Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
Disusun Oleh :
1
MOTO DAN PERSEMBAHAN
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penyusun memiliki kemudahan untuk menyelesaikan tugas
makalah dengan judul: “PERBEDAAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN
BANGSA PADA KOMUNIKASI NON VERBAL ANTAR PRIBADI”, dalam rangka
melengkapi syarat untuk mengikuti Ujian Tengah Semester pada Mata Kuliah Sosiologi
Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang Kepulauan Riau.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun banyak menerima masukan dan ilmu
yang bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung dari semua yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Penyusunan makalah ini ditugaskan selama tujuh minggu oleh dosen pengajar mata kuliah
untuk diserahkan seminggu sebelum Ujian Tengah Semester.
Penyusun semula merasa perlu untuk memilih judul yang tepat sehingga
pembahasan yang disajikan makalah tiap Mahasiswa dapat berbeda dan bervariasi.
Pembahasan pada makalah ini menurut penulis adalah sebagai tinjauan di dalam
kesalahan – kesalahan berkomunikasi yang memiliki akibat yang bisa saja fatal apabila
kesalahan berkomunikasi tersebut melibatkan banyak orang. Khususnya pada komunikasi
non – verbal, tipe komunikasi ini selalu menimbulkan kesalahan – kesalahan penafsiran
makna dalam berkomunikasi. Semoga nantinya pada pembahasan lebih lanjut kita dapat
memahami bagaimana menafsirkan makna berkomunikasi.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 5
B. Perumusan Masalah ................................................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Makalah ....................................................................... 9
BAB II
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN KOMUNIKASI NONVERBAL
A. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication) ...................... 10
B. Komunikasi Non – Verbal ...................................................................... 14
BAB III
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 23
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
5
(pemberitaan) karena makna yang dikirimkan oleh komunikator (receiver) dan penerima
informasi (audience) menjadi sangat subjektif dan ditentukan oleh konteks sosial ketika
informasi itu disebarkan dan diterima. (Burhan Bugin, Sosiologi Komunikasi : Teori,
Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, hal 20-21).
Interaksi sosial harus memiliki makna antara pengirim dan penerima pesan.
Artinya, didalam penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima harus terjadi
kesamaan makna. Ketidaksamaan makna dapat dikatakan sebagai miskomunikasi.
Kesalahan berkomunikasi apabila terganggunya proses penyampaian pesan antara
pengirim dan penerima pesan, dapat didalami lagi sebagai penafsiran yang berbeda.
Sehingga antara pengirim pesan dan penerima pesan tidak mendapat kesamaan makna
secara implisit. Secara eksplisit antara pengirim pesan dan penerima pesan merasa bahwa
telah tercipta kesamaan penafsiran makna, namun pada akhirnya kesalahan
berkomunikasi ini dapat menimbulkan bentuk-bentuk prilaku dan pengambilan tindakan
yang keliru.
Prilaku individu dimulai dari proses komunikasi yang dilakukannya, hasil respon
dari rangsangan di dalam teori komunikasi dapat menentukan prilaku seseorang. Keadaan
berkenan didalam proses internalisasi melalui sosialisasi seseorang akan mudah
menerima ataupun menolak penafsiran – penafsiran yang berbeda antara orang yang
sedang berkomunikasi. Diantara orang yang berkomunikasi, proses komunikasi verbal
dengan menggunakan bahasa bisa saja berjalan sesuai dengan makna diantara keduanya.
Namun prilaku yang akan ditimbulkan dan nantinya akan diteruskan, akan memberikan
penafsiran tentang respon yang akan diambil oleh individu yang kemudian akan
menentukan prilaku individual sehingga dibawa kepada prilaku kolektif.
Proses penafsiran antara dua individu walau bersifat komunikasi antar pribadi.
Komunikasi antarpribadi menjadi sangat penting apabila hubungan antarpribadi dapat
memainkan peran dalam membentuk kehidupan masyarakat, terutama ketika hubungan
antarpribadi itu mampu memberi dorongan kepada orang tertentu yang berhubungan
dengan perasaan, pemahaman informasi, dukungan, dan berbagai bentuk komunikasi
yang mempengaruhi citra diri orang serta membantu untuk memahami harapan-harapan
orang lain.
Komunikasi antarpribadi selalu dianggap sebagai tinjauan subjektif antara proses
pengaruh-mempengaruhi seseorang kepada orang lain. Namun, komunikasi antarpribadi
sesungguhnya dapat memberikan makna serius kepada kelompok maupun masyarakat
apabila antara pribadi yang berkomunikasi membawa pengaruh terhadap citra suatu
6
kelompok/masyarakat. Komunikasi antarpribadi menjadi sangat penting apabila antara
orang yang berkomunikasi adalah orang – orang yang mewakili suatu
kelompok/masyarakat. Lebih kepada hal yang mendasar, komunikasi antarpribadi yang
mempengaruhi kelompok/masyarakat terjadi apabila penyampaian pesan akan diteruskan
kepada orang lain dan terus menyebar. Pemaknaan dari komunikasi non verbal pada
komunikasi antarpribadi pula dapat memberikan pemaknaan pada proses sosialisasi suatu
kelompok/masyarakat jika menentukan sesuatu yang dianggap baik atau kurang baik dan
mana yang dianggap wajar.
Ketidakefektifan dalam komunikasi dapat menyebabkan kesalahan dalam
mengambil tindakan. Tindakan yang dilakukan secara kolektif dari pengaruh individu –
individu akan berdampak besar terhadap suatu kelompok/masyarakat. Kesalahan pada
komunikasi non-verbal sesungguhnya adalah keadaan berkenan atau
ketidakberkenaannya seseorang terhadap orang lain didalam menerima pesan yang
disampaikan. Komunikasi non verbal yang dibawa oleh komunikasi verbal melalui
ucapan akan lebih mudah diterima dan ditentukan oleh bagaimana mengkomunikasikan
juga pesan – pesan non verbal.
Banyak dari komunikasi antarpribadi didalam komunikasi non verbal yang sering
salah dalam menafsirkan maksud yang sebenarnya ingin disampaikan orang lain. Hal ini
dapat disebut dengan miskomunikasi. Pada proses komunikasi yang melibatkan
komunikasi non verbal sering tidak mengerti maksud pembicaraan atau perilaku orang
sama sekali. Semua masalah miskomunikasi menjadi mudah ketika yang bersangkutan
mau menjelaskan maksudnya dengan jelas, namun jarang sekali hal ini dilakukan apabila
komunikasi efektif tidak dapat terjadi antara orang – orang sekunder (diluar kelompok
pribadi). Proses komunikasi akan menjadi semakin sulit apabila pada proses komunikasi
yang tercipta antarpribadi harus menafsirkan sendiri pemaknaan dari komunikasi non
verbal yang dimaksudkan.
Tidak selamanya diantara orang yang berkomunikasi dapat mengerti dan bisa
mengartikan bahasa non-verbal dengan baik. Butuh keahlian yang lebih pada diri
seseorang individu untuk memahami komunikasi non verbal dari luar kelompok
primernya. Didalam komunikasi verbal baik yang diucapkan maupun tertulis, orang lebih
mudah untuk menafsirkan tiap makna yang ada pada proses komunikasi tersebut.
Sehingga didalam komunikasi non verbal, orang jadi semakin sulit apabila komunikasi
itu terjadi secara langsung.
7
Penyusun berpendapat bahwa, kita akan lebih mudah menerima semua yang
dimaksud apabila telah diucapkan/disampaikan melalui komunikasi verbal. Komunikasi
verbal dapat langsung tertuju kepada hal-hal yang dimaksud. Bicara dengan kejujuran
mengenai apa yang dimaksud dan dirasakan antara orang yang berkomunikasi atau sering
dikatakan dengan to the point. Komunikasi non verbal sering sekali menyampaikan pesan
– pesan implisit mengenai maksud – maksud tertentu yang apabila tidak dapat dipahami
dengan baik akan memperngaruhi komunikasi bahkan prilaku selanjutnya. Inilah yang
menjadi permasalahan sesungguhnya mengenai pentingnya pemahaman tentang
komunikasi yang baik dalam penyampaian non – verbal. Diantara orang yang
berkomunikasi sesungguhnya terlebih dahulu harus mengerti bahwa keduanya tidak
memahami makna yang sama dalam penyampaian pesan melalui komunikasi non verbal.
B. Rumusan Masalah
8
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penyusun dapat merumuskan maslah yang
akan menjadi batasan dalam pembahasan dan sebagai masalah utama yang akan dibahas
pada makalah ini, adalah :
1. Tujuan Makalah
a. Untuk melengkapi syarat mata kuliah sosiologi komunikasi agar dapat
mengikuti Ujian Tengah Semester di Fisip Umrah.
b. Untuk Mengetahui dan mengkaji mengenai komunikassi non verbal di dalam
komunikasi antarpribadi yang terjadi diantara kelompok sekunder.
c. Untuk mengetahui mengapa komunikasi non verbal menjadi tidak efektif .
d. Untuk mengetahui komunikasi perbedaan – perbedaan penafsiran pada
komunikasi non verbal.
2. Kegunaan Penelitian
a. Penyusunan makalah ini diharapkan dapat berguna bagi rekan – rekan sesama
mahasiswa/akademisi untuk mengetahui komunikasi non verbal
b. Kegunaan penyusunan makalah ini sebagai bahan dan bacaan bagi
memperkaya materi di dalam pembahasan komunikasi non verbal.
9
BAB II
1. Pengertian
10
secara verbal ataupun nonverbal, seperti suami-isteri, dua sejawat, dua sahabat dekat,
seorang guru dengan seorang muridnya, dan sebagainya.
Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss (dalam Deddy Mulyana, 2005) mengatakan
ciri-ciri komunikasi diadik adalah:
1. Persepsi interpersonal
11
2. Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep
diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu:
12
percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat
menjadi perlu.
d) Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku
komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi
kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan
selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi
selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif).
Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam
penyandian pesan (penyandian selektif).
3. Atraksi interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya
tarik seseorang. Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal:
1. Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang
lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk
emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung
melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika
membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.
2. Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila
pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan.
Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan
kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan denganorang-
orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah, dan tidak enak. Kita
akan menutup diri dan menghindari komunikasi.
3. Hubungan interpersonal
13
B. Komunikasi Non – Verbal
1. Pengertian
Secara sederhana, pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.
Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup
semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang
dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai
nilai pesan potensial bagi pengirim maupun penerima; jadi definisi ini mencakup perilaku
yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara
keseluruhan; kita mengirim banyak pesan non verbal tanpa menyadari bahwa pesan-
pesan tersebut bermakna bagi orang lain.
Kita dapat mengklasifikasikan pesan-pesan non verbal ini dengan berbagai cara.
Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat non verbal menjadi tiga bagian. Pertama, tanda
bahasa (sign language)-acungan jempol untuk menumpang mobil secara gratis; bahasa
isyarat tuna rungu; kedua, bahasa tindakan (action language)-semua gerakan tubuh yang
tidak digunakan secara eksklusif untuk memberikan sinyal, misalnya, berjalan; dan
ketiga, bahasa objek (object language)- pertunjukan benda, pakaian, dan lambang non
verbal bersifat publik lainnya seperti ukurang ruangan, bendera, gambar (lukisan), musik
(misalnya marching band), dan sebagainya, baik secara sengaja maupun tidak.
Secara garis besar Larry A. Samovar dan Richard E. Porter membagi pesan-pesan
non verbal menjadi dua kategori besar, yakni : pertama, perilaku yang terdiri dari
penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata,
sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa; kedua, ruang, waktu, dan diam. Klasifikasi
14
Samovar dan Porter ini sejajar dengan klasifikasi John R. Wenburg dan William W.
Wilmot, yakni isyarat-isyarat non verbal perilaku (behavorial) dan isyarat-isyarat non
verbal bersifat publik seperti ukuran ruangan dan faktor situasional lainnya.
a. Bahasa Tubuh
Bidang penelaah bahasa tubuh adalah kinesika (kinesich) suatu istilah yang
diciptakan seorang perintis studi bahasa non verbal, Ray L.Bridwhistell. Setiap anggota
tubuh seperti wajah (termasuk senyuman dan pandangan mata), tangan, kepala, kaki dan
bahkan tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik. Karena kita
hidup, semua anggora badan kita senantiasa bergerak. Lebih dari dua abad yang lalu
Blaise Pascal menulis bahwa tabiat kita adalah bergerak; isyarat sempurna adalah
kematian.
Banyak komunikasi non berbal yang menggunakan bahasa tubuh, pada bab
selanjutnya akan dibahas lebih lanjut mengenai perbedaan – perbedaan komunikasi non
verbal yang dipengaruhi oleh perbedaan budaya dan bangsa. Beberapa bahasa tubuh yang
akan dibahas diantaranya :
a) Isyarat Tangan
Kita sering menyertai ucapan kita dengan isyarat tangan. Meskipun isyarat tangan
yang digunakan sama, maknanya bisa saja berbeda atau bisa saja isyaratnya
berbeda namun maknanya sama. Sebagaian orang menggunakan isyarat tangan
dengan leluasa, sebagaian lagi dengan kurang leluasa, dan sebagian lagi sangat
hemat menggunakan isyarat tangan.
Penggunaan isyarat tangan dan maknanya jelas berlainan dari budaya yang satu
dengan budaya yang lain. Meskipun dibeberapa daerah dan negara ada isyarat
tangan yang hampir sama atau sama, maknanya sama atau maknanya berbeda.
b) Gerakan Kepala
Bahasa tubuh dengan menggunakan gerakan kepala termasuk penyampaian pesan
pada komunikasi yang non verbal. Ketertarikan orang berkomunikasi, mendekat
kepada pembicara ataupun menjauhkan kepala, anggukan dan gelengan kepala
memiliki makna yang berbeda di dalam komunikasi non verbal. Gerakan kepala
dilakukan diantaranya untuk mempertegas dari pembicaraan verbal dalam men-
tidak-kan dan men-iya-kan. Menegakkan kepada dan menghadap kepada lawan
15
bicara misalnya dapat ditafsirkan dengan makna yang berbeda tentang
menghormati lawan bicara atau perlakuan yang tidak sopan.
c) Postur tubuh dan posisi kaki
Postur tubuh sering bersifat simbolik. Beberapa postur tubuh tertentu
diasosiasikan dengan status sosial dan agama tertentu. Postur tubuh
mempengaruhi citra diri. Cara berdiri dan cara duduk juga termasuk kedalam
pembahasan pada bahasa tubuh. Cara bagaimana seserorang berjalan dapat
menampakkan keadaan fisik seseorang.
d) Ekspresi wajah dan tatapan mata
Ekspersi wajah khususnya tatapan mata paling ekspresif didalam berkomunikasi.
Kontak mata memiliki dua fungsi dalam komunikasi antarpribadi. Pertama fungsi
mengatur, untuk memberitahu apakah anda ingin lebih lanjut berkomunikasi
dengan orang tersebut atau tidak. Kedua, fungsi ekspresif, yaitu memberitahu
perasaan anda terhadap orang lain.
b. Sentuhan
Menurut Heslin, terdapat lima kategori sentuhan, yang merupakan suatu rentang
dari yang sangan impersonal hingga yang sangat personal. Kategori-kategori tersebut
adalah sebagai berikut.
16
Persahabatan-kehangatan. Kategori meliputi setiap sentuhan yang menandakan
afeksi atau hubungan yang akrab, misalnya dua orang yang saling merangkul
setelah lama berpisah.
Cinta-keintiman. Kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan
keterikatan emosional atau ketertarikan, misalnya mencium pipi orangtua dengan
lembut dan orang yang sepenuhnya memeluk orang lain.
Rangsangan seksual. Kategori ini berkaitan erat dengan kategori sebelumnya,
hanya motifnya bersifat seksual. Rangsangan seksual tidak otomatis bermaksa
cinta atau keintiman.
c. Parabahasa
Parabahasa atau vokalika (vocalics), merujuk pada aspek – aspek suara selain
ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada (tinggi atau
rendah), intensitas (volume) suara, intonasi, kualitas vokal (kejelasan), warna suara,
dialek, suara serak, suara sengau, tawa, erangan, tangis, gerutuan, gumaman,
desahan, siulan, suitan, dan sebagainya. Setiap karakteristik suara ini
mengkomunikasikan emosi dan pikiran kita.
d. Penampilan Fisik
Setiap orang punya persepsi mengenai penampilan fisik seseorang.
Penampilan fisik tersebut, baik itu busana dan ornamen lainnya. Seringkali orang
memberikan makna tertentu pada karakteristik fisk orang lain, diantaranya seperti
bentuk tubuh, warna kulit, model rambut, dan sebagainya
e. Bau – bauan
Bau – bauan, terutama yang menyenangkan seperti minyak wangi dari dulu
telah digunakan orang untuk menyampaikan pesan. Menurut para ahli, tubuh
manusia secara normal dapat mengeluarkan bau yang khas, bukan bau yang
ditimbulkan akibat keadaan yang kotor tapi bau badan yang benar – benar alamai.
Bau ini ditebarkan senyawa kimia (feronom) yang dihasilkan kelenjar tertentu
dalam tubuh. Kita dengan kepekaan yang lebih dan intensitas yang rutin kepada
seseorang dapat mengenal bau orang yang dikenalnya.
17
BAB III
18
beberapa hal yang lebih sulit dipahami, ada beberapa hal yang tidak dapat diterima ketika
melakukan komunikasi dan menafsirkan makna makna yang ikut tersampaikan.
19
sendiri dengan bertepuk tangan atau memukul – mukul meja dengan sepatunya. Tetapi bagi orang
Tunisia isyarat itu berarti “aku akan membunuh kamu”. Di Rusia isyarat bermakna OK adalah
mengangkat kedua tangan dengan telapak tangan saling dipertemukan.
Kebingungan atau kesalahpahaman terjadi apabila kita tidak menyadari makna kultural
yang melekat pada isyarat-isyarat tangan tersebut. Banyak kesalahan dalam berkomunikasi atau
miskomunikasi terjadi bila ada kesalahan dalam menafsirkan makna tersebut. Hal ini terkadang
bersifat subjektif tergantung penilaian individu. Ada dua anggapan yang akan ditimbulkan dari
penilaian tersebut diantaranya mengganggap wajar karena seseorang yang tidak mengerti makna
dan mengganggap tidak wajar bila tidak diajarkan terlebih dahulu untuk melakukan komunikasi
antar budaya. Beberapa kasus lain muncul bila komunikasi tersebut bertujuan untuk memperolok
atau melecehkan orang lain, maka makna yang akan tercipta adalah ketidaksenangan yang
menentukan prilaku selanjutnya didalam komunikasi.
Di beberapa negara, anggukan kepala bisa memiliki dua makna. Makna dari anggukan
kepada dapat berarti “iya” dan “tidak”. Orang Inggris dan Orang Indonesia menafsirkan
anggukan kepada adalah penegasan untuk mengatakan iya atau setuju. Di beberapa wilayah India
dan Ceylon, “ya” dapat dikomunikasikan dengan melemparkan kepala kebelakang dan memutar
leher sedikit, dengan menyentakkan kepada ke bawah-kanan, atau memutar kepala yang berarti
“tidak” di Indonesia malah berarti “iya” di India Selatan.
Cara berjalan pun dapat memberikan pesan pada orang lain apakah orang itu merasa
lelah, sehat, bahagia, riang, sedih atau angkuh. Orang yang berjalan lamban memberikan kesan
loyo dan lemah. Pria yang berjalan tegap dan tenang ketika memasuki ruangan untuk
diwawancarai memberi kesan percaya-diri. Di Inggris dan beberapa wilayah Amerika Selatan
seorang pria lazim berjalan sambil mengunci kedua tangannya di belakang punggung-nya, namun
orang Amerika menganggap perilaku ini congkak dan aristokratik. Peragawan tentu paling tahu
mengenai makna cara berjalan. Mereka biasanya mengikuti latihan berjalan anggun sebelum
menjalani karier mereka.
Kontak mata juga pada penjelasan diawal juga merupakan komunikasi non verbal. Di
banyak negara, seperti Amerika Latin dan Kepulauan karibia, tidaklah sopan menatap orang
asing. Malah dalam budaya Indian Navajo, anak-anak diajari bahwa suatu tatapan secara harfiah
adalah tatapan mata iblis dan mengisyaratkan serangan seksual dan agresif. Di Indonesia dan di
Spanyol wanita terhormat tidak akan membalas tatapan kaum pria, apalagi di negeri muslim
seperti Arab Saudi, Iran, dan Pakistan yang menghindari tatapan pria dengan menggunakan cadar
atau penutup khusus pada bagian mata.
Dalam keadaan normal, kita menatap orang lain sekilas hanya satu sampai dua detik. Bila
pandangan tersebut lebih lama, maka akan mengubah kesan dan menimbulkan reaksi dari orang
yang terkena kontak mata yang lebih emosional. Boleh jadi pandangan tersebut akan mengubah
kesan kita mengenai status hubungan kita, misalnya dari hubungan biasa menjadi lebih khusus.
20
Tampaknya orang – orang yang punya hubungan dekat, seperti suami istri atau orang tua dan
anak, atau dua sahabat dekat sedikit menatap lebih lama dari pada orang orang yang tidak dikenal
secara dekat. Semakin dekat hubungan antara dua orang, semakin lamalah mereka berpandangan,
meskipun ada batasan maksimalnya. Tidaklah mengherankan seseorang yang dianggap intim
mampu menyampaikan banyak makna hanya dengan pandangan mata saja meskipun hanya
sedikit berbicara.
Sentuhan yang terjadi pada komunikasi non verbal dapat menunjukkan reaksi seseorang
dari pembicaraan pesan komunikasi. Pada umumnya orang Amerika Utara, eropa Utara, dan
Australia adalah antisentuhan (terhadap sesama jenis), kecuali tentu saja dalam situasi khusus dan
bersifat konvensional, misalnya saat berjabat tangan saling berkenalan atau saling merangkul
sebagai luapan emosional yang muncul. Menyentuh sesama jenis dalam budaya barat dapat
dimaknai sebagai seorang yang homoseksual atau lesbian. Begitu juga ketika kita berjalan kaki di
daerah daerah Amerika, orang – orang disekitar akan menganggap sinis dan mencibir perilaku
yang dilakukan tersebut. Sebaliknya di Indonesia tidak jarang seorang teman lelaki merangkul
teman lelakinya tanpa merasa khawatir dianggap menunjukkan sifat homoseksual, sementara
orang yang berlawanan jenis berangkulan di depan umum di Indonesia akan dianggap kurang
sopan dan menimbulkan rasa malu.
Perbedaan komunikasi secara Parabahasa, membawa orang yang terlibat pada
komunikasi untuk membedakan suara yang keras sebagai “marah” dengan suara yang keras
sebagai “ciri budaya”.salah satu stereotip terhadap orang batak adalah bahwa mereka itu “kasar”
karena suara mereka yang keras. Sebenarnya orang Batak tidak bermaksud kasar. Kerasnya suara
mereka lebih banyak dipengaruhi oleh warisan nenek moyang dan keadaan geografis yang
mempengaruhi mereka.
Pakaian dapat mengkomunikasikan sesuatu. Banyak hal yang dianggap sopan dan tidak
sopan berbeda anggapan pada tiap negara, budaya dan bangsa. Ketersinggungan akan berujung
konflik apabila tidak disertai dengan pengertian antara orang yang terkena dampak komunikasi.
Secara penampilan baik diluar tubuh ataupun bawaan tubuh mempengaruhi anggapan orang yang
berkomunikasi. Seperti contoh kecil kumis yang mengganggap seseorang dianggap dewasa.
Terakhir adalah bau – bauan, sebagai pembawa pesan non verbal. Seorang suami dapat
kehilangan nyawa akibat pulang kerumahnya dengan membawa bau seorang wanita selain
istrinya, padahal bisa saja terjadi akibat salah paham. Kita dapat melihat selera seseorang dari
baunya, apakah itu pada diri seseorang, bau yang ada dirumah (seperti bau makanan dan pewangi
ruangan), sampai bau kemenyan pada waktu tertentu di suatu tempat.
21
BAB IV
KESIMPULAN
Kesamaan makna didalam komunikasi non verbal menjadi sangat penting apabila lawan
bicara kita tidak dapat dengan baik menangkap pesan komunikasi non verbal yang kita
sampaikan. Secara langsung maupun tidak langsung dan pesan yang tersampaikan kita ketahui
maupun tidak kita ketahui dapat tersampaikan kepada lawan bicara kita. Konsep self yang
dikemukakan George Herbert Mead dalam konsep diri kita, sesungguhnya kita dapat
berkomunikasi dengan diri kita sendiri. Maksudnya, sebelum kita melakukan komunikasi kepada
lawan bicara, kita dapat dengan sendirinya menganggap apa – apa saja yang nantinya akan
mampu ditangkap oleh lawan bicara. Sesungguhnya lawan bicara kita juga melakukan hal yang
demikian. Hal ini dapat penyusun namakan sebagai konsep sadar diri tentang anggapan pribadi
mengenai diri sendiri.
Lawan bicara dapat menangkap pesan non verbal lebih banyak dan dapat diumpamakan
sebagai selembar gambar/foto yang dapat lebih banyak berbicara dari pada ucapan verbal.
Diantara orang yang terlibat komunikasi haruslah mempunyai anggapan dasar tentang siapa
lawan bicara. Apa yang seharusnya dilakukan dan bagaimana berperilaku agar sesuai.
Tanpa memperhatikan dengan sungguh – sungguh bagaimana budaya mempengaruhi
komunikasi, termasuk komunikasi non verbal dan pemaknaan terhadap pesan non verbal tersebut,
kita bisa gagal berkomunikasi dengan orang lain. Kita cenderung menganggap budaya kita dan
bahasa non verbal kita sebagai standar dalam menilai bahasa non verbal orang dari budaya lain.
Bila perilaku non verbal orang lain berbeda dengan perilaku non verbal kita, sebenarnya tidak
berarti orang itu salah, bodoh atau sinting; alih-alih, secara kultural orang tersebut sedikit berbeda
dengan kita. Bila kita langsung berkesimpulan tentang orang lain berdasarkan perilaku non
verbalnya yang berbeda itu, maka kita terjebak dalam etnosentrisme(menganggap budaya sendiri
sebagai standar mengukur budaya orang lain).(Deddy Mulyana : Ilmu Komunikasi Suatu
pengantar, hal.436).
Diakhir penyusunan makalah ini, semoga apa yang telah menjadi pembahasan diatas
dapat membuka wawasan dan pemikiran bagi para pembaca. Apabila apa yang disusun oleh
penyusun tidak mencapai kesamaan makna, sesungguhnya itu adalah proses kreatif manusia
untuk menghasilkan hal-hal yang baru. Pemaknaan – pemaknaan yang berbeda akan memperkaya
pemikiran manusia. Namun penting untuk disampaikan secara menyeluruh tentang pembahasan
makalah ini adalah sikap pengertian, sadar, toleransi dan tidak egois akan lebih mewujudkan
penerimaan kekayaan budaya dan bangsa di dunia mengenai makna-makna yang berbeda.
22
DAFTAR PUSTAKA
- Narwoko J. Dwi & Suyanto bagong,2010, Sosiologi: teks pengantar & terapan,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
- Ritzer George & Goodman Douglas J.,2008, Teori Sosiologi Modern, Edisi Ke 6,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
***
23