contohnya, direproduksikan pada
output. Metoda ini mempunyai sifat khusus dalam bentuk pengaturan yang
mudah.
Antena penerima disediakan oleh para pendengar sendiri, dan sistem
antena yang besar dan mahal tidak dapat diharapkan. Akan tetapi dapat
dianggap tepat jika memakai kombinasi antena doublet yang dilipat (folded
doublet antenna) dan 300 ohm feeder yang pararel sebagai ketentuan.
Dalam hal ini doublet disusun dengan cara yang sama seperti antena yagi,
yang dapat menangkap dengan baik sungguhpun dalam daerah yang
mempunyai intensitas medan yang rendah.

Gambar 4. Sistem pemindah dari sirkit pemisah signal

2.7 Perkembangan Sistem Televisi

2.7.1 Sistem Televisi Kabel

Sering sekali kita mendengar orang menyebut soal TV kabel. Apa


bedanya dengan TV nonkabel? Siaran televisi (TV) kabel memang sudah
menjadi bagian hidup sebagian besar masyarakat Amerika Serikat.
Sementara di Indonesia, hal itu masih jadi konsumsi yang cukup mahal.
Dengan kondisi: jumlah operator sedikit, hanya terdapat di beberapa kota
besar (seperti Jakarta, Medan, Bandung, dan Surabaya), serta jumlah
pelanggan terbatas di masyarakat kelas atas. Sebenarnya, seperti apa sih TV
kabel itu?

Sesuai dengan namanya, kabel merupakan media penghubung


antara operator siaran TV dan pelanggan. Sistem TV kabel yang pertama
(dibuat pada tahun 1948) menggunakan kabel jenis twin lead. Kabel ini
berbentuk pita seperti yang dipasang pada TV hitam putih. Sistem berikutnya
(dibuat tahun 1950) telah menggunakan kabel coaxial. Kabel coaxial tersusun
dari konduktor dalam yang diselimuti isolator dan konduktor luar, seperti yang
dipasang antara antena dan pesawat TV zaman sekarang. Perkembangan
selanjutnya, dimanfaatkan juga jaringan microwave, satelit, dan kabel serat
optik.

Perjalanan TV kabel

Sebenarnya TV kabel pertama dibangun untuk mengatasi kesulitan


menerima siaran televisi yang dialami oleh daerah dengan penerimaan sinyal
buruk. Biasanya sebuah antena dipasang di menara yang terletak di puncak
gunung atau tempat-tempat tinggi lain di daerah itu. Kemudian, kabel
digunakan untuk menghubungkan antena dengan pesawat TV di beberapa
rumah sekitarnya.

Tahun 1948, Ed Parson yang tinggal di Astoria, Oregon, membuat


sistem community antenna television (CATV) dengan media kabel twin-lead
dan dipasang dari satu atap rumah ke atap rumah lain. Sementara itu, pada
tahun 1950, Bob Tarlton membangun sistemnya di Lansford, Pennsylvania,
dengan menggunakan kabel coaxial yang dipasang pada tiang. Ia mendapat
hak monopoli di kotanya dan menyiarkan tiga saluran bagi pelanggannya.

Ternyata kesulitan penerimaan siaran televisi tidak hanya terjadi di


daerah-daerah terpencil, tetapi juga di kota-kota yang penuh dengan gedung-
gedung tinggi. Karena itu, TV kabel juga berkembang di daerah perkotaan.
Selain itu, semakin lama tidak hanya sekadar menjadi sambungan ekstensi
dari siaran TV lokal saja, tapi sudah mampu memberikan layanan yang dapat
menyaingi siaran TV lain.

Melihat perkembangan itu, Federal Communication Commision


(FCC) membuat batasan bagi TV kabel untuk menerima siaran televisi jarak
jauh. Pada awal tahun 1970, FCC memperkuat kebijakan tadi dengan
membuat undang-undang yang membatasi kemampuan operator TV kabel
dalam menyiarkan: film, sekilas peristiwa, dan lain-lain.

Akan tetapi, pada tahun 1972 dikeluarkan kebijakan deregulasi


bertahap untuk TV kabel. Akibatnya, aturan-aturan semakin diperlonggar. Hal
itu membangkitkan industri pembuat kelengkapan televisi kabel di tingkat
lokal dan federal. Dengan demikian, terjadilah pertumbuhan layanan siaran
dan penambahan pelanggan. Penggunaan teknologi microwave, komunikasi
satelit, dan kabel serat optik sebagai media tambahan juga meningkatkan
pertumbuhan layanan. Selain itu, diperoleh pula peningkatan saluran dengan
cara kompresi data video digital.

Di Indonesia sendiri TV kabel muncul pada awal tahun 1990-an. Saat


ini sedikitnya ada tiga operator yang masih terpaku untuk melayani kalangan
tertentu di beberapa kota besar. Biaya penyambungan dan langganan yang
tinggi membuat belum banyak orang berminat menjadi pelanggan. Belum lagi
jumlah stasiun televisi yang tampaknya masih dapat memenuhi kebutuhan
sebagian besar masyarakat kita. Apalagi dengan munculnya TV-TV lokal
yang menambah semarak ragam siaran.

Diagram sistem TV kabel dari headend ke pelanggan ditunjukkan


dalam gambar. Headend adalah sumber dari sinyal yang dipancarkan ke
sistem kabel. Headend tidak hanya menerima sinyal siaran lokal untuk
dipancarkan saja, tetapi juga dapat menerima sinyal-sinyal: siaran dari kota
yang jauh, siaran dari satelit, dan dari gelombang microwave. Karena itu,
headend dilengkapi dengan perangkat penunjang, seperti menara dan
berbagai jenis antena, termasuk antena parabola, untuk menerima siaran dari
satelit.

Selain itu, headend bisa mempunyai program siaran sendiri sehingga


membutuhkan studio yang memadai untuk menghasilkan program siarannya.
Untuk aplikasi ini, headend dapat mengatur sendiri waktu dan saluran yang
diperlukan. Adapun waktu dan saluran untuk community access biasanya
dipercayakan kepada franchise lokal. Pada umumnya sistem TV kabel tidak
dapat melakukan editing kontrol terhadap kualitas atau isi program-program
community access.

Sistem kabel terdiri atas dua bagian, yaitu sistem trunk dan sistem
distribusi. Sistem trunk berfungsi untuk mengirim sinyal ke kelompok-
kelompok pelanggan. Perangkat-perangkat dalam sistem trunk adalah kabel
trunk dan trunk amplifier. Trunk amplifier berfungsi untuk menguatkan sinyal
yang melemah akibat panjangnya kabel. Ia dipasang pada tiap jarak tertentu.
Jumlah amplifier yang dipasang pada kabel dibatasi oleh nilai noise dan
distorsi pada amplifier bersangkutan. Kabel yang bermutu baik akan
mengurangi jumlah amplifier untuk panjang kabel yang sama.

Sistem distribusi berfungsi untuk mendistribusikan sinyal ke tiap-tiap


rumah dalam satu kelompok pelanggan. Antara sistem trunk dan sistem
distribusi dipasang interface yang disebut bridger amplifier. Perangkat
pendukung sistem distribusi adalah kabel distribusi, line extender amplifier,
dan tap. Fungsi line extender amplifier pada sistem distribusi serupa dengan
fungsi trunk amplifier pada sistem trunk. Tap berfungsi sebagai titik
pengambilan sinyal atau percabangan untuk kabel drop yang dihubungkan
dengan perangkat pada pelanggan. Berbeda dengan kabel distribusi yang
berstruktur kaku, kabel drop mempunyai struktur yang fleksibel/lentur.

Di rumah pelanggan, keluaran kabel drop dihubungkan dengan TV


atau VCR (video cassete recorder). Tetapi, jika TV atau VCR pelanggan tidak
dapat menemukan seluruh kanal yang ada (karena VCR tidak kompatibel
dengan sistem kabel), diperlukan converter yang berfungsi sebagai
interface/penerjemah antara TV dan sistem kabel. Biasanya, converter telah
disediakan oleh operator TV kabel. Jika sinyal siaran yang dikirim oleh
headend melalui proses pengacakan (scrambling), pada converter harus
dipasang descrambler.

Pita frekuensi dan kanal

Pita frekuensi sinyal operasi TV kabel relatif lebar, berkisar 50 MHz


sampai dengan 450 MHz, bahkan hingga 1 GHz. Pita frekuensi selebar itu
dibagi menjadi banyak kanal. Lebar tiap kanal disesuaikan dengan lebar pita
video standar yang sebesar 4,2 MHz. Semakin banyak kanal yang
digunakan, semakin lebar pula pita frekuensi yang diperlukan. Kanal-kanal ini
dikirim secara serentak lewat kabel.

Masalahnya, walaupun sistem TV kabel mempunyai pita frekuensi


yang lebar, pesawat TV yang digunakan tidak seperti itu. Karenanya, sistem
ini menyediakan beberapa kanal (umumnya kanal 2,3,4,5) sebagai kanal
rujukan bagi pesawat TV atau VCR. Di kanal itu pesawat TV berfungsi
sebagai monitor dan pemilihan siaran dilakukan dengan mengatur
tuner/penala pada converter.
Perkembangan sistem

Munculnya teknologi-teknologi terbaru dan meningkatnya kebutuhan


penganekaragaman manfaat sistem TV kabel menyebabkan sistem ini
berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangannya terjadi pada perangkat
keras maupun lunak. Di antaranya adalah penggunaan gelombang
microwave, jika menara penerima siaran jarak jauh terletak jauh dari
headend. Jika pemasangan kabel trunk atau distribusi sulit dilakukan atau
mahal, maka gelombang microwave dapat digunakan sebagai pengganti.

Munculnya kabel serat optik, yang dapat dipakai pada sistem trunk
maupun distribusi, menghasilkan sinyal siaran yang lebih baik karena tahan
terhadap gangguan cuaca atau interferensi dari gelombang radio lain.
Penggunaan kabel serat optik juga mengurangi jumlah amplifier yang
digunakan karena kabel serat optik mempunyai nilai rugi kabel yang rendah.

Diterapkannya sistem digital pada perangkat-perangkat siaran


maupun pesawat TV juga menimbulkan banyak perubahan. Teknik kompresi
video digital membuat kapasitas sistem menjadi lebih tinggi sehingga
memperbanyak jumlah kanal. Teknik-teknik Forward Error Correction (FEC)
yang dapat memperbaiki kesalahan data akibat noise juga dimanfaatkan
untuk mendapatkan laju transmisi yang lebih tinggi.

Yang cukup baru adalah pemanfaatan sistem kabel untuk Internet.


Aplikasi ini bisa terjadi jika headend menambah fungsinya sebagai gateway
Internet. Headend juga menjadi server untuk layanan web, e-mail, dan e-
news. Untuk itu, sistem kabel harus menyediakan kanal dua arah bagi
pengiriman dan penerimaan data dengan sistem LAN (Local Area Network).
Pengembangan-pengembangan lain sudah tentu harus terus
dilakukan, mengingat banyak pesaing yang selalu berusaha menjadi "one
stop server/operator" yang dapat memenuhi segala kebutuhan komunikasi
sekaligus hiburan bagi pelanggannya. Persaingan bisa muncul dari sistem
ponsel dengan TV selulernya yang lebih mobile atau saluran telepon tetap
yang dapat dikembangkan menjadi pembawa sinyal siaran video. Dengan
kelebihan-kelebihannya, sistem-sistem ini pastilah menjadi pesaing kuat bagi
TV kabel.

PRIHADI MURDIYAT Mahasiswa S2 Telekomunikasi Multimedia ITS


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Terdapat dua metode untuk menyalurkan sinyal-sinyal listrik yang
mengandung gambar yaitu metode paralel dan metode seri.
2. Karena metode sering dilaksanakan dengan mengubah gambar
yang berdimensi dua ke sinyal listrik yang berubah terhadap
waktu, maka proses ini disebut perabaan.
3. Pada sistem NTSC ada sifat-sifat khusus dari sistem ini yaitu:
Sistem broadcast ini harus bisa diterima di televisi tidak
berwarna
Jika sinyal televisi tak berwarna harus dapat diterima oleh
televisi berwarna dan gambar monochrome juga terlihat.
Jalur frekuensi yang dipakai oleh televisi berwarna sama
dengan monochrome yaitu 6 MHz dan jalur tidak
bertambah.
4. Sistem modulasi ganda di pakai untuk siaran stereo, dengan
membawa dua sinyal secara serentak pada satu saluran (chanel).

You might also like