Professional Documents
Culture Documents
pada anak
______________________________________________________________________________________________
___
Pendidikan Moral
Segala puji serta syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
senantiasa memberikan kita berbagai nikmat, sehingga saat ini kita masih diberi
kesempatan untuk terus menuntut ilmu dan mengembangkan wawasan kita.
Semoga kita dapat mensyukuri segala nikmat yang di berikan-Nya dan
menjadikannya sarana untuk selalu beribadah kepada-Nya.
Satu yang tidak dapat saya lupakan, bahwa penyusunan makalah ini tidak
terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai sumber. Oleh karena itu saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Oleh karena saya merasa ada kekurangan dalam makalah ini, untuk itu
saya mengharapkan segala kritik dan saran serta masukan-masukan yang bersifat
membangun dari teman-teman.
Semoga apa yang saya sampaikan dalam makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dalam pembelajaran maupun sebagai wawasan dalam
menjalani kehidupan sehari-hari.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB IV PENUTUP 17
4.1 Kesimpulan 17
4.2 Saran 18
Dari Buku
Ibung, Dian. 2009. Mengembangkan Nilai Moral Pada Anak. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Dari Internet
http://bunyan.co.id/new/?m=article&id=1200988688
http://tinulad.blogspot.com/2008/12/sedikit-uraian-sejarah-pendidikan.html
PENDAHULUAN
“Knowledge is power”
Namun, untuk memperoleh cikal bakal manusia dengan olah cipta yang
maju dan berkembang tidak cukup hanya dengan pengetahuan saja, ada nilai-nilai
yang harus dipelajari oleh seorang anak agar mereka dapat beretika dengan baik.
Nilai-nilai tersebut harus mengandung konsep kejujuran, disiplin, menghargai
orang lain, empati, saling menghormati, control diri, dan keadilan. Keseluruhan
aspek tersebut akan didapat apabila anak mempelajari nilai moral.
1
http://tinulad.blogspot.com/2008/12/sedikit-uraian-sejarah-pendidikan.html
2
Amril Mahdi, “Etika dan Pendidikan”, (Yogyakarta: Aditya Media, 2005) dan
(Pekanbaru: LSFK2P, 2005), Bab II hlm. 20-45.
Di lain pihak, kondisi lingkungan sekarang ini tampak rentan bagi seorang
anak untuk belajar dan mendapat contoh nilai-nilai moral yang baik. Orang tua
yang sibuk bekerja, seringkali kekurangan waktu yang berkualitas untuk
mendampingi pendidikan anak-anaknya. Bukan saja pendidikan akademis, tetapi
terutama pembelajaran moral. Hal ini masih ditambah dengan adanya informasi-
informasi yang kurang mendidik dari berbagai media yang mudah didapat anak
dan sulit dikontrol orang tua. Film anak yang sarat kekerasan, sinetron anak yang
alur ceritanya bukan untuk kapasitas seorang anak, pornografi di internet, dan lain
sebagainya. Sehingga dewasa ini, banyak anak atau remaja yang melakukan
perbuatan tidak bermoral yang cenderung meningkat. Hal ini sebaiknya membuat
orang tua waspada akan kondisi lingkungan dimana anak-anaknya tumbuh dan
berkembang.
LANDASAN TEORI
Moral pada dasarnya memiliki banyak arti sesuai dengan sudut pandang
yang berbeda-beda. Dalam kamus psikologi (Chaplin, 2006), disebutkan bahwa
moral mengacu pada akhlak yang sesuai dengan peraturan social, atau
menyangkut hokum atau adat kebiasaan yang menyangkut tingkah laku.
Sementara dalam psikologi perkembangan, Hurlock (edisi ke-6, 1990),
disebutkan bahwa perilaku moral adalah: perilaku yang sesuai dengan kode moral
kelompok social. Moral sendiri berarti: tata cara, kebiasaan dan adat. Perilaku
moral dikendalikan konsep-konsep moral atauperaturan perilaku yang telah
menjadikebiasaan bagi anggota suatu budaya. Sementara dalam Webster’s new
World Dictionary (Wantah, 2005) Moral adalah: sesuatu yang berkaitan atau
ada hubungannya dengan kemampuan menentukan benar salah dan baik buruknya
tingkah laku.3
“Moral adalah suatu keyakinan tentang benar salah, baik dan buruk, yang
sesuai dengan kesepakatan social, yang mendasari tindakan atau
pemikiran.”(Purwadarminto, 1957: 957).4
3
Dian Ibung, Psi., “Mengembangkan Nilai Moral Pada Anak”, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2009), Bab I hlm. 3-4.
4
Prof. Dr. H. Sunarto dan Dra. Ny. B. Agung Hartono, “Perkembangan Peserta Didik”,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Bab V hlm. 169.
Contoh kasus seperti yang terjadi pada salah seorang anak tetangga saya,
Arfi, 10 tahun, anak yang cerdas. Sejak kelas 1 SD, ia selalu ada dalam urutan 3
besar. Namun, setiap hari pembagian rapor, guru selalu meminta orang tua Arfi
berdiskusi dengan guru untuk membicarakan tingkah laku Arfi yang nakal. Arfi
sering melanggar peraturan sekolah, tidak menghormati guru, dan lain
sebagainya. Gurunya sering memperingati dan memberikan hukuman, namun ia
tidak juga jera. Herannya, Arfi sendiri selalu paham kesalahannya dan tahu nilai
moral yang benar.
5
Loc. Cit.
PEMBAHASAN
6
Dian Ibung, Psi., “Mengembangkan Nilai Moral Pada Anak”, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2009), Bab I hlm. 9-10.
1. Mengabaikan
Mengabaikan adalah cara yang digunakan orang tua ketika perilaku anak
tidak disetujui. Misalnya untuk anak yang terlalu manja dan meminta suatu hal
namun tidak disetujui oleh orang tuanya, maka orang tua dapat mengabaikan
permintaan anaknya atau tidak meperdulikannya.
2. Mencontohkan
3. Membiarkan
4. Mengalihkan Perhatian
5. Tantangan
Memuji anak atas tindakannya yang tepat dapat menguatkan sikap dan
perilakunya. Dengan memuji, anak dapat mengerti bahwa sikap dan perilakunya
itu positif dan sesuai dengan harapan lingkungan. Anak bisa merasa dihargai,
sehingga kepercayaan dirinya akan meningkat. Dengan pujian, anak akan
merekam sikap dan perilaku dalam ingatannya sehingga termotivasi untuk
mengulanginya lagi.
7. Menciptakan Inisiatif
Cara ini dapat dilakukan dengan mengajak anak untuk melakukan suatu
hal yang membangkitkan keinginan dari dirinya sendiri. Orang tua dapat
memunculkan inisiatif anak misalnya dengan memberi tahu manfaat dari
perbuatannya dan efeknya apabila tidak dikerjakan. Tetapi jangan dengan cara
menakut-nakutinya.
9. Bermain
7
Ibid, hlm. 27.
1. Tingkat Intelegensi
2. Cara Pengajaran
Biasanya orang tua menekankan pada apa yang tidak boleh dan apa yang
salah, bukan pada apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang benar. Akibatnya
anak menjadi bingung. Oelh karena itu, dalam pengembangan moral anak, orang
tua harus berhati-hati dalam berkata. Misalnya mengubah kata “Tidak boleh
bohong” menjadi “Harus jujur”.
Selain itu, orang tua harus bersabar dalam mengajarkan pendidikan moral
untuk anaknya. Karena banyak factor yang mempengaruhi kemampuan anak
dalam memahami konsep moral. Tetapi dengan menggunakan proses belajar
secara kontinu dapat dijadikan alternative untuk memudahkan anak menguasai
konsep moral seperti yang diharapkan.
Perubahan nilai social dapat menjadi beban bagi anak dalam menyesuaikan
diri. Karena ketika seorang anak belum selesai menyesuaikan diri dengan nilai
moral yang pertama, anak sudah harus menyesuaikan diri dengan nilai moral yang
baru.
Orang tua atau guru yang mengajarkan suatu nilai moral pada anak,
seringkali lupa bahwa ia harus memberikan teladan pada anak mengenai apa yang
ia ajarkan. Akibatnya anak tidak menemukan kesesuaian antara nilai moral yang
Ketika seorang anak semakin besar, maka nilai moral internal yang ia
miliki akan mulai berkikisan dengan nilai moral lingkungan social dimana ia
berada. Anak tidak akan mengalami gesekan jika nilai pribadinya sesuai dengan
nilai pada lingkungan sosialnya, dalam hal ini teman sebayanya. Masalah baru
akan terasa jika nilai pribadi anak tidak sesuai dengan nilai moral teman sebaya.
Karena, pada usia remaja penerimaan teman sebaya menjadi penting. Remaja
ingin diterima oleh sebayanya sebagai bukti dari pengakuan keberadaan dirinya
dan kemampuannya dalam menjalin relasi social. Ketika si remaja harus memilih,
kemungkinan besar ia akan memilih nilai moral teman sebaya. Pada saat ini
remaja menyadari bahwa nilai moral berhubungan dengan penerimaan social.
1. Kejujuran
2. Disiplin
8
Ibid, hlm. 82.
Setiap orang senang ketika diperlakukan dengan baik oleh orang lain.
Bahkan setiap orang akan ikut merasakan kebahagiaan ketika melihat orang lain
baik dan perhatian pada orang lain. Umumnya, seseorang yang perhatian dan
peduli pada orang lain, juga menikmati sikapnya itu dan merasa senang karenanya.
9
Ibid, hlm. 84.
10
Ibid, hlm. 111.
Seperti juga aspek moral lainnya, maka perhatian pada orang lain adalah
suatu bentuk moral yang terutama didapat melalui teladan dari orang tua dan
merupakan sesuatu yang harus dipupuk, dilatih, dan dikembangkan, bahkan sejak
anak usia dini. Adanya perhatian pada orang lain dalam diri seorang anak, akan
mencegah anak melakukan tindak kejahatan atau tindak tidak bermoral lainnya
karena ia akan memikirkan efeknya bagi orang lain.
Empati merupakan bawaan dari lahir, namun, tidak akan berkembang jika
tidak diberi kesempatan berkembang dalam kehidupan seorang anak selanjutnya.
Perkembangan empati dimulai ketika seorang anak berusia sekita 4 tahun, ketika
anak mulai mampu melihat hubungan dalam suatu lingkungan social. Pada usia
ini, anak juga mulai aktif terlibat dalam suatu lingkungan social, dan tidak lagi
terlalu terpusat pada dirinya sendiri.
Sikap menghormati dan menghargai orang lain tidak tumbuh begitu saja
dalam diri seorang anak. Sikap ini muncul ketika anak sudah tumbuh besar dan
sudah mulai dapat mengerti hal yang bersifat abstrak. Namun proses
pembelajarannya dapat dimulai sejak dini, yaitu dengan member teladan pada
anak, mengenai apa yang disebut dengan menghormati dan menghargai orang
lain.
Seorang anak akan menghormati orang lain apabila ia merasa orang lain
menghormati dirinya. Karena merasa dihormati orang lain, maka anak
menumbuhkan rasa menghormati diri sendiri.
3. Kontrol Diri
4. Keadilan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Moral adalah suatu keyakinan tentang benar salah, baik dan buruk, yang
sesuai dengan kesepakatan social, yang mendasari tindakan atau pemikiran. Moral
yang baik menjadi modal individu dalam berinteraksi social. Kenyataan
membuktikan bahwa individu yang diterima lingkungan adalah yang mampu
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya. Karena moral bukanlah
sesuatu yang asing karena kejujuran, disiplin, menghargai orang lain, empati,
saling menghormati, control diri dan keadilan merupakan konsep-konsep aspek
moral yang sudah umum dalam kehidupan kita sehari-hari dan merupakan factor
penentu untuk beradaptasi di lingkungan sosialnya.
4.2 Saran
Selain itu, orang tua hendaknya bisa menjadi teladan bagi anaknya.
Karena, walau bagaimanapun, orang tua merupakan kerabat terdekat bagi anak
yang biasanya dijadikan panutan dalam kehidupannya.