You are on page 1of 19

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN ELEKTRONIKA DASAR MELALUI PENDEKATAN


BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING)

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah MKPE

Di susun oleh:
Nama : Kurnia Nursyahriati
No. Reg : 5215 07 0249

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2010
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
nikmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga makalah yang
berjudul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Elektronika Dasar Melalui Pendekatan Belajar Tuntas (Mastery Learning)” ini
dapat terselesaikan sebagaimana yang telah direncanakan.
Tidak lupa salawat serta salam penulis haturkan kepada Junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya hingga
akhirzaman yang selelu berada dijalan kebenaran.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada bapak Dr. Bambang
Dharmaputra M.Pd selaku dosen mata kuliah Metodologi Khusus Pengajaran
Elektronika (MKPE).
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai suatu telaah terhadap
upaya peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Elektronika Dasar
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang
di pakai dalam makalah ini adalah Pendekatan Belajar Tuntas (Mastery Learning)
yang dapat menjadi acuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di mata
pelajaran elektronika dasar dengan memberikan pelajaran tambahan (remedial)
pada siswa yang mengalami kesulitan mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan agar mereka juga bisa sukses melewati kajian itu dan memberikan
pengayaan (enrichment) kepada siswa yang berhasil tuntas menguasai kajian yang
telah diajarkan. Pendekatan ini mengupayakan agar siswa yang lamban menyerap
kajian tidak merasa rendah diri, dan siswa yang cepat mengusai kajian tidak
menjadi tinggi hati, juga dapat menumbuhkan rasa percaya diri.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca guna menjadi bahan evaluasi
bagi penulis dalam pembuatan karya tulis berikutnya.
Jakarta, Juni 2010
Penulis
ABSTRAK

Berbicara tentang mutu pendidikan yang rendah salah satunya disebabkan


oleh kurangnya motivasi dalam diri siswa untuk belajar karena rendahnya daya
serap atau prestasi belajar, atau belum terwujudnya keterampilan proses dan
pembelajaran yang menekankan pada peran aktif peserta didik, inti persoalannya
adalah pada masalah “Ketuntasan belajar” yakni pencapaian taraf penguasaan
minimal yang ditetapkan bagi setiap kompetensi secara perorangan. Masalah
ketuntasan belajar merupakan masalah yang penting, sebab menyangkut masa
depan peserta didik, terutama mereka yang mengalami kesulitan belajar.
Persoalan ini dialami siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung
salah satunya pada mata pelajaran Elektronika Dasar di SMK, pada saat proses
berlangsung terdapat siswa yang memiliki daya tangkap yang kurang sehingga
tertinggal dari temannya yang sudah menguasai maka menyebabkan motivasi
dalam dirinya menurun. Sebagai guru yang sabar seharusnya dapat memberikan
strategi pembelajaran agar siswa yang memiliki motivasi yang kurang tersebut
tidak merasa rendah diri lagi dan timbul percaya diri dalam dirinya.
Pendekatan Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) adalah salah satu
usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai
penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi tertentu. Pendekatan ini mengacu
pada ketuntasan individual siswa dan memberikan kebebasan pada siswa untuk
belajar, serta untuk mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar, sehingga
dengan penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi
masing-masing peserta didik secara optimal walaupun dalam kegiatan belajar
ditujukan kepada sekelompok peserta didik (klasikal).

Kata Kunci: peningkatan motivasi, elektronika dasar, pendekatan belajar tuntas


(mastery learning).
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia kurang memberikan kesempatan kepada
peserta didik dalam berbagai mata pelajaran untuk mengembangkan
kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis, serta
kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual. Proses
pendidikan dalam sistem persekolahan kita termasuk di SMK, umumnya
belum menerapkan pembelajaran sampai peserta didik menguasai materi
pembelajaran secara tuntas salah satunya pada mata pelajaran Elektronika
Dasar. Akibatnya, banyak peserta didik yang tidak menguasai materi
pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Tidak heran
kalau mutu pendidikan secara nasional masih rendah.
Sesuai dengan cita-cita dari tujuan pendidikan nasional, guru perlu
memiliki beberapa prinsip mengajar yang mengacu pada peningkatan
kemampuan internal peserta didik di dalam merancang strategi dan
melaksanakan pembelajaran. Peningkatan potensi internal itu misalnya dengan
menerapkan jenis-jenis strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik mampu mencapai kompetensi secara penuh, utuh dan kontekstual.
Pendekatan pembelajaran diarahkan pada upaya mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam mengelola perolehan belajar (kompetensi)
yang paling sesuai dengan kondisi masing-masing. Dengan demikian proses
pembelajaran lebih mengacu kepada bagaimana peserta didik belajar dan
bukan lagi pada apa yang dipelajari.
Untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya adalah menggunakan
Pendekatan Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) yang bertujuan untuk
memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap
kompetensi tertentu. Pendekatan ini mengacu pada ketuntasan individual
siswa dan memberikan kebebasan pada siswa untuk belajar, serta untuk
mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar, sehingga dengan
penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi
masing-masing peserta didik secara optimal dan mengupayakan agar siswa
yang lamban menyerap kajian tidak merasa rendah diri, dan siswa yang cepat
mengusai kajian tidak menjadi tinggi hati, juga dapat menumbuhkan rasa
percaya diri.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas memunculkan beberapa permasalahan terkait
dengan proses pembelajaran siswa yang terkait dengan motivasi belajar siswa
SMK pada mata pelajaran Elektronika Dasar melalui Pendekatan
Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning). Diantaranya adalah:
a. Pemahaman tentang motivasi, mata pelajaran Elektronika Dasar, dan
Pendekatan Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)
b. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa SMK pada mata pelajaran
Elektronika Dasar.

3. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
a. Memberikan solusi kepada para pengajar dalam melakukan proses
pembelajaran bisa menggunakan macam-macam strategi pembelajaran dan
salah satunya mengunakan Pendekatan Pembelajaran Tuntas (Mastery
Learning) .
b. Memberitahukan apa itu Pendekatan Pembelajaran Tuntas (Mastery
Learning).
c. Meningkatkan kualitas lulusan Sekolah Menengah Kejuruan dengan
menguasai mata pelajaran dasar.

4. Metode Pembahasan
Penulis menggunakan tinjauan pustaka dan analisis yang mendasar terhadap
pembuatan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Motivasi
Secara etimologis, Winardi (2002 : 1, dalam artikel Rasto)
menjelaskan istilah motivasi (motivation) berasal dari perkataan bahasa Latin,
yakni movere yang berarti menggerakkan (to move). Diserap dalam bahasa
Inggris menjadi motivation berarti pemberian motif, penimbulan motif atau
hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan.
Selanjutnya Winardi (2002:33) mengemukakan, motivasi seseorang
tergantung kepada kekuatan motifnya. Berdasarkan hal tersebut diskusi
mengenai motivasi tidak bisa lepas dari konsep motif. Pada intinya dapat
dikatakan bahwa motif merupakan penyebab terjadinya tindakan. Steiner
sebagaimana dikutip Hasibuan (2003:95, dalam artikel Rasto) mengemukakan
motif adalah “suatu pendorong dari dalam untuk beraktivitas atau bergerak
dan secara langsung atau mengarah kepada sasaran akhir”. Ali sebagaimana
dikutip Arep dan Tanjung 2004:12, dalam artikel Rasto) mendefinisikan motif
sebagai “sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang”.
Motivasi (wikipedia.org) adalah proses yang menjelaskan intensitas,
arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen
utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan.
Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait
dengan dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak
menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan
dengan arah yang menguntungkan organisasi.[2] Sebaliknya elemen yang
terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat
mempertahankan usahanya.
Sedangkan beberapa pengertian menurut para ahli manajemen sumber
daya manusia, diantaranya yaitu: (dalam arikel Anne Ahira)
1. Motivasi menurut Wexley & Yukl adalah pemberian atau penimbulan
motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif.
2. Motivasi menurut Mitchell, motivasi mewakili proses - proses
psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya
persistensi kegiatan- kegiatan sukarela yang diarahkan ke tujuan tertentu.
3. Ray lebih suka menyebut pengertian motivasi sebagai sejumlah proses,
yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang
menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal
melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.
Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke
arah suatu tujuan. Motivasi membuat keadaan dalam diri individu muncul,
terarah, dan mempertahankan perilaku, menurut Kartini Kartono motivasi
menjadi dorongan (driving force) terhadap seseorang agar mau melaksanakan
sesuatu. Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda
antara yang satu dengan yang lain. Untuk itu, diperlukan pengetahuan
mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta kemampuan teknik
menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi/dorongan bagi mereka
untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
individu lain/ organisasi.
Pengertian Motivasi Belajar yang paling sederhana
(motivasibelajar.net) adalah sesuatu yang menggerakkan orang baik secara
fisik atau mental untuk belajar. Sesuai dengan asal katanya yaitu Motif yang
berarti sesuatu yang memberikan dorongan atau tenaga untuk melakukan
sesuatu. Karena kita bicara tentang belajar maka ya sesuatu yang mendorong
kita untuk belajar untuk mendapatkan sesuatu.
Kesimpulan dari beberapa tulisan diatas Motivasi adalah sesuatu
dorongan yang berada dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dan
untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Sedangkan motivasi belajar
adalah sesuatu dorongan dalam diri siswa untuk melakukan suatu
pembelajaran agar mendapatkan sesuatu yaitu ilmu, pengalaman, ataupun
yang lainnya.
Beberapa faktor di bawah ini sedikit banyak memberikan penjelasan
mengapa terjadi perbedaaan motivasi belajar pada diri masing-masing orang,
di antaranya:
Ø Perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan
hasrat seksual.
Ø Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan
intelektual.
Ø Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya.
Ø Perbedaan harga diri (self esteem needs). Contohnya prestise memiliki
mobil atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain.
Ø Perbedaan aktualisasi diri (self actualization), tersedianya kesempatan bagi
seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya
sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Terdapat dua faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk
belajar, yaitu:
Ø Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini
terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar
untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.
Ø Kedua, motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa
rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat
memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.

B. Elektronika Dasar
Elektronika adalah ilmu yang mempelajari alat listrik arus lemah yang
dioperasikan dengan cara mengontrol aliran elektron atau partikel bermuatan
listrik dalam suatu alat seperti komputer, peralatan elektronik, termokopel,
semikonduktor, dan lain sebagainya. Ilmu yang mempelajari alat-alat seperti
ini merupakan cabang dari ilmu fisika, sementara bentuk desain dan
pembuatan sirkuit elektroniknya adalah bagian dari teknik elektro, teknik
komputer, dan ilmu/teknik elektronika dan instrumentasi.
Alat-alat yang menggunakan dasar kerja elektronika ini biasanya
disebut sebagai peralatan elektronik (electronic devices). Contoh peralatan/
piranti elektronik ini: Tabung Sinar Katoda (Cathode Ray Tube, CRT), radio,
TV, perekam kaset, perekam kaset video (VCR), perekam VCD, perekam
DVD, kamera video, kamera digital, komputer pribadi desk-top, komputer
Laptop, PDA (komputer saku), robot, smart card, dll.
Elektronika Dasar adalah mata pelajaran yang mempelajari proses
terjadinya aliran listrik, elektronika dasar juga mempelajari tentang komponen
elektronika serta fungsi-fungsinya.
Dalam mempelajari mata pelajaran ini kita akan mengetahui fungsi-
fungsi dari komponen elektronika dan mengetahui sejarah alat elektronika
dapat berbentuk seperti saat ini seperti televisi, radio, komputer, dll. Iru semua
berawal dari kumpulan komponen yang sangat kecil kemudian dirangkai dan
akhirnya dapat mengoperasikan sesuatu yang diinginkan.
Pada saat ini komponen elektronika sudah berbentuk lebih ringkas
seperti yang kita ketahui yaitu IC (Integrated Circuit) adalah kumpulan dari
beribu-ribu bahkan sekarang jutaan transistor berda dalam IC tersebut.
Elektronika dasar merupakan mata pelajaran yang sering kali di
remehkan oleh siswa karena menganggapnya mudah untuk dipelajari padahal
sering kali pada saat ujian nilai elektronika dasar pada jatuh padahal mata
pelajaran ini merupakan mata pelajaran produktif.
Oleh karena itu sebagai guru seharusnya memikirkan mengapa
ketuntasan yang diharapkan terkadang tidak sesuai harapan dan itu perlu
dianalisa, sehingga guru dapat melakukan beberapa strategi agar proses
pembelajaran sesuai yang diharapakan dan hasil pembelajaran itu tercapai dan
tidak hanya bersifat sementara tetapi tetap.
Begitu juga dalam mata pelajaran elektronika dasar ini, guru harus
memikirkan apa kendala yang dihadapi siswa pada mata pelajaran ini dan bisa
menggunakan strategi pembelajaran secara tepat, efektif dan efisien. Strategi
guru tersebut juga harus menumbuhkan motivasi belajar siswa dikelas maupun
diluar kelas sehingga mereka benar-benar serius mempelajari pelajaran yang
telah disampaikan oleh guru.

C. Pendekatan Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)


Belajar tuntas (Mastery learning) adalah proses belajar mengajar yang
bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai
sepenuhnya oleh siswa. Belajar tuntas ini merupakan strategi pembelajaran
yang diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok (group
based approach).
Dengan system belajar tuntas diharapkan program belajar mengajar
dapat dilaksanakan sedemikian rupa agar tujuan yang diharapkan dapat
tercapai dan diperoleh secara optimal sehingga proses belajar mengajar lebih
efektif dan efisien. Secara operasional perwujudannya adalah : Nilai rata-rata
seluruh siswa dalam satuan kelas dapat ditingkatkan dan jarak antara siswa
yang cepat dan lambat belajar menjadi semakin pendek.
Belajar tuntas (mastery learning) (wikipedi.org) adalah filosofi
pembelajaran yang berdasar pada anggapan bahwa semua siswa dapat belajar
bila diberi waktu yang cukup dan kesempatan belajar yang memadai. Selain
itu, dipercayai bahwa siswa dapat mencapai penguasaan akan suatu materi bila
standar kurikulum dirumuskan dan dinyatakan dengan jelas, penilaian
mengukur dengan tepat kemajuan siswa dalam suatu materi, dan pembelajaran
berlangsung sesuai dengan kurikulum. Dalam metoda belajar tuntas, siswa
tidak berpindah ke tujuan belajar selanjutnya bila ia belum menunjukkan
kecakapan dalam materi sebelumnya.
Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam proses pembelajaran
berbasis kompetensi dimaksudkan adalah pendekatan dalam pembelajaran
yang mempersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar
kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Dalam model
yang paling sederhana, dikemukakan bahwa jika setiap peserta didik diberikan
waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat
penguasaan, dan jika dia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka besar
kemungkinan peserta didik akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi.
Tetapi jika peserta didik tidak diberi cukup waktu atau dia tidak dapat
menggunakan waktu yang diperlukan secara penuh, maka tingkat penguasaan
kompetensi peserta didik tersebut belum optimal.
1. Dasar – Dasar Belajar Tuntas
Landasan konsep dan teori belajar tuntas (Mastery Learning
Theory ) adalah pandangan tentang kemampuan siswa yang dikemukakan
oleh John B. Carroll pada tahun 1963 berdasarkan penemuannya yaitu
“Model of School Learning” yang kemudian dirubah oleh Benyamin S.
Bloom menjadi model belajar yang lebih operasional. Selanjutnya oleh
James H. Block model tersebut lebih disempurnakan lagi.
Sedangkan menurut Carroll bakat atau pembawaan bukanlah
kecerdasan alamiah, melainkan jumlah waktu yang diperlukan oleh siswa
untuk menguasai suatu materi pelajaran tertentu. Benyamin melaksanakan
konsep belajar tuntas itu ke dalam kelas melalui proses belajar mengajar
pelaksanaaannya sebagai berikut :
a. Bagi satuan pelajaran disediakan waktu belajar yang tetap dan pasti.
b. Tingkat penguasaan materi dirumuskan sebagai tingkat penguasaan
tujuan pendidikan yang essensial.
Untuk lebih menggalakkan konsep belajar tuntas James H. Block
mencoba mengurangi waktu yang diperlukan untuk mempelajari suatu
materi pelajaran di dalam waktu yang tersedia, yaitu dengan cara
meningkatkan semaksimal mungkin kualitas pengajaran. Jadi pelaksanaan
oleh James H Block mengandung arti bahwa :
a. Waktu yang sebenarnya digunakan diusakan diperpanjang semaksimal
mungkin.
b. Waktu ytang tersedia diperpendek sampai semaksimal mungkin
dengan cara memberikan pelayanan yang optimal dan tepat.

2. Strategi Belajar Tuntas


Benyamin S. Bloom (1968) di dalam kertas kerjanya “learning for
mastery theory and practice” mengembangkan atau mengoperasionalkan
“model of school learning” konsep John B Carroll (1963). Pengembangan
itu berupa penyusunan suatu strategi belajar tuntas dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar.
Pada pokoknya satrategis itu ialah “jika kepada siswa diberikan
waktu yang cukup (sufficient) dan mereka diperlakukan secara tepat
(appropriate treatment), maka mereka akan mampu dan dapat belajar
sesuai dengan tuntutan dan sasaran (obyektives) yang diharapkan”.
Selanjutnya menurut Bloom beberapa implikasi belajar tuntas
dapat disebutkan sebagai berikut :
a. Dengan kondisi optimal, sebagian besar siswa dapat menguasai materi
pelajaran secara tuntas (mastery learning).
b. Tugas guru adalah mengusahakan setiap kemungkinan untuk
menciptakan kondisi yang optimal, meliputi waktu, metode, media dan
umpan yang baik bagi siswa.
c. Yang dihadapi guru adalah siswa-siswa yang mempunyai
keanekaragaman individual. Karena itu kondisi optimal mereka juga
beraneka ragam.
d. Perumusan tujuan instruksional khusus sebagai satuan pelajaran
mutlak diperhatikan, agar supaya para siswa mengerti hakikat tujuan
dan prosa dan belajar.
e. Bahan pelajaran dijabarkan dalam satuan-satuan pelajaran yang kecil-
krcil dan selalu diadakan pengujian awal (pretest) pada permulaan
pelajaran dan penyajian akhir (posttest) pada akhir satuan akhir
pelajaran.
f. Diusahakan membentuk kelompok-kelompok yang kecil (4-6 orang)
yang dapat berteman secara teratur sehingga dapat saling membantu.
g. dalam memecahkan kesulitan-kesulitan belajar siswa secara efektif dan
efisien.
h. Sistem evaluasi berdasarkan atas tingkat penguasaan tujuan
instruksional khusus bagi materi pelajaran yang bersangkutan yaitu
menggunakan “criteria referenced test” bukannya “norm referenced
test”.
Strategi pembelajaran tuntas sebenarnya menganut pendekatan
individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada
sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi juga mengakui dan
memberikan layanan sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual
peserta didik, sehingga pembelajaran memungkinkan berkembangnya
potensi masing-masing peserta didik secara optimal. Adapun langkah-
langkahnya adalah :
• mengidentifikasi prasyarat (prerequisite),
• membuat tes untuk mengukur perkembangan dan pencapaian
kompetensi,
• mengukur pencapaian kompetensi peserta didik.
Metode pembelajaran yang sangat ditekankan dalam pembelajaran
tuntas adalah pembelajaran individual, pembelajaran dengan teman atau
sejawat (peer instruction), dan bekerja dalam kelompok kecil. Berbagai
jenis metode (multi metode) pembelajaran harus digunakan untuk kelas
atau kelompok.
Pembelajaran tuntas sangat mengandalkan pada pendekatan tutorial
dengan sesion-sesion kelompok kecil, tutorial orang perorang,
pembelajaran terprogram, buku-buku kerja, permainan dan pembelajaran
berbasis komputer (Kindsvatter, 1996).

3. Ciri-ciri belajar/mengajar dengan prinsip Belajar Tuntas


Pada dasarnya ada enam macam ciri pokok pada belajar/mengajar
dengan prinsip belajar tuntas, yaitu :
a. Berdasarkan atas tujuan instruksional yang hendak dicapai yang sudah
ditentukan lebih dahulu.
b. Memperhatikan perbedaan individu siswa (asal perbedaan) terutama
dalam kemampuan dan kecepatan belajarnya.
c. Menggunakan prinsip belajar siswa aktif.
d. Menggunakan satuan pelajaran yang kecil.
e. Menggunakan system evaluasi yang kontinyu dan berdasarkan atas
kriteria, agar guru maupun siswa dapat segera memperoleh balikan.
f. Menggunakan program pengayaan dan program perbaikan.

4. Variabel-variabel Belajar Tuntas


a. Bakat siswa (aptitude) : Hasil penelitian menunjukan bahwa ada
korelasi yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil pelajaran.
b. Ketekunan belajar (perseverance) : Ketekunan erat kaitannya dengan
dorongan yang timbul dalam diri siswa untuk belajar dan mengolah
informasi secara efektif dan efisien serta pengembangan minat dan
sikap yang diwujudkan dalam setiap langkah instruksional.
c. Kualitas pembelajaran (quality of instruction) : Kualitas pembelajaran
merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk aktif belkajar belajar
dan mempertahankan kondisinya agar tetap dalam keadaan siap
menerima pelajaran.Kualitas pembelajaran ditentukan oleh kualitas
penyajian, penjelasan, dan pengaturan unsure-unsur tugas belajar.
Kesempatan waktu yang tersedia (time allowed for learning) :
Penyediaan waktu yang cukup untuk belajar dalam rangka mencapai
tujuan instruksional yang ditetapkan dalam suatu mata pelajaran, bidang
studi atu pokok bahasan yang berbeda-beda sesuai dengan bobot bahan
pelajaran dan tujuan yang ditetapkan.

5. Peran Guru dalam Belajar Tuntas


Strategi pembelajaran tuntas menekankan pada peran atau
tanggung jawab guru dalam mendorong keberhasilan peserta didik secara
individual. Pendekatan yang digunakan mendekati model Personalized
System of Instruction (PSI) seperti dikembangkan oleh Keller, yang lebih
menekankan pada interaksi antara peserta didik dengan materi/objek
belajar. Peran guru harus intensif dalam hal-hal berikut:
a. Menjabarkan/memecah KD (Kompetensi Dasar) ke dalam satuan-
satuan (unit-unit) yang lebih kecil dengan memperhatikan pengetahuan
prasyaratnya.
b. Mengembangkan indikator berdasarkan SK/KD.
c. Menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk yang bervariasi.
d. Memonitor seluruh pekerjaan peserta didik.
e. Menilai perkembangan peserta didik dalam pencapaian kompetensi
(kognitif, psikomotor, dan afektif).
f. Menggunakan teknik diagnostik.
g. Menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi peserta
didik yang mengalami kesulitan.
6. Peran Siswa dalam Belajar Tuntas
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang memiliki pendekatan
berbasis kompetensi sangat menjunjung tinggi dan menempatkan peran
peserta didik sebagai subjek didik. Fokus program pembelajaran bukan
pada “Guru dan yang akan dikerjakannya” melainkan pada ”Peserta didik
dan yang akan dikerjakannya”. Oleh karena itu, pembelajaran tuntas
memungkinkan peserta didik lebih leluasa dalam menentukan jumlah
waktu belajar yang diperlukan. Artinya, peserta didik diberi kebebasan
dalam menetapkan kecepatan pencapaian kompetensinya. Kemajuan
peserta didik sangat bertumpu pada usaha serta ketekunannya secara
individual.

7. Evaluasi
Penting untuk dicatat bahwa ketuntasan belajar dalam KTSP
ditetapkan dengan penilaian acuan patokan (criterion referenced) pada
setiap kompetensi dasar dan tidak ditetapkan berdasarkan norma (norm
referenced). Dalam hal ini batas ketuntasan belajar harus ditetapkan oleh
guru, misalnya apakah peserta didik harus mencapai nilai 75, 65, 55, atau
sampai nilai berapa seorang peserta didik dinyatakatan mencapai
ketuntasan dalam belajar. Asumsi dasarnya adalah:
a. Bahwa semua orang bisa belajar apa saja, hanya waktu yang
diperlukan berbeda,
b. Standar harus ditetapkan terlebih dahulu, dan hasil evaluasi adalah
lulus atau tidak lulus. (Gentile & Lalley: 2003)
Sistem evaluasi menggunakan penilaian berkelanjutan, yang ciri-
cirinya adalah:
a. Ulangan dilaksanakan untuk melihat ketuntasan setiap Kompetensi
Dasar
b. Ulangan dapat dilaksanakan terdiri atas satu atau lebih Kompetensi
Dasar (KD)
c. Hasil ulangan dianalisis dan ditindaklanjuti melalui program remedial
dan program pengayaan.
d. Ulangan mencakup aspek kognitif dan psikomotor
e. Aspek afektif diukur melalui kegiatan inventori afektif seperti
pengamatan, kuesioner, dsb.
Sistem penilaian mencakup jenis tagihan serta bentuk
instrumen/soal. Dalam pembelajaran tuntas tes diusahakan disusun
berdasarkan indikator sebagai alat diagnosis terhadap program
pembelajaran. Dengan menggunakan tes diagnostik yang dirancang secara
baik, peserta didik dimungkinkan dapat menilai sendiri hasil tesnya,
termasuk mengenali di mana ia mengalami kesulitan dengan segera.
Sedangkan penentuan batas pencapaian ketuntasan belajar, meskipun
umumnya disepakati pada skor/nilai 75 (75%) namun batas ketuntasan
yang paling realistik atau paling sesuai adalah ditetapkan oleh guru mata
pelajaran, sehingga memungkinkan adanya perbedaan dalam penentuan
batas ketuntasan untuk setiap KD maupun pada setiap sekolah dan atau
daerah.
Mengingat kecepatan tiap-tiap peserta didik dalam pencapaian KD
tidak sama, maka dalam pembelajaran terjadi perbedaan kecepatan belajar
antara peserta didik yang sangat pandai dan pandai, dengan yang kurang
pandai dalam pencapaian kompetensi. Sementara pembelajaran berbasis
kompetensi mengharuskan pencapaian ketuntasan dalam pencapaian
kompetensi untuk seluruh kompetensi dasar secara perorangan. Implikasi
dari prinsip tersebut mengharuskan dilaksanakannya program-program
remedial dan pengayaan sebagai bagian tak terpisahkan dari penerapan
sistem pembelajaran tuntas.

D. Penerapan Belajar Tuntas (Mastery Learning) dalam Meningkatkan Motivasi


Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Elektronika Dasar
Penerapan metode ini dalam pembelajaran elektronika dasar adalah
pada saat pengenalan komponen-komponen dasar siswa diberikan kelompok
belajar tetapi setiap individu juga harus mengetahui komponen-komponen
dasar serta kegunaannya. Guru memperbolehkan siswa belajar dari berbagai
sumber.
Penerapan lainnya ketika ada siswa yang tidak paham guru
membimbing siswa tersebut dengan perlahan agar siswa tidak merasa rendah
diri terhadap teman yang lain, sedangkan yang lain diberikan evalusi lainnya
yang lebih beragam, sehingga semua siswa belajar dan tidak saling
mengganggu satu sama lain.
Pada metode ini sekolah juga harus menyiapkan berbagai macam
sarana prasarana yang dibutuhkan oleh siswa agar siswa dapat belajar dengan
efektif dan memudahkan mereka untuk mencari informasi yang dibutuhkan.
Siswa dituntut untuk menguasai materi yang diajarkan guru dan boleh beralih
ke materi berikutnya kalau mereka sudah mengusai materi sebelumnya. Guru
juga harus menggunakan strategi-stategi agar semua murid dapat menuntaskan
materi yang siswa hadapi dengan mengetahui setiap karakter peserta didik.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Penerapan Pendekatan Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)
sangat baik dilakukan untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar
dan dapat menyerap pelajaran pada saat pembelajaran sedang berlangsung
tetapi mereka menguasai mata pelajaran tersebut sampai sepanjang masa.
Pendekatan ini juga mengatasi kesenjangan antara murid yang
pandai dengan murid yang kurang pandai dalam menguasai suatu
kompetensi pembelajaran pada mata pelajaran tertentu, misalnya pada
mata pelajaran Elektronika Dasar.

2. Saran
a. Guru harus melakukan pendekatan individu kepada setiap murid atau
melalui guru BK menanyakan masalah-masalah yang dihadapi murid.
Sehingga proses pembelajaran tidak terganggu.
b. Guru harus lebih menguras pikiran mereka, memikirkan tentang stategi
apa yang akan dipakai bila dengan strategi yang satu tidak berhasil.
c. Guru harus membiasakan murid untuk mencari ilmunya sendiri dan
membimbing bila ada yang kurang dimengerti murid atau salah
asumsi.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Muhammad Zainal. (2009). Pembelajaran Tuntas (Masteri Learning).


Diunduh tanggal 13 Juni 2010 dari
http://meetabied.wordpress.com/2009/11/22/pembelajaran-tuntas-masteri-
learning/
Ahira, Anna. (2009). Pengertian Motivasi. Diunduh tanggal 13 Juni 2010 dari
http://www.anneahira.com/motivasi/pengertian-motivasi.htm
Irfan, Andie. (2007). Model Mastery Learning. Diunduh tanggal 13 Juni 2010 dari
http://andieirfan.multiply.com/journal/item/5/Model_Mastery_Learning.
Mastery Learning. (2010). Diunduh tanggal 13 Juni 2010 dari
http://sweetir1s.multiply.com/journal/item/15.
Rasto. (2010). Pengertian motivasi. Diunduh tanggal 13 Juni 2010 dari
http://rastodio.com/pendidikan/pengertian-motivasi.html
Sudrajat, Akhmad. (2009). Pembelajaran Tuntas (Mastery-Learning) Dalam
KTSP. Diunduh tanggal 13 Juni 2010 dari http://arabsmanza.co.cc/?p=112.
Suhadi. (2009). Motivasi Belajar - Gunakan Pendekatan Belajar Tuntas
(Mastery Learning). Diunduh tanggal 13 Juni 2010 dari
http://suhadinet.wordpress.com/2009/03/26/motivasi-
belajar%E2%80%94gunakan-pendekatan-belajar-tuntas-mastery-learning/.
Wikipedia.org. (2010). Diunduh tanggal 13 Juni 2010 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar_tuntas.
Wikipedia.org. (2010). Diunduh tanggal 13 Juni 2010 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi.
Wikipedia.org. (2010). Diunduh tanggal 13 Juni 2010 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Elektronika

You might also like