You are on page 1of 22

Pengembangan nilai moral

pada anak
______________________________________________________________________________________________
___

Pendidikan Moral

Universitas Indraprasta PGRI


Semester IV

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 1


KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
senantiasa memberikan kita berbagai nikmat, sehingga saat ini kita masih diberi
kesempatan untuk terus menuntut ilmu dan mengembangkan wawasan kita.
Semoga kita dapat mensyukuri segala nikmat yang di berikan-Nya dan
menjadikannya sarana untuk selalu beribadah kepada-Nya.

Adapun makalah ini mengulas tentang bagaimana cara mengembangkan


nilai moral pada anak. Karena, pada dasarnya individu yang dapat diterima oleh
lingkungannya ialah individu yang dapat menyesuaikan diri dan bermoral baik,
dan bukan semata-mata karena factor akademis. Maka peran orang tua dalam
membimbing moral anaknya sangatlah penting. Untuk itu, makalah ini akan
membahas tentang bagaimana cara mengembangkan moral pada anak.

Satu yang tidak dapat saya lupakan, bahwa penyusunan makalah ini tidak
terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai sumber. Oleh karena itu saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Oleh karena saya merasa ada kekurangan dalam makalah ini, untuk itu
saya mengharapkan segala kritik dan saran serta masukan-masukan yang bersifat
membangun dari teman-teman.

Semoga apa yang saya sampaikan dalam makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dalam pembelajaran maupun sebagai wawasan dalam
menjalani kehidupan sehari-hari.

Jakarta, Juli 2009

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 2


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR PUSTAKA iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Identifikasi Masalah 3
1.3 Pembatasan Masalah 3
1.4 Perumusan Masalah 3
1.5 Tujuan Penelitian 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

BAB III PEMBAHASAN 6

3.1 Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Moral Anak 6

3.2 Efek Negatif Tidak Mampu Memahami Konsep Moral 10

3.3 Nilai Dalam Diri 11

3.4 Nilai Kebersamaan 13

BAB IV PENUTUP 17

4.1 Kesimpulan 17
4.2 Saran 18

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 3


DAFTAR PUSTAKA

Dari Buku

Hartono, Agung dan Sunarto. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Ibung, Dian. 2009. Mengembangkan Nilai Moral Pada Anak. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.

Mahdi, Amril. 2005. Etika dan Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media.

Dari Internet

http://bunyan.co.id/new/?m=article&id=1200988688

http://tinulad.blogspot.com/2008/12/sedikit-uraian-sejarah-pendidikan.html

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 4


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

“Knowledge is power”

Kutipan yang terkenal dari Francis Bacon tersebut jelas mengungkapkan


pentingnya pendidikan bagi manusia. Sumber pokok kekuatan manusia adalah
pengetahuan. Mengapa? Karena manusia dengan pengetahuannya mampu
melakukan olah cipta sehingga ia mampu bertahan dalam masa yang terus maju
dan berkembang1.

Namun, untuk memperoleh cikal bakal manusia dengan olah cipta yang
maju dan berkembang tidak cukup hanya dengan pengetahuan saja, ada nilai-nilai
yang harus dipelajari oleh seorang anak agar mereka dapat beretika dengan baik.
Nilai-nilai tersebut harus mengandung konsep kejujuran, disiplin, menghargai
orang lain, empati, saling menghormati, control diri, dan keadilan. Keseluruhan
aspek tersebut akan didapat apabila anak mempelajari nilai moral.

Pendidikan, tepatnya usaha pembelajaran di sekolah, sebagai usaha sadar


yang diarahkan dalam rangka meningkatkan kualitas eksistensialitas manusia,
tentu tidak dapat dilepaskan sedikitpun dari moralitas 2, bahkan semestinya
penentuan penilaian akan keberhasilan suatu pembelajaran dalam pendidikan pada
materi pelajaran apa pun tidak dapat dilepaskan dari nilai moral yang didapat oleh
anak didik ketika telah menyelesaikan suatu pembelajaran materi pelajaran
tertentu.

1
http://tinulad.blogspot.com/2008/12/sedikit-uraian-sejarah-pendidikan.html

2
Amril Mahdi, “Etika dan Pendidikan”, (Yogyakarta: Aditya Media, 2005) dan
(Pekanbaru: LSFK2P, 2005), Bab II hlm. 20-45.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 5


Ketika suatu penilaian berkisar pada kepribadian anak dan kemampuan
anak untuk menghargai orang lain, untuk bertanggung jawab pada perbuatannya,
dan aspek-aspek moralitas lainnya, kepandaian akademis bukan lagi mutlak
keberhasilan seorang anak. Karena pada kenyataannya, untuk dapat bertahan
hidup, diterima masyarakat, serta tetap dapat berkembang sebagai pribadi,
kepandaian akademis menjadi syarat yang kesekian, bukan syarat tunggal yang
utama. Namun, bukan berarti keberhasilan seorang anak semata-mata tidak
mempertimbangkan prestasi akademis. Akan lebih berarti jika anak tersebut
mengembangkan moral yang baik, untuk kemudian dipadukan dengan kecerdasan
akademis.

Di lain pihak, kondisi lingkungan sekarang ini tampak rentan bagi seorang
anak untuk belajar dan mendapat contoh nilai-nilai moral yang baik. Orang tua
yang sibuk bekerja, seringkali kekurangan waktu yang berkualitas untuk
mendampingi pendidikan anak-anaknya. Bukan saja pendidikan akademis, tetapi
terutama pembelajaran moral. Hal ini masih ditambah dengan adanya informasi-
informasi yang kurang mendidik dari berbagai media yang mudah didapat anak
dan sulit dikontrol orang tua. Film anak yang sarat kekerasan, sinetron anak yang
alur ceritanya bukan untuk kapasitas seorang anak, pornografi di internet, dan lain
sebagainya. Sehingga dewasa ini, banyak anak atau remaja yang melakukan
perbuatan tidak bermoral yang cenderung meningkat. Hal ini sebaiknya membuat
orang tua waspada akan kondisi lingkungan dimana anak-anaknya tumbuh dan
berkembang.

Moral yang baik menjadi modal individu dalam berinteraksi social.


Kenyataan membuktikan bahwa individu yang diterima lingkungan adalah yang
mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya. Karena moral
bukanlah sesuatu yang asing karena kejujuran, disiplin, menghargai orang lain,
empati, saling menghormati, control diri dan keadilan merupakan konsep-konsep
aspek moral yang sudah umum dalam kehidupan kita sehari-hari dan merupakan
factor penentu untuk beradaptasi di lingkungan sosialnya.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 6


1.2 Identifikasi Masalah

1. Mengapa perlu mempelajari moral?


2. Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan
moral anak?
3. Efek negative apa saja yang terjadi apabila anak tidak mampu memahami
konsep moral?
4. Nilai-nilai apa sajakah yang diperlukan untuk pengembangan moral dalam
diri dan kebersamaan?

1.3 Pembatasan Masalah

Penulis membatasi permasalah pada ruang lingkup pengembangan nilai


moral terhadap anak.

1.4 Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas maka rumusan permasalahannya yaitu


apakah pengembangan nilai moral berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak?

1.5 Tujuan Penelitian

1. Melakukan penelitian untuk mengetahui alasan dalan mempelajari moral.


2. Melakukan penelitian untuk mengetahui factor-faktor yang mendukung dan
menghambat dalam proses pembelajaran moral.
3. Melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pembelajaran moral
pada anak.
4. Melakukan penelitian untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam
moral.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 7


BAB II

LANDASAN TEORI

Moral pada dasarnya memiliki banyak arti sesuai dengan sudut pandang
yang berbeda-beda. Dalam kamus psikologi (Chaplin, 2006), disebutkan bahwa
moral mengacu pada akhlak yang sesuai dengan peraturan social, atau
menyangkut hokum atau adat kebiasaan yang menyangkut tingkah laku.
Sementara dalam psikologi perkembangan, Hurlock (edisi ke-6, 1990),
disebutkan bahwa perilaku moral adalah: perilaku yang sesuai dengan kode moral
kelompok social. Moral sendiri berarti: tata cara, kebiasaan dan adat. Perilaku
moral dikendalikan konsep-konsep moral atauperaturan perilaku yang telah
menjadikebiasaan bagi anggota suatu budaya. Sementara dalam Webster’s new
World Dictionary (Wantah, 2005) Moral adalah: sesuatu yang berkaitan atau
ada hubungannya dengan kemampuan menentukan benar salah dan baik buruknya
tingkah laku.3

Dari tiga definisi di atas, dapatlah disimpulkan bahwa:

“Moral adalah suatu keyakinan tentang benar salah, baik dan buruk, yang
sesuai dengan kesepakatan social, yang mendasari tindakan atau
pemikiran.”(Purwadarminto, 1957: 957).4

Lawrence Kohlberg (Wantah, 2005), seorang pakar pendidikan moral


pernah mengatakan bahwa perkembangan moral seorang anak erat hubungannya
dengan cara berpikir seorang anak. Artinya, bagaimana seorang anak memiliki
kemampuan untuk melihat, mengamati, memperkirakan, berpikir, menduga,

3
Dian Ibung, Psi., “Mengembangkan Nilai Moral Pada Anak”, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2009), Bab I hlm. 3-4.
4
Prof. Dr. H. Sunarto dan Dra. Ny. B. Agung Hartono, “Perkembangan Peserta Didik”,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Bab V hlm. 169.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 8


mempertimbangkan dan menilai, akan mempengaruhi perkembangan moral pada
diri anak. Semakin baik kemampuan berpikir seorang anak, maka semakin besar
kemungkinan seorang anak memiliki perkembangan moral yang baik. Anak
dengan perkembangan moral yang baik diharapkan mampu memahami konsep
moral yang baik dan kemudian berperilaku sesuai standar tersebut dengan
konsisten.5

Namun demikian, Kohlberg menambahkan bahwa pengertian hubungan


yang erat antara kemampuan berpikir dan perkembangan moral seorang anak
tidak menjamin bahwa anak yang cerdas akan memiliki perkembangan moral
yang baik. Lebih jauh, dikatakan Kohlberg, bahwa belum tentu anak atau
seseorang yang cerdas akan menunjukkan perilaku moral yang baik, walau ia
mengerti akan konsep moral yang seharusnya.

Contoh kasus seperti yang terjadi pada salah seorang anak tetangga saya,
Arfi, 10 tahun, anak yang cerdas. Sejak kelas 1 SD, ia selalu ada dalam urutan 3
besar. Namun, setiap hari pembagian rapor, guru selalu meminta orang tua Arfi
berdiskusi dengan guru untuk membicarakan tingkah laku Arfi yang nakal. Arfi
sering melanggar peraturan sekolah, tidak menghormati guru, dan lain
sebagainya. Gurunya sering memperingati dan memberikan hukuman, namun ia
tidak juga jera. Herannya, Arfi sendiri selalu paham kesalahannya dan tahu nilai
moral yang benar.

Dari contoh kasus di atas maka dapat disimpulkan kebenaran pernyataan


Kohlberg yang menyatakan bahwa belum tentu anak atau seseorang yang cerdas
akan menunjukkan perilaku moral yang baik, walau ia mengerti akan konsep
moral yang seharusnya.

5
Loc. Cit.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 9


BAB III

PEMBAHASAN

Pendidikan moral penting karena dengan pendidikan moral, anak mampu


memiliki pertahanan diri dalam menghindari hal-hal negative yang mungkin
terjadi dalam perjalanan hidupnya. Selain itu, manfaat terpenting adanya
pendidikan moral bagi anak adalah untuk menumbuhkan nilai-nilai moral yang
baik pada diri anak, agar ia, secara mandiri, mampu membedakan mana yang
positif dan yang negative. Tanpa bimbingan dan pengawasan dari orang tua atau
pihak lain di kemudian hari, anak diharapkan mampu menentukan segala
tindakannya dalam batasan yang positif.

Anak yang dalam dirinya berkembang nilai-nilai moral positif, dapat


diharapkan untuk terhindar dari kenakalan remaja, tindak kriminalitas, juga
menghindari narkoba. Untuk itu sebaiknya diketahui cara yang tepat dan efektif
bagi anak dalam mempelajari perilaku moral. Disiplin, dapat menjadi salah satu
cara yang baik bagi seorang anak dalam mempelajari aspek-aspek moral. Karena,
disiplin memenuhi kebutuhan anak dalam banyak hal yang tercermin dalam
kehidupannya sehari-hari.6

3.1 Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Moral Anak

Dalam proses pembentukan dan pengembangan nilai moral pada anak,


tentu terdapat beberapa factor yang mendorong dan menghambat pendidikan
moral, yang akan disebutkan sebagai berikut.

6
Dian Ibung, Psi., “Mengembangkan Nilai Moral Pada Anak”, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2009), Bab I hlm. 9-10.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 10


Faktor Pendukung

Untuk mendukung perkembangan moral, ada beberapa cara yang dapat


dilakukan, yaitu:

1. Mengabaikan

Mengabaikan adalah cara yang digunakan orang tua ketika perilaku anak
tidak disetujui. Misalnya untuk anak yang terlalu manja dan meminta suatu hal
namun tidak disetujui oleh orang tuanya, maka orang tua dapat mengabaikan
permintaan anaknya atau tidak meperdulikannya.

2. Mencontohkan

Memberikan contoh berarti menjadi model perilaku yang diinginkan


muncul dari anak, karena cara ini bisa menjadi cara yang paling efektif untuk
membentuk moral anak.

3. Membiarkan

Membiarkan bukan berarti mengabaikan, melainkan memberikan


kesempatan pada anak untuk belajar dari kesalahannya.

4. Mengalihkan Perhatian

Bisa dilakukan apabila anak yang terlibat cukup banyak, misalnya


perkelahian. Orang tua ataupun orang dewasa dapat mengalihkan perhatian anak-
anak dengan mengajak untuk melakukan hal lain yang lebih baik.

5. Tantangan

Dengan tantangan, orang tua dapat mendorong anak untuk mengeluarkan


kemampuannya dalam suatu keadaan. Hal ini dapat dijadikan pelajaran bagi anak
untuk melakukan pilihan dan menentukan baik atau buruk sesuatu hal dikemudian
hari.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 11


6. Memuji

Memuji anak atas tindakannya yang tepat dapat menguatkan sikap dan
perilakunya. Dengan memuji, anak dapat mengerti bahwa sikap dan perilakunya
itu positif dan sesuai dengan harapan lingkungan. Anak bisa merasa dihargai,
sehingga kepercayaan dirinya akan meningkat. Dengan pujian, anak akan
merekam sikap dan perilaku dalam ingatannya sehingga termotivasi untuk
mengulanginya lagi.

7. Menciptakan Inisiatif

Cara ini dapat dilakukan dengan mengajak anak untuk melakukan suatu
hal yang membangkitkan keinginan dari dirinya sendiri. Orang tua dapat
memunculkan inisiatif anak misalnya dengan memberi tahu manfaat dari
perbuatannya dan efeknya apabila tidak dikerjakan. Tetapi jangan dengan cara
menakut-nakutinya.

8. Latihan dan Pembiasaan

Menurut Robert Coles (Wantah, 2005) latihan dan pembiasaan merupakan


strategi penting dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia dini. Sikap
orang tua dapat dijadikan latihan dan pembiasaan bagi anak. Sejak kecil orang tua
selalu merawat, memelihara, menjaga kesehatan dan lain sebagainya untuk anak.
Hal ini akan mengajarkan moral yang positif bagi anak.7

9. Bermain

Melalui bermain, anak dapat mengenal lingkungan social yang


memberikan banyak masukan mengenai nilai-nilai yang disetujui dan tidak
disetujui, belajar mengetahui dan menerima kekurangan dan kelebihan dirinya dan
orang lain, belajar konsep-konsep moral secara nyata, dan belajar untuk disiplin
mematuhi aturan.

7
Ibid, hlm. 27.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 12


Faktor Penghambat

Berikut adalah kesulitan yang dihadapi anak dalam mempelajari konsep


moral:

1. Tingkat Intelegensi

Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang anak, semakin mudah ia


mempelajari suatu konsep moral.

2. Cara Pengajaran

Biasanya orang tua menekankan pada apa yang tidak boleh dan apa yang
salah, bukan pada apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang benar. Akibatnya
anak menjadi bingung. Oelh karena itu, dalam pengembangan moral anak, orang
tua harus berhati-hati dalam berkata. Misalnya mengubah kata “Tidak boleh
bohong” menjadi “Harus jujur”.

Selain itu, orang tua harus bersabar dalam mengajarkan pendidikan moral
untuk anaknya. Karena banyak factor yang mempengaruhi kemampuan anak
dalam memahami konsep moral. Tetapi dengan menggunakan proses belajar
secara kontinu dapat dijadikan alternative untuk memudahkan anak menguasai
konsep moral seperti yang diharapkan.

3. Perubahan Nilai Sosial

Perubahan nilai social dapat menjadi beban bagi anak dalam menyesuaikan
diri. Karena ketika seorang anak belum selesai menyesuaikan diri dengan nilai
moral yang pertama, anak sudah harus menyesuaikan diri dengan nilai moral yang
baru.

4. Perbedaan Nilai Moral

Orang tua atau guru yang mengajarkan suatu nilai moral pada anak,
seringkali lupa bahwa ia harus memberikan teladan pada anak mengenai apa yang
ia ajarkan. Akibatnya anak tidak menemukan kesesuaian antara nilai moral yang

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 13


diajarkan dengan nilai moral yang ia lihat. Anak menjadi bingung dan cenderung
mengabaikan peraturan yang ditetapkan.

5. Nilai dan Situasi yang Berbeda

Anak cenderung beum mampu memberikan penilaian pada peristiwa unik


atau khusus. Karena itu, anak menyamaratakan peraturan yang satu untuk kodisi
yang berbeda.

6. Konflik Dengan Lingkungan Sosial

Sering kali anak bingung menghadapi harapan lingkungan social yang


berbeda antara lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain. Misalnya,
dirumah, ia diajarkan untuk melawan jika dipukul temannya. Tetapi disekolah,
anak diajarkan untuk selalu melawan dengan kebaikan. Akibatnya anak bingung
mana yang harus ia lakukan.

3.2 Efek Negatif Tidak Mampu Memahami Konsep Moral

Pelanggaran terhadap nilai moral, dapat memebrikan efek negative dalam


dua hal utama bagi seorang anak. Pertama melanggar nilai moral akan membuat
anak menerima:

1. Sanksi social: anak menerima sanksi negative dari lingkungannya,


misalnya dilecehkan.
2. Sanksi individual: anak merasa bersalah dan atau melu terhadap dirinya.

Efek dari pelanggaran yang dilakukan dapat sangan berbahaya. Terutama


bukan karena dilakukannya tingkah laku yang bertentangan dengan moral, tapi
juga bagaimana sikap pelaku sendiri terhadap nilai yang ia langgar. Selanjutnya,
pelanggaran dapat mengakibatkan penyimpangan tingkah laku atau mengganggu
kepribadian si pelanggar itu sendiri.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 14


3.3 Nilai Dalam Diri

Ketika seorang anak semakin besar, maka nilai moral internal yang ia
miliki akan mulai berkikisan dengan nilai moral lingkungan social dimana ia
berada. Anak tidak akan mengalami gesekan jika nilai pribadinya sesuai dengan
nilai pada lingkungan sosialnya, dalam hal ini teman sebayanya. Masalah baru
akan terasa jika nilai pribadi anak tidak sesuai dengan nilai moral teman sebaya.
Karena, pada usia remaja penerimaan teman sebaya menjadi penting. Remaja
ingin diterima oleh sebayanya sebagai bukti dari pengakuan keberadaan dirinya
dan kemampuannya dalam menjalin relasi social. Ketika si remaja harus memilih,
kemungkinan besar ia akan memilih nilai moral teman sebaya. Pada saat ini
remaja menyadari bahwa nilai moral berhubungan dengan penerimaan social.

1. Kejujuran

Kejujuran adalah suatu kemampuan untuk mengetahui perasaan atau


pemikiran atau juga tindakan seseorang pada orang lain. Kejujuran menjadi
penting karena dengan mengakui apa yang ia pikirkan, ia rasakan, dan ia lakukan
sebagaimana adanya, seseorang dapat terhindar dari perasaan bersalah yang timbul
akibat dari kebohongan dan kecurangan yang ia lakukan.

2. Disiplin

Disiplin dimengerti sebagai cara untuk membantu anak agar dapat


mengembangkan pengendalian diri. Dengan disiplin, anak dapat memperoleh
batasan untuk memperbaikin tingkah lakunya yang salah. Disiplin mendorong,
membimbing dan membantu anak agar memperoleh perasaan puas karena
kesetiaan dan kepatuhannya, dan mengajarkan kepada anak bagaimana berpikir
secara teratur (Wantah, 2005).8

8
Ibid, hlm. 82.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 15


Bahkan selanjutnya dijelaskan bahwa disiplin dapat memenuhi kebutuhan
anak dalam banyak hal. Karena dengan disiplin, anak dapat berpikir dan
menentukan sendiri tingkah laku sosialnya sesuai dengan lingkungan sosialnya.

Orang tua sering menekankan disiplin dalam upaya mendidik anak-


anaknya. Namun, disiplin kemudian sering kali identik dengan hukuman. Padahal,
ada cara-cara lain yang dapat dilakukan orang tua untuk mendorong, membimbing
dan membantu anak-anaknya berkembang dan mempelajari moral tanpa melalui
hukuman.

Dalam buku “Confident Childreen”, Gray (2001) menyatakan bahwa akan


lebih memuaskan bagi anak dan orang tua bila anak dapat melakukan yang
diinginkan orang tua, dengan kesadarannya sendiri dan bukan karena takut
hukuman. Jika, anak melakukan kesepakatan tanpa memikirkan apakah imbalan
yang akan ia dapat atau apakah ia akan dihukum jika tidak melakukan kesepakatan
tersebut, itu berarti anak sudah sadar gunanya melakukan kesepakatan tersebut dan
berinisiatif untuk melakukannya. Bentuk kesadaran seperti ini akan membuat anak
dengan senang hati melaksanakan peraturan, bahkan tanpa perlu pengawasan. Ini
karena anak sudah mengerti alasan positif dan akibat negative yang mungkin
timbul bila ia tidak melaksanakan tersebut dari dalam hatinya.9

3. Peduli Orang Lain

Setiap orang senang ketika diperlakukan dengan baik oleh orang lain.
Bahkan setiap orang akan ikut merasakan kebahagiaan ketika melihat orang lain
baik dan perhatian pada orang lain. Umumnya, seseorang yang perhatian dan
peduli pada orang lain, juga menikmati sikapnya itu dan merasa senang karenanya.

Kebaikan hati adalah kepedulian terhadap kesejahteraan dan perasaan


orang lain. (Borba, 2008).10

9
Ibid, hlm. 84.
10
Ibid, hlm. 111.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 16


Dengan adanya perasaan tersebut, maka seseorang (anak) yang perhatian
pada orang lain akan bertingkah laku baik dan menyenangkan. Ciri-cirinya:

1. Gemar melakukan perbuatan yang menyenangkan bagi orang lain, bahkan


sering kali mengabaikan kepentingannya sendiri karena betul-betul peduli
dengan perasaan dan kebutuhan orang lain.
2. Biasanya berpikiran positif terhadap apapun.
3. Tidak mengharapkan balasan. Kebaikan yang dilakukan benar-benar atas
pertimbangan moral baiknya, dan bukan karena mengharapkan balasan dari
orang lain atau karena alasan tertentu.

Seperti juga aspek moral lainnya, maka perhatian pada orang lain adalah
suatu bentuk moral yang terutama didapat melalui teladan dari orang tua dan
merupakan sesuatu yang harus dipupuk, dilatih, dan dikembangkan, bahkan sejak
anak usia dini. Adanya perhatian pada orang lain dalam diri seorang anak, akan
mencegah anak melakukan tindak kejahatan atau tindak tidak bermoral lainnya
karena ia akan memikirkan efeknya bagi orang lain.

3.4 Nilai Kebersamaan

Karena manusia lahir sebagai makhluk individual yang juga makhluk


social. Ini disebabkan bahwa sebagai individu, manusia tidak lepas keberadaannya
dalam suatu lingkungan social. Bahkan manusia selalu berada dalam lebih dari
satu lingkungan social, misalnya lingkungan disekitar rumah, sekolah, dan lain
sebagainya. Dalam interaksinya dengan lingkungan inilah, manusia mengemban
harapan-harapan social yang ditujukan pada dirinya, dan harus dipenuhi olehnya,
bilamana ia ingin diterima dalam lingkungan social tersebut. Harapan-harapan ini
kemudian disebut sebagai nilai-nilai moral yang harus dimiliki manusia sebagai
konsekuensinya menjadi makhluk social.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 17


1. Empati

Empati adalah kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain.


Untuk mengerti dan merasakan pemikiran serta perasaan orang lain. Para ahli
mengatakan bahwa dengan empati, anak dapat menghindarkan diri dari perbuatan
keji karena paham efek negative yang ditimbulkan dari perbuatan tidak bermoral
tersebut. Anak yang memiliki empati yang baik akan mempunyai kemampuan
tenggang rasa terhadap orang lain dan peka terhadap situasi orang lain.11

Empati merupakan bawaan dari lahir, namun, tidak akan berkembang jika
tidak diberi kesempatan berkembang dalam kehidupan seorang anak selanjutnya.
Perkembangan empati dimulai ketika seorang anak berusia sekita 4 tahun, ketika
anak mulai mampu melihat hubungan dalam suatu lingkungan social. Pada usia
ini, anak juga mulai aktif terlibat dalam suatu lingkungan social, dan tidak lagi
terlalu terpusat pada dirinya sendiri.

Tugas orang tua untuk melatih dan mengembangkan kemampuan empati


anak. Orang tua dapat melakukannya dengan member contoh bagaimana anak
dapat ber-empati pada orang lain, serta dengan menjelaskan efek dari empati.
Diharapkan dengan teladan dan pengertian, maka anak dapat menghayati empati
sehingga menjadi bagian dari perilakunya tanpa harus ada pengawasan.

2. Menghargai dan Menghormati Orang Lain

Menghargai dan menghormati orang lain berarti memperlakukan orang lain


dengan baik dan manusiawi. Kedua sikap ini merupakan sikap yang harus dimiliki
setiap individu bila ia ingin diterima di lingkungannya, sekaligus dihargai dan
dihormati orang lain. Jadi, dapat dikatakan menghargai dan menghormati orang
lain merupakan sikap wajib setiap manusia dalam kehidupannya.

Sikap menghormati dan menghargai orang lain tidak tumbuh begitu saja

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 18


11
Ibid, hlm. 132-135.

dalam diri seorang anak. Sikap ini muncul ketika anak sudah tumbuh besar dan
sudah mulai dapat mengerti hal yang bersifat abstrak. Namun proses
pembelajarannya dapat dimulai sejak dini, yaitu dengan member teladan pada
anak, mengenai apa yang disebut dengan menghormati dan menghargai orang
lain.

Seorang anak akan menghormati orang lain apabila ia merasa orang lain
menghormati dirinya. Karena merasa dihormati orang lain, maka anak
menumbuhkan rasa menghormati diri sendiri.

3. Kontrol Diri

Didalam kontrol diri terdapat ekspresi emosi. Ekspresi emosi termasuk


pada keterampilan moral anak yang berhubungan dengan relasi anak dengan
lingkungan sosialnya karena ekspresi emosi erat kaitannya dengan penerimaan
lingkungan.12

Umumnya, ekspresi emosi yang menyulitkan anak dengan lingkungannya


adalah ekspresi emosi negative seperti marah, kecewa, sedih, dan sebagainya.
Jarang ada ekspresi emosi positif yang mengganggu lingkungan. Karena biasanya
ketika merasa marah, sedih, kecewa, atau frustasi, anak melakukan hal-hal buruk
yang tidak sesuai dengan moral social. Misalnya anak mengeluarkan kata-kata
kasar, berlaku kasar, dan lain sebagainya.

Dengan tingkah laku yang buruk, anak tidak menunjukkan kemampuan


untuk menghormati orang lain. Namun tingkah laku buruk itu tetap ia lakukan
karena mampu meredakan emosinya. Karena itu, harus dicari cara lain yang
berguna untuk mengekspresikan emosi anak namun tetap dapat diterima
lingkungan. Artinya, anak harus dapat mangontrol emosinya seperti harapan
lingkungannya, terutama ketika usia anak terus bertambah, namun tetap dapat
mengekspresikan emosinya.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 19


10
Ibid, hlm. 148-167.

4. Keadilan

Adil adalah perasaan atau keyakinan yang memberikan motivasi untuk


bersikap jujur, bertindak benar, dan berbagi dengan orang lain. Biasanya, anak
yang memiliki perasaan adil menjadi peka terhadap unsur-unsur moral lainnya
dan selalu membela yang benar.13

Untuk mengembangkan keadilan pada anak, ada beberapa langkah yang


dapat dilakukan orang tua dalam mengajarkan keadilan pada anaknya. Langkah-
langkah ini kurang lebih sama dengan langkah-langkah pengembangan aspek
moral lainnya, yaitu memberikan teladan dan bersikap adil pada anak.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 20


13
Ibid, hlm. 169-170.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Moral adalah suatu keyakinan tentang benar salah, baik dan buruk, yang
sesuai dengan kesepakatan social, yang mendasari tindakan atau pemikiran. Moral
yang baik menjadi modal individu dalam berinteraksi social. Kenyataan
membuktikan bahwa individu yang diterima lingkungan adalah yang mampu
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya. Karena moral bukanlah
sesuatu yang asing karena kejujuran, disiplin, menghargai orang lain, empati,
saling menghormati, control diri dan keadilan merupakan konsep-konsep aspek
moral yang sudah umum dalam kehidupan kita sehari-hari dan merupakan factor
penentu untuk beradaptasi di lingkungan sosialnya.

Ketika suatu penilaian berkisar pada kepribadian anak dan kemampuan


anak untuk menghargai orang lain, untuk bertanggung jawab pada perbuatannya,
dan aspek-aspek moralitas lainnya, kepandaian akademis bukan lagi mutlak
keberhasilan seorang anak. Karena pada kenyataannya, untuk dapat bertahan
hidup, diterima masyarakat, serta tetap dapat berkembang sebagai pribadi,
kepandaian akademis menjadi syarat yang kesekian, bukan syarat tunggal yang
utama.

Namun, bukan berarti keberhasilan seorang anak semata-mata tidak


mempertimbangkan prestasi akademis. Akan lebih berarti jika anak tersebut
mengembangkan moral yang baik, untuk kemudian dipadukan dengan kecerdasan
akademis. Karena, pada kenyataannya, seorang anak yang cerdas, belum tentu

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 21


akan menunjukkan perilaku moral yang baik, walaupun ia memahami akan
konsep moral yang seharusnya.

4.2 Saran

Hendaknya setiap orang tua dapat meluangkan waktunya untuk dapat


membantu proses pengembangan moral anaknya dan jangan hanya terpaku pada
hal yang bersifat akademis saja. Karena pada dasarnya, individu yang bisa
diterima oleh lingkungan ialah individu yang mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.

Selain itu, orang tua hendaknya bisa menjadi teladan bagi anaknya.
Karena, walau bagaimanapun, orang tua merupakan kerabat terdekat bagi anak
yang biasanya dijadikan panutan dalam kehidupannya.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 22

You might also like