Professional Documents
Culture Documents
Sikap
200813500424
Bab I
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa yang penting karena biasanya di masa ini
seseorang selalu berusaha untuk mencari jati diri, masa untuk melepaskan diri dari
lingkungan orang tua. Tentunya nilai-nilai dalam kehidupan sangat diperlukan
sebagai pedoman, pegangan atau petunjuk dalam mencari jalan untuk
menumbuhkan jati dirinya.
Tentunya sikap dari remaja tersebut harus sesuai dengan nilai-nilai dan
moral-moral tertentu sehingga akan terwujud dalam perilaku yang bermoral dan
segala perbuatannya selaras dengan kenyataan yang ada di dunia sekelilingnya.
Tetapi hal itu belum tentu terjalin dengan baik. Adakalanya seorang individu yang
pada waktu tetentu melakukan perbuatan yang tercela karena ia tidak mengetahui
bahwa itu perbuatan tercela, atau tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di
dalam masyarakat.
Untuk itu, makalah ini akan membahas tentang perkembangan nilai, moral
dan sikap dari pada remaja. Karena antara nilai moral dengan tindakan tidak selalu
terjadi hubungan yang positif, mengingat tingkat emosi pada usia remaja masih
sangat labil. Oleh karena itu, peran serta orang tua, guru, teman-teman dan
lingkungan sekitar sangat mempengaruhi.
Page | 2
Bab II
PEMBAHASAN
DEFINISI NILAI
DEFINISI MORAL
Moral adalah ajaran tentang baik dan buruk perbuatandan kelakuan, akhlak,
kewajiban dan sebagainya (Purwadarminto, 1957: 957). Dalam moral diatur segala
perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai
tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk
membedakan antara perbuatan yang baik dan yang salah. Dengan demikian, moral
merupakan kendali dalam bertingkah laku.
DEFINISI SIKAP
Page | 3
HUBUNGAN ANTARA NILAI, MORAL DAN SIKAP
Dengan demikian, keterkaitan antara nilai, moral, sikap dan tingkah laku
akan tampak dalam pengamalan nilai-nilai. Dengan kata lain, nilai-nilai perlu
diketahui terlebih dahulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru akan
terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut dan pada akhirnya
terwujudlah tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai yang dimaksud.
Nilai-nilai kehidupan yang harus dikuasai remaja tidak hanya sebatas pada
adat kebiasaan dan tingkah laku saja, tetapi seperangkat nilai-nilai yang secara
keseluruhan terkandung dalam Pancasila. Seorang remaja dalam tugas
perkembangannya dituntut untuk dapat mempelajari dan membentuk perilakunya
agar sesuai dengan harapan lingkungannya tanpa harus dibimbing, diawasi,
didorong, dan diancam dengan hukuman seperti pada waktu anak-anak.
Page | 4
1. Tingkat 1 : Pra-konvensional
Pada stadium 1, anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman. Anak
hanya mengetahui bahwa aturan-aturan ditentukan oleh adanya kekuasaan
yang tidak dapat diganggu gugat. Ia harus menurut kalau tidak akan
memperoleh hukuman.
Pada Stadium 2, berlaku prinsip Relativistik Hedonism artinya bergantung
pada kebutuhan dan kesanggupan seseorang (hedonistic). Dalam tahap ini,
seorang anak sadar bahwa setiapkejadian mempunyai beberapa segi.
2. Tingkat 2 : Konvensional
Stadium 3, menyangkut orientasi mengenai anak yang baik. Anak mulai
memasuki umur belasan tahun, dimanaanak memperlihatkan orientasi
perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain.
Mereka melakukan perbuatan atas dasar kritik dari masyarakat.
Stadium 4, yaitu tahap mempertahankan norma-norma social dan otoritas.
Perbuatan baik yang diperlihatkan seseorang merupakan kewajiban untuk ikut
melaksanakan aturan-aturan yang ada, agar tidak timbul kekacauan.
3. Tingkat 3 : Pasca-konvensional
Stadium 5, merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya
dengan lingkungan social. Pada tahap ini, seseorang harus memperlihatkan
kewajibannya kepada masyarakat karena lingkungan social akan memberikan
perlindungan kepadanya. Originalitas remaja juga masih tampak pada tahap ini.
Remaja masih mau diatur secara ketat oleh hukum-hukum yang lebih tinggi,
walaupun kata hati sudah mulai berbicara.
Stadium 6, tahaini disebut Prinsip Universal. Pada tahap ini ada norma etika
disamping norma pribadi dan subjektif. Unsur etika disini yang akan
menentukan apa yang boleh dan baik dilakukan dan sebaliknya. Remaja
mengadakan tingka laku-tingkah laku moral yang dikemudikan oleh tanggung
jawab batin sendiri.
Page | 5
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI, MORAL DAN SIKAP
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga sebagai lingkungan pertama yang mempengaruhi perkembangan
nilai, moral dan sikap seseorang. Biasanya tingkah laku seseorang berasal dari
bawaan ajaran orang tuanya. Orang-orang yang tidak memiliki hubungan yang
harmonis dengan orang tuanya di masa kecil, kemungkinan besar mereka tidak
mampu mengembangkan superegonya sehingga mereka bias menjadi orang
yang sering melakukan pelanggaran norma.
2. Lingkungan Sekolah
Di sekolah, anak-anak mempelajari nilai-nilai norma yang berlaku di
masyarakat sehingga mereka juga dapat menentukan mana tindakan yang baik
dan boleh dilakukan. Tentunya dengan bimbingan guru. Anak-anak cenderung
menjadikan guru sebagai model dalam bertingkah laku, oleh karena itu seorang
guru harus memiliki moral yang baik.
3. Lingkungan Pergaulan
Dalam pengembangan kepribadian, factor lingkungan pergaulan juga turut
mempengaruhi nilai, moral dan sikap seseorang. Pada masa remaja, biasanya
seseorang selalu ingin mencoba suatu hal yang baru. Dan selalu ada rasa tidak
enak apabila menolak ajakan teman. Bahkan terkadang seorang teman juga bisa
dijadikan panutan baginya.
4. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat sendiri juga memiliki pengaruh yang penting terhadap
pembentukan moral. Tingkah laku yang terkendali disebabkan oleh adanya
control dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri
untuk pelanggar-pelanggarnya.
Page | 6
Pada sebagian remaja dan orang dewasa yang penalarannya terhambat,
pedoman mereka hanyalah menghindari hukuman. Sedangkan untuk tingkat kedua
sudah ada pengertian bahwa untuk memenuhi kebutuhan sendiri seseorang juga
harus memikirkan kepentingan orang lain. Perbedaan perseorangan juga dapat
dilihat pada latar belakang kebudayaannya. Jadi, ada kemungkinan terdapat
individu atau remaja yang tidak mencapai perkembangan nilai, moral dan sikap
serta tingkah laku yang diharapkan padanya.
Perwujudan nilai, moral dan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Dan tidak
semua individu tidak mencapai tingkat perkembangan moral seperti apa yang
diharapkan. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan
nilai, moral dan sikap, antara lain :
1. Penciptaan Komunikasi
Dalam komunikasi didahului engan pemberian informasi tentang nilai-nilai
dan moral. Anak tidak hanya harus mendengarkan tetapi juga harus dirangsang
agar lebih aktif. Misalnya mengikutsertakan ia dalam pengambilan keputusan di
keluarga dan pemberian tanggung jawab dalam kelompok sebayanya. Karena
nilai-nilai kehidupan yang dipelajari barulah betul-betul berkembang apabila
telah dikaitkan dalam konteks kehidupan bersama.
Selain itu, pengembangan juga bisa dilakukan melalui proses pendidikan,
pengasuhan, perintah, larangan, pemberian hadiah, pemberian hukuman dan
interfensi edukatif dengan dibantu oleh para guru dan para orang tua untuk
menanamkan nilai-nilai luhur, moral dan sikap yang baik bagi anak-anaknya agar
dapat berkembang menjadi generasi penerus yang diharapkan.
Para remaja sering kali menentang nilai-nilai dan dasar-dasar hidup orang
tua dan orang dewasa lainnya. Ini tidak berarti mengurangi kebutuhan mereka
Page | 7
akan suatu system nilai yang tetap. Mereka tetap menginginkan suatu system
nilai yang akan menjadi pegangan dan petunjukbagi perilaku mereka. Karena
itu, orang tua, guru dan orang dewasa lainnya patut memberikan contoh
perilaku yang merupakan perwujudan nilai-nilai yang diperjuangkan.
Page | 8
Bab III
PENUTUP
Dengan demikian, keterkaitan antara nilai, moral, sikap dan tingkah laku
akan tampak dalam pengamalan nilai-nilai. Dengan kata lain, nilai-nilai perlu
diketahui terlebih dahulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru akan
terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut dan pada akhirnya
terwujudlah tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai yang dimaksud.
Page | 9
DAFTAR PUSTAKA
Page | 10