Professional Documents
Culture Documents
BAB V
RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH DESA/ KELURAHAN
wilayah, yaitu antara lain memperhatikan struktur wilayah, keterkaitan antar lahan, pergerakan
orang dan barang.
Upaya untuk mengoptimalkan penggunaan ruang kota juga perlu didukung oleh adanya peraturan
mintakat (zoning) dengan sistem kontrol yang ketat, sehingga tidak terdapat lahan-lahan tidur dan
lahan yang tidak optimal penggunaannya di dalam kota, Optimasi ini tentu saja mesti mampu
mencegah eksploitasi lingkungan.
Pengembangan wilayah harus memberi perhatian penuh terhadap keterpaduan faktor lingkungan
dan kegiatan. Faktor lingkungan, dalam hal ini misalnya sumber daya air yang merupakan satu
kesatuan daerah aliran sungai yang tidak dapat dipisahkan berdasarkan batas-batas adminsitrasi.
Oleh karenanya diperlukan suatu perencanaan yang terpadu antar daerah-daerah yang dilalui oleh
suatu sungai dari hulu sampai hilir. Di samping itu juga perlu dilakukan pemeliharaan terhadap
daerah-daerah resapan air.
Pembangunan berwawasan lingkungan telah lama menjadi istilah selingkung jargon pada setiap
rencana pembangunan terutama dalam dua dasawarsa terakhir. Namun demikian, berwawasan
lingkungan itu sendiri tidak mudah dijabarkan ke dalam framework yang lebih nyata, sehingga
sering hanya menjadi penghias pada halaman-halaman depan rencana pembangunan, termasuk
rencana tata ruang.
Wawasan lingkungan ialah cara pandang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup
dengan memasukkan kelestariannya sebagai unsur pertimbangan utama dalam penyusunan
sistem tujuan. Tidak dapat disangkal bahwa sebenarnya prinsip-prinsip wawasan lingkungan sudah
diterapkan dalam program-program pembangunan yang ada meskipun dalam pelaksanaannya
selalu ada skala prioritas. Kata kunci lain yang tak terpisahkan dari wawasan lingkungan ialah
bertahan-kelanjutan (sustainable) dan khususnya untuk penataan perkotaan (dan perdesaan)
livable atau nyaman untuk ditinggali.
Kabupaten Boyolali termasuk dalam Kawasan Strategis Subosuka, sub wilayah pengembangan
Jawa Tengah yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah Provinsi (RTRWP)
Jateng yang baru saja diperbarui. Kawasan tersebut terdiri dari wilayah Kota Surakarta, Kabupaten
Boyolali, Kabupaten Karanganyar, dan Kabupaten Sukoharjo yang masing-masing mempunyai
potensi besar untuk berkembang. Pusat pertumbuhan kawasan ini berada di Surakarta, dengan
wilayah pendukung yang akan saling membutuhkan adalah Boyolali, Sukoharjo dan Karanganyar.
Wilayah lain yang juga masuk dalam pengaruh kawasan ini adalah Klaten dan Sragen.
Pada tahun anggaran 2002 ini Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali bermaksud untuk
menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali Tahun 2003 2013, yang
berpedoman pada prinsip-prinsip kelestarian lingkungan hidup. Pada penyusunan RTRW ini
diharapkan mempunyai konsep penataan yang dinamis dan mempunyai pengertian lebih
mendekatkan pada penataan ruang wilayah pada pelaksanaan program pembangunan
berwawasan lingkungan. Dengan demikian penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah ini dapat
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
mengidentifikasikan beberapa kawasan strategis dan sektor strategis yang secara terpadu dan
mengkait dengan kegiatan pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh semua pihak, baik
pemerintah daerah, maupun swasta.
Strategi Arahan
No
Pemanfaatan Ruang Wilayah Pengelolaan dan Pengembangan
2 Pengembangan kawasan perkotaan; Kawasan perkotaan memiliki fungsi dan ciri-ciri sebagai kawasan
industri, perdagangan dan jasa, maupun permukiman dengan ciri
perkotaan. Sehingga pengembangan permukiman pada kawasan
perkotaan diarahkan mengacu pada fungsi yang mendukung
aktivitas non pertanian yang memiliki karakteristik pola
perkembangan menyebar, kompleksitas, dan mobilitas tinggi.
Beberapa kriteria khusus yang dibutuhkan untuk mendukung fungsi
tersebut di luar kriteria fisik yaitu sebagai berikut :
Kelengkapan sarana dan prasarana perkotaan
Aksesibilitas yang baik dan dekat pusat-pusat kegiatan
3 Pendekatan tata ruang perdesaan dan Pendekatan tata ruang wilayah pedesaan dan perkotaan ini,
perkotaan; merupakan garis langkah kebijakan terwujudnya keseimbangan
kegiatan antara kota dengan desa sebagai wilayah pendukung
secara timbal balik dengan menempatkan masing-masing wilayah
sebagai unsur yang saling melengkapi.
Kebijakan Penataan Ruang Perdesaan dan perkotaan:
Untuk mewujudkan keterkaitan perekonomian di perdesaan dan
perkotaan, kota dan desa harus dipandang sebagai suatu
kesatuan. Oleh karena itu setiap kebijakan mengenai kawasan
perkotaan hendaknya dapat memajukan kawasan perdesaan,
demikian pula sebaliknya, setiap kebijakan kawasan perdesaan
hendaknya dapat lebih memantapkan peran dan fungsi kawasan
perkotaan.
Pembangunan kawasan perdesaan hendaknya dapat
meningkatkan kualitas tenaga kerja yang mampu meningkatkan
produksi masyarakat. Dengan demikian diperlukan pula
memperkuat lembaga pemerintah dan lembaga kemasyarakatan
desa di kawasan perdesaan
Sasaran pokok pembangunan kawasan perdesaan adalah
terciptanya kondisi ekonomi rakyat di perdesaan yang kukuh,
mampu tumbuh secara mandiri dan berkelanjutan.
4 Pengembangan prasarana wilayah; Pengembangan prasarana wilayah diarahkan pada peningkatan
akses pelayanan, peningkatan kualitas pelayanan dan sesuai
dengan arah struktur tata ruang wilayah yang dituju.
5 Pemantapan kawasan lindung dan Strategi Penatagunaan air, penataan tanah dan penataan udara
pengembangan kawasan budidaya; merupakan sebagai satu kesatuan yang saling tekait dan saling
mengisi dalam proses pengisian lingkungan/alam
Strategi pengembangan kawasan budidaya diarahkan sebagai
upaya optimalisasi penggalian sumberdaya dan pemanfaatan yang
didukung oleh sistem perencanaan yang terpadu dan
berkelanjutan.
Sumber: RTRW Kabupaten Boyolali Tahun 2003-2013
Kemudian untuk lebih meningkatkan efisiensi pelayanan kota yang dilakukan dengan
mempertimbangkan pola keterkaitan (linkage) dan kemiripan karakteristik (homogenitas)
setiap kawasan serta memudahkan koordinasi, maka wilayah Kabupaten Boyolali dibagi
menjadi empat sub wilayah pengembangan (SWP). Sektor pembangunan yang
dominan ditentukan berdasarkan potensi yang menonjol pada setiap wilayah
kecamatan, sehingga prioritas pengembangan setiap satuan wilayah pembangunan
diarahkan sesuai dengan potensi-potensi yang dimiliki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 5.2 dan Peta.
Tabel 5.2
Pembagian Sub Wilayah Pengembangan (SWP) di Kabupaten Boyolali
Tahun 2003 - 2013
Wilayah
No Kecamatan Fungsi utama
Pengembangan
1 SWP I Ampel Pemukiman
Perdagangan dan jasa
Perhubungan/transportasi
Industri kecil/menengah
Pelayanan pendidikan
Pariwisata
Perkebunan
Peternakan
Selo Pemukiman
Pariwisata
Perhubungan/transportasi
Perkebunan
Peternakan
Industri kecil
Cepogo Pemukiman
Industri kecil/sedang
Pertanian lahan kering
Peternakan
Pariwisata
Perkebunan
Musuk Pemukiman
Industri keci/sedang
Pertanian
Perkebunan
Peternakan
Boyolali Pusat pemerintahan tingkat kabupaten
Pusat pemukiman
Perdagangan dan jasa
Industri kecil
Pelayanan pendidikan
Pelayanan sosial/ekonomi
Perhubungan/transportasi
Pengembangan Pariwisata
Peternakan
Mojosongo Pemukiman
Industri kecil/menengah/besar
Pertanian
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
2 SWP II Teras Pemukiman
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
Wilayah
No Kecamatan Fungsi utama
Pengembangan
Industri kecil/menengah/besar
Pertanian
Peternakan
Perikanan
Banyudono Pemukiman
Perdagangan dan jasa
Perhubungan/transportasi
Industri kecil/menegah/besar
Pariwisata
Peternakan
Pertanian lahan basah
Perikanan
Sawit Pemukiman
Pertanian lahan basah
Peternakan
Industri kecil/menengah/besar
Perikanan
Sambi Pemukiman
Pertanian lahan basah
Perikanan
Industri kecil/sedang
Peternakan
Ngemplak Pemukiman
Perhubungan udara
Pertanian lahan basah
Peternakan
Pariwisata
Industri kecil/menengah/besar
Perdagangan dan jasa
Perikanan
3 SWP III Nogosari Pemukiman
Pertanian lahan basah
Industri kecil/sedang
Peternakan
Simo Pertambangan
Pemukiman
Perhubungan/transportasi
Perdagangan dan jasa
Pelayanan pendidikan
Pertanian lahan basah/lahan kering
Peternakan
Andong Pemukiman
Pertanian lahan basah
Peternakan
Industri kecil/sedang
Klego Pemukiman
Pertambangan
Perhubungan/transportasi
Sosial/ekonomi dan jasa
Pertanian lahan basah
Peternakan
Perikanan
Industri kecil/sedang
4 SWP IV Karanggede Pertambangan
Pemukiman
Perhubungan/transportasi
Sosial/ekonomi
Perdagangan dan jasa
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
Wilayah
No Kecamatan Fungsi utama
Pengembangan
Pertanian lahan basah
Industri kecil/sedang
Peternakan
Perikanan
Wonosegoro Pertambangan
Pemukiman
Pertanian lahan kering
Kehutanan
Perhubungan/transportasi
Perdagangan dan jasa
Peternakan
Industri kecil/menengah
Kemusu Pemukiman
Pertambangan dan energi
Pariwisata
Pertanian
Peternakan
Industri kecil/sedang
Perikanan
Juwangi Pemukiman
Pertambangan
Peternakan
Kehutanan
Pertanian
Indsutri kecil/menengah/besar
Perhubungan kereta api
Sumber : RTRW Kabupaten Boyolali Tahun 2003-2013
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
Pendekatan yang relevan dengan kondisi sekarang adalah cluster approach dan dengan
pembangunan berdasarkan jaringan hubungan perdesaan perkotaan, yang kita jabarkan dalam strategi-
strategi prasarana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.3
Tabel 5.3
Pendekatan Cluster Kabupaten Boyolali
Tahun 2003 - 2013
Variabel Pendekatan Cluster Approach
Sektor dasar Lebih berpijak pada potensi dan kondisi setempat dan lebih menekankan pada usaha berskala kecil
dan menengah, dan berbasis pada kawasan setempat (lokal)
Sistem Perkotaan Lebih horisontal dan terdiri atas sejumlah pusat dan hinterland-nya masing-masing serta berbagai
kekhususannya masing-masing
Hubungan Kota-Desa Stimulasi pertumbuhan bisa dari dua sisi dengan peningkatan intensitas sepanjang koridor-koridor
transportasi di dalam kawasan
Gaya Perencanaan Bersifat desentralisasi dan memerlukan koordinasi multisektoral dan kegiatan perkotaan-perdesaan
pada level setempat
Area Kebijakan Menekankan pada diversifikasi pertanian, agro-industi, ressource-based manufacturing, urban
Utama services, pelatihan tenaga kerja, dan jaringan transportasi local
Sumber : RTRW Kabupaten Boyolali Tahun 2003-2013
Tabel 5.4
Rencana Pengembangan Prasarana Wilayah Kabupaten Boyolali
Tahun 2003 - 2013
PENGEMBANGAN RENCANA PENGEMBANGAN
NO
SISTEM PRASARANA WILAYAH SISTEM PRASARANA WILAYAH
1 SISTEM PRASARANA TRANSPORTASI
Pola yang sesuai dengan kondisi geografis dan konsep
pembangunan regionala Kabupaten Boyolali adalah
linkaged rings and radials (lingkaran terpisah dikombinasi
dengan jari-jari). Jari-jari jalan utama menjadi link yang
menghubungkan pusat pemerintahan (Boyolali) dengan
ibu kota kecamatan yang tersebar di garis paling luar.
Selanjutnya melalui jalur melingkar dihubungkan antara
satu titik pelayanan (ibu kota kecamatan) dengan titik
a. Fungsi Jalan lainnya. Pola ini relatif baik untuk dikembangkan sebatas
secara umum pola pertumbuhan wilayahnya relatif merata.
Dengan adanya gagasan untuk mengembangkan jalan
bebas hambatan (toll road) antara Semarang Surakarta,
sehingga di daerah Boyolali direncanakan akan dibuat
suatu simpul untuk mengarahkan gerakan transportasi
kearah Kota Yogyakarta, selain masuk dan menyebar
kearah kota Boyolali, daerah sekitarnya serta akses ke
komplek Bandara Adi Sumarmo.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
Lokasi kawasan ini terdapat di sepanjang sungai yang ada di wilayah Kabupaten Boyolali.
Sedangkan untuk pengelolaannya, dapat dibangun jalan inspeksi pada jalur jalan tertentu,
sekaligus dapat berfungsi sebagai jalur lintas pada umumnya. Untuk kawasan yang sudah
terbangun diadakan program konsolidasi tanah dan pemeliharaan lingkungan, sedangkan
yang sudah terbangun tidak diberikan izin mendirikan bangunan. Kegiatan yang masih
diperkenankan adalah pertanian dengan jenis tanaman, yang dizinkan, pemasangan papan
reklame/pengumuman, pemasangan pondasi dan rentangan kabel listrik, pondasi
jembatan/jalan umum maupun kereta api, yang bersifat sosial dan kemasyarakatan, serta
bangunan lalu lintas air.
Tabel 5.5
Kawasan Perlindungan Setempat Sekitar Waduk
di Wilayah Kabupaten Boyolali
Luas Kawasan Lindung
No Nama Sumber Desa Kecamatan
(Ha)
1 Waduk Cengklik Senting Ngemplak 435,40
Ngargorejo Sambi
Sobokerto
Ngresrep
2 Waduk Klego Bade Klego 20.006,50
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
Pengelolaan yang dilakukan pada kawasan ini yaitu kegiatan yang mengganggu kelestarian
daya tampung/waduk seperti pendirian bangunan, permukiman dan penanaman tanaman
semusim yang mempercepat proses pendangkalan tidak diperkenankan dan dilarang.
Kegiatan yang masih boleh diusahakan adalah perikanan, pariwisata yang hanya untuk
menikmati pemandangan saja, pertanian dengan jenis tanaman yang diizinkan,
pernasangan papan reklame/pengumuman, pernasangan pondasi dan rentang kabel,
pondasi jembatan/jalan umum maupun kereta api, bangunan lalu lintas air, serta
pengambilan dan pembuangan air.
Gambar 5.1
Penentuan Zona Aman Kawasan Pengembangan Budi Dayapada Sekitar Mata Air
di Wilayah Kabupaten Boyolali
200 meter
200 meter
Zona Aman
Mata air Pengembangan
Budi daya
Permukaan Tanah
Pengelolaan : Kebijakan yang bertujuan pengelolaan kawasan terbuka hijau secara mendasar
dapat mengacu dari pengelolaan kawasan lindung, namun pada kawasan yang bersifat seperti
taman kota atau yang lain yang bertujuan estetika dan kenyamanan peraturan dapat
dilonggarkan, masyarakat boleh berkunjung dengan tujuan rekreasi namun dibatasi hanya zona-
zona tertentu saja,
Lokasi kawasan ini tersebar di tiga wilayah Kecamatan yaitu, Kecamatan Cepogo, Selo dan
Musuk, kawasan ini kebetulan berada sama dan di sekitar kawasan lindung. Sedangkan
untuk pengaturannya yaitu kegiatan budidaya yang sarat dengan aktivitas manusia dilarang
di kawasan ini, wilayah yang masuk dalam kawasan lindung berlaku peraturan sebagaimana
yang diatur dalam kawasan lindung
Pengelolaan:
Kegiatan yang dizinkan barupa pengolahan lahan sebagai hutan lindung dan di luar
kawasan tersebut dapat difungsikan untuk budi dayasebagai hutan produksi serta
pertanian lahan kering.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
Semua kegiatan harus mengikuti informasi dan petunjuk dari instansi dan institusi
pengawas kegiatan Gunung Merapi.
Penetapan wilayah untuk kawasan permukiman dan penunjangnya tidak dibenarkan
pada kawasan ini.
Kegiatan pertambangan pasir dan batu andesit pada kawasan ini harus memperhatikan
faktor teknis kegiatan penambangan untuk menjaga kelestarian lingkungan serta harus
memperhatikan keamanan dari bencana khusus gunung api yaitu kemungkinan
longsor/banjir lahar dingin pada saat curah hujan tinggi.
Kegiatan pertambangan bahan galian pada kawasan ini harus memperhatikan faktor
teknis kegiatan penambangan untuk menjaga kelestarian lingkungan serta harus
memperhatikan keamanan dari bencana tanah longsor yang mungkin timbul terutama
pada saat curah hujan tinggi.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
2) Kawasan Pertanian
Kawasan pertanian di wilayah Kabupaten Boyolali terdiri atas kawasan pertanian tanaman
pangan lahan basah, kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering dan tanaman
tahunan/perkebunan. Kawasan budi daya pertanian ini mempunyai kriteria sebagai berikut:
unit lahan yang mempunyai tingkat kesesuaian bagi peruntukan pola usaha pertanian
tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan petemakan. Unit lahan yang tidak dialokasikan
untuk kawasan lindung.
Berdasarkan pada kriteria tersebut di atas, maka pengaturannya dengan melihat sebaran
potensi sumber daya lahan yang memenuhi syarat untuk dijadikan kawasan budi daya
pertanian. Dengan kondisi tersebut, maka perlu dikembangkan melalui program
ekstensifikasi, intensifikasi dan disversifikasi. Pada kawasan pertanian, untuk perluasan
perkampungan bagi permukiman yang telah ada dan industri diizinkan tetapi hanya terbatas
pada kawasan pertanian lahan kering.
3) Kawasan Peternakan
Kawasan peternakan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi budi daya peternakan baik
ternak besar, ternak kecil dan unggas serta lahan untuk padang penggembalaan ternak.
Kawasan ini merupakan kawasan padang rumput dan semak belukar yang cukup luas
minimum 2 ha untuk penggembalaan ternak. Untuk peternakan hewan besar jenis
sapi/kerbau sebaiknya dekat dengan lahan yang sesuai untuk budi daya rumput ternak,
dekat lahan untuk tanaman pangan, sehingga limbah tanaman pangan untuk dapat
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
dimanfaatkan budi daya ternak. Kriteria lokasi yang cocok dengan ketinggian <1000 m,
kelerengan <15 persen, jenis tanah dan iklimnya sesuai untuk padang rumput alamiah.
Lokasi: Tersebar di wilayah Kecamatan Cepogo, Selo, Ampel, Musuk, Kemusu, Juwangi,
Karanggede, Klego dan Andong, Simo, Sambi, Nogosari, dan Kecamatan Boyolali.
Pengelolaan: Untuk usaha peternakan di luar kawasan peternakan dan tidak memenuhi
syarat lokasi bagi jenis ternak tertentu, secara bertahap diusahakan pemindahannya ke
tempat yang memenuhi pemyaratan.
4) Kawasan Perikanan
Kawasan perikanan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi usaha perikanan darat, baik
berupa usaha budi daya dan penanggkapan pertambakan/kolam dan perikanan darat
lainnya. Jenis ikan yang dikembangkan di Kabupaten Boyolali antara lain: nila merah, nila
hitam, lele, ikan mas, gurami, gabus dfan udang galah. Ikan-ikan tersebut selain dibudi
dayakan juga berkembang di perairan umum.
Secara khusus sentra produksi perikanan di Kabupaten Boyolali antara lain:
Usaha pembenihan lele: Kecamatan Teras, Banyudono, Ngemplak dan Simo.
Usaha pembesaran lele: Kecamatan Sawit.
Usaha pembesaran nila hitam dan merah di Kecamatan Mojosongho, Sambi,
Ngemplak, Juwangi dan Kemusu.
Usaha pembenihan nila merah dan hitam di Kecamatan Boyolali dan Banyudono.
Usaha budi daya ikan mas dan gurami di Kecamatan Karanggede.
Usaha pembesaran udang galah di Kecamatan Sawit.
Usaha penangkapan ikan ada di waduk dan perairan umum.
Pengelolaan: Kawasan ini diperuntukkan bagi kegiatan perikanan berupa penangkapan ikan
dan karamba apung, dalam pelaksanaan perlu dipertimbangkan keamanan dan kelestarian
waduk. Kegiatan yang diizinkan di sekitar keguatan perikanan adalah adalah pemijahan,
pemeliharaan dan pendinginan ikan.
5) Kawasan Pertambangan
Potensi pertambangan yang ada di Kabupaten Boyolali adalah pertambangan bahan galian
golongan C antara lain berupa tanah urug, batu gamping, bentonit, batu andesit dan pasir.
Untuk pengembangannya dapat dilakukan dalam jangka panjang dengan langkah sebagai
berikut :
Melengkapi data bahan galian
Merangsang keikutsertaan modal swasta penanganan masalah kelembagaan bahan
galian potensial di Kabupaten Boyolali antara lain: bentonit, batu (andesit), pasir, sirtu,
batu gamping dan tanah liat.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
Tabel 5.7
Luas Sebaran Bahan Galian Golongan C
Potensial di Kabupaten Boyolali
No Bahan Galian Wilayah Kecamatan Luas Sebaran (ha)
1. Andesit Sambi 12
Mojosongo 0.5
Ampel 1
Karangede 0,5
Simo 5
Musuk 4,5
Wonosegoro 1
Batu Belah / Ampel 2
Batukali Klego 0,5
Andong 1
Wonosegoro 7,5
2. Tras Mojosongo 2
3. Tanah Urug Nogosari 125
Ngemplak 75
Banyudono 75
4. Sirtu Cepogo 2
Musuk 3,5
Ampel 0,5
Mojosongo 15
Banyudono 1
Sambi 1
Simo 1
5. Batugamping Juwangi 200
6. Bentonit Simo 900
Klego 500
Karanggede 375
Wonosegoro 775
Kemusu 150
7. Tanah Diatomae Mojosongo 1,5
Simo 1
Nogosari 2
8. Lempung/ Ngemplak 4
Tanah Liat Sambi 1
Boyolali 75
Sumber: Laporan III, Pemetaan Bahan Galian Golongan C di Kabupaten Boyolali, 1991.
Untuk industri semen, investor diarahkan di Kecamatan Juwangi yang memiliki potensi batu
gamping yang besar (7.000.000 ton). Kegiatan pengolahan dari hulu hingga hilir dengan
hasil produk berupa semen portland beserta produk sampingannya dapat dilakukan di
wilayah ini.
Kriteria kawasan: Kelerengan daerahnya kurang dari 8 persen dan kurang dari 25 persen
dengan perataan lahan dan konservasi pada kawasan peruntukan industri; ketinggian
kurang dari 1.000 m dpl (kecuali untuk Kecamatan Selo dan Cepogo); dan tidak merupakan
daerah yang terdapat jaringan irigasi atau potensial untuk dibangun jaringan irigasi dan
lahan basah.
Lokasi: Kawasan untuk peruntukan industri menengah dan industri kecil/rumah tangga
dikembangkan di seluruh wilayah Boyolali. Kawasan industri berada di seluruh kecamatan di
wilayah Kabupaten Boyolali sesuai dengan potensi lokal yang ada.
Pengelolaan: Pengusaha di kawasan/zona industri dapat menjual kapling siap bangun
kepada pengusaha industri, dan pengusaha industri menyediakan sarara dan prasarana ke
dan di kawasan tersebut seperti prasarana jalan, listrik dan telepon, fasilitas air bersih untuk
kegiatan industri, fasilitas pengolahan dan pembuangan limbah. Limbah cair dari industri
yang dibuang harus diolah terlebih dahulu dan berada di bawah ambang batas yang telah
diperkenankan sebelum dibuang ke perairan umum.
7) Kawasan Pariwisata
Kawasan pariwisata adalah unit lahan yang merupakan tujuan manusia untuk berekreasi,
beristirahat atau kegiatan yang menunjang dan mempunyai jasa pelayanan bagi
pengunjung.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
Tabel 5.8
Lokasi Objek Wisata di Kabupaten Boyolali
No Keterangan Kecamatan No Keterangan Kecamatan
Mkm. S. Maulana Malik
1 Sumber Sipedok Ampel 22 Ampel
Ibrahim
2 Sumber/Umbul Tlatar Boyolali 23 Makam Singoprono Simo
3 Umbul Nepen Mojosongo 24 Pesanggrahan Paras Musuk
4 Sumber Mungup3 Sawit 25 Candi Lawang Musuk
5 Sumber/Umbul Pengging Banyudono 26 Situs Sumur Songo Cepogo
6 Waduk Kedungombo Kemusu 27 Taman Kridanggo Boyolali
7 Waduk Bade Klego 28 Air Terjun Kedung Kayang Selo
8 Waduk Cengklik Ngemplak 29 Taman Pandan Tlogolele Selo
9 Gunung Madu Simo 30 Rumah Tua Boyolali
10 Wisata Alam/Argo G. Merbabu Selo 31 Teropong Gunung Jerakah Selo
11 Wisata Alam/Argo G. Merapi Musuk 32 Teropong Gunung Tlogolele Selo
12 Kerajinan Kurungan Burung Banyudono 33 Bumi Perkemahan Pantaran Ampel
Kerajinan Boneka Wayang
12a Kemusu 34 Base Camp Tuk Pakis Selo
Sukorame
13 Sungsang Banyudono 35 Rencana Guest House (Selo) Selo
14 Kerajinan Gamelan dan Wayang Banyudono 36 Guest House Semiran Selo
15 Kerajinan Mainan Mojosongo 37 Basis Pendakian Nglencoh Selo
16 Kerajinan Boneka Musuk 38 Jatilan (Ampel) Ampel
17 Bio Gas Cepogo 39 Jatilan (Selo) Cepogo
18 Kerajinan Tembaga Tumang Cepogo 40 Wayang (Banyudono) Banyudono
19 Makam R. Ngabehi Yosodipuro Banyudono 41 Wayang (Sawit) Sawit
20 Makam Keramat Mojosongo
21 Makam Kebo Kanigoro Selo
Sumber : RTRW Kabupaten Boyolali Tahun 2003-2013
Pengelolaan: Kegiatan yang diizinkan adalah kunjungan atau pelancongan, olahraga dan
rekreasi, pertunjukan dan hiburan, komersial, menginap/bermalam, pengamatan,
pemantauan, perniagaan dan pengawasan, pengelolaan kawasan. Jenis bangunan yang
diizinkan adalah gardu pemandangan, restoran dan fasilitas penunjang lainnya, fasilitas
rekreasi dan olahraga, tempat pertunjukan, pasar dan pertokoan serta fasilitas parkir,
fasilitas pertemuan, hotel, cottage, kantor pengelola dan pusat informasi pariwisata.
8) Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman adalah bagian dari kawasan lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan. Kawasan permukiman harus memenuhi ketentuan yang
berlaku untuk kawasan lindung dan kawasan perlindungan setempat dan kawasan
perlindungan yang lain yang berlaku.
Lokasi: Berada di sekitar kota kabupaten (Kecamatan Boyolali) dan kota kecamatan yang
lain di seluruh wilayah Kabupaten Boyolali. Pengelolaan yang dilakukan Perencanaan luas
tiap kawasan permukiman harus sesuai kebutuhan dan seoptimal mungkin sehingga tidak
ada lahan yang terbuang yang mengakibatkan pengurangan bagi peruntukan lahan yang
lain terutama pertanian.
Lahan kawasan terbuka hijau perlu di siapkan dan direalisasikan untuk tujuan estetika dan
kenyamanan selain sebagai paru-paru dan areal resapan.
Studi kelayakan pengembangan Instalasi bio-gas pada suatu kawasan permukiman juga
perlu dilakukan, untuk mengetahui kemungkinan proses prooduksi bio-gas dengan bahan
dari kotoran kawasan permukiman yang ada. Lokasi penampungan sampah sementara
harus memenuhi kebutuhan dan syarat teknis, pemisahan sampah organic-nonorganik akan
sangat baik bila pengelolaan sampah juga merupakan usaha pengadaan pupuk kompos,
unit ini dapat diintegrasikan dengan instalasi bio-gas.
Kebutuhan Prasarana suatu kawasan permukiman (jalan, listrik, air, telepon, sistem sanitasi
dan drainase dll.) perlu dipersiapkan dengan baik dan seoptimal mungkin. Perencanaan
fasilitas sektor kegiatan yang akan di sediakan perlu memperhatikan kebutuhan yang sesuai
dengan kondisi atau potensi lokal tiap kota kecamatan, agar penyediaan fasilitas tidak
menjadi optimal. Penataan ruang tiap sektor kegiatan perlu memperhatikan tata letak dan
aspek geometris sirkulasi sehingga teratur, efisien dan nyaman, pemberian izin mendirikan
bangunan perlu memperhatikan keselarasan fungsi, desain, dan kebutuhan lahan.
Kabupaten Boyolali kawasan ini menempati areal seluas 18,2 ha atau 0,18 persen dari
seluruh luas wilayah Kabupaten Boyolali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.9
Tabel 5.9
Cagar Alam dan Budaya Peninggalan Sejarah
di Wilayah Kaupaten Boyolali
No Kecamatan Desa Luas Areal Nama Objek
1 Cepogo Gedangan 2
+ 500 m Candisari
Gedangan + 200 m2 Candilawang
Sumbung + 500 m2 Tapak Noto
Genting + 100 m2 Yoni
Kembangkuning + 100 m2 Sebesar Candi
Kembangkuning + 100 m2 Batuan Megalitik
Candi gathak + 200 m2 Sendangsongo
Cepogo + 500 m2 Makam Rogosasi
Paras + 500 m2 Pesanggrahan PB X
Tlogolele + 100 m2 Guwurejo
2 Selo Tlogolele + 100 m2 Petilasan Kebokenongo
Tlogolele + 100 m2 Petilasan Ajar Seloko
Tarubatang + 100 m2 Makam
Gumukrejo + 100 m2 Makam Bergunung
3 Teras Bangsalan + 1.500 m2 Makam Longender
Mojolegi + 50 m2 Makam Mbah Jenggot
Krasak + 50 m2 Makam Selobertar
Ketayon + 100 m2 Makan Prawira Digdoyo
4 Wonosegoro Karangjati + 1000 m2 Yono dan Arca
Karangmojo + 700 m2 Batu Yoni
5 Klego Karangmojo + 2.000 m2 Areal Dinding
Bendungan +2.500 m2 Yoni
6 Simo Puleng + 5.000 m2 Batu Lapik
Temon + 5.000 m2 Makam Singoprono
Pelem +2.000 m2 Makam Karangtejo
Nglembu + 2 ha Makam Kyai Singoprono
7 Sambi Gunung Tugel
Nglembu + 1 ha Makam R. Ayu Tasik Wulan
Catur +2 ha Makam Kyai Wonotoro
Trosobo + ha Makam Banyudono
Kadipaten +100 m2 Panggung/Tugu
8 Andong Kragilan +500 m2 Bekas Bangunan Candi
Juruk +100 m2 Arca Nandi
Sukorejo +25 m2 Yoni
Sumur +25 m2 Batu Lumpang
9 Mojosongo Lanjaran +9 m2 Arca Nambi
Sruni +36 m2 Batu Kenteng
10 Musuk Kebongulo +9 m2 Arca
Lampar +4 m2 Yoni
Bendan +300 m2 Makam Madu Gondo
Jembungan +1.600 m2 Makam Madu Rekno
Jembungan + 2.000 m2 Makam Ki Ageng
Dukuh + 225 m2 Kebokenongo
11 Banyudono Bendan 3 ha Makam Handayaningrat
Banyudono + 4 ha Makam Yosodipuro
Dukuh + 12 m2 Makam Sonowaten
Dukuh + 12 m2 Makam Roro Kendat
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
Untuk lebih jelasnya mengenai kawasan budidaya atau rencana Tata Guna Tanah di wilayah
Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Peta berikut.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
Rumusan visi misi Kepala Desa di landasi atas dasar pemikiran dengan memperhatikan arti
pentingnya pelaksanaan kegiatan system pemerintahan yang terencana, tertata sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan terus diupayakan menuju kearah
yang lebih baik, antara lain:
a. Pemerintah Desa adalah pelayan masyarakat sehingga pelayanan masyarakat adalah
perupakan prioritas utama yang harus selalu ditingkatkan.
b. Pembangunan Desa sudah semestinya dilaksanakan secara baik dan memanfaatkan
sumber daya alam yang ada, secara optimal yang disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat banyak, berdasarkan aspirasi masyarakat.
c. Kebutuhan akan adanya kegiatan Pemerintahan yang baik (good governance) bersih dan
bebas dari KKN dengan pilar Partisipatif, Transparansi, Akuntabilitas.
d. Perlunya terus memberikan peluang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk ikut andil
dan berperan aktif dalam setiap proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
Garis sempadan bangunan pada kawasan pesisir, lahan peresapan air dan
kawasan lindung lainnya.
Rumah tinggal dan non rumah tinggal:
Minimum jarak dari bibir pantai 1.000 m, kecuali bangunan non rumah tinggal
sesuai dengah standar dan peraturan daerah setempat.
Sempadan pondasi bangunan terluar minimum 100 m dari garis pasang
tertinggi.
Rumah tinggal dan non rumah tinggal:
Tidak menggusur RTH dan diluar kawasan lindung yang ditetapkan masing-
masing daerah.
Garis sempadan bangunan pada tepi danau, waduk, mata air dan sungai yang
terpengaruh pasang-surut air laut.
Danau dan waduk minimum 50 m dari titik pasang tertinggi kea rah darat.
Mata air minimum 200 m di sekitar mata air.
Sungai terpengaruh pasang-surut air laut minimum 100m dari tepi sungai untuk
hijau.
Jarak bebas bangunan terhadap utilitas kota:
Minimum = 3 meter
Minimum = jarak sempadan bangunan terhadap pagar.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
A. Kawasan Lindung
1. Kawasan perlindungan setempat, meliputi kawasan sempadan sungai/anak sungai
di kawasan permukiman. Pengelolaan kawasan ini dilakukan melalui pengamanan
wilayah sempadan sungai, yaitu :
Membuat talud untuk mencegah erosi
Membuat terasiring untuk mengurangi erosi sungai
Reboisasi tanaman keras seperti sengon, mahoni, jati, akar wangi dan bambu
Penataan permukiman yang ada disepanjang sempadan sungai, yaitu tidak
diperbolehkan ada kawasan terbangun dengan jarak 100 meter dari bibir
sungai
2. Kawasan rawan bencana alam, khususnya di Desa Tlogolele adalah meliputi
Longsor, Angin puting beliung, Gunung Merapi. Pengelolaan kawasan ini
khususnya untuk bencana longsor meliputi :
Membuat talud untuk mencegah erosi
Membuat terasiring untuk mengurangi erosi
Reboisasi tanaman keras seperti sengon, mahoni, jati, akar wangi dan bambu
Pola cocok tanam yang baik untuk mengurangi perambahan hutan.
Sedangkan pengelolaan kawasan ini untuk bencana Gunung Merapi adalah :
Pelatihan tanggap darurat untuk masyarakat Desa Tlogolele secara kontinuitas
Pembuatan/peningkatan jalur dan tempat pengungsian sementara
Penataan pembangunan permukiman supaya tidak mendekati kaki gunung
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
C. Kawasan Perekonomian
Beberapa rencana untuk pengembangan perekonomian di Desa Tlogolele adalah :
Pengembangan kawasan industri kecil dan industri rumah tangga (home industry)
Pengembangan fasilitas perekonomian pembuatan koperasi simpan pinjam
Kerjasaman dengan dinas terkait untuk bantuan modal dan penyemprotan hama
Bantuan bibit ternak unggul
Penyuluhan tentang peternakan
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
Dari tabel diatas sebagian masyarakat Desa Tlogolele sebagian besar dalam mengelola
sampah adalah dengan dibakar oleh masing-masing masyarakat. Namun dalam
pengelolaan sampah seperti itu juga harus diperhatikan sistem pembuangan sampah yaitu
pemisahan antara sampah organik dan sampah non organik. Maka untuk kedepannya
masyarakat merencanakan untuk mangadakan bakbak sampah di setiap pedukuhan untuk
memisahkan sampah organik dan non organik dan juga berencana akan mengelola sampah
menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi, selain juga untuk dijadikan sebuah produk yang bisa
dijadikan sebagai alternatif bahan bakar, mengingat saat ini harga bahan bakar semakin
mahal, selain itu juga bisa mengurangi penebangan pohon secara liar, yang dapat
menyebabkan longsor. Masyarakat berinisiatif ingin mendatangkan tenaga ahli sebagai
narasumber dalam pelatihan pengelolaan sampah sebagai bahan bakar briket dan
.Sehingga perlu perencanaan pembuatan tempat pengelolaan sampah secara komunal
sehingga dapat dikelola menjadi briket dan pupuk kompos.
Rencana pembangunan di setiap RW maupun dukuh untuk Persampahan di Desa Tlogolele,
sebagai berikut:
- Pembuatan bak sampah organic dan non organic
- Pembuatan tempat penampungan sementara di RW 3
- Pengadaan gerobak sampah untuk mengangkut sampah dari Rumah tangga ke tempat
pembuangan sementara Desa.
- Pelatihan serta pengolahan sampah.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
4. Tanah Longsor
- Peningkatan/perbaikan dan memelihara drainase baik air permukaan maupun air
tanah (fungsi drainase ini untuk menjauhkan air dari lereng menghindari air meresap
ke dalam lereng atau menguras air dalam lereng ke luar lereng. Jadi drainase harus
dijaga agar jangan sampai tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah yang
rawan longsor)
- Pembangunan penahan tanah, talud
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
- Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam
yang tepat (khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan lebih dari 40 derajat atau
sekitar 80 % sebaiknya tanaman tidak terlalu rapat serta diselingi dengan tanaman
tanaman yang lebih pendek dan ringan, di bagian dasar ditanam rumput)
- Sebaiknya dipilih tanaman lokal yang digemari masyarakat, dan tanaman tersebut
harus secara teratur dipangkas rantingrantingnya/ cabangcabangnya atau dipanen
- Khusus untuk aliran butir dapat diarahkan dengan pembuatan saluran.
- Khusus untuk runtuhan batu dapat dibuatkan tanggul penahan baik berupa bangunan
konstruksi, tanaman maupun parit
- Terasering dengan system drainase yang tepat (drainase pada terasteras dijaga
jangan sampai menjadi jalan meresapnya air ke dalam tanah)
- Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling
- Mendirikan bangunan dengan fondasi yang kuat.
- Melakukan pemadatan tanah disekitar perumahan
- Stabilisasi lereng dengan pembuatan terase dan penghijauan.
- Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).
- Penutupan rekahan rekahan diatas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat
kedalam tanah.
- Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari bahaya liquifaction.
- Pondasi yang menyatu, untuk menghindari penurunan yang tidak seragam
(differential settlement).
- Utilitas yang ada didalam tanah harus bersifat fleksibel.
- Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan
5. Kekeringan
- Penghijauan
- Pencarian mata air baru
- Perbaikan/peningkatan pipanisasi
- Pembuatan embung
6. Genangan
- pembuatan sumur resapan dan biopori
- pembuatan/perbaikan drainase
7. Penyakit
- Pembangunan tempat kesehatan
- Pembuatan bak sampah, saluran pembuangan limbah
5.1.2 Mitigasi non Struktural
Sedangkan untuk mengatasi atau mengurangi dampak resiko bencana mitigasi non
strukturalnya adalah sebagai berikut:
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
a. PRA BENCANA
Letusan gunung Merapi
- Mengamati kegiatan gunungapi setiap saat. Upaya ini dapat dilakukan dari tempat
yang permanent, misalnya Pos Pengamatan Gunungapi.
- Menentukan status kegiatan gunungap$i.
- Melakukan penelitian ilmiah secara temporer dan berkala.
- Melakukan pemetaan geologi untuk mengetahui sejarah kegiatan suatu gunungapi
dimasa lalu.
- Melakukan pemetaan kawasan rawan bencana. Upaya ini berguna untuk menentukan
suatu wilayah atau aeral yang berbahaya atau aman untuk dihuni atau digarap
sebagai lahan pertanian dan sebagainya.
- Membuat cek/sabo dam untuk mengarahkan aliran lahar agar tidak melanda
pemukiman, persawahan/kebun atau fasilitas lainnya.
- Melakukan sosialisasi dan penyuluhan secara berkala kepada penduduk yang
bermukim di sekitar gunungapi.
Gempa Tektonik dan Vulkanik
- Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di
daerah rawan bencana.
- Asuransi.
- Zonasi daerah rawan bencana dan pengaturan penggunaan lahan.
- Pendidikan kepada masyarakat tentang gempabumi.
- Masyarakat waspada terhadap risiko gempa bumi.
- Masyarakat mengetahui apa yang harus dilakukan jika terjadi gempa bumi.
- Masyarakat mengetahui tentang pengamanan dalam penyimpanan barang barang
yang berbahaya bila terjadi gempabumi.
- Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan dan kewaspadaan
masyarakat terhadap gempa bumi.
- Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan pelatihan pemadaman
kebakaran dan pertolongan pertama.
- Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan
perlindungan masyarakat lainnya.
- Rencana kontingensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi
gempa bumi.
Angin
- Perlunya penerapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan beban angin
khususnya di daerah yang rawan angin badai
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
- Penempatan lokasi pembangunan fasilitas yang penting pada daerah yang terlindung
dari serangan angin badai
- Penghijauan di bagian atas arah angin untuk meredam gaya angin
- Pengamanan/perkuatan bagian bagian yang mudah diterbangkan angina yang dapat
membehayakan diri atau orang lain disekitarnya
- Kesiapsiagaan dalam menghadapi angin badai, mengetahui bagaimana cara
penyelamatan diri
- Pengamanan barang barang disekitar rumah agar terikat/dibangun secara kuat
sehingga tidak diterbangkan angin
- Untuk para nelayan, supaya menambatkan atau mengikat kuat kapal-kapalnya
Longsor
- Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan permukiman dan fasilitas
utama lainnya.
- Mengurangi tingkat keterjalan lereng.
- Pengenalan daerah yang rawan longsor.
- Identifikasi daerah yang aktif bergerak, dapat dikenali dengan adanya rekahan
rekahan berbentuk ladam (tapal kuda).
- Hindarkan pembangunan di daerah yang rawan longsor.
Kekeringan
- Perlu melakukan pengelolaan air secara bijaksana, yaitu dengan rnengganti
penggunaan air tanah dengan penggunaan air permukaan dengan cara pembuatan
waduk, pembuatan saluran distribusi yang efisien.
- Pengalihan bahan bakar kayu bakar menjadi bahan bakar minyak untuk menghindari
penebangan hutan/tanaman.
- Pengenalan pola tanam dan penanaman jenis tanaman yang bervariasi.
- Pendidikan dan pelatihan
- Meningkatkan/memperbaiki daerah yang tandus dengan rnelaksanakan pengelolaan
lahan, pengelolaan hutan, waduk peresapan dan irigasi.
- Mengurangi pemanfaatan kayu bakar.
- Pembuatan dan sosialisasi kebijakan konservasi air.
- Pengelolaan peternakan disesuaikan dengan kondisi ketersediaan air diwilayahnya.
- Mengembangkan industri alternatif non pertanian.
Penyakit
- Menyiapkan masyarakat secara luas termasuk aparat pemerintah khususnya di
jajaran kesehatan dan lintas sektor terkait untuk memahami risiko bila wabah terjadi
serta bagaimana cara cara menghadapinya bila suatu wabah terjadi melalui kegiatan
sosialisasi yang berkesinambungan.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
b. SAAT BENCANA
- Memberangkatkan Tim Tanggap Darurat ke lokasi bencana.
- Meningkatkan pengamatan.
- Menentukan status kegiatan gunungapi dan melaporkannya sesuai dengan protap.
- Memberikan rekomendasi teknis kepada Pemprov/Pemkab sesuai dengan protap,
termasuk saran pengungsian penduduk.
- Pencarian/penyelamatan korban
- Pelaksanaan evakuasi
- Penyelamatan dokumen keperdataan
- Penyiapan akses bantuan dan penyelamatan dengan mengutamakan
penanggulangan kelompok rentan (perempuan, ibu hamil, penyandang cacat, balita,
dan lansia).
- Pengkajian kebutuhan (initial need assessment)
- Penampungan sementara
- Pelayanan kesehatan (Pos kesehatan)
- Penyediaan pangan dan gizi
- Penyediaan air bersih
- Penyediaan sanitasi
- Penyediaan dan penyebaran informasi korban, fasilitas rusak dan lain-lain
- Pemberantasan vektor untuk pencegahan penyakit menular
- Koordinasi dan pengelolaan bantuan
c. PASCA BENCANA
- Menurunkan status kegiatan gunungapi.
- Menginventarisir data letusan termasuk sebaran dan volume material letusan.
Rencana Penataan Permukiman (RPP)
Desa Tlogolele Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali
dan pembuatan jalur evakuasi sangat diperlukan, hal ini untuk mengurangi resiko
bencana.
Rencana pengembangan atau penataan pada kawasan rawan letusan merapi yang
ada di Desa Tlogolele antara lain sebagai berikut :
- Pembuatan bungker keluarga khusus di RW 5
- Penataan area evakuasi dan prasarana penunjangnya
- Perbaikan dan pembuatan jalur evakuasi
- Pemberian tanda/rambu penunjuk arah ke tempat evakuasi
- Pelatihan yang berkesinambungan agar masyarakat benar-benar siap siaga
terhadap bencana.
b. Kawasan Rawan Bencana Longsor
Bencana longsor yang ada di Desa Tlogolele berdampak pada permukiman
masyarakat. Rencana pengembangan atau penataan pada kawasan rawan longsor
yang ada di Desa Tlogolele adalah sebagai berikut :
- Dibuat talud sekitar daerah area evakuasi
- Pembuatan talud dilereng pemukiman
- Pengembangan pemukiman diarahkan ke daerah yang lebih datar
- Penanaman pohon keras, tanaman akar serabut (akar wangi)
- Penyuluhan, pelatihan tentang kebencanaan longsor
c. Kawasan Rawan Bencana Kekeringan
Kekeringan yang melanda di Desa Tlogolele untuk wilayah RW 1- RW 3 hanya
berpengaruh terhadap ladang pertanian, sedangkan untuk RW 4 RW 5 berpengaruh
terhadap manusia dan ternak juga lahan pertanian. Untuk itu rencana penataan pada
kawasan rawan kekeringan adalah sebagai berikut:
- Pelatihan/penyuluhan penggunaan air yang bijaksana
- Pembuatan PAM Swakarsa
- Pembuatan PAH di RW 4 dan RW 5
- Penanaman hutan
- Perbaikan pipa, pembuatan embung
- Sumur arteis untuk lahan pertanian
- Penyuluhan
e. Kawasan Rawan Bencana Penyakit
- Penyuluhan tentang hidup sehat
- Kotoran ternak di olah dahulu untuk kompos, janga ditaruh di pinggir jalan
- Pembuatan bak penampung air yang tertutup