You are on page 1of 75

muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN

GALIAN

I. PENDAHULUAN
Laju pertumbuhan penduduk dunia yang terus meningkat disertai standar hidup
masyarakat yang semakin tinggi, menyebabkan kebutuhan produksi untuk semua jenis
mineral juga terus meningkat. Pada saat bersamaan, usaha pencarian cadangan bijih
menjadi semakin kompleks. Semakin jarang ditemukan cadangan yang tersingkap di
permukaan, sehingga pencarian terutama ditujukan pada cadangan yang berada di
bawah permukaan. Ini pun semakin lama semakin dalam dan semakin dalam.

Untuk itulah, dibutuhkan kerja lebih keras di lapangan dan analisa laboratorium lebih
teliti disertai kerja terpadu dari para ahli geologi, geokimia, geofisika, matematika dan
untuk semua itu dibutuhkan keahlian komputer dari setiap orang yang terlibat di
dalamnya. Disamping itu, industri pertambangan harus terus mengembangkan
exploration thingking yang berbasis pada pemahaman mendalam tentang geologi
struktur, stratigrafi, petrologi, mineralogi, dan bagaimana fluida bermigrasi di bawah
permukaan atau genesa dari suatu deposit bijih.

Genesa bahan galian adalah disiplin ilmu yang mempelajari cara terbentuknya suatu
deposit bahan galian secara alamiah. Dengan mempelajari genesa bahan galian, maka
karakteristik suatu deposit bahan galian dapat diketahui, seperti bentuk deposit, letak
deposit, luas penyebaran, besar cadangan, dan dengan petunjuk itu dapatlah
ditentukan metode penambangan yang dapat dilakukan serta cara pengolahannya.

Dalam membahas genesa bahan galian, maka ada beberapa istilah yang sering
dipakai dan harus dipahami, antara lain :

Bijih : Suatu deposit yang meliputi mineral bijih, mineral gang, dan
Ore batuan samping, dimana dari deposit tersebut dapat diekstraksi
satu atau lebih jenis logam. Pengertian bijih ini harus dibedakan
dengan pengertian mineral bijih.

Mineral Bijih : Kumpulan dari satu mineral (simple ore) atau beberapa mineral
Ore Mineral (complex ore) yang daripadanya dapat diekstraksi satu atau lebih
logam secara menguntungkan.
Mineral Gang : Mineral pengiring atau mineral yang biasanya berasosiasi dengan
Gangue Mineral mineral bijih dalam suatu deposit bijih. Biasanya bersifat tidak
ekonomis seperti kuarsa, kalsit, fluorit, pirit, siderit dan lain-lain.
Batuan Samping : Batuan yang terdapat di sekeliling suatu deposit mineral.
Country Rock
Syngenetic : Deposit yang terbentuk bersamaan dengan pembentukan batuan
disekelilingnya.
Epigenetic : Deposit yang terbentuk lebih dulu dari batuan disekitarnya.
Deposit Mineral : Istilah yang digunakan untuk suatu akumulasi atau konsentrasi
mineral dalam suatu tubuh mineral yang terbentuk secara alami
dan memiliki nilai ekonomis untuk ditambang (Bateman, 1950).
Dalam suatu deposit dapat dihasilkan beberapa mineral bijih yang
berbeda.

Teknik Pertambangan Unmul - 1


muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN
GALIAN

Mineral bijih dapat ditemukan dalam bentuk logam murni seperti emas dan tembaga, dan
bisa juga dalam bentuk kombinasi logam dengan sulfur, arsenik, oksigen, silicon, atau
elemen-elemen lainnya. Umumnya deposit bijih ditemukan dalam bentuk kombinasi sehingga
untuk mendapatkan logam murni harus diekstraksi lebih dulu.
Suatu jenis logam dapat diekstraksi dari beberapa mineral bijih yang berbeda seperti
tembaga dari chalcocite, bornite, chalcopyrite, cuprite, dan malachite.
Suatu mineral bijih dapat mengandung lebih dari satu logam seperti stannite yang
mengandung tembaga dan timah.

Mineral bijih dapat dibagi lagi menjadi :


1. Bijih Primer : Deposit bijih yang terbentuk bersamaan dengan pembentukan batuan.
Hypogene Deposit bijih yang merupakan hasil ubahan dari mineral-
2. Bijih Sekunder : mineral/batuan yang telah terbentuk sebelumnya.
Supergene

Pengertian mineral hypogene yang pertama kali diusulkan oleh Ransome sebenarnya tidak
persis sama dengan pengertian mineral primer. Istilah hypogene menunjukkan mineral yang
terbentuk langsung dari suatu larutan. Sehingga semua mineral hypogene adalah mineral
primer, tapi sebaliknya tidak semua mineral primer termasuk mineral hypogene, seperti
deposit hemati sedimenter dan bijih Kuroko.

Dalam aplikasinya, para ahli tambang membedakan pengertian antara cadangan


mineral (mineral reserves) dengan sumberdaya mineral (mineral resources).
a. Sumberdaya mineral meliputi deposit mineral yang bersifat hipotetis dan
spekulatif, deposit yang belum tersingkap, maupun deposit yang tidak
ekonomis atau deposit yang belum diketahui ekonomis tidaknya (Gambar 1.1).
b. Cadangan mineral adalah konsentrasi mineral yang berguna atau pun
komoditas energi, yang memiliki nilai ekonomis dengan pasti.

Undiscovered Resources
Identified Resources
In known districts In undiscovered districts
Recoverable

RESERVES

HYPOTHETICAL SPECULATIVE
RESOURCES RESOURCES
Subeconomic

CONDITIONAL
RESOURCES

Degrees of certainty of existence


Potential resources = Conditional + Hypothetical + Speculative

Gambar 1.1 Pengertian istilah reserve dan resources

1.1 PENGERTIAN BAHAN GALIAN

Pengertian umum bahan galian adalah semua bahan atau subtansi yang terjadi
dengan sendirinya di alam dan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk berbagai
keperluan industrinya .

Teknik Pertambangan Unmul - 2


muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN
GALIAN

Menurut UU No. 11 thn . 1967 tentang Pokok-Pokok Pertambangan; Bahan


Galian adalah unsur-unsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih dan segala macam
batuan termasuk batu-batu mulia yang merupakan endapan alam.
Bahan galian dapat berupa logam maupun bukan logam, dan dapat berupa
bahan tunggal ataupun berupa campuran lebih dari satu bahan.

Di Indonesia, berdasarkan PP No. 27 thn. 1980 bahan galian dibagi atas tiga golongan
yaitu :
1. Golongan A : Golongan bahan galian strategis artinya strategis dalam Pertahanan
dan Keamanan Negara serta Perekonomian Negara.
Contoh : minyakbumi, gas alam, uranium, batubara, dan lain-lain.
2. Golongan B : Golongan bahan galian vital artinya dapat menjamin hajat hidup
orang banyak atau yang dianggap dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat secara luas.
Contoh : besi, mangan, kromit, bauksit, tembaga, timbal, seng, emas,
platina, air raksa, dan lain-lain.
3. Golongan C : Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan A dan B.
Contoh : pasir, talk, magnesit, dan lain-lain.

Unsur-unsur yang membentuk bahan-bahan deposit bahan galian diperoleh dari


massa batuan cair pijar (magma) yang berasal dari mantel bumi bagian atas atau dari
kerak bumi bagian luar.

Dari 98 unsur yang diketahui, hanya ada 8 unsur saja yang dijumpai pada kerak bumi
dalam jumlah lebih dari 1%; sedangkan kerak luar bumi sendiri (sampai kedalaman
kurang lebih 15km) tersusun dari 13 unsur utama, yaitu : oksigen (O) silicon (Si).
aluminium (Al), besi (Fe), kalsium (Ca), natrium (Na), kalium (K), magnesium
(Mg),titanium (Ti), fosfor (P), hydrogen (H), karbon (C), dan mangan (Mn).

Termasuk dalam unsur-unsur yang jumlahnya sangat sedikit adalah kelompok logam
mulia dan bahan-bahan yang ekonomis seperti : platina , emas, perak, tembaga,
timbal, seng, timah putih, nikel, dan lain-lain. Jadi jelaslah, tanpa proses-proses geologi
yang dapat mengakumulasikan bahan-bahan tersebut, maka bahan-bahan tersebut
tidak dapat dijumpai dalam jumlah yang ekonomis.

Memahami proses terakumulasinyanya suatu deposit mineral sangat penting


dalam pekerjaan ekplorasi, dengan mengenal cara terbentuknya bermacam-
macam endapan mineral maka pencariannya dapat lebih terarah.

Mineral-mineral pembentuk batuan jumlahnya juga sangat sedikit, dari lebih 1600 jenis
mineral yang dikenal, hanya kira-kira 50 jenis saja yang termasuk jenis mineral
pembentuk batuan dan dari 50 jenis mineral pembentuk batuan tersebut, hanya 29
jenis saja yang termasuk umum dijumpai.

Teknik Pertambangan Unmul - 3


muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN
GALIAN

Tabel 1.1. Persentase mineral pembentuk batuan yang umum dijumpai pada kerak
bumi (Bateman, 1950).

Mineral Litosfera Batuan Beku Batuan Sedimen

Feldspar 49 50 16
Kwarsa 21 21 35
Piroksin, Amfibol, Olivin 15 17 -
Mika 8 8 15
Magnetit 3 3 -
Titanit, ilmenit 1 1 -
3 - 3
Lain-lain
- - 9
Kaolin
- - 9
Dolomit
- - 5
Khlorit - - 4
Kalsit - - 4
Limonit
Jumlah (%) = 100 100 100

Mineral-mineral yang termasuk mineral ekonomi, kira-kira hanya sekitar 200


jenis dan dalam jumlah presentase yang tidak sebanyak jenis mineral pembentuk
batuan.

Batuan adalah bahan yang terjadi dengan sendirinya di alam dan merupakan
agregasi atau kumpulan dari satu atau lebih mineral.
Mineral adalah bahan anorganis yang terjadi dengan sendirinya di alam dan
merupakan unsur pembentuk batuan. Mineral dapat terdiri dari satu jenis unsur
kimia saja , misalnya mineral karbon yang hanya terdiri dari unsur C, atau lebih
dari satu unsur, seperti pada mineral halit yang terdiri dari Na dan Cl, atau
mineral silika yang terdiri dari SiO2.

1.2 KLASIFIKASI BAHAN GALIAN

Lingdren (1911) mengemukakan suatu klasifikasi yang didasarkan pada genetic suatu
deposit bijih. Dengan berfokus pada penelitian kumpulan mineral yang dilakukan baik
di lapangan maupun di laboratorium, Lingdren berusaha meneliti kondisi Tekanan (P)
dan Temperatur (T) pembentukan masing-masing mineral. Dari penelitian tersebut
disimpulkan bahwa kebanyakan deposit mineral terbentuk dari :
(i) proses fisika-kimia dalam intrusi dan ekstrusi batuan beku, larutan atau
dalam gas, yang terkumpul dalam jumlah besar, dan
(ii) proses konsentrasi secara mekanik.

Teknik Pertambangan Unmul - 4


muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN
GALIAN

Klasifikasi Bahan Galian (Lingdren, 1911) :


I. Deposit dari Proses Mekanik
II. Deposit dari Proses Kimia o
Temperatur C Tekanan
A. Pada Permukaan Air
1. Oleh Reaksi 0 70 Menengah Tinggi
2. Evaporasi
B. Pada Tubuh Batuan
1. Konsentrasi subtansi yang terkandung
dalam batuan
a. oleh pelapukan 0 100 Menengah
b. oleh airtanah 0 100 Menengah
c. oleh metamorfisme 0 400 Tinggi
2. Konsentrasi dari subtansi luar
a. Tanpa aktifitas magma 0 100 Menengah
b. Berhubungan dengan aktifitas magma
(i) Berkaitan dengan air
- Deposit Epitermal 50 200 Menengah
- Deposit Mesotermal 200 500 Tinggi
- Deposit Hipotermal 500 600 Sangat Tinggi
(ii) Emanasi magma langsung
- Deposit Pirometasomatik 500 800 Sangat Tinggi
- Sublimasi 100 600 Rendah - Menengah
C. Konsentrasi dalam magma oleh difrensiasi
1. Deposit Magmatik 700 1500 Sangat Tinggi
2. Pegmatites 575 Sangat tinggi

Karena dasar utama klasifikasi tersebut adalah T dan P pembentukan deposit yang
kadang hanya didasarkan pada pengamatan di laboratorium, beberapa deposit belum
dapat dimasukkan kedalam klasifikasi diatas dan harus dipisahkan dengan istilah lain
seperti deposits of native copper dan deposits resulting from oxidation and supergen
sulfide enrichment, serta regionally metamorphosed sulfide deposits.

Kesulitan lain dalam penempatan deposit tertentu dalam klasifikasi Lingdren adalah
seperti deposit yang terdapat di Cerro de Pesco Peru, dimana secara mineralogi
deposit tersebut termasuk deposit mesotermal, tapi menurut Craton dan Bowditch
mineral-mineral tersebut ternyata terbentuk pada kedalaman yang relatif dangkal
dengan kondisi pada tekanan rendah. Dengan demikian deposit tersebut bisa juga
dimasukkan kedalam deposit epitermal. Untuk itu, faktor-faktor pengontrol
terbentuknya suatu deposit bahan galian (selain temperatur dan tekanan) harus juga
mendapat perhatian seperti faktor struktur geologi, pengaruh fisika dan kimia batuan
samping, ratio relatif dari konsentrasi ion-ion yang berbeda dalam larutan asal, dan
kompleksitas kimiawi.

Niggli (1925) memperkenalkan suatu klasifikasi yang didasarkan pada pemisahan


proses magmatik menjadi plutonik dan vulkanik, yang terdiri atas :
I. Plutonik :
1. Hidrotermal
2. Pegmatitik-Pneumatolitik
3. Orto-magmatik
II. Vulkanik :
1. Exhalative to hydrothermal
2. Pneumatolitik
3. Ortomagmatik

Teknik Pertambangan Unmul - 5


muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN
GALIAN

Schnederhohn (1932) mengembangkan klasifikasi genetic sebagai berikut :


A. Magmatic Rocks and Ore Deposition
a. Intrusive Magmatic
I. Intrusive Rocks and Liquid Magmatic Deposits
I-II. Liquid Magmatic Pneumatolytic
II. Pneumatolytic;
1. Pegmatite Veins,
2. Pneumatolytic Veins and Impregnations,
3. Contact Pneumatolytic
II-III. Pneumatolytic Hydrothermal
III. Hydrothermal
c. Extrusive Magmatic
I. Extrusive Hydrothermal
II. Exhalation
B. Sedimentary Deposits :
1. Weathered Zone (Oxidation & Enrichment);
2. Placers;
3. Residual;
4. Biochemical-inorganic;
5. Salts;
6. Fuels;
7. Descending groundwater deposits.
C. Metamorphic Deposits
1. Thermal Contact Metamorphism
2. Metamorphism Rocks
3. Metamorphosed Ore Deposits
4. Rarely formed metamorphic deposits

Teknik Pertambangan Unmul - 6


muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN
GALIAN

Mead L. Jensen dan Alan M. Bateman (1981) mengembangkan klasifikasi sebagai


berikut :

TEORI PROSES TIPE DEPOSIT


Terbentuk oleh proses internal

Kristalisasi Magmatik Presipitasi mineral bijih sebagai unsur Disseminated intan di Kimberlit,
Magmatic crystallization utama atau unsur minor batuan beku Mineral REE di Carbonatites,
dalam bentuk disseminated grains Semua deposit granit, basal,
atau segregations. dunit, nefelin-senit.

Segregasi Magmatik Pemisahan mineral bijih oleh Layer kromit di Great Dyke
Magmatic segregation kristalisasi fraksinasi dan proses Zimbabwe dan Bushveld Co,plex,
yang berhubungan selama difrensiasi RSA
magma.

Liquation, Pemisahan liquid (liquid Tubuh bijih tembaga-nikel


immiscibility), pemisahan sulfida dari Sudbury, Canada; Pechenga,
magma, larutan sulfida-oksida atau USSR dan Yilgam Block, Western
oksida yang terakumulasidi bawah Australia
silikat atau diinjeksikan ke batuan Deposit Titanium Allard
samping atau pada sejumlah kasus Lake, Quebec, Canada.
dierupsikan ke permukaan.

Hidrotermal Pengendapan dari hot aquaeous Vein dan stockwork timah-


Hydrothermal solution, yang bisa berasal dari tungsten- tembaga Cornwall, UK
magmatik, metamorfik, permukaan Deposit tembaga porfiri
atau sumber lainnya. Panguna, PNG dan Bingham,
USA

Sekresi Lateral Difusi material pembentuk bijih atau Deposit tembaga


Lateral secretion gangue dari batuan samping kedalam Yellowknife, Canada.
patahan atau struktur lainnya. Deposit emas Mother Lode, USA.

Proses Metamorfik Metamorfisme kontak atau regional Deposit Andalusit, Transvaal, RSA
Metamorphic Processes yang menghasilkan deposit mineral Deposit Garnet, NY, USA.
industri
Deposit tembaga Mackay, USA dan
Deposit pirometasomatik (skarn) Craigmont, Canada.
terbentuk oleh proses replasemen Deposit talk, Luzenac, France
batuan samping disekitar intrusi.

Konsentrasi awal atau further elemen Beberapa vein emas dan


bijih oleh proses metamorfisme, deposit disseminated nikel dalam
seperti granitisasi, proses alterasi, dll. tubuh ultramafik.

Teknik Pertambangan Unmul - 7


muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN
GALIAN

TEORI PROSES TIPE DEPOSIT


Terbentuk oleh proses eksternal

Akumulasi Mekanik Konsentrasi gravitasi, mineral Timah placer Malaysia


resisten ke dalam endapan placer. Emas placer Yukon, Canada.
Deposit kaolin Georgia, USA

Presipitasi Sedimenter Presipitasi particular elements dalam Banded iron formations of the
Sedimentary precipitates suitable sedimentary environment, Precambrian shields.
dengan atau tanpa intervensi Deposit mangan Chiaturi, USSR
organisme biologis. Deposit evaporit Zechstein, Eropa.
Deposit Posfat Florida, USA.

Proses Residual Pencucian (leaching) elemen yang Nikel laterit New Caledonia,
mudah larut dari batuan dan Bauksit Hungaria, Prancis,
meninggalkan elemen yang tidak Jamaika dan Arkansas, USA.
larut sebagai material sisa.

Pengayaan sekunder atau Pencucian (leaching) elemen Beberapa bonanza emas dan perak
supergen berharga dari bagian atas suatu Bagian atas sejumlah
Secondary or supergene deposit mineral dan kemudian di- deposit tembaga porfiri
enrichment presipitasikan pada kedalaman untuk
membentuk konsentrasi yang tinggi.

Volcanic exhalatif Exhalations larutan hidrotermal di Deposit logam dasar


( = Sedimentary permukaan, biasanya di bawah laut Meggan, Jerman;
exhalatif) dan umumnya menghasilkan tubuh Deposit Kuroko, Jepang; Black
bijih stratiform. Smoker deposits of modern oceans
Merkuri Almaden, Spanyol
Deposit solfatara (kaolin +
alunit), Sisilia.

1.3 FLUIDA PEMBAWA BIJIH

Bagaimana suatu deposit bijih bisa terbentuk?

Pembentukan deposit mineral/bijih adalah suatu proses yang sangat kompleks. Setiap
jenis mineral/bijih (ore) dan mineral gangue, memiliki tipe deposit sendiri yang berbeda
dengan tipe deposit lainnya, baik proses pembentukannya, mineralogy, tekstur,
kandungan, bentuk, ukuran, dan lain-lain. Ada banyak hal yang saling menpengaruhi
dalam pembentukan suatu deposit mineral/bijih. Salah satu faktor yang paling dominan
dalam pembentukan deposit suatu mineral adalah fluida pembawa bijih.

Fluida pembawa bijih terdiri atas :


(1) fluida magmatik,
(2) fluida hidrotermal,
(3) air meteoric,
(4) air laut,
(5) air konat, dan
(6) fluida metamorfik.

Temperatur dan tekanan juga memegang peranan yang sangat penting, tapi sebagian
proses bekerja pada temperatur dan tekanan permukaan. Faktor lain yang cukup
berperan adalah gas, porositas dan permeabilitas batuan, atmosfer, organisme dan
batuan samping.

Teknik Pertambangan Unmul - 8


muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN
GALIAN

1.3.1. MAGMA

Magma adalah larutan pijar (a high temperature molten) yang bersifat mobil dan
terbentuk secara alamiah pada mantel bumi bagian atas atau pada kerak bumi.
Temperatur magma sangat tinggi, berkisar antara 625oC (magma felsik) hingga
>1200oC (magma mafik). Umumnya, komposisi magma tidak homogen; sebagian kaya
akan unsur-unsur ferromagnesian, sebagian lainnya banyak mengandung silika,
sodium atau potassium, volatile, xenolith reaktif, atau substansi-substansi lainnya.
Komposisi magma juga terus berubah karena adanya reaksi kimia selama proses
asimilasi dan difrensiasi dalam magma berlangsung. Disamping itu, magma bersifat
tidak static dan bukan merupakan suatu system yang tertutup. Magma terus menuju
suatu kesetimbangan dengan lingkungan sekitarnya.

Asimilasi magma adalah proses larutnya batuan samping ke dalam magma


akibat pergerakan magma. Pergerakan magma sendiri terjadi akibat adanya :
1. Tekanan gravitasi batuan sekitarnya terhadap dapur magma
2. Tekanan lateral karena gerakan tektonik
3. Perubahan volume pada waktu magma mengkristal dimana gas-gas keluar
4. Stoping (batuan samping yang jatuh ke dalam magma akibat
pergerakan/desakan magma ke batuan samping).

Difrensiasi magma adalah proses yang menyebabkan magma terpisah


menjadi dua bagian atau lebih yang berbeda komposisi. Difrensiasi meliputi :
1. Liquid Immiscibility; pembentukan dua liquid yang tidak bercampur dalam
suatu tempat (seperti minyak dan air).
2. Kristalisasi Fraksional; pemisahan kristal yang terbentuk lebih dulu dari
larutan karena gaya gravity settling, mekanika filter pressing, atau pengaruh
arus konveksi dalam dapur magma.
3. Transport material dalam larutan (magma) oleh pemisahan gas dari magma
terletak pada bagian atas dapur magma.
4. Difusi thermal; gradient temperatur menyebabkan perbedaan mineral yang
terbentuk.

Pada proses pendinginan magma, kristalisasi dan pemisahan ke dalam fraksi-fraksi


terjadi karena proses kristalisasi fraksinasi atau difrensiasi. Elemen logam (dalam hal
ini) dapat terkonsentrasi oleh suatu mekanisme pembentukan batuan dalam berbagai
bentuk (yang akan dibahas kemudian).

Selama difrensiasi berlangsung, bagian magma yang bersifat lebih mafik kaya akan
kromium, nikel, platinum dan terkadang fosforous dan elemen-elemen lainnya.
Sebaliknya, konsentrasi tin, zirconium, thorium dan berbagai elemen lain ditemukan
dalam unit silicic (felsik).
Kumpulan mineral penyusun batuan beku (logam dan non-logam) dari kristalisasi
magma merepresentasikan sifat-sifat magma asal mineral-mineral tersebut.
Didalam dapur magma, terjadi beberapa proses yang saling terkait dan
berkesinambungan (tergantung sifat magma asalnya).

Teknik Pertambangan Unmul - 9


muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN
GALIAN

1.3.2. FLUIDA HIDROTERMAL

Sisa magma semakin banyak mengandung air magmatik (juvenil). Air magmatik
tersebut mengandung volatile dan larutan mineral yang memiliki titik beku yang cukup
rendah dan merupakan mother liquors dari larutan hidrotermal. Bowen dan ahli
geologi lainnya menyatakan bahwa larutan hidrotermal adalah residu dari injeksi
pegmatite setelah unsur-unsur pegmatite mengkristal.

Kandungan volatile dan larutan mineral yang memiliki titik beku yang cukup rendah
tersebut dikenal dengan istilah mineralizers. Mineralizers ini mengandung (1) elemen
bersifat mobil dalam jumlah cukup banyak dalam batuan, (2) elemen seperti tembaga,
lead, zinc, perak, emas dan lain-lain; LIL (large-ion lithophile), (3) elemen seperti Li,
Be, B, Rb, dan Cs; dan (4) dalam jumlah cukup banyak berupa alkali, alkali earth, dan
volatile khususnya Na, K, Ca, Cl, dan CO2. Kesemuanya itu memegang peranan
penting dalam transportasi metal pada proses hidrotermal.

Kandungan air magmatik menyebabkan turunnya viskositas magma, titik beku mineral
semakin rendah dan memungkinkan pembentukan mineral yang tidak bisa terbentuk
pada dry melt. White (1967) menyatakan bahwa komposisi air magmatik bisa
dideterminasi dari (1) tipe magma dan sejarah kristalisasi, (2) hubungan temperatur
dan tekanan selama dan setelah pemisahan dari magma, (3) jenis air lain yang
kemungkinan bercampur dengan air magma pada saat bergerak, dan (4) reaksi
dengan batuan samping.

Air adalah komponen bersifat mobil paling penting dalam magma, jumlahnya yang
terus bertambah seiring dengan proses difrensiasi memegang peranan penting dalam
transportasi komponen bijih. Jumlah air dalam magma berkisar antara 1 15 % yang
merupakan fungsi dari berbagai parameter seperti kandungan air dalam magma
awal, banyaknya air yang masuk dari batuan samping, tingkat porositas-permeabiliatas
batuan samping, tekanan magma dan tekanan dinding dapur magma, dan temperatur.

Teknik Pertambangan Unmul - 10


muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN
GALIAN

Gambar 1.2. Kandungan dan sirkulasi air dalam dapur magma (magma chamber)

Pemahaman sifat fluida (hidrotermal) sangat penting untuk menjelaskan potensi kimia
dan bagaimana fluida tersebut dapat bergerak disepanjang zona-zona lemah seperti
patahan, kekar, pori-pori batuan dan lain-lain. Disamping sifat air magmatik diatas,
maka hal-hal lain yang mempengaruhi pembentukan deposit bijih adalah kandungan
volatile, densitas fluida, salinitas dan kandungan senyawa-senyawa kompleks dalam
fluida tersebut.

Kandungan volatile, meskipun jumlahnya kecil, sangat berperan dalam


mengurangi viskositas larutan, menurunkan titik melting, mengumpulkan dan
media transportasi logam, dan juga berperan penting dalam pembentukan
deposit mineral.

Densitas fluida hidrotermal mempengaruhi viskositas, dinamika aliran (flow


dynamics) dan mengontrol kelarutan komponen bijih (Helgeson, 1964).

Salinitas berhubungan langsung dengan konsentrasi logam pada temperatur


tinggi, dimana semakin tinggi salinitas fluida semakin besar konsentrasi logam
berat dalam larutan (Ellis, 1970).

Senyawa kompleks yang paling penting dalam fluida adalah kompleks klorida
karena perannya dalam transportasi dan pembentukan deposit bijih. Kompleks
ini dapat membentuk bijih dengan berbagai unsur seperti Cu+2, Zn+2, Pb+2, Ag,
Hg+2.

Teknik Pertambangan Unmul - 11


muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN
GALIAN

1.3.3. AIR METEORIK

Air yang berasal dari atmosfir (hujan, salju) disebut air meteorik. Air tersebut
mengalami perkolasi ke bawah dan bereaksi dengan lithosfer dalam proses supergen.
Dalam proses tersebut, air meteoric melarutkan oksigen, nitrogen, karbondioksida, dan
gas-gas lain serta berbagai elemen kerak bumi lainnya - sodium, calcium, magnesium,
sulfat dan karbonat yang sangat penting untuk mengikat dan membentuk deposit
bijih.

1.3.4. AIR LAUT

Karakteristik air laut sebagai fluida pembentuk bijih adalah dalam konteks evaporit,
fosforit, submarine exhalites, nodul mangan, dan endapan kerak samudera. Air laut
diasumsikan dapat (1) berperan pasif sebagai medium dispersi untuk pelarutan ion,
molekul, dan partikel suspensi, dan (2) berperan aktif dalam melarutkan ion dalam
batuan di lantai dasar samudera (table 15.1).

1.3.5. AIR KONAT

Air yang terperangkap dalam batuan sedimen bersamaan dengan pengendapan


material sedimen disebut air konat. Air konat sangat banyak diteliti dalam
hubungannya dengan eksplorasi dan produksi lapangan minyak. Disamping itu air
konat sangat banyak mengandung sodium dan klorida, dan juga mengandung calcium,
magnesium, dan bikarbonat, dan kadang strontium, barium, dan nitrogen (White,
1968). Pada kondisi aktif, air konat memiliki daya pelarutan yang sangat tinggi
terhadap unsur-unsur logam.

1.3.6. FLUIDA METAMORFIK

Air konat dan air meteoric yang berada di dalam bumi karena pengaruh panas dan
tekanan (oleh pengaruh intrusi magma atau metamorfisme regional) menjadi sangat
reaktif (Shand, 1943). Perubahan inilah yang kemudian menjadi air metamorfik yang
diyakini sangat aktif sebagai pembawa bijih.

Teknik Pertambangan Unmul - 12


muhammad dahlan balfas GENESA BAHAN GALIAN

Teknik Pertambangan Unmul - 13 13


II. KONSENTRASI MAGMATIK
Deposit magmatik dihasilkan dari kristalisasi langsung, atau konsentrasi oleh proses
difrensiasi di dalam dapur magma. Beberapa bijih terbentuk karena adanya efek fisika
seperti gravitasi; misalnya pembentukan kristal kromit yang terendapkan pada lantai
dapur magma, dan sebagian lainnya terbentuk karena perubahan kimia, seperti
perubahan pH yang dihasilkan dari reaksi antara fluida pembawa bijih dengan batuan
induk (host rock). Turunnya temperatur dan tekanan, atau perubahan velocity media
transport, atau pemisahan larutan, juga dapat menyebabkan reaksi kimia yang
menghasilkan pengendapan bijih.

Secara umum dalam pembentukan deposit mineralnya, magma asal yang terbentuk
pada awalnya masih bersifat mafik, terutama yang terbentuk di sepanjang zona
subduksi (dibawah kerak kontinen atau pada kerak samudera). Magma mafik ini
sebagian besar mengandung komponen silikat dan dalam jumlah terbatas komponen
oksida dan sulfida (gambar 2.1). Pada kondisi ini elemen metal dapat terkonsentrasi
dalam berbagai bentuk oleh mekanisme pembentukan batuan berupa kristalisasi,
fraksinasi, dan difrensiasi magma (gambar 2.2).

Kristalisasi magma mafik menghasilkan kromit, nikel, platinum dan lain-lain.

Kristalisasi magma selanjutnya, magma sisa (rest magma) semakin bersifat felsik dan
semakin banyak mengandung komponen sulfida dan oksida. Proses difrensiasi magma
pada tahapan ini memegang peranan penting dalam membentuk deposit-deposit
mineral berharga.

Kristalisasi magma felsik menghasilkan tin, zirconium, thorium dan elemen lainnya.

Sebagian magma sisa kemudian menerobos batuan samping yang dikenal sebagai
peristiwa injeksi magmatik. Komponen berharga dari proses ini disebut deposit injeksi
magmatik.

Secara berangsur, kadar air dan konsentrasi volatile di dalam magma sisa (rest
magma) bertambah banyak. Disamping itu, banyak juga terkandung CO2, boron,
fluorine, chlorine, sulfur, phosphorus, dan elemen-elemen lainnya. Kesemua
komponen tersebut membantu mengurangi viskositas magma dan menurunkan titik
beku mineral. Magma sisa pada kondisi ini memasuki tahapan aqueo-igneous - yaitu
suatu peralihan antara fase igneous menjadi fase hidrotermal yang disebut tahap
pegmatitik.

Jika kandungan gas dalam magma - yang terdiri atas unsur air (90%); CO2, H2S, dan
S melimpah; dan CO, HCL, HF, H2, N, Cl, F, B dan lain-lain - semakin besar, proses
magmatik akan memasuki proses pneumatolitik yaitu proses yang disebabkan oleh
lepasnya gas dari dalam magma. Gas-gas tersebut merupakan agen yang baik untuk
memisahkan dan mengangkut material berharga dari magma. Proses pneumatolitik
adalah proses yang sangat penting dalam membentuk metasomatisme kontak
(Daubree, 1841).

Teknik Pertambangan Unmul - 14


Gambar 2.1. Skema sekuen proses magmatik awal yang mengawali pembentukan ore
magma dan penempatannya. Gambar ini menunjukkan proses difrensiasi yang
semakin ke kanan semakin asam (digambar ulang dari A.J. Naldrett dalam
Gulibert & Park, 1981).

Guilbert & Park, 1981, menyatakan bahwa pengendapan bijih magmatik dapat terjadi
melalui lima cara, yaitu :
1. Sedimentasi Magmatik (magmatic sedimentation) atau pengendapan dan
akumulasi mineral yang telah mengkristal (crystal settling).
2. Kristalisasi langsung pada dinding atau lantai dapur magma.
3. Pemisahan liquid magmatik dan pemadatannya.
4. Konsolidasi batuan beku yang mengandung asesori mineral ekonomik.
5. Kristalisasi magma secara keseluruhan.
Pengendapan terjadi karena pada saat terjadi konveksi, terjadi penurunan temperatur
magma yang memungkinkan mineral-mineral tertentu mulai terbentuk terutama pada
puncak dapur magma. Kristal mineral-mineral tersebut memiliki variasi berat jenis,
ukuran butir, dan bentuk kristal. Variasi ini menyebabkan kristal-kristal tersebut
bergerak kebagian bawah dapur magma karena gaya gravitasi dan didukung oleh
viskositas magma asal yang masih rendah. Akumulasi mineral tertentu dapat terjadi

Teknik Pertambangan Unmul - 15


karena hanya larutan bersifat mafik yang memiliki viskositas rendah yang dapat
terbentuk melalui proses ini.
Olivine membentuk dunit,
Olivine dan ortopiroksin membentuk peridotit (90% atau lebih olivine),
Olivine dan piroksin membentuk pyroxenite (90% atau lebih enstatite).

Gambar 2.2 Modifikasi Bowens reaction series (Guilbert & Park, 1981)

Jensen & Bateman, 1981, membagi deposit bijih dari konsentrasi magmatik ke dalam
dua tipe, yaitu :
1. Magmatik Awal (Early Magmatic)
a. Dissemination
b. Segregation
c. Injection

2. Magmatik Akhir (Late Magmatic)


a. Residual liquid segregation
b. Residual liquid injection
- Residual liquid Pegmatitic Injection
c. Immiscible liquid segregation
d. Immiscible liquid injection

Teknik Pertambangan Unmul - 16


2.1. Magmatik Awal (Early Magmatic).

Deposit magmatik awal dihasilkan dari pembekuan magma langsung yang disebut
orthotectic dan orthomagmatic. Deposit ini terbentuk oleh (1) kristalisasi langsung
tanpa konsentrasi, (2) segregasi kristal yang terbentuk lebih dahulu, dan (3) injeksi
material padat ke tempat lain oleh difrensiasi. Mineral bijih mengkristal lebih dulu
dibanding batuan silikat dan sebagian kemudian terpisah karena difrensiasi kristalisasi.
2.1.1. Diseminasi (Dissemination)

Proses kristalisasi magma untuk pertama kali, terjadi relatif pada kedalaman besar,
menghasilkan batuan beku granular. Kristal mineral (termasuk mineral bijih dalam
bentuk fenokris) yang terbentuk dalam proses ini tidak terkonsentrasi, tapi tersebar
merata (disseminated) di dalam tubuh batuan beku intrusive, bisa berbentuk dike, pipa
atau massa berbentuk stok. Ukuran depositnya sangat besar dibandingkan jenis
deposit lainnya. Contoh deposit adalah pipa intan Afrika Selatan yang tersebar merata
dalam batuan kimberlite dan korundum yang tersebar dalam nephelin syenite di
Ontario.

2.1.2. Segregasi (Segregation)

Segregasi magmatik awal adalah konsentrasi pertama pertama yang menghasilkan


unsur-unsur berharga dari magma, terbentuk karena difrensiasi kristalisasi akibat gaya
gravitasi. Karena kristalisasi tersebut, sebagian material menjadi lebih berat dari
larutan sehingga material tersebut terendapkan dan terakumulasi pada bagian bawah
dapur magma. Bentuk deposit mineral jenis ini biasanya lenticular dan berukuran kecil.
Kadang juga ditemukan dalam bentuk layer dalam batuan induk. Contoh depositnya
adalah deposit kromit Bushveld Igneous Complex (BIC) di Afrika Selatan.

2.1.3. Injeksi (Injections)

Beberapa deposit bijih magmatik terbentuk dalam grup ini. Mineral bijih kemungkinan
terbentuk karena difrensiasi kristalisasi, lebih dulu atau bersamaan dengan dengan
mineral batuan silikat yang berasosiasi dengan mineral bijih tersebut. Mineral-mineral
yang terbentuk tidak terakumulasi pada tempatnya terendap, tapi di-injeksi-kan dan
terkonsentrasi pada batuan samping. Contoh deposit seperti ini adalah dike
titanoferous magnetit di Cumberland, dan pipa platinum di Afrika selatan.

2.2. Magmatik Akhir (Late magmatic).

Deposit magmatik akhir terdiri atas deposit mineral bijih yang mengkristal dari magma
residual setelah pembentukan batuan silikat sebagai bagian akhir dari proses
magmatik. Gejala yang sering diperlihatkan berupa pembentukan mineral-mineral
kemudian yang memotong endapan magmatik awal, dicirikan oleh adanya reaction rim
pada sekeliling mineral yang telah terbentuk. Deposit yang terbentuk berasal dari
proses difrensiasi kristalisasi, akumulasi gravitatif dari heavy residual liquid, dan
pemisahan liqud sulfide droplets (yang disebut liquid immiscibility), dan berbagai
bentuk difrensiasi lainnya.

Teknik Pertambangan Unmul - 17


Perbedaan nyata antara proses magmatik awal dan akhir adalah deposit magmatik
awal terbentuk pada tempat dimana tubuh intrusi batuan beku (magma) terbentuk dan
setelah akumulasi mineral bijih membeku, tidak ada lagi perpindahan tempat. Sedang
pada deposit magmatik akhir, kadang-kadang akumulasi tersebut masih berpindah dan
diendapkan pada batuan samping.

2.2.1. Gravitative Liquid Accumulation

Residual Liquid Segregation

Pemisahan yang terjadi di dalam dapur magma oleh proses difrensiasi kristalisasi
sudah terjadi mulai dari tahap awal sampai konsolidasi akhir. Karena mineral-mineral
mafik mengkristal lebih dulu, maka magma residu yang lebih bersifat felsik menjadi
sangat kaya akan silika, alkali, dan air. Kristal yang terbentuk pertama cenderung
akan bergerak ke dasar dapur magma karena berat jenisnya lebih besar dari liquid
residu-nya. Deposit mineral pada tipe ini terbentuk karena adanya proses difrensiasi
kristalisasi dan akumulasi magma residual. Contoh endapannya adalah deposit
Titanomagnetik di Bushveld.

Residual Liquid Injection

Liquid residual yang banyak mengandung logam yang terakumulasi di dalam dapur
magma, sebelum terkonsolidasi, bisa mengalami pergerakan dan diinjeksikan ke
tempat lain yang tekanannya lebih rendah (karena adanya tekanan dari batuan induk
atau tekanan dari dalam magmanya sendiri) membentuk mineral-mineral berikutnya
secara terkonsentrasi (Residual Liqud Injection).

2.2.2. Residual Liquid Pegmatitic Injection

Pembentukan pegmatitik dihasilkan dari injeksi fluida magmatik yang mengandung


bahan-bahan mineral pembentuk batuan yang masih tersisa, air, karbondioksida,
konsentrasi rare elements, mineralizers, dan logam. Beberapa deposit pegmatite
memiliki deposit mineral berharga dan layak untuk dieksploitasi. Tubuh pegmatitik
biasanya berupa intrusi dike atau intrusi irregular.

Pegmatit yang memiliki nilai ekonomi umumnya berasosiasi dengan batuan beku felsik
seperti granit dan diorit. Deposit pegmatite dicirikan oleh dominasi kuarsa, feldspar,
dan mika; mineral tersebut membentuk zonasi dari dinding (wall) ke inti (core) injeksi.
Feldspar dan mika dominan pada bagian dinding hingga intermediet, kuarsa dominan
pada bagian inti. Kristal-kristal besar pada zona inti dihasilkan dari fluiditas magma
yang sangat tinggi (viskositas rendah) memungkinkan ion-ion dapat bergerak lebih
cepat untuk membentuk muka kristal. Deposit logam yang cukup penting adalah
tantalium, niobium, tin, tungsten, molybdenum, dan uranium. Disamping itu, terdapat
pula deposit mineral industri seperti feldspar, mika, kuarsa, korondum, kriolit,
gemstone, rare earth, dan mineral-mineral yang mengandung beryllium, lithium,
cesium, dan rubidium.

Teknik Pertambangan Unmul - 18


2.2.3. Immiscible Liquid

Immiscible Liquid Segregation

Pada tahap ini, terjadi penetrasi larutan magma yang tersisa dan kemudian
membentuk mineral-mineral berikutnya secara terkonsentrasi (Immiscible Liquid
Separation & Acumulation). Skinner & Peck menemukan suatu larutan immiscible
sulfide melt pada tahap akhir pendinginan lava Hawai yang jenuh akan sulfide sulfur
pada temperatur 1065oC. Sulfide-rich phases terdiri atas dua yang pertama
immiscible sulfide-rich liquid dan yang kedua adalah copper-rich pyrrhotite solid
solution. Sulfide-rich liquid terdiri atas kombinasi pyrrhotite, chalcopyrite, dan
magnetite. Larutan tersebut mengandung oksigen yang cukup banyak, yang
menurunkan permukaan sulfide liquidus. Skinner & Peck menyimpulkan bahwa pada
fase pertama yang mengkristal adalah copper-nickel-rich pyrrhotite solid solution. Jadi
fase pertama kristalisasi immiscible sulfide liquid dapat mengkonsentrasikan copper
dan nickel yang dapat menghasilkan suatu ore bodies yang komersial.

Vogt dalam Jensen & Bateman, 1981, melihat bahwa iron-nickel-copper sulfides larut
sekitar 6 atau 7 persen dalam magma mafik dan selama pendinginan larutan tersebut
memisahkan diri sebagai immiscible sulfide drops, yang kemudian terakumulasi pada
dasar dapur magma dan membentuk liquid sulfide segregation.

Dalam hal ini segregasi tersebut akan menyerupai akumulasi molten copper (matte)
yang terkumpul pada bagian bawah tungku peleburan.

Sulfida-sulfida akan tetap dalam bentuk liquid hingga semua silikat mengkristal;
karenanya sulfida-sulfida tersebut melakukan penetrasi dan merusak silikat yang
terbentuk lebih dulu dan kemudian mengkristal disekitarnya. Jadi sulfida adalah
mineral pyrogenic yang mengkristal paling akhir, dan karena sulfida-sulfida tersebut
melakukan penetrasi dan merusak silikat yang terbentuk sebelumnya, kadan mereka
dinterpretasikan sebagai hidrotermal.

Immiscible Liquid Injection

Jika fraksi yang kaya akan sulfida telah terakumulasi (seperti dijelaskan diatas) dan
kemudian mengalami gangguan sebelum terkonsolidasi, fraksi tersebut akan
mendesak ke dinding dapur magma membentuk celah atau membentuk daerah
breksiasi pada batuan samping dan akhirnya terkonsolidasi membentuk immiscible
liquid injection.

Setelah proses-proses di atas terjadi (Early Magmatic Process dan Late Magmatic
Process) jika magma asalnya banyak mengandung unsur volatile, maka unsure-
unsur volatile tersebut bersama larutan sisa, disebut larutan magma sisa (rest
magma) akan membentuk jebakan transisi ke pegmatitit-pneumatolitis.
Apabila pembentukan deposit pegmatitit-pneumatolitis sudah berakhir, maka
larutan sisa magmanya akan sangat encer, karena tekanan gasnya sudah
menurun dengan cepat. Larutan terakhir ini akan membentuk jebakan hidrotermal.

Teknik Pertambangan Unmul - 19


III. METASOMATISME KONTAK

perubahan metamorfik yang disertai pengantaran material dari external source

Umumnya magma tidak sempat mencapai permukaan bumi, tapi terkonsolidasi di


dalam kerak bumi. selama proses konsolidasi tersebut (1) emanasi fluida
bertemperatur tinggi (selama atau sesaat setelah konsolidasi magma) menghasilkan
efek pada invaded rock, dan (2) kristalisasi cenderung menyebabkan konsentrasi
volatil dalam residual liquid bertambah, sehingga pada akhir konsolidasi terdapat volatil
dalam jumlah besar yang akan bereaksi dengan batuan samping.

Efek emanasi magma pada batuan samping terdiri atas dua tipe, yaitu (1) efek panas
tanpa aksesi dari magma yang menghasilkan metamorfisme kontak, dan (2) efek
panas yang disertai aksesi dari dapur magma yang menghasilkan metasomatisme
kontak. Kedua tipe tersebut agak sulit dibedakan, dalam kaitannya dengan deposit
mineral metamorfisme kontak jarang menghasilkan deposit mineral yang cukup
eonomis dan sebaliknya metasomatisme kontak sering menghasilkan deposit mineral
yang ekonomik.

Metamorfisme kontak memperlihatkan sifat-sifat yang dipengaruhi oleh (1) endogene


atau efek internal pada daerah diluar margin tubuh intrusif dan (2) exogene atau efek
eksternal pada batuan yang kontak dengan intrusi magma.

Efek endogene berupa perubahan tekstur dan mineral pada border zone; mineral
pegmatit seperti tourmalin, beryl, atau garnet bisa ditemukan.
Efek exogene terdiri atas baking atau pengerasan pada batuan samping dan
secara umum menyebabkan transformasi. Mineral lama diurai, dan ion-ionnya
mengalami rekombinasi untuk membentuk mineral stabil pada kondisi tersebut.
Sebagai contoh, mineral AB dan CD bisa ter-rekombinasi menjadi AC dan BD.
Dalam impure limestone yang mengandung Calcium Carbonat, magnesium, iron,
kuarsa dan lempung dapat terjadi alterasi seperti :
Calcium oksida + kuarsa wollastonite
dolomit + kuarsa + air termolite
dolomit + kuarsa + air + iron actinolite
kalsit + lempung + kuarsa grossularite garnet

Dalam semua alterasi tersebut komposisi kimia batuan hampir tidak ada perubahan.
Alterasi semakin kuat pada daerah yang dekat dengan tubuh intrusi dan menghasilkan
suatu metamorphic aureule disekitar intrusi dalam berbagai bentuk dan ukuran
tergantung pada bentuk dan ukuran intrusi.

Metasomatisme kontak berbeda dengan metamorfisme kontak dalam hal banyaknya


accessions dari magma yang terlibat dalam reaksi. Dalam reaksi metasomatik dengan
batuan kontak, mineral baru yang terbentuk dibawah kondisi temperatur dan tekanan
yang tinggi bisa terdiri atas sebagian atau seluruhnya berasal dari magma.
Mineraloginya pun lebih bervariasi dan kompleks dibanding metamorfisme kontak,
sedang depositnya terbentuk dengan baik terutama pada batuan calcareous.

Teknik Pertambangan Unmul - 20


3.1. PROSES DAN EFEK

Emanation membawa unsur-unsur yang me-replace the intruded rock membentuk


mineral logam dan non-logam yang terdistribusi secara tidak teratur dalam contact
aureule. Tapi tidak semua intrusi magma dapat menghasilkan deposit metasomatisme
kontak berharga karena sangat terkait dengan tipe magma dan lingkungan
pembentukannya. Magma harus mengandung unsur-unsur berharga, dan batuan
kontak harus berupa batuan yang reaktif dan pada the invaded zone sebaiknya dapat
dicapai oleh sirkulasi air konat dan air meteorik.

Temperatur. Semakin jauh dari zona kontak, temperatur semakin menurun.


Penurunan tersebut (secara gradual selama pendinginan magma yang lambat)
menyebabkan terjadinya zona mineralisasi disekitar tubuh intrusif. Disamping
temperatur, zonasi tersebut juga sangat tergantung pada chemical gradient. Kehadiran
mineral wollastonite, andalusite, sillimanite, kyanite, kuarsa, dan lain-lain,
mengindikasikan bahwa metasomatisme kontak terjadi pada temperatur antara 300o-
800oC, meski bisa juga (sangat jarang) terbentuk pada temperatur yang lebih tinggi.

Rekristalisasi, Rekombinasi, dan Accessions. Rekristalisasi dan rekombinasi


mineral penyusun batuan terjadi pada alteration halo. Rekristalisasi adalah indikasi
paling ringan dalam aksi kontak magma dengan invaded rock, terbentuk pada zona
alterasi terluar. Rekombinasi ion-ion terjadi dengan penambahan material dari magma.
Sebagai contoh, mineral AB dan CD te-rekombinasi menjadi AC dan BD, kemudian
menjadi ACX dan BDY, dimana X dan Y adalah Accessions dari magma.
Dolomit + kuarsa (+ temperatur tinggi) tremolite, kemudian seiring dengan
naiknya temperatur terbentuk forsterite, diopside, periclase, wollastonite,
monticellite, spurrite, merwinite, dan larnite.
Magmatic accession terutama terdiri atas logam-logam, silika, sulfur, boron,
chloride, fluorine, potassium, magnesium, dan sejumlah sodium.

Perubahan Volume. Berbagai penelitian menunjukkan adanya ekspansi volume


dalam metasomatisme kontak. Lingdren yang meneliti deposit metasomatik di
Morenici, Arizona, menunjukkan jika CaO dalam 1cc CaCO3 dikonversi menjadi
andradit garnet, volume CaO akan berubah menjadi 1,40cc, atau terjadi ekspansi
volume hampir setengah dari volume semula.

Tahap Pembentukan. Metasomatisme kontak mulai terjadi sesaat setelah intrusi dan
berlanjut hingga setelah bagian terluar intrusif terkonsolidasi. Secara umum, tahap
pertama terjadi rekristalisasi dan rekombinasi dengan atau tanpa accessions dari
magma. Mineral yang pertama terbentuk adalah mineral-mineral silikat. Magnetit dan
hematite kadang terbentuk bersamaan atau sesudah pembentukan mineral-mineral
silikat tersebut, tapi secara umum kedua jenis mineral tersebut (silikat dan oksida)
mendahului pembentukan mineral-mineral sulfida. Berturut-turut terbentuk pyrite dan
arsenopyrite, disusul oleh pyrhotite, molybdenite, sphalerite, chalcopyrite, galena, dan
paling akhir terbentuk sulfo-salts. Pada beberapa tempat, sulfida ditemukan terbentuk
bersamaan dengan silikat, namun ini sangat jarang terjadi.

Transfer material antara fluida magmatik dengan batuan samping terutama terjadi
pada periode akhir konsolidasi magma, yaitu setelah pendinginan border atau chill
zone dan selama akumulasi magma sisa dimana mineralizer mulai terbentuk.

Teknik Pertambangan Unmul - 21


3.2. HUBUNGAN METASOMATISME KONTAK DENGAN INTRUSI

Pembentukan deposit metasomatisme kontak sangat tergantung pada komposisi


magma, batuan induk (host rock), dan kaitan antara ukuran dan kedalaman tubuh
intrusif. Tubuh ekstrusif juga menghasilkan efek pada batuan samping seperti baking,
pengerasan, atau efek lain pada daerah kontak, tapi sangat jarang menghasilkan
deposit mineral.

Komposisi Intrusi. Efek metamorfisme dapat terjadi pada semua jenis magma, tapi
metasomatisme kontak umumnya hanya terbentuk pada intrusi yang bersifat
intermediet hingga felsik. Jarang deposit yang dijumpai pada intrusi mafik dan hampir
tidak ada dalam intrusi ultramafik. Penyebabnya adalah karena pada material felsik
lebih banyak mengandung fluida dibanding material mafik.

Ukuran dan Bentuk Intrusi. Umumnya deposit metasomatik kontak berasosiasi


dengan tubuh intrusi yang berukuran besar seperti stocks dan batholith. Jarang
ditemukan deposit yang berasosiasi dengan intrusi yang lebih kecil seperti laccolith,
sill, ataupun dike. Disamping itu, tubuh intrusi yang membentuk kontak dengan
kemiringan landai dengan batuan samping menghasilkan zona mineralisasi yang lebih
luas dibanding kontak intrusi dengan kemiringan besar.

Kedalaman Intrusi. Kedalaman intrusi adalah faktor yang penting dalam pembentukan
deposit metasomatisme, karena deposit hanya terbentuk pada batuan dengan massa
dasar granular, yang mengindikasikan pendinginan yang relatif lambat pada
kedalaman yang besar (1000~2100m). Tidak adanya deposit pada batuan dengan
tekstur glassy atau afanitik yang mengindikasikan pendinginan yang cepat pada
kedalaman dangkal, menunjukkan bahwa kondisi dekat permukaan tidak cocok untuk
pembentukan deposit metasomatik.

Alterasi pada Intrusi. Tubuh intrusi juga mengalami alterasi selama terjadinya
metamorfisme kontak. Epidote misalnya, adalah mineral utama dalam tubuh intrusi
yang kemungkinan dihasilkan dari absorpsi CaO dan CO2 dari the invaded rock.
Mineral lain yang terbentuk dengan cara yang sama adalah sebagian garnet,
vesuvianite, chlorite, diopside, disamping serisitisasi yang juga kadang ditemukan.

3.3. HUBUNGAN METASOMATISME KONTAK DENGAN THE INVADED ROCK

Karakter dan penyebaran alterasi pada the invaded rock tergantung pada komposisi
dan struktur (baik primer maupun sekunder) the invaded rock tersebut.

Komposisi The Invaded Rock. Batuan karbonat adalah batuan yang paling penting
dalam pembentukan deposit metasomatik. Pure limestone dan dolomit mudah
mengalami rekristalisasi dan rekombinasi dengan elemen-elemen dari external source.
Sedang kehadiran unsur-unsur pengotor seperti silika, alumina, dan besi dalam impure
carbonate rocks memungkinkan terbentuknya lebih banyak kombinasi mineral.
Batupasir juga mengalami rekristalisasi menjadi kuarsit dan kadang mengandung pula
mineral-mineral metasomatik. Serpih (shale) dan slate teraltersi menjadi hornfels yang
mengandung andalusite, sillimanite, staurolite, dan garnet, namun secara umum
batuan-batuan argillaceous jarang mengandung deposit metasomatisme yang bernilai
ekonomis.

Teknik Pertambangan Unmul - 22


Struktur The Invaded Rock. Struktur yang terdapat pada the invaded rock baik primer
maupun sekunder, seperti kemiringan bidang perlapisan dan sesar, mempengaruhi
luas dan posisi zona metasomatik kontak. Kemiringan perlapisan yang condong kearah
tubuh intrusi sangat baik untuk pembentukan zona metasomatik. Demikian juga sesar
dapat menjadi channelway untuk fluida metasomatik menyebar.

3.4. DEPOSIT METASOMATISME KONTAK

Deposit metasomatisme kontak umumnya ukurannya relatif kecil dengan dimensi


sekitar 30 - 120m, distribusinya tidak merata di dalam contact aureule dan cenderung
terkonsentrasi pada sisi tubuh intrusi yang landai. Bentuknya umumnya irregular atau
mengikuti bidang perlapisan, kekar-kekar, atau struktur lainnya.

Mineral-mineral gang yang biasa ditemukan dalam deposit metasomatik antara lain
adalah grossularite dan andradite garnet, hedenbergite, tremolite, actinolite,
wollastonite, epidote, zoesite, vesuvianite, diopside, forsterite, anorthite, albite, fluorite,
chlorite, mika dan lain-lain. Kuarsa dan mineral-mineral karbonat selalu ditemukan.
Sebagai tambahan, silikat yang mengandung mineralizers seperti tourmaline, axinite,
scapolite, ludwigite, chondrodite, dan topaz, kadang-kadang ditemukan juga.

Mineral bijih terdiri atas oksida, logam murni (native), dan sulfida, arsenides, dan sulfo-
salts. Bijih oksida terdiri atas magnetite (paling banyak), ilmenite, hematite
(specularite), corondum, dan spinel. Logam murni yang paling banyak adalah graphite,
sedang emas dan platinum dijumpai dalam jumlah sedikit. Sulfida terutama terdiri atas
base-metal sulfides. Kadang juga ditemukan sulfo-arsenides dan antimonides,
tellurides, sceelit, dan wolframit.

Tabel 3.1 Tipe-tipe deposit mineral, mineral utama, dan contoh deposit yang terbentuk oleh
Metasomatisme Kontak (Bateman & Jensen, 1981)
Deposit Chief Minerals Example of Deposit
Iron Magnetite and hematite Cornwal. Pa. Mex
Copper Chalcopyrite and bornite, with pyrite, pyrhotite, Some deposits of Morenci
(Tembaga) sphalerite, molybdenite, and iron oxides and Bisbee, Arizona
Zinc Sphalerite with magnetite, sulfides of iron and lead Hanover, N. Mexico
Galena, magnetite,and sulphides of iron, copper,
Lead Magdalena, N. Mexico
and zinc
Cassiterite, wolframit, magnetite, scheelite,
Tin Pitkaranta, Finland
pyrrhotite
Scheelite and minor sulphides, or wolframit with
Tungsten Mill City, Nevada
molybdenite and minor sulfides
Molybdenum Molybdenite, pyrite, garnet Yetholm, Australia
Graphite Graphite and contact silicates South Australia
Gold with arsenopyrite, magnetite, and sulfides of
Gold Cable, Mont.; Suan, Korea
iron and copper
Argentite, native, argentiferous galena Bingham district-Lark and
Silver
U.S. Mines
Manganese Manganese and iron oxides and silicates Langban, Swedwn
Magnetite and corondum, with ilmenite and spinel Virginia, Peekskil, N.Y.;
Emery
Turkey; Greece
Garnet Garnet and silicates
Corondum with magnetite, garnet, and other Peekskil, N.Y.; Chester,
Corondum Mass.
silicates

Teknik Pertambangan Unmul - 23


IV. HIDROTERMAL
Proses pembentukan bijih secara primer pertama kali terbentuk dalam dapur magma,
yang diikuti oleh proses-proses di luar dapur magma selama dan sesaat setelah
proses konsolidasi berlangsung.

Hydrothermal mineralizing solution sebagian berasosiasi dengan magma dan sebagian


lagi tidak. Istilah hidrotermal secara harfiah diartikan sebagai air panas, dan air panas
bisa saja berasal dari proses lain selain proses magmatik. Dia bisa berupa air meteorik
atau air konat atau kandungan air yang dilepaskan dari dalam batuan selama proses
metamorfisme dan membentuk larutan hidrotemal. Menurut Helgeson, larutan
hidrotermal adalah larutan yang kental, weakly dissociated, dan larutan elektrolit yang
kaya akan chloride. Dengan kandungan chloride dan hadirnya ion H+, menunjukkan
bahwa bahwa larutan hidrotemal tersebut bersifat asam. Tentu saja hal ini sangat
tergantung pada derajat disosiasi HCl menjadi ion H+ dan Cl-. Pada temperatur 100oC
atau kurang, HCl hampir komplit mengalami disosiasi dan pH menjadi rendah.

Lingdren berdasarkan pada temperatur, tekanan dan asosiasi mineral deposit


hidrotermal, membagi deposit hidrotermal kedalam tiga kelas :
1. Hipotremal : Deposit hidrotermal yang terbentuk pada temperatur tinggi (300o
500oC) dan tekanan sangat tinggi didekat intrusif
2. Mesotremal : Deposit hidrotermal yang terbentuk pada temperatur intermediet
(200o 300oC), tekanan tinggi, dan terletak cukup jauh dari intrusif.
3. Epitermal : Deposit hidrotermal yang terbentuk pada temperatu rendah (50o
200oC), tekanan menengah, dan terletak jauh dari intrusif.
Buddington menambahkan dua kelas :
4. Teletermal : Deposit hidrotermal yang terbentuk setelah larutan bermigrasi
jauh dari intrusif dimana kemungkinan sebagian materialnya tidak berasal dari
intrusif, temperatur dan tekanan rendah.
5. Xenotermal : Deposit hidrotermal yang terbentuk oleh larutan dekat
permukaan pada kondisi temperatur awal dan tekanan awal tinggi
menyebabkan terjadinya reaksi dan pengendapan yang cepat

Dalam perjalanan melewati batuan, larutan hidrotermal secara berangsur


mengendapkan mineralnya dalam bentuk (1) pengendapan dalam berbagai jenis
bukaan (cavity filling) dalam batuan, membentuk cavity-filling deposits, atau (2)
replasemen metasomatik dalam batuan membentuk replacement deposits. Pengisian
bukaan oleh presipitasi bisa bersamaan dengan replasemen batuan samping. Namun
secara umum, terjadi gradasi antara kedua tipe deposit mineral tersebut. Replasemen
dominan terbentuk relatif dekat dari tubuh intrusif dan dibawah kondisi temperatur dan
tekanan yang tinggi menghasilkan deposit hipotermal. Pengisian bukaan terbentuk
relatif jauh dari tubuh intrusif dan dibawah kondisi temperatur dan tekanan yang rendah
yang menghasilkan deposit epitermal. Sedang pada deposit mesotermal, kedua
bentuk tersebut dapat ditemukan.

4.1. PRINSIP DASAR PROSES HIDROTERMAL

Proses hidrotermal menghasilkan deposit mineral yang merupakan sumber suplai


utama dari berbagai jenis mineral seperti emas, perak, tembaga, timah, antimon,
kobalt, merkuri, molybdenum, uranium, tungsten, fluorspar, barite, gems, dan lain-lain.

Teknik Pertambangan Unmul - 24


Beberapa hal yang menjadi syarat pembentukan deposit hidrotermal adalah :
1. Tersedia mineralizing solutions (mineralizers) yang cukup banyak untuk
melarutkan dan menjadi media transport bahan-bahan mineral,
2. Tersedianya bukaan (opening) dalam batuan sebagai saluran migrasi larutan
hidrotermal,
3. Tersedia tempat untuk pengendapan kandungan mineral,
4. Reaksi kimia yang menghasilkan deposit, dan
5. Konsentrasi larutan cukup mengandung bahan-bahan mineral deposit untuk
membentuk deposit yang baik.

Kandungan volatile dan larutan mineral yang memiliki titik beku yang cukup rendah tersebut
dikenal dengan istilah mineralizers. Mineralizers ini mengandung (1) elemen bersifat mobil
dalam jumlah cukup banyak dalam batuan, (2) elemen seperti tembaga, lead, zinc, perak, emas
dan lain-lain; LIL (large-ion lithophile), (3) elemen seperti Li, Be, B, Rb, dan Cs; dan (4)
dalam jumlah cukup banyak berupa alkali, alkali earth, dan volatile khususnya Na, K, Ca, Cl,
2
dan CO . Kesemuanya itu memegang peranan penting dalam transportasi metal pada proses
hidrotermal.

4.1.1. Pergerakan Larutan Hidrotermal Melalui Batuan

Pergerakan larutan hidrotermal dari sumber ke tempat pengendapan sangat


tergantung pada tersedianya bukaan (opening) dalam batuan, sedang pembentukan
tubuh bijih yang besar tergantung kepada banyaknya suplai material yang bisa
terangkut melalui bukaan tersebut. Dengan demikian bukaan tersebut harus saling
berhubungan antara satu dengan lainnya. Berbagai tipe bukaan dalam batuan yang
dapat menjadi saluran migrasi larutan disajikan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Tipe-tipe bukaan dalam batuan


Original Cavities
Pore spaces Cooling cracks
Crystal lattices Igneous breccia cavities
Vesicles or blow holes Bedding Planes
Lava drain channel
Induced Channel
Fissures, with or without faulting Volcanic pipes
Shear-zone cavities Tectonic pipes
Cavities due to folding and warping Collapse breccias
Saddle reefs Solution caves
Pitches and flats Rock alteration openings
Anticlinal and synclinal cracking and slumping

Porositas. Porositas batuan adalah persentase pori dalam batuan. Pada batuan
dengan butiran berbentuk bulat, kisaran posositas dari minimum 25,95% dan
maksimum 47,64%. Namun perlu diingat bahwa butiran batuan tidak pernah
sepenuhnya bulat. Material berbentuk angular memiliki porositas yang lebih besar
dibanding yang berbentuk bulat, dan material berukuran halus relatif lebih besar
posositasnya dibanding material berukuran kasar.

Teknik Pertambangan Unmul - 25


Persentase porositas dari beberapa sampel batuan adalah sebagai berikut :

Rata-rata Maksimum Minimum


Granit 0,369 0,62 0,19
Batugamping 4,88 13,36 0,53
Batupasdir 15,9 28,28 4,81
Oil sands 19,4
Batulempung 28,43

Permeabilitas. Permeabilitas adalah kemampuan material meluluskan air.


Permeabilitas tergantung pada porositas batuan, tapi batuan yang porous belum tentu
permeabilitasnya bagus. Permeabilitas tergantung pada ukuran pori, banyaknya pori,
dan interkoneksi antar pori. Beberapa lava vesikular berporositas tinggi, tapi karena
tidak salin berhubungan menyebabkan permeabilitasnya rendah.

Pore Spaces. Pori batuan adalah ruang antar butiran. Pore spaces ini menyebabkan
batuan menjadi permeabel dan memungkinkan transport dan akumulasi bijih-bijih,
petroleum, gas, dan air.

Bedding Planes. Kenampakan pada formasi sedimen berupa bidang perlapisan.

Vesicles or Blow Holes. Vesicles ar blow holes adalah bukaan yang dihasilkan
oleh ekspansi vapor seperti terlihat pada bagian atas beberapa aliran lava basal. Jika
vesicle tersebut terisi disebut amygdaloid.

Volcanic Flow Drains. Volcanic Flow Drains terbentuk pada aliran lava manakala sisi
luar lava telah solid dan lava cair pada bagian dalam keluar membentuk pipa/saluran.

Cooling Cracks. Terbentuk sebagai hasil kontraksi betuan beku yang mendingin.
Cooling cracks bisa berbentuk blok, paralel, atau irregular.

Fissures. Fissures adalah bukaan berbentuk tabular memanjang dalam batuan.


Terbentuk oleh gaya kompresi, tensile, atau torsion yang bekerja pada batuan dan
kadang diikuti oleh patahan. Jadi patahan termasuk fissures, tapi tidak semua fissures
diikuti oleh patahan. Fissures ini merupakan saluran yang sangat baik untuk
transportasi larutan. Jika fissures tersebut terisi oleh logam atau mineral, disebut
fissures veins.

Folding and Warping. Pelenturan dan lipatan lapisan sedimen menghasilkan bentuk :
(1) bukaan saddle reef pada puncak lipatan yang tertutup, (2) pitches and flats adalah
bukaan yang terbentuk oleh pemisahan lapisan pada gentle slumping, dan (3)
longitudinal cracks sepanjang puncak antiklin atau sinklin.

Igneous breccia Cavities. Breksi batuan beku ada dua tipe, yaitu : breksi vulkanik
yang membentuk aglomerat dan breksi intrusif.

Volcanic Pipe. Pada saat terjadi aktifitas vulkanik terbentuk bukaan berbentuk pipa
akibat adanya material yang terlempar keluar. Material yang terlempar keluar tersebut
kadang kembali jatuh ke dalam lubang vulkanik membentuk breksi dan menyisakan
ruang antar fragmen.

Teknik Pertambangan Unmul - 26


Tectonic Breccia, Collapse Breccia, etc. Breksi juga bisa terbentuk akibat adanya
penghancuran pada batuan brittle disebabkan oleh lipatan, sesar, intrusi atau berbagai
gaya tektonik lain. Sama seperti breksi yang terbentuk pada volcanic pipes, fragmen
breksi yang terkonsolidasi menyisakan ruang antar fragmen.

Rock Alteration Openings. Batuan yang mengalami alterasi bersifat lebih porous
dibanding batuan yang tidak teralterasi.

Pergerakan larutan melalui batuan umumnya melalui bukaan yang berbentuk fissures
karena sifatnya yang saling berhubungan, atau melalui bukaan lain yang lebih kecil
seperti shear zone, lapisan lava vesikuler, atau sedimen yang porous.

Disamping tersedianya bukaan, ukuran butir partikel batuan juga cukup penting dalam
pembentukan deposit hidrotermal, bukan hanya dalam kaitannya dengan pergerakan
larutan dalam batuan, tapi juga dalam kaitannya dengan reaksi kimia antara batuan
samping dengan larutan. Batuan dengan ukuran partikel kecil (seperti claystone)
menunjukkan luas permukaan yang kontak dengan larutan lebih besar dari batuan
dengan ukuran partikel besar (seperti sandstone), hal ini memungkinkan terjadinya
reaksi kimia yang lebih banyak antara batuan dengan larutan. Sedang ukuran porinya
sangat kecil sehingga permeabilitasnya menjadi rendah. Kondisi demikian memang
kurang baik untuk migrasi larutan, tapi sebaliknya sangat baik untuk pengendapan
mineral.

Pengendapan mineral terjadi seiring dengan turunnya temperatur dan berkurangnya


tekanan dalam larutan. Turunnya temperatur sangat tergantung pada jumlah larutan
yang bergerak dan kapasitas batuan samping untuk menerima panas dari larutan.
Sementara akan berkurang seiring dengan semakin berkurangnya kedalaman akibat
pergerakan larutan relatif ke atas.

4.2. ALTERASI BATUAN SAMPING DAN GANGUE

Batuan samping (country rock) yang ditempati deposit bijih dari proses hidrotermal,
hampir selalu memperlihatkan adanya efek reaksi yang dihasilkan dari fluida panas
yang mengalami sirkulasi menuju kesetimbangan. Efek tersebut berbentuk selubung
(isolasi) yang membatasi antara batuan segar dengan terobosan magma sisa.
Selubung tersebut disebut alterasi batuan samping.

Alterasi hidrotermal adalah setiap perubahan komposisi mineral batuan (baik fisik
maupun kimia) karena pengaruh fluida hidrotermal. Alterasi bisa disebabkan antara
lain oleh :
1. Diagenesis dalam sedimen
2. Proses regional, termasuk metamorfisme
3. Proses postmagmatic atau postvolcanic yang berasosiasi dengan proses
pendinginan
4. Proses mineralisasi langsung

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk dan intensitas alterasi hidrotermal


adalah :
1. Karakteristik dan komposisi batuan induk (host rock)
2. Komposisi fluida hidrotermal yang meliputi Eh, pH, tekanan vapor, komposisi
anion-kation, dan derajad hydrolysis.

Teknik Pertambangan Unmul - 27


3. Kondisi temperatur dan tekanan dan perubahan fase hidrotermal
4. Perubahan akibat penguraian unsur-unsur dalam larutan, seperti penguraian
H2S yang menyebabkan larutan menjadi lebih asam.

Luas daerah alterasi untuk setiap deposit sangat bervariasi, kadang bisa mencapai
beberapa kilometer jika alterasi tersebut dipengaruhi oleh a network of vein.
Perubahan minor dalam distribusi mineral gangue bisa menunjukkan arah penyebaran
vein yang mengandung bijih.

Mineral Bijih Mineral Gang Wall-rock


Ore Minerals Ganggue Minerals Alteration
HgS m k
a a b
r l a
Epithermal Sb2S3 k s r Montmorillonite
a e r f i Kaolinite
Au AgS s d o l t V
i o d u a
t n s o o
Barren i k r
r
d r i i
G AgS Ag3SbS3 e o t a
e r s b
n Cu12Sb4S13 i i
PbS l
t t
e p ku k e
r Mesothermal ZnS i a a Chlorite
a r r l S Carbonates
l CuFeS2 i s s e
t a i
i t
q
z Au u
e e Sericite
d FeAsS Bi n Quartz
c Pyrite
Hypothermal MoS2 e

CaWO4 (Fe,Mn)WO4

SnO2
Diopsit Diopside
Metasomatik kontak Fe3O4 CaWO2 Garnet Garnet
Idocrase
Contact Metasomatic Tremolit Idocrase
SnO2 Be3Al2Si6O18 o t
r u
t r Quartz
Pegmatik LiAlSi2O6 o m Muscovite
pegmatite k a Tourmaline
l l Topaz
(Fe,Mn)(Nb,Ta)2O6 a i
s n
Gambar 4.2. Kondisi kimia dan mineralogi secara umum yang berasosiasi dengan zona epi-
meso-hypothermal, metasomatik kontak, dan pegmatik (D. Garlick).

Teknik Pertambangan Unmul - 28


Reaksi yang penting untuk alterasi ada beberapa tipe yaitu :
1. Hidrolisis; Hidrolisis batuan samping sangat penting karena berfungsi untuk :
a. merubah anhydrous silicates seperti feldspar menjadi hydrolyzed.
b. Mempertahankan pH fluida yang pada gilirannya mempengaruhi
solubility dan hubungan asosiasi-dissosiasi dalam fluida.
Hydrolisis mengontrol transfer K+, Na+, Ca2+, Mg2+, dan ion-ion lainnya dari
batuan silikat ke dalam larutan (solution).
2. Hydration-Dehydration
3. Metasomatisme alkali atau alkali tanah
4. Serpentinisasi mineral olivin dan rombik-piroksin
5. Kloritisasi mineral-mineral ferromagnesian
6. Saussuritisation atau alterasi basic plagiclase menjadi sodic plagioclase,
epidote, kalsit, dan lain-lain.
7. Uralitisation atau alterasi piroksin menjadi amfibol
8. Propylitisation atau alterasi batuan beku berbutir halus (terutama andesit)
menjadi klorit, epidot, serisit, dan lain-lain
9. Kaolinitisation atau alterasi feldspar menjadi mineral lempung.

4.3. DEPOSIT MINERAL YANG DIHASILKAN

Pengisian celah (cavity filling) adalah pengendapan larutan mineral dalam bukaan
yang terdapat pada batuan samping (rock opening). Larutannya sendiri bisa dalam
kondisi cair atau kental, panas atau dingin, dan berasal dari magmatik atau bukan.
Umumnya mereka dalam bentuk cair dan panas. Mineral pertama tumbuh dari dinding
bukaan kearah dalam bukaan.

Dalam beberapa kasus, satu atau beberapa mineral terendapkan pada semua bagian
dinding bukaan menghasilkan homogeneus atau massive ore. Dalam bukaan juga
kadang terlihat adanya crustificatian atau adanya perulangan pengendapan mineral
dari arah luar ke arah dalam bukaan. Perulangan tersebut bisa dalam bentuk simetris
jika terjadi perulangan secara sistematis (123454321) atau bentuk asimetris jika
perulangannya tidak sistematis (acbdbebfbgbka).
Perulangan asimetris bisa terjadi jika ada reopening pada deposit yang telah terbentuk
sebelumnya, misalnya pertama terendapkan abba yang kemudian setelah reopening
celah abba diisi oleh mineral lain c,d,e,f, dan seterusnya.

Jika pengendapan mineral terjadi disekeliling fragmen-fragmen breksi, maka dihasilkan


cockade ore. Jika kristal mineral utama tumbuh dari dinding kearah dalam bukaan,
terbentuk comb structure. Jika pengisiian bukaan tidak komplit dalam seluruh bukaan
batuan, terbentuk vugs yang kadang bisa dimasuki manusia.

Pengisian celah meliputi dua proses utama, yaitu : (1) pembentukan bukaan, dan (2)
pengendapan mineral. Keduanya bisa terjadi secara bersamaan, namun umumnya
keduanya terbentuk secara terpisah.

Deposit pengisian celah (cavity filling) ditemukan dalam bentuk-bentuk berikut :


1. Fissure veins; tubuh bijih berbentuk tabular yang meliputi satu atau lebih
fissure. Fissure veins adalah bentuk deposit cavity filling yang paling penting
dan paling banyak ditemukan. Fissure veins terbentuk (1) oleh stresses yang
bekerja pada kerak bumi dan bisa diikuti oleh pen-sesar-an, dan (2) oleh gaya
dari dalam tubuh intrusi selama mineralisasi berlangsung. Vein matter pada

Teknik Pertambangan Unmul - 29


fissure terdiri atas beberapa mineral gang dan bijih. Tidak seperti pada deposit
cavity filling lainnya, fissure veins umumnya mengandung lebih dari satu
mineral gang seperti kuarsa, kalsit, dan rhodochrosite. Mineral bijih yang sering
ditemukan dalam kelas ini adalah gold, silver, silver-lead, copper, lead, zinc, tin,
antimony, cobalt, mercury, molybdenum, uranium, tungsten, fluorspar, barite,
dan gems. Beberapa bentuk fissure veins adalah :
a. Chambered veins; jika dinding fissure veins berbentuk irregular dan ter-
breksiasi terutama pada hanging wall-nya.
b. Dilation (lenticular) veins dalam batuan sekiss; jika fissure veins
berbentuk lensa gemuk yang saling berhubungan.
c. En echelon veins dalam batuan sekiss; jika fissure veins berbentuk
lensa gemuk yang tidak saling berhubungan.
d. Sheeted veins; kelompok fissure veins yang rapat dan paralel.
e. Linked veins; kelompok fissure veins yang paralel dan dihubungkan oleh
diagonal veinlets.
2. Shear-zone deposits; tubuh bijih yang tipis, melembar, bukaan yang saling
berhubungan sehingga sangat baik dalam pembentukan deposit cavity filling.
Bijih yang sering ditemukan dalam bentuk ini adalah gold dan pyrite.
3. Stockwork; veinlet pembawa bijih berukuran kecil, membentuk network, dan
saling berhubungan. Bijih yang biasa ditemukan dalam bentuk ini adalah tin,
gold, silver, copper, molybdenum, cobalt, lead, zinc, mercury, dan asbestos.
4. Saddle reef; suatu celah (ruang) pada puncak lipatan antiklin berbentuk sadel
kuda, yang kemudian terisi dengan deposit cavity filling.
5. Ladder veins; vein pendek yang biasanya adalah cabang dike.
6. Pitches and flat- fold cracks
7. Breccia-filling deposits, volcanic, collapse, and tectonic
8. Solution cavity filling : cave, channel, and gash vein
9. Pore-space filling
10. Vesicular filling.

Metasomatic replacement atau simply replacement adalah proses yang sangat penting
dalam pembentukan deposit mineral hipotermal, mesotermal, dan penting dalam
pembentukan deposit mineral epitermal. Metasomatic replacement umumnya
menghasilkan deposit mineral-mineral bijih seperti iron, copper, lead, zinc, gold, silver,
tin, mercury, molybdenum, manganese, barite, fluorite, magnesite, dan kyanite. Bentuk
depositnya adalah disseminated, massive, dan lode.

Teknik Pertambangan Unmul - 30


V. GENESA DEPOSIT TEMBAGA PORFIRI

Tambang tembaga tertua yang diketahui terletak di Maadi pada zaman pra-dinasti
Egiptian sekitar 10 km dari Kairo dan artefak tembaga yang ditemukan menunjukkan
bahwa industri peleburan bijih tembaga telah dimulai sejak 3300SM. Di Zambia juga
ditemukan tambang tembaga di daerah Bwana Mkubwa dekat Ndola. Selanjutnya
diketahui pula bahwa di Asia Kecil dan Siprus telah ada peleburan dan pengolahan
tembaga, dan mencapai puncaknya pada zama Egiptian (Bowen & Gunatilaka, 1977).

Catatan sejarah menunjukkan bahwa antara tahun 1580 1850 produksi tembaga per
tahun 10.000 ton. Jadi pada saat itu, hanya deposit tembaga berkadar tinggi yang telah
dieksploitasi. Di Eropa Utara, bijih tembaga yang ditambang pada tahun 1540 berkadar
8% tembaga. Pada tahun 1890 deposit tembaga berkadar 6% tembaga sudah mulai
digarap dan menjelang 1906, berkat kemajuan teknologi penambangan, deposit
tembaga dengan kadar 2% tembaga sudah dianggap ekonomis.

Dewasa ini Amerika Serikat, Kanada, Cili, Peru, dan Zambia merupakan negara-
negara penghasil tembaga utama dunia. Sedangkan negara-negara konsumen
tembaga utama adalah Eropa barat, Jepang, dan negara-negara di Amerika Utara.
Penggunaan tembaga umumnya adalah untuk keperluan industri listrik,
telekomunikasi, keteknikan, transportasi, dan lain-lain.
Meski terdapat logam pengganti tembaga, seperti aluminium, kenyataan
menunjukkan bahwa kebutuhan akan tembaga terus meningkat seiring dengan
kemajuan teknologogi dan taraf hidup masyarakat yang membaik.

Sistem pengolahan tembaga dilakukan dengan ekstraksi tembaga, dimana tembaga


dipisahkan dengan cara flotasi. Bijih tembaga pekat dari flotasi tersebut kemudian
dibakar dalam tanur pada temperatur tinngi sehingga tembaganya memisah.
Pengolahan tahap akhir dilakukan dengan elektrolisis atau pemurnian tembaga
(Moeller, 1968).

5.1. HAKEKAT DAN KLASIFIKASI TEMBAGA

Tembaga adalah salah satu unsur transisi periode keempat dan anggota golongan IB
dalam sistem periodik. Sebagaimana unsur transisi lainnya, tembaga juga merupakan
logam padat dengan sifat kimia seperti pada tabel 5.1. Unsur ini di alam dapat
berbentuk logam bebas atau dalam bentuk senyawa-senyawa sulfida dan oksida,
berwarna merah tembaga, berat jenis 8 dan kekerasan 3.

Tabel 5.1 Sifat kimia tembaga (Goates, 1981)


Sifat Kimia Tembaga (Cu)
Jari-jari Atom (A) 1,28
o
Titik leleh ( C) 1080
Elektronegativitas 1,8
Konfigurasi elektron 3d104s1
Tingkat oksidasi +1, +2, +3
Nomor atom 29
Berat atom 63,54
Titik didih (oC) 2310

Teknik Pertambangan Unmul - 31


Berdasarkan asosiasi batuannya, Jacobsen (1975) dalam Bowen dan Gunatilaka
(1977) telah membagi deposit tembaga ke dalam empat kategori yang terdiri atas :
1. Plutonik; termasuk kompleks ultramafik dan mafik, kompleks karbonat dan
porfiri, dan pirometasomatik skarn
2. Hidrotermal; termasuk vein hidrotermal, replasemen dan bijih pipa breksi
(breccia pipe ores).
3. Volkanogenik; termasuk stratabound massive base metal sulphides dan
disseminated sulphides dalam tufa dan aglomerat.
4. Sedimen; termasuk deposit yang terbentuk dalam lapisan merah kontinen
(continental red beds) dan calc-arenites.
Sebenarnya keempat kelas tersebut di atas sedikit banyak telah mengalami pengaruh
hidrotermal. Alasan untuk memisahkan hidrotermal ke dalam kelas tersendiri karena
kenyataan menunjukkan bahwa sebagian deposit tembaga yang berhubungan genetik
dengan hidrotermal, seperti tipe deposit hidrotermal residu, tidak bisa dimasukkan ke
dalam ketiga kelas lainnya. Contoh deposit tembaga seperti ini adalah deposit bijih
tembaga Butte di Montana yang berasosiasi dengan vein berbentuk anyaman.

Selanjutnya dari keempat kelas di atas, terdapat empat jenis deposit tembaga utama
yaitu (1) deposit bijih tembaga porfiri, (2) deposit bijih tembaga hidrotermal, (3) deposit
bijih tembaga sedimen vulkanik, dan (4) deposit bijih tembaga stratiform.

Gambar 5.1 Total produksi per tahun dari empat jenis deposit tembaga utama dan umur relatif
masing-masing deposit (Bowen dan Gunatilaka, 1977)

Dari histogram di atas, menunjukkan bahwa secara ekonomi, produksi tembaga


terbesar berasal dari deposit porfiri yang juga merupakan deposit berumur relatif
muda.

5.2. DEFINISI DEPOSIT TEMBAGA PORFIRI DAN PENYEBARANNYA

Istilah tembaga porfiri berasal dari hubungan mineralisasi tembaga dengan batuan
plutonik. Deposit ini dicirikan oleh tembaga dan molibdenit dalam bentuk hamburan
(disseminated) atau fenokris dalam batuan dengan tekstur porfiritik. Tembaga porfiri
didefinisikan sebagai suatu deposit besar, berkadar rendah hingga menengah dalam

Teknik Pertambangan Unmul - 32


sulfida hipogen yang dikontrol oleh struktur primer dan umumnya berasosiasi dengan
intrusi asam atau intermediat porfiri (Kirkham, 1971, dalam Guilbert dan Park, 1987).

Deposit besar adalah untuk menggambarkan total produksi tembaga dari deposit
tembaga porfiri yang sangat besar, sekitar 15 milyar ton per tahun.
Deposit berkadar rendah hingga menengah adalah untuk menjelaskan konsentrasi
tembaga dalam deposit tembaga porfiri. Umumnya kandungan tembaga berkisar
antara 0,6 0,9% Cu, yang paling tinggi sekitar 1 2% Cu seperti di El Teniente
dan Chuquimata, sedang yang paling rendah adalah 0,35% Cu hingga saat ini
dianggap belum ekonomis. Mineral tembaga yang paling umum dijumpai adalah
kalkopirit, sedang jenis lain seperti bornit dan kalkosit jumlahnya sangat kecil.

Umumnya deposit tembaga porfiri berumur post-Paleozoikum, khususnya antara kala


Kapur dan Paleogen. Sillitoe (1972) dalam Bowen dan Gunatilaka (1977) menyatakan
penyebaran tembaga porfiri tergantung pada tingkat erosi yang menyebabkan
tersingkapnya rantai plutonik-vilkanik dan pembentukannya berhubungan erat dengan
generasi magma pada zona-zona subduksi.

Deposit tembaga porfiri yang utama ditemukan pada daerah bagian barat benua
Amerika yang memanjang dari Alaska, Kolumbia, Amerika Serikat (Wasington),
Montana, Idaho, Kolorado, Utah, Nevada, New Mexico, Peru dan Cili bagian utara
hingga Argentina, dan kemungkinan memanjang hingga Antartika. Sementara itu di
bagian barat Pasifik ditemukan juga deposit tembaga porfiri memanjang dari
Kepulauan Solomon, Papua New Guinea, Papua Barat, Kalimantan Timur, Filifina
hingga Taiwan.

Tempat lain dimana deposit tembaga porfiri ditemukan adalah Rumania, Bulgaria, Iran,
Pakistan, dan di negara-negara bekas Uni Soviet seperti Armenia dan Kazakhtan.

5.3. HUBUNGAN TEKTONIK LEMPENG DENGAN PEMBENTUKAN DEPOSIT


TEMBAGA PORFIRI

Variasi gerakan arus konveksi pada lapisan astenolit mengakibatkan terjadinya tiga
jenis pola gerakan lempeng bumi yaitu konvergen, divergen, dan transform.
Sehubungan dengan pembentukan deposit tembaga porfiri, maka pola gerakan
lempeng yang paling penting menurut Sillitoe (1972) dalam Bateman (1979) adalah
konvergen dimana terjadi gerakan saling mendekati antara dua lempeng menyebabkan
terjadinya suatu benturan, pembentukan palung dan banyak menimbulkan gempabumi
serta gunungapi benua. Akibat benturan-benturan lempeng tersebut membentuk zona
subduksi yang umumnya terjadi antara lempeng benua dan lempeng samudera, yang
diikuti oleh peleburan sebagian akibat tekanan dan temperatur yang tinggi
menghasilkan magma calc-alkali.

Teknik Pertambangan Unmul - 33


Gambar 5.2 Hubungan antara pembentukan deposit tembaga porfiri dengan zona subduksi
(Sillitoe, 1972, dalam Bateman, 1979).

Gambar 5.3 Hubungan penyebaran deposit tembaga porfiri dengan jalur subduksi
Mesozoikum-Kenozoikum (Sillitoe, 1972, dalam Bateman, 1979).

Kandungan logam di dalam magma calc-alkali umumnya berasal dari kerak samudera
yang terdiri atas tiga layer, dimana layer 1 adalah endapan sedimen laut yang banyak
mengandung logam, dan dibawahnya layer 2 dan 3 adalah basal dan gabro.

Sejak zaman Kapur terjadi gerakan konvergen antara benua Amerika dengan lempeng
Pasifik disepanjang bagian barat Amerika. Tabrakan ini membentuk rantai vulkanik
disepanjang jalur subduksi tersebut, sekaligus juga membentuk deposit tembaga
porfiri. Sedangkan pada bagian barat Pasifik juga terjadi subduksi akibat gerakan
lempeng Eurasia ke arah timur membentuk deposit tembaga porfiri di sepanjang
bagian barat Pasifik termasuk kepulauan Solomon, Papua New Guinea, Jepang, dan
lain-lain. Sementara itu gerakan relatif lempeng Eurasia dan Afrika membentuk juga
deposit tembaga porfiri di Iran, Pakistan, dan Turki.

Teknik Pertambangan Unmul - 34


5.4. MEKANISME PEMBENTUKAN DEPOSIT TEMBAGA PORFIRI

Deposit tembaga porfiri dihasilkan melalui suatu proses geokimia-fisika dari rangkaian
berupa magmatik akhir, magmatik hidrotermal, meteorik hidrotermal, hingga normal
hidrotermal seiring dengan berkurannya kedalaman. Intrusi calc-alkali atau alkali
menghasilkan batuan berkomposisi tertentu dari monzonit kuarsa hingga granodiorit
atau diorit hingga senit. Batuan samping yang melarut ke dalam magma akan turut
mempengaruhi komposisi magma danstruktur kemas magma. Umumnya deposit
tembaga porfiri berukuran jauh lebih besar dari deposit hidrotermal lainnya. Bentuk
deposit ini memperlihatkan bahwa struktur berskala besar ikut mengontrol mineralisasi
dan kedalaman pembentukannya.

Gustafon dan Hunt, 1975, dalam Park dan Guilbert, 1986, yang menyelidiki proses
pembentukan deposit tembaga porfiri di El Salvador Chili menyimpulkan tiga hal, yaitu :
1. Stok porfiri terbentuk di dalam atau di atas zona cupola dalam bentuk kompleks
dike (dike swarm).
2. Transfer tembaga, logam lain dan sulfur ke dalam stok porfiri dan batuan
samping terjadi karena adanya pemisahan fluida magma dan metasomatik
secara menyeluruh.
3. Transfer panas dari magma ke batuan samping menyebabkan terjadinya
sirkulasi airtanah.

Hampir semua deposit tembaga porfiri memiliki kondisi yang sama dengan kondisi di
atas. Perbedaan proses tergantung pada kedalaman pembentukan, kehadiran
airtanah, volume dan tingkatan magma, konsentrasi logam, sulfur, dan volatil lainnya.

Gambar 5.4 menunjukkan bahwa mineralisasi awal (b) terjadi pada kondisi airtanah
minimum dan invasi larutan magmatik ke batuan samping menyebabkan terjadinya
alterasi K-feldspar dari pusat invasi ke arah luar, membentuk zona alterasi potasik dan
zona alterasi propilitik. Selanjutnya (c) invasi airtanah yang berkonveksi menghasilkan
larutan meteorik hidrotermal dan bersama dengan larutan magmatik hidrotermal yang
sudah ada sebelumnya disertai oleh penurunan temperatur yang tajam, membentuk
serisit dan pirit yang memotong alterasi potasik-propilitik yang terbentuk duluan.
Peristiwa ini menghasilkan zona altersi serisitisasi (phyllic) yang dikenal sebagai phyllic
overprint. Tahap akhir (d) didominasi oleh larutan meteorik hidrotermal hingga normal
hidrotermal membentuk zona alterasi argilik.
Pembentukan zona alterasi yang lengkap sangat tergantung pada kandungan dan
suplai airtanah dari batuan samping.

5.4.1. PROSES PEMISAHAN TEMBAGA SELAMA KRISTALISASI MAGMA

Ringwood dan Curtis (1955) dalam Bown dan Gunatilaka (1977) menjelaskan bahwa
kandungan tembaga dalam magma basal sekitar 200 ppm, sebaliknya dalam magma
ultrabasa dan granitis kandungannya hanya sekitar 20 ppm. Selama difrensiasi magma
basal, kandungan Fe, Co, dan Ni cenderung terbentuk duluan dalam fraksinasi
kristalisasi, sedang tembaga belum terbentuk dalam silikat atau bentuk lainnya dan
cenderung menjadi konsentrasi residu dalam fraksi larutan. Tembaga akan cepat
terbentuk tergantung pada fS2 (fugacity sulphur = tekanan parsial sulfur), fO2, dan pH
larutan. Tembaga dalam larutan tidak terbentuk dengan baik pada kondisi fS2 rendah.

Teknik Pertambangan Unmul - 35


Demikian pula pembentukan tembaga sebagai elemen chalcophile (logam-S)
berlangsung dengan baik pada pH tertentu.

Houghton (1974) dalam Bowen dan Gunatilaka (1977) menerangkan pengaruh fS2 dan
fO2 dalam pembentukan fase sulfida. Sulfur memisahkan diri dari larutan silikat dan
digantikan oleh oksigen kemudian membentuk logam S (chalcophile). Reduksi dalam
fO2 dikontrol oleh kristalisasi fraksinasi mineral yang kaya Fe-O. Dengan kata lain,
kelarutan sulfur dalam magma tergantung pada besarnya kandungan Fe2+. Kristalisasi
fraksinasi akan meningkatkan fO2 dan tembaga dalam fraksi larutan, kemudian
memisah dalam fase sulfida.

Pendinginan intrusi basa sangat jarang yang menghasilkan konsentrasi logam dalam
fraksi hidrotermal. Hal ini karena kandungan air dalam magma primer sangat rendah.
Magma basa baru bisa membentuk fluida hidrotermal setelah berasimilasi dengan
material yang mengandung air. Jadi proses pengayaan untuk membentuk larutan bijih
kurang efektif dalam magma basa dibanding dengan magma intermedit. Umumnya
deposit porfiri berasosiasi dengan batuan beku intermedit. Hubungan genetik antara
Cu-Mo dengan batuan intermedit terlihat pada penyebaran geografisnya seperti dalam
zona alterasi-mineralisasi model Lowell-Guilbert yang akan dibahas kemudian. Zona
tersebut menjelaskan bagaimana perubahan temperatur, tekanan, dan reaktifitas
konveksi fluida dari pusat panas, dan sekaligus juga menerangkan bagaimana
pergerakan fluida selama proses pendinginan berlangsung. Pembentukan bijih adalah
mekanisme difrensiasi logam yang terkonsentrasi dari normal magma. Dalam kasus
ini, asosiasi batuan bekunya akan menentukan kandungan logam yang terbentuk.

5.4.2. KONDISI MAGMATIK-HIDROTERMAL SELAMA PEMBENTUKAN DEPOSIT


TEMBAGA PORFIRI

Kehadiran air atau fase aquatik dalam magma selama pembentukan tembaga porfiri
merupakan hal yang sangat penting. Kontak air dengan magma yang sedang memisah
terjadi dalam beberapa tahap. Fluida hidrotermal pertama yang memisah relatif kaya
akan CO2 dibanding fluida yang memisah kemudian. Juga fraksi awal banyak
mengandung klorida (NaCl>KCl>HCl>CaCl).

Kehadiran air dalam magma menurunkan temperatur kristalisasi. Burnham (1967)


dalam Bowen dan Gunatilaka (1977) menjelaskan bahwa pada saat magma yang tidak
jenuh mengintrusi lapisan permeabel yang mengandung fluida, perbedaan tekanan
akan menyebabkan migrasi fluida tersebut. Jika tekanan fluida lebih besar dibanding
tekanan hidrostatik, volatil akan keluar dari magma hingga tekanan kembali normal.
Magma bisa jenuh dengan komponen volatil hanya jika tersedia cukup suplai fluida dari
batuan samping, pada saat tekanan lebih besar dari tekanan litostatik. Sirkulasi
konveksi fluida dapat terjadi karena perbedaan temperatur, kerapatan fluida dekat
magma, dan masuknya fluida dingin dari sekitar magma. Pola sirkulasi dikontrol oleh
permeabilitas batuan samping. Perbedaan temperatur yang besar bisa menyebabkan
terjadinya pemusatan dan kristalisasi besar-besaran secara serentak dalam magma.
Pada saat kristalisasi berlangsung pada suatu kisaran temperatur, pemisahan kristal
komponen non volatil menyebabkan bertambahnya konsentrasi volatil dalam fraksi
cairan dan selanjutnya menambah tekanan gas dalam larutan. Jika tekanan gas
selama pendinginan dan kristalisasi lebih besar dari tekanan batas, akan
menyebabkan terjadinya vesikulasi.

Teknik Pertambangan Unmul - 36


Proses pendinginan magma basa yang miskin air menyebabkan terjadinya breksiasi
berskala besar. Bersamaan dengan bertambahnya permeabilitas, memungkinkan air
meteorik ber-konveksi dan masuk ke dalam zona intrusi, sehingga redistribusi dan
konsentrasi bijih dapat terbentuk.

5.4.3. PERUBAHAN GEOKIMIA SELAMA PEMBENTUKAN DEPOSIT

Pendinginan larutan hidrotermal dan reaksi dengan batuan samping meningkatkan


kandungan K+, Na+, dan Ca+ dari larutan klorida. Replasemen plagioklas pada
temperatur tinggi menjadi ortoklas dihasilkan dari subtitusi Ca+ dan Na+ menjadi K+.
Alterasi dan presipitasi kuarsa (silisifikasi) diikuti oleh pembentukan molibdenit dan
kemudian pada temperatur lebih rendah diikuti oleh logam-logam dasar sulfida lainnya.
Pengendapan logam sulfida dalam jumlah tertentu tergantung pada keaktifan logam
dan sulfur dalam larutan.

Alterasi batuan samping umumnya digunakan untuk menginterpretasi lingkungan


kimia-fisika deposit bijih. Zona alterasi tersebut menunjukkan bahwa fluida pembawa
bijih mulai bermigrasi keluar dari stok porfiri pada temperatur 500o 700oC.

Pada beberapa daerah tembaga porfiri, pola-pola struktur membantu dalam


menentukan pola pengendapan bijih hidrotermal. Bukaan pada batuan (opening in
rock) dapat menunjukkan berapa tingkatan pengendapan. Umumnya bukaan yang
pertama pada deposit porfiri menunjukkan alterasi yang menghasilkan K-feldspar,
muskovit, biotit, dan kumpulan Cu-Fe-S dengan kadar sulfur rendah.

Proses kimia yang penting dalam alterasi adalah hidrasi, dehidrasi, metasomatis kation
dan metasomatis anion. Dalam hal ini, yang paling penting adalah hidrolisis atau
metasomatis ion H+. Beberapa perubahan geokimia yang terjadi adalah sebagai
berikut :
- Serisitisasi ortoklas :
3KalSi3O8 + 2H+ Kal2AlSi3O10(OH)2 +2K+ + 6SiO2
- Kloritisasi biotit :
+ 2+ +
2K(Mg,Fe)3AlSi3 O10 (OH)2 + 4H Al(Mg,Fe)5AlSi3 O10 (OH)8 + (Mg,Fe) + 2K + 3SiO2
- Kloritisasi albit :
2NaAlSi3O8 + 4(Mg,Fe)2+ + 2(Fe,Al)3+ + 10H2O (Mg,Fe)42+((Fe,Al)23+ Si2O10(OH)8 + 4SiO2 +
+
2Na + 12H
- Serisitisasi klorit :
3+ +
2Al(Mg,Fe)5AlSi3O10(OH)8 + + 3Si(OH)4 + + 2H+ 3Kal2AlSi3O10(OH)2 +
5Al 3K 10(Fe,Mg)2+ + 12 H2O

- Silisifikasi serisit :
Kal2AlSi3O10(OH)2 + 3Si(OH)4 + 10H+ 3Al3+ + K+ + 6SiO2 + 12H2O

Dari reaksi di atas dapat dilihat bahwa secara kualitatif, sedikit atau banyak selama
proses alterasi dapat dihasilkan ion H+. Meyer dan Hemley (1967) dalam Bowen dan
Gunatilaka (1977) mencatat bahwa ion H+ jumlahnya kecil dalam alterasi propilitik dan
K-feldspar, kemudian bertambah banyak dalam alterasi serisitisasi dan argilik.

Dalam hubungan antara larutan hidrotermal dan kumpulan mineral sulfida, oksida, dan
alterasi batuan samping, parameter yang paling penting adalah fO2, fS2, dan pH

Teknik Pertambangan Unmul - 37


5.4.4. PERPINDAHAN BIJIH

Transportasi tembaga dalam jumlah besar terjadi pada fluida aquatik (fase aquatik)
dimana bijihnya dapat meliputi semua atau sebagian larutan. Karena itu, pada proses
pengendapan bijih hidrotermal, sifat larutan dan stabilitas mineral merupakan dasar
yang sangat penting. Fluida aquatik pada temperatur dan tekanan tertentu
mengandung logam dan sulfur dalam larutan sebagai ion atau molekul dalam jumlah
besar untuk pembentukan bijih tembaga porfiri. Konsentrasi logam dapat berkisar
antara 1 104ppm. Dalam deposit hidrotermal, perbandingan antara total kandungan
sulfur dengan total logam berat (heavy metal) cukup tinggi. Kenyataan bahwa
kandungan sulfur dalam larutan (yang dapat mengikat logam) sangat besar dapat
terlihat dari ditemukannya deposit sulfur murni pada beberapa deposit tembaga porfiri.
Data inklusi fluida menunjukkan bahwa larutan bijih banyak mengandung alkali klorida
(ditambah CO2, NH3, dan CH4) dan kandungan garamnya kadang sampai 50%. Hal ini
menunjukkan bahwa larutan bijih juga bereaksi dengan klorida selama transportasi.
Berdasarkan pH dan fO2, hanya lima jenis sulfur yang stabil dalam larutan aquatik,
yaitu SO4 2-, S2-, HS-, H2S, HSO4-. Pada kondisi asam dengan temperatur rendah, sulfur
yang paling penting untuk pembentukan logam kompleks adalah HSO4 - (pH 2),
sebaliknya S2- adalah basa kuat (pH 13) yang penting sebagai media transport bijih
pada temperatur tinggi, dan selanjutnya pada temperatur sekitar 250oC, pH larutan
berkisar antara pH 6-8 dimana pada kondisi ini SO 42- , HS-, H2S merupakan sulfur yang
paling penting.
Data kelarutan tembaga dalam larutan aquatik masih sedikit diketahui. CuFeS2 larut
dalam air murni pada temperatur 350oC dan dalam air yang jenuh H2S pada
temperatur di atas 200oC dengan tekanan 200 atm. Covelit larut H2S pada temperatur
200oC dengan tekanan 43 atm. Selanjutnya pada temperatur rendah dimana
kandungan sulfur rendah, maka senyawa kompleks klorida adalah merupakan agen
transport tembaga yang penting.
Pengendapan senyawa kompleks sulfida disebabkan oleh :
1. Pendinginan sebagai akibat dari pergerakan fluida di sepanjang daerah dengan
perbedaan temperatur yang besar,
2. Percampuran dengan air meteorik, dan
3. Reaksi dengan batuan samping.

5.4.5. STUDI PEMBENTUKAN DEPOSIT TEMBAGA PORFIRI

Studi pembentukan deposit tembaga porfiri dilakukan dengan isotop oksigen dan
hidrogen yang sangat penting untuk :
1. Menentukan asal dan kejadian air dalam deposit bijih hidrotermal, dan
2. Perkiraan temperatur pembentukan tembaga porfiri.

Studi isotop oksigen dan hidrogen didasarkan pada prinsip bahwa kandungan 18O dan
H dalam semua air alam berbeda. Analisa isotop oksigen dan hidrogen yang
dihubungkan dengan kerangka geologi deposit tembaga porfiri menunjukkan adanya
dua pola larutan yang berbeda tapi saling terkait (lihat gambar 5.3), yaitu :
1. Larutan magmatik hidrotermal internal (magmatic hydrotermal solution) dibawah
tekanan litostatik yang tinggi dan terbentuk selama kristalisasi tahap akhir, dan
2. Sirkulasi meteorik-hidrotermal eksternal (external meteoric-hydrothermal circulation)
dengan tekanan litostatik yang rendah dan terletak di bagian luar tubuh porfiri.

Teknik Pertambangan Unmul - 38


Gambar 5.5 Skema yang memperlihatkan pengaruh magmatik-hidrotermal dan meteorik
hidrotermal dihubungkan dengan model Lowell-Guilbert (Taylor, 1974, dalam
Bowen dan Gunatilaka, 1977).

Pada tahap awal kedua sistem tersebut dapat saling berinteraksi, tapi kadang sistem
internal telah berhenti sementara sistem eksternal masih berpengaruh kuat. Akibatnya
terjadi invasi sistem eksternal ke bagian dalam dan membentuk zona serisit-pirit dan
argilik yang terletak dibagian luar zona potasik. Kedudukan utama kalkopirit dalam
sistem deposit tembaga porfiri adalah pada daerah interaksi kedua sistem tersebut di
atas atau pada daerah antara zona potasik dan zona serisitisasi. Zona mineralisasi
tembaga porfiri tersebut disebut kulit bijih (ore shell).

Roedder (1971) dalam Imay (1978) yang melakukan penelitian tentang inklusi fluida
pada deposit tembaga porfiri menemukan bahwa distribusi inklusi fluida sangat khas.
Inklusi pada zona inti umumnya memiliki salinitas yang tinggi yang diperkirakan berasal
dari magmatik primer pada temperatur sekitar 500oC. Sedang pada zona luar, inklusi
fluida memiliki salinitas rendah yang diperkirakan karena adanya percampuran dengan
air meteorik pada temperatur sekitar 200o 350oC.

5.5. MODEL GENETIK DEPOSIT TEMBAGA PORFIRI

Seperti dijelaskan di depan, proses pembentukan deposit tembaga porfiri yang diikuti
dengan penurunan temperatur menyebabkan terbentuknya zona alterasi disekitar
tubuh intrusi. Beberapa model genetik deposit tembaga porfiri yang telah diajukan oleh
para ahli geologi pertambangan, kesemuanya untuk menjelaskan proses dan
karakteristik dari tembaga porfiri.Semua model menekankan hubungan antara intrusi
batuan plutonik dan deposit bijih yang terbentuk serta berdasarkan pada model
magmatik-hidrotermal.

Selama pergerakan magma ke permukaan, cairan pijar tersebut akan jenuh air dengan
tekanan gas yang semakin tinggi seiring kristalisasi. Kecenderungan dari intrusi
magma melalui zona-zona lemah dan pelepasan volatil dari cairan yang mendingin
tersebut berdifusi melalui zona ini. Akibat adanya perbedaan suhu yang nyata antara
magma dengan batuan di sekitarnya menghasilkan suatu urutan zona alterasi dan
mineralisasi yang khas pada deposit tembaga porfiri.

Teknik Pertambangan Unmul - 39


5.5.1. MODEL LOWELL-GUILBERT

Lowell dan Guilbert (1970) dalam Guilbert dan Park (1986) yang menyelidiki zona
alterasi-mineralisasi deposit tembaga porfiri di San Manuel-Kalamazoo mencatat
bahwa pada sebagian besar deposit porfiri, terdapat hubungan yang sangat dekat
antara batuan beku induk, tubuh bijih, dan batuan samping. Batuan samping umumnya
terbentuk antara Prakambrium-Kapur Akhir, berupa batuan sedimen dan metasedimen.
Kedalaman intrusi berkisar antara 10001500m. Umumnya deposit porfiri berasosiasi
dengan tipe intrusi monzonit kuarsa hingga granodiorit dan kadang pula dijumpai
berasosiasi dengan diorit kuarsa, riolit, dan dasit. Model genetik Lowell-Guilbert
meliputi deposit porfiri yang berumur Trias-Tersier Tengah (200-30 jt tahun yang lalu).

Ukuran dan bentuk batuan plutonik turut mengontrol ukuran dan bentuk tubuh bijih, tapi
hal ini kadang susah dikenali jika intensitas erosi tinggi. Bentuk stok yang memanjang
tidak teratur sangat umum pada deposit porfiri, meski kadang juga dijumpai deposit
berbentuk kubah, bulat panjang, melensa, bundar, dan bentuk sumbat. Umumnya
tubuh plutonik berupa kelompok dike (dike swarm) dan jarang ditemukan yang
berbentuk sill. Tersingkapnya tubuh plutonik dipermukaan disebabkan oleh proses
tektonik dan erosi yang bekerja setelah mineralisasi berlangsung. Tubuh deposit
tembaga porfiri umumnya berukuran kuran dari 2 km2, tapi kadang pula ada yang
sangat luas seperti deposit Endako di Kolumbia yang berukuran 60.000 x 300.000 m.
Bentuk dan ukuran intrusi porfiri juga dikontrol oleh struktur primer sekaligus juga ikut
mengontrol pembentukan deposit tembaga porfiri. Struktur-struktur lokal yang
berukuran kecil sulit dikenali. Struktur seperti ini bisa hadir sebelum dan sesudah
deposit porfiri terbentuk, kadang pula hilang karena pengaruh intrusi itu sendiri.

Salah satu ciri khas batuan intrusi adalah bahwa mereka bukan merupakan tubuh yang
pasif, tapi merupakan suatu tubuh dimana proses-proses seperti asimilasi,
replasemen, dan pembekuan terjadi akibat adanya tenaga yang terkandung dalam
tubuh magma. Akibat aadanya tenaga dalam tubuh intrusi menyebabkan deposit bijih
porfiri selalu berasosiasi dengan breksiasi dan penkekaran disekitar tubuh bijih.

Nielsen (1968) dalam Bowen dan Gunatilaka (1977) menyusun urutan pembentukan
deposit porfiri yang diawali dengan suatu intrusi, kemudian disusul oleh kristalisasi
awal yang membentuk lapisan solid shell. Kristalisasi tersebut yang kemudian
menghasilkan tekstur porfiritik hingga afanitik. Pada umumnya, proses metalisasi
terjadi bersamaan atau setelah pembentukan tubuh porfiri itu. Komposisi batuan intrusi
yang berasaosiasi dengan deposit tembaga porfiri umumnya intermedit yang secara
lengkap urutannya adalah diorit, granodiorit, monzonit kuarsa, monzonit kuarsa porfiri,
dan riolit. Jadi diorit adalah asosiasi deposit tembaga porfiri yang paling basa.

ZONA ALTERASI TEMBAGA PORFIRI

Pergerakan larutan hidrotermal ke permukaan pada saat pendinginan magma dengan


merembes pada batuan samping menyebabkan perubahan metasomatik pada batuan
disekitarnya. Perubahan atau alterasi disekitar stok porfiri berbentuk coaxial. Umumnya
ada empat zona alterasi yang dapat dikenali yang kesemuanya dicirikan oleh
kumpulan mineralnya (gambar 5.6). Kadang keempat zona alterasi tersebut tidak
lengkap ditemukan disekitar intrusi. Zona alterasi tersebut digunakan dalam prospeksi
dan eksplorasi depost bijih tembaga porfiri.

Teknik Pertambangan Unmul - 40


Zona Potasik (Potassic Zone)

Zona potasik merupakan zona alterasi yang paling dekat dengan tubuh intrusi dan
dicirikan oleh kumpulan mineral ortoklas-biotit dan ortoklas-klorit, dan pada beberapa
tempat keduanya ditemukan. Zona alterasi ini hampir selalu dijumpai dalam deposit
bijih porfiri. Replasemen mineral primer oleh biotit, K-feldspar, kuarsa, serisit, dan
kadang anhidrit. Pecahan stokwork (stockwork fracture) dan microveinlet dalam batuan
primer terisi oleh kuarsa dan K-feldspar.

K-feldspar dan serisit yang stabil dapat terbentuk pada kondisi magmatik akhir (late
magmatic) dan hidrotermal awal (early hydrothermal). Biotit, klorit, K-feldspar, serisit,
kuarsa, dan anhidrit terbentuk pada kondisi dimana kandungan Fe dan Mg terus
bertambah pada tekanan gas tertentu. Variasi bijih sulfida pada zona ini tidak terlalu
banyak dijumpai.

Alterasi biotit berwarna coklat terang atau hijau terang dan bisa tumbuh bersama
(intergrown) dengan klorit. Pada saat bersamaan massa dasar mengalami biotisasi,
maka batuan ubahan mengalami perubahan warna.

Batas stabilitas k-feldspar dan serisit pada zona ini diperkirakan merupakan batas
antara kondisi magmatik akhir dengan hidrotermal awal. Umumnya kuarsa yang
ditemukan dalam zona ini adalah kuarsa hasil alterasi. Pada zona ini juga kadang
dijumpai mineral karbonat, epatit, rutil, dan wolframit dalam veinlet dan mikroveinlet.

Zona Serisitisasi (Phyllic Zone)

Zona serisitisasi terletak disekitar zona potassik dan selalu hadir dalam urutan zona
alterasi deposit tembaga porfiri. Kadang pula zona ini saling overlap dengan zona
potasik. Zona ini dicirikan oleh mineral kuarsa, serisit, pirit dengan minor klorit,
hidromika, dan rutil. Pirit dapat terbentuk lebih dari 20% dalam bentuk hamburan dan
veinlet, sedang serisit juga bisa hadir dalam jumlah cukup banyak. Bagian dalam zona
ini dicirikan oleh kandungan alterasi serisit, sedang bagian luar dicirikan oleh berbagai
kandungan mineral lempung (clay mineral) dan hidromika. Secara petrografi zona ini
dicirikan oleh serisitisasi yang kuat dari semua silikat. Ortoklas dan plagioklas diganti
oleh muskovit yang berbutir baik. Biotit juga terubah menjadi serisit dan akhirnya
menjadi rutil dan leukokson. Pada proses serisitisasi silikat, kuarsa juga terbentuk
dalam jumlah cukup besar dan merupakan komponen silisifikasi yang utama dalam
zona serisitisasi. Serisitisasi mineral K-feldspar menunjukkan intensitas yang semakin
bertambah dari bagian dalam zona ini ke bagian luar. Pirit dan kalkopirit tersebar
merata dalam daerah serisitisasi dan merupakan zona bijih yang penting dalam deposit
tembaga porfiri. Karbonat dan anhidrit sangat jarang ditemukan dalam zona ini. Kontak
antara zona potasik dengan zona serisitisasi adalah kontak berangsur hingga puluhan
meter.

Hubungan antara zona alterasi potasik dan zona serisitisasi berdasarkan data isotop
oksigen dan hidrogen menunjukkan bahwa airtanah (groundwater) juga berperan aktif
selama mineralisasi pada zona ini. Proses naiknya fluida magmatik ke permukaan
bercampur dengan airtanah dan cenderung membentuk fumarolla bertemperatur tinggi
di permukaan. Pemisahan volatil selama proses transportasi ke permukaan yang
kemudian membentuk sublimasi dan kandungan logam pada kedua zona tersebut.

Teknik Pertambangan Unmul - 41


Gambar 5.6 Skema zona alterasi-mineralisasi deposit tembaga porfiri di San Manuel-
Kalamazoo. (a) Zona Alterasi, (b) Zona Mineralisasi, dan (c) Bentuk deposit sulfida
(Lowell dan guilbert (1970) dalam Guilbert dan Park (1986)).

Zona Argilik (Argillic Zone)

Zona argilik jarang ditemukan dalam urutan zona alterasi deposit tembaga porfiri dan
dicirikan oleh perubahan plagioklas menjadi kaolin pada bagian dalam atau
montmorilonit pada bagian luar. Pirit juga hadir, tapi tidak sebanyak dengan zona
serisitisasi dan lebih berbentuk veinlet daripada hamburan. Biotit tidak mengalami
perubahan dan K-feldspar hanya sedikit terubah. Jika zona ini hadir dalam urutan zona
alterasi, maka batasnya dengan zona serisitisasi sangat sulit ditentukan. Mineral lain
yang juga ditemukan sebagai alterasi pada zona ini adalah piropilit, dickit, dan topaz.
Contoh daerah dimana zona ini ditemukan adalah deposit porfiri Butte dan Bisbee.

Teknik Pertambangan Unmul - 42


VI. GENESA ENDAPAN MINERAL SEKUNDER

Magma adalah sumber yang penting dalam pembentukan suatu deposit mineral. Meski
beberapa mineral bisa berasal dari air laut atau sumber lain, sebagian besar lainya
berasal dari proses magmatik dan prosesproses yang berkaitan. Setelah suatu
deposit mineral tersingkap kepermukaan, maka proses konsentrasi sekunder
dipermukaan mulai bekerja. Pelapukan melepaskan mineral berharga dari batuan asal
(scarce rock) membentuk endapan residual atau memicu terjadinya redistribusi
elemen-elemen berharga dalam proses pengayaan supergen. Sebagian lagi
tertransportasi secara mekanik membentuk endapan placer atau sebagian larutan
yang terbawa hingga kesuatu cekungan dan terbentuk sebagai endapan sedimen
konvensional. Proses terakhir bukan hanya menghasilkan batuan sedimen, tapi juga
endapan logam dan berbagai material industri yang bersifat ekonomik. Unsurunsur
yang mudah larut dalam air terakumulasi pada suatu lingkungan yang tertutup dimana
unsure-unsur tersebut terkonsentrasi sebagai endapan evaporasi.

Proses organik juga memegang peranan yang cukup penting, baik sebagai katalisator
maupun sebagai sumber bahan organik misalnya dalam pembentukan endapan
hidrokarbon.

Proses non-magmatik lain yang berperan dalam pembentukan deposit bahan galian
adalah proses metamorfisme yang tidak hanya merubah bentuk dan tekstur deposit
mineral yang sudah ada sebelumnya, tapi juga membuat deposit mineral yang
baru. Di bawah pengaruh tekanan dan temperatur yang tinggi, ditambah air pada
sejumlah kasus, mineral metamorfik yang stabil pada lingkungan yang baru
terbentuk. Perubahan bukan hanya berupa rekristalisasi, tapi juga berupa rekombinasi
material yang menghasilkan mineral baru.

Ganesa endapan bahan galian yang dibahas pada bagian ini dibatasi pada
pembentukan endapan mineral sekunder yang meliputi :
Endapan mineral yang berhubungan dengan proses eksternal :
Konsentrasi Residual (Residual Concentration)
Oksidasi Permukaan dan Pengayaan Supergene (Surficial Oxidation and
Supergene Enrichment)
Konsentrasi Mekanik (Mechanical Concentration)
Endapan Sedimenter
Evaporasi
Metamorfisme.

6.1. ENDAPAN MINERAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN PROSES


EKSTERNAL

6.1.1. KONSENTRASI RESIDUAL

Endapan yang berbentuk dari konsentrasi residual adalah endapan yang terakumulasi
atau teronsetrasi di dekat atau di atas batuan sumbernya melalui proses pelapukan.
Endapan residual hanya dapat terbentuk pada permukaan yang relatif datar, bila
permukaan berubah menjadi miring, maka endapan tersebut akan mengalami
transportasi dan membentuk endapan placer eluvial.

Teknik Pertambangan Unmul - 43


Pelapukan sebagai proses yang memegang peranan penting dalam konsentrasi
residual merupakan suatu kejadian komplek dan meliputi berbagai proses yang bisa
bekerja sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan proses yang lain. Misalnya
pelapukan batuan bisa terjadi dalam bentuk desintegrasi mekanik atau dekomposisi
kimiawi atau kedua-duanya. Mineral yang tidak stabil pada saat pelapukan
berlangsung akan larut dan terbawa ketempat lain, sedangkan mineral stabil menjadi
residu dan kemudian terakumulasi membentuk konsentrasi residual.

Tabel 1. Klasifikasi Batuan Sedimen Berdasarkan Proses Pembentukannya

BATUAN SEDIMEN BATUAN SEDIMEN BATUAN SEDIMEN


KLASTIK ORGANIK KRISTALIN

RUDACEOUS (sebagian) LIMESTONE (sebagian) LIMESTONE


- Breksi - Reef Limestone 7. Oolitic & Pisolitic Ls.
-Konglomerat - Shelly Limestone 8. Calc Tufa
-Calcirudite (Limestone) - Coral Limestone
ARENACEOUS - Algae Limestone EVAPORITE DEPOSITS
- Quatoze Sandstone - Crinoidal Limestone 4. Potash & Magnesium Salt
- Arkose - Foraminifera Limestone 3. Rock Salt ( Halite)
- Flagstone ENDAPAN ABYSSAL 2. Gypsum & Anhydrite
- Greensand - Biogenic Ooze 1. Calcite & Dolomite
- Blaksand 1. Calcareous Ooze SEDIMENTARY IRON
- Lithic Sandstone 2. Siliceous Ooze ORES
- Calcarenite(Limestone) 3. Red Clay 1. Detrital
ARGILLACEOUS 2. Residual (laterite)
-Claystone (sebagai)CHERT 3. Replacement&Diagenetik
-Shale COAL tingkat Akhir
-Mudstone PHOSPHATIC DEPOSITS 4. Marine
- Siltstone 4. Primari Marine phosphate 5. Freshwater
- Mari 5. Bone Beda
- Calcilutite(Limestone) 6. Guana (sebagaian) CHERT

Teknik Pertambangan Unmul - 44


Gambar 1. Pembentukan deposit mineral yang dikontrol oleh proses-proses sekunder.

Pelapukan (weathering) dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti air, angin,


perubahan temperatur, tumbuhan dan bakteri. Pelapukan adalah tahapan awal dari
proses denudasi, dimana hasil lapukan biasanya tidak langsung mengalami
transportasi. Hal inilah yang membedakan antara istilah pelapukan dengan erosi.

Secara umum, pelapukan dapat dibagi menjadi :


a. Pelapukan mekanik yang menyebabkan terjadinya desintegrasi/penghancuran
batuan terutama disebabkan oleh ekspansi air dalam pori atau kekar batuan
akibat perubahan temperatur. Ekspansi air ini dikenal dengan istilah Frost
Action. Pelapukan mekanik tidak menghasilkan mineral baru, tapi aksinya yang
mereduksi ukuran dan memperluas permukaan partikel menyebabkan
pelapukan kimiawi dapat bekerja lebih efektif. Desintegrasi mekanik umumnya
terbentuk pada daerah kering.
b. Pelapukan kimiawi yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi oleh
aksi unsur-unsur yang terbawa dalam air hujan. Sebagai contoh adalah reaksi
berikut :
2 CaCO3 + H2O + CO2 2Ca(HCO3)2
(limestone + water + carbondioksida calcium bicarbonate)
Pelapukan kimiawi ini sangat aktif terutama pada daerah beriklim tropis atau
lembab dimana air hujan lebih banyak mengandung CO2.
c. Pelapukan biologis yang terjadi karena adanya aktifitas bakteri dan organisme
mikroskopik lainnya yang menghasilkan perubahan komposisi air dan udara di
dalam tanah dan mengakibatkan perubahan kompleks mineral tanah. Demikian
juga pergerakan dari mikroorganisme di dalam tanah dan aksi akar tanaman
yang menerobos ke dalam tubuh batuan, biasanya cukup kuat untuk
memecahkan tubuh batuan.

Teknik Pertambangan Unmul - 45


Syarat utama pembentukan deposit mineral dari konsentrasi residual adalah :
1. kehadiran batuan atau lode yang mengandung mineral berharga yang resisten,
sedang unsur-unsur yang tidak berharga mudah larut pada saat pelapukan
berlangsung.
2. kondisi iklim yang memungkinkan berlangsungnya pelapukan kimiawi; dalam hal
ini iklim tropik dan subtropik adalah kondisi yang sangat tepat untuk pembentukan
endapan residual.
3. kemiringan lereng relatif landai, dan
4. stabilitas lahan yang cukup lama sehingga residu yang terkumpul tidak terganggu
oleh erosi.

Deposit berharga yang dapat terbentuk dari suatu proses konsentrasi residual
diantaranya adalah :
1. Endapan bauksit residual; merupakan endapan laterit didominasi oleh alumunium
hidroksida (bauksit) yang merupakan bijih alumunium utama.
2. Endapan nikel residual; endapan nikel (garnierit) residual terbentuk oleh
pelapukan intensif di daerah tropis pada batuan basa-ultrabasa. Endapan laterit
nikel di New Caledonia merupakan sumber produksi nikel terbesar di dunia yang
telah ditambang sejak tahun 1876.
3. Endapan besi residual; batuan asal endapan ini adalah batugamping yang
mengandung endapan mineral besi dan bebas alumunium dan silika, atau batuan
beku basa dengan kandungan Fe jauh lebih besar daripada Al. Kebanyakan laterit
pembawa besi memiliki kandungan yang rendah dan tidak menguntungkan secara

Teknik Pertambangan Unmul - 46


ekonomi. Contoh yang baik dari endapan ini adalah di Conakry (Guinea) yang
berasal dari batuan ultrabasa.
4. Endapan mangan residual; kelarutan Mn lebih besar dibanding Fe atau Al,
terutama pada daerah aktifitas organik. Mn cenderung bergerak kebagian bawah
dan terakumulasi di dasar zona pelapukan pada batuan basa dan ultrabasa (pH
tinggi).
5. Lempung (kaolin) residual; Hydrous aluminomsilicate, kaolin, terbentuk dari
pelapukan aluminumsilicate, terutama feldspar. Konversi ortoklas menjadi kaolin
dapat diilustrasikan dengan reaksi berikut.
4KalSi3O8 + 2CO2 + 4H2O 2K2CO3 + Al4Si4O10(OH)8 + 8SiO2

6.1.2. OKSIDASI DAN PENGAYAAN SUPERGENE

Jika suatu deposit tersingkap pada zona oksidasi, deposit tersebut akan mengalami
pelapukan dan teralterasi pada bagian permukaan batuannya. Air permukaan
mengoksidasi beberapa mineral bijih dan melarutkan mineral lainnya. Deposit bijih
yang teroksidasi kemudian mengalami pencucian, sehingga sebagian mineral-mineral
berharga yang dikandungnya meresap turun hingga ke muka airtanah atau pada suatu
kedalaman dimana oksidasi sudah tidak bekerja lagi. Daerah dimana proses oksidasi
masih dapat bekerja disebut zona oksidasi. Pengaruh oksidasi kadang bisa mencapai
tempat yang cukup jauh dari zona oksidasi.

Jika penetrasi larutan hasil pencucian pada zona oksidasi mencapai muka airtanah,
kandungan logamnya mengalami presipitasi dan membentuk sulfida sekunder yang
dikenal sebagai pengayaan sulfida supergene atau sekunder (secondary or supergene
sulfide enrichment). Pada bagian bawah atau pada daerah yang tidak mengalami
pengayaan disebut zona hipogen atau primer (primary or hypogene zone).

Perubahan Kimia Selama Pengayaan Supergene Berlangsung

Ada dua perubahan kimia yang terjadi pada zona oksidasi :


a. Oksidasi, pelarutan dan pemindahan mineral berharga, dan
b. Transformasi mineral logam in situ menjadi senyawa oksida

Umumnya deposit mineral logam mengandung pyrite. Mineral ini memberikan suplai
sulfur untuk membentuk iron sulfat dan sulfuric acid. Demikian juga dengan pyrhotite.
Reaksi berikut menggambarkan keadaan tersebut :

[1] FeS2 + 7O + H2O FeSO4 + H2SO4


[2] 2FeSO4 + H2SO4 + O Fe2(SO4)3 + H2O
[3] 6FeSO4 + 3O + H2O 2Fe2(OH)3 + 2Fe(OH)3
[4] Fe2(SO4)3 + 6H2O 2Fe(OH)3 + 3H2SO4
[5] Fe2(SO4)3 + FeS2 3FeSO4 + 2S

Reaksi-reaksi di atas menggambarkan peranan pyrite yang menghasilkan pelarut-


pelarut utama, ferric sulfate dan sulfuric acid, dan juga ferric hydroxide dan basic ferric
sulfates. Selain dari proses di atas, ferric sulfate juga bisa diperoleh dari chalcopyrite
dan sulfida lainnya. Ferric hydroxide berubah menjadi hematite dan goethite dan
terkadang limonit yang merupakan ciri khas semua zona oksidasi.

Teknik Pertambangan Unmul - 47


Tabel 2. Mineral yang berasosias dengan pelapukan

Tipe Proses Deposit Batuan Mineral-mineral


Utama Assesori
Ni-nontronite, revdanskite,
humid dan panas
Daerah beriklim

Laterite (batuan Serpentine, nontronite,


opal, chalcedony, gaethite,
Pelapukan Kerak Bumi

ultrabasa dan garnierite, magnesite, calcite,


hallosyite, talc,
basa) chlorites
hydromagnesite, brucite
Gaethite, kaolinite, nontronite,
Bauksit (batuan
Diasphore, boehmite, gibbsite chlorite, hydrohematite,
basa dan asam)
limonite
beriklim
Daerah

Halloysite, montmorillonite,
sejuk

Kaolinites Kaolinite chalcedony, opal, goethite,


allophane, limonite

Melanterite, chalcanthite,
Zona oksidasi deposit sulfida-gossans

brochantite, antlerite,
Malachite, azurite, limonite,
Cu - deposits dioptase, libethenite,
native Cu, cuprite, tenorite
chalcophylitte, gypsum,
aragonite, olivenite, atacamite
Plumbojarosite, mimetite,
vanadinite, crocoite,
Smithsonite, anglesite, hydrozincite, hemimorphite,
Pb - Zn deposits
pyromorphite, cerrusite, limonite auricalcite, aragonite,
gypsum, adamite, goslarite,
phosgenite, wulfenite, linarite
Kermesite, stibiconite,
Valentinite, senarmontite,
Sb - deposits bindheimite, aragonite,
cervantite, limonite
gypsum, scorodite
Silver, cerargyrite, argentite, Electrum gold, chlorargyrite,
Ag - deposits
limonite acanthite
Illite, pyrite, kaolinite, baryte,
Fe - deposits Siderite, limonite
Infiltrasi

chalcedony
U - deposits Carnotite Roscoelite
Cu - deposits Covellite, chalcocite. Bornite,
Pyrite, limonite, goethite, gold
(zona sementasi) chalcopyrite

Berikut ini adalah beberapa reaksi dimana ferric sulfate berperan dalam melarutkan
beberapa mineral :
[6] Pyrite FeS2 + Fe2(SO4)3 3FeSO4 + 2S
[7] Chalcopyrite- CuFeS2 + Fe2(SO4)3 CuSO4 + 5FeSO4 + 2S
[8] Chalcocite- Cu2S + Fe2(SO4)3 CuSO4 + 2FeSO4 + 2S
{9} Cavelllite- CuS + Fe2(SO4)3 CuSO4 + 2FeSO4 + S
[10] Sphalerite- ZnS + 4Fe2(SO4)3 + 4 H2O ZnSO4 + 8FeSO4 + 4H2SO4
[11] Galena- PbS+Fe2(SO4)3 +H2O+3O PbSO4 + 2FeSO4 + H2SO4
[12] Silver- 2Ag + Fe2(SO4)3 Ag2SO4 + 2FeSO4

Jika pyrit tidak tersedia dalam endapan, maka pelarut tidak akan tersedia dalam jumlah
yang cukup banyak sehingga sulfida hypogene tidak mengalami pengkayaan. Hal
seperti ini ditemukan di tambang New California di Ajo, Arizona, dimana chalcopyrite
kemudian terubah menjadi capper cabonat dan supergene sulfide tidak ditemukan.

Teknik Pertambangan Unmul - 48


Gambar 3. Diagram zona pelapukan vein yang memperlihatkan zona oksidasi, zona
pengayaan supergene dan zona primer ( Jensen & Bateman, 1981)

Proses Oksidasi Menyebabkan Pemisahan Logam

Oksidasi pada sekumpulan bijih menyebabkan terjadinya pemisahan kandungan


logamnya pada tempat yang berbeda-beda, seperti pada kandungan lead-zinc-pyrite
endapan batugamping manto di Mexico. Pada endapan tersebut, pyrite terangkut
ketempat lain, galena mengalami oksidasi membentuk anglesite dan cerrusite dan
sphalerite larut sebagai zinc sulfate yang bermigrasi ke dalam batugamping
membentuk tubuh bijih zinc carbonate.

Gossan dan Capping

Gossan adalah tanda atau jejak yang terletak di atas suatu daerah pengayaan karena
proses oksidasi. Gossan adalah konsentrasi mineral berat dari material limonitik yang
berasal dari mineral sulfida masif atau dari sisa besi yang tercuci dan meresap ke
bawah. Capping adalah bagian atas tubuh bijih atau batuan yang tercuci, tapi masih
memperlihatkan adanya kandungan mineral sulfide dalam bentuk hamburan
(disseminated).

6.1.3. KONSENTRASI MEKANIK (Endapan yang berhubungan dengan Sedimentasi Klastik)

Konsentrasi mekanik adalah pemisahan moineral berat dari mineral ringan karena
pengaruh gaya gravitasi secara alami (natural gravity separation) pada saat terbawa
oleh air atau media transportasi lainnya. Pemisahan tersebut menghasilkan suatu
konsentrasi mineral berat yang disebut endapan placer.
Pembentukan endapan placer meliputi dua proses, yaitu :
1. proses pembebasan mineral stabil dari matriksnya selama pelapukan
berlangsung,
2. proses konsentrasi mineral stabil tersebut.

Teknik Pertambangan Unmul - 49


Proses konsentrasi bisa terjadi jika mineral berharga memiliki tiga sifat berikut;
1. memiliki berat jenis yang tinggi.
2. komposisi kimia yang resisten terhadap pelapukan
3. durability (melleability, toughness, atau hardness)

Mineral-mineral yang memiliki sifat-sifat tersebut di atas dan banyak ditemukan dalam
endapan placer adalah emas, platinum, tinstone, magnetite, chromite, ilmenit, rutile,
native copper, gemstone, zircon, monazite, phosphate, dan kadang quicksilver. Pyrite
dan uraninite dijumpai pula pada beberapa endapan Prokambrium.

Mineral-mineral yang terbentuk pada suatu endapan placer berasal dari :


1. Endapan lode yang komersial, seperti vein emas di Mother Lode Gold of
California.
2. Endapan lode yang tidak komersial, seperti small gold quartz stringer atau veinlet
cassiterite, endapan placer di Indonesia.
3. Sparsely disseminated ore minerals, seperti sebaran platinum dalam intrusi basa
di Ural Mountains.
4. Mineral pembentuk batuan, seperti butiran magnetit, ilmenite, monazite, dan
zircon, sebagai contoh, ilmenite beach sand di India dan Australia.

Transportasi mineral dari tempatnya semula terutama dipengaruhi oleh gravitasi dan
media transportasi yang bekerja berupa air (sungai dan laut), angin atau es.
Transportasi material hasil lapukan biasanya dalam bentuk :
a. Suspention, dan
b. Bottom Traction, rolling and soltation

Jarak dan proses transportasi sangat mempengaruhi tekstur endapan mineral (bentuk
butir, kebundaran dan ukuran butir) yang terbentuk.

Transportasi akan terus berlangsung selama energi media transport lebih besar dari
gaya gravitasi yang bekerja. Jika gaya gravitasi lebih besar dari energi media,
pengendapan mulai berlangsung dengan mengikuti berbagai kriteria, misalnya :
1. Mineral yang lebih berat akan terendap lebih dulu dibanding mineral yang lebih
ringan pada ukuran yang sama.
2. Mineral yang lebih kecil akan terendap lebih dulu dibanding mineral yang lebih
besar jika berat kedua mineral sama.
3. Mineral berbentuk bulat terendapkan lebih cepat dibanding mineral pipih.

Placer Eluvial

Endapan eluvial terbentuk jika terdapat kemiringan permukaan disekitar batuan


sumber (source rock). Mineral-mineral berat akan terkumpul atau terakumulasi di
bagian bawah bukit dan mineral-mineral ringan yang tidak resisten akan larut dan
terbawa oleh media transport ke daerah lain. Pada beberapa kasus, endapan placer
yang bernilai ekonomis terakumulasi di dalam kantong-kantong pada batuan dasar
seperti endapan kasiterit di dalam potholes dan sinkholes pada batuan karbonat.

Teknik Pertambangan Unmul - 50


Gambar 4. Penampang endapan residual (kiri) dan placer eluvial
(kanan) pada pelapukan vein-vein kasiterit.

Placer Sungai atau aluvial

Endapan aluvial merupakan salah satu tipe endapan placer terpenting yang
menghasilkan mineral/bijih dan tambang-tambang konvensional banyak
memanfaatkan endapan jenis ini. Endapan ini terbentuk setelah bahan rombakan
mengalami transportasi dari batuan sumber oleh air sungai dan kandungan mineral-
mineral yang terbawa mengalami pemilahan (sorting) berdasarkan berat jenis oleh
gaya gravitasi. Pemilahan ini memungkinkan endapan ini mudah diekstraksi dengan
metode-metode yang konvensional.

Tabel 3. Sifat fisik dan lingkungan pengendapan beberapa mineral ekonomik yang
ditemukan pada endapan placer.

Spesific Principal Placer


Mineral Formula Hardness
Gravity Environment
Gold Au 15.5-19.4 2.5-3 Fluvial, eluvial (beach)
Heavy heavy
mineral

Platinum Pt 14-19 4-4.5 Fluvial


Cassiterite SnO2 6.8-7.1 6-7 Eluvial, fluvial, marine
Wolframite (FeMn)(WO)4 7.0-7.5 5-5.5 Eluvial, colluvial
Magnetite Fe2O4 5.2 5.5-6.5 Beach Sand
Ilmenite FeTiO3 4.5-5.0 5.6 Beach Sand
Rutile TiO2 4.2 6-6.5 Beach Sand
-
Columbite
Light Heavy

Tantalite (FeMn)(NbTa)2O6 5.3-7.3 6 Fluvial


Mineral

Pyrochlore (NaCa)2(NbTi)2(O,F)7 4.2-4.4 5-5.5 Eluvial


Xenotime YPO4 4.5 4-5 Beach Sand
Monazite (CeLaDi)PO4 4.9-5.3 5-5.5 Beach Sand
Bastnaesite CeFCO3 4.9 4.5 Eluvial
Baddeleyite ZrO2 5.5-6.0 6.5 Eluvial
Zircon ZrSiO4 4.6-4.7 7.5 Beach Sand
Diamond C 3.5 10 Beach, eluvial,fluvial

Teknik Pertambangan Unmul - 51


Gambar 5. Lokasi-lokasi khusus endapan placer alluvial :
A. di depan batuan rintangan B. di bagian bawah air terjun
C. di pertemuan dua anak sungai D. bagian dalam meander sungai

Namun demikian, pemilahan karena gaya berat juga menyebabkan fraksi butiran
mineral-mineral berat yang didapatkan dalam suatu endapan placer alluvial Memiliki
ukuran butir lebih kecil daripada mineral-mineral ringan seperti kuarsa dan feldspar.
Hal ini disebabkan oleh daya angkut dan daya endap media transport terhadap mineral
ringan yang mempunyai ukuran butir lebih besar sama dengan daya angkut dan daya
endap mineral berat dalam ukuran yang lebih kecil . Dengan demikian untuk
mendapatkan mineral berat dengan ukuran butir relatif besar, haruslah dicari pada
endapan placer dengan ukuran butir mineral mineral ringan yang lebih besar lagi.

Placer Pantai

Batuan sumber endapan placer pantai berasal dari batuan atau urat-urat yang
tersingkap di tepi pantai, sungai, atau endapan placer tua yang mengalami
perombakan dan diendapkan dipantai dengan bantuan gelombang laut atau arus
bawah laut.

Mineralmineral yang terpenting dari endapan placer pantai adalah kasiterit, intan,
emas, ilmenit, magnetit, monazite,rutil, xenotime dan zircon. contoh endapan ini adalah
endapan emas placer di Nome (Alaska) intan di Namibia, pasir ilmenit-monazit-rutil di
Travencore dan Quilon India dan pasilmagnetit di North Island Selandia Baru.

Endapan placer pantai terbesar terdapat dipantai timur Australia dengan dimensi
panjang 900 Km dan tebal 30-40 Meter. Endapan tersebut merupakan daerah produksi
rutil dan zircon yang terpenting di dunia

Teknik Pertambangan Unmul - 52


Placer Laut Lepas

Endapan placer laut lepas terbentuk di daerah Continental Shelf yang berjarak
beberapa kilometer dari garis pantai. Tipe placer laut lepas yang cukup penting
terdapat di Selat Karimata (sekitar pulau Bangka dan Pulau Belitung, Indonesia) yang
berasal dari placer sungai dan placer pantai yang terbenam oleh permukaan air laut.

Placer Aeolian

Pembentukan endapan placer Aeolian yang terpenting adalah melalui perombakan


placer pantai oleh angin, seperti endapan pasir besi titanomagnetit di North Island
Selandia Baru.

Tabel. 4 Mineral yang Berasosiasi Dengan Proses sedimenter


Tipe Deposit Mineral-Mineral
Proses Batuan Utama Assesori
Gravel, Quartz, Fragmen batuan material Gold, uraninite, pyrite, marcasite,
Konglomerat organik galena, sphalerite
Gold, platinum, diamond, monazite,
Pasir, Magnetite, ilmenit, ritile, quartz,
Mekanik

zircon, xenotime, cassiterite,


batupasir pyroxenes, tourmaline, titanite, Ca
wolfranite, scheelite, ruby sapphire,
(deposit dan Mg carbonates, plagioclase,
topaz, spinels, almandine, pyrope,
alluvial) orthoclase
chromite
Lempung Limonie, goethite, calcite, opal,
Illite, montmorillonite, kaolinite
,batulempung marcasite, halloysite
Dolomite, cahlcedony, siderite,
Limestone Calcite limonite, psilomelane, baryte,
celestite
Deposit Kimia dan Biokimia pada danau garam dan laut

Calcite, limonite, psilomelane,


Dolomite Dolomite quartz, glauconite, baryte,
phosphorite

Thenardite, mirabilite, glauberite,


Evaporite Gypsum,anhydrite epsomite, halite, soda, polygorskite,
sulphur, baryte, aragonite

Halit, carnallite, sylvite, kainite, Gypsum, anhydrite, dolmite, calcite,


Salt deposits
polyhalite glauberite, epsomite, aragonite
Ascharite, hydroboracite, baracite, Inyoite, inderite, realgar, calcite,
Borates
colemanite, pandermite, ulexite dolomite, magnesite
Gluaberite, limonite, illite, quartz,
Phosphorites Phosphorite, apatite.
pyrite
Pyrite, vivianite, baryte, psilomelane,
Goethite, chamossite, thuringite,
Fe-ores rhodochrosite, hematite, apatite,
glauconite, siderite
chalcedony
Psilomelane, pyrolusite, manganite, Glauconite, chamosite, baryte,
Mn-ores
rodhochrocite, opal, hydrogoethite marcasite, pyrite, apatite
Goethite, kaolinite, chlorites,
Bauksit Diaspore, boehmite, gibbsite
limonite, hydrohematite
Silicides Opal,Quartz, Chalcedony Pyrite, marcasite, Calcite
Illite, dawsonite, ankerite, quartz,
Batubara Substansi organik
pyrite, marcasite

Teknik Pertambangan Unmul - 53


6.1.4. ENDAPAN SEDIMENTER

Proses sedimentasi konvensional meliputi proses-proses pelapukan transportasi


pengendapan diagenesa. Masing-masing proses tersebut menghasilkan bentuk
endapan mineral dengan karateristik sendiri-sendiri, seperti sebagian telah dibahas
pada bagian depan, yaitu (i) proses pelapukan yang menghasilkan endapan residual
dan pengayaan supergene, dan (ii) proses transportasi yang memungkinkan terjadinya
konsentrasi secara mekanik yang menghasilkan endapan placer.

Pada bagian ini akan dibahas endapan mineral yang terbentuk pada saat atau setelah
terjadinya pengendapan dan diagenesa yang sangat erat hubungannya dengan
sedimentasi kimiawi.

Pembentukan endapan sedimenter dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :


1. Sumber material (source of material) tersedia
2. Pengumpulan material dalam bentuk larutan (solution) atau proses lain
3. Transportasi material ke tempat akumulasi jika diperlukan
4. Pengendapan material dalam suatu cekungan sedimenter yang diikuti oleh proses
diagenesa (kompaksi, alterasi kimia, atau perubahan lainnya)

Material yang menyusun suatu deposit sedimenter adalah mineral-mineral yang


berasal dari pelapukan batuan. Terbentuknya suatu deposit mineral sedimenter yang
bernilai ekonomis sangat tergantung pada jenis batuan asalnya. Batuan asal harus
cukup mengandung mineral-mineral yang dibutuhkan, misalnya endapan bijih besi
bisa terbentuk dari pelapukan mineral pembawa besi pada batuan beku seperti
hornblende, piroksin, atau mika, atau terbentuk dari pelapukan mineral-mineral
pembawa besi dari batuan sedimen dan batuan metamorf.

Menurut Walther (1894) diagenesis adalah semua perubahan yang terjadi pada material
sedimenter selama proses sedimentasi berlangsung. Diagenesis tersebut meliputi :
a. Kompaksi (lithifaction); Kompaksi adalah proses penekanan material sedimenter karena
gaya berat diatasnya sehingga pori dan kandungan airnya berkurang
b. Sementasi (cementation); Sementasi adalah proses pengikatan material sedimenter lepas
oleh material sekunder seperti material kalsium karbonat, silika, oksida besi, gipsum,
mineral lempung dan lain-lain. Menurut Correns (1950) sementasi dipengaruhi oleh
perubahan pH perubahan pH air dalam akumulasi sedimenter tersebut.
c. Alterasi kimia dan rekristalisasi ; Partikel mineral yang kurang stabil cenderung berubah
menjadi mineral yang lebih stabil di permukaan bumi

Pelarutan material sekunder terjadi saat pelapukan berlangsung, dimana yang


terutama bertindak sebagai pelarut adalah :
1. Air karbonat (carbonate water) yang sangat efektif dalam melarutkan
batugamping, besi, mangan dan fosfor.
2. Humic dan asam organik lainnya yang berasal dari dekomposisi vegetasi
merupakan pelarut yang efektif untuk besi.
3. Larutan sulfat yang efektif dalam melarutkan besi dan mangan tapi jarang tersedia
dalam jumlah yang cukup besar.

Material-material hasil pelarutan terbawa oleh air sungai atau air bawah permukaan
hingga sebagian besar diantaranya mencapai lautan dan kemudian diendapkan. Besi
umumnya diendapkan sebagai (i) ferrous carbonate (siderite); (2) hydrous ferric oxide,
goethite (limonite); (3) ferric oxide (hematite); dan (4) minor basic ferric salt.

Teknik Pertambangan Unmul - 54


Glauconite, chamosite, dan greenalite jarang terbentuk, sedang mangan umumnya
terbentuk sebagai oksida. Endapan sedimenter lainnya adalah fosfor, sulfur, tembaga,
uranium, karbonat dan material lempung.

Kondisi pengendapan dapat dideterminasi dari komposisi mineral yang terbentuk,


ukuran, purity dan distribusinya (areal dan stratigrafi). Besi dan mangan sedimenter
bisa terendap baik pada lingkungan air tawar maupun lingkungan air asin, yakni dalam
bags, swamps, marshes, danau, laguna, dan laut. Fosfat dan sulfur umumnya
terbentuk dalam kondisi marine.

6.1.5. EVAPORASI

Pengendapan mineral dalam proses evaporasi tergantung pada beberapa faktor,


diantaranya yang paling penting adalah temperatur, tekanan, lingkungan
pengendapan, dan perubahan musim dan iklim. Evaporasi lebih efektif terjadi pada
daerah beriklim kering dan panas.

Air laut adalah sumber utama mineral yang terbentuk oleh proses evaporasi. Sekitar
3,45 persen air laut terdiri atas garam larut dimana 99,7 persen diantaranya terdiri atas
tujuh ion-ion berikut ini :
Na+ 30,61 Cl- 55.04 Ca2+ 1,16 K+ 1,10
2+ 2- -
Mg 3,69 SO4 7,68 HCO 3 0,41

Sekitar 45 elemen lain dalam konsentrasi air laut ditemukan sebagai mineral jejak
dalam evaporit. Misalnya endapan borate yang terbentuk sebagai endapan evaporit di
Death Valley, California. Salah satu contoh sekuen pengendapan evaporit dalam suatu
cekungan yang terisolasi adalah sebagai berikut :
4. Potash & Magnesium Salt
3. Rock Salt (Halite)
2. Gypsum & Anhydrite
1. Calcite & Dolomite

6.2. METAMORFISME

Metamorfisme adalah proses rekristalisasi dan rekombinasi mineral yang telah ada
sebelumnya karena pengaruh panas, tekanan, waktu dan berbagai larutan yang ada,
membentuk mineral baru tanpa melalui fasa cair. Proses ini juga dapat menghasilkan
deposit mineral yang berharga, terutama metamorfisme kontak dan regional yang
terutama dikontrol oleh pengaruh panas dari (misalnya) magma.

Umumnya magma tidak sempat mencapai permukaan bumui, tapi terkonsolidasi di


dalam kerak bumi. Selama proses konsolidasi tersebut :
1. emanasi fluida bertemperatur tinggi (selama atau sesaat setelah konsolidasi
magma) menghasilkan efek pada batuan samping, dan
2. kristalisasi cenderung menyebabkan konsentrasi volatil dalam jumlah besar yang
akan bereaksi dengan batuan samping.

Efek emanasi magma pada batuan samping terdiri atas dua tipe, yaitu
1. efek panas tanpa aksesi dari magma yang menghasilkan metamorfisme kontak,
2. efek panas yang disertai aksesi dari dapur magma yang menghasilkan
metasomatisme kontak.

Teknik Pertambangan Unmul - 55


Metamorfisme kontak memperlihatkan sifat yang dipengaruhi oleh (1) endogene atau
efek internal pada daerah diluar kontak tubuh intrusif dan (2) exogene atau efek
eksternal pada batuan yang kontak dengan intrusi magma.
Efek endogene berupa perubahan tekstur dan mineral pada border zone, mineral
pegmatite seperti tourmaline, beryl, atau garnet bisa ditemukan.
Efek exogene terdiri atas baking atau pengerasan pada batuan samping dan
secara umum menyebabkan transformasi. Mineral lama diurai, dan ion-ionnya
mengalami rekombinasi untuk membentuk mineral stabil pada kondisi tersebut.
Sebagai contoh, mineral AB dan CD bisa ter-rekombinasi menjadi AC dan BD.
Dalam impure limestone yang mengandung Calcium Carbonat, magnesium, iron,
kuarsa dan lempung dapat terjadi alterasi seperti :
Calcium oksida + kuarsa wollastonite
Dolomite + kuarsa + air termolite
Dolomite + kuarsa + air + iron actinolite
Kalsit + lempung + kuarsa grossularite garnet

Dalam semua alterasi tersebut komposisi kimia batuan hampir tidak ada perubahan.
Alterasi semakin kuat pada daerah yang dekat dengan tubuh intrusi dan menghasilkan
suatu metamorphic aureula disekitar intrusi dalam berbagai bentuk dan ukuran
tergantung pada bentuk dan ukuran intrusi.

Tabel 5. Mineral yang berasosiasi dengan proses metamorfik

Tipe Fasies mineral tipe-tipe


Mineral-mineral
Metamorfisme batuan
Zeolite facies Quartz, albite, chlorites, pumpellyite, native Cu
Green shist facies Quartz, albite, epidote, chlorites, actinolite,
(chloritic schist) calcite, sericite, talc, serpentine, magnetite,
hematite, graphite, chrysotile
(fasies metamorfik utama)
Metamorfisme Regional

Glaucophane facies Quartz, spessartite, rhodonite, glauchopane,


vesuvianite, jadeite, muscovite, epidote,
chlorites, calcite

Epidote - amphibolite Epidote, common amphibolite, plagioclase,


facies (epidote biotite, almandine, sillimanite, andalusite,
amphibolites) staurolite, anthophyllite, magnetite

Amphibolite facies Common amphibole, diopside, hypersthene,


(amphibolites) basic plagioclases, orthoclase, sillimanite,
forsterite, rutile
Eclogite facies (eclogites) Garnet, kyanite, enstatite, rutile

Semakin jauh dari zona kontak, temperatur semakin menurun. Penurunan tersebut
(secara gradual selama pendinginan magma yang lambat) menyebabkan terjadinya
zona mineralisasi disekitar tubuh intrusif. Disamping temperatur, zonasi tersebut juga
tergantung pada chemical gradient.

Dolomit + kuarsa (+temperatur tinggi) tremolite, kemudian seiring dengan


naiknya temperatur terbentuk forsterite, diopside, periclase, wollastonite,
monticellite, spurrite, merwinite, dan larnite.

Teknik Pertambangan Unmul - 56


Metamorfisme konyak mulai terjadi sesaat setelah intrusi dan berlanjut hingga setelah
bagian terluar intrusif terkonsolidasi. Beberapa jenis deposit mineral non logam yang
terbentuk adalah :
Asbestos
Grafit
Talk, soapstone, dan pyrophyllite
Silimanit grup

Batuan karbonat adalah batuan yang paling penting dalam pembentukan deposit
metamorfisme kontak yang membentuk endapan skarn. Pure limestone dan dolomite
mudah mengalami rekristalisasi dan kehadiran unsur-unsur pengotor seperti silika,
alumina, dan besi dalam impure carbonate rocks memungkinkan terbentuknya lebih
banyak kombinasi mineral. Batupasir juga mengalami rekristalisasi menjadi kuarsit.
Serpih (shale) dan slate teralterasi menjadi hornfels yang mengandung andalusite,
sillimanite, staurolite, dan garnet.

Teknik Pertambangan Unmul - 57


VII. MORFOLOGI DAN TIPE-TIPE DEPOSIT BIJIH
Deposit syngenetic adalah suatu deposit yang terbentuk bersamaan dengan batuan
tempatnya berada dan kadang deposit ini adalah bagian dari suatu urutan stratigrafi,
seperti horison sedimenter yang kaya akan besi (iron-rich sedimentary horizon).
Sebaliknya deposit epigenetic adalah deposit yang terbentuk setelah batuan induknya
(host rock) terbentuk. Jika suatu tubuh bijih (ore body) penyebarannya terlihat lebih
panjang dalam satu arah dibandingkan arah lainnya, maka arah penyebaran yang lebih
panjang tersebut adalah strike tubuh bijih (gambar 1). Kemiringan tubuh bijih yang
tegak lurus terhadap strike adalah dip dan dimensi terpanjangnya adalah axis-nya.

Dalam bagian ini, pembahasan klasifikasi tubuh bijih didasarkan pada bentuknya yang
discordant atau concordant terhadap perlapisan batuan disekelilingnya.

7.1. TUBUH BIJIH DISCORDANT

7.2.1. Tubuh Berbentuk Regular (Regularly shaped bodies)

Tubuh Bijih Tabular

Tubuh bijih tabular melebar dalam dua dimensi, tetapi restricted development pada
dimensi ketiga. Termasuk dalam kelas ini adalah vein-vein (kadang disebut fissure-
veins) dan lode. Vein kadang berbentuk miring dan seperti pada patahan, bidang vein
dapat dibagi sebagai hanging wall dan foot wall (gambar 2).

Pembentukan vein dapat diilustrasikan dalam pembentukan struktur pinch-and-swell


pada vein. Pinch-and-swell adalah salah satu struktur vein yang terbentuk setelah
adanya kekar (fracture) dalam batuan karena suatu gaya yang bekerja (gambar 2a).
Selanjutnya perubahan posisi batuan menyebabkan terjadinya pembukaan celah (open
space = dilatant zones) yang merupakan suatu celah yang dapat dimasuki oleh suatu
mineral (gambar 2b). Material pengisi vein bisa terdiri dari satu mineral tetapi umumnya
terdiri atas intergrowth mineral bijih dan mineral ganggue.

Tubuh Bijih Tubular

Tubuh bijih tubular relatif pendek dalam dua dimensi, tapi memanjang pada dimensi
ketiga. Jika tubuh ini berbentuk vertikal atau hampir vertikal maka disebut pipa atau
chimneys, tapi jika berbentuk horisontal atau hampir horisontal maka disebut mantos.
Mineral pengisi yang paling umum adalah kuarsa dan pada beberapa mineralisasi
ditemukan bismuth, molibdenum, tungsten, dan timah. Pipa memiliki beberapa tipe
dan cara pembentukan (Mitcham, 1974), tetapi umumnya terbentuk oleh partial
dissolution batuan induk. Baik pipa maupun mantos kadang memiliki cabang-cabang
(branch) dan anostomes. Pada beberapa deposit tubular yang terbentuk oleh aliran
sub-horisontal fluida pembawa mineral (mineralizing fluid), kadar bijih mineralisasi yang
dihasilkan kadang bersifat diskontinu yang menghasilkan tubuh bijih berbentuk pod.

Teknik Pertambangan Unmul - 58


Gambar 5.1. Diagram yang menggambarkan istilah-istilah yang digunakan dalam deskripsi
tubuh bijih (orebody).

Teknik Pertambangan Unmul - 59


Gambar 5.2. Pembentukan struktur pinch-and-swell dalam vein

7.2.2. Tubuh Berbentuk Irregular (Irregularly shaped bodies)

Deposit Disseminated

Pada deposit disseminated, mineral bijih tersebar dalam tubuh batuan induk seperti
bentuk penyebaran mineral asesori dalam batuan beku. Disseminated mineral
ekonomik bisa meliputi (i) keseluruhan atau sebagian besar batuan induk dan
sepanjang veinlet yang memotong batuan induk dalam bentuk network yang sangat
rapat (stockwork) atau bisa juga (ii) berupa disseminated mineral ekonomik dalam
veinlet (stockwork). Stockwork umumnya terbentuk pada batuan beku intrusi yang
bersifat asam hingga intermedit, tetapi ada juga yang memotong kontak ke batuan
samping, dan hanya sebagian kecil yang terbentuk di dalam batuan samping (country
rock).

Deposit disseminated merupakan penghasil tembaga dan molibdenum terbesar di


dunia disamping juga menghasilkan timah, emas, merkuri dan uranium. Depositnya
hampir seluruhnya berbentuk cylindrical dan sisanya berbentuk caplike.

Deposit Replasemen Irregular (Irregular Replacement Deposits)

Beberapa deposit bijih terbentuk oleh replasemen batuan yang telah ada pada
temperatur rendah hingga menengah (<400oC), misalnya deposit magnetit dalam
sedimen yang kaya akan karbonat (Morteani, 1989), tubuh bijih pyrophyllite dalam
alterasi piroklastik (Stuckey, 1967) dan deposit siderit dalam batugamping (Pohl et al.
1986).

Proses replasemen lainnya terjadi dalam temperatur tinggi, pada daerah kontak
dengan intrusi batuan beku berukuran menengah hingga besar. Deposit yang
terbentuk disebut metamorfik kontak atau pirometasomatik; atau saat ini lebih populer
dengan istilah skarn. Tubuh bijihnya dicirikan oleh pembentukan mineral calc-silicate
seperti diopside, wollastonite, andradite garnet dan aktinolit. Deposit ini berbentuk
extremely irregular; lidah (tongues) bijih dapat terbentuk disepanjang struktur planar
bedding, joint, faults, etc.- dan terdistribusi pada aureole kontak kadang apparently
capricious. Material-material yang paling penting dari deposit skarn adalah besi,
tembaga, tungsten, grafit, zinc, lead, molibdenit, timah, uranium, garnet, talk dan
wollastonit.

Teknik Pertambangan Unmul - 60


7.2. TUBUH BIJIH CONCORDANT

7.2.1. Batuan Induk Sedimenter (Sedimentary host rock)

Tubuh bijih concordant (terhadap bidang perlapisan) dalam batuan sedimen sangat
penting sebagai penghasil beberapa logam yang berbeda, terutama logam dasar dan
besi. Depositnya merupakan bagian integral dari sekuen stratigrafi, seperti pada
deposit Phanerozoic ironstones yang merupakan deposit bijih syngenetic yang
terbentuk oleh proses sedimenter, atau sebagai epigenetic infillings pada pori-pori atau
sebagai tubuh bijih replasemen. Biasanya tubuh bijihnya paralel dengan bidang
perlapisan (stratiform).

Batuan sedimen sebagai batuan induk deposit bijih :

- Batugamping; Batugamping sering menjadi batuan induk deposit base metal


sulphide, dimana (i) jika dalam sekuen stratigrafi didominasi oleh batuan karbonat,
bijih kadang terbentuk dalam sejumlah lapisan. Bijih tersebut terbentuk pada jika
permeabilitas batuan bertambah besar karena adanya dolomitisasi atau retakan
dan (ii) jika batuan karbonat hanya merupakan bagian minor dalam sekuen
stratigrafi, maka batugamping (karena solubilitas dan reaktifitasnya) merupakan
horison yang sangat baik bagi mineralisasi.
- Batuan Argillaceous; Serpih, mudstone, argilit dan slate adalah batuan induk
yang penting untuk tubuh bijih concordant dimana terkadang remarkably kontinu
dan ekstensif. Bijih yang biasa dijumpai dalan batuan Argillaceous adalah tembaga,
lead, zinc.
- Batuan Arenaceous; Beberapa bahan galian yang biasa dijumpai dalam batupasir
sebagai batuan induk adalah logam dasar seperti bijih tembaga, lead dan perak,
dan vanadium-uranium, serta mineral berat yang terakumulasi secara mekanik
seperti magnetit, ilmenit, rutil dan zircon.
- Batuan Rudaceous; kerikil aluvial dan konglomerat juga merupakan batuan induk
yang penting untuk deposit placer seperti deposit emas aluvial.
- Sedimen kimia; Besi sedimenter, mangan, evaporit dan fosfat adalah bahan galian
yang terbentuk oleh proses sedimentasi kimia.

7.2.2. Batuan beku sebagai batuan induk (Igneous host rock)

Batuan Induk Vulkanik

Ada dua tipe deposit yang paling sering ditemukan dalam batuan beku, yaitu vesicular
filling deposit dan volcanic-associated massive sulphide deposit. Tipe deposit yang
pertama tidak terlalu penting tetapi tipe kedua memiliki penyebaran yang sangat luas
dan merupakan penghasil logam dasar yang penting serta terkadang pula menjadi
penghasil emas dan perak.

Tipe pertama terbentuk dalam lubang vesikular yang permeabel pada bagian atas
aliran lava basal dimana permeabilitasnya kemungkinan disebabkan oleh
autobreksiasi. Contoh mineralisasi yang biasa dijumpai dalam bentuk tembaga murni
dan salah satu depositnya ditemukan pada basal berumur Prakmbrium Akhir di
Keweenaw Peninsula di sebelah utara Michigan.
Deposit sulfida masif yang berasosiasi dengan batuan vulkanik (volcanic-associated
massive sulphide deposit) kadang bisa mengandung lebih dari 90% sulfida besi

Teknik Pertambangan Unmul - 61


terutama pirit atau pirhotit. Deposit ini umumnya adalah tubuh stratiform, lentikular atau
berbentuk anyaman (sheet-like), terbentuk pada daerah interface antara batuan
vulkanik dengan batuan vulkanik atau interface antara batuan vulkanik dengan batuan
sedimen. Seiring dengan bertambahnya kandungan magnetit, maka kandungan bijih
secara berangsur berubah menjadi bijih magnetit oksida masif dan/atau hematit,
seperti terlihat pada Savage River di Tasmania, Fosdalen di Norwegia, dan Kiruna di
Swedia (Solomon, 1976). Deposit ini dapat dibagi ke dalam tiga kelas deposit : (a)
Zinc-lead-copper, (b) zinc-copper, dan (c) tembaga.

Batuan induk yang paling penting adalah riolit dimana bijih pembawa lead umumnya
hanya berasosiasi dengan batuan ini. Kelas tembaga hampir selalu berasosiasi
dengan batuan vulkanik mafik.

Batuan Induk Plutonik

Beberapa intrusi batuan beku plutonik posses rhythmic layering dan hal ini terbentuk
dengan baik pada intrusi basik. Biasanya layer-layer tersebut merupakan perulangan
antara mineral basik dengan mineral felsik, tetapi kadang mineral-mineral yang
memiliki nilai ekonomik, seperti kromit, magnetit dan ilmenit, bisa membentuk discrete
mineable seams such layered complexes. Seam ini secara alami stratiform dan
ukurannya bisa mencapai beberapa kilometer, seperti seam kromit di Bushveld
Complex Afrika Selatan. Bentuk lain deposit ortomagmatik adalah tubuh bijih sulfida
nikel-tembaga yang terbentuk oleh sinking immiscible sulphide liquid ke dasar dapur
magma yang mengandung magma basik dan ultrabasik.

7.2.3. Batuan Induk Metamorfik

Bagian dari beberapa deposit yang terbentuk pada proses metamorfik,

7.2.4. Deposit Residual

Deposit ini terbentuk oleh pergerakan kembali material non-bijih dari protore. Sebagai
contoh, pencucian silika dan alkali dari nefelin-senit may leave behind a surface
capping of hydrous aluminium oxides (bauksit). Beberapa bauksit residual terbentuk
pada permukaan saat ini, lainnya terkubur di bawah sedimen muda yang membentuk
basal beds. Pelapukan batuan feldspatik (granit, arkose, dll.) dapat menghasilkan
deposit kaolin yangmana, di granit Cornish Inggris, membentuk funnel atau trough-
shaped bodies yang mencapai kedalaman sekitar 230 meter dari permukaan.

7.2.5. Pengayaan Supergen (Supergene Enrichment)

Proses pengayaan supergen sedikit banyak telah mempengaruhi hampir semua tubuh
bijih. Setelah deposit terbentuk, uplift dan erosi menyebabkan deposit tersebut
mencapai sirkulasi airtanah, yang mencuci dan melepaskan beberapa jenis logam dari
tubuh bijih. Logam-logam tersebut kemudia mengalami redeposit ditempat lain dan
banyak diantaranya menghasilkan deposit yang memiliki nilai ekonomis yang penting.

Teknik Pertambangan Unmul - 62


VIII. TEKSTUR DAN STRUKTUR ENDAPAN
Studi tekstur memberikan banyak informasi tentang genesis dan sejarah suatu tubuh
bijih. Tekstur menceritakan apakah suatu mineral atau material terbentuk oleh
pengendapan dalam rongga oleh larutan silikat atau larutan aquaeous, atau oleh
replasemen batuan atau mineral bijih yang telah ada sebelumnya. Subsequent
metamorphism bisa merubah tekstur primer secara drastis. Interpretasi tekstur mineral
adalah suatu bahasan yang sangat luas dan sulit dan hanya beberapa poin penting
yang akan di bahas pada bagian ini.

8.1. Pengisian rongga (open space filling)

8.1.1. Presipitasi dari leburan silikat (silicate melt)

Faktor kritis untuk situasi ini adalah pada saat kristalisasi dan ada tidaknya kristalisasi
silikat secara simultan. Mineral bijih oksida, seperti kromit, kadang mengkristal lebih
cepat sehingga bentuk kristalnya euhedral. Kromit terendapkan dengan interstitial
liquid silikat may suffer corrosion dan partial resorption untuk menghasilkan tekstur
atoll dan butiran rounded, dimana mineral ini membentuk monomineral bands.

Pada saat mineral oksida dan silikat mengkristal secara simultan, tekstur butir anhedral
subhedral seperti pada batuan granit terbentuk (?), owing to mutual interference
selama pertumbuhan butiran semua mineral. Tekstur micrographic yang meliputi
mineral bijih oksida bisa juga terbentuk pada tahap ini.

Sulfida, karena melting point-nya rendah, mengkristal setelah silikat dan, jika sulfida
tidak dapat memisahkan diri dari silikat, akan hadir sebagai agregat butiran rounded
representing globules of immiscible sulphide liquid, atau sebagai butiran anhedral atau
aggregat butiran yang mengkristal interstitially terhadap silikat dan bentuknya
(governed) berada di sekeliling butiran silikat.

8.1.2. Presipitasi dari larutan aquaeous

Rongga-rongga (open spaces), such a dilatant zones sepanjang patahan, merupakan


jalan yang dilalui larutan pada topografi karst, dll. Jika prevailing kondisi Fisikakimia
induce presipitasi, maka kristal akan terbentuk. Kristal ini terbentuk sebagai hasil
spontaneous nucleation dengan larutan, atau lebih tepatnya, oleh oleh nucleation pada
ruang tertutup. Proses ini diawali oleh presipitasi dan pembentukan mineral pada
dinding vein. Jika larutan berubah komposisi maka bisa terjadi perubahan mineral
sehingga pengisian vein membentuk banded yang disebut crustiform banding. Struktur
ini terlihat pada beberapa vein dimana mineralizing solutions mengalami perubahan
komposisi seiring dengan waktu dan memperlihatkan kepada kita urutan mineral yang
mengalami presipitasi, urutan ini disebut sekuen paragenetik (paragenetic sequence).

Pengendapan pada kekar-kekar juga terbentuk di permukaan pada interface sedimen-


air atau batuan-air selama pembentukan deposit masif sulfida yang berasosiasi
dengan vulkanik (misalnya). Dibawah situasi rapid flocculation terbentuknya material
dan tekstur primer menghasilkan bentuk colloform banding.

Teknik Pertambangan Unmul - 63


8.1.3. Replasemen

Edward (1952) mendefinisikan replasemen sebagai dissolving suatu mineral dan pada
saat bersamaan diendapkan mineral lain pada tempat tersebut, tanpa intervening
development rongga dan tanpa adanya perubahan volume. Replasemen adalah
proses yang yang penting dalam pembentukan beberapa deposit bijih, termasuk
diantaranya kelas skarn. Proses ini tidak hanya meliputi mineral-mineral pada batuan
samping, tapi juga mineral-mineral bijih dan ganggue. Pada hampir semua bijih
memperlihatkan terjadinya proses replasemen.

Tanda-tanda the most compelling replasemen adalah pseudomorphism.


Pseudomorphism kasiterit dari ortoklas ditemukan di Cornwall Inggris, dan pirhotit dari
hornblende di Sullivan British Columbia.

Proses replasemen sekunder (supergen) diawali pengayaan sulfida oleh perkolasi air
meteorik ke bawah, kadang sangat dramatik dan fraught dengan economic importance.
They can be every bit sama pentingnya dengan replasemen primer (hipogen) brought
about by solution emanating dari crustal atau bawah permukaan.

8.1.4. Inklusi fluida (fluid Inclusions)

Pertumbuhan kristal tidak pernah sempurna dan memungkinkan terjebaknya fluida


dalam kristal tersebut dalam ukuran <100 m, yang disebut inklusi fluida. Studi inklusi
fluida dapat proved untuk digunakan dalam dechiphering sejarah pembentukan
beberapa tipe batuan dan genesa bijih, terutama mengenai transport dan
pengendapan bijih (Roedder, 1984).

Inklusi fluida dibagi dalam beberapa tipe :

o Inklusi Primer; terbentuk selama pertumbuhan kristal, provide us dengan sampel


fluida pembentuk bijih. Inklusi ini juga merupakan data geotermometrik yang
penting dan memberikan suatu informasi tentang physical state fluida, misalnya
mengenai apakah fluida tersebut mendidih pada saat terjebak. Inklusi primer
terdapat pada hampir semua batuan dan mineral deposit. Sepuluh mineral
transparan dimana inklusi fluida paling banyak ditemukan menurut Sheperd et al.
adalah :
1. Kuarsa 6. Dolomit
2. Fluorite 7. Sphalerit
3. Halite 8. Barit
4. Kalsit 9. Topaz
5. Apatit 10. Kasiterit

Material yang paling penting dalam fluida adalah air dan karbondioksida. Inklusi
primer dapat dibagi lagi ke dalam empat grup (Nash, 1976) sebagai berikut :
Tipe I. Inklusi dengan salinitas sedang, secara umum terdiri atas dua fase,
terutama terdiri atas air dan gelembung water vapour, meliputi 10-40%
inklusi. Kehadiran gelembung mengindikasikan bahwa fluida terjebak
pada elevated temperature. Sodium, potassium, kalsium dan klorin
terbentuk dalam larutan dengan salinitas berkisar antara 0 23 wt%
NaCl.

Teknik Pertambangan Unmul - 64


Tipe II. Inklusi yang kaya akan gas, umumnya mengandung lebih dari 60%
vapour. Air juga merupakan unsur yang dominan, tapi CO2
hanya ditemukan dalam jumlah kecil. Tipe ini merepresentasikan
trapped steam. Kehadiran secara bersamaan inklusi yang kaya akan
gas dan inklusi aquaeous yang sedikit mengandung gas
menunjukkan bahwa fluida mendidih pada saat terjebak.
Tipe III, Inklusi yang membawa halite. kisaran salinitas tipe ini lebih dari 50%.
Inklusi ini mengandung kristal halit kubik dan beberapa daughter
minerals, seperti sylvite dan anhydrite. Semakin banyak jumlah dan
variasi daughter minerals semakin kompleks fluida bijih (ore fluid).
Tipe IV, Inklusi yang kaya akan CO2, dengan perbandingan CO2 : H2O berkisar
antara 3 hingga lebih dari 30 mol%.

o Inklusi Sekunder; inklusi ini terbentuk dari beberapa proses setelah kristalisasi
mineral induk (host mineral). Salah satu cara pembentukan inklusi adalah selama
healing retakan dan hal ini mengawali pembentukan planar arrays beberapa inklusi
kecil. Inklusi sekunder sering ditemukan pada deposit tembaga porfiri karena
hampir semua deposit ini berulang kali mengalami breksiasi. Inklusi
pseudosecondary adalah inklusi yang terbentuk pada peralihan antara inklusi
primer dengan inklusi sekunder.

Contoh analisis inklusi fluida disampaikan oleh Kelly & Turneaure (1970) yang
menyajikan studi detail tentang mineralogi, paragenetic sequence (urutan
pembentukan mineral) dan geotermometri vein timah dan tungsten di Bolivia. Mereka
menyatakan bahwa bijih yang ditemukan adalah deposit plutonik hingga subvulkanik,
terbentuk pada kedalaman 350-4000 m dan pada temperatur sekitar 350-70oC.
Larutan bijih pada tahap awal vein merupakan highly saline brines (di atas 46 wt%
NaCl tetapi CO2-nya rendah) dan kehadiran inklusi tipe I dan II dalam kuarsa dan
kasiterit mengindikasikan bahwa terjadi pendidihan. Inklusi fluida pada mineral yang
terbentuk belakangan tidak memperlihatkan tanda-tanda pendidihan dan fluida yang
terperangkap memiliki salinitas yang rendah, 2-10% baik untuk fluorit maupun siderit.

8.1.5. Alterasi Batuan Samping

Alterasi batuan samping umumnya terbentuk di sekitar vein dan tubuh bijih hidrotermal
lainnya yang antara lain ditunjukkan oleh perubahan warna, tekstur, perubahan
mineralogi atau kimia, atau kombinasi dari semuanya. Semakin tinggi temperatur
pengendapan mineral bijih, semakin intens alterasi, meskipun tidak selamanya berarti
pengaruh alterasi lebih luas karena daerah pengaruh alterasi sangat tergantung
kepada banyak hal misalnya ukuran tubuh bijih.

Teknik Pertambangan Unmul - 65


I II

L D aw so nit e L
(NaAlCO3(OH)2)

V V

III IV

V Halite V
L LCO2

Sylvite Anhydrite L

hematite

Gambar 6.1. Sketsa empat tipe inklusi fluid yang paling penting (after Nash, 1976).
L = liquid aquaeous, V = vapour, LCO2 = liquid CO2

Ada dua divisi utama alterasi batuan samping, yaitu hipogen dan supergen. Alterasi
hipogen disebabkan oleh naiknya larutan hidrotermal, dan alterasi supergen oleh
naiknya air meteorik yang bereaksi dengan mineral yang sudah ada srebelumnya.
Pada bagian ini kita lebih terfokus pada alterasi hipogen karena (a) kontribusinya
terhadap pengetahuan kita tentang bagaimana kondisi dan evolusi larutan pembawa
bijih, (b) kadang memiliki nilai ekonomi untuk kegiatan eksplorasi, dan (c)
menghasilkan mineral seperti phyllosilicates yang dapat digunakan untuk melakukan
pengukuran radiometrik pada alterasi batuan samping dan pada asosiasi mineralisasi.

Alterasi batuan samping sangat tergantung pada sifat batuan induk dan sifat larutan
pembawa bijih-nya. Sifat batuan induk yang penting diantaranya adalah komposisi
kimia, ukuran butir, sifat fisik (terkekarkan atau tidak) dan permeabilitas. Sedang untuk
sifat larutan pembawa bijih (hidrotermal) adalah sifat kimia, pH, Eh, tekanan dan
temperatur. Beberapa proses yang terjadi selama alterasi hidrotermal diilustrasikan
pada gambar 4.

Kurva 1 merepresentasikan alterasi K-feldspar menjadi muskovit (serisit) :


3KalSi3O8 + 2H+ (aq) Kal3Si3O10(OH)2 + 2K+ (aq) + 6SiO2
K-feldspar muskovit (serisit) kuarsa

Kurva 2 merepresentasekan tahap lain removal alkalis dari batuan oleh hidrolisis :
2Kal3Si3O10(OH)2 + 2H+ + 3H2O 3Al2Si2O5(OH)4 + 2K+
muskovit kaolinite

Teknik Pertambangan Unmul - 66


o
C

500 K-mica Potassic


Stable alteration
Advanced
argillic
alteration
400 K.feldspar
Pyrophyllite stable
Kaolinite
1

300 Intermediate
argillic 2 Propylitic
alteration alteration

K-mica
200 stable
1 2 3 4 5

log mKCl/mHCl

Gambar 6.2. Some equilibrium relations in the system K2O-Al2O3-SiO2-H2O in chloride


electrolyte environment. Total pressure is 0,1034 Gpa and quartz is present.
The approximate positions of some wall rock alteration assemblages
have been added. (After Meyer & Hemley, 1967).

Selama alterasi batuan samping hampir semua mineral pembentuk batuan are
susceptible to attack oleh larutan asam, karbonat, zeolit, feldspatoid dan Ca-plagioklas
kurang resisten; piroksin, ampibol dan biotit memiliki resistensi sedang, dan sodic
plagioclase, potash feldspar dan muskovit memiliki resistensi tinggi. Kuarsa kadang
entirely tidak terpengaruh dalam proses alterasi.

Tipe-tipe alterasi batuan samping

Advanced argillic alteration; Alterasi yang dicirikan oleh kehadiran mineral


dickite, kaolinite (keduanya Al2Si2O3(OH)4), pyrophyllite (Al2Si4O10(OH)2) dan
kuarsa. Serisit biasanya juga ada dan frequently alunite, pyrite, tourmaline, topaz
dan zunyite. Sedangkan andalusit kemungkinan bisa hadir pada temperatur tinggi.
Alterasi ini adalah salah satu alterasi yang paling intense, kadang dijumpai pada
zona bagian dalam (inner zone) bersama-sama dengan vein logam dasar atau
deposit pipa berasosiasi dengan stok plutonik asam, seperti di Butte, Montana, dan
Cerro de Pasco, Peru. Alterasi ini juga dijumpai pada lingkungan hot spring dan
dalam telescoped deposit logam berharga yang dangkal. Asosiasi sulfida yang
dijumpai dalam tubuh bijih umumnya kaya sulfur; covellite, digenite, pyrite dan
enargite.

Sericitization; Dalam lapangan bijih dunia, sericitization adalah tipe alterasi yang
paling banyak dijumpai pada batuan yang kaya akan aluminium seperti slates,
granits, dll. Mineral yang dominan adalah sericite dan quartz, sedangkan pyrite
kadang menyertai mereka. Jika potassium dilepas ke batuan samping sehingga
batuan seperti diorit kekurangan elemen ini, maka serisitisasi dapat terjadi. Selama

Teknik Pertambangan Unmul - 67


berlangsungnya serisitisasi granit, feldspar dan mika bisa mengalami transformasi
menjadi serisit, dengan kuarsa sekunder sebagai salah satu hasilnya, tapi kuarsa
primer tetap tidak terpengaruh except pembentukan inklusi fluida sekunder.
Dengan apperance potash feldspar sekunder dan biotit sekunder, serisitisasi
berangsur menjadi alterasi potassic, yang banyak dijumpai pada bagian tengah
deposit tembaga porfiri.

Advanced argillic assemblages Sericite assemblages

A kaol., dick., pyroph. A (topaz, tourm.,)


serisit (topaz, tourm.,) phengitic
alunit sericite

Na, K C Na, K C

F pyrite F pyrite

Intermediate arrgillic assemblages


(sericite) A kaol., halloysite
montmorillonite
amorphous clay C calcite

Na, K
(chl.)

F pyrite

Potassic alteration assemblages Propylitic assemblages

A A montmorillonite
sericite zeolite
(sericite)
epidote

Na, K C calcite
Na, K C anhydrite albite (chl.)
(chl.) calcite K-feldspar ankerite
biotite

F pyrite, pyrrhotite
F-pyrite, siderite, magnetite, hematite
magnetit, hematite siderite

Gambar 6.3. Kumpulan alterasi batuan samping yang sering dijumpai dalam
batuan aluminosilicate di plot pada diagram ACF dan AKF. (After Meyer
& Hemley, 1967)
A adalah Al2O3 dan komponen lain yang sifat kimianya sama
C adalah CaO ditambah komponen-komponen yang sama
K adalah K2O + Na2O
F adalah FeO + MgO + MnO
kaol. : kaolinite, dick. : dickite, pyroph. : pyrophyllite, tourm. : tourmalin, chl. : chlorite
Intermediate argillic alteration; Mineral utama dalam alterasi ini adalah mineral
kaolin- dan montmorillonit-grup sebagai alterasi plagioklas. Mineral-mineral ini bisa
bersama-sama dengan amorphous clays (clay yang kelihatan amorphous di bawah
X-rays dan biasanya disebut allophane). Intermediate argillic zone sebenarnya bisa
dibagi dalam dua sub-zone dimana pada bagian luar alterasi didominasi oleh
mineral montmorillonit dan pada bagian dalam yang berbatasan dengan zona

Teknik Pertambangan Unmul - 68


serisitisasi didominasi oleh mineral kaolin. Pada zona ini sulfida secara umum tidak
penting. Zona ini berbatasan dengan alterasi propylitic pada bagian luar.

Propylitic alteration; Zona alterasi ini dicirikan oleh chlorite, epidote, albite dan
carbonate (calcite, dolomite atau ankerite). Minor sericite, pyrite, dan magnetite
kemungkinan juga bisa ditemukan dan meski jarang, zeolites dan montmorillonite
kadang-kadang ditemukan pula. Istilah alterasi propylitic pertama kali
diperkenalkan oleh Becker pada tahun 1882untuk alterasi diorit dan andesit di
sekitar Comstock Lode, Nevada. Zona alterasi propylitic kadang-kadang sangat
luas sehingga banyak digunakan sebagai penunjuk dalam eksplorasi. Zona alterasi
ini bisa dibagi lagi dalam beberapa sub-zona berdasarkan kelimpahan mineral
alterasinya, antara lain :
Chloritization; Chlorite bisa hadir sendiri atau dengan kuarsa atau tourmalin
dalam kombinasi yang sangat simpel. Mineral propylitic yang lain bisa juga
ditemukan dan anhydrite juga bisa dijadikan penciri. Klorit hidrotermal
memperlihatkan perubahan perbandingan Fe : Mg seiring dengan
bertambahnya jarak dari tubuh bijih, dimana Fe lebih banyak pada daerah yang
dekat dengn sulfida. Perubahan perbandingan ini bisa direkam dengan
pengukuran simple refractive index, yang juga bisa menjadi petunjuk dalam
eksplorasi.
Pembentukan klorit sekunder bisa dihasilkan dari alterasi mineral mafik yang telah ada
sebelumnya pada batuan samping atau dari penghantara Mg dan Fe dari
sumber lain.
Carbonatization; Dolomitisasi adalah alterasi yang sering ditemukan pada
pengendapan bijih dengan temperatur rendah hingga menengah pada
batugamping, dan dolomit adalah karbonat yang paling banyak terbentuk oleh
aktifitas hidrotermal. Sama seperti pada chloritization, variasi perbandingan
Fe : Mg with poximity to ore.
Potassic Alteration; Potasf feldspar sekunder dan/atau biotit adalah mineral yang
paling penting pada alterasi ini. Mineral lempung tidak ada tapi chlorite, magnetit
dan hematite bisa ditemukan dalam jumlah kecil. Anhydrit cukup penting
khususnya dalam deposit tembaga porfiri, seperti di El Salvador, Chile, dimana
anhydrite bisa lebih 15% dari batuan alterasi.

Silicification; Meliputi bertambahnya proporsi kuarsa atau silika crypto-crystalin


(seperti cherty atau opaline silica) dalam batuan alterasi. Silika kemungkinan
berasal dari larutan hidrotermal, seperti pada kasus cherthified batugamping yang
berasosiasi dengan deposit lead-zinc-fluorite-baryte atau kemungkinan juga
sebagai hasil dari alterasi feldspar dan mineral lain selama pencucian bagian
dasar. Silisifikasi kadang dijadikan petunjuk kepada bijih, misalnya Black Hill,
Dakota.
Feldspathization; Istilah feldspatisasi digunakan pada proses metasomatisma
potasium atau sodium yang menghasilkan potash feldspar yang baru atau albite.
Albitisasi ditemukan disekitar beberapa deposit emas.
Tourmalinization; Tourmalinisasi berasosiasi dengan deposit dengan temperatur
menengah hingga tinggi, seperti pada beberapa vein emas dan timah yang
memperlihatkan adanya tourmalinisasi yang kuat pada batuan samping. Jika
batuan samping yang teralterasi banyak mengandung gamping (lime-rich) axinite
dapat terbentuk.

Teknik Pertambangan Unmul - 69


Tipe alterasi lainnya;
Pyritization; disebabkan oleh masuknya sulfur yang merubah oksida besi dan
mineral mafik.
Hematitization; tipe alterasi yang kadang berasosiasi dengan uranium.
Bleaching; disebabkan oleh adanya reduksi hematit
Greisenization; alterasi sepanjang bagian pinggir deposit tin-tungsten dan
beryllium pada batuan granitik atau gneisses
Fenitization; biasanya berasosiasi dengan deposit pada batuan karbonat dan
dicirikan oleh pembentukan nephelin, aegirine, sodic amphiboles dan alkali
feldspar pada aureoles massa karbonat.
Serpentinisasi; dan the allied pembentukan talk, dapat terbentuk baik pada
batuan ultrabasik maupun pada batugamping. Serpentinisasi berasosiasi
dengan deposit emas dan nikel.
Zeolitisasi; ditandai oleh pembentukan stilbite, natrolite, heulandite, dll., dan
kadang disertai mineralisasi tembaga murni dalam basal amigdaloidal.

tipe batuan tipe alterasi


serisitisasi,
argillasasi,
BATUAN ASAM
silisifikasi, dan
piritisasi.
kloritisasi,
karbonatisasi,
BATUAN INTERMEDIT - BASA serisitisasi,
piritisasi, dan
propilitisasi.
Skarnifikasi
BATUAN KARBONAT
tourmalinisasi

Tabel 6.1. Hubungan antara tipe batuan dengan tipe alterasi yang terbentuk.

Teknik Pertambangan Unmul - 70


IX. BEBERAPA TEORI UTAMA GENESA BIJIH (ORE GENESIS)
Teori tentang genesa deposit bijih secara umum dapat dibagi ke dalam dua kelompok,
yaitu deposit bijih yang terbentuk melalui (i) proses internal dan (ii) proses eksternal
(lihat bagian I halaman 7-8). Pada bagian ini, hanya akan dibahas beberapa teori
utama tentang genesa deposit bijih yang belum dibahas pada bagian depan.

Pembentukan deposit bijih oleh proses internal

Lateral secretion

Lensa dan vein quartz dalam batuan metamorf dihasilkan oleh pengisian zone dilatasi
dan rongga (open fracture) oleh silika yang bermigrasi keluar dari batuan yang
melingkupinya. Pada saat migrasi, silika disertai oleh unsur-unsur batuan samping
yang lain termasuk komponen logam dan sulfur. Derivation mineral-mineral dari
immediate neighbourbood vein disebut lateral secretion. Dalam gambar (a) berikut,
terdapat vein yang terbentuk saat larutan hidrotermal (yang jenuh dengan silika)
bergerak ke atas. Sebagian larutan tersebut mengalami difusi ke batuan samping dan
membentuk silisifikasi. Kurva menunjukkan berkurangnya level silika dari sumbernya
(misalnya vein). Gambar (b) memperlihatkan situasi yang terbalik dimana kurva silika
bertambah naik dari vein ke batuan samping. Dalam hal ini silika diabstraksi dari
batuan samping dan kemudian terakumulasi dalam vein.

(a) (b)
100 100
Kandungan silika %

Kandungan silika %
Vein Quartz

Vein Quartz

C
C

Batuan samping
0 0

Gambar 9.1 Perbandingan hipotetis profil silika.(a) silika ditambahkan ke batuan samping
dan (b) silika diabstraksi dari batuan samping dan diendapkan sebagai
kuarsa dalam vein. C menunjukkan level normal silika dalam batuan samping.

Deposit ekonomik di Yellowknife Field adalah deposit yang terbentuk di dalam lensa
quartz-carbonate dalam extensive chloritic shear zones yang memotong amphibolites
(metabasites). Deposit tersebut memperlihatkan konsentrasi, silika, karbondioksida,
sulfur, air, emas, perak dan elemen logam lainnya. Mineral utama adalah quartz,
karbonat, sericite, pyrite, arsenopyrite, stibnite, chalcopyrite, sphalerite, pyrrhotite,
berbagai sulfosalt, galena, scheelite, emas dan aurostibnite. Batuan induk terbentuk
adalah batuan metamorfisme regional dari fasies amphibolite hingga greenschist.
Alterasi carbonate-sericite-shist dan chlorite-carbonate-schist yang berbentuk halo
terbentuk dalam batuan induk bersamaan dengan pembentukan deposit.

Apakah metabasites dapat menjadi sumber (source) sulfur dan elemen logam yang
terbentuk di dalam deposit ?

Teknik Pertambangan Unmul - 71


Metabasites terdiri atas lava dan tufa vulkanik basa yang termetamorfosis. Batuan ini
kaya akan elemen-elemen seperti emas, perak, arsenic, tembaga, dll., dibandingkan
batuan beku lainnya. Untuk unsheared metabasites di daerah Yellow Knife, kadar
unsur berharga yang terkandung (semuanya dalam ppm) antara lain adalah : S =
1500; As = 12, Sb = 1, Cu = 50, Zn = 50, Au = 0,01; Ag = 1. Sedang dimensi-nya
adalah : panjang = 152m, lebar = 152m, kedalaman = 4,8km. Jumlah bijih dalam
sistem diasumsikan sekitar 6 x 106 dengan kadar rata-rata S = 2,34%, As = 1,35%, Sb
= 0,15%, Cu = 0,07%, Zn = 0,28%, Au = 0,654 oz ton-1 dan Ag = 0,139 oz ton-1.
Kandungan total elemen-elemen ini dalam shear system sebelum mengalami shearing
dan alterasi, dan dalam deposit disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 9.1. Kandungan elemen chalcopile dalam shear zones dan deposit, Yellowknife
gold deposit, Canada

Elemen Kandungan total dalam shear system Kandungan total dalam deposit
sebelum shearing and alterasi
(juta ton) (juta ton)
S 62 0.14
As 0.5 0.181
Sb 0.04 0.009
Cu 2.0 0.004
Zn 2.0 0.017
6 4
Au 12.2 x 10 oz 3.9 x 10
6 4
Ag 1219 x 10 oz 0.834 x 10 oz

Proses metamorfik

Metamorfisme isokimia pada beberapa batuan dapat menghasilkan material untuk


keperluan industri. Salah satu contoh adalah marble yang dapat terbentuk baik melalui
metamorfisme kontak maupun regional. Contoh lain adalah slate, asbestos, corundum
dan emery, garnet, beberapa gemstone, graphite, magnesite, pyrophyllite, mineral
sillimanite, talc dan wollastonite. Metamorfisme allokimia (metasomatisme) kadang
menyertai metamorfisme kontak atau regional. Proses ini menghasilkan deposit skarn
yang banyak mengandung logam atau mineral industri.

Peranan proses metamorfik lain dalam pembentukan bijih

Pada bagian ini kita akan membahas perubahan metamorfisme yang meliputi
rekristalisasi dan redistribusi material oleh difusi ionik dalam fasa padat. Pada kondisi
ini unsur bijih yang bersifat mobil bisa terangkut ke tempat lain dengan tekanan
rendah, seperti shear zone, retakan (fracture) atau puncak lipatan. Mela;ui cara ini vein
quartz-chalcopyrite-pyrite dapat terbentuk dalam amphibolites dan schist dan beberapa
vein emas terbentuk dalam jalur greenstone (saager et al., 1982).

Pembentukan deposit bijih oleh proses eksternal

Proses eksternal meliputi sedimentasi mekanik dan kimiawi, proses residual dan
pengayaan supergen (supergene enrichment), dan proses exhalative. Pada bagian ini,
pembahasan akan difokuskan pada proses exhalative yang meliputi semua aktifitas
larutan hidrotermal yang muncul di permukaan termasuk didalamnya bijih sulfida masif.

Teknik Pertambangan Unmul - 72


Proses volcanic-exhalative (sedimentary-exhalative)

Deposit exhalative memiliki kaitan yang sangat erat dengan batuan vulkanik dan
sebagian lagi pada batuan induk sedimen yang dikenal dengan istilah deposit sedex
(sedimentary-exhalative). Depositnya comformable dan banded; dan pada tipe yang
berasosiasi dengan vulkanik unsur utamanya adalah pyrite dengan berbagai variasi
tembaga, lead, zinc dan baryte; logam mulia dan mineral lainnya juga bisa hadir dalam
deposit ini. Selama beberapa dekade, deposit exhalatif dimasukkan dalam kelompok
tubuh bijih replasemen hidrotermal epigenetik (Bateman, 1950). Baru pada tahun
1950-an, deposit ini ditemukan bersifat singenetik, submarine exhalative, tubuh bijih
sedimenter, dan deposit tipe ini ditemukan pada proses pembentukan dari
hydrothermal vents (black smokers) pada tempat yang sangat luas disepanjang pusat
pemekaran lantai samudera (Rona, 1988).

Tubuh bijih exhalative yang berafiliasi dengan vulkanik memperlihatkan beberapa tipe :
Tipe Cyprus; berasosiasi dengan vulkanik yang bersifat basik, biasanya dalam
bentuk ophiolites dan kemungkinan terbentuk di samudera atau pada busur
belakang pematang. Tipe ini terutama berupa tubuh cupriferous pyrite.
Tipe Kuroko; berasosiasi dengan vulkanik yang bersifat felsik, terbentuk pada
tahap akhir evolusi busur kepulauan (island arc), dengan kandungan logam yang
lebih bervariasi seperti tembaga-zinc-lead dan terkadang emas dan perak. Baryte
dalam jumlah besar, quartz dan gypsum juga bisa dijumpai pada deposit tipe ini.

Deposit sulfida masif yang berasosiasi dengan vulkanik umumnya berbentuk gundukan
atau berbentuk mangkok. Tipe yang terakhir kemungkinan terbentuk jika larutan
hidrotermal lebih saline (padat) dibanding air laut disekitarnya muncul pada suatu
depresi mawah laut (gambar ). Beberapa deposit tipe Cyprus terbentuk dengan cara
seperti ini dan data inklusi fluida mendukung hipotesa tersebut (Rona, 1988).

Untuk tipe Kuroko, proses pembentukannya melalui beberapa tahap berikut :


1. Presipitasi sphalerite, galena, pyrite, tetrahedrite, baryte yang berukuran halus
dengan minor chalcopyrite (black ore) oleh percampuran larutan hidrotermal yang
relatif dingin (~200oC) dengan air laut yang dingin.
Black ore : sp + ga + py + bar
2. Rekristalisasi dan pertumbuhan butiran mineral-mineral tersebut dalam tahap 1
pada bagian dasar gundukan oleh larutan yang lebih panas (~250oC), bersama-
sama dengan pengendapan lagi sphalerit, dll.
3. Influx larutan panas yang kaya akan tembaga (~300-350oC) yang me-replace
mineral yang terbentuk sebelumnya dengan chalcopyrite pada bagian bawah
deposit (yellow ore). Redeposit mineral pengganti ini terjadi pada level yang tinggi.
Yellow ore : py + cp dan bijih stockwork : py + cp + qz.
4. Masih panas, larutan yang tidak jenuh dengan tembaga kemudian melarutkan
chalcopyrite untuk membentuk pyrite di bagian bawah deposit.
5. Pengendapan chert-hematite exhalites di atas dan di sekeliling deposit sulfida.

Seperti telah diuraikan di depan, perbedaan tipe air dicirikan oleh perbandingan isotop
hidrogen (D/H) dan oksigen (18O/16O) (Shepard, 1977). Dengan menggunakan
perbandingan tersebut, dapat dilihat variasi air yang terlibat dalam proses mineralisasi
secara umum. Variasi perbandingan isotop hidrogen dan oksigen yang disimbolkan
dengan (o/oo), dimana :

Teknik Pertambangan Unmul - 73


R
= sampel 1 1000
x
Rs tan dar
Dalam formula diatas untuk hidrogen, x = D dan R = D/H; untuk oksigen, x = 18O
dan R = 18O/16O.

Standar untuk hidrogen dan oksigen adalah standar mean ocean water (SMOW).
Secara alamiah, D/H sekitar 1/7000 dan 18O/16O sekitar 1/500. Nilai ini diukur langsung
dari substansi asli seperti air thermal, air formasi dalam sedimen dan inklusi fluida,
atau dideterminasi secara tidak langsung dengan menggunakan air yang diserap oleh
mineral.

Gambar 7.2 Sketsa yang memperlihatkan pembentukan deposit sulfida masif pada lantai
samudera (After Rona, 1988).
(a) larutan hidrotermal dengan densitas yang lebih besar dari pada air laut disekitarnya, berkumpul dalam suatu
cekungan membentuk deposit berbentuk mangkuk.
(b) larutan dengan densitasnya lebih rendah dari air laut membentuk gundukan sulfida (sulphide mound) dan ada
yang naik mengapung membentuk hydrothermal plume. Dari sini, partikel oksida, sulfida dan silika kemudian
turun ke batuan disekitarnya membentuk deposit batuan ferromanganese oxide (chert) dengan atau
tanpa pyrite dan akumulasi hydrothermal sedimentary yang disebut exhalites.

Teknik Pertambangan Unmul - 74


DAFTAR PUSTAKA

- Edwards, R., & Atkinson, K., 1986, Ore Deposits Geology and Its Influence on
Mineral Exploration, Chapman & Hall, New York.
- Guilbert, J.M., & Park, JR., C.F., 1975, the Geology of Ore Deposits, W.H.
Freeman & Co. New York.
- Jensen, M.L., & Bateman, A.M., 1981, Economic Mineral Deposits, John Wiley &
Sons, New York.
- Rinawan, R., 2000, Pengantar Identifikasi Mineral (tidak dipublikasikan), Bandung

Teknik Pertambangan Unmul - 75

You might also like