You are on page 1of 7

PERANAN MANAJEMEN KONFLIK PADA SUATU ORANISASI

http://skripsipsikologi.blogspot.com

Pendahuluan
Dalam sebuah organisasi, pekerjaan individual maupun sekelompok
pekerja saling terkait dengan pekerjaan pihak-pihak lain. Ketika suatu
konflik muncul didalam sebuah organisasi, penyebabnya selalu
diidentifikasikan sebagai komunikasi yang kurang baik.

Para manajer bergantung kepada keterampilan berkomunikasi mereka


dalam memperoleh informasi yang diperlukan dalam proses
perumusan keputusan, demikian pula untuk mensosialisasikan hasil
keputusan tersebut kepada pihak-pihak lain.

Salah satu titik penting dari tugas seorang manajer dalam


melaksanakan komunikasi yang efektif didalam organisasi bisnis yang
ditanganinya adalah memastikan bahwa arti yang dimaksud dalam
instruksi yang diberikan akan sama dengan arti yang diterima oleh
penerima instruksi demikian pula sebaliknya (the intended meaning of
the same). Hal ini harus menjadi tujuan seorang manejer dalam semua
komunikasi yag dilakukannya.

Dalam hal me-manage bawahannya, manajer selalu dihadapkan pada


penentuan tuntuan pekerjaan dari setiap jabatan yang dipegang dan
ditangani oleh bawahannya (role expectaties) dan konflik dapat
menimbulkan ketegangan yang akan berefleksi buruk kepada sikap
kerja dan perilaku individual. Manajer yang baik akan berusaha untuk
meminimasasi konsukensi negatif ini dengan cara membuka dan
mempertahankan komunikasi dua arah yang efektif kepada setiap
anggota bawahannya. Disinilah manajer dituntut untuk memenuhi sisi

[1]
lain dari ketrampilan interpersonalnya, yaitu kemampuan untuk
menangani dan menyelesaikan konflik.

Konflik dan definisinya


Konflik dapat berupa perselisihan (disagreement), adanya ketegangan
(the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di
antara dua pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi
antara kedua belah pihak, sampai kepada tahap di mana pihak-pihak
yang terlibat memandang satu sama lain sebagai penghalang dan
pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.

Tingkat konflik (levels of conflict)


Konflik yang timbul dalam suatu lingkungan pekerjaan dapat dibagi
dalam 3 tingkatan:
1. Konflik dalam diri individu itu sendiri
Konflik dalam diri seseorang dapat timbul jika terjadi kasus overload
jitu dimana ia dibebani dengan tanggung jawab pekerjaan yang
terlalu banyak, dan dapat pula terjadi ketika dihadapkan kepada
suatu titik dimana ia harus membuat keputusan yang melibatkan
pemilihan alternatif yang terbaik. Perspektif di bawah ini
mengidentifikasikan empat episode konflik, dikutip dari tulisan
Thomas v. Banoma dan Gerald Zaltman dalam buku psychology for
management:
1. Approach-approach conflict, yaitu situasi dimana
seseorang harus memilih salah satu di antara beberapa alternatif
yang sama baiknya.
2. Avoidance-avoidance conflict, yaitu keadaan dimana
seseorang terpaksa memilih salah satu di antara beberapa
alternatif tujuan yang sama buruknya.
3. Approach-avoidance conflict, merupakan suatu situasi
dimana seseorang terdorong oleh keinginan yang kuat untuk

[2]
mencapai satu tujuan, tetapi di sisi lain secara simultan selalu
terhalang dari tujuan tersebut oleh aspek-aspek tidak
menguntungkan yang tidak bisa lepas dari proses pencapaian
tujuan itu sendiri.
4. Multiple aproach-avoidance conflict, yaitu suatu situasi
dimana seseorang terpaksa dihadapkan pada kasus kombinasi
ganda dari approach-avoidance conflict.

2. Konflik interpersonal, yang merupakan konflik antara satu


individual dengan Individual yang lain.
Konflik interpersonal dapat berbentuk substantive maupun
emotional, bahkan merupakan kasus utama dari konflik yang
dihadapi oleh para manajer dalam hal hubungan interpersonal
sebagai bagian dari tugas manajerial itu sendiri.

3. Konflik organisasional
Konflik organisasional merupakan hal yang tidak asing lagi bagi
organisasi manapun, dan konflik ini meyebabkan sulitnya koordinasi
dan integrasi dari kegiatan yang berkaitan dengan tugas-tugas dan
pekerjaan. Dalam setiap kasus, hubungan organisasional harus di-
manage sebaik mungkin untuk mempertahankan kolaborasi dan
menghindari semua konsekuensi disfungsional dari setiap konflik
yang mungkin timbul.

LATAR BELAKANG SURYA DHARMA

[3]
Yayasan Surya Dharma didirikan pada 1969 oleh beberapa orang tokoh
masyarakat di daerah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, sebagai
sarana untuk berkumpul dan berkomunikasinya sesama warga di
Kebayoran Lama dan sekitarnya. Dari hasil kumpul-kumpul, kemudian
berkembang menjadi pembahasan untuk mendirikan sebuah sarana
pendidikan sebagai bekal masa depan.

Dari tahun ke tahun perkembangan sekolah semakin baik jumlah


murid semakin meningkat, seiring dengan kepercayaan masyarakat
yang menyekolahkan anak-anak mereka di Surya Dharma. Pada tahun
1985 dibangunlah sekolah Surya Dharma dengan bangunan permanen.
Pada saat ini seiring berkembangannya kemajuan era globalisasi
menjadikan sekolah Surya Dharma berkemang pesat dan sudah
memiliki 4 unit pendidikan yakni : TK, SD, SMP & SMK serta memahami
kemauan masyarakat sehingga menjadikan Surya Dharma berfasilitas
pendidikan lengkap dan memadai.

Visi
Menjadikan Sekolah Surya Dharma sebagai lembaga Pendidikan yang
berkualitas di lingkungan Sekolah Buddhis di Jakarta khususnya dan di
lingkungan sekolah-sekolah umum di daerah Kebayoran Lama dan
sekitarnya.

Misi
Tenaga kerja yang handal
Rekrutmen murid yang selektif
Disiplin dan moral yang baik
Etos kerja yang tangguh
Kesejahteraan guru yang terjamin

Alamat sekolah

[4]
Sekolah Surya Dharma
Jl. Toapekong No.14
Kebayoran Lama
Jakarta Selatan
Telp. (021) 739 8917

[5]
SD SURYA DHARMA

[6]
Konflik Interpersonal
Masalah: antara Kepala sekolah dan para guru.
Detail: Kepala sekolah yang korupsi waktu, dan akhirnya para guru
melaporkan kepada koordinator sekolah, koordinator sekolah
memberikan peringatan secara lisan dan tulisan. Peringatan tidak
ditanggapi oleh Kepala Sekolah tersebut, maka kepala sekolah
tersebut diberhentikan dan para guru mengajukan calon kepala
sekolah yang baru secara musyawarah.

Konflik Organisasional
Masalah: Konflik antara yayasan dan para guru.
Detail: ada kebijakan dari pihak yayasan yaitu uang hasil penjualan
buku harus disetorkan pada pihak yayasan, dan ini ditentang oleh para
guru-guru, akhirnya yayasan mengadakan rapat terlebih dahulu, dan
setelah itu dibicarakan dengan para guru untuk diambil keputusan
bersama.

Secara umum setiap konflik di Sekolah Surya Dharma ditangani secara


musyawarah, tetapi jika masalah tersebut menjadi lebih rumit, maka
ditangani dengan mengikuti aturan-aturan dari yayasan, seperti
memberi surat peringatan.

Adapun cara-cara yang digunakan oleh sekolah Surya Dharma


untuk menghindari konflik antara lain:
Mengadakan meeting bulanan
Mengadakan outing setiap tahun
Mengadakan rapat awal tahun dan akhir tahun ajaran

[7]

You might also like