You are on page 1of 59

Rencana Penataan Permukiman (RPP)

Desa Tlogolele Kecamatan Selo


Kabupaten Boyolali

BAB V
RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH DESA/ KELURAHAN

5.1. ARAHAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN BOYOLALI


Penataan ruang pada dasarnya merupakan kegiatan untuk mengatur ruang agar aktivitas
kehidupan manusia dan lingkungan alam di sekitarnya berkembang secara harmonis dan bersifat
lestari. Di sini terdapat dua hal pokok yang perlu mendapatkan perhatian secara serius, yaitu,
Pertama, adanya tiga unsur penting dalam penataan ruang, yaitu, manusia beserta aktivitasnya,
lingkungan alam sebagai tempat, dan pemanfaatan ruang oleh manusia di lingkungan alam
tersebut. Kedua, proses pemanfaatan ruang haruslah bersifat terbuka, berkeadilan, memiliki
perlindungan hukum dan mampu memenuhi kepentingan semua pihak (petaruh/stakeholder)
secara terpadu dan berdayaguna serta serasi. Dua hal pokok inilah yang menjadi asas
pemanfaatan ruang yang diatur dalam UU No. 24/1992 tentang Penataan Ruang.
Sesuai dengan perkembangan sosial politik dan ekonomi saat ini, terjadi tuntutan masyarakat yang
menyebabkan adanya pergeseran pola pikir yang menyangkut penyelenggaraan pemerintahan
daerah, yang kemudian dituangkan dalam UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah. Sejalan
dengan UU No. 22/1999, penyusunan tata ruang kota/kabupaten sepenuhnya dilakukan oleh
pemerintah daerah. Pemerintah pusat hanya berperan sebagai mitra dalam memberikan saran
pemecahan masalah bagi penyelesaian konflik penataan wilayah antar daerah melalui fasilitasi
penyiapan masukan teknis dalam bentuk bantuan teknis, norma dan standar, serta pedoman.
Dengan demikian, baik pemerintah pusat, maupun provinsi tidak terlibat secara fisik dalam
penataan ruang wilayah dan kota, kecuali pada tingkat yang lebih makro dan strategi nasional,
seperti penataan ruang nasional, pulau dan kepulauan, serta kawasan-kawasan perbatasan.
Terkait dengan hal ini, pemerintah daerah juga harus mulai melakukan desentralisasi peran yang
selama ini ditangani oleh pemerintah daerah kepada kelompok masyarakat yang tumbuh secara
demokratis. Dengan demikian, sesuai UU No. 22/1999 peran masyarakat dalam penataan ruang
semakin dipertegas. Pemerintah tidak harus selalu memimpin sebagai inisiator, tetapi dapat
berperan sebagai fasilitator dan pemampu masyarakat.
Selain itu, perencanaan tata ruang perlu didasarkan pada pemahaman bahwa pengembangan
wilayah harus dilakukan sesuai dengan daya dukungnya. Wilayah yang terlalu besar menyebabkan
tidak efisiennya pelayanan di seluruh wilayah tersebut terhadap warganya serta berpotensi
merusak lingkungan. Sebaliknya wilayah yang terlalu kecil juga seringkali mengalami kesulitan
dalam mencapai economic scale dalam penyediaan pelayanan bagi warganya. Dengan demikian
sebaiknya penataan ruang wilayah dapat mengarahkan perkembangan wilayah pada
pengembangan yang kompak dan padat berisi sehingga terjadi efisiensi pelayanan. Untuk
mendapatkan pengembangan wilayah yang padat berisi perlu dilakukan optimasi pengembangan
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

wilayah, yaitu antara lain memperhatikan struktur wilayah, keterkaitan antar lahan, pergerakan
orang dan barang.
Upaya untuk mengoptimalkan penggunaan ruang kota juga perlu didukung oleh adanya peraturan
mintakat (zoning) dengan sistem kontrol yang ketat, sehingga tidak terdapat lahan-lahan tidur dan
lahan yang tidak optimal penggunaannya di dalam kota, Optimasi ini tentu saja mesti mampu
mencegah eksploitasi lingkungan.
Pengembangan wilayah harus memberi perhatian penuh terhadap keterpaduan faktor lingkungan
dan kegiatan. Faktor lingkungan, dalam hal ini misalnya sumber daya air yang merupakan satu
kesatuan daerah aliran sungai yang tidak dapat dipisahkan berdasarkan batas-batas adminsitrasi.
Oleh karenanya diperlukan suatu perencanaan yang terpadu antar daerah-daerah yang dilalui oleh
suatu sungai dari hulu sampai hilir. Di samping itu juga perlu dilakukan pemeliharaan terhadap
daerah-daerah resapan air.
Pembangunan berwawasan lingkungan telah lama menjadi istilah selingkung jargon pada setiap
rencana pembangunan terutama dalam dua dasawarsa terakhir. Namun demikian, berwawasan
lingkungan itu sendiri tidak mudah dijabarkan ke dalam framework yang lebih nyata, sehingga
sering hanya menjadi penghias pada halaman-halaman depan rencana pembangunan, termasuk
rencana tata ruang.
Wawasan lingkungan ialah cara pandang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup
dengan memasukkan kelestariannya sebagai unsur pertimbangan utama dalam penyusunan
sistem tujuan. Tidak dapat disangkal bahwa sebenarnya prinsip-prinsip wawasan lingkungan sudah
diterapkan dalam program-program pembangunan yang ada meskipun dalam pelaksanaannya
selalu ada skala prioritas. Kata kunci lain yang tak terpisahkan dari wawasan lingkungan ialah
bertahan-kelanjutan (sustainable) dan khususnya untuk penataan perkotaan (dan perdesaan)
livable atau nyaman untuk ditinggali.
Kabupaten Boyolali termasuk dalam Kawasan Strategis Subosuka, sub wilayah pengembangan
Jawa Tengah yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah Provinsi (RTRWP)
Jateng yang baru saja diperbarui. Kawasan tersebut terdiri dari wilayah Kota Surakarta, Kabupaten
Boyolali, Kabupaten Karanganyar, dan Kabupaten Sukoharjo yang masing-masing mempunyai
potensi besar untuk berkembang. Pusat pertumbuhan kawasan ini berada di Surakarta, dengan
wilayah pendukung yang akan saling membutuhkan adalah Boyolali, Sukoharjo dan Karanganyar.
Wilayah lain yang juga masuk dalam pengaruh kawasan ini adalah Klaten dan Sragen.
Pada tahun anggaran 2002 ini Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali bermaksud untuk
menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali Tahun 2003 2013, yang
berpedoman pada prinsip-prinsip kelestarian lingkungan hidup. Pada penyusunan RTRW ini
diharapkan mempunyai konsep penataan yang dinamis dan mempunyai pengertian lebih
mendekatkan pada penataan ruang wilayah pada pelaksanaan program pembangunan
berwawasan lingkungan. Dengan demikian penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah ini dapat
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

mengidentifikasikan beberapa kawasan strategis dan sektor strategis yang secara terpadu dan
mengkait dengan kegiatan pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh semua pihak, baik
pemerintah daerah, maupun swasta.

5.1.1 Visi Dan Misi Kabupaten Boyolali


Visi Kabupaten Boyolali adalah :
a. Menjadikan masyarakat Kabupaten Boyolali berbudi pekerti luhur, tangguh, sehat
jasmani dan rohani, cerdas, patriotik, berdisiplin, kreatif, produktif, dan profesional serta
berjiwa IMTAQ dan demokratis
b. Meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara
c. Mewujudkan supremasi hukum dan HAM

Sedangkan misi Kabupaten Boyolali adalah :


a. Meningkatkan SDM dengan didukung paket program pendidikan dan perlatihan di
dalam dan luar negeri
b. Menjadikan Kabupaten Boyolali sebagai daerah pertanian modern, tangguh dan efisien,
berorientasi agrobisnis dan agrowisata
c. Menjadikan Kabupaten Boyolali sebagai daerah potensial untuk industri menengah dan
kecil
d. Menjadikan Kabupaten Boyolali sebagai daerah tujuan wisata di Subosuka Wonosraten
melalui wisata hutan, alam, dan budaya
e. Meningkatkan upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan
f. Mewujudkan aparatur negara yang berfungsi melayani masyarakat dan profesional
g. Meningkatkan inisiatif pembangunan dari bawah dan partisipatif

5.1.2 Arah Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten


A. Strategi Pemanfaatan Ruang
Strategi pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Boyolali dapat diuraikan pada Tabel 5.1
berikut:
Tabel 5.1
Strategi Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali
Strategi Arahan
No
Pemanfaatan Ruang Wilayah Pengelolaan dan Pengembangan
1 Pengembangan kawasan perdesaan; Pengembangan kawasan pedesaan khususnya kawasan
pemukimannya diarahkan untuk pengembangan yang mampu
terbuka bagi pusat-pusat kegiatan sekitarnya yaitu dengan
pengaturan sebagai berikut :
Pengembangan kawasan permukiman diarahkan menyebar
terutama pada simpul-simpul kegiatan (nodes).
Membuka hubungan pusat-pusat kegiatan dengan kantong-
kantong permukiman pedesaan.
Menciptakan pola permukiman yang mampu menampung
kegiatan pengolahan pertanian baik berupa kerajinan, industri
kecil, maupun pariwisata.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Strategi Arahan
No
Pemanfaatan Ruang Wilayah Pengelolaan dan Pengembangan
2 Pengembangan kawasan perkotaan; Kawasan perkotaan memiliki fungsi dan ciri-ciri sebagai kawasan
industri, perdagangan dan jasa, maupun permukiman dengan ciri
perkotaan. Sehingga pengembangan permukiman pada kawasan
perkotaan diarahkan mengacu pada fungsi yang mendukung
aktivitas non pertanian yang memiliki karakteristik pola
perkembangan menyebar, kompleksitas, dan mobilitas tinggi.
Beberapa kriteria khusus yang dibutuhkan untuk mendukung fungsi
tersebut di luar kriteria fisik yaitu sebagai berikut :
Kelengkapan sarana dan prasarana perkotaan
Aksesibilitas yang baik dan dekat pusat-pusat kegiatan
3 Pendekatan tata ruang perdesaan dan Pendekatan tata ruang wilayah pedesaan dan perkotaan ini,
perkotaan; merupakan garis langkah kebijakan terwujudnya keseimbangan
kegiatan antara kota dengan desa sebagai wilayah pendukung
secara timbal balik dengan menempatkan masing-masing wilayah
sebagai unsur yang saling melengkapi.
Kebijakan Penataan Ruang Perdesaan dan perkotaan:
Untuk mewujudkan keterkaitan perekonomian di perdesaan dan
perkotaan, kota dan desa harus dipandang sebagai suatu
kesatuan. Oleh karena itu setiap kebijakan mengenai kawasan
perkotaan hendaknya dapat memajukan kawasan perdesaan,
demikian pula sebaliknya, setiap kebijakan kawasan perdesaan
hendaknya dapat lebih memantapkan peran dan fungsi kawasan
perkotaan.
Pembangunan kawasan perdesaan hendaknya dapat
meningkatkan kualitas tenaga kerja yang mampu meningkatkan
produksi masyarakat. Dengan demikian diperlukan pula
memperkuat lembaga pemerintah dan lembaga kemasyarakatan
desa di kawasan perdesaan
Sasaran pokok pembangunan kawasan perdesaan adalah
terciptanya kondisi ekonomi rakyat di perdesaan yang kukuh,
mampu tumbuh secara mandiri dan berkelanjutan.
4 Pengembangan prasarana wilayah; Pengembangan prasarana wilayah diarahkan pada peningkatan
akses pelayanan, peningkatan kualitas pelayanan dan sesuai
dengan arah struktur tata ruang wilayah yang dituju.
5 Pemantapan kawasan lindung dan Strategi Penatagunaan air, penataan tanah dan penataan udara
pengembangan kawasan budidaya; merupakan sebagai satu kesatuan yang saling tekait dan saling
mengisi dalam proses pengisian lingkungan/alam
Strategi pengembangan kawasan budidaya diarahkan sebagai
upaya optimalisasi penggalian sumberdaya dan pemanfaatan yang
didukung oleh sistem perencanaan yang terpadu dan
berkelanjutan.
Sumber: RTRW Kabupaten Boyolali Tahun 2003-2013

B. Rencana Perwilayahan Pembangunan Kabupaten Boyolali


Penentuan wilayah pengembangan disesuaikan dengan karakteristik letak geografis
dan bentuk wilayah, spesifikasi kegiatan yang ada dan potensi lokasi serta karakteristik
kegiatan yang akan dikembangkan pada masing-masing wilayah. Di samping itu,
mengacu pada pembagian wilayah Pembangunan yang sudah termuat dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Boyolali No. 20 Tahun 2000 tentang Pola Dasar Pembangunan
Daerah Kabupaten Boyolali tahun 2001 2005.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Kemudian untuk lebih meningkatkan efisiensi pelayanan kota yang dilakukan dengan
mempertimbangkan pola keterkaitan (linkage) dan kemiripan karakteristik (homogenitas)
setiap kawasan serta memudahkan koordinasi, maka wilayah Kabupaten Boyolali dibagi
menjadi empat sub wilayah pengembangan (SWP). Sektor pembangunan yang
dominan ditentukan berdasarkan potensi yang menonjol pada setiap wilayah
kecamatan, sehingga prioritas pengembangan setiap satuan wilayah pembangunan
diarahkan sesuai dengan potensi-potensi yang dimiliki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 5.2 dan Peta.

Tabel 5.2
Pembagian Sub Wilayah Pengembangan (SWP) di Kabupaten Boyolali
Tahun 2003 - 2013
Wilayah
No Kecamatan Fungsi utama
Pengembangan
1 SWP I Ampel Pemukiman
Perdagangan dan jasa
Perhubungan/transportasi
Industri kecil/menengah
Pelayanan pendidikan
Pariwisata
Perkebunan
Peternakan
Selo Pemukiman
Pariwisata
Perhubungan/transportasi
Perkebunan
Peternakan
Industri kecil
Cepogo Pemukiman
Industri kecil/sedang
Pertanian lahan kering
Peternakan
Pariwisata
Perkebunan
Musuk Pemukiman
Industri keci/sedang
Pertanian
Perkebunan
Peternakan
Boyolali Pusat pemerintahan tingkat kabupaten
Pusat pemukiman
Perdagangan dan jasa
Industri kecil
Pelayanan pendidikan
Pelayanan sosial/ekonomi
Perhubungan/transportasi
Pengembangan Pariwisata
Peternakan
Mojosongo Pemukiman
Industri kecil/menengah/besar
Pertanian
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
2 SWP II Teras Pemukiman
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Wilayah
No Kecamatan Fungsi utama
Pengembangan
Industri kecil/menengah/besar
Pertanian
Peternakan
Perikanan
Banyudono Pemukiman
Perdagangan dan jasa
Perhubungan/transportasi
Industri kecil/menegah/besar
Pariwisata
Peternakan
Pertanian lahan basah
Perikanan
Sawit Pemukiman
Pertanian lahan basah
Peternakan
Industri kecil/menengah/besar
Perikanan
Sambi Pemukiman
Pertanian lahan basah
Perikanan
Industri kecil/sedang
Peternakan
Ngemplak Pemukiman
Perhubungan udara
Pertanian lahan basah
Peternakan
Pariwisata
Industri kecil/menengah/besar
Perdagangan dan jasa
Perikanan
3 SWP III Nogosari Pemukiman
Pertanian lahan basah
Industri kecil/sedang
Peternakan
Simo Pertambangan
Pemukiman
Perhubungan/transportasi
Perdagangan dan jasa
Pelayanan pendidikan
Pertanian lahan basah/lahan kering
Peternakan
Andong Pemukiman
Pertanian lahan basah
Peternakan
Industri kecil/sedang
Klego Pemukiman
Pertambangan
Perhubungan/transportasi
Sosial/ekonomi dan jasa
Pertanian lahan basah
Peternakan
Perikanan
Industri kecil/sedang
4 SWP IV Karanggede Pertambangan
Pemukiman
Perhubungan/transportasi
Sosial/ekonomi
Perdagangan dan jasa
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Wilayah
No Kecamatan Fungsi utama
Pengembangan
Pertanian lahan basah
Industri kecil/sedang
Peternakan
Perikanan
Wonosegoro Pertambangan
Pemukiman
Pertanian lahan kering
Kehutanan
Perhubungan/transportasi
Perdagangan dan jasa
Peternakan
Industri kecil/menengah
Kemusu Pemukiman
Pertambangan dan energi
Pariwisata
Pertanian
Peternakan
Industri kecil/sedang
Perikanan
Juwangi Pemukiman
Pertambangan
Peternakan
Kehutanan
Pertanian
Indsutri kecil/menengah/besar
Perhubungan kereta api
Sumber : RTRW Kabupaten Boyolali Tahun 2003-2013
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Pendekatan yang relevan dengan kondisi sekarang adalah cluster approach dan dengan
pembangunan berdasarkan jaringan hubungan perdesaan perkotaan, yang kita jabarkan dalam strategi-
strategi prasarana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.3

Tabel 5.3
Pendekatan Cluster Kabupaten Boyolali
Tahun 2003 - 2013
Variabel Pendekatan Cluster Approach
Sektor dasar Lebih berpijak pada potensi dan kondisi setempat dan lebih menekankan pada usaha berskala kecil
dan menengah, dan berbasis pada kawasan setempat (lokal)
Sistem Perkotaan Lebih horisontal dan terdiri atas sejumlah pusat dan hinterland-nya masing-masing serta berbagai
kekhususannya masing-masing
Hubungan Kota-Desa Stimulasi pertumbuhan bisa dari dua sisi dengan peningkatan intensitas sepanjang koridor-koridor
transportasi di dalam kawasan
Gaya Perencanaan Bersifat desentralisasi dan memerlukan koordinasi multisektoral dan kegiatan perkotaan-perdesaan
pada level setempat
Area Kebijakan Menekankan pada diversifikasi pertanian, agro-industi, ressource-based manufacturing, urban
Utama services, pelatihan tenaga kerja, dan jaringan transportasi local
Sumber : RTRW Kabupaten Boyolali Tahun 2003-2013

D. Rencana Pengembangan Prasarana Wilayah Kabupaten Boyolali


Rencana pengembangan prasarana wilayah Kabupaten Boyolali terdiri dari pengembangan
sistem prasarana transportasi, telekomunikasi, listrik, pengairan dan prasarana pengelolaan
lingkungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.4

Tabel 5.4
Rencana Pengembangan Prasarana Wilayah Kabupaten Boyolali
Tahun 2003 - 2013
PENGEMBANGAN RENCANA PENGEMBANGAN
NO
SISTEM PRASARANA WILAYAH SISTEM PRASARANA WILAYAH
1 SISTEM PRASARANA TRANSPORTASI
Pola yang sesuai dengan kondisi geografis dan konsep
pembangunan regionala Kabupaten Boyolali adalah
linkaged rings and radials (lingkaran terpisah dikombinasi
dengan jari-jari). Jari-jari jalan utama menjadi link yang
menghubungkan pusat pemerintahan (Boyolali) dengan
ibu kota kecamatan yang tersebar di garis paling luar.
Selanjutnya melalui jalur melingkar dihubungkan antara
satu titik pelayanan (ibu kota kecamatan) dengan titik
a. Fungsi Jalan lainnya. Pola ini relatif baik untuk dikembangkan sebatas
secara umum pola pertumbuhan wilayahnya relatif merata.
Dengan adanya gagasan untuk mengembangkan jalan
bebas hambatan (toll road) antara Semarang Surakarta,
sehingga di daerah Boyolali direncanakan akan dibuat
suatu simpul untuk mengarahkan gerakan transportasi
kearah Kota Yogyakarta, selain masuk dan menyebar
kearah kota Boyolali, daerah sekitarnya serta akses ke
komplek Bandara Adi Sumarmo.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

PENGEMBANGAN RENCANA PENGEMBANGAN


NO
SISTEM PRASARANA WILAYAH SISTEM PRASARANA WILAYAH
Pengembangan jaringan jalan di kabupaten Boyolali
diarahkan untuk membuka daerah-daerah yang relatif
masih terisolasi. Daerah ini menyebar di bagian utara
wilayah kabupaten, khususnya kecamatan Juwangi,
sebagian Wonosegoro dan Kecamatan Kemusu. Jaringan
jalan dari Boyolali kearah Magelang melalui Cepogo dan
Selo merupakan jalur yang menjanjikan potensi ekonomi.
b. Jaringan Jalan Selain itu, upaya peningkatan bagi jalan-jalan lokal dengan
beban frekuensi yang semakin meningkat seperti jalan
kolektor primer penghubung Boyolali dan Klaten,
memerlukan perhatian tersendiri bagi penataan tahapan
peningkatannya. Pengamanan bagi penggunaan tata
ruang sepanjang karidor jalan menjadi sangat penting
didalam mengantisipasi kebutuhan di waktu yang akan
datang.
Jalur rel kereta api di wilayah Kabupaten Boyolali melintas
di sisi utara, tepatnya di Kecamatan Juwangi dan terdapat
satu Setasiun Juwangi yang terdiri dari tiga sepur dan satu
sepur penghubung ke Tempat Penimbunan Kayu (TPK)
dari Pemangkuan Hutan setempat (Perhutani Grobogan).
Setasiun ini tidak terlalu besar, hanya disinggahi oleh
kereta campuran (barang-penumpang) kelas Ekonomi
c. Jaringan Rel Kereta Api
dengan trayek Surakarta-Kalioso-Gemolong-Gundih-
Telawa-Juwangi-Kedungjati-Brumbung-Alastuwo-
Semarang Poncol.
Kesimpulan sementara tingkat rencana pengembangan
jalur kereta di wilayah ini akan positif tergantung dari
rencana realisasi pendirian pabrik semen di Kecamatan
Juwangi.
Bandara Adi Sumarmo direncanakan untuk dikembangkan
sehingga mampu menampung operasi B-747.400 secara
optimal. Beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan
dan dasar bagi pengembangan suatu bandara
internasioanal diantaranya memperhatikan kecenderungan
perkembangan dunia secara umum, kecenderungan
d. Pengembangan Fungsi Bandara Adi Sumarmo perkembangan di Asia Pasifik dan lebih khusus pada
perkembangan dalam negeri. Kajian terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) Nasional maupun Daerah
merupakan salah satu factor yang diperhitungkan.
Selain diproyeksikan sebagai Bnadar Internasional
Bandara Adi Sumarmo juga dijadikan sebagai salah satu
Bandara Embarkasi Debarkasi bagi Calon Jemaah Haji
dan Haji di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya.
Sebagian dari luasan permukaan Waduk Kedungombo
merupakan wilayah administrasi Kabupaten Boyolali.
Melihat sebaran permukiman yang ada di sekitar pinggiran
waduk dan belum adanya jalan sabuk penghubung, pada
e. Kebutuhan Angkutan Sungai, Danau dan
suatu saat nanti perlu dipikirkan adanya kebutuhan
Penyeberangan (ASDP)
parasarana dan sarana transportasi air. Kemungkinan
prasarana-sarana ini harus diyakinkan untuk memenuhi
standar keamanan yang dipersyaratkan (laik jalan dan
aman). Berdasarkan pemanfaatan air waduk dan sebaran
permukiman yang ada, dipertimbangkan letak dan
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

PENGEMBANGAN RENCANA PENGEMBANGAN


NO
SISTEM PRASARANA WILAYAH SISTEM PRASARANA WILAYAH
kapasitas dermaga serta jumlah perahu perahu
penyeberangan yang dibutuhkan.
Sistem Perpipaan
PADA Tahun 2013 PDAM ditargetkan akan dapat
memproduksi air bersih 80.139.870 l/hari untuk kebutuhan
sambungan rumah, untuk sambungan kran umum
16.027.974 l/hari sambungan non-domestik 16.027.974
l/hari dan kehilangan air 13 persen sebesar 10.418.183
l/hari. Untuk itu diperlukan pengembangan jaringan
pelayanan lebih luas dengan penggalian sumber-sumber
air baru dan mengoptimalkan produktivitas sumber-sumber
air lama sehingga akan dapat melayani dan mencapai
2 PENYEDIAAN KEBUTUHAN AIR BERSIH
seluruh ibu kota kecamatan dan daerah-daerah lainnya.
Sistem Non-Perpipaan
Sumber air bersih non-perpipaan berasal dari air tanah
dimanfaatkan dengan pembuatan sumur gali maupun
sumur pompa tangan. Selain itu air tersebut juga dapat
diperoleh melalui air permukaan (seperti sungai dan mata
air). Pada saat ini sebagian besar masyarakat Kabupaten
Boyolali masih menggunakan sistem non perpipaan dalam
penyediaan air bersih, terutama untuk wilayah yang masih
termasuk dalam kawasan perdesaan.
Saat ini tingkat pelayanan jaringan listrik di Kabupaten
Boyolali sudah mencapai seluruh pelosok desa. Walaupun
mungkin masih ada warga yang patungan untuk
pemasangan listrik PLN. Sektor-sektor yang menggunakan
listrik antara lain perindustrian, perdagangan dan jasa,
pemerintahan, pendidikan dan sebagainya. Rencana
kebutuhan listrik di Kabupaten Boyolali untuk tahun 2013
diperlukan 287.097,200 KVA untuk listrik domestik, dan
57.419.440 KVA untuk listrik non domestik. Dengan demikian
kebutuhan listrik total untuk proyeksi tahun 2008 sebesar
344.730.979 KVA dan untuk 2013 diperlukan 344.737.484
KVA.
Keterbatasan jaringan telepon yang ada atau sulitnya
pemasangan jaringan telepon dengan sistem kabel dapat
disiasati dengan pemasangan jaringan telepon sistem WLL
3 JARINGAN LISTRIK & TELELOMINIKASI
(Wireless Lokal Loop). Telepon dengan sistem ini
membutuhkan beberapa menara repeater (pemancar ulang)
dengan radius 10 km. Namun dengan topografi yang relatif
datar Kabupaten Boyolali akan dimungkinkan untuk dapat
dilayani oleh sambungan telepon kabel hingga pelosok
daerah. Rencana kebutuhan telepon di Kabupaten Boyolali
untuk tahun 2013 sebanyak 30.919 SST untuk rumah tangga,
SST untuk fasilitas sosial, 3.591 SST untuk komersial
sedangkan untuk telepon umum 927 SST (rincian lihat Tabel
IV. 16).
Selain pemenuhan fasilitas telepon kabel dan WLL, saat ini
telah banyak dipakai telepon selular dengan teknologi AMPS
dan GSM. Dengan demikian pilihan bagi masyarakat untuk
dapat berkomunikasi dengan fasilitas telepon dapat lebih
beragam.
5 PRASARANA PERSAMPAHAN
Pada saat ini pengelolaan sampah di Kabupaten Boyolali
terdiri dari dua sistem, yaitu on site dan off site. Apabila
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

PENGEMBANGAN RENCANA PENGEMBANGAN


NO
SISTEM PRASARANA WILAYAH SISTEM PRASARANA WILAYAH
dilihat dari luasnya pekarangan yang ada di Kabupaten
Boyolali, maka sistem on site, yaitu komposting dengan
berbagai macam tekniknya masih layak dilakukan karena
masih memenuhi syarat ekologis. Hal-hal yang perlu
mendapat perhatian di sini adalah tentang kesadaran
masyarakat dalam hal membuang sampah secara benar,
karena hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap
kondisi kebersihan dan kerapian lingkungan.
Penanganan limbah dan sanitasi perlu dilaksanakan sejak
dini agar tidak menyebabkan pencemaran lingkungan (air,
udara, estetika) yang akan mengganggu kesehatan manusia.
Gangguan kesehatan yang akan mudah muncul antara lain
muntaber, diare, disentri, malaria, dan juga penyakit
degenaratif.
Untuk limbah industri penghasil limbah harus ada
pengolahan limbah yang memenuhi standar baku
mutu/sesuai AMDAL, yaitu limbah yang dibuang ke
lingkungan harus tidak mengganggu lingkungan dan
kesehatan.
Sumber: RTRW Kabupaten Boyolali Tahun 2003-2013
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

E. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali


Rencana pola pemanfaatan ruang dimaksudkan untuk mengatur penggunaan/ pemanfaatan
ruang bagi berbagai kegiatan sesuai fungsi yang telah ditetapkan dalam setiap kawasan,
sehingga mendapatkan hasil guna yang lebih tinggi tanpa mengabaikan kelestarian
lingkungan.

A. Rencana Penggunaan Kawasan Lindung


1) Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Pada Kawasan Bawahannya
a. Kawasan Hutan Lindung
Kawasan hutan lindung adalah hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan
perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahnya sebagai pengatur tata air,
pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah (mencegah terjadinya
lahan kritis). Tujuan perlindungan adalah mencegah terjadinya erosi, bencana banjir,
sedimentasi dan menjaga fungsi hidrologi tanah memberikan ruang yang cukup bagi
peresapan air hujan pada daerah resapan air tanah, dan air permukaan.
Lokasi :
Kawasan lindung ini menempati 15.465,2 ha atau 15,23 persen dari seluruh luas
Kabupaten Boyolali, sedangkan yang ditetapkan sebagai hutan lindung seluas 382,3 ha
berada di lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu (Boyolali bagian Barat)
Secara rinci kawasan lindung meliputi sebagian Kecamatan Juwangi (5.468 ha),
Kecamatan Kemusu di sekitar Waduk Kedungombo (kawasan sabuk hijau, 4.237,5 ha)
bagian selatan dan barat Selo (2.277,2 ha), bagian selatan Cepogo (360,5 ha) dan
bagian barat Ampel (2.037 ha), Musuk (910 ha) Klego (175 ha).
Pengelolaan :
Budi daya yang diperkenankan adalah kegiatan yang tidak mengolah permukaan tanah
seperti hutan atau tanaman keras yang panennya tidak atas dasar penebangan pohon
atau merubah bentang alam seperti penambangan bahan galian atau perindustrian,
kecuali kegiatan tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi bagi kepentingan
nasional atau regional. Kegiatan yang sudah ada dan tidak menjamin fungsi lindung,
secara bertahap dikembalikan pada fungsinya dan pelaksanaannya disesuaikan
dengan kondisi fisik, sosial ekonomi setempat, dan kemampuan pemerintah disertai
dengan penggantian yang layak.
Hutan produksi yang ada segera dialihfungsikan dan tidak diperkenankan untuk
dieksploitasi dengan cara penebangan kecuali secara terbatas. Untuk kegiatan
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

pariwisata yang diperkenankan adalah pariwisata yang bersifat menikmati


pemandangan saja. Untuk tanah rusak, atau gundul di kawasan hutan lindung segera
dilakukan reboisasi. Sedang yang terletak di luar kawasan hutan segera dihijaukan.
Untuk pembangunan sarana dan prasarana ke arah kawasan ini dibatasi agar dapat
lestari. Oleh karena itu bangunan yang sudah ada dan tidak mengurangi fungsi lindung
masih diperkenankan sepanjang masih dapat memenuhi ketentuan yang berlaku
mengenai tata bangunan serta tetap melakukan tindakan konservasi. Untuk rencana
bangunan baru tidak diizinkan.
Kegiatan yang bertentangan dengan upaya mengkonservasi wilayah hutan, perlu
dibatasi atau dilarang sama sekali. Terhadap lahan hutan dan kawasan pendukungnya
yang telah terlanjur dimiliki oleh perorangan atau suatu badan hukum, perizinan atas
suatu kegiatan perlu dengan batasan atas KDB bila menyangkut suatu bangunan fisik.
Apabila kegiatan berupa wisata alam, perkebunan atau hutan produktif, perlu diperjelas
rincian kegiatannya. Kesemuanya atas pembiayaan dari pihak pemilik lahan. Kepada
pemilik/penguasa tanah perorangan atau badan hukum yang mencari keuntungan, dan
telah ada sebelum penetapan rencana yang mampu mewujudkan hutan lindung di atas
tanahnya dengan biaya sendiri, berhak mendapatkan pengurangan pengenaan pajak
bumi dan bangunan serta pungutan-pungutan lainnya yang diperhitungkan karena
penguasaan atau kepemilikan tanah.
Pembangunan sarana dan prasarana pada kawasan ini dibatasi, sehingga bangunan
yang sudah ada dan tidak mengurangi fungsi lindung masih diperkenankan sepanjang
masih dapat memenuhi ketentuan yang berlaku mengenai tata bangunan dan tetap
melakukan tindakan konservasi, sedangkan bangunan baru tidak diizinkan.

b. Kawasan Konservasi dan Resapan Air


Kawasan konservasi merupakan kawasan perlindungan aspek alamiah dan budaya tertentu,
pada bagian ini dibahas kawasan konservasi alamiah yang ada di Kabupaten Boyolali,
antara lain: Kawasan konservasi lahan dan resapan air, yang secara eksis sama dengan
kawasan lindung yang ada, dengan luas keseluruhan 15.465,2 ha atau 15,23 persen dari
seluruh luas Kabupaten Boyolali, kawasan itu termasuk kawasan sabuk hijau di sekitar
waduk. Tujuan konservasi adalah untuk melestarikan kondisi lahan dan fungsinya,
mencegah terjadinya bencana alam, melestarikan flora dan fauna atau semuanya secara
bersamaan.
Lokasi:
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Kawasan konservasi sekitar puncak G. Merapi dan G. Merbabu, merupakan kawasan


yang sama dengan kawasan lindung yang ada, dengan rincian Kecamatan Selo
(2.277,2 ha), Kecamatan Cepogo (360,5 ha) Kecamatan Ampel (2.037 ha) dan
Kecamatan Musuk (910 ha).
Kawasan konservasi di Kecamatan Juwangi seluas (5468 ha).
Kawasan konservasi sabuk hijau sekitar waduk yang ditetapkan minimal selebar 100 m
sekeliling waduk, berada di seputar waduk Kedungombo di Kecamatan Kemusu,
Waduk Cengklik di Kecamatan Ngemplak dan Waduk Bade (W. Klego) di Kecamatan
Klego.
Kawasan konservasi lain, bertujuan mencegah erosi dan tanah longsor berada di
seluruh Kabupaten Boyolali, pada lereng curam (15 persen dengan beda elevasi yang
tinggi) terutama di lembah-lembah sungai.
Pengelolaan :
Pengelolaan kawasan konservasi yang bertujuan pengamanan lahan dan fungsinya serta
kawasan resapan air sebagaimana yang ada di Kabupaten Boyolali dapat mengikuti pola
pengelolaan kawasan lindung yang ada. Kecuali pada butir 4 di atas pengembangan budi
daya dapat diizinkan dengan batasan dan pengawasan tertentu, penanganan paling efektif
adalah reboisasi dengan tanaman keras serta membatasi masuknya air permukaan dan air
bawah tanah masuk ke areal tersebut, bila masih memungkinkan dimanfaatkan sebagai
areal pertanian lahan kering, penanganan yang diperlukan adalah pembuatan teras bangku
dengan penguat penahan teras berupa batu dan perakaran tanaman keras/pohon serta
pembuatan sistem drainase yang tidak memungkinkan air untuk menggenang pada lahan
tersebut.

2) Kawasan Perlindungan Setempat


a. Sempadan Sungai
Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai
buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Tujuan perlindungan ialah untuk melindungi
sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai,
kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.
Kawasan sempadan sungai terdiri dari :
Sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurang kurangnya 5 m di
sebelah luar sepanjang kaki tanggul.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang kurangnya 3 m di


sebelah luar sepanjang kaki tanggul
Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan pada sungai besar ditetapkan
sekurang-kurangnya 100 m, sedangkan pada sungai kecil sekurang-kurangnya 50 m
dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang mempunyai kedalaman
kurang dari 3 m ditetapkan sekurang-kurangnya 10 m, yang mempunyai kedalaman
3-20 m ditetapkan sekurang kurangnya 15 m, yang mempunyai kedalaman lebih dari 20
m ditetapkan sekurang-kurangnya 30 m dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

Lokasi kawasan ini terdapat di sepanjang sungai yang ada di wilayah Kabupaten Boyolali.
Sedangkan untuk pengelolaannya, dapat dibangun jalan inspeksi pada jalur jalan tertentu,
sekaligus dapat berfungsi sebagai jalur lintas pada umumnya. Untuk kawasan yang sudah
terbangun diadakan program konsolidasi tanah dan pemeliharaan lingkungan, sedangkan
yang sudah terbangun tidak diberikan izin mendirikan bangunan. Kegiatan yang masih
diperkenankan adalah pertanian dengan jenis tanaman, yang dizinkan, pemasangan papan
reklame/pengumuman, pemasangan pondasi dan rentangan kabel listrik, pondasi
jembatan/jalan umum maupun kereta api, yang bersifat sosial dan kemasyarakatan, serta
bangunan lalu lintas air.

b. Kawasan Sekitar Danau/Waduk/Bendungan


Kawasan sekitar danau/waduk/bendungan adalah kawasan tertentu di sekeliling
danau/waduk/bendungan yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi danau/waduk/bendungan. Luasan di Kabupaten Boyolali adalah
20.559,10 ha atau 20,25 persen. Kriterianya adalah daratan sekeliling tepian yang lebarnya
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik/danau/waduk-bendung (antara 50 - 100 m dari
titik pasang ke arah darat). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.5

Tabel 5.5
Kawasan Perlindungan Setempat Sekitar Waduk
di Wilayah Kabupaten Boyolali
Luas Kawasan Lindung
No Nama Sumber Desa Kecamatan
(Ha)
1 Waduk Cengklik Senting Ngemplak 435,40
Ngargorejo Sambi
Sobokerto
Ngresrep
2 Waduk Klego Bade Klego 20.006,50
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Luas Kawasan Lindung


No Nama Sumber Desa Kecamatan
(Ha)
3 Waduk Kedungombo Donoharjo
Genengsari
Lanji
Ngrakum
Blawu
Sari mulyo
Matugede
Klewor
Lemahireng
Konohorjo
4 Waduk Kedungdowo Andong
Luas kawasan lindung keseluruhan 20.559,10
Sumber : RTRW Kabupaten Boyolali Tahun 2003-2013

Pengelolaan yang dilakukan pada kawasan ini yaitu kegiatan yang mengganggu kelestarian
daya tampung/waduk seperti pendirian bangunan, permukiman dan penanaman tanaman
semusim yang mempercepat proses pendangkalan tidak diperkenankan dan dilarang.
Kegiatan yang masih boleh diusahakan adalah perikanan, pariwisata yang hanya untuk
menikmati pemandangan saja, pertanian dengan jenis tanaman yang diizinkan,
pernasangan papan reklame/pengumuman, pernasangan pondasi dan rentang kabel,
pondasi jembatan/jalan umum maupun kereta api, bangunan lalu lintas air, serta
pengambilan dan pembuangan air.

c. Kawasan Sekitar Mata Air


Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi utama air. Kawasan ini seluas 2.662,72
ha atau 2,6 persen dari luas seluruh Kabupaten Boyolali.
Kriteria : Sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 m di sekeliling mata air, kecuali untuk
kepentingan umum (SK Mentan No 837/KPTS/UM/1 1/1980).
Pangaturan : Kegiatan budi daya ang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik di daerah
sekitar mata air dialihkan agar kelestarian fungsi mata air dapat dipertahankan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.6
Tabel 5.6
Kawasan Perlindungan Setempat Sekitar Mata Air
yang ada di wilayah Kabupaten Boyolali
Luas Areal Debit Luas Kawasan
Nama Sumber Lokasi
No Oncoran Sumber Lindung
Mata Air
Desa Kecamatan (hektar) (l/detik) m2
1 2 3 4 5 6 7
1 Simendung Candi Ampel 20.70 7 251.200
2 Urut Sewu Urut Sewu Ampel 6 251.200
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Luas Areal Debit Luas Kawasan


Nama Sumber Lokasi
No Oncoran Sumber Lindung
Mata Air
Desa Kecamatan (hektar) (l/detik) m2
1 2 3 4 5 6 7
3 Berbeji/Beji Gd. Slamet Ampel 10.20 14 251.200
4 Widadar Candi Ampel 3 251.200
5 Ngrancah Urut Sewu Ampel 4.20 6 251.200
6 Sicere Urut Sewu Ampel 6 251.200
7 Penden Urut Sewu Ampel 25.00 5 251.200
8 Bendo Tambak Mojosongo 21.50 5 251.200
9 Mudal Candi Ampel 18.20 6 251.200
10 Sikolo Ngenden Ampel 6.00 5 251.200
11 Sibajing Candi Ampel 5.00 6 251.200
12 Gendo Selodoko Ampel 15.00 6 251.200
13 Joko Tarub Selodoko Ampel 32.00 6 251.200
14 Pantaran Ngagrong Ampel 80 251.200
15 Sililin Kiringan Boyolali 7.00 21 251.200
16 Sikuat Mudal Boyolali 35.00 2 251.200
17 Tlatar Kebonbimo Boyolali 14.30 294 251.200
18 Sipawon Kiringan Boyolali 8.00 5 251.200
19 Sungsang Kiringan Boyolali 31.80 17 251.200
20 Silengkuk Kl.Gentong Ampel 13.60 5 251.200
21 Suyudan Kiringan Boyolali 12.00 10 251.200
22 Lerak Metuk Mojosongo 2.50 3 251.200
23 Karangandong Metuk Mojosongo 32.30 28 251.200
24 Tawangsari Dlingo Mojosongo 5.30 6 251.200
25 Sembaro Kiringan Boyolali 1.40 2 251.200
26 Cebong Kragilan Mojosongo 5.20 4 251.200
27 Berdug Kragilan Mojosongo 7.30 5 251.200
28 Manggis Manggis Mojosongo 379.90 10 251.200
29 Blimbing Manggis Mojosongo 3.90 2 251.200
30 Ngrancah Manggis Mojosongo 18.00 3 251.200
31 Sendang Songo Jurug Mojosongo 13.00 26 125.600
32 Gondang Nepen Teras 12.80 5 125.600
33 Tangarum Jurug Mojosongo 4.50 2 125.600
34 Gendol Tambak Mojosongo 14.00 13 125.600
35 Bendo 3.40 3 125.600
36 Manggis Doplang Teras 179.90 323 331.662
37 Langse Nepen Teras 118.60 152 282.600
38 Lanang Wadon 266.20 60 125.600
39 Karangduwet Bendan Banyudono 50.60 210 125.600
40 Sungsang Bendan Banyudono 117.10 334 125.600
41 Sumber Kukusan Ngaru-aru Banyudono
a. Gemuling Ngaru-aru Banyudono 8.00 25 331.662
b. Loo Ngaru-aru Banyudono 5.00 18 158.962
c. Blawong Cangkiran Banyudono 6.50 25 125.600
d. Siaren Cangkiran Banyudono 2.50 5 125.600
e. Siwiyu Cangkiran Banyudono 5.00 18 125.600
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Luas Areal Debit Luas Kawasan


Nama Sumber Lokasi
No Oncoran Sumber Lindung
Mata Air
Desa Kecamatan (hektar) (l/detik) m2
1 2 3 4 5 6 7
f. Kr.Kulon Cangkiran Banyudono 37.10 25 158.962
g. Cabeyan Cangkiran Banyudono 2.50 5 125.600
h. Kliwonan Cangkiran Banyudono 3.50 10 125.600
i. Bergudung Cangkiran Banyudono 2.00 5 125.600
42 Dahar Dukuh Banyudono 55.80 45 158.962
43 Bonsiji Dukuh Banyudono 57.60 150 196.250
44 Soko Jenengan Sawit 15.20 10 125.600
45 Kebatan Jenengan Sawit 37.65 68 158.962
46 Gombong Gombang Sawit 81.10 60 158.962
47 Majan Kemasan Sawit 23.81 10 125.600
48 Tegalsono Kemasan Sawit 6.30 5 125.600
49 Ledok Kemasan Sawit 4.60 20 125.600
50 Kenteng Cepoko Sawit Sawit 25.30 15 125.600
51 Cepoko Sawit Cepoko Sawit Sawit 25.30 25 125.600
52 Gombangan Cepoko Sawit Sawit 24.80 10 125.600
53 Kd. Nongko Keyongan Nogosari 34.00 24 125.600
54 Pracimowesi Keyongan Nogosari 3.40 3 125.600
55 Sukabumi Keyongan Nogosari 25 158.962
56 Sirah Gunungan Simo 10.00 15 125.600
57 Pinggir Pinggir Kr. Gede 11.00 15 125.600
58 Bantengan Bantengan Kr. Gede 11.30 15 125.600
59 Sangge Sangge Andong 15.00 5 125.600
60 Klego Klego Klego 12.00 15 125.600
61 Tanjung Tanjung Klego 11.00 15 125.600
62 Senting Senting Sambi 2.20 15 125.600
63 Rembang Senting Sambi 16.70 - 125.600
64 Tirtogono Senting Sambi 12.20 - 125.600
65 Kopen Cangkringan Banyudono 14.00 - 125.600
66 Gemuling Ngaru-aru Banyudono 13.00 - 331.662
67 Siringan Guwo Kajen Sawit 19.70 15 125.600
68 Toprayan Guwo Kajen Sawit 51.70 - 125.600
69 Mungup I Kemasan Sawit 174.77 90 158.962
70 Mungup II Kemasan Sawit 69.80 50 125.600
71 Gombang Gombang Sawit 80.10 - 125.600
72 Mliwis Mliwis Cepogo 15.00 12 125.600
73 Blambang Manggis Mojosongo 25.30 - 125.600
74 Wono Pedut Wonodoyo Cepogo - 80 158.962
75 Candi Tak Songo Candi Batak Cepogo - 2 125.600
76 Sumbung Sumbung Cepogo 16.00 13 125.600
77 Senden Klatah Selo - 10 125.600
78 Tuk Baban Selo Selo - - 125.600
79 Tuk Pakis Klatah Selo - - 125.600
80 Tlogo Lele Tlogo Lele Selo 165.00 400 125.600
81 Sumurup Jenengan Sawit 11.00 10 125.600
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Luas Areal Debit Luas Kawasan


Nama Sumber Lokasi
No Oncoran Sumber Lindung
Mata Air
Desa Kecamatan (hektar) (l/detik) m2
1 2 3 4 5 6 7
82 Mranggen Jenengan Sawit 7.45 10 125.600
83 Komat Babadan Sambi 31.00 3 125.600
84 Manggis Nepen Teras 293.20 267 331.662
85 Nyamplung Nepen Teras 429.98 493 331.662
86 Tulangan Lencoh Selo - 10 125.600
87 Pasah Senden Selo - 18 125.600
88 Sb. Takeran Klakah Selo - 5 125.600
89 Muncar Selo Selo - 15 125.600
90 Jatinan Selo Selo - 18 125.600
91 Sicepek Kiringan Boyolali 4.00 5 125.600
92 Jaran Mati Selo Selo - 5 125.600
93 Sb.Kali dadap Urut Sewu Ampel 5.00 5 125.600
94 Blimbing Candi Ampel - 4 125.600
95 Kr. Tengah Urut Sewu Ampel 9.00 8 125.600
96 Tukangan Candi Ampel 10.00 10 125.600
97 Yagan Candi Ampel 2.00 2 125.600
98 Sikidang Candi Ampel 15.50 10 125.600
99 Sedele Mudal Boyolali - 80 158.962
100 Pusung Kiringan Boyolali 33.00 20 158.962
101 Kr. Tengah Kebonbimo Boyolali 14.80 15 125.600
102 Kentingan Mudal Boyolali 4.00 10 125.600
103 Karang Bayam Metuk Mojosongo 10.00 5 125.600
104 Sikentel Musuk Musuk - 8 125.600
105 Kali Baro Lencah Selo - 10 125.600
106 Tirtomoyo Dukuh Banyudono 12.20 23 125.600
Sumber : RTRW Kabupaten Boyolali Tahun 2003-2013
Sub Dinas Pengairan Kabupaten Boyolali, data bulan Juni 2002
Catatan: Perhitungan debit air tiap mata air berdasarkan debit yang dimanfaatkan.

Pengelolaan : Kegiatan yang diutamakan adalah kegiatan penghutanan atau tanaman


tahunan yang produksinya tidak dengan penebangan pohon. Sedangkan penggalian atau
perubahan benfuk medan atau pembangunan bangunan fisik yang mengakibatkan
penutupan jalannya mata air serta mengganggu keberadaan dan kelestarian mata air
dilarang.
Kawasan lindung sekitar mata air untuk penerapan ruang kawasan budi dayatelah
ditetapkan dengan radius minimal 200 m sedangkan untuk kegiatan pertambangan
ditetapkan radius minimal sejauh 500 m. Penentuan zona aman untuk pengambangan
kawasan budi daya dapat ditempatkan di belakang mata air terhadap aliran air tanah dalam
radius minimal 200 m (lihat gambar)
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Gambar 5.1
Penentuan Zona Aman Kawasan Pengembangan Budi Dayapada Sekitar Mata Air
di Wilayah Kabupaten Boyolali

200 meter
200 meter
Zona Aman
Mata air Pengembangan
Budi daya

Permukaan Tanah

Aliran air Tanah

3) Kawasan/Ruang Terbuka Hijau (RTH)


Kawasan terbuka hijau dengan fungsi estetika dan kenyamanan meliputi : taman kota,
pepohonan di tepi-tepi jalan dan kawasan terbuka pada kawasan-kawasan tertentu seperti
kawasan industri, perumahan, pendidikan, bandar udara, instalasi militer, pusat perdagangan
dan sekitar objek pariwisata. Sedangkan yang berfungsi sebagai kawasan konservasi berupa
kawasan hutan lindung, kawasan lindung sempadan sungai, kawasan perlindungan sekitar mata
air, sabuk hijau di seputar waduk, areal reboisasi pada lahan kritis dan lahan rawan bencana.
Lokasi:
Kawasan terbuka hijau yang ada di Kabupaten Boyolali antara lain: Taman Kota Kridanggo
di Kecamatan Boyolali, kawasan hutan lindung di sekitar objek wisata alam Argo Merapi,
kawasan lindung di sekitar puncak G, Merbabu, kawasan lindung di Kecamatan Juwangi,
kawasan perlindungan sekitar mata air yang tersebar di Kecamatan Ampel, Mojosongo,
Boyolali, Teras, Banyudono, Sawit, Nogosari, Karanggede, Andong, Klego, Sambi, Cepogo,
Selo dan Musuk.
Kawasan lindung sempadan sungai yang berada tersebar di seluruh kecamatan yang ada di
Kabupaten Boyolali.
Kawasan terbuka sekitar bandar udara dan kompleks TNI-AU di Kecamatan Ngeplak.
Kawasan rawan bencana dan lahan kritis yang tersebar di di seluruh kecamatan yang ada
di Kabupaten Boyolali yang perlu di lakukan reboisasi.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Pengelolaan : Kebijakan yang bertujuan pengelolaan kawasan terbuka hijau secara mendasar
dapat mengacu dari pengelolaan kawasan lindung, namun pada kawasan yang bersifat seperti
taman kota atau yang lain yang bertujuan estetika dan kenyamanan peraturan dapat
dilonggarkan, masyarakat boleh berkunjung dengan tujuan rekreasi namun dibatasi hanya zona-
zona tertentu saja,

4) Kawasan Rawan Bencana Alam


a. Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Api
Pelamparan kawasan ini mencakup areal seluas sekitar 1.143 ha, atau 1.1 persen dari
seluruh luas Kabupaten Boyolali. Yang dimaksud bencana gunung api adalah semua hasil
aktivitas gunung api pada sebelum erupsi, saat erupsi dan sesudahnya.
Sebelum erupsi: Munculnya gas tertentu (H2S, H2SO4, HBr, HF) di sekitar kepundan
gunung api sering merupakan pertanda akan terjadinya erupsi, gas tersebut merupakan
gas beracun.
Tremor, atau getaran sismik berfrekuensi tinggi di sekitar gunungapi juga marupakan
pertanda erupsi akan terjadi, gejala ini menimbulkan efek sebagaimana gempa bumi.
Saat erupsi: Kemungkinan munculnya luncuran awan panas (glowing avalance, atau
sering disebut wedus gembel), lontaran lava pijar (material piroklastik) yang dapat
mencapai tinggi ratusan meter dan terlempar mengelinding jauh kearah lateral, lelehan
lava pijar akan mengikuti alur dan marusak semua benda yang dilaluinya.
Sesudah erupsi: Deposit material hasil erupsi yang tertahan disekitar kepundan/puncak
yang berupa material lepas percampuran antara abu volkanik, pasir volkanik dan
fragmen lava baku (andesit vesikuler) merupakan bahaya laten longsoran dan banjir
lahar dingin. Terutama pada saat curah hujan tinggi.

Lokasi kawasan ini tersebar di tiga wilayah Kecamatan yaitu, Kecamatan Cepogo, Selo dan
Musuk, kawasan ini kebetulan berada sama dan di sekitar kawasan lindung. Sedangkan
untuk pengaturannya yaitu kegiatan budidaya yang sarat dengan aktivitas manusia dilarang
di kawasan ini, wilayah yang masuk dalam kawasan lindung berlaku peraturan sebagaimana
yang diatur dalam kawasan lindung

Pengelolaan:
Kegiatan yang dizinkan barupa pengolahan lahan sebagai hutan lindung dan di luar
kawasan tersebut dapat difungsikan untuk budi dayasebagai hutan produksi serta
pertanian lahan kering.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Semua kegiatan harus mengikuti informasi dan petunjuk dari instansi dan institusi
pengawas kegiatan Gunung Merapi.
Penetapan wilayah untuk kawasan permukiman dan penunjangnya tidak dibenarkan
pada kawasan ini.
Kegiatan pertambangan pasir dan batu andesit pada kawasan ini harus memperhatikan
faktor teknis kegiatan penambangan untuk menjaga kelestarian lingkungan serta harus
memperhatikan keamanan dari bencana khusus gunung api yaitu kemungkinan
longsor/banjir lahar dingin pada saat curah hujan tinggi.

b. Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor


Kriteria : Kondisi kelerengan lebih dari 15 persen, beda elevasi yang tinggi dan litologi
kurang terkonsolidasi (agak lepas) serta pelapukan batuan intensif dan tebal di lereng timur
G. Merbabu akan menjadikan lahan tidak stabil mudah bergerak karena gravitasi, Agitasi air
yang terlalu banyak akan mengurangi koefisien geser dalam tubuh batuan dan memicu
terjadinya longsoran. Lokasi kawasan ini yaitu :
Seluruh Kecamatan di wilayah Kabupaten Boyolali memiliki lembah sungai yang curam.
Perbukitan terjal yang ada di kaki G. Merapi dan Merbabu (Kecamatan Selo, Cepogo
dan Musuk) serta pelapukan batuan yang intensif di lereng timur G. Marbabu
(Kecamatan Ampel).
Pengelolaan:
Penetapan sebagai kawasan lindung dan kawasan lindung sempadan sungai adalah
suatu upaya yang tepat untuk pengelolaan kawasan rawan bencana tanah longsor.
Reboisasi dengan tanaman keras, pembuatan terasering serta pembatasan dan
pengawasan ketat terhadap kegiatan budi dayasangat diperlukan untuk menangani
lahan rawan bencana tanah longsor.
Pengelolaan lahan sebagai objek wisata diupayakan sebagai wisata ekologi sehingga
keberadan kegiatan tersebut akan memiliki dampak positif terhadap kondisi lahan yang
ada.
Perencanaan dan pembuatan sistem drainase yang tepat sehingga mengurangi
masuknya air tanah pada tubuh batuan yang rawan longsor. Budi daya pertanian lahan
basah berisiko tinggi untuk diterapkan pada lahan jenis ini.
Penyuluhan/pelatihan pada masyarakat sekitar mengenai pengelolaan lahan rawan
bencana longsor serta percontohan konstruksi penahan/pencegah longsoran
merupakan usaha yang diharapkan segera diterapkan.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Kegiatan pertambangan bahan galian pada kawasan ini harus memperhatikan faktor
teknis kegiatan penambangan untuk menjaga kelestarian lingkungan serta harus
memperhatikan keamanan dari bencana tanah longsor yang mungkin timbul terutama
pada saat curah hujan tinggi.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

B. Rencana Penggunaan Kawasan Budi Daya


1) Kawasan Hutan Produksi
Kawasan hutan produksi yang terdapat di Kabupaten Boyolali adalah kawasan hutan
produksi tetap, yaitu kawasan yang diperuntukkan bagi hutan produksi dimana
eksploitasinya hanya dapat dengan tebang pilih dan tanam. Lokasi kawasan ini berada di
sebagian wilayah Kecamatan Selo (1.766,4 ha), Cepogo (265 ha) dan Ampel (1.171,4 ha),
serta Musuk (276,4 ha), dengan jenis tanaman pinus, Juwangi (5.468 ha), Wonosegoro
(1.256,8 ha), Kemusu (4.237,5 Ha) Klego (119,9 Ha), Karanggede (197,8 Ha), dengan jenis
pohon jati dan kayu putih, Di Kecamatan Sambi dengan jenis pohon jati.
Pengelolaan: Hutan produksi di luar kawasan hutan pada tanah negara yang dikelola oleh
masyarakat (hutan rakyat) dapat diberikan hak pinjam pakai atau hak milik sesuai dengan
syarat subjek sebagai pemegang hak. Kawasan hutan produksi yang ada dan fisiknya masih
berupa hutan, tetap dipertahankan untuk hutan produksi. Sedangkan apabila kriteria
kawasan berubah fungsinya menjadi hutan lindung pemanfaatannya disesuaikan dengan
lebih mengutamakan upaya konservasi misalnya paling tidak menjadi kawasan hutan
produksi dengan tebang pilih.

2) Kawasan Pertanian
Kawasan pertanian di wilayah Kabupaten Boyolali terdiri atas kawasan pertanian tanaman
pangan lahan basah, kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering dan tanaman
tahunan/perkebunan. Kawasan budi daya pertanian ini mempunyai kriteria sebagai berikut:
unit lahan yang mempunyai tingkat kesesuaian bagi peruntukan pola usaha pertanian
tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan petemakan. Unit lahan yang tidak dialokasikan
untuk kawasan lindung.
Berdasarkan pada kriteria tersebut di atas, maka pengaturannya dengan melihat sebaran
potensi sumber daya lahan yang memenuhi syarat untuk dijadikan kawasan budi daya
pertanian. Dengan kondisi tersebut, maka perlu dikembangkan melalui program
ekstensifikasi, intensifikasi dan disversifikasi. Pada kawasan pertanian, untuk perluasan
perkampungan bagi permukiman yang telah ada dan industri diizinkan tetapi hanya terbatas
pada kawasan pertanian lahan kering.

3) Kawasan Peternakan
Kawasan peternakan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi budi daya peternakan baik
ternak besar, ternak kecil dan unggas serta lahan untuk padang penggembalaan ternak.
Kawasan ini merupakan kawasan padang rumput dan semak belukar yang cukup luas
minimum 2 ha untuk penggembalaan ternak. Untuk peternakan hewan besar jenis
sapi/kerbau sebaiknya dekat dengan lahan yang sesuai untuk budi daya rumput ternak,
dekat lahan untuk tanaman pangan, sehingga limbah tanaman pangan untuk dapat
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

dimanfaatkan budi daya ternak. Kriteria lokasi yang cocok dengan ketinggian <1000 m,
kelerengan <15 persen, jenis tanah dan iklimnya sesuai untuk padang rumput alamiah.
Lokasi: Tersebar di wilayah Kecamatan Cepogo, Selo, Ampel, Musuk, Kemusu, Juwangi,
Karanggede, Klego dan Andong, Simo, Sambi, Nogosari, dan Kecamatan Boyolali.
Pengelolaan: Untuk usaha peternakan di luar kawasan peternakan dan tidak memenuhi
syarat lokasi bagi jenis ternak tertentu, secara bertahap diusahakan pemindahannya ke
tempat yang memenuhi pemyaratan.

4) Kawasan Perikanan
Kawasan perikanan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi usaha perikanan darat, baik
berupa usaha budi daya dan penanggkapan pertambakan/kolam dan perikanan darat
lainnya. Jenis ikan yang dikembangkan di Kabupaten Boyolali antara lain: nila merah, nila
hitam, lele, ikan mas, gurami, gabus dfan udang galah. Ikan-ikan tersebut selain dibudi
dayakan juga berkembang di perairan umum.
Secara khusus sentra produksi perikanan di Kabupaten Boyolali antara lain:
Usaha pembenihan lele: Kecamatan Teras, Banyudono, Ngemplak dan Simo.
Usaha pembesaran lele: Kecamatan Sawit.
Usaha pembesaran nila hitam dan merah di Kecamatan Mojosongho, Sambi,
Ngemplak, Juwangi dan Kemusu.
Usaha pembenihan nila merah dan hitam di Kecamatan Boyolali dan Banyudono.
Usaha budi daya ikan mas dan gurami di Kecamatan Karanggede.
Usaha pembesaran udang galah di Kecamatan Sawit.
Usaha penangkapan ikan ada di waduk dan perairan umum.
Pengelolaan: Kawasan ini diperuntukkan bagi kegiatan perikanan berupa penangkapan ikan
dan karamba apung, dalam pelaksanaan perlu dipertimbangkan keamanan dan kelestarian
waduk. Kegiatan yang diizinkan di sekitar keguatan perikanan adalah adalah pemijahan,
pemeliharaan dan pendinginan ikan.

5) Kawasan Pertambangan
Potensi pertambangan yang ada di Kabupaten Boyolali adalah pertambangan bahan galian
golongan C antara lain berupa tanah urug, batu gamping, bentonit, batu andesit dan pasir.
Untuk pengembangannya dapat dilakukan dalam jangka panjang dengan langkah sebagai
berikut :
Melengkapi data bahan galian
Merangsang keikutsertaan modal swasta penanganan masalah kelembagaan bahan
galian potensial di Kabupaten Boyolali antara lain: bentonit, batu (andesit), pasir, sirtu,
batu gamping dan tanah liat.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Menanamkan kesadaran pada masyarakat penambang akan kelestarian alam melalui


penyuluhan dan pengarahan teknik penambangan yang benar.
Lokasi: Secara rinci luas sebaran bahan galian yang layak dikembangkan di Kabupaten
Boyolali seperti pada Tabel 5.7 berikut:

Tabel 5.7
Luas Sebaran Bahan Galian Golongan C
Potensial di Kabupaten Boyolali
No Bahan Galian Wilayah Kecamatan Luas Sebaran (ha)
1. Andesit Sambi 12
Mojosongo 0.5
Ampel 1
Karangede 0,5
Simo 5
Musuk 4,5
Wonosegoro 1
Batu Belah / Ampel 2
Batukali Klego 0,5
Andong 1
Wonosegoro 7,5
2. Tras Mojosongo 2
3. Tanah Urug Nogosari 125
Ngemplak 75
Banyudono 75
4. Sirtu Cepogo 2
Musuk 3,5
Ampel 0,5
Mojosongo 15
Banyudono 1
Sambi 1
Simo 1
5. Batugamping Juwangi 200
6. Bentonit Simo 900
Klego 500
Karanggede 375
Wonosegoro 775
Kemusu 150
7. Tanah Diatomae Mojosongo 1,5
Simo 1
Nogosari 2
8. Lempung/ Ngemplak 4
Tanah Liat Sambi 1
Boyolali 75
Sumber: Laporan III, Pemetaan Bahan Galian Golongan C di Kabupaten Boyolali, 1991.

Pengelolaan: Kegiatan yang diizinkan adalah penambangan, pengolahan awal dan


pengemasan, pengangkutan, pengelolaan dan pemantauan kawasan dan penelitian. Jenis
bangunan yang diizinkan adalah bangunan pengolahan dan penunjang, fasilitas
pengangkutan dan penunjangnya, pos pengawasan dan kantor pengelola, balai penelitian.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Untuk industri semen, investor diarahkan di Kecamatan Juwangi yang memiliki potensi batu
gamping yang besar (7.000.000 ton). Kegiatan pengolahan dari hulu hingga hilir dengan
hasil produk berupa semen portland beserta produk sampingannya dapat dilakukan di
wilayah ini.

6) Kawasan Peruntukan Industri


Penentuan lokasi industri di Kabupaten Boyolali diarahkan pada pengembangan kawasan
industri yang dapat menampung industri kecil dan sedang, tetapi tidak menutup
kemungkinan untuk adanya industri-industri besar dengan arahan pada kawasan-kawasan
tertentu. Berdasarkan kategori industri dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
Industri besar, industri yang memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang, dengan modal
Rp. 1 milyar tidak termasuk tanah dan bangunan.
Industri menengah, adalah industri yang memiliki jumlah tenaga kerja berjumlah 20 99
orang, dan modal sebesar antara Rp. 200 juta hingga Rp.1 milyar tidak termasuk tanah
dan bangunan.
Industri kecil, adalah industri yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 19 orang dan modal
kurang dari Rp. 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan.

Kriteria kawasan: Kelerengan daerahnya kurang dari 8 persen dan kurang dari 25 persen
dengan perataan lahan dan konservasi pada kawasan peruntukan industri; ketinggian
kurang dari 1.000 m dpl (kecuali untuk Kecamatan Selo dan Cepogo); dan tidak merupakan
daerah yang terdapat jaringan irigasi atau potensial untuk dibangun jaringan irigasi dan
lahan basah.
Lokasi: Kawasan untuk peruntukan industri menengah dan industri kecil/rumah tangga
dikembangkan di seluruh wilayah Boyolali. Kawasan industri berada di seluruh kecamatan di
wilayah Kabupaten Boyolali sesuai dengan potensi lokal yang ada.
Pengelolaan: Pengusaha di kawasan/zona industri dapat menjual kapling siap bangun
kepada pengusaha industri, dan pengusaha industri menyediakan sarara dan prasarana ke
dan di kawasan tersebut seperti prasarana jalan, listrik dan telepon, fasilitas air bersih untuk
kegiatan industri, fasilitas pengolahan dan pembuangan limbah. Limbah cair dari industri
yang dibuang harus diolah terlebih dahulu dan berada di bawah ambang batas yang telah
diperkenankan sebelum dibuang ke perairan umum.

7) Kawasan Pariwisata
Kawasan pariwisata adalah unit lahan yang merupakan tujuan manusia untuk berekreasi,
beristirahat atau kegiatan yang menunjang dan mempunyai jasa pelayanan bagi
pengunjung.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Pengaturan: Untuk mempertahankan kawasan pariwisata diperlukan pengawasan dan


pengendalian daya tampung kegiatan pariwisata agar tetap terjamin kenyamanan alam
lingkungan, menguasai dan mengendalikan kegiatan pariwisata agar tidak mengganggu
kelancaran lalu lintas pada jalur tingkat regional, menguasai dan mengendalikan kegiatan
pariwisata di kawasan penyangga maupun di kawasan budi daya yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan, sosial, dan budaya. Lokasi objek wisata di kabupaten Boyolali
secara rinci dapat dijabarkan dalam Tabel 5.8

Tabel 5.8
Lokasi Objek Wisata di Kabupaten Boyolali
No Keterangan Kecamatan No Keterangan Kecamatan
Mkm. S. Maulana Malik
1 Sumber Sipedok Ampel 22 Ampel
Ibrahim
2 Sumber/Umbul Tlatar Boyolali 23 Makam Singoprono Simo
3 Umbul Nepen Mojosongo 24 Pesanggrahan Paras Musuk
4 Sumber Mungup3 Sawit 25 Candi Lawang Musuk
5 Sumber/Umbul Pengging Banyudono 26 Situs Sumur Songo Cepogo
6 Waduk Kedungombo Kemusu 27 Taman Kridanggo Boyolali
7 Waduk Bade Klego 28 Air Terjun Kedung Kayang Selo
8 Waduk Cengklik Ngemplak 29 Taman Pandan Tlogolele Selo
9 Gunung Madu Simo 30 Rumah Tua Boyolali
10 Wisata Alam/Argo G. Merbabu Selo 31 Teropong Gunung Jerakah Selo
11 Wisata Alam/Argo G. Merapi Musuk 32 Teropong Gunung Tlogolele Selo
12 Kerajinan Kurungan Burung Banyudono 33 Bumi Perkemahan Pantaran Ampel
Kerajinan Boneka Wayang
12a Kemusu 34 Base Camp Tuk Pakis Selo
Sukorame
13 Sungsang Banyudono 35 Rencana Guest House (Selo) Selo
14 Kerajinan Gamelan dan Wayang Banyudono 36 Guest House Semiran Selo
15 Kerajinan Mainan Mojosongo 37 Basis Pendakian Nglencoh Selo
16 Kerajinan Boneka Musuk 38 Jatilan (Ampel) Ampel
17 Bio Gas Cepogo 39 Jatilan (Selo) Cepogo
18 Kerajinan Tembaga Tumang Cepogo 40 Wayang (Banyudono) Banyudono
19 Makam R. Ngabehi Yosodipuro Banyudono 41 Wayang (Sawit) Sawit
20 Makam Keramat Mojosongo
21 Makam Kebo Kanigoro Selo
Sumber : RTRW Kabupaten Boyolali Tahun 2003-2013

Pengelolaan: Kegiatan yang diizinkan adalah kunjungan atau pelancongan, olahraga dan
rekreasi, pertunjukan dan hiburan, komersial, menginap/bermalam, pengamatan,
pemantauan, perniagaan dan pengawasan, pengelolaan kawasan. Jenis bangunan yang
diizinkan adalah gardu pemandangan, restoran dan fasilitas penunjang lainnya, fasilitas
rekreasi dan olahraga, tempat pertunjukan, pasar dan pertokoan serta fasilitas parkir,
fasilitas pertemuan, hotel, cottage, kantor pengelola dan pusat informasi pariwisata.

8) Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman adalah bagian dari kawasan lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan. Kawasan permukiman harus memenuhi ketentuan yang
berlaku untuk kawasan lindung dan kawasan perlindungan setempat dan kawasan
perlindungan yang lain yang berlaku.
Lokasi: Berada di sekitar kota kabupaten (Kecamatan Boyolali) dan kota kecamatan yang
lain di seluruh wilayah Kabupaten Boyolali. Pengelolaan yang dilakukan Perencanaan luas
tiap kawasan permukiman harus sesuai kebutuhan dan seoptimal mungkin sehingga tidak
ada lahan yang terbuang yang mengakibatkan pengurangan bagi peruntukan lahan yang
lain terutama pertanian.
Lahan kawasan terbuka hijau perlu di siapkan dan direalisasikan untuk tujuan estetika dan
kenyamanan selain sebagai paru-paru dan areal resapan.
Studi kelayakan pengembangan Instalasi bio-gas pada suatu kawasan permukiman juga
perlu dilakukan, untuk mengetahui kemungkinan proses prooduksi bio-gas dengan bahan
dari kotoran kawasan permukiman yang ada. Lokasi penampungan sampah sementara
harus memenuhi kebutuhan dan syarat teknis, pemisahan sampah organic-nonorganik akan
sangat baik bila pengelolaan sampah juga merupakan usaha pengadaan pupuk kompos,
unit ini dapat diintegrasikan dengan instalasi bio-gas.
Kebutuhan Prasarana suatu kawasan permukiman (jalan, listrik, air, telepon, sistem sanitasi
dan drainase dll.) perlu dipersiapkan dengan baik dan seoptimal mungkin. Perencanaan
fasilitas sektor kegiatan yang akan di sediakan perlu memperhatikan kebutuhan yang sesuai
dengan kondisi atau potensi lokal tiap kota kecamatan, agar penyediaan fasilitas tidak
menjadi optimal. Penataan ruang tiap sektor kegiatan perlu memperhatikan tata letak dan
aspek geometris sirkulasi sehingga teratur, efisien dan nyaman, pemberian izin mendirikan
bangunan perlu memperhatikan keselarasan fungsi, desain, dan kebutuhan lahan.

9) Kawasan Konservasi Budaya dan Sejarah


Kawasan konservasi dan sejarah adalah tempat, serta ruang di sekitar bangunan bernilai
budaya tinggi dan sebagai tempat, serta ruang di sekitar situs purbakala (artefak) dan
kawasan yang memiliki bentukan geologi alami yang khas berbeda. Kawasan ini
diperuntukkan bagi kegiatan yang bertujuan untuk melindungi atau melestarikan budaya
bangsa dan pengembangan ilmu pengetahuan. Tujuan pelestarian adalah untuk
mempertahankan signifikansi budaya dari suatu tempat (dengan kandungan berupa benda
buatan dan/atau alam danlingkungan terkait) dan harus menyangkut pula pengamanan,
perawatan dan masa depannya.
Hal-hal yang dilarang adalah mengambil, membawa, memindahkan benda pada kawasan
konservasi budaya; mengubah bentuk atau warna; memisahkan sebagian benda dari
kesatuannya; memperdagangkan atau memperjualbelikan atau memperniagakan. Di
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Kabupaten Boyolali kawasan ini menempati areal seluas 18,2 ha atau 0,18 persen dari
seluruh luas wilayah Kabupaten Boyolali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.9

Tabel 5.9
Cagar Alam dan Budaya Peninggalan Sejarah
di Wilayah Kaupaten Boyolali
No Kecamatan Desa Luas Areal Nama Objek
1 Cepogo Gedangan 2
+ 500 m Candisari
Gedangan + 200 m2 Candilawang
Sumbung + 500 m2 Tapak Noto
Genting + 100 m2 Yoni
Kembangkuning + 100 m2 Sebesar Candi
Kembangkuning + 100 m2 Batuan Megalitik
Candi gathak + 200 m2 Sendangsongo
Cepogo + 500 m2 Makam Rogosasi
Paras + 500 m2 Pesanggrahan PB X
Tlogolele + 100 m2 Guwurejo
2 Selo Tlogolele + 100 m2 Petilasan Kebokenongo
Tlogolele + 100 m2 Petilasan Ajar Seloko
Tarubatang + 100 m2 Makam
Gumukrejo + 100 m2 Makam Bergunung
3 Teras Bangsalan + 1.500 m2 Makam Longender
Mojolegi + 50 m2 Makam Mbah Jenggot
Krasak + 50 m2 Makam Selobertar
Ketayon + 100 m2 Makan Prawira Digdoyo
4 Wonosegoro Karangjati + 1000 m2 Yono dan Arca
Karangmojo + 700 m2 Batu Yoni
5 Klego Karangmojo + 2.000 m2 Areal Dinding
Bendungan +2.500 m2 Yoni
6 Simo Puleng + 5.000 m2 Batu Lapik
Temon + 5.000 m2 Makam Singoprono
Pelem +2.000 m2 Makam Karangtejo
Nglembu + 2 ha Makam Kyai Singoprono
7 Sambi Gunung Tugel
Nglembu + 1 ha Makam R. Ayu Tasik Wulan
Catur +2 ha Makam Kyai Wonotoro
Trosobo + ha Makam Banyudono
Kadipaten +100 m2 Panggung/Tugu
8 Andong Kragilan +500 m2 Bekas Bangunan Candi
Juruk +100 m2 Arca Nandi
Sukorejo +25 m2 Yoni
Sumur +25 m2 Batu Lumpang
9 Mojosongo Lanjaran +9 m2 Arca Nambi
Sruni +36 m2 Batu Kenteng
10 Musuk Kebongulo +9 m2 Arca
Lampar +4 m2 Yoni
Bendan +300 m2 Makam Madu Gondo
Jembungan +1.600 m2 Makam Madu Rekno
Jembungan + 2.000 m2 Makam Ki Ageng
Dukuh + 225 m2 Kebokenongo
11 Banyudono Bendan 3 ha Makam Handayaningrat
Banyudono + 4 ha Makam Yosodipuro
Dukuh + 12 m2 Makam Sonowaten
Dukuh + 12 m2 Makam Roro Kendat
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

No Kecamatan Desa Luas Areal Nama Objek


Dukuh +1 Ha Makam RT Padmonagaro
Selodoko + 500 m2 Yoni
Juwangi +2 m2 Makam Maulana Malik Ibrahim
Juwangi +80 m2 Monumen PB X
Juwangi +240 m2 Petirtaan Sendang Tuk Songo
12 Ampel Juwangi +500 m2 Mergapati
Cerme +150 m2 Petirtaan Jolotundo
13 Juwangi Kalimati +300 m2 Petritaan Cerme
Pilangrejo +500 m2 Langgar Pulo Rancang
Cepokosawit +200 m2 Tanah Jenggolo
- - Arca Gajah
- - -
- - -
Pojok + 200 m2 -
14 Sawit Jaron +100 m2 Makam Kyai Worokusumo
15 Kemusu Kiringan +500 m2 Fragman Arca
16 Ngemplak Siswodipuran +200 m2 Bekas Bangunan Candi
17 Karanggede
18 Nogosari
19 Boyolali

Sumber: RTRW Boyolali Tahun 2003 -2013

10) Kawasan Instalasi Bandar Udara dan TNI-AU


Bandara Adi Sumarmo yang berada di Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali,
mempunyai landasan pacu dengan arah 75015 timur laut dan ukuran panjang kali lebar
yaitu 2150 m x 45 m, berdaya dukung mampu menampung pesawat terbang Fokker 28 MK-
4.000 dengan muatan maximum yang diperkenankan, B 737-200 serta pesawat berbadan
lebar lainnya. Area bandara adalah 13,73 ha dengan fasilitas pendukung TNI -AU seluas
151,90 ha. Areal pendukung di luar instalasi bandara dan perluasannya meliputi wilayah 4
desa dengan luas 106,20 ha yang terinci antara lain:
Desa Gagak Sipat seluas 21,10 ha.
Desa Dibal seluas 36,75 ha.
Desa Sindon seluas 4,20 ha.
Desa Donohudan seluas 37,95 ha.
Desa Ngesrep seluas 7,50 ha.
Kebutuhan lahan Bandara Adi Sumarmo secara keseluruhan seluas 271,83 ha. Dalam
rencana Penataan Kawasan Lingkungan Bandara Adi Sumarmo perlu diperhatikan beberapa
hal, yaitu rencana tata letak bandar udara, rencana tata guna tanah, rencana daerah
terminal, dan rencana akses bandar udara.
Dari beberapa aspek perencanaan tersebut di atas, hal terpenting berkaitan dengan RTRW
ini adalah pengaturan Rencana Tata Guna Tanah. Rencana Tata Guna Tanah di lingkungan
Bandar Udara mengacu pada perkiraan timbulan kebisingan berdasarkan standar ICAO
(International Civil Aviation Organization) yang dikenal dengan Contours of Equal ICAO
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Index. Pemerintah setempat sangat berkepentingan untuk memperhatikan hal tersebut


secara umum pembagian zona di rencana pengembangan wilayah sekitar bandara adalah
sebagai berikut:
Zona A: merupakan daerah dengan tingkat kebisingan yang sangat tinggi, sehingga
disarankan pada zona ini tidak diperkenankan sebagai daerah hunian. Namun dapat
dimanfaatkan sebagai daerah pertanian, penjernihan air, pengolahan limbah, dan
sebagainya.
Zona B: merupakan daerah kebisingan tinggi, namun dapat digunakan sebagai tempat
hunian sementara (hotel) bila dilengkapi dengan kelengkapan pembantu pengurangan
pengaruh kebisingan. Diantaranya dengan memasang kelengkapan penyerap/kedap
suara. Selain itu dapat pula dimanfaatkan untuk bangunan yang bukan merupakan
tempat hunian, misalnya gudang, perbengkelan, dan lainnya.
Zona C: merupakan wilayah dengan kebisingan sedang, peruntukannya untuk
permukiman tergantung sejauh mana digunakannya alat bantu atau penanaman
tumbuhan guna mereduksi efek bising yang ditimbulkan oleh kegiatan bandara. Namun
tidak layak untuk kegiatan atau fasilitas pendidikan dan rumah sakit.
Zona D: Zona ini relatif tidak terpengaruh dengan sangat oleh kebisingan, dengan kata
lain ambang batas kebisingan masih berada dibawah batas maksimal bagi suatu
daerah hunian.

Untuk lebih jelasnya mengenai kawasan budidaya atau rencana Tata Guna Tanah di wilayah
Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Peta berikut.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

5.2. ARAHAN PENGEMBANGAN DESA


5.2.1 Visi Dan Misi Desa
Visi adalah sebuah rencana, tujuan dan sasaran, gambaran, cita-cita,angan-angan, harapan
serta impian untuk menciptakan suatu kondisi yang lebih baik dalam satu waktu
tertentu.Penyusunan visi suatu daerah dapat didasarkan pada potensi desa yang sudah
nyata yang dirasakan oleh masyarakat, dampak ekonomi yang ditimbulkan serta daya tarik
desa itu dibanding desa lain. Oleh karena itu, dalam penyusunan visi digunakan metode
SMART, artinya :
Specific : harus bersifat khusus
Measurable : dapat diukur/terukur
Attainable : dapat dicapai
Realistic : masuk akal, terkait kondisi nyata di lapangan
Time bond : dalam satu kesatuan waktu
Misi merupakan indikator yang akan dilakukan untuk mengukur kinerja pembangunan secara
berkesinambungan. Misi sangat berkaitan dengan suatu keadaan (visi) untuk menciptakan
kegiatan yang ingin dicapai berdasarkan kesepakatan bersama.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku bahwa Kepala Desa dalam melaksanakan tugasnya
harus mempunyai visi dan misi yang di gunakan sebagai acuan. Untuk itu Kepala Desa
periode 2007-2012 mempunyai visi dan misi sebagai berikut :
TERWUJUDNYA DESA TLOGOLELE YANG TENTERAM DAN MAJU DENGAN
SISTEM PEMERINTAHAN YANG BERSIH DARI KKN

Rumusan visi misi Kepala Desa di landasi atas dasar pemikiran dengan memperhatikan arti
pentingnya pelaksanaan kegiatan system pemerintahan yang terencana, tertata sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan terus diupayakan menuju kearah
yang lebih baik, antara lain:
a. Pemerintah Desa adalah pelayan masyarakat sehingga pelayanan masyarakat adalah
perupakan prioritas utama yang harus selalu ditingkatkan.
b. Pembangunan Desa sudah semestinya dilaksanakan secara baik dan memanfaatkan
sumber daya alam yang ada, secara optimal yang disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat banyak, berdasarkan aspirasi masyarakat.
c. Kebutuhan akan adanya kegiatan Pemerintahan yang baik (good governance) bersih dan
bebas dari KKN dengan pilar Partisipatif, Transparansi, Akuntabilitas.
d. Perlunya terus memberikan peluang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk ikut andil
dan berperan aktif dalam setiap proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

dalam setiap kegiatan pembangunan, agar pembangunan yang dilaksanakan tepat


sasaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Untuk mencapai tujuan dari visi Kepala Desa maka dijabarkan dalam bentuk misi
sebagai berikut.
a. Mewujudkan penyelenggaraan kegiatan Pemerintahan yang bersih dari KKN
Setiap kegiatan Pemerintahan dan pembangunan diupayakan untuk dapat terus
dilaksanakan secara tertib, baik, terbuka dan transparan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dengan segenap kemampuan sumber daya aparat
desa yang dimiliki.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah antara lain:
Meningkatkan kedisiplinan kantor bagi semua perangkat desa, yaitu tertib absensi
sesuai apa adanya serta disediakan buku catatan kegiatan Perangkat Desa bagi
Perangkat Desa yang melaksanakan tugas di luar Kantor , sehingga dapat di pantau
kegitannya.
Terus berupaya mengerjakan segala administrasi Desa secara tertib.
Selalu berkonsultasi dengan BPD dalam setiap pengambilan keputusan yang
menyangkut kepentingan Pemerintahan Desa dan kepentingan masyarakat banyak
serta dalam setiap penyusunan Perdes.
b. Mewujudkan masyarakat Desa Tlogolele yang tenteram dan aman dari berbagai
permasalahan yang ada.
Langkah-langkah yang diambil adalah :
Bersama sama jajaran Perangkat Desa sampai dengan tingkat RT agar dapat
membantu penyelesaian setiap munculnya permasalahan di masyarakat secara adil
dan tidak berat sebelah tanpa pandang bulu, dan utamakan mengambil langkah
penyelesaian secara kekeluargaan, serta tanggap dan peka terhadap situasi dan
kondisi di masyarakat.
Bersama-sama dengan jajaran Perangkat Desa sampai dengan tingkat RT agar
selalu meningkatkan kewaspadaan dari kemungkinan adanya ancaman gangguan
keamanan yang dapat mengganggu ketenteraman dan kenyamanan kehidupan
masyarakat dengan meningkatkan system penjagaan di masing-masing lingkungan.
Menggalang kekompakan dan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat dengan
menghidupkan kegiatan pertemuan rutin masyarakat di masing-masing lingkungan
RT, agar masyarakat terus dapat bermusyawarah demi keamanan , ketentraman dan
kemajuan lingkungan.
c. Mewujudkan Desa Tlogolele menuju kearah yang lebih maju baik Pemerintahannya
maupun pola pikir dan kehidupan masyarakat.
Langkah-langkah yang ditempuh adalah antara lain :
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Di lingkungan Pemerintahan Desa


Terus menanamkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab terhadap tugas
yang diemban oleh masing-masing aparat Desa.
Membuka setiap saat akan adanya komunikasi dan koordinasi dalam
menjalankan tugas di kantor.
Bekerja sama dan saling mengisi antar perangkat Desa dalam melaksanakan
tugas serta meninggalkan rasa egoisme terhadap tugas masing masing.
Melakukan meeting staf, setiap saat dalam rangka mengevaluasi dan
merencanakan atas tugas yang telah dilaksanakan maupun yang belum
dilaksanakan.
Penajaman APBDes untuk pemantapan pembangunan Desa melalui
penetapan skala prioritas dengan memihak kepentingan dan kebutuhan
masyarakat demi tercapainya kesejahteraan masyarakat yang selanjutnya
untuk menuju kepada kemajuan masyarakat dan pembangunan.
Memberikan pelayanan prima kepada masyarakat tanpa pandang bulu.
Dilingkungan masyarakat.
Masyarakat terus dilibatkan dalam proses perencanaan , pelaksanaan dan
pengawasan pada kegiatan pembangunan Desa, dengan maksud agar masyarakat
dapat mengerti akan pembangunan yang diperlukan dan merupakan kebutuhan
masyarakat baik di lingkungannya masing-masing maupun ditingkat Desa. Dengan
pengertian dan pemahaman tersebut masyarakat dapat mengakses dan
merencanakan pembangunan yang diperlukan , sehingga Pemerintah desa akan
lebih mudah dalam mengarahkan kebijakan pembangunan.

5.2.2 Arahan Tata Ruang Desa


Arahan tata ruang Desa Tlogolele dapat dijelaskan melalui pola intensitas bangunan,
ketinggian maksimum minimum bangunan dan garis sempadan bangunan yang telah ada
secara umum.
a) Intensitas Bangunan
Luas Hunian untuk Setiap Orang
Kebutuhan ruang minimum adalah 9 m2/orang.
Luas Persil (m2) per Unit Bangunan
Luas persil/minimum rumah tinggal yang dihuni oleh 3-4 orang adalah 90 m2
dengan lebar minimum 6 m.
Luas persil/minimum bangunan non-rumah tinggal menyesuaikan standar
kebutuhan masing-masing klas bangunan.
Luas Lantai Bawah Bnagunan terhadap Luas Lahan (KDB)
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Rumah tinggal: 30-50% luas persil


Non-rumah tinggal: maksimum 75% luas persil
Luas Seluruh Lantai Bangunan terhadap Luas Lahan (KLB)
Rumah tinggal: jumlah lantai 1-2 lantai,
Non-rumah tinggal sesuai standar yang ditetapkan
b) Ketinggian Maksimum Minimum Bangunan
Terhadap Keamanan
Sesuai angin struktur dan bahan bangunan yang digunakan, ketahanan
terhadap gempa dan keamanan terhadap angin.
Terhadap Keselamatan
Menjamin keamanan terhadap bahaya kebakaran, gempa dan bencana lainnya.
Terhadap Kesehatan
Rumah tinggal: ketinggian langit-langit minimum = 2.40 m
Non rumah tinggal: ketinggian langit-langit minimum = 2.70 m
Terhadap Daya Dukung Lahan
Memperhatikan optimasi intensitas bangunan
Mempertimbangkan keserasian bangunan dengan lingkungan
Memenuhi persyaratan ekologis yang ditetapkan untuk luasan tertentu

c) Garis Sempadan Bangunan


Garis sempadan bangunan pada klas jalan lingkungan perumahan besar, sedang
dan kecil :
Rumah tinggal dan non rumah tinggal: besar (>450 m2)
Sempadan muka minimum 8 m v
Sempadan samping minimum 4 m v
Sempadan belakang minimum 5 m v
Rumah tinggal dan non rumah tinggal: sedang (>200m2)
Sempadan muka minimum 5 m v
Sempadan samping minimum 3 m v
Sempadan belakang minimum 3 m v
Rumah tinggal dan non rumah tinggal: kecil (>90m2)
Sempadan samping minimum 2 m v
Sempadan muka minimum 3 m v
Garis sempadan bangunan terhadap batas-batas persil/sendiri dan lingkungannya:
Rumah tinggal:
Persil kecil minimal 1 m jika atap samping tanpa teritisan dan 1,5 m jika atap
samping menggunakan teritisan.
Persil sedang dan besar minimal 2 m.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Non rumah tinggal:


Bangunan dengan tinggi < 8m = 3m, bangunan dengan tinggi > 8m = tinggi
bangunan diukur 1 m.
Jarak massa/blok bangunan satu lantai minimum 4m.
Jarak massa/blok bangunan dengan bangunan sekitarnya minimum 6 m dan 3
m dengan batas kapling.
Jarak dengan batas persil minimum 4m.
Bangunan berdampingan tidak sama tinggi, jarak minimum antar bangunan =
( tinggi bangunan A + tinggi bangunan B) /2 - 1 meter.
Garis sempadan bangunan berdasarkan klas jalannya:
Jarak as jalan dengan rumah maupun dengan pagar halaman.
Garis pondasi pagar terluar yang berbatasan dengan jalan = batas terluar
rencana jalan.
Tinggi pagar yang berbatasan dengan jalan ditentukan oleh keputusan Kepala
Daerah.
Bagi jalan yang lebarnya > 20 m, titik sudut garis lengkung pagar = 10 meter
dari garis sempadan pagar ke tengah jalan.
Garis sempadan denah teras terluar, yang sejajar dengan arah jalan di
sekeliling bangunan = lebar rencana jalan dikurangi maksimum 2m dan tidak
melewati garis pondasi pagar terluar.
Garis sempadan bangunan terhadap jalan rel, jaringan listrik tegangan tinggi:
Rumah tinggal dan non rumah tinggal:
Berdasarkan PUIL 200 (jarak ke kiri dan kanan dari tegangan tinggi (70 KV ke
atas) sejauh 25 m).
Garis sempadan bangunan pada kawasan pinggir sungai berdasarkan kelas lebar
sungainya:
Rumah tinggal dan non rumah tinggal:
Sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan minimum 5 m dari luar kaki
tanggul.
Sungai bertanggul di kawasan perkotaan minimum 3 m dari luar kaki tanggul.
Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan untuk: Sungai Besar (luas
daerah pengaliran > 500 Km2) dan Sungai Kecil (luas daerah pengaliran < 500
Km2) ditentukan setiap ruas sesuai perhitungan teknis luas daerah pengaliran.
Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan kedalaman < 3 , minimum
10 m dari tepi sungai, kedalaman 3-20 m minimum 15 m dari tepi sungai,
kedalaman > 20 m minimum 30 m dari tepi sungai.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Garis sempadan bangunan pada kawasan pesisir, lahan peresapan air dan
kawasan lindung lainnya.
Rumah tinggal dan non rumah tinggal:
Minimum jarak dari bibir pantai 1.000 m, kecuali bangunan non rumah tinggal
sesuai dengah standar dan peraturan daerah setempat.
Sempadan pondasi bangunan terluar minimum 100 m dari garis pasang
tertinggi.
Rumah tinggal dan non rumah tinggal:
Tidak menggusur RTH dan diluar kawasan lindung yang ditetapkan masing-
masing daerah.
Garis sempadan bangunan pada tepi danau, waduk, mata air dan sungai yang
terpengaruh pasang-surut air laut.
Danau dan waduk minimum 50 m dari titik pasang tertinggi kea rah darat.
Mata air minimum 200 m di sekitar mata air.
Sungai terpengaruh pasang-surut air laut minimum 100m dari tepi sungai untuk
hijau.
Jarak bebas bangunan terhadap utilitas kota:
Minimum = 3 meter
Minimum = jarak sempadan bangunan terhadap pagar.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

5.3. RENCANA TATA RUANG DESA


5.3.1 Rencana peruntukan Lahan
Untuk proyeksi pengembangan tata guna lahan akan banyak mengalami perubahan dimana
sebagian besar permukiman yang berada di sepanjang jalan desa akan berubah fungsi
menjadi kawasan perdagangan dan lahan pertanian kering untuk wilayah Desa Tlogolele
yang berada di samping kanan kiri jalan poros desa maupun lingkungan akan berubah
fungsi untuk kawasan permukiman. Untuk RW 4, 5 yang berada di kawasan lereng Gunung
Merapi dan merupakan Ring 1 Kawasan Rawan Bencana hanya akan digunakan untuk
lahan pertanian/ruang terbuka hijau. Untuk daerah di lereng Merapi akan difungsikan
untuk kawasan konservasi yang mendukung dicanangkannya Merapi sebagai
kawasan taman nasional, Lahan pertanian di lereng-lereng gunung dikembalikan ke
fungsi lahan aslinya untuk vegetasi yang berguna untuk menjaga kestabilan tanah
lereng yang rawan akan longsor, untuk itu maka perlu pemanfaatan lahan pertanian
secara optimal contohnya tehnologi greenhouse.

A. Kawasan Lindung
1. Kawasan perlindungan setempat, meliputi kawasan sempadan sungai/anak sungai
di kawasan permukiman. Pengelolaan kawasan ini dilakukan melalui pengamanan
wilayah sempadan sungai, yaitu :
Membuat talud untuk mencegah erosi
Membuat terasiring untuk mengurangi erosi sungai
Reboisasi tanaman keras seperti sengon, mahoni, jati, akar wangi dan bambu
Penataan permukiman yang ada disepanjang sempadan sungai, yaitu tidak
diperbolehkan ada kawasan terbangun dengan jarak 100 meter dari bibir
sungai
2. Kawasan rawan bencana alam, khususnya di Desa Tlogolele adalah meliputi
Longsor, Angin puting beliung, Gunung Merapi. Pengelolaan kawasan ini
khususnya untuk bencana longsor meliputi :
Membuat talud untuk mencegah erosi
Membuat terasiring untuk mengurangi erosi
Reboisasi tanaman keras seperti sengon, mahoni, jati, akar wangi dan bambu
Pola cocok tanam yang baik untuk mengurangi perambahan hutan.
Sedangkan pengelolaan kawasan ini untuk bencana Gunung Merapi adalah :
Pelatihan tanggap darurat untuk masyarakat Desa Tlogolele secara kontinuitas
Pembuatan/peningkatan jalur dan tempat pengungsian sementara
Penataan pembangunan permukiman supaya tidak mendekati kaki gunung
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

Pengelolaan kawasan untuk bencana angin adalah :


Pelatihan tanggap darurat untuk masyarakat Desa Tlogolele secara kontinuitas
Pembuatan/peningkatan jalur dan tempat pengungsian sementara
Reboisasi dengan tanaman pemecah angin.
Pelatihan pembangunan rumah yang baik untuk mengurangi resiko kerusakan
akibat angin puting beliung.

B. Kawasan Pertanian dan Perladangan


Untuk menunjang peningkatan dari nilai manfaat kawasan ini, dilakukan beberapa
rencana pengembangan kawasan pertanian, yaitu :
Pengendalian kegiatan lain agar tidak mengganggu lahan pertanian yang subur
Luasan lahan sawah tadah hujan tidak boleh berkurang
Pembuatan dan pemakaian pupuk organik
Mengadakan pelatihan dan penyuluhan di tiap-tiap kelompok tani dan non-
kelompok tani tentang penanaman, pembibitan, irigasi yang baik, penggunaan
pupuk organik, penaggulangan hama
Kerjasama dengan dinas pertanian untuk sosialisasi peningkatan pemberdayaan
sektor petanian
Pola cocok tanam yang baik, greenhouse guna mengurangi
pemanfaatan/pemakaian lahan yang curam

C. Kawasan Perekonomian
Beberapa rencana untuk pengembangan perekonomian di Desa Tlogolele adalah :
Pengembangan kawasan industri kecil dan industri rumah tangga (home industry)
Pengembangan fasilitas perekonomian pembuatan koperasi simpan pinjam
Kerjasaman dengan dinas terkait untuk bantuan modal dan penyemprotan hama
Bantuan bibit ternak unggul
Penyuluhan tentang peternakan
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

5.3.2 Rencana Jaringan Jalan


Segala pertimbangan telah dilakukan pada saat penyusunan rencana jaringan, diharapkan
terjadi multi pasca rencana jaringan jalan ini terealisasikan. Selain sebagai fasilitas mobilitas,
sirkulasi, evakuasi dan transportasi diharapkan perencanaan jalan ini dapat juga
meningkatkan mobilitas masyarakat yang pada akhirnya turut mendukung peningkatan
Sumber Daya Ekonomi (SDE), peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan turut
mendukung pemanfaatan potensi Sumber Daya Alam (SDA).
Perencaan jaringan jalan untuk lima tahun ke depan di fokuskan pada peningkatan status
jalan, seperti peningkatan aspal 3 meter menjadi 4 meter, jalan tanah menjadi beton
sekaligus pembangunan drainase dengan baik agar dapat meperlancar fungsi jalan sebagai
sarana trasnportasi ekonomi masyarakat dan sebagai sarana evakuasi bencana Letusan
Gunung Merapi. Jalan yang telah mengalami kerusakan terutama jalur evakuasi bencana
Merapi tentu saja menjadi prioritas dalam perbaikan untuk lima tahun kedepan, dimana hal
ini merupakan salah satu langkah mitigasi bencana.
Adapun rencana parasarana jalan dan jembatan di Desa Tlogolele adalah sebagai berikut:
1) Perbaikan/peningkatan jalur evakuasi di setiap dukuh atau RW
- Peningkatan/perbaikan jalan sebagi jalur utama evakuasi di dukuh Stabelan (RW 5)
- Peningkatan/perbaikan jalan evakuasi di dukuh Ngadirojo (RW 3)
- Pembuatan jalan baru (telasah) dari dusun Tlogolele (RW 1) ke arah Desa
Wonolelo Kabupaten Magelang.
2) Perbaikan/peningkatan jembatan di setiap dukuh atau RW
- Pembuatan Jembatan Kali Apu
- Pembuatan pagar pengaman jembatan Kali Apu
- Pelebaran Jembatan di dusun Ngadirojo (Penghubung Desa Tlogolele dengan
Desa Sengi Kabupaten Magelang)
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

5.3.3 Rencana Jaringan Drainase


Jaringan drainase untuk 5 tahun kedepan di Desa Tlogolele ini akan banyak mengalami
perkembangan, karena direncanakan akan dilakukan perbaikan dan pembangunan jaringan
drainase yang masih berkontruksi semi permanen dan non permanen, untuk hampir semua
jaringan jalan yang saat ini belum terdapat jaringan drainasenya.
Penanganan drainase yang terpenting adalah masalah tehnologi dan biaya, karena hal ini
besar pengaruhnya dalam pengadaannya. Di bawah ini akan diperlihatkan sistem jaringan
sederhana (langsung mengalir ke sungai)
Beberapa rencana pembangunan untuk jaringan drainase di Desa Tlogolele, sebagai
berikut:
- Pembuatan drainase samping kiri kanan ruas jalan dari Dukuh Stabelan ke dukuh
Karang dikarenakan belum semuanya ada atau masih terbuat dari tanah.
- Pembuatan drainase samping kiri kanan ruas jalan dari Dukuh Karang, drainase
strukturnya masih non permanent.
- Perbaikan dan peningkatan drainase di dukuh Ngadirojo, yang sebagian drainasenya
masih dari tanah dan untuk beton sudah mulai rusak.
- Pembuatan drainase di dukuh Tlogomulyo disisi kiri maupun sisi kanan jalan yang
masih terbuat dari tanah
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

5.3.4 Rencana Jaringan Listrik


Di desa Tlogolele masih ada beberapa keluarga yang belum terlayani oleh jaringan listrik
dari PLN secara langsung, warga tersebut selama ini mengambil listrik dari rumah tetangga
yang berdekatan dan masih ada hubungan persaudaraan, tetapi dalam pengambilannya
warga belum terlalu mengerti aturan aturan yang baku dalam menyalur listrik tersebut,
sehingga pada prakteknya satu meteran bisa menyalurkan sampai 2 rumah dan bahkan
lebih, padahal beban listrik tersebut kecil, sehingga pemakaiannya kurang maksimal dan
sangat berpengaruh terhadap aktivitas penghuninya, terutama pada malam hari, dimana jam
jam belajar anak anak. Untuk itu kedepannya di desa Tlogolele jaringan listrik yang akan
direncanakan mengikuti anjuran dari pemerintah, dengan dibantu aparat desa jika warga
kurang tahu aturan aturannya, selain itu aparat pemerintahan desa jugga memberi batasan
penyaluran listrik dalam satu meteran. Masih banyak warga yang kondisi listriknya
mengalami penurunan daya karena aturan pada ujung penarikan jaringan dari gardu hubung
ke konsumen melebihi batas aturan yang berlaku.
Rencana pembangunan untuk jaringan listrik di Desa Tlogolele, sebagai berikut:
- Penambahan tiang listrik maupun daya
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

5.3.5 Rencana Jaringan Air Bersih


Desa Tlogolele merupakan Desa yang sebagian besar mengalami kekurangan air bersih ,
hanya untuk desa Tlogolele dan dk Tlogolmulyo yang sudah tercukupi air bersih, bahkan
untuk dk Tlogolele sisa dari konsumsi bisa dimanfaatkan untuk upaya usaha sampingan
perikanan, namun dk Ngadirojo , dk Karang, dk. Gumukrejo, dk Belang, dk. Takeran dan dk.
Stabelan masih mengalami kekurangan air bersih untuk dk Karang, dk Belang, dan dk.
Ngadirojo dapat disuplai air bersih dengan menggunakan pompa air (hidram) karena posisi
mata air berada di daerah bawah dari pemukiman penduduk, untuk dk Takeran dan dk
Stabelan disuplai dengan mengambil sumber mata air yang sangat jauh secara grafitasi,
baik pompa air dan penyaluran secara grafitasi tersebut debit airnya sampai ke pemukiman
penduduk sangat kecil, sehingga hanya cukup untuk konsumsi saja itupun bila warga
pemakai bisa menghemat penggunaannya. Sehingga sangat diperlukan pompa air yang
sangat kuat dan bisa menambah debit air, serta penambahan jaringan baru.
Rencana pembangunan untuk jaringan listrik di Desa Tlogolele, sebagai berikut:
- Pipanisasi di setiap RW atau dukuh
- Pembuatan dan peningkatan bak pembagi maupun bak tendon
- Pembuatan Penampungan Air Hujan
- Pembuatan dan pengadaan penutup bak yang sudah ada
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

5.3.6 Rencana Pengembangan Sanitasi


Di desa Tlogolele saat ini saluran pembuangan limbah rumah tangga sebagian masih
seadanya, air limbah langsung dibuang disekitar halaman rumah dan dibiarkan terbuka,
sehingga menimbulkan bau serta sumber penyakit, untuk kedepannya di desa Tlogolele
kemungkinan besar tiap rumah memiliki MCK sendiri, sehingga perlu adanya perencanaan
pembuangan Limbah Rumah Tangga yang berasal dari MCK tersebut agar tidak
menimbulkan masalah baru. Jaringan limbah direncanakan dengan pembuatan jamban /
septictank sebagai tempat pengurai limbah, serta selokan terbuat dari konstruksi teknis dan
tertutup yang mengalirkan air limbah secara langsung, yang kemudian disalurkan menuju ke
sungai, sehingga bibit penyakit tidak memiliki medi yang berupa air kotor untuk berkembang
biak.
Rencana pembangunan di setiap RW maupun dukuh untuk Sanitasi di Desa Tlogolele,
sebagai berikut:
- Pembuatan MCK umum
- Pembuatan Biogas dari kotoran manusia maupun ternak
- Pelatihan serta pengolahan pupuk kandang
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

5.3.7 Rencana Pengelolaan Sampah


Dengan jumlah penduduk yang mencapai 2513 jiwa, Desa Tlogolele tidak memiliki
prasarana pengelolaan sampah, dengan demikian bisa dikatakan itu sangat tidak baik
kondisi lingkungannya karena masih membuang sampah dihalaman rumah. Oleh karena itu
permasalahan sampah masih sangat perlu penanganan karena saat ini telah menyebabkan
polusi bau, juga mengganggu untuk masalah kesehatan seperti sakit perut dan diare.
PENGUNAAN BERDASARKAN
NO JENIS TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH JUMLAH
RW KK
RW RW RW RW
01 02 03 04 05
1 Kesaluran drainase,atau badan jln lainnya 20 65
2 Sembarangan di sekitar rumah 27 104
3 Di tumpuk di halaman rumah 87 5
4 Di bakar / di timbundi halaman rumah 35 179 163 20
Ke bak sampah/TPS, tempat pembuangan
5
sampah akhir
JUMLAH 122 179 183 117 104
Sumber: hasil pemetaan TIP dan Relawan 2010

Dari tabel diatas sebagian masyarakat Desa Tlogolele sebagian besar dalam mengelola
sampah adalah dengan dibakar oleh masing-masing masyarakat. Namun dalam
pengelolaan sampah seperti itu juga harus diperhatikan sistem pembuangan sampah yaitu
pemisahan antara sampah organik dan sampah non organik. Maka untuk kedepannya
masyarakat merencanakan untuk mangadakan bakbak sampah di setiap pedukuhan untuk
memisahkan sampah organik dan non organik dan juga berencana akan mengelola sampah
menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi, selain juga untuk dijadikan sebuah produk yang bisa
dijadikan sebagai alternatif bahan bakar, mengingat saat ini harga bahan bakar semakin
mahal, selain itu juga bisa mengurangi penebangan pohon secara liar, yang dapat
menyebabkan longsor. Masyarakat berinisiatif ingin mendatangkan tenaga ahli sebagai
narasumber dalam pelatihan pengelolaan sampah sebagai bahan bakar briket dan
.Sehingga perlu perencanaan pembuatan tempat pengelolaan sampah secara komunal
sehingga dapat dikelola menjadi briket dan pupuk kompos.
Rencana pembangunan di setiap RW maupun dukuh untuk Persampahan di Desa Tlogolele,
sebagai berikut:
- Pembuatan bak sampah organic dan non organic
- Pembuatan tempat penampungan sementara di RW 3
- Pengadaan gerobak sampah untuk mengangkut sampah dari Rumah tangga ke tempat
pembuangan sementara Desa.
- Pelatihan serta pengolahan sampah.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

5.3.8 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan


Desa Tlogolele berbatasan langsung dengan kawasan hutan nasional, untuk itu pemerintah
desa selalu melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan Untuk rencana
pengelolaan kawasan ini dilakukan dengan cara :
Sosialisasi pentingnya lingkungan yang baik, dengan pengelolaan yang baik juga dan
dilakukan berkesinambungan terus menerus.
Peningkatan fungsi lindung pada kawasan hutan lindung melalui pengembangan
vegetasi yang mampu memberikan perlindungan terhadap permukaan tanah dan
mampu meresapkan air;
Perluasan kawasan (hutan lindung) untuk meningkatkan kelestarian lingkungan;
Membatasi pembangunan permukiman pada kawasan tersebut;
Membatasi dan mengawasi penggunaan/perambahan hutan untuk bercocok tanam;
Reboisasi hutan lindung.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pengeloaan dan pemantauan lingkungan di Desa
Tlogolele dapat dilihat pada Peta
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

5.4 RENCANA MITIGASI BENCANA


5.1.1 Mitigasi Struktural
Desa Tlogolele terdapat banyak ancaman bencana, untuk mengatasi atau mengurangi dampak
resiko bencana mitigasi strukturalnya adalah sebagai berikut:
1. Letusan Gunung Berapi
- Membuat area dan barak pengungsian yang permanen maupun non permanen
- Peningkatan/pembuatan jalur evakuasi dan logistik dari tempat pemukiman ke tempat
pengungsian
- Rambu penunjuk arah ke tempat evakuasi
2. Gempa Tektonik dan Vulkanik
- Pembuatan rumah dan prasarana fasilitas umum yang tahan gempa
- Area terbuka hijau/area evakuasi
- Peningkatan/pembuatan jalur ke area evakuasi
- Bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa.
- Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan.
- Pembangunan fasilitas umum denggan standar kualitas yang tinggi.
- Perkuatan bangunan bangunan vital yang telah ada.
- Rambu penunjuk arah ke tempat evakuasi
3. Angin
- Penghijauan
- Peningkatan/pembuatan jalur ke area evakuasi
- Membuat area dan barak pengungsian yang permanen maupun non permanent
- Struktur bangunan yang memenuhi syarat teknis untuk mampu bertahan terhadap
gaya angin
- Pembangunan bangunan umum yang cukup luas yang dapat digunakan sebagai
tempat penampungan sementara bagi orang maupun barang saat terjadi serangan
angin badai.
- Pembangunan rumah yang tahan angin

4. Tanah Longsor
- Peningkatan/perbaikan dan memelihara drainase baik air permukaan maupun air
tanah (fungsi drainase ini untuk menjauhkan air dari lereng menghindari air meresap
ke dalam lereng atau menguras air dalam lereng ke luar lereng. Jadi drainase harus
dijaga agar jangan sampai tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah yang
rawan longsor)
- Pembangunan penahan tanah, talud
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

- Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam
yang tepat (khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan lebih dari 40 derajat atau
sekitar 80 % sebaiknya tanaman tidak terlalu rapat serta diselingi dengan tanaman
tanaman yang lebih pendek dan ringan, di bagian dasar ditanam rumput)
- Sebaiknya dipilih tanaman lokal yang digemari masyarakat, dan tanaman tersebut
harus secara teratur dipangkas rantingrantingnya/ cabangcabangnya atau dipanen
- Khusus untuk aliran butir dapat diarahkan dengan pembuatan saluran.
- Khusus untuk runtuhan batu dapat dibuatkan tanggul penahan baik berupa bangunan
konstruksi, tanaman maupun parit
- Terasering dengan system drainase yang tepat (drainase pada terasteras dijaga
jangan sampai menjadi jalan meresapnya air ke dalam tanah)
- Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling
- Mendirikan bangunan dengan fondasi yang kuat.
- Melakukan pemadatan tanah disekitar perumahan
- Stabilisasi lereng dengan pembuatan terase dan penghijauan.
- Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).
- Penutupan rekahan rekahan diatas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat
kedalam tanah.
- Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari bahaya liquifaction.
- Pondasi yang menyatu, untuk menghindari penurunan yang tidak seragam
(differential settlement).
- Utilitas yang ada didalam tanah harus bersifat fleksibel.
- Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan
5. Kekeringan
- Penghijauan
- Pencarian mata air baru
- Perbaikan/peningkatan pipanisasi
- Pembuatan embung
6. Genangan
- pembuatan sumur resapan dan biopori
- pembuatan/perbaikan drainase
7. Penyakit
- Pembangunan tempat kesehatan
- Pembuatan bak sampah, saluran pembuangan limbah
5.1.2 Mitigasi non Struktural
Sedangkan untuk mengatasi atau mengurangi dampak resiko bencana mitigasi non
strukturalnya adalah sebagai berikut:
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

a. PRA BENCANA
Letusan gunung Merapi
- Mengamati kegiatan gunungapi setiap saat. Upaya ini dapat dilakukan dari tempat
yang permanent, misalnya Pos Pengamatan Gunungapi.
- Menentukan status kegiatan gunungap$i.
- Melakukan penelitian ilmiah secara temporer dan berkala.
- Melakukan pemetaan geologi untuk mengetahui sejarah kegiatan suatu gunungapi
dimasa lalu.
- Melakukan pemetaan kawasan rawan bencana. Upaya ini berguna untuk menentukan
suatu wilayah atau aeral yang berbahaya atau aman untuk dihuni atau digarap
sebagai lahan pertanian dan sebagainya.
- Membuat cek/sabo dam untuk mengarahkan aliran lahar agar tidak melanda
pemukiman, persawahan/kebun atau fasilitas lainnya.
- Melakukan sosialisasi dan penyuluhan secara berkala kepada penduduk yang
bermukim di sekitar gunungapi.
Gempa Tektonik dan Vulkanik
- Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di
daerah rawan bencana.
- Asuransi.
- Zonasi daerah rawan bencana dan pengaturan penggunaan lahan.
- Pendidikan kepada masyarakat tentang gempabumi.
- Masyarakat waspada terhadap risiko gempa bumi.
- Masyarakat mengetahui apa yang harus dilakukan jika terjadi gempa bumi.
- Masyarakat mengetahui tentang pengamanan dalam penyimpanan barang barang
yang berbahaya bila terjadi gempabumi.
- Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan dan kewaspadaan
masyarakat terhadap gempa bumi.
- Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan pelatihan pemadaman
kebakaran dan pertolongan pertama.
- Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan
perlindungan masyarakat lainnya.
- Rencana kontingensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi
gempa bumi.
Angin
- Perlunya penerapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan beban angin
khususnya di daerah yang rawan angin badai
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

- Penempatan lokasi pembangunan fasilitas yang penting pada daerah yang terlindung
dari serangan angin badai
- Penghijauan di bagian atas arah angin untuk meredam gaya angin
- Pengamanan/perkuatan bagian bagian yang mudah diterbangkan angina yang dapat
membehayakan diri atau orang lain disekitarnya
- Kesiapsiagaan dalam menghadapi angin badai, mengetahui bagaimana cara
penyelamatan diri
- Pengamanan barang barang disekitar rumah agar terikat/dibangun secara kuat
sehingga tidak diterbangkan angin
- Untuk para nelayan, supaya menambatkan atau mengikat kuat kapal-kapalnya
Longsor
- Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan permukiman dan fasilitas
utama lainnya.
- Mengurangi tingkat keterjalan lereng.
- Pengenalan daerah yang rawan longsor.
- Identifikasi daerah yang aktif bergerak, dapat dikenali dengan adanya rekahan
rekahan berbentuk ladam (tapal kuda).
- Hindarkan pembangunan di daerah yang rawan longsor.
Kekeringan
- Perlu melakukan pengelolaan air secara bijaksana, yaitu dengan rnengganti
penggunaan air tanah dengan penggunaan air permukaan dengan cara pembuatan
waduk, pembuatan saluran distribusi yang efisien.
- Pengalihan bahan bakar kayu bakar menjadi bahan bakar minyak untuk menghindari
penebangan hutan/tanaman.
- Pengenalan pola tanam dan penanaman jenis tanaman yang bervariasi.
- Pendidikan dan pelatihan
- Meningkatkan/memperbaiki daerah yang tandus dengan rnelaksanakan pengelolaan
lahan, pengelolaan hutan, waduk peresapan dan irigasi.
- Mengurangi pemanfaatan kayu bakar.
- Pembuatan dan sosialisasi kebijakan konservasi air.
- Pengelolaan peternakan disesuaikan dengan kondisi ketersediaan air diwilayahnya.
- Mengembangkan industri alternatif non pertanian.
Penyakit
- Menyiapkan masyarakat secara luas termasuk aparat pemerintah khususnya di
jajaran kesehatan dan lintas sektor terkait untuk memahami risiko bila wabah terjadi
serta bagaimana cara cara menghadapinya bila suatu wabah terjadi melalui kegiatan
sosialisasi yang berkesinambungan.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

- Menyiapkan produk hukum yang memadai untuk mendukung upaya upaya


pencegahan, respon cepat serta penanggulangan bila wabah terjadi.
- Menyiapkan infrastruktur untuk upaya penanggulangan seperti sumberdaya manusia
yang profesional, sarana pelayanan kesehatan, sarana komunikasi, transportasi,
logistik serta pembiayaan operasional.
- Upaya penguatan surveilans epidemiologi untuk identifikasi faktor risiko dan
menentukan strategi intervensi dan penanggulangan maupun respon dini di semua
jajaran.
- Pengendalian faktor risiko.
- Deteksi secara dini.
- Merespon dengan cepat.

b. SAAT BENCANA
- Memberangkatkan Tim Tanggap Darurat ke lokasi bencana.
- Meningkatkan pengamatan.
- Menentukan status kegiatan gunungapi dan melaporkannya sesuai dengan protap.
- Memberikan rekomendasi teknis kepada Pemprov/Pemkab sesuai dengan protap,
termasuk saran pengungsian penduduk.
- Pencarian/penyelamatan korban
- Pelaksanaan evakuasi
- Penyelamatan dokumen keperdataan
- Penyiapan akses bantuan dan penyelamatan dengan mengutamakan
penanggulangan kelompok rentan (perempuan, ibu hamil, penyandang cacat, balita,
dan lansia).
- Pengkajian kebutuhan (initial need assessment)
- Penampungan sementara
- Pelayanan kesehatan (Pos kesehatan)
- Penyediaan pangan dan gizi
- Penyediaan air bersih
- Penyediaan sanitasi
- Penyediaan dan penyebaran informasi korban, fasilitas rusak dan lain-lain
- Pemberantasan vektor untuk pencegahan penyakit menular
- Koordinasi dan pengelolaan bantuan

c. PASCA BENCANA
- Menurunkan status kegiatan gunungapi.
- Menginventarisir data letusan termasuk sebaran dan volume material letusan.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

- Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya sekunder (lahar).


- Memberikan rekomendasi teknis kepada Pemprov/Pemkab sesuai dengan protap,
termasuk pengembalian pengungsi dan potensi ancaman lahar
- Perbaikan sarana/prasarana sosial dan ekonomi.
- Penanggulangan kejiwaan pasca bencana (post traumatic stress) melalui penyuluhan,
konseling, terapi kelompok (di sekolah) dan perawatan.
- Pemulihan gizi/kesehatan
- Pemulihan sosial ekonomi sebagai upaya peningkatan ketahanan masyarakat (antara
lain: penciptaan lapangan kerja, pemberian modal usaha, dll)
- Pembangunannya harus dilakukan melalui suatu perencanaan yang didahului oleh
pengkajian dari berbagai ahli dan sector terkait.
- Melakukan kajian dan inventarisasi berbagai kerusakan
- Penyusunan rencana pembangunan kembali secara konseptual, agar hasilnya lebih
baik dari kondisi semula.
- Melakukan penelitian sebab-sebab kerusakan.
- Menentukan prioritas pelaksanaan pembangunan.
- Melakukan monitoring dan evaluasi.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

5.5. RENCANA PENATAAN PERMUKIMAN


5.5.1 Rencana Penataan Kawasan Area Evakuasi
Untuk rencana Penataan tempat evakuasi di Desa Tlogolele adalah :
1. Ruang terbuka hijau untuk penampungan sementara.
a) Lapangan di belakang balai desa (RW 3). Untuk area evakuasi sementara RW 3 RW 5,
Luasan area tempat ini adalah 3500 m2 dengan daya tampung 1000 jiwa
b) Lapangan voli di RW 1 untuk area evakuasi RW 1- RW 2. Luasan area tempat ini adalah
500 m2 dengan daya tampung 50 jiwa
2. Perataan lapangan melalui pengurukan maupun penggalian
3. Pembuatan drainase untuk melancarkan aliran air di lapangan agar tidak menggenang
4. Pembuatan biopori untuk penyerapan air genangan di lapangan
5. Pembuatan talud untuk menahan tanah agar tidak longsor.
6. Pembuatan barak evakuasi untuk mengatasi semburan hujan abu dan awan panas yang
sangat berbahaya.
7. Pembuatan community center yang berfungsi untuk tempat informasi juga koordinasi pra, saat,
pasca bencana
8. Pembuatan maupun pengadaan tenaga pengganti listrik dari PLN yang dikhawatirkan saat
bencana mati, agar informasi langsung bisa dikirimkan ke Pemerintah Kabupaten, maupun
Propinsi.
9. Pembuatan gardu pantau, yang difungsikan untuk melihat proses gunung merapi saat aktif
maupun tidak aktif
10. Pembuatan Penampungan Air Hujan di Balai desa dan SD sebagai cadangan air.
11. Saat tidak terjadi bencana lapangan difungsikan sebagai tempat wisata dengan membuat
joging track, taman-taman bunga, kios-kios souvenir.
12. Pembuatan perpustakaan untuk taman baca.

5.5.2 Rencana Penataan Kawasan Rawan Bencana


a. Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Merapi
Desa Tlogolele yang berada dilereng merapi sangat rawan mengalami bencana
Letusan Gunung Merapi baik, lahar maupun awan panas atau hujan abu. Untuk
wilayah RW 1- RW 3 relatif agak aman dikarenakan letaknya agak jauh dengan puncak
dan dekat dengan jalur evakuasi ke area penampungan akhir di Muntilan Magelang.
Khusus untuk wilayah RW 5 dan RW 4 yang letaknya berdekatan dengan puncak
Gunung Merapi untuk perkembangan permukiman diarahkan ke RW 3, dan wilayah
tersebut hanya difungsikan sebagai wilayah hijau yaitu hutan dan pertanian. Perbaikan
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

dan pembuatan jalur evakuasi sangat diperlukan, hal ini untuk mengurangi resiko
bencana.
Rencana pengembangan atau penataan pada kawasan rawan letusan merapi yang
ada di Desa Tlogolele antara lain sebagai berikut :
- Pembuatan bungker keluarga khusus di RW 5
- Penataan area evakuasi dan prasarana penunjangnya
- Perbaikan dan pembuatan jalur evakuasi
- Pemberian tanda/rambu penunjuk arah ke tempat evakuasi
- Pelatihan yang berkesinambungan agar masyarakat benar-benar siap siaga
terhadap bencana.
b. Kawasan Rawan Bencana Longsor
Bencana longsor yang ada di Desa Tlogolele berdampak pada permukiman
masyarakat. Rencana pengembangan atau penataan pada kawasan rawan longsor
yang ada di Desa Tlogolele adalah sebagai berikut :
- Dibuat talud sekitar daerah area evakuasi
- Pembuatan talud dilereng pemukiman
- Pengembangan pemukiman diarahkan ke daerah yang lebih datar
- Penanaman pohon keras, tanaman akar serabut (akar wangi)
- Penyuluhan, pelatihan tentang kebencanaan longsor
c. Kawasan Rawan Bencana Kekeringan
Kekeringan yang melanda di Desa Tlogolele untuk wilayah RW 1- RW 3 hanya
berpengaruh terhadap ladang pertanian, sedangkan untuk RW 4 RW 5 berpengaruh
terhadap manusia dan ternak juga lahan pertanian. Untuk itu rencana penataan pada
kawasan rawan kekeringan adalah sebagai berikut:
- Pelatihan/penyuluhan penggunaan air yang bijaksana
- Pembuatan PAM Swakarsa
- Pembuatan PAH di RW 4 dan RW 5
- Penanaman hutan
- Perbaikan pipa, pembuatan embung
- Sumur arteis untuk lahan pertanian

d. Kawasan Rawan Bencana Angin


- Penanaman pohon
- Pembuatan rumah tahan angin
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali

- Penyuluhan
e. Kawasan Rawan Bencana Penyakit
- Penyuluhan tentang hidup sehat
- Kotoran ternak di olah dahulu untuk kompos, janga ditaruh di pinggir jalan
- Pembuatan bak penampung air yang tertutup

You might also like