You are on page 1of 10

ALIRAN-ALIRAN PSIKOLOGI

1. Psikologi Pendidikan

Psikologi pendidikan adalah studi ilmiah tentang perilaku dan proses mental. Psikologi
pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami
pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Psikologi pendidikan adalah
bidang yang sangat luas sehingga dibutuhkan satu buah bahasan tersendiri untuk
menjelaskannya.

Awal mula munculnya psikologi pendidikan berawal dari tokoh pertama, William James
(1842-1910) memberikan serangkaian kuliah bertajuk “Talks to Teachers”. Dalam kuliah ini
ia mendiskusikan aplikasi psikologi untuk mendidik anak. Ia menegaskan pentingnya
mempelajari proses belajar dan mengajar di kelas guna meningkatkan mutu pendidikan.
Salah satu rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik yang sedikit lebih tinggi di atas
tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan untuk memperluas cakrawala
pemikiran anak.

Tokoh kedua, John Dewey (1859-1952) merupakan motor penggerak pengaplikasian


psikologi dalam tingkat praktis, sehingga kemudian ia membangun laboratorium psikologi
pendidikan pertama di Universitas Columbia Amerika Serikat (1894). Beberapa kajian yang
penting darinya adalah pertama, kita mendapatkan pandangan tentang anak sebagai
pembelajar aktif (active learning), dimana anak bukan pasif duduk diam menerima pelajaran
tetapi juga aktif agar proses belajar anak akan lebih baik.

Kedua, pendidikan harus difokuskan pada anak secara keseluruhan dan kemampuan anak
untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Dewey percaya bahwa anak-anak seharusnya tidak
mendapatkan pelajaran akademik saja, tetapi juga harus mempelajari cara untuk berpikir dan
beradaptasi dengan lingkungan luar sekolah, seperti mampu untuk memecahkan masalah
dengan baik. Ketiga, ia berpendapat bahwa semua anak berhak mendapatkan pendidikan
yang selayaknya, mulai dari kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan, semua golongan
etnis, sampai pada semua lapisan ekonomi-sosial.

Tokoh ketiga, E.L Thorndike (1874-1949) berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di
sekolah yang paling penting adalah menanamkan keahlian penalaran anak. Thorndike sangat
ahli dalam melakukan studi belajar dan mengajar secara ilmiah. Thorndike mengajukan
gagasan bahwa psikologi pendidikan harus punya basis ilmiah dan harus berfokus pada
pengukuran.

Mengajar : Antara Seni dan Ilmu Pengetahuan

Seberapa ilmiahkah pendekatan mengajar yang dipakai seorang guru? Baik sains maupun
seni dan pengalaman keahlian mengajar berperan penting bagi keberhasilan seorang guru.
Bidang psikologi pendidikan banyak mengambil sumber teori dan riset psikologi yang lebih
luas. Misalnya, teori perkembangan kognitif dan bicara dalam rangka memberikan informasi
bagi guru tentang bagaimana mendidik anak.

Psikologi pendidikan juga banyak memanfaatkan teori dan riset yang disusun dan dilakukan
langsung oleh para ahli psikologi pendidikan dan dari pengalaman praktis para guru.
Misalnya, motivasi, mengajar dan pembelajaran yang seharusnya diterapkan dalam proses
pendidikan. Ahli psikologi pendidikan juga mengakui bahwa mengajar terkadang harus
mengabaikan saran-saran ilmiah, tetapi menggunakan improvisasi dan spontanitas.

Sebagai sebuah ilmu, tujuan psikologi pendidikan adalah memberi kita pengetahuan riset
yang dapat secara efektif di aplikasikan untuk situasi mengajar. Tetapi, pengajaran kita tetap
merupakan sebuah seni mengajar. Selain hal-hal yang bisa kita pelajari dari riset, kita juga
akan terus-menerus membuat penilaian penting di kelas berdasarkan keahlian dan
pengalaman pribadi kita, dan juga berdasarkan saran yang bijak dari guru-guru lain yang
lebih berpengalaman.

Daftar Pustaka:
santrock, W John. 2004. Educational Psychology: 2nd Edition. McGraw-Hill Company, inc.

2. Psikologi Perkembangan

Mengapa kita perlu mempelajari psikologi perkembangan atau yang biasa dikenal dengan
perkembangan masa hidup (Life Span Development)? Jika anda sudah atau akan menjadi
orangtua atau guru, tanggung jawab terhadap anak-anak sudah menjadi bagian dari
kehidupan anda sehari-hari. Semakin banyak anda belajar tentang mereka, maka semakin
baik anda berurusan dengan mereka.

Dengan mempelajari perkembangan masa hidup maka kita akan mengetahui bagaimana
karakteristik perkembangan dan  persoalan-persoalan kontemporer dalam perkembangan
masa hidup kita sebagai manusia. Seperti bagaimana karakteristik manusia pada usia anak-
anak awal dan persoalan apa sajakan yang berkaitan dengan usia anak-anak awal.

Perkembangan masa hidup memiliki 2 macam perspektif atau pandangan. Pertama,


pendekatan tradisional (traditional approach) adalah pendekatan yang menekankan
perkembangan pada perubahan ekstrim dari lahir hingga masa remaja saja. Sedangkan
yang kedua, pendekatan masa hidup (the life-span approach) adalah pendekatan yang
menekankan pada perubahan perkembangan terjadi selama masa hidup manusia.

Menurut pakar perkembangan masa hidup, Paul Baltes, perspektrif perkembangan masa
hidup (life-span perspective) mencakup tujuh kandungan dasar yaitu: Perkembangan
bersifat seumur hidup, multidimensional, multidireksional, plastis, melekat secara
kesejarahan, multidisiplin, dan kontekstual. Berikut adalah penjelasan dari setiap
kandungan tersebut.
Perkembangan bersifat seumur hidup. Tidak ada periode usia yang mendominasi
perkembangan hidup. Perkembangan meliputi keuntungan dan kerugian, yang
berinteraksi dalam cara yang dinamis sepanjang siklus kehidupan. Sehingga selama
proses bertambahnya usia, maka selama itulah proses perkembangan akan terus berjalan.

Perkembangan bersifat multidimensional. Perkembangan terdiri atas dimensi biologis,


kognitif, dan sosial. Dimensi inilah yang dikaji dalam setiap periode perkembangan
manusia. Bahkan dalam satu dimensi semacam intelegensi, terdapat banyak komponen,
seperti intelegensi abstrak, intelegensi nonverbal, intelegensi sosial, dan lain-lain

Perkembangan bersifat multidireksional. Beberapa dimensi atau komponen dari suatu


dimensi dapat meningkat dalam masa pertumbuhan, sementara dimensi lainnya menurun.
Misalnya, orang dewasa akan lebih arif dalam berpikir mengingat pengalaman yang
banyak, tetapi disisi lain ia merasa mudah lelah jika malakukan pekerjaan berat.

Perkembangan bersifat lentur (plastic). Bergantung pada kondisi kehidupan individu,


perkembangan terjadi melalui banyak cara yang berbeda. Sehingga manusia satu dan
lainnya belum tentu memiliki proses perkembangan yang sama. Misalnya, kemampuan
penalaran orang dewasa dapat ditingkatkan melalui pelatihan dan orang dewasa lainnya
melalui pengalaman pribadi.

Perkembangan melekat secara kesejarahan. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor


sejarah dimana individu hidup. Seorang berusia 40 tahun mengalami depresi berat akibat
perang dunia pertama, akan berbeda dengan seorang berusia 40 tahun mengalami depresi
pada waktu sekarang ini.

Perkembangan dipelajari oleh berbagai multidiplin. Para pakar psikologi, sosiologi,


antropologi, neurosains, dan peneliti kesehatan semuanya mempelajari perkembangan
manusia dan berbagi persoalan untuk membuka misteri perkembangan masa hidup manusia.

Perkembangan bersifat kontekstual. Perkembangan manusia mengikuti konteks yang


meliputi linkungan, sosial, kebudayaan, dan lain-lain. Sehingga individu dilihat sebagai
makhluk yang sedang berubah di dalam dunia yang sedang berubah.

Dengan mempelajari perkembangan masa hidup atau psikologi perkembangan, maka kita
akan menemukan informasi tentang siapa kita, bagaiamana kita dapat seperti ini dan kemana
masa depan akan membawa kita.

Daftar Pustaka

Santrok, John W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid 1.
Jakarta: Erlangga
3. Psikoanalisis

Tempat gerakan psikoanalisis dalam psikologi kontemporer adalah unik sekaligus


paradoksikal. Di satu sisi, psikoanalisis merupakan sistem psikologi yang paling dikenal luas
meskipun tidak secara universal dipahami.

Pendirinya tidak lain adalah Sigmund Freud, sudah pasti merupakan salah satu tokoh yang
paling terkenal di abad terakhir. Di sisi lain, gerakan psikoanalisis tidak banyak memiliki
kesamaan dengan berbagai pandangan psikologi lainnya.

Psikoanalisis jelas terkait dengan tradisi jerman yang menyatakan bahwa pikiran adalah
entitas yang aktif, dinamis dan bergerak dengan sendirinya. Freud dididik dalam bidang
sains, namun sistemnya tidak banyak menggunakan emipirisisme sistematik.

Sebagai dokter, Freud menggunakan kekuatan observasinya yang cermat untuk


mengembangkan sistemnya dalam rangka medis, mendasarkan teorinya pada berbagai studi
kasus individual.

Ia tidak mengubah pemahamannya tentang ilmu pengetahuan pada abad 19 dalam upaya
mengorganisasi observasinya. Ia tidak berusaha menguji hipotesisnya secara teliti, melalui
verifikasi independen. Sebagaimana yang dikatakan olehnya, ia adalah psikoanalasis dan ia
tidak menoleransi penyimpangan pandangan-pandangan ortodiksnya.

Konsisten dengan posisi gestalt, psikoanalisis secara teguh mendasarkan pada model aktif
proses-psoses mental, namun kurang memiliki komitmen pada empirisisme seperti halnya
psikologi gestalt. Freud tidak hanya konsisten pada aktivitas proses mental yang
dikemukakan oleh Leibniz dan kant, tetapi juga dengan keyakinan pada abad 19 tentang
tingkat aktivitas mental sadar dan tidak sadar.

Psikoanalisis memperkenalkan studi tentang proses-proses ketidaksadaran yang


mempengaruhi aktivitas manusia. Psikoanalisis menekankan tujuan keseimbangan
homeostatik energi-energi ketidaksadaran dalam kepribadian.

Psikoanalisis mengembangakan konsep aktivitas mental lebih luas dari pada sistem
psikologi manapun. Sebagai representasi utama dari kebergantungan ekstrim pada aktivitas
mental untuk menjelaskan kepribadian, psikoanalisis terpisah dari berbagai gerakan lain
dalam psikologi kontemporer.

Selain itu, psikoanalisis tidak lahir dari penelitian akademis, sebagaimana sistem-sistem lain,
namun merupakan produk konsekuensi terapan praktik klinis. Penyusunan obeservasi yang
dilakukan freud bertujuan untuk menyusun berbagai pendekatan-pendekatan terapi yang
sangat dibutuhkan.

Formulasi-formulasi inilah yang diperluas ke teori psikodinamika perkembangan


kepribadian yang bergantung pada pengurangan ketegangan.
Para teoritis lain memodifikasi teori freud dan memasukkan pengaruh budaya (Jung) dan
kebutuhan sosial (Adler dan Horney). Selain itu, para cendikiawan juga mengitegrasikan
model psikoanalisis dengan pendekatan lapangan (Sullivan) dan asumsi eksistensial
(Fromm).

Sebagai sebuah gerakan kontemporer, psikoanalisa masih berpengaruh besar dalam psikiatri
dan psikologi klinis, meskipun akhirnya, gerakan ini terpecah karena tidak adanya
kesepakatan metodologis.

Daftar Pustaka:

Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada

4. Psikologi behaviorisme

Psikologi behaviorisme memaknai psikologi sebagai studi tentang perilaku dan sistem ini
mendapat dukungan kuat dalam perkembangannya di abad 20 Amerika Serikat.

Dalam pandangannya, perilaku yang dapat diamati dan dikuantifikasi memiliki maknanya
sendiri, bukan hanya berfungsi sebagai perwujudan peristiwa-peristiwa mental yang
mendasarinya.

Gerakan ini secara formal diawali oleh seorang psikolog Amerika bernama John Broadus
Watson (1878-1958) dengan makalahnya berjudul “Psychology as the Behaviorist Views It” dan
dipublikasikan pada tahun 1913.

Watson mengusulkan peralihan dari pemikiran radikal yang membahas perkembangan psikologi
bedasarkan kesadaran dan proses mental. Watson mendukung perilaku tampak yang dapat
diamati sebagai satu-satunya subjek pembahasan yang masuk akal bagi ilmu pengetahuan
psikologi.

Sistem Watson yang memfokuskan pada kemampuan adaptasi perilaku terhadap stimuli
lingkungan, menawarkan ilmu psikologi yang positif dan objektif dan pada tahun 1930
behaviorisme menjadi sistem dominan dalam psikologi Amerika.

Watson sangat berhasil dalam mengawali perubahan perkembangan psikologi. Sehingga


behaviorisme secara bertahap berkembang dari definisi awal watson menjadi behaviorisme yang
mencakup rangakaian aktivitas manusia dan infra manusia yang luas dan dipelajari melalui
beragam metodologi empiris.

Psikologi behaviorisme sebagai disiplin empiris yang mempelajari perilaku sebagai adaptasi
terhadap stimuli lingkungan. Inti utama behaviorisme adalah bahwa organisme mempelajari
adaptasi perilaku dan pembelajaran tersebut dikendalikan oleh prinsip-prinsip asosiasi.
Pendekatan empiris berdasarkan pengkajian asosiasi dalam psikologi behavioristik yang secara
umum mengikuti pendapat para filsuf inggris dan juga konsep locke tentang kepasifan mental
yang bermakna bahwa isi pikiran bergantung pada lingkungan.

Psikologi behaviorisme juga berfundamental pada refleksiologi. Meskipun penelitian tentang


perolehan refleks dilakukan sebelum diterbitkannya tulisan-tulisan Watson, karena penelitian ini
sebagian besar dilakukan oleh peneliti berkebangsaan rusia seperti Ivan Petrovich Pavlov (1849-
1936).

Tetapi kelompok ilmuwan rusia tersebut memberikan dampak besar bagi behaviorisme setelah
publikasi tulisan-tulisan Watson dan berperan sebagai kekuatan untuk memperluas formulasi
aslinya.

Daftar Pustaka:

Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada

5. Psikologi Gestalt

Psikologi Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti menggambarkan konfigurasi atau
bentuk yang utuh. Suatu gestalt dapat berupa objek yang berbeda dari jumlah bagian-bagiannya.
Semua penjelasan tentang bagian-bagian objek akan mengakibatkan hilangnya gestalt itu
sendiri. Sebagai contoh, ketika melihat sebuah persegi panjang maka hal ini dapat dipahami dan
dijelaskan sebagai persegi panjang berdasarkan keutuhannya atau keseluruhannya dan identitas
ini tidak bisa dijelaskan sebagai empat garis yang saling tegak lurus dan berhubungan.

Sejalan dengan itu, gestalt menunjukkan premis dasar sistem psikologi yang mengonseptualisasi
berbagai peristiwa psikologis sebagai fenomena yang terorganisasi, utuh dan logis. Pandangan
ini menjelaskan integritas psikologis aktivitas manusia yang jelas. Menurut para gestaltis, pada
waktu itu psikologi menjadi kehilangan identitas jika dianalisis menjadi komponen-komponen
atau bagian-bagian yang telah ada sebelumnya.

Psikologi gestalt adalah gerakan jerman yang secara langsung menantang psikologi
strukturalisme Wundt. Para gestaltis mewarisi tradisi psikologi aksi dari Brentano, Stumpf dan
akademi Wurzburg di jerman, yang berupaya mengembangkan alternatif bagi model psikologi
yang diajukan oleh model ilmu pengetahuan alam reduksionistik dan analitik dari Wundt.

Gerakan gestalt lebih konsisten dengan tema utama dalam filsafat jerman yakni aktivitas mental
dari pada sistem Wundt. Psikologi gestalt didasari oleh pemikiran Kant tentang teori nativistik
yang mengatakan bahwa organisasi aktivitas mental membuat individu berinteraksi dengan
lingkungannya melalui cara-cara yang khas. Sehingga tujuan psikologi gestalt adalah
menyelidiki organisasi aktivitas mental dan mengetahui secara tepat karakteristik interaksi
manusia-lingkungan.
Hingga pada tahun 1930, gerakan gestalt telah berhasil menggantikan model wunditian dalam
psikologi Jerman. Namun, keberhasilan gerakan tersebut tidak berlangsung lama kerena
munculnya hitlerisme. Sehingga para pemimpin gerakan tersebut hijrah ke Amerika.

Psikologi gestalt diawali dan dikembangakan melalui tulisan-tulisan tiga tokoh penting, yaitu
Max Wertheimer, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Ketiganya dididik dalam atmosfer
intelektual yang menggairahkan pada awal abad 20 di Jerman, dan ketiganya melarikan diri dari
kejaran nazi dan bermigrasi ke Amerika.

Tetapi di Amerika psikologi gestalt tidak memperoleh dominasi seperti di Jerman. Hal ini
dikarenakan psikologi Amerika telah berkembang melalui periode fungsionalisme dan pada
tahun 1930-an didominasi oleh behaviorisme. Oleh karena itu, kerangka psikologi gestalt tidak
sejalan dengan perkembangan-perkembangan di Amerika.

Daftar Pustaka:

Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada

6. Psikologi Fungsionalisme

Sebelum membahas tentang psikologi fungsionalisme amerika, terlebih dahulu harus mengetahui
perkembangan yang terjadi sebelum psikologi fungsinalisme muncul di amerika.

Ketika konsep psikologi strukturalisme wundt dari jerman diperkenalkan di amerika serikat,
dengan segera konsep tersebut disesuaikan dengan karakteristik amerika. Walaupun salah satu
murid wundt, titchener, tetap berpegang dalam keaslian psikologi strukturalisme di amerika.

Setelah para psikolog amerika kembali dari pendidikan di jerman, mereka memasukkan suatu
interpretasi fungsional dalam psikologi strukturalisme. Secara singkat, psikologi fungsionalisme
adalah orientasi dalam psikologi yang menekankan proses mental dan menghargai
kebermanfaatan psikologi.

Ironisnya, psikologi fungsionalisme di kemukakan oleh titchener pada tahun 1898, hal ini di
lakukan untuk membedakan pandangan-pandangan fungsionalisme dari psikologi stukturalisme
yang sejati.

Menurut Boring (1950), psikologi fungsionalisme berbeda dengan psikologi strukturalisme


tentang alasan dalam melakukan eksperimen. Para fungsionalis ingin mengetahui cara kerja
pikiran dan apa saja kegunaan pikiran, bukan sekedar isi dan struktur apa yang terlibat dalam
proses-proses mental.

Hal ini sesuai dengan filsafat pragmatisme yang menciptakan pemahaman bahwa dalam
menciptakan atmosfer intelektual, yang dilakukan bukanlah mempelajari apa yang dilakukan
individu, tetapi bagaimana individu mempelajari tersebut.
Psikologi fungsionalisme menghargai pentingnya adaptasi spesies dan individu terhadap
pengaruh-pengaruh lingkungan. Adaptasi sebagai mekanisme untuk bertahan hidup, hal ini
sesuai dengan pengalaman bangsa amerika dalam menanamkan peradaban terbaik eropa dan
menaklukkan benua liar tersebut.

Tokoh lain yang sangat berpengaruh dalam psikologi fungsionalisme yaitu William James
(1842-1910) dan Charles Sanders Peirce (1839-1914). Keberpengaruhan mereka dalam
kontribusi pemikiran pragmatisme tentang kesadaran, proses mental dan empirisisme membawa
formulasi-formulasi baru psikologi yang menjadi awal munculnya sistem amerika berikutnya.

Fungsionalisme amerika adalah gerakan yang relatif tidak bertahan lama. Fungsionalisme
membuka jalan bagi  pendefinisian ulang psikologi dengan pendekatan behavioristik yang
dengan cepat mendominasi psikologi amerika.

Fungsionalisme dapat dipandang sebagai tahap transisional antara strukturalisme dan


behaviorisme di amerika. Di sisi lain, psikologi tertanam kokoh dan menunjukkan
kebernilaiannya, baik dalam akademik maupun terapan di amerika, semua karena upaya intensif
yang dilakukan oleh para fungsionalis. Sehingga para fungsionalis ini disebut sebagai pembawa
kemajuan yang memasukkan unsur amerika dalam psikologi dan tetap dipertahankan hingga
kini.

Daftar Pustaka:

Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada

7. Psikologi Strukturalisme

Psikologi struktural atau strukturalisme merupakan studi analitis tentang generalisasi pikiran
manusia dewasa melalui metode introspeksi. Dalam hal ini psikologi dimaksudkan untuk
mempelajari isi (konten) pikiran, sehingga sistem ini kadang juga disebut dengan psikologi
konten.

Pendekatan psikologi stukturalisme berasal dari Wilhelm Wundt yang dipelopori di amerika
oleh muridnya Edward Bradford Titchener. Perlu ditekankan bahwa psikologi strukturalisme
ditemukan oleh Wundt sedangkan Titchener hanyalah satu dari sekian banyak murid yang
dimiliki oleh Wundt, tetapi Titchener-lah yang berupaya membawa psikologi Wundt ke amerika
dengan mempertahankan konsep aslinya.

Dalam konsep dan sistem ini. Psikologi strukturalisme dari Wundt dan Titchener memiliki 3
tujuan :
1.    Menggambarkan komponen-komponen kesadaran sebagai elemen-elemen dasar,
2.    Menggambarkan kombinasi kesadaran sebagai elemen-elemen dasar tersebut, dan
3.    Menjelaskan hubungan elemen-elemen kesadaran dengan sistem saraf

Kesadaran diatas diartikan sebagai pengalaman langsung. Pengalaman langsung yaitu


pengalaman sebagaimana hal itu dialami. Hal ini berbeda dengan pengalaman antara.
Pengalaman antara yaitu diwarnai oleh isi yang sudah ada dalam pikiran, seperti asosiasi
sebelumnnya dan kondisi emosional serta motivasional seseorang.

Dengan demikian, pengalaman langsung diasumsikan tidak dipengaruhi oleh pengalaman antara.
Psikologi strukturalisme berupaya mempertahankan integritas psikologi dengan
membedakannya dari fisika.

Fisika mempelajari dunia fisik atau materi, tanpa merujuk pada manusia dan melalui metode
observasional berupa inspeksi yang dikendalikan dengan hati-hati. Psikologi mempelajari dunia,
dengan merujuk pada manusia yang mengalami sesuatu, melalui metode observasional berupa
introspeksi terkontrol atas isi kesadaran.

Subjek pembahasan yang tepat bagi psikologi struktural adalah proses kesadaran dan bebas dari
asosiasi. Sehingga Wundt dan Titchener berpendapat, psikologi harus terbebas dari kekuatan
metafisika, pikiran awam dan kepentingan kegunaan atau terapan yang akan merusak
intergritasnya.

Sedangkan metode eksperimental yang digunakan untuk memastikan ketepatan analisis isi
mental adalah introspeksi. Teknik pelaporan diri ini merupakan pendekatan klasik untuk
menggambarkan pengalaman pribadi. Sehingga introspeksi hanya akan dianggap valid jika
dilakukan oleh para ilmuwan yang sangat terlatih, bukan oleh pengamat awam.

Disamping kelemahan psikologi struktural dalam pandangan fungsionalisme yaitu hanya sekedar
mempelajari isi dan struktur yang terlibat dalam proses-proses mental, psikologi struktural
memiliki kontribusi positif dalam bidang ilmu psikologi. Sistem ini mendorong psikologi
menjadi ilmu pengetahuan. Wundt mendeklarasikan sebuah disiplin formal yakni psikologi yang
didasarkan pada formulasi-formulasi ilmiah sehingga psikologi diakui sebagai ilmu pengetahuan.

Daftar Pustaka:

Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada

You might also like