You are on page 1of 2

ANALISIS PENYALAHGUNAAN WEWENANG OLEH KEPALA SEKSI SARANA

DAN PRASARANA SD/MI PADA DINAS PENDIDIKAN KOTA BOGOR


STUDI KASUS PUTUSAN PN BOGOR NOMOR 47/PID/B/2008/PN.BGR

SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar
SARJANA HUKUM

MOHAMAD IRFAN
010106056

Bagian
Hukum Kepidanaan dan Hukum Acara Pidana
Konsentrasi Hukum Pidana

Di bawah bimbingan :
Asmak Ul Hosnah, S.H., M.H.
Isep H. Insan , S.H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2010
ABSTRAK

Hampir semua urusan atau kewenangan pemerintahan telah diserahkan oleh


pemerintah pusat kepada pemerintahan daerah, kecuali urusan-urusan pokok seperti agama,
pertahanan, moneter, peradilan dan hubungan luar negeri. Perubahan terhadap tata
penyelenggaraan tersebut tentu saja akan membawa berbagai konsekuensi yang cukup
signifikan bagi para birokrat sebagai pelaksana penyelenggaraa negara. Permasalahan yang
sering timbul bagi pejabat yang diberi wewenang dalam menyelenggarakan urusan publik
adalah permasalahan tidak dapat membedakan antara kepentingan pribadi dan kepentingan
negara atau jabatan sehingga banyak terjadi penyalahgunaan wewenang dari seorang
pejabat publik untuk memperkaya diri sendiri. Dalam upaya penyelenggaraan desentralisasi
serta peningkatan aksesibilitas dan mutu pendidikan nasional, sejak beberapa tahun lalu
pemerintah telah mengucurkan bantuan dana untuk pembangunan pendidikan dalam bentuk
Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang Pendidikan. Dana Alokasi Khusus adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan
untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai
dengan prioritas nasional. Kendati demikian, dalam implementasinya kadangkala tidak
semulus apa yang telah digariskan. Di beberapa tempat, program bantuan ini seringkali
menjadi bola panas bagi penerimanya. Di satu sisi sekolah memang sangat membutuhkan
bantuan tersebut untuk kepentingan peningkatan mutu pendidikan disekolahnya, namun di
sisi lain resiko yang dihadapi juga tidak sederhana akibat gangguan dari sana-sini yang
tidak seharusnya terjadi, bahkan diantaranya ada yang harus berurusan dengan hukum
karena menyalahgunakan wewenangnya. Dalam pelaksanaan proses pencairan Dana
Alokasi Khusus yang terlalu berbelit-belit dan tidak dimasukannya biaya administrasi
kegiatan Dana Alokasi Khusus ke dalam pembiayaan umum akan mengakibatkan
timbulnya biaya-biaya yang tidak terduga dan tidak mungkin ditanggung sendiri oleh
pimpinan kegiatan sehingga memberikan celah serta peluang untuk melakukan
penyalahgunaan wewenang atau penyelewengan terhadap Dana Alokasi Khusus (DAK)
yang berimplikasi tindak pidana korupsi. Hal ini pernah terjadi di Kota Bogor dengan
terdakwa mantan Kepala Seksi Sarana Prasarana Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor
pada Tahun 2006. Penyalahgunaan wewenang merupakan delik inti (bestanddeel delict)
dalam tindak pidana korupsi. Selanjutnya, pelaku tindak pidana jabatan yang dengan
menyalahgunakan kewenangannya dapat dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi. Di
negara berkembang seperti Indonesia, korupsi terjadi sangat banyak karena lemahnya
penegakan hukum, terbabatnya good governance, serta keroposnya political will
pemerintah. Korupsi juga selalu bermula dan berkembang di sektor publik dengan bukti-
bukti yang nyata bahwa dengan kekuasaan itulah pejabat publik dapat menekan atau
memeras para pencari keadilan atau mereka yang memerlukan jasa pelayanan dari
pemerintah. Oleh karena itu dalam rangka menyelamatkan jalannya pembangunan dan
mengamankan hasil-hasil pembangunan perlu dilanjutkan dan ditingkatkan kebijaksanaan
serta langkah-langkah penegakan hukum berupa penindakan terhadap perkara
penyalahgunaan wewenang yang berimplikasi tindak pidana korupsi dan lain sebagainya.

You might also like