Professional Documents
Culture Documents
NIM : J3M108014
Saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Haruki Agustina selaku dosen
pengajar mata Kuliah Teknologi Pengolahan Limbah, yang telah membantu dan
membimbing saya dalam pembuatan makalah ini.
Dalam makalah ini berisi tentang industri farmasi meliputi bahan baku
produksinya, proses produksinya , karakteristik limbahnya ,design IPAL yang
layak untuk pengolahan limbah cairnya serta dampak dari limbahnya.
Saya berharap semoga makalah ini dapat memeberikan manfaat bagi saya
dan para pembaca yang peduli akan lingkungan. Saya menyadari bahwa makalah
ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu saya menerima kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2. Permasalahan.....................................................................................................3
1.3. Tujuan................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................4
2.1. Indusri Farmasi Formulasi sebagai Penghasil Limbah.........................................4
2.2. Bahan Baku Industri Farmasi Formulasi.............................................................5
2.3. Proses Produksi Farmasi Formulasi....................................................................5
2.4. Sumber-sumber Limbah Industri Farmasi Formulasi..........................................8
2.5. Karakterisasi limbah industri farmasi formulasi.................................................8
2.6. Pengolahan limbah.............................................................................................8
2.6.4.1. Equalisasi................................................................................................9
2.6.4.2. Netralisasi...............................................................................................9
2.6.4.3. Presipitasi.............................................................................................10
2.6.4.4. Sedimentasi..........................................................................................10
2.6.4.5. Aerob-Fakultatif....................................................................................10
2.6.4.6. Bak Kontrol...........................................................................................10
2.6.4.7. Pengolahan lumpur..............................................................................11
2.7. Minimalisasi Limbah.........................................................................................13
BAB III PENUTUP.........................................................................................................14
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
DAFTAR GAMBAR
ii
Gambar 1. Proses Produksi Industri Farmasi(Formulasi)....................................................7
Gambar 2. Design IPAL Industri Farmasi Formulasi..........................................................12
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Baku Mutu Kegiatan Industri Farmasi.................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Krisis air bersih sedang melanda dunia, termasuk Indonesia. Dalam acara Forum
Air Dunia II (World Water Forum) di Den Haag (Maret, 2000) disebutkan bahwa
Indonesia termasuk salah satu negara yang akan mengalami krisis air pada 2025.
Menurut Ditjen Pengairan PU (1994), potensi air permukaan Indonesia lebih
kurang 1.789 milyar m3/tahun, dengan sebaran: Irian Jaya 1.401 milyar m3/tahun,
Kalimantan 557 milyar m3/tahun dan Jawa 118 m3/tahun. Potensi total air tanahnya 4,7
milyar m3/tahun, tersebar di 224 cekungan air. Sebarannya: 1,172 milyar m3/tahun di
Jawa-Madura (60 cekungan), 1milyar m3/tahun di Sumatera (53 cekungan), 358 juta
m3/tahun di Sulawesi (38 cekungan), Irian Jaya 217 juta m3/tahun (17 cekungan),
Kalimantan 830 juta m3/tahun (14 cekungan) dan sisanya 1,123 juta m3/tahun tersebar di
beberapa pulau (Link, 2000).
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya air dimana
ketersediaan air mencapai 15.500 meter kubik per kapita per tahun, masih jauh di atas
ketersediaan air rata-rata di dunia yang hanya 8.000 meter kubik per tahun.Hal ini
dikarenakan Indonesia terletak pada iklim tropika basah. Walaupun begitu, Indonesia
masih saja mengalami kelangkaan air bersih. Sekitar 119 juta rakyat Indonesia belum
memiliki akses terhadap air bersih. Adapun yang memiliki akses, sebagian besar
mendapatkan air bersih dari penyalur air, usaha air secara komunitas serta sumur air
dalam.
Meskipun sering dinyatakan bahwa Indonesia terletak di wilayah iklim tropika
basah yang secara teoritis memiliki ketersediaan air yang tidak menjadi hambatan, namun
pada kenyataannya masalah sumberdaya air semakin lama semakin menjadi persoalan.
Secara nasional, total ketersediaan air dibandingkan dengan kebutuhan air memang masih
surplus, yaitu ketersediaannya per tahun 691,340 miliar meter kubik, sedangkan total
kebutuhan air pada tahun 2000 adalah 156,362 miliar meter kubik. Namun di beberapa
pulau di Indonesia telah mengalami defisit air yaitu Pulau Jawa, Sulawesi, Bali dan NTT
masing-masing sebesar 52,809 milyar; 9,232 milyar; 7,531 milyar dan 1,343 milyar meter
kubik.Pengurangan jumlah air tersebut diikuti pula oleh penurunan kualitas air.
Penurunan kualitas air dapat disebabkan terjadinnya pencemaran sungai .Sungai-
sungai di Pulau Jawa umumnya berada pada kondisi memprihatinkan akibat pencemaran
1
limbah industri dan limbah domestik. Padahal sebagian besar sungai itu merupakan
sumber air bagi masyarakat, untuk keperluan mandi, cuci, serta sumber baku air minum
olahan (PAM). Di Jakarta misalnya, dari hasil penelitian oleh Badan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi DKI Jakarta pada 2006, 13 sungai yang
mengalir melewati ibukota sudah tercemar bakteri Escherchia coli (E-coli). Bakteri yang
berasal dari sampah organik dan tinja manusia ini juga mencemari hampir 70 persen
tanah di kawasan ibukota, sehingga berpotensi mencemari sumber air tanah. Salah satu
sungai yang tingkat pencemarannya paling parah adalah Sungai Ciliwung. Kadar bakteri
E-coli pada sungai itu mencapai 1,6-3 juta individu per 100cc, jauh di atas baku mutu
2.000 individu per 100cc. Padahal sungai ini menjadi bahan baku air minum di Jakarta.
Sedangkan penelitian lain menyebutkan, 76,2 persen dari 52 sungai di Pulau-pulau Jawa,
Sumatera, Bali, dan Sulawesi tercemar berat oleh zat organik, termasuk 11 sungai-sungai
utama di Indonesia yang tercemar unsur amonium. Sungai-sungai yang mengalir di pulau
Jawa, seperti Jakarta, cenderung lebih tercemar oleh bakteri E-coli akibat pencemaran
tinja yang menyebabkan penyakit diare pada manusia.
Pencemaran tersebut disebabkan oleh berbagai kegiatan manusia terutama
kegiatan industrinya. Saat ini perkembangan industri di Indonesia semakin pesat.
Berbagai macam industri tersebut antara lain industri kimia, kertas, tekstil ,semen dan
farmasi. Banyaknya industri dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak
positif dari industri antara lain terciptanya lapangan pekerjaan dan pemanfaatan teknologi
baru di berbagai bidang. Adapun dampak negatifnya yaitu berasal dari limbah industri
yang bersangkutan. Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan
menjadi tiga bagian, yaitu limbah cair, gas dan partikel, serta padat. Masalah pencemaran
semakin banyak dan mengkhawatirkan, hal tersebut terlihat dari berbagai kasus
pencemaran yang terkemuka seperti pencemaran sungai oleh limbah industri, pencemaran
tanah ataupun pencemaran udara. Perkembangan industri yang demikian cepat
merupakan salah satu penyebab turunnya kualitas lingkungan.
Penanganan masalah pencemaran menjadi sangat penting dilakukan dalam
kaitannya dengan pembangunan berwawasan lingkungan terutama harus diimbangi
dengan teknologi pengendalian pencemaran yang tepat guna (Haryono, 1997).
Penanganan pencemaran air sangatlah penting, karena air yang mempunyai peranan
penting bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Air limbah
sendiri bukan hanya dihasilkan oleh industri saja melainkan oleh perumahan,
perkantoran, atau apartemen. Pengertian dari air limbah itu sendiri adalah air yang tidak
terpakai lagi yang merupakan hasil dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Dengan
2
semakin bertambah dan meningkatnya jumlah penduduk dengan segala kegiatanya, maka
jumlah air limbah juga mengalami peningkatan.
Air limbah yang berasal dari kegiatan industri lebih membahayakan
dibandingkan dengan limbah hasil domestik. Limbah cair dari industri biasanya dalam
jumlah besar dan mengandung logam-logam berbahaya yang perlu dilakukan pengolahan
terlebih dahulu. Limbah industry bersumber dari kegiatan industry baik karena proses
secara langsung maupun proses secara tidak langsung. Limbah yang bersumber langsung
dari kegiatan industry yaitu limbah sisa dari proses produksi . Sedangkan limbah tidak
langsung terproduksi sebelum dan sesudah proses produksi . Misalnya pencucian alat-alat
produksi atau oli bekas dari alat produksi tersebut.
Seperti halnya industri lainnya, industri farmasi formulasi juga menghasilkan
limbah cair yang berbahaya jika langsung dibuang ke lingkungan. Maka dilakukan
pengolahan limbah cair tersebut dengan menggunakan suatu teknologi yang disebut
dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
1.2. Permasalahan
Peningkatan kebutuhan akan obat di Indonesia telah menyebabkan peningkatan
jumlah dan kegiatan industri farmasi. Peningkatan jumlah dan kegiatan industri farmasi
ini tentu saja akan mempengaruhi kehidupan lingkungan yang bersinggungan langsung
maupun berdekatan dengan lokasi industri farmasi tersebut. Limbah industri farmasi
dapat berupa senyawa kimia toksik maupun non toksik, baik dalam bentuk padat, cair,
maupun uap. Namun kebanyakan limbah industri farmasi digolongkan sebagai limbah
berbahaya dan beracun serta membutuhkan pengolahan lebih lanjut untuk menghindari
resiko pencemaran lingkungan. Adanya limbah industri farmasi, terutama limbah cairnya
akan berkaitan erat dengan masalah pencemaran lingkungan; khususnya pencemaran
badan air yang disebabkan oleh limbah cair yang dibuang tanpa proses pengolahan
terlebih dahulu. Oleh sebab itu maka perlunya IPAL yang tepat dalam pengolahan air
limbah farmasi tersebut.
1.3. Tujuan
Tujuan pengolahan air limbah adalah untuk mengurangi BOD, partikel
tercampur, serta membunuh organisme pathogen. Pengolahan air limbah juga bertujuan
untuk menghilangkan bahan nutrisi, komponen beracun serta bahan yang tidak dapat
didegrasikan agar konsentrasi yang ada menjadi rendah. Agar saat dibuang tidak
mencemari lingkungan seperti tanah dan air yang kelak masih bisa diwariskan kepada
generasi mendatang.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.2. Bahan Baku Industri Farmasi Formulasi
Sebelum mengetahui karakteristik dari limbah yang akan dikelola, maka penting
juga mengetahui bahan –bahan yang dipakai oleh sebuah industri farmasi formulasi
dalam proses produksinya juga kegiatan domestiknya. Bahan- bahan tersebut dapat
berupa bahan baku utama, bahan penolong, , bahan kimia pada laboratorium dan bahan-
bahan kegiatan domestiknya. Bahan baku dari industri farmasi ini biasanya merupakan
bahan-bahan import jadi perusahaan hanya meraciknya sesuai dengan formulasi sendiri
ataupun sesuai dengan lisensi. Bahan-bahan yang digunakan antara lain parasetamol,
antalgin, amplisin, amoksisilin, amilum , penisilin dan bahan lainnya.
Sumber limbah salah satunya adalah yang berasal dari proses produksi untuk itu
maka perlu juga mengetahui tahapan proses produksinya agar dapat diketahui
karakteristik dari limbah yang dihasilkan selama proses produksi berlangsung. Proses
produksi diawali oleh pembagian bahan-bahan dari gudang bahan baku yang dipisahkan
untuk tiga proses produksi, yaitu prose produksi cair, padat dan semi-padat.
Proses produksi lainnya adalah proses produksi padat. Pada proses ini dilakukan
penimbangan bahan-bahan sesuai dengan formulasi obat, kemudia dijadikan utiranbutiran
basah dengan mesin granula. Setelah menjadi granula basah maka dilakukan proses
pengeringan. Lalu obat yang telah kering tadi dilakukan pengayakan yang bertujuan agar
padatan kasar dan padatan halus teerpisah sehingga padaan kasar dapat dilakukan
penghalusan kembali. Kemudian dilakukan pencampuran terakhi (final mixing) terhadap
5
obat tersebut. Setelah dilakukan pengkapsulan, pencetakan obat tablet, dan peracikan obat
bubuk. Pada obat tablet setelah selesai proses pencampuran akhir dilakukan proses
pemadatan , kemudian pelapisan obat. Setelah itu dilakukan proses pengemasan, yaitu firs
packaging dan secondary packaging.
Selain proses produksi padat dan cair, dilakukan pula proses produksi terhadap
produk semi padat. Pada proses ini hanya dilakuka proses pencampuran dengan sedikit
air. Setelah itu dilakukan proses pengemasan, yaitu firs packaging dan secondary
packaging.
6
WARE HOUSE DISPENSING
MIXING
MIXING DRYING
SIEVING
LIQUID PRODUCTION
Solid
Production
FILTERING
FINAL
MIXING
COATING
PRIMARY
PACKAGING
SECONDARY
PACKAGING
FINISHED WARE
GOODS
Gambar 1. Proses Produksi Industri Farmasi(Formulasi) HOUSE
7
2.4. Sumber-sumber Limbah Industri Farmasi Formulasi
Limbah industri farmasi formulasi dapat dari berbagai sumber dari kegiatan
tersebut dan terbagi menjadi tiga jenis limbah, yaitu padat, cair dan gas. Adapun
komponen-komponen limbahnya sebagai berikut :
Limbah padat yang antara lain berasal dari packing material bahan baku, dan debu
hasil produksi ditanggulangi dengan cara melakukan pembakaran di incenator, sementara
gas yang terbentuk dari pembakaran tersebut disalurkan melalui lime water filter.
Pengendalian selanjutnya dilakukan dengan dust collector, deduster, dan cyclone dengan
water jet.
8
2.6.2. Limbah gas
Limbah gas yang berasal dari mesin-mesin penunjang seperti diesel dan boiler
ditangani dengan cara dibuang melalui cerobong asap yang mempunyai ketinggian yang
cukup, sehingga gas tersebut terencerkan oleh udara.
Limbah cair yang berasal dari pencucian peralatan, mesin tangki, dan lain-lain
ditanggulangi dengan peralatan waste water treatment plane. Sebelum limbah tersebut
mengalir ke sungai maka limbahn diproses terlebih dahulu pada peralatan tersebut
melalui proses equalisasi, netralisasi, presipitasi, sedimentasi, kolam aerob-fakultatif, bak
kontrol, tempat lumpur, dissolved air flotation dan filtrasi.
2.6.4.1. Equalisasi
2.6.4.2. Netralisasi
9
larutan kimia tergantung pH awal limbah, jika asam maka ditambahkan NaOH
dan jika basa ditambah H2SO4. Namun pada proses ini terbentuk endapan yang
akan langsung dialirkan pada bak sludge untuk kemudian dikelola lebih lanjut.
2.6.4.3. Presipitasi
Air limbah kemudian masuk kedalam bak presipitasi. Pada bak ini air
limbah diberikan penambahan bahan kimia lime(kombinasi dari kalsium klorida,
magnesium klorida, alumunium klorida, dan garam-garam besi). Hal ini bertujuan
untuk mengurangi bahan-bahan terlarut organik dan kandungan logam berat
seperti sulfat, flourida dan fosfat dengan cara mengendapkan limbah. Kemudian
dilanjutkan pada bak sedimentasi.
2.6.4.4. Sedimentasi
2.6.4.5. Aerob-Fakultatif
10
Lampiran Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun 1995
tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.
11
Penyaringan dan pengendapan(FeSO4) Outlet
Sedimentasi Bak
Air
Limbah Equalisasi Netralisasi Presipitasi Kolam Aerob-Fakultatif Kontrol
Formulasi
tablet-cair
Sungai
INLET
Sludge
Limbah B3
Dissolved air-
Air Limbah flotation
Formulasi Detoksikasi
Antibiotika
Filtrasi
Sludge disposal
Gambar 1. Design IPAL Industri Farmasi Formulasi Insinerasi Landfill
12
2.6.5. Limbah Bahan berbahaya dan beracun (B3) Industri Farmasi
Selain limbah yang dapat diolah sebenarnya sebagian besar yang dihasilkan oleh
kegiatan industri farmasi merupakan limbah berbahaya dan beracun yang pelu dikelola
lebih lanjut agar tidak membahayakan lingkungan.
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B-3), adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau
Konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup Manusia serta Makhluk Hidup lainnya
(PP no. 18 tahun 1999 tentang Limbah B 3). Adapun sumber sumber dari limbah B3
tersebut berasal dari sludge IPAl, oli bekas, bahan baku kadaluwarsa, Pengolahan limbah
tersebut awalnya dibakar pada rotarkiln merupakan salah satu jenis incinerator. Setelah
itu baru abu dari sisa pembakaran pada insinerator dibawa ke suatu perusahaan
pengolahan limbah B3 untuk kemudian dikelola melalui penimbunan atau landfill.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Industri Farmasi merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah. Jika
limbah tersebut langsung dibuang ke lingkungan maka dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan. Limbah-limbah pada industri ini dapat dari proses berlangsungnya produksi
ataupun yang berasal dari kegiatan domestik atau non produksinya. Limbah yang
dihasilkan oleh industri farmasi formulasi ini dapat berbentuk padat, cair dan gas. Limbah
cair yang dapat mencemari sumber air maka limbah cair tersebut perlu dilakukan suatu
pengolahan limbah.Kualitas air limbah farmasi sangat bervariasi akibat keanekaragaman
bahan baku, proses produksi dan juga produk yang dihasilkan. Pengolahan limbah cair
memerlukan suatu teknologi pengolahan yang tepat, maka diperlukan suatu design IPAL
yang tepat juga. Design IPAL yang layak dengan melibatkan 3 teknlogi pengolahan
limbah yaitu cara fisika, kimia dan biologi. Selanjutnya pengolahan limbah
diklasifikasikan lagi menjadi pretreatment, primary treatment system, secondary
treatment system dan tertiary treatment system.
Pada design IPAL yang dibuat maka terdapat beberapa tahapan proses
pengolahan sebelum akhirnya dibuang ke sungai. Tahapan-tahapan proses tersebut
meliputi proses equalisasi, netralisasi, presipitasi, sedimentasi, kolam aerob-fakultatif,
bak kontrol, tempat lumpur, dissolved air flotation dan filtrasi. Pemilihan teknologi
terebut didasari oleh karakteristik dari air limbah yang meliputi kandungan senyawa
organik (BOD dan COD), bahan padat tersuspensi, derajat keasaman, komponen
toksisitasnya, dan jumlah pembuangan limbah setiap harinya. Selain itu pemilihan
teknologi juga didasari oleh baku mutu lingkungan, biaya operasional dan lahan yang
harus disediakan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Air dan Sanitasi untuk Kesehatan (Kompas 19 Maret 2008), 49
Andi Iqbal Burhanuddin, Fenomena Pemanasan Global dan Dampaknya (22 Nov 2007)
www.fajar.co.id
Ibrahim, Dr. Slamet , 2009, Pengolahan Limbah Industri Farmasi, tersedia online,
http://download.fa.itb.ac.i (25 November 2009)
15