You are on page 1of 23

PERBEDAAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN BANGSA

PADA KOMUNIKASI NON VERBAL ANTARPRIBADI

MAKALAH

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan dalam Mengikuti Ujian Tengah Semester


Mata Kuliah Sosiologi Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji

Disusun Oleh :

Nama : Muhammad Muniruzzaman


(No. Absen : 5)
NIM : 080569201020

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
KEPULAUAN RIAU
2010

1
MOTO DAN PERSEMBAHAN

Bermainlah dengan kesalahan


Walau sudah tahu itu salah
Hingga mengetahui seberapa besar kesalahannya itu

Bermainlah dengan kebenaran


Walau sudah tahu itu benar
Hingga mengetahui seberapa besar kebenarannya

Jangan pernah bermain dengan keduanya


Karena jika bermain dengan yang benar dan yang salah
Itu adalah khianat
Hingga sudah tidak bisa membedakan lagi,
Mana yang benar dan mana yang salah.

Persembahan makalah sederhana ini untuk :


- Kedua Orangtua tercinta
- Rekan Seperjuangan Prodi Sosiologi
- Semua sahabat sahabat Terbaik

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penyusun memiliki kemudahan untuk menyelesaikan tugas
makalah dengan judul: “PERBEDAAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN
BANGSA PADA KOMUNIKASI NON VERBAL ANTAR PRIBADI”, dalam rangka
melengkapi syarat untuk mengikuti Ujian Tengah Semester pada Mata Kuliah Sosiologi
Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang Kepulauan Riau.

Dalam penyusunan makalah ini penyusun banyak menerima masukan dan ilmu
yang bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung dari semua yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Penyusunan makalah ini ditugaskan selama tujuh minggu oleh dosen pengajar mata kuliah
untuk diserahkan seminggu sebelum Ujian Tengah Semester.

Penyusun semula merasa perlu untuk memilih judul yang tepat sehingga
pembahasan yang disajikan makalah tiap Mahasiswa dapat berbeda dan bervariasi.
Pembahasan pada makalah ini menurut penulis adalah sebagai tinjauan di dalam
kesalahan – kesalahan berkomunikasi yang memiliki akibat yang bisa saja fatal apabila
kesalahan berkomunikasi tersebut melibatkan banyak orang. Khususnya pada komunikasi
non – verbal, tipe komunikasi ini selalu menimbulkan kesalahan – kesalahan penafsiran
makna dalam berkomunikasi. Semoga nantinya pada pembahasan lebih lanjut kita dapat
memahami bagaimana menafsirkan makna berkomunikasi.

Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan


makalah ini, penyusun mendoakan semoga bantuan yang telah diberikan akan mendapat
limpahan balasan dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi pembaca. Amin.

Tanjungpinang, 26 April 2010

Penyusun

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... 1


MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... 2
KATA PENGANTAR........................................................................................ 3
DAFTAR ISI ..................................................................................................... 4

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 5
B. Perumusan Masalah ................................................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Makalah ....................................................................... 9
BAB II
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN KOMUNIKASI NONVERBAL
A. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication) ...................... 10
B. Komunikasi Non – Verbal ...................................................................... 14

BAB III

KOMUNIKASI NON VERBAL ANTAR BANGSA DAN BUDAYA

A. Efektifitas Komunikasi Pada Kemiripan Latar Belakang Budaya-Bangsa... 18


B. Perbedaan Budaya Bangsa Pada Komunikasi Non Verbal.......................... 19

BAB IV

KESIMPULAN

A. Pemaknaan dalam Komunikasi Non Verbal............................................... 22

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 23

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi non-verbal merupakan salah satu bentuk media komunikasi yang


sama pentingnya dan banyak digunakan dalam berbagai situasi terutama berkaitan
dengan sistem nilai, gaya dan bahasa tubuh, perasaan, dan emosi. Komunikasi non verbal
dalam masyarakat yang masih sederhana dan tradisional masih dianggap efektif untuk
menyampaikan pesan. Misalnya, di beberapa desa terpencil masih ditemukan kelompok
yang masih sulit berbahasa Indonesia dan buta huruf. Keterampilan komunikasi non-
verbal tidak hanya digunakan untuk kepentingan itu saja tetapi, dalam pendekatan
modern komunikasi non-verbal dikaji dan dikembangkan sebagai bagian dari
profesionalisme, gaya hidup dan model komunikasi yang dapat dipelajari terutama untuk
pengembangan diri (self empowering) menghadapi pelanggan, memahami perilaku
konsumen (consumen behaviour), penjualan dan menganalisis perilaku yang ditunjukkan
sebagai respon emosi dan perasaan personal.
Berbagai teori dan hasil penelitian banyak disandarkan pada model dan praktek
komunikasi nonverbal yang kemudian diterapkan untuk kepentingan yang lebih luas
untuk kepentingan healing, resolusi konflik dan manajemen perubahan. Keterampilan
komunikasi non-verbal menjadi bagian penting dari kemampuan pendamping untuk
mengenal sikap, perilaku, tindakan, dan harapan yang ditunjukkan melalui gerak tubuh
yang terkadang sulit untuk dipahami.
Saat ini perspektif teoritis mengenai sosiologi komunikasi bertumpu kepada fokus
sosiologi mengenai interaksi sosial dan semua aspek yang bersentuhan dengan fokus
kajian tersebut. Narwoko dan Suyanto (2004:16) mengatakan bahwa, kajian tentang
interaksi sosial diisyaratkan adanya fungsi-fungsi komunikasi yang lebih dalam, seperti
adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial terjadi tidaklah semata-mata
tergantung tindakan tetapi juga tergantung pada adanya tanggapan terhadap tindakan
tersebut, sedang aspek penting dari komunikasi adalah bila seseorang memberikan
tafsiran pada sesuatu atau pada perilakuan orang lain. Dalam komunikasi juga persoalan
makna menjadi sangat penting ditafsirkan oleh seseorang yang mendapat informasi

5
(pemberitaan) karena makna yang dikirimkan oleh komunikator (receiver) dan penerima
informasi (audience) menjadi sangat subjektif dan ditentukan oleh konteks sosial ketika
informasi itu disebarkan dan diterima. (Burhan Bugin, Sosiologi Komunikasi : Teori,
Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, hal 20-21).
Interaksi sosial harus memiliki makna antara pengirim dan penerima pesan.
Artinya, didalam penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima harus terjadi
kesamaan makna. Ketidaksamaan makna dapat dikatakan sebagai miskomunikasi.
Kesalahan berkomunikasi apabila terganggunya proses penyampaian pesan antara
pengirim dan penerima pesan, dapat didalami lagi sebagai penafsiran yang berbeda.
Sehingga antara pengirim pesan dan penerima pesan tidak mendapat kesamaan makna
secara implisit. Secara eksplisit antara pengirim pesan dan penerima pesan merasa bahwa
telah tercipta kesamaan penafsiran makna, namun pada akhirnya kesalahan
berkomunikasi ini dapat menimbulkan bentuk-bentuk prilaku dan pengambilan tindakan
yang keliru.
Prilaku individu dimulai dari proses komunikasi yang dilakukannya, hasil respon
dari rangsangan di dalam teori komunikasi dapat menentukan prilaku seseorang. Keadaan
berkenan didalam proses internalisasi melalui sosialisasi seseorang akan mudah
menerima ataupun menolak penafsiran – penafsiran yang berbeda antara orang yang
sedang berkomunikasi. Diantara orang yang berkomunikasi, proses komunikasi verbal
dengan menggunakan bahasa bisa saja berjalan sesuai dengan makna diantara keduanya.
Namun prilaku yang akan ditimbulkan dan nantinya akan diteruskan, akan memberikan
penafsiran tentang respon yang akan diambil oleh individu yang kemudian akan
menentukan prilaku individual sehingga dibawa kepada prilaku kolektif.
Proses penafsiran antara dua individu walau bersifat komunikasi antar pribadi.
Komunikasi antarpribadi menjadi sangat penting apabila hubungan antarpribadi dapat
memainkan peran dalam membentuk kehidupan masyarakat, terutama ketika hubungan
antarpribadi itu mampu memberi dorongan kepada orang tertentu yang berhubungan
dengan perasaan, pemahaman informasi, dukungan, dan berbagai bentuk komunikasi
yang mempengaruhi citra diri orang serta membantu untuk memahami harapan-harapan
orang lain.
Komunikasi antarpribadi selalu dianggap sebagai tinjauan subjektif antara proses
pengaruh-mempengaruhi seseorang kepada orang lain. Namun, komunikasi antarpribadi
sesungguhnya dapat memberikan makna serius kepada kelompok maupun masyarakat
apabila antara pribadi yang berkomunikasi membawa pengaruh terhadap citra suatu

6
kelompok/masyarakat. Komunikasi antarpribadi menjadi sangat penting apabila antara
orang yang berkomunikasi adalah orang – orang yang mewakili suatu
kelompok/masyarakat. Lebih kepada hal yang mendasar, komunikasi antarpribadi yang
mempengaruhi kelompok/masyarakat terjadi apabila penyampaian pesan akan diteruskan
kepada orang lain dan terus menyebar. Pemaknaan dari komunikasi non verbal pada
komunikasi antarpribadi pula dapat memberikan pemaknaan pada proses sosialisasi suatu
kelompok/masyarakat jika menentukan sesuatu yang dianggap baik atau kurang baik dan
mana yang dianggap wajar.
Ketidakefektifan dalam komunikasi dapat menyebabkan kesalahan dalam
mengambil tindakan. Tindakan yang dilakukan secara kolektif dari pengaruh individu –
individu akan berdampak besar terhadap suatu kelompok/masyarakat. Kesalahan pada
komunikasi non-verbal sesungguhnya adalah keadaan berkenan atau
ketidakberkenaannya seseorang terhadap orang lain didalam menerima pesan yang
disampaikan. Komunikasi non verbal yang dibawa oleh komunikasi verbal melalui
ucapan akan lebih mudah diterima dan ditentukan oleh bagaimana mengkomunikasikan
juga pesan – pesan non verbal.
Banyak dari komunikasi antarpribadi didalam komunikasi non verbal yang sering
salah dalam menafsirkan maksud yang sebenarnya ingin disampaikan orang lain. Hal ini
dapat disebut dengan miskomunikasi. Pada proses komunikasi yang melibatkan
komunikasi non verbal sering tidak mengerti maksud pembicaraan atau perilaku orang
sama sekali. Semua masalah miskomunikasi menjadi mudah ketika yang bersangkutan
mau menjelaskan maksudnya dengan jelas, namun jarang sekali hal ini dilakukan apabila
komunikasi efektif tidak dapat terjadi antara orang – orang sekunder (diluar kelompok
pribadi). Proses komunikasi akan menjadi semakin sulit apabila pada proses komunikasi
yang tercipta antarpribadi harus menafsirkan sendiri pemaknaan dari komunikasi non
verbal yang dimaksudkan.
Tidak selamanya diantara orang yang berkomunikasi dapat mengerti dan bisa
mengartikan bahasa non-verbal dengan baik. Butuh keahlian yang lebih pada diri
seseorang individu untuk memahami komunikasi non verbal dari luar kelompok
primernya. Didalam komunikasi verbal baik yang diucapkan maupun tertulis, orang lebih
mudah untuk menafsirkan tiap makna yang ada pada proses komunikasi tersebut.
Sehingga didalam komunikasi non verbal, orang jadi semakin sulit apabila komunikasi
itu terjadi secara langsung.

7
Penyusun berpendapat bahwa, kita akan lebih mudah menerima semua yang
dimaksud apabila telah diucapkan/disampaikan melalui komunikasi verbal. Komunikasi
verbal dapat langsung tertuju kepada hal-hal yang dimaksud. Bicara dengan kejujuran
mengenai apa yang dimaksud dan dirasakan antara orang yang berkomunikasi atau sering
dikatakan dengan to the point. Komunikasi non verbal sering sekali menyampaikan pesan
– pesan implisit mengenai maksud – maksud tertentu yang apabila tidak dapat dipahami
dengan baik akan memperngaruhi komunikasi bahkan prilaku selanjutnya. Inilah yang
menjadi permasalahan sesungguhnya mengenai pentingnya pemahaman tentang
komunikasi yang baik dalam penyampaian non – verbal. Diantara orang yang
berkomunikasi sesungguhnya terlebih dahulu harus mengerti bahwa keduanya tidak
memahami makna yang sama dalam penyampaian pesan melalui komunikasi non verbal.

B. Rumusan Masalah

Komunikasi yang seiring membawa serta komunikasi non verbal di dalam


komunikasi verbal membawa pengertian – pengertian penafsiran makna yang berbeda –
beda. Sebelum melakukan komunikasi, antara orang yang berkomunikasi dapat
mempersiapkan anggapan – anggapan terhadap lawan bicaranya secara masing – masing.
Anggapan yang benar dan tepat dapat membawa komunikasi ke arah yang efektif.
Kesalahan didalam anggapan awal terhadap lawan bicara dapat menyebabkan
miskomunikasi di dalam komunikasi.

Proses penyampaian pesan antara individu – individu membawa pengaruh


terhadap kelompoknya. Kesulitan berkomunikasi dengan kelompok diluar kelompoknya
yaitu kelompok sekunder, dapat membuat komunikasi menjadi tidak efektif. Kesulitan
didalam penafsiran makna secara tersembunyi selalu tidak dikatakan didalam komunikasi
verbal secara eksplisit. Hal ini yang menimbulkan masalah antara orang yang
berkomunikasi.

8
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penyusun dapat merumuskan maslah yang
akan menjadi batasan dalam pembahasan dan sebagai masalah utama yang akan dibahas
pada makalah ini, adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi antarpribadi dan komunikasi non


verbal ?
2. Bagaimanakah komunikasi non verbal yang efektif ?
3. Bagaimanakah komunikasi dalam komunikasi non verbal antarbudaya dan
bangsa ?

C. Tujuan dan Kegunaan Makalah

1. Tujuan Makalah
a. Untuk melengkapi syarat mata kuliah sosiologi komunikasi agar dapat
mengikuti Ujian Tengah Semester di Fisip Umrah.
b. Untuk Mengetahui dan mengkaji mengenai komunikassi non verbal di dalam
komunikasi antarpribadi yang terjadi diantara kelompok sekunder.
c. Untuk mengetahui mengapa komunikasi non verbal menjadi tidak efektif .
d. Untuk mengetahui komunikasi perbedaan – perbedaan penafsiran pada
komunikasi non verbal.

2. Kegunaan Penelitian
a. Penyusunan makalah ini diharapkan dapat berguna bagi rekan – rekan sesama
mahasiswa/akademisi untuk mengetahui komunikasi non verbal
b. Kegunaan penyusunan makalah ini sebagai bahan dan bacaan bagi
memperkaya materi di dalam pembahasan komunikasi non verbal.

9
BAB II

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN KOMUNIKASI NONVERBAL

A. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication)

1. Pengertian

Menurut Soerjono Soekanto (Soekanto, 1992: 471), sosiologi komunikasi


merupakan kekhususan sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial yaitu suatu
hubungan atau komunikasi yang menimbulkan proses saling pengaruh – mempengaruhi
antara para individu, individu dengan kelompok maupun antarkelompok.(Burhan Bugin :
Sosiologi Komunikasi, hal. 31). Interaksi sosial yang dipelajari di dalam sosiologi
mempelajari akibat yang ditimbulkan dari interaksi tersebut. Komunikasi digunakan
sebagai faktor pendorong perubahan – perubahan sosial di masyarakat. Komunikasi di
dalam masyarakat terbagi atas lima jenis. Komunikasi individu dengan individu,
komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi sosial dan komunikasi massa.
Pada pembahasan makalah ini kita akan membahas komunikasi yang paling dasar antara
individu dengan individu yang selanjutnya akan berkembang kepada jenis komunikasi
yang lebih kompleks.

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar-perorangan dan bersifat pribadi


baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) atau tidak langsung (melalui medium).
Contohnya kegiatan tatap muka, percakapan melalui telepon, surat – menyurat pribadi.
Fokus pengamatannya adalah bentuk-bentuk dan sifat-sifat hubungan (relationship),
percakapan (discourse), interaksi dan karakteristik komunikator.( Burhan Bugin :
Sosiologi Komunikasi, hal. 32). Komunikasi antarpribadi dengan kegiatan tatap muka
menyampaikan pesan dengan menggunakan komunikasi verbal dan non verbal secara
langsung maupun tidak langsung. Lebih menarik pada pembahasan bab ke II, mengenai
hal-hal yang mempengaruhi interaksi yang menunjukkan karakteristik komunikator.

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi


antara individu-individu (Littlejohn, 1999). Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi
ini adalah komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang secara tatap-muka, yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik

10
secara verbal ataupun nonverbal, seperti suami-isteri, dua sejawat, dua sahabat dekat,
seorang guru dengan seorang muridnya, dan sebagainya.

Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss (dalam Deddy Mulyana, 2005) mengatakan
ciri-ciri komunikasi diadik adalah:

1. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat;


2. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan
spontan, baik secara verbal maupun nonverbal.

Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental


sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat
menggunakan kelim alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita
komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan
paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama
manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat
manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media
massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggihpun.

Jalaludin Rakhmat (1994) meyakini bahwa komunikasi antarpribadi dipengaruhi


oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal; dan hubungan
interpersonal.

1. Persepsi interpersonal

Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau


menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan makna
terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang(komunikan), yang berupa
pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan
berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang
salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan komunikasi.

11
2. Konsep diri

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep
diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu:

a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah;


b. Merasa stara dengan orang lain;
c. Menerima pujian tanpa rasa malu;
d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh
masyarakat;
e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan
aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha
mengubah. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan
dalam komunikasi antarpribadi, yaitu:
a) Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang
bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep
dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya
sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri
kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik,
mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh,
sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.
b) Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan
meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama,
berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan
pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri,
konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep
diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih
terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan
gagasan baru.
c) Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi
dikenal sebagai communication apprehension. Orang
yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh
kurangnya rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan

12
percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat
menjadi perlu.
d) Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku
komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi
kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan
selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi
selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif).
Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam
penyandian pesan (penyandian selektif).
3. Atraksi interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya
tarik seseorang. Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal:
1. Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang
lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk
emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung
melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika
membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.
2. Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila
pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan.
Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan
kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan denganorang-
orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah, dan tidak enak. Kita
akan menutup diri dan menghindari komunikasi.
3. Hubungan interpersonal

Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang


dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajad
keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang
orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di
antara peserta komunikasi. Miller (1976) dalam Explorations in Interpersonal
Communication, menyatakan bahwa ”Memahami proses komunikasi interpersonal
menuntut hubungan simbiosis antara komunikasi dan perkembangan relasional, dan
pada gilirannya (secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat
komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut.”

13
B. Komunikasi Non – Verbal

1. Pengertian

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan


nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa
komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal
dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis
komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita
lakukan sehari-hari.

Secara sederhana, pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.
Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup
semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang
dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai
nilai pesan potensial bagi pengirim maupun penerima; jadi definisi ini mencakup perilaku
yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara
keseluruhan; kita mengirim banyak pesan non verbal tanpa menyadari bahwa pesan-
pesan tersebut bermakna bagi orang lain.

2. Klasifikasi pesan nonverbal.

Kita dapat mengklasifikasikan pesan-pesan non verbal ini dengan berbagai cara.
Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat non verbal menjadi tiga bagian. Pertama, tanda
bahasa (sign language)-acungan jempol untuk menumpang mobil secara gratis; bahasa
isyarat tuna rungu; kedua, bahasa tindakan (action language)-semua gerakan tubuh yang
tidak digunakan secara eksklusif untuk memberikan sinyal, misalnya, berjalan; dan
ketiga, bahasa objek (object language)- pertunjukan benda, pakaian, dan lambang non
verbal bersifat publik lainnya seperti ukurang ruangan, bendera, gambar (lukisan), musik
(misalnya marching band), dan sebagainya, baik secara sengaja maupun tidak.

Secara garis besar Larry A. Samovar dan Richard E. Porter membagi pesan-pesan
non verbal menjadi dua kategori besar, yakni : pertama, perilaku yang terdiri dari
penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata,
sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa; kedua, ruang, waktu, dan diam. Klasifikasi

14
Samovar dan Porter ini sejajar dengan klasifikasi John R. Wenburg dan William W.
Wilmot, yakni isyarat-isyarat non verbal perilaku (behavorial) dan isyarat-isyarat non
verbal bersifat publik seperti ukuran ruangan dan faktor situasional lainnya.

a. Bahasa Tubuh

Bidang penelaah bahasa tubuh adalah kinesika (kinesich) suatu istilah yang
diciptakan seorang perintis studi bahasa non verbal, Ray L.Bridwhistell. Setiap anggota
tubuh seperti wajah (termasuk senyuman dan pandangan mata), tangan, kepala, kaki dan
bahkan tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik. Karena kita
hidup, semua anggora badan kita senantiasa bergerak. Lebih dari dua abad yang lalu
Blaise Pascal menulis bahwa tabiat kita adalah bergerak; isyarat sempurna adalah
kematian.
Banyak komunikasi non berbal yang menggunakan bahasa tubuh, pada bab
selanjutnya akan dibahas lebih lanjut mengenai perbedaan – perbedaan komunikasi non
verbal yang dipengaruhi oleh perbedaan budaya dan bangsa. Beberapa bahasa tubuh yang
akan dibahas diantaranya :
a) Isyarat Tangan
Kita sering menyertai ucapan kita dengan isyarat tangan. Meskipun isyarat tangan
yang digunakan sama, maknanya bisa saja berbeda atau bisa saja isyaratnya
berbeda namun maknanya sama. Sebagaian orang menggunakan isyarat tangan
dengan leluasa, sebagaian lagi dengan kurang leluasa, dan sebagian lagi sangat
hemat menggunakan isyarat tangan.
Penggunaan isyarat tangan dan maknanya jelas berlainan dari budaya yang satu
dengan budaya yang lain. Meskipun dibeberapa daerah dan negara ada isyarat
tangan yang hampir sama atau sama, maknanya sama atau maknanya berbeda.
b) Gerakan Kepala
Bahasa tubuh dengan menggunakan gerakan kepala termasuk penyampaian pesan
pada komunikasi yang non verbal. Ketertarikan orang berkomunikasi, mendekat
kepada pembicara ataupun menjauhkan kepala, anggukan dan gelengan kepala
memiliki makna yang berbeda di dalam komunikasi non verbal. Gerakan kepala
dilakukan diantaranya untuk mempertegas dari pembicaraan verbal dalam men-
tidak-kan dan men-iya-kan. Menegakkan kepada dan menghadap kepada lawan

15
bicara misalnya dapat ditafsirkan dengan makna yang berbeda tentang
menghormati lawan bicara atau perlakuan yang tidak sopan.
c) Postur tubuh dan posisi kaki
Postur tubuh sering bersifat simbolik. Beberapa postur tubuh tertentu
diasosiasikan dengan status sosial dan agama tertentu. Postur tubuh
mempengaruhi citra diri. Cara berdiri dan cara duduk juga termasuk kedalam
pembahasan pada bahasa tubuh. Cara bagaimana seserorang berjalan dapat
menampakkan keadaan fisik seseorang.
d) Ekspresi wajah dan tatapan mata
Ekspersi wajah khususnya tatapan mata paling ekspresif didalam berkomunikasi.
Kontak mata memiliki dua fungsi dalam komunikasi antarpribadi. Pertama fungsi
mengatur, untuk memberitahu apakah anda ingin lebih lanjut berkomunikasi
dengan orang tersebut atau tidak. Kedua, fungsi ekspresif, yaitu memberitahu
perasaan anda terhadap orang lain.

b. Sentuhan

Studi tentang sentuh-menyentuh disebut haptika (haptics). Sentuhan adalah


perilaku non verbal yang multi makna, dapat menggantikan seribu kata seperti selembar
foto. Kenyataan sentuhan ini bisa merupakan tamparan, pukulan, cubitan, senggolan,
tepukan, belaian, pelukan, pegangan (jabatan tangan), rabaan, hingga sentuhan lembut
sekilas. Sentuhan kategori terakhirlah yang sering diasosiasikan dengan sentuhan.
Konon, menurut orang muda, seseorang dapat merasakan sentuhan lebih ketika
bersentuhan dengan lawan jenisnya. Sentuhan mungkin jauh lebih bermakna dari pada
kata-kata.

Menurut Heslin, terdapat lima kategori sentuhan, yang merupakan suatu rentang
dari yang sangan impersonal hingga yang sangat personal. Kategori-kategori tersebut
adalah sebagai berikut.

 Fungsional-profesional. Disini sentuhan bersifat “dingin” dan berorientasi-bisnis,


misalnya pelayan toko membantu pelanggan memilih pakaian.
 Sosial-sopan. Perilaku dalam situasi ini membantu dan memperteguh
pengharapan, aturan dan praktik sosial yang berlaku, misalnya berjabat tangan.

16
 Persahabatan-kehangatan. Kategori meliputi setiap sentuhan yang menandakan
afeksi atau hubungan yang akrab, misalnya dua orang yang saling merangkul
setelah lama berpisah.
 Cinta-keintiman. Kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan
keterikatan emosional atau ketertarikan, misalnya mencium pipi orangtua dengan
lembut dan orang yang sepenuhnya memeluk orang lain.
 Rangsangan seksual. Kategori ini berkaitan erat dengan kategori sebelumnya,
hanya motifnya bersifat seksual. Rangsangan seksual tidak otomatis bermaksa
cinta atau keintiman.

c. Parabahasa
Parabahasa atau vokalika (vocalics), merujuk pada aspek – aspek suara selain
ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada (tinggi atau
rendah), intensitas (volume) suara, intonasi, kualitas vokal (kejelasan), warna suara,
dialek, suara serak, suara sengau, tawa, erangan, tangis, gerutuan, gumaman,
desahan, siulan, suitan, dan sebagainya. Setiap karakteristik suara ini
mengkomunikasikan emosi dan pikiran kita.

d. Penampilan Fisik
Setiap orang punya persepsi mengenai penampilan fisik seseorang.
Penampilan fisik tersebut, baik itu busana dan ornamen lainnya. Seringkali orang
memberikan makna tertentu pada karakteristik fisk orang lain, diantaranya seperti
bentuk tubuh, warna kulit, model rambut, dan sebagainya

e. Bau – bauan
Bau – bauan, terutama yang menyenangkan seperti minyak wangi dari dulu
telah digunakan orang untuk menyampaikan pesan. Menurut para ahli, tubuh
manusia secara normal dapat mengeluarkan bau yang khas, bukan bau yang
ditimbulkan akibat keadaan yang kotor tapi bau badan yang benar – benar alamai.
Bau ini ditebarkan senyawa kimia (feronom) yang dihasilkan kelenjar tertentu
dalam tubuh. Kita dengan kepekaan yang lebih dan intensitas yang rutin kepada
seseorang dapat mengenal bau orang yang dikenalnya.

17
BAB III

KOMUNIKASI NON VERBAL ANTAR BANGSA DAN BUDAYA

A. Efektifitas Komunikasi Pada Kemiripan Latar Belakang Sosial-Budaya

Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan


harapan bagi yang melakukan komunikasi. Misalnya seorang penjual yang datang ke
rumah untuk mempromosikan barang dianggap telah melakukan komunikasi yang efektif
bila akhirnya tuan rumah membeli barang yang ia tawarkan, sesuai dengan yang
diharapkan penjual dan tuan rumah merasa puas dengan barang yang dibelinya.
Dalam kenyataannya, tidak pernah ada dua manusia yang persis sama, meskipun
mereka dilahirkan kembar dan memiliki latar belakang asuh, asupan makanan dan
mendapat proses pendidikan yang sama. Namun kesetaraan dalam hal-hal tertentu,
misalnya agama, ras (suku), bahasa, tingkat pendidikan, atau tingkat ekonomi akan
mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan pada gilirannya karena kesamaan
tersebut komunikasi mereka jadi lebih efektif. Kesamaan bahasa khususnya akan
membuat orang – orang yang berkomunikasi lebih mudah mencapai pengertian bersama
dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memahami bahasa sama sekali.
Komunikasi non verbal pula dilaksanakan secara efektif apabila terdapat kesamaan
didalam penafsiran makna. Kesamaan penafsiran makna akan membawa efektifitas
didalam proses komunikasi.
Makna suatu pesan baik verbal ataupun non verbal pada dasarnya terikat sosial
dan budaya. Apa yang digunakan orang untuk berkomunikasi membawa pesan dengan
cara verbal dan nonverbal dapat membawa serta keadaan sosial dan budayanya. Beberapa
kasus ada hal – hal yang seakan dipaksakan. Namun, hal tersebut tidak mudah untuk
tidak sama sekali menghilangkan keterikatan sosial dan budaya seseorang yang nampak.
Keadaan sosial seseorang akan selalu terikat seiring bila makna yang dibawa
melalui pesan verbal maupun nonverbal. Komunikasi menjadi lebih efektif apabila
berkomunikasi dengan orang – orang yang memiliki tingkat strata sosial yang sama
dengan keadaan pengalaman dan pendidikan yang juga sama. Beberapa kasus banyak
orang yang selalu berusaha untuk menjadi menyenangkan bagi orang lain. Hal ini didapat
dari proses belajar seseorang di dalam komunikasi. Ketertarikan untuk melakukan
komunikasi juga akan menjadi semakin berbeda apabila berkomunikasi dengan lawan
bicara yang memiliki rentang dan jurang sosial yang begitu jauh sekali. Terkadang ada

18
beberapa hal yang lebih sulit dipahami, ada beberapa hal yang tidak dapat diterima ketika
melakukan komunikasi dan menafsirkan makna makna yang ikut tersampaikan.

B. Perbedaan Budaya Bangsa Pada Komunikasi Non Verbal

Budaya merupakan landasan komunikasi. budaya mempengaruhi dalam semua bentuk


komunikasi, seperti halnya dalam kegiatan komunikasi antarpribadi budaya merupakan bagian
yang tidak bisa dipisahkan pada kegiatan tersebut. Budaya merupakan kumpulan peraturan,
norma, kepercayaan serta gaya hidup yang dipelajari dan dimiliki bersama dalam sebuah
kelompok masyarakat tertentu sebagaimana dikatakan Lee (Wood, 2004:83). Untuk mempelajari
dan memiliki bersama kode atau kumpulan peraturan, norma, kepercayaan serta gaya hidup maka
diperlukan komunikasi.
Tingkat sosial seseorang akan menentukan bagaimana keterampilan orang untuk
melakukan komunikasi. Kegiatan komunikasi antarpribadi selalu mempertimbangkan aspek –
aspek sosial seseorang untuk melakukan komunikasi. Hubungan sosial yang terjadi pada
kelompok/masyarakat tidak dapat dipisahkan dari bagaimana cara – cara berkomunikasi yang
ditampilkan. Keteraturan sosial di transformasikan dan disampaikan melalui komunikasi. Proses
berkenan dan ketidakberkenaan terhadap suatu hal disampaikan melalui komunikasi baik verbal
maupun non verbal.
Penggunaan komunikasi verbal yang membawa pesan non verbal dapat mempertegas
komunikasi yang sedang berlangsung. Untuk mempertegas pesan verbal mereka, orang-orang
Prancis, Italia, Spanyol, Meksiko, dan Arab termasuk orang – orang yang sangat efektif
menggunakan isyarat tangan mereka, lebih aktif dari pada orang Amerika atau orang Inggris,
seakan – akan mereka tidak mau diam. Sebuah ungkapan mengatakan bahwa bila kedua lengan
orang Italia diamputasi, ia tidak dapat berkata-kata. Bangsa-bangsa yang menggunakan tangan
mereka dengan hemat ketika berbicara adalah beberapa suku Indian di Bolivia. Karena iklim
mereka sejuk, mereka meletakkan tangan mereka dibawah syal atau selimut dan karena itu
mereka lebih mengandalkan ekspresi wajah dan mata.
Di Amerika, isyarat untuk mengatakan “beres,” “oke,” atau “bagus” adalah suatu
lingkaran yang dibentuk oleh ibu jari dan telunjuk dengan tiga jari lainnya berdiri. Hal ini juga
terjadi di Jerman. Di Prancis Utara isyarat itu sama seperti di Amerika, sedangkan di Prancis
selatan berarti “tidak ada” atau “nol”. Di Paris isyarat “oke” ala Amerika itu berarti “kamu tidak
berharga” dan di Yunani itu berarti ajakan seksual yang tidak sopan, kutukan dibeberapa negara
Arab, sedangkan di Jepang, Korea, dan Filiphina isyarat itu sama berarti “uang”. Di Brazil,
isyarat itu kurang ajar dan menghina. Di Kolombia dan Amerika Latin, sebagaimana di Meksiko,
isyarat itu juga akan direspon secara tidak ramah terhadap orang Rusia yang mengaplus dirinya

19
sendiri dengan bertepuk tangan atau memukul – mukul meja dengan sepatunya. Tetapi bagi orang
Tunisia isyarat itu berarti “aku akan membunuh kamu”. Di Rusia isyarat bermakna OK adalah
mengangkat kedua tangan dengan telapak tangan saling dipertemukan.
Kebingungan atau kesalahpahaman terjadi apabila kita tidak menyadari makna kultural
yang melekat pada isyarat-isyarat tangan tersebut. Banyak kesalahan dalam berkomunikasi atau
miskomunikasi terjadi bila ada kesalahan dalam menafsirkan makna tersebut. Hal ini terkadang
bersifat subjektif tergantung penilaian individu. Ada dua anggapan yang akan ditimbulkan dari
penilaian tersebut diantaranya mengganggap wajar karena seseorang yang tidak mengerti makna
dan mengganggap tidak wajar bila tidak diajarkan terlebih dahulu untuk melakukan komunikasi
antar budaya. Beberapa kasus lain muncul bila komunikasi tersebut bertujuan untuk memperolok
atau melecehkan orang lain, maka makna yang akan tercipta adalah ketidaksenangan yang
menentukan prilaku selanjutnya didalam komunikasi.
Di beberapa negara, anggukan kepala bisa memiliki dua makna. Makna dari anggukan
kepada dapat berarti “iya” dan “tidak”. Orang Inggris dan Orang Indonesia menafsirkan
anggukan kepada adalah penegasan untuk mengatakan iya atau setuju. Di beberapa wilayah India
dan Ceylon, “ya” dapat dikomunikasikan dengan melemparkan kepala kebelakang dan memutar
leher sedikit, dengan menyentakkan kepada ke bawah-kanan, atau memutar kepala yang berarti
“tidak” di Indonesia malah berarti “iya” di India Selatan.
Cara berjalan pun dapat memberikan pesan pada orang lain apakah orang itu merasa
lelah, sehat, bahagia, riang, sedih atau angkuh. Orang yang berjalan lamban memberikan kesan
loyo dan lemah. Pria yang berjalan tegap dan tenang ketika memasuki ruangan untuk
diwawancarai memberi kesan percaya-diri. Di Inggris dan beberapa wilayah Amerika Selatan
seorang pria lazim berjalan sambil mengunci kedua tangannya di belakang punggung-nya, namun
orang Amerika menganggap perilaku ini congkak dan aristokratik. Peragawan tentu paling tahu
mengenai makna cara berjalan. Mereka biasanya mengikuti latihan berjalan anggun sebelum
menjalani karier mereka.
Kontak mata juga pada penjelasan diawal juga merupakan komunikasi non verbal. Di
banyak negara, seperti Amerika Latin dan Kepulauan karibia, tidaklah sopan menatap orang
asing. Malah dalam budaya Indian Navajo, anak-anak diajari bahwa suatu tatapan secara harfiah
adalah tatapan mata iblis dan mengisyaratkan serangan seksual dan agresif. Di Indonesia dan di
Spanyol wanita terhormat tidak akan membalas tatapan kaum pria, apalagi di negeri muslim
seperti Arab Saudi, Iran, dan Pakistan yang menghindari tatapan pria dengan menggunakan cadar
atau penutup khusus pada bagian mata.
Dalam keadaan normal, kita menatap orang lain sekilas hanya satu sampai dua detik. Bila
pandangan tersebut lebih lama, maka akan mengubah kesan dan menimbulkan reaksi dari orang
yang terkena kontak mata yang lebih emosional. Boleh jadi pandangan tersebut akan mengubah
kesan kita mengenai status hubungan kita, misalnya dari hubungan biasa menjadi lebih khusus.

20
Tampaknya orang – orang yang punya hubungan dekat, seperti suami istri atau orang tua dan
anak, atau dua sahabat dekat sedikit menatap lebih lama dari pada orang orang yang tidak dikenal
secara dekat. Semakin dekat hubungan antara dua orang, semakin lamalah mereka berpandangan,
meskipun ada batasan maksimalnya. Tidaklah mengherankan seseorang yang dianggap intim
mampu menyampaikan banyak makna hanya dengan pandangan mata saja meskipun hanya
sedikit berbicara.
Sentuhan yang terjadi pada komunikasi non verbal dapat menunjukkan reaksi seseorang
dari pembicaraan pesan komunikasi. Pada umumnya orang Amerika Utara, eropa Utara, dan
Australia adalah antisentuhan (terhadap sesama jenis), kecuali tentu saja dalam situasi khusus dan
bersifat konvensional, misalnya saat berjabat tangan saling berkenalan atau saling merangkul
sebagai luapan emosional yang muncul. Menyentuh sesama jenis dalam budaya barat dapat
dimaknai sebagai seorang yang homoseksual atau lesbian. Begitu juga ketika kita berjalan kaki di
daerah daerah Amerika, orang – orang disekitar akan menganggap sinis dan mencibir perilaku
yang dilakukan tersebut. Sebaliknya di Indonesia tidak jarang seorang teman lelaki merangkul
teman lelakinya tanpa merasa khawatir dianggap menunjukkan sifat homoseksual, sementara
orang yang berlawanan jenis berangkulan di depan umum di Indonesia akan dianggap kurang
sopan dan menimbulkan rasa malu.
Perbedaan komunikasi secara Parabahasa, membawa orang yang terlibat pada
komunikasi untuk membedakan suara yang keras sebagai “marah” dengan suara yang keras
sebagai “ciri budaya”.salah satu stereotip terhadap orang batak adalah bahwa mereka itu “kasar”
karena suara mereka yang keras. Sebenarnya orang Batak tidak bermaksud kasar. Kerasnya suara
mereka lebih banyak dipengaruhi oleh warisan nenek moyang dan keadaan geografis yang
mempengaruhi mereka.
Pakaian dapat mengkomunikasikan sesuatu. Banyak hal yang dianggap sopan dan tidak
sopan berbeda anggapan pada tiap negara, budaya dan bangsa. Ketersinggungan akan berujung
konflik apabila tidak disertai dengan pengertian antara orang yang terkena dampak komunikasi.
Secara penampilan baik diluar tubuh ataupun bawaan tubuh mempengaruhi anggapan orang yang
berkomunikasi. Seperti contoh kecil kumis yang mengganggap seseorang dianggap dewasa.
Terakhir adalah bau – bauan, sebagai pembawa pesan non verbal. Seorang suami dapat
kehilangan nyawa akibat pulang kerumahnya dengan membawa bau seorang wanita selain
istrinya, padahal bisa saja terjadi akibat salah paham. Kita dapat melihat selera seseorang dari
baunya, apakah itu pada diri seseorang, bau yang ada dirumah (seperti bau makanan dan pewangi
ruangan), sampai bau kemenyan pada waktu tertentu di suatu tempat.

21
BAB IV

KESIMPULAN

A. Pemaknaan dalam Komunikasi Non Verbal

Kesamaan makna didalam komunikasi non verbal menjadi sangat penting apabila lawan
bicara kita tidak dapat dengan baik menangkap pesan komunikasi non verbal yang kita
sampaikan. Secara langsung maupun tidak langsung dan pesan yang tersampaikan kita ketahui
maupun tidak kita ketahui dapat tersampaikan kepada lawan bicara kita. Konsep self yang
dikemukakan George Herbert Mead dalam konsep diri kita, sesungguhnya kita dapat
berkomunikasi dengan diri kita sendiri. Maksudnya, sebelum kita melakukan komunikasi kepada
lawan bicara, kita dapat dengan sendirinya menganggap apa – apa saja yang nantinya akan
mampu ditangkap oleh lawan bicara. Sesungguhnya lawan bicara kita juga melakukan hal yang
demikian. Hal ini dapat penyusun namakan sebagai konsep sadar diri tentang anggapan pribadi
mengenai diri sendiri.
Lawan bicara dapat menangkap pesan non verbal lebih banyak dan dapat diumpamakan
sebagai selembar gambar/foto yang dapat lebih banyak berbicara dari pada ucapan verbal.
Diantara orang yang terlibat komunikasi haruslah mempunyai anggapan dasar tentang siapa
lawan bicara. Apa yang seharusnya dilakukan dan bagaimana berperilaku agar sesuai.
Tanpa memperhatikan dengan sungguh – sungguh bagaimana budaya mempengaruhi
komunikasi, termasuk komunikasi non verbal dan pemaknaan terhadap pesan non verbal tersebut,
kita bisa gagal berkomunikasi dengan orang lain. Kita cenderung menganggap budaya kita dan
bahasa non verbal kita sebagai standar dalam menilai bahasa non verbal orang dari budaya lain.
Bila perilaku non verbal orang lain berbeda dengan perilaku non verbal kita, sebenarnya tidak
berarti orang itu salah, bodoh atau sinting; alih-alih, secara kultural orang tersebut sedikit berbeda
dengan kita. Bila kita langsung berkesimpulan tentang orang lain berdasarkan perilaku non
verbalnya yang berbeda itu, maka kita terjebak dalam etnosentrisme(menganggap budaya sendiri
sebagai standar mengukur budaya orang lain).(Deddy Mulyana : Ilmu Komunikasi Suatu
pengantar, hal.436).
Diakhir penyusunan makalah ini, semoga apa yang telah menjadi pembahasan diatas
dapat membuka wawasan dan pemikiran bagi para pembaca. Apabila apa yang disusun oleh
penyusun tidak mencapai kesamaan makna, sesungguhnya itu adalah proses kreatif manusia
untuk menghasilkan hal-hal yang baru. Pemaknaan – pemaknaan yang berbeda akan memperkaya
pemikiran manusia. Namun penting untuk disampaikan secara menyeluruh tentang pembahasan
makalah ini adalah sikap pengertian, sadar, toleransi dan tidak egois akan lebih mewujudkan
penerimaan kekayaan budaya dan bangsa di dunia mengenai makna-makna yang berbeda.

22
DAFTAR PUSTAKA

- Arikunto Suharsimi,2006, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik (Edisi


Revisi VI), Rineka Cipta, Jakarta.

- Bungin Burhan, 2009, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus


Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta.

- Mulyana Deddy, 2007, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya,


Bandung

- Narwoko J. Dwi & Suyanto bagong,2010, Sosiologi: teks pengantar & terapan,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

- Ritzer George & Goodman Douglas J.,2008, Teori Sosiologi Modern, Edisi Ke 6,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

***

23

You might also like