You are on page 1of 27

RINGKASAN MATERI

BAHASA INDONESIA SMK/MAK


Semua Program Kejuruan
(KELAS X SEMESTER GENAP)

Disusun oleh:
Irwan Maulana, S.S

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 1


SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
MENGUCAPKAN KALIMAT
DENGAN JELAS, LANCAR, BERNALAR

A. Artikulasi dan Alat Ucap Manusia


Artikulasi ialah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Artikulasi dibedakan
atas: bunyi vocal a, i , u, e, o dan konsonan (Bilabial, laringal, veral, labio
dentalalpico interdental/dental, spiral, uvular, dan apical.
1. Konsonan bilabial. Bila bunyi ujar yang dihasilkan dengan
mempertemukan kedua bibir, seperti b, p, m.
2. Laringal, bila bunyi ujar yang terjadi karena pita suara terbuka agak
lebar, seperti : h
3. Velar, apabila lidah bagian belakang (artikulator) bertemu dengan
langit-langit lunak (titik artikulasi), seperti k, g, ng, kh, q.
4. Labio dental, bunyi yang dihasilkan oleh pertemuan gigi atas dengan
bibir bawah, seperti f, v, w.
5. Alpico interdental/dental, bunyi yang dihasilkan bila ujung lidah
(artikulator) bertemu dengan daerah lengkung pipi (titik artikulator), seperti t,
d, n.
6. Spiral, bila bunyi ujar dihasilkan dari udara yang keluar dari paru-paru
yang mendapat halangan getaran lidah, seperti s, z, sy.
7. Uvular, bila bunyi yang dihasilkan oleh anak tekak sebagai artikulator
dengan lidah bagian belakan sebagai titik artikulasi, seperti r – tidak jelas.
8. Apikal, bila bunyi getar dihasilkan dengan mendekatkan lidah ke
langit-langit lembut atau lengkung kaki gigi dengan system getar
menimbulkan bunyi ujar, seperti r – jelas.

B. Melafalkan Kata Secara Baku dan Membedakannya dari Lafal Daerah.


Penulisan kata baku telah diatur dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Untuk
penggunaan secara lisan, pelafalan harus disesuaikan dengan huruf yang membentuk
kata tersebut dan tidak terpengaruh unsur lafal daerah. Contoh: Kantung bukan
kantong, rabu bukan rebo, kebun bukan kebon, senin bukan senen, dan teman bukan
temen.

C. Pelafalan Kata Serapan.


Kata serapan adalah kata dari bahasa asing yang diIndonesiakan. Penyerapan
dapat terjadi atas dua hal, yaitu proses adaptasi (sebuah kata secara utuh diserap tanpa
adanya perubahan dan pelafalan, contoh; cofe break, money politics, superpower,
reshuffle) dan asimilasi (bentuk kata asing yang diserap sesuai dengan pengucapan
dan penulisan bahasa Indonesia, contoh; Contingent ditulis kontingen dan diucapkan
kontingen, juga carier ditulis karier dan dilafalkan karir.

D. Tekanan Nada, Tempo, jeda, dan Intonasi


a. Nada  tekanan tinggi rendahnya pengucapan suatu kata.
Contoh : Bukan adik yang membeli pisang goreng ini.

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 2


SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
Pengucapan kata bukan lebih tinggi nadanya karena orang yang
mengucapkannya ingin mementingkan kata tersebut daripada yang lainnya.
b. Tempo  cepat atau lambatnya pengucapan suatu bagian kalimat. Fungsinya
untuk mementingkan suatu kata dalam bagian kalimat.
Contoh : Nama saya A-l-a-m. kata Alam diucapkan lebih lambat dengan maksud
menimbulkan efek kejelasan bagi pendengarnya.
c. Jeda  perhentian lagu kalimat. Jeda terbagi dalam tiga jenis, yaitu : jeda
pendek, jeda sedang, dan jeda panjang.
d. Intonasi  naik turunnya kalimat.
Contoh : 1. Pergi. (memberi tahu) (intonasinya datar)
2. Pergi ? (bertanya) (intonasinya naik)
3. Pergi! (menyuruh) (intonasinya lebih naik

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 3


SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
MENGGUNAKAN KALIMAT
YANG TEPAT BAIK DAN SANTUN

A. Syarat-syarat Kalimat yang Baik dan Komunikatif:


1. Tidak menyimpang dari kaidah bahasa  cermat dari segi pemilihan
kata, bentuk kata, maupun susunan kalimatnya memenuhi aturan sintaksis
yang benar. Contoh tidak benar: Yang memiliki HP harap dimatikan.
(Terkesan semua orang yang memiliki HP harus dimatikan).
2. Logis atau dapat diterima nalar. Contoh: Ini adalah daerah bebas
parkir  padahal maksudnya boleh parkir tanpa bayar bukan bebas
memarkirkan kendaraan semaunya.
3. Jelas dan dapat menyampaikan maksud dengan tepat. Contoh: Mereka
mengantar iring-iringan jenazah salah karena yang dimaksud adalah
mengiringi jenazah bukan mengantar jenazah yang beriring (dalam artian
banyak jenazah).

B. Kalimat yang Komunikatif, tetapi Tidak Cermat:


1. Ketidaklengkapan unsur-unsurnya (minimal S-P).
2. Ketidaktepatan penempatan unsur-unsurnya.
3. Penggunaan unsur kalimat yang berlebihan.
4. Pilihan kata yang tidak tepat.

C. Kalimat yang Cermat, tetapi tidak Komunikatif:


1. Kalimat terlalu luas atau berbentuk kalimat majemuk yang kompleks.
2. Kalimat yang terperinci namun pengertiannya secara umum sudah
diketahui. Contoh: Hari ini, Rudi menggunakan baju dengan kerah pendek
yang biasa orang pakai untuk salat di masjid.
3. Kalimat tidak logis. Contoh: Pemenang terbaik ke-2 mendapatkan
voucher belanja seharga dua juta rupiah.

D. Manggunakan Kalimat yang Efektif dan Santun


Dalam Komunikasi, bukan hanya penyampaian kalimat yang efektif dan
komunikatif yang harus diperhatikan, tetapi juga kesantunan dalam berbahasa.
Kalimat yang santun lebih ditujukan untuk penghormatan mitrabicara atau
komunikasi.
Contoh:
Setelah membaca surat Saudara tertanggal 4 Juli 2007 dengan nomor surat
122/PC-3/2007, maka kami kirimkan surat balasan…

(bandingkan dengan)
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 4
SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
Menjawab surat Saudara tertanggal 4 Juli 2007, Nomor 122/PC-03/2007, kami
sampaikan bahwa …

1. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang menginformasikan pesan atau ide secara
tepat (tidak terjadi salah tafsir).
Ciri kalimat efektif diantaranya :
a) Minimal ada S-P
Contoh :
Dia belajar
S P
Bagi saya, hal itu sangat berarti
K S P
Ayah mencintai kami
S P O
Sepanjang masa
K

b) Logis atau masuk akal


Contoh : Mayat yang terpotong-potong itu mondar mandir dipasar baru.
Seharusnya : sebelum menjadi mayat yang terpotong-potong, ia mondar-
mandir dipasar baru.

c) Hemat.
Pejabat dari pada Negara itu dirumahkan.
Para hadirin dipersilahkan berdiri.
Catatan : kata bercetak tebal harus dihilangkan.

2. Kalimat Tidak Efektif


Kalimat tidak efektif atau kalimat nonbaku yang disebabkan oleh :
a. Rancu atau kacau yaitu penggabungan dua kalimat yang benar akhirnya
menjadi salah karena tidak sesuai dengan kaidah.
Contoh :
Dalam bahasa Indonesia tidak mengenal tensis.
K P O
Seharusnya :
Bahasa Indonesia tidak mengenal tensis.
S p O
Atau
Dalam bahasa Indonesia tidak dikenal tensis.
K p O
b. Pemakaian preposisi yang tidak tepat,misalnya di, ke, dari, untuk, dengan,
dalam, pada, kepada, bagi, mengenai, akan, tentang, dan terhadap.
Contoh :
1) Di depan subjek
Dalam gua itu menyimpan nenek perawan.
K P O
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 5
SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
Seharusnya :
Gua itu menyimpan nenek perawan.
S P O
(prep. Dalam dihilangkan)
Atau
Dalam gua itu disimpan nenek perawan.
K P S
(pred. dipasifkan)

2) Diantara predikat dan objek


(kalimat aktif transitif)
Contoh :
Ia membicarakan tentang hari perkawinan.
S P prep. O
(prep. Harus dihilangkan)

c. Salah penempatan keterangan aspek atau modalitas dalam bentuk pasif.


Keterangan aspek atau modalitas: ingin, mau, akan, telah, sudah, hendak.
Contoh :
Saya ingin bicarakan masalah itu kepada anda.
Seharusnya :
1. saya ingin membicarakan masalah itu kepada anda. ( aktif )
2. ingin saya bicarakan masalah itu kepada anda. ( pasif )

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 6


SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
MENULIS
DENGAN MEMANFAATKAN KATEGORI/KELAS KATA

KATA
Kata adalah satuan bahasa terkecil yang berdiri sendiri serta memilki makna
yang bebas. Dari pengertian tersebut ciri-ciri kata adalah :
a. Satuan bahasa terkecil,
b. Dapat berdiri sendiri dalam penggunaan bahasa, dan
c. Memiliki makna yang bebas.

A. KELAS KATA

1. JENIS-JENIS KELAS KATA


1.1 KATA KERJA
Kata kerja (Verba) adalah kata yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan,
tindakan, atau keadan.
a. Ciri-ciri kata kerja adalah sebagai berikut :
 Kata kerja umumnya menepati fungsi predikat dalam kalimat.
Contoh :Kucing mengeong. (mengeong = kata kerja)
S P
 Dapat didahului oleh kata keterangan akan, sedang, dan sudah.
Contoh : Mereka akan menempati rumah itu
S P O
 Dapat didahului oleh kata tidak
Contoh : Tidak sehat, tidak makan

CATATAN : Penanda kata tidak dapat juga diterapkan pada kata sifat,
misalnya tidak indah, tidak putih. Bedanya, kata sifat dapat dibentuk kata
ulang dengan disertai konfiks se-nya, contoh:seindah-indahnya, seputih-
putihnya. Dalam kata kerja, cara tersebut tidak dapat dipergunakan.

b. Jenis-jenis kata kerja


b.1 Berdasarkan bentuknya
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 7
SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
 Kata kerja bentuk dasar, contoh: makan, minum.
 Kata kerja bentuk turunan, contoh: lari-lari, bolak-balik.
 Kata kerja bentuk pemajemukan, contoh:bertanggung jawab, membagi rata.
 Kata kerja bentuk pengimbuhan, contoh: membaca, mempermainkan.
b.2 Berdasarkan maknanya
 Transitif-intrasitif
Ditinjau dari hubungannya dalam kalimat, kata kerja dapat dibedakan atas:
1. Kata transitif, yakni kata kerja yang memerlukan objek atau pelengkap.
Contoh: Kucing itu menagkap burung merpati.
S P O
2. Kata kerja intransitif yakni kata kerja yang tidak memerlukan objek
ataupun pelengkap.
3. Kata kerja aktif, contoh: membaca.
4. Kata kerja pasif, contoh: diminum.

1.2 KATA BENDA


Kata benda (nomina) adalah kata yang mengacu pada manusia,binatang,benda,dan
konsep atau pengertian.
a. Ciri-ciri:
1. Dalam kalimat yang berpredikat kata kerja, kata benda cenderung menduduki
fungsi subjek, objek, atau perlengkapan, contoh : Ibu membelikan adik baju
baru.
S P O Pel.
2. Kata benda tidak dapat didahului oleh kata ingkar tidak.kata ibu, adik, dan
baju. Adalah kata benda sebab tidak dapat didahului oleh kata tidak.bentuk
ingkar kata benda adalah kata bukan. Jadi, yang benar adalah Bukan Ibu Yang
Membelikan adik baju baru. Kalimat, “tidak ibu yang membelikan baju
baru”mewrupakan contoh kalimat yang salah.
3. Kata benda dapat diikuti oleh kata sifat dengan menggunakan kata yang.
Contoh : Ibu yang baik hati
Adik yang manis

b. Jenis-jenis kata benda


b.1 Kata benda konkret dan abstrak
 Kata benda konkret adalah nama benda yang dapat ditangkap dengan panca
indera.
Kata benda konkret terbagi dalam beberapa macam :
Nama diri : Hasan, Bandung, Musi
Nama jenis : Binatang. Meja, ayam
Nama himpunan : ASEAN, KONI, PBB.
Nama zat : emas, perak, minyak air, uap.
 Kata benda abstrak adalah nama-nama benda yang tidak dapat dapat
ditangkap dengan panca indera, contoh : Kebahagiaan, pembelian,
penghijauan.
b.2 Kata benda bentuk dasar dan kata benda turunan.
 Kata benda bentuk dasar, contoh : gambar Pisau
 Kata benda bentuk turunan

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 8


SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
Contoh : Pengimbuhan Perulangan
Pemajemukan kendaraan
mobil-mobilan kutu buku
perumahan rumah-rumah darah
daging

1.3 KATA SIFAT


Kata sifat (adjektiva) adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau
keadaan orang, binatang, atau benda.
a. Ciri-ciri kata sifat
1. Dapat diberi keterangan pembanding,seperti lebih, kurang,paling.
Contoh : lebih besar, kurang paham, paling pandai
2. Dapat diberi keterangan penguat seperti sangat,sekali terlalu.
Contoh : sangat bagus, murah sekali, terlalu mahal
3. Dapat diingkari dengan kata ingkar tidak.
Contoh : tidak malas, tidak putih
4. Dapat diulang dengan awalan Se- dan akhiran –nya
Contoh : sebaik-baiknya, secepat-cepatnya
4. Pada kata tertentu ditandai oleh akhiran –i, wi, iah,if.
Contoh : Insani Alamiah
Manusiawi Progresif
b. Jenis-jenis kata sifat
b.1 Kata sifat bentuk dasar
Contoh : asin, cerah, kecil, malang
b.2 Kata sifat bentuk turunan.
Pengimbuhan Perulangan Pemajemukan
Alami Kekanak-kanakan Berat lidah
Insani Kebelanda-belandaan Besar mulut

1.4 KATA KETERANGAN


Kata keterangan (adverbial) adalah kata yang memberi keterangan pada kata
lainnya.
a. Berdasarkan bentuknya
1. Kata keterangan bentuk dasar
Contoh : sangat, lebih, hanya, terlalu
2. Kata keterangan bentuk turunan
Contoh : diam-diam, agaknya, rupanya
b. Berdasarkan letaknya
1. Mendahului kata yang diterangkan
Contoh : lebih tinggi, sangat indah, terlalu bodoh, hanya menulis
2. Mengikuti kata yang diterangkan
Contoh : tampan nian, duduk saja
3. Dapat mengikuti atau mendahului kata yang diterangkan
Contoh : lekas-lekas pulang, pulang lekas-lekas

1.5 KATA GANTI (PRONOMINA)


Kata yang menggantikan kata benda atau kata yang dibendakan. Kata ganti
dibedakan atas berikut ini :
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 9
SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
a. Kata ganti orang
Perhatikan tabel berikut ini :
Persona Makna
Tunggal Jamak
Pertama Saya, Aku, Daku, ku Kami, kita
Kedua Engkau, kamu, anda, dikau, Kalian, kamu sekalian, anda
kau-, -mu. sekalian
Ketiga Ia, dia, beliau, -nya Mereka
b. Kata ganti penunjuk
1. Penunjuk umum : ini, itu
2. Penunjuk tempat : sini,sana,
situ
3. Penunjuk ikhwal :
begini,begitu
4. Penunjuk tak tentu :
sesuatu,seseorang.
c. Kata ganti Tanya

Kata Tanya Yang Ditanyakan


Siapa Orang
Apa Barang
Mana Pilihan
Mengapa Alasan, sebab-sebab, pendapat
Kapan, bila, bilamana Waktu
Di mana, ke mana, dari mana Tempat
Bagaimana Cara
Berapa, ke berapa Jumlah, urutan

B. KATA TUGAS

1.1 KATA SANDANG (Artikula/artikel)


Kata yang fungsinya sebagai penentu bagi kata benda. Kata sandang terbagi dalam
beberapa jenis berikut :
1. Mengacu pada makna tunggal, contoh : sang,.
2. Mengacu pada makna kelompok, contoh : para
3. Bermakna netral, contoh : si
4. Bermakna khusus. Contoh: hang, sri, dang

1.2 KATA SERU


Kata seru (intenjeksi) adalah kata yang mengungkapkan cetusan perasaan atau
luapan emosi.kata seru ini digunakan untuk memperkuat rasa
kagum,sedih,heran,jengkel.
Kata seru mengacu pada nada atau sikap berikut.
1. Bernada negatif, yakni cih, cis, bah, ih, idih, brengsek, sialan.

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 10


SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
2. Bernada positif, yakni aduhai, amboi, asyik, alhamdulillah,
subhanallah, hore
3. Bernada keheranan, yakni ai, lho, astagfirullah, masyaallah
4. Bernada netral, yakni ha ,halo ,he ,wahai ,wah, nah, ah, eh, oh, ya,
aduh, hem

1.3 KATA BILANGAN


Kata bilangan (numeralia) adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya
wujud (orang,binatang benda) dan konsep. Kata bilangan dapat dibedakan atas:
1. Kata bilangan pokok, contoh : nol, lima.
2. Kata bilangan tingkat, contoh : kesatu, kedua, ketiga
3. Kata bilangan pecahan, contoh : seperdua, setengah

1.4 KATA DEPAN (preposisi)


Kata depan atau preposisi adalah kata yang selalu berada di depan kata benda,
kata sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa
preposisional). Kata depan dibedakan atas:
1. Preposisi dasar: di, ke, dari, akan, antara, kecuali,
bagi, dalam, daripada, tentang, pada, tanpa, untuk, demi, atas, depan, dekat.
2. Preposisi turunan, terdiri atas:
A. gabungan preposisi dan preposisi  di depan, ke belakang, dari muka.
B. Gabungan preposisi + prposisi + non-preposisi  di atas rumah, dari
dalam kerumunan.
C. Gabungan preposisi + kelas kata + preposisi + kelas kata  dari rumah ke
jalan, dari Bogor sampai Jakarta, dari pagi hingga petang.
3. Preposisi yang menunjukkan ruang lingkup:
sekeliling, sekitar, sepanjang, seputar.

1.5 KATA HUBUNG (Konjungsi)


Kata hubung adalah kata yang menghubungkan dua kata atau kalimat. Kata ini
terdiri atas:
1. Konjungsi penambahan: dan, dan lagi, tambahan
lagi, lagi pula.
2. Konjungsi urutan: lalu, lantas, kemudian, setelah itu.
3. Konjungsi pilihan: atau.
4. Konjungsi lawan: tetapi, sedangkan, namun,
sebaliknya.
5. Konjungsi waktu: ketika, sejak, saat, dan lain-lain.
6. Konjungsi sebab akibat: karena, karena itu,
akibatnya, dll.
7. konjungsi persyaratan: asalkan, jikalau, kalau, dll.
8. Konjungsi pengandaian: andaikata, andaikan,
seandainya, seumpamanya.
9. Konjungsi harapan/tujuan: agar, supaya, hingga.
10. Konjungsi perluasan: yang.
11. Konjungsi pengantar objek: bahwa.
12. Konjungsi penegasan: bahkan dan malahan.
13. Konjungsi pengantar wacana: adapun, maka, jadi.
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 11
SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
1.6 PARTIKEL
Partikel adalah kategori atau unsure yang bertugas memulai, memulai,
mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi. Unsure
ini digunakan dalam kalimat Tanya, perintah, dan pernyataan (berita). Macam-
maca partikel: kah, kan, deh, lah, dong, kek, pun, toh, yah.

MEMBUAT BERBAGAI TEKS TERTULIS DALAM KONTEKS


BERMASYARAKAT DENGAN MEMILIH KATA, BENTUK
KATA, dan UNGKAPAN

1. KATA BENTUKAN

A. Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata yang mengalami proses pengimbuhan.
A.1. Imbuhan Indonesia
1. Awalan (prefiks) : ber-, se-, me-, di-, ke-, ter-, pe-, per-
2. Sisipan (infiks) : -em-, -el-, -er-
3. Akhiran (sufiks) : -an, -i, -kan, -nya
4. Awalan dan akhiran (infiks) : ke-an, ber-an, per-an, pe-an, se-nya

1. Awalan (prefiks)
a. Imbuhan ber-
Bentuk:
be-:
1) kata dasar berhuruf awal R: ber- + Roda  beroda

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 12


SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
2) kata dasar bersuku awal mengandung er: ber- + kerja  bekerja
bel-: khusus bertemu kata dasar ajar: ber- + ajar  belajar
ber-: selain hal-hal khusus di atas: ber- + doa  berdoa
fungsi: membentuk kata kerja  makna: 1. saling :
berkelahi
2. menyebut : berabang
3. terdiri atas : berempat
4. melakukan : bermain
5. mempunyai : berambut
6. bertempat di :
berkantor
7. menggunakan : bercelana
8. mengeluarkan : bertelur
9. berlaku menjadi : bertamu
10. dalam keadaan : bersedih
11. pekerjaan untuk diri sendiri
b. Imbuhan se-
Bentuk: se-
Fungsi: membentuk kata bilangan atau keterangan
Makna: 1. satu :selembar
2. seluruh : sedesa
3. sama : seindah
4. setelah : sepulangs
5. sebanyak : semaumu
c. Imbuhan me-
Bentuk: me- : l.m, n, r, w, y, z
mem- : b, f, p, v
men- : c,d, j, t
meny- :s
meng- : vokal, g, h, k, q, x
menge- : satu suku kata
me- bertemu dengan kata dasar berhuruf awal k, p, t, s maka huruf-huruf tersebut luluh
atau hilang.
Sedangkan jika bertemu dengan kata dasar yang berupa gabungan konsonan kr, pr, tr, sy,
st, sp.
Fungsi: membentuk kata kerja  makna: 1. menjadi : menguning
2. mencari : menumpuk
3. memberi : mengapur
4. membuat : menyambal
5. menuju ke : menepi
6. mengeluarkan : menncicit
7. menggunakan : mencatut
8. berlaku seperti : mengabdi
9. dalam keadaan : mengantuk
d. Imbuhan di-
Bentuk: di-
Fungsi: membentuk kata kerja pasif  makna: pekerjaan yang telah selesai :ditangkap
e. Imbuhan ke-
Bentuk: ke-

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 13


SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
Fungsi: membentuk kata benda atau bilangan
Makna: 1. yang di : ketua
2. bilangan tingkat : baris kedua
3. kumpulan : kelima anak itu
f. Imbuhan ter-
Bentuk: sejalan dengan imbuhan ber-
Fungsi: membentuk kata kerja pasif
Makna: 1. sudah di- : tertutup
2. tidak sengaja : terbawa
3. tiba-tiba : teringat
4. dapat di- : terlihat
5. paling : tertua
6. dalam keadaan di- : terikat
7. dalam keadaan terus-menerus: terapung
g. Imbuhan pe-
Bentuk: sejalan dengan imbuhan me-
Fungsi: membentuk kata benda  makna: 1. melakukan : membaca
2. pekerjaan : pengusaha
3. bekerja di- : pelaut
4. alat : penggaris
5. memiliki sifat : pemalu
6. menyebabkan : pemanis
h. Imbuhan per-
Bentuk: sejalan dengan imbuhan ber-
Fungsi: membentuk kata benda
Makna: 1. membuat sesuatu jadi : perlambat
2. berprofesi dengan : petapa
3. membagi : perlima
4. membuat lebih : perbesar
5. yang menghasilkan : petelur
2. Sisipan (infiks)
a. Imbuhan -em-
Bentuk: -em-
Fungsi: membentuk kata benda  makna: mengandung sifat : gemuruh
b. Imbuhan -el-
Bentuk: -el-
Fungsi: membentuk kata benda
Makna: alat untuk : telunjuk

c. Imbuhan -er-
Bentuk: -er-
Fungsi: membentuk kata benda  makna: banyak : gerigi

3. Akhiran (Sufiks)
a. Imbuhan -an
Bentuk: -an
Fungsi: membentuk kata benda  makna: 1. tempat : belokan
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 14
SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
2. alat : timbangan
3. hal : didikan
4. cara : pimpinan
5. sifat : asinan
6. sekitar : lima puluhan
b. Imbuhan -i
Bentuk: -i
Fungsi: membentuk kata benda
Makna: 1. berkali-kali : cabuti
2. memberi : bumbui
3. menghilangkan : bului
4. membuat jadi : basahi
c. Imbuhan -kan
Bentuk: -kan
Fungsi: membentuk kata kerja
Makna: 1. perbuatan untuk orang lain : belikan
2. membuat jadi : putihkan
3. memasukkan ke : penjarakan
4. melakukan tindakan dengan : ikatkan
5. intensitas (kesungguhan) : dengarkan
d. Imbuhan –nya
Bentuk: -nya
Fungsi: membentuk kata keterangan
Makna: 1. kesimpulan : akhirnya
2. hal : bentuknya
3. barangkali : kiranya
4. Awalan dan akhiran (konfiks)
a. Imbuhan ke-an
Bentuk: ke-an
Fungsi: membentuk kata benda dan kata kerja
Makna: 1. tempat/daerah : kelurahan
2. suatu hal : keberhasilan
3. dalam keadaan : kepanasan
4. dapat di : ketahuan
5. tidak sengaja : ketinggalan
6. sangat : kebesaran
7. agak : kebiru-biruan
b. Imbuhan ber-an
Bentuk: sebentuk dengan awalan ber-
Fungsi: membentuk kata kerja
Makna: 1. banyak pelaku : berdatangan
2. saling : bergandengan

c. Imbuhan per-an
Bentuk: sejalan dengan imbuhan per-
Fungsi: membentuk kata benda
Makna: 1. cara : pergaulan
2. tempat : perhentian
3. daerah : perkotaan
4. hasil perbuatan : pertahanan

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 15


SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
5. perihal : peristilahan
6. berbagai-bagai : peralatan
d. Imbuhan per-an
Bentuk: sejalan dengan imbuhan pe-
Fungsi: membentuk kata benda
Makna: 1. hal yang berhubungan dengan : pendidikan
2. pembuatan/proses : pendaftaran
3. hasil : penyamaran
4. alat : penciuman
5. tempat : penampungan
e. Imbuhan se-nya
Bentuk: se-nya
Fungsi: membentuk kata keterangan
Makna: 1. superlatif/paling : sseputih-putihnya
2. setelah : setibanya
A.2 Imbuhan Asing
1. Imbuhan –is, -isme, -isasi
a. Imbuhan –is
Fungsi: menandai kata sifat dan kata benda
Makna: bersifat, berpaham, pelaku, atau latar
b. Imbuhan –isme
Fungsi: menandai kata benda
Makna: ajaran, aliran atau paham
c. Imbuhan –isasi
Fungsi: menandai kata benda
Makna: bersangkutan dengan (proses peng-an)
2. Imbuhan –i, -wi, -iah
Fungsi: menandai kata sifat
Makna: bersifat (memenuhi syarat)
berhubungan dengan (mengenai)
3. Imbuhan man, wan, wati
a. Pembentukan Imbuhan man, wan, wati
1). Imbuhan man
Pembentukan: dilekatkan pada kata yang berakhir dengan vokal –i (penunjuk
jenis laki-laki)
2). Imbuhan wan
Pembentukan: dilekatkan pada kata yang berakhir dengan vokal selain –i
(penunjuk jenis laki-laki)
3). Imbuhan wati
Pembentukan: melekat sejalan dengan akhiran wan (penunjuk jenis wanita)
b. Fungsi Imbuhan –man, -wan, -wati  pembentukan kata benda
1). Dari kata benda: seni  seniman
2). Dari kata sifat: rupa  rupawan
c. Makna Imbuhan –man, -wan, -wati
1. orang yang ahli di bidang tertentu
2. orang yang bermata pencaharian di bidang tertentu
3. orang yang memiliki sifat khas

B. Kata Ulang

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 16


SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
Kata ulang atau reduplikasi adalah kata yang mengalami proses perulangan,
baik sebagian ataupun seluruhnya dengan disertai perubahan-perubahan bunyi
ataupun tidak.
1. Jenis-Jenis Kata Ulang
a. Perulangan utuh
a) ulang kata dasar
perulangan terhadap kata dasar atau dwilingga.
Contoh : anak-anak
Cepat -cepat
b) ulang kata berimbuh
perulangan terhadap kata berimbuhan.
Contoh : peraturan-peraturan
b. Perulangan berimbuhan
contoh : berlari = berlari-lari
memukul = pukul-memukul
c. Perulangan berubahan bunyi atau salin suara
Perubahan bunyi itu ada pada bunyi vocal dan ada pula yang terjadi pada
bunyi konsonan.perulangan berubah bunyi disebut pula dwilingga salin suara.
Contoh : warna = warna-warni
Gerak = gerak-gerik
d. Perulangan sebagian,yakni perulangan yang hanya terjadi pada sebagian
bentuk dasar.perulangan ini disebut dwipurwa.
Contoh : leluhur, pepohonan.
Disamping keempat perulangan diatas,dikenal pula istilah kata ulang semu.
Contoh : kupu-kupu, kura-kura, dan ubur-ubur.

2. Makna Kata Ulang


Kata ulang memiliki beberapa makna, diantaranya adalah
a. Banyak tak tertentu
Contoh : rumah-rumah anak-anak.
b. Banyak dan bermacam-macam
Contoh : buah-buahan sayur-sayuran
c. Menyerupai atau tiruan dari sesuatu
Contoh : mobil-mobilan kuda-kudaan
d. Agak atau melemahkan sesuatu yang disebut pada kata dasar.
Contoh : kekanak-kanakan pening-pening
e. Intensitas kualitatif frekuentatif.
Contoh : sedalam-dalamnya secepat-cepatnya
f. Perubahan resiprok atau saling berbalasan
Contoh : tolong-menolong bersalam-salaman
g. Makna kolektif
Contoh : empat-empat
h. Sering,berulang-ulang
Contoh : menggaruk-garuk melirik-lirik

C. Kata Majemuk

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 17


SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
Kata majemuk ialah gabungan dua kata atau lebih yang hubungannya sangat
erat sehingga menimbulkan pengertian baru.
Kata majemuk dapat didefinisikan pula sebagai gabungan kata yang maknanya tidak
sama dengan unsur-unsur pembentukan.
1. Ciri-ciri Kata Majemuk
1. komponen kata majemuk mengandung satu makna.
2. jika kata majemuk mendapat keterangan, keterangan tersebut harus
menjelaskan keseluruhannya.
3. jika kata majemuk mendapat imbuhan ataupun pengulangan imbuhan atau
pengulangan itu hatrus meliputi keseluruhan unsurnya.
4. unsur kata majemuk tidak dapat dipisahkan dengan kata lain.

2. Macam-macam Kata Majemuk


1. kata majemuk yang jenisnya berbeda dengan jenis kata unsur-unsur
pembentukanNYA.
Contoh : lalu lintas ( kata benda ) → lalu = kata kerja
Lintas = kata kerja
Jago merah ( kata benda ) → jago = kata sifat
Merah = kata sifat
2. kata majemuk yang jenisnya sama dengan jenis kata ( salah satu ) unsur
pembentuknya.
Contoh : meja hijau ( kata benda ) → meja = kata benda
Hijau = kata sifat
Kumus kucing ( kata benda ) → kumis ( kata benda
)
Kucing ( kata benda )
3. kata mejemuk bertingkat.
a) Pola diterangkan-menerangkan ( D-M)
Contoh : putera mahkota
Meja hijau
b) Pola menerangkan-diterangkan
Contoh : panjang tangan
Kecil hati
4. kata majemuk setara yaitu kata majemuk yang unsure-unsirnya memiliki
kedudukan sederajat.
Contoh : pahit getir
Hutan rimba
5. kata majemuk jadian yaitu kata majemuk yang salah satu unsurnya merupakan
kata jadian.
Contoh : lapangan terbang
Orang kebanyakan

2. UNGKAPAN DAN MAJAS

A. Ungkapan

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 18


SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
Ungkapan adalah kelompok kata yang mempunyai erti kias/arti baru.
Misalnya: kambing hitam (tertuduh), daftar hitam (daftar orang jahat), berbadan dua
(mengandung), bawah tangan (tidak di muka umum).

B. Peribahasa
Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunanya, dan
biasanya mengiaskan maksud tertentu. Yang termasuk peribahasa adalah:
Contoh:
Tong kosong nyaring bunyinya (orang yang tidak berilmu banyak bicara)
Besar pasak daripada tiang (besar pengeluaran daripada pemasukan)
Pagar makan tanaman (orang yang dipercaya malah berkhianat)

C. Majas
Majas adalah bahasa yang mengandung makna kias yang dapat menghidupkan
dan membangkitkan daya tarik.
1. Majas Perbandingan
a. Asosiasi/perumpamaan
Memberikan perbandingan terhadap sesuatu hal, menggunakan kata
pembanding seperti bagaikan, laksana, dan bak.
Contoh: Mukanya pucat bagai bulan kesiangan
Bibirnya seperti delima merekah
b. Metafora
membandingkan dua hala karena ada kesamaan sifat. Contoh: Bunga
bangsa gugur di medan laga, dia adalah pelita hatiku.
c. Alegori
memakai perbandingan langsung atau uth, keduanya bertautan langsung.
Contoh:
Hati-hatilah anda dalam mengarungi samudra yang penuh bahaya,
gelombang, topan, dan badai. Apabila nahkoda dan juru mudi
senantiasa seiya sekata dalam melayarkan bahteranya. Niscaya akan
tercapai tanah tepi yang menjadi idaman,
d. Personifikasi
Memberikan perbandingandengan cara meletakan sifat-sifat orang pada
benda mati.
Contoh: peluit kereta api itu menjerit; senja memanggil burung
kesayangannya.
e. Tropen
Menggunakan kata kias secara tepat atau sejajar dengan sesuatu yang
dimaksud.
Contoh: Pekerjaannya hanya mengukur jalan saja; sepanjang waktu
Cecep hanya mengubur dirinya di kamar.
2. Majas pertentangan
a. Hiperbola
Menyatakan dengan cara berlebih-lebihan.
Contoh: suaranya membelah angkasa: sejuta kenangan mengusik
pikiranku
b. Litotes
Contoh: Silhkan makan walaupun hanya dengan kecap saja
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 19
SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
c. Oksimoron
Contoh: pertahan yang paling baik adalah menyerang.
d. Intermisis
Contoh: Semua warga sudah transmigrasi, kecuali keluarga Pak Wniarsono.
e. Antitesis
Contoh: Hidup dan mati di tangan Tuhan; Suka dan duka kami nikmati
bersama
f. Paradok
Contoh: Badannya besar, tetapi nyalinya kecil; Hani merasa kesepian di
tengah-tengah keramaian
g. Anakhronisme
Contoh: begitu lahir ia memanggil ibunya.
3. Majas Pertautan
a. Alusio
Contoh: Hati-hati jangan samapai peristiwa Madiun terjadi lagi; ah
kamu itu gaharu cendana pula.
b. Metonimia
Contoh: Ia sedang menghisap gudang garam (rokok); ke sekolah naik
kijang (mobil)
c. Pars prototo
Contoh: dia membeli tiga ekor lembu; setiap kepala dikenakan
sumbangan seribu rupiah.
d. Totem pro parte
Contoh: Indonesia kahirnya menang 2-0 atas Malaysia.
e. Eufimisme
Contoh: anak itu agak terganggu pikirannya (gila).
4. Majas Penegasan
a. Pleonasme
Contoh: mereka turun ke bawah gunung sambil bergandengan; aku
melihat dengan mata kepalaku sendiri.
b. Repetisi
Contoh: sekali tidak takut, tetap tidak takut; betul, sungguh betul
dia yang mengambilnya.
c. Paralelisme
Contoh:
Anafora = Ikut hati mati
Ikut mata buta
Ikut rasa binasa
Epifora = Sabar itu baik
Mengalah itu baik
Diam itu baik
d. Klimaks
Contoh: Mula-mula hanya mengeluh, kemudian merintih, lalu
menangis, akhirnya menjerit kesakitan.
e. Antiklimaks
Contoh: jangankan sepuluh ribu, lima ribu, seratus pun aku tak
punya.
f. Koreksio
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 20
SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
Contoh: orang itu sahabatku, oh bukan, bapakku.
g. Asidenton
Contoh: meja, lemari, kursi, balai, berserakan di dalam kamar.
h. Polisindenton
Contoh: setelah ia pulang maka ia mengambil buku dan sepeda, lalu
menjenguk neneknya di kampong.
5. Majas Sindiran
a. Ironi
Contoh: Baru pukul dua malam, memangapa engkau sudah pulang.
(yang dimaksud adalah sudah pukul dua malam mengapa baru pulang)
b. Sinisme
Contoh: dasar kalau omong tidak pernah diatur; dasar perut karet,
apa pun masuk sampai ludes.
c. Sarkasme
Contoh: Jijik aku memandangmu yang tak jauh dari anjing liar.

MENGGUNAKAN KALIMAT TANYA TERTULIS SESUAI


SITUASI DAN KOMUNIKASI

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 21


SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
1. Ciri-ciri Kalimat
a. Terdiri dari satu kalimat atau lebih
b. Mengandung klausa atau tidak
c. ditandai oleh pemakaian intonasi akhir yang final. Intonasi akhir dalam
ragam tulis suatu kalimat ditandai oleh pemakaian tanda titik ( . ),
tanda tanya ( ? ), atau tanda seru ( ! ).

A. KALIMAT TANYA
Kalimat Tanya ialah kalimat yang dipergunakan dengan tujuan memperoleh reaksi
berupa jawaban dari lawan bicara atau sebagai penguatan sesuatu yang telah
diketahui oleh penanya.

B. CIrir-ciri Kalimat Tanys


1. Penggunaan kata Tanya; apa, siapa, di mana,
bagaimana, mengapa, dll.
2. Pemakaian kata bukan atau tidak.
3. Pemakaian klitika –kah pada predikat yuang
diubah susunanya SP  PS.
4. pemakaian intonasi naik pada suku kata akhir.

C. Jenis Kalimat Tanya


1. Kalimat tanya klarifikasi
(penegasan) dan konfirmasi (penjernihan).
2. Kalimat Tanya retoris 
kalimat yang tidak memerlukan jawaban atau tanggapan langsung. Contoh:
dalam khutbah, orasi, atau pidato.
3. Kalimat tanya tersamar 
kalimat Tanya dengan bermacam maksud, seperti: memohon, meminta,
menyindir, membiarkan, mengajak, menegaskan, menyetujui, menggugah,
melarang, merayu, dan menyuruh.
D. Kalimat Tanya biasa  bersifat menggali informasi dengan menggunakan
kata tanya apa, di mana, siapa, kapan, mengapa, bagaimana (5W1H = what,
where, who, when, why, how).

2. Wawancara Sebagai Penerapan Kalimat Tanya


Wawancara adalah Tanya jawab dengan maksud memperoleh data untuk
keperluan tertentu. Tanya jawab itu dilkukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara,
yakni orang mengajukan pertanyan-pertanyaan dan yang diwawancara (narasumber)
yakni orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.
a. Jenis-Jenis Wawancara
1. Wawancara secara serta-merta, dilakukan secara spontan dan
dilakukan dalam situasi yang alamiah. Hubungan antara pewawancara
denagn yang diwawawancarai berlangsung secara wajar. Pertanyaan
dan Tanya jawab berjalan sebagaimana layaknya obrolan sehari-hari.
2. wawancara dengan petunjuk umum pewawancara membuat kerangka
atau pokok-pokok masalah yang akan ditanyakan dalam proses
wawancara. Penyusunan pokok-pokok itu dilakukan sebelum
wawancara dilangsungkan.
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 22
SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
3. wawancara dengan menggunakan seperangkat pertanyaan yang telah
dibakukan, urutan, kata-kata, serta cara penyajian pertanyaan untuk
jenis wawancara ini sudah ditetapkan. pewawancara tinggal
membacakan secara apa adanya atas pertanyaan-pertanyaan yang telah
dipersiapkan itu.
b. Tahap-Tahap Pelaksanaan Wawancara
1. Tahap Pembukaan
Pewawancara memperkenalkan diri sekaligus mengemukakan maksud
dan tujuannya.

2. Tahap Inti
Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan secara sistematis. Kemukakan
pertanyaan-pertanyaan secara jelas dan singkat. Jumlah pertanyaan
hendaknya sesuai dengan situasi dan waktu. Disamping memerlukan
kemampuan mendengar yang akuray, pewawancara hendaknya
memiliki kemampuan berkomunikasi (bertanya) dengan baik.
3. Tahap Akhir
Akhir kegiatan wawncara dengan kesan yang baik dan menyenagkan.
Tetaplah pelihara hubungan baik dengan nara sumber.

c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan laporan hasil wawancara:


1. Penulisan hendaknya memperlihatkan kaidah-kaidah baku yang berlaku dalam
laporan ilmiah.
2. Penulisan hendaknya tidak melakukan interpretasi yang terlalu jauh
(berlebihan) atas hasil wawancara.
3. Pilihlah data atau keterangan yang penting danrelevan denagna masalah-
masalah yang telah dirumuskan.
4. Penulisan hendaknya memelihara kerahasian dan menjaga nama baik naar
sumber.

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 23


SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
Membuat Parafrase dari Teks Tertulis

1. PARAFRASE
Parafrase dalam sastra ( terutama puisi ) adalah mengubah bahasa sastra
menjadi bahasa sehari-hari.
Dalam parafrasee harus diperhatikan :
1. Makna denotasi
2. Makna konotasi
3. Makna lambang
4. Pemberian makna harus secara keseluruhan dan harus dibaca menyeluru dan
berulang-ulang.
Cara Memparafrasa Wacana:
1. Bacalah teks secara keseluruhan.
2. Pahami topik/tema, serta alur jika teksnya adalah narasi.
3. Cari kalimat utama untuk menemukan ide pokok.
4. Catat gagasan pokok tiap pargraf.
5. Perhatikan kalimat penjelas.
6. Pilih kata atau kalimat yang efektif dalam menceritakan
kembali.
7. Jika ada kalimat langsung, ubahlah menjadi kalimat
tidak langsung agar lebih singkat.
8. Ceritakan atau uraikan kembali dengan bahasa yang
lebih mudah.

2. MAKNA
Makna berarti maksud suatu kata atau isi pembicaraan atau pikiran, atau
perpaduan antara bentuk dan referen (acuan). Seseorang mengetahui bentuk (kata),
tetapi tidak mengetahui referennya dapat dikatakan bahwa seseorang itu tidak
mengetahui makna kata terebut.
Makna suatu kata dapat berubah-ubah karena :
a) mendapat pengimbuhan, pengulangan, atau pemajemukan.
b) Penempatannya dalam kalimat.
c) Kondisi (waktu dan tempat) pemakaiannya.

2.1. JENIS-JENIS MAKNA KATA


2.1.1 Makna leksikal dan gramatikal
a. Makna leksikal, yakni makna yang didasarkan makna kampus, .makna ini
terdapat didalam kata-kata yang belum mengalmi proses perubahan bentuk
ataupun kata yang belum digunakan dalam kalimat.
Contoh : bangunan untuk tempat tinggal
b. Makna gramatikal adalah makna yang dimiliki kata setelah mengalami proses
gramatikalisasi. Proses gramatikalisasi ini terdiri dari
1. Afiksasi ( pengimbuhan )

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 24


SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
Contoh: berumah  memiliki rumah, perumahan  kumpulan
beberapa rumah.
2. Reduplikasi ( pengulangan )
Contoh: rumah-rumah  banyak rumah.
3. Komposisi
Contoh: rumah makan  restoran.
4. Kata tugas:
 preposisi atau kata depan:di, ke, untuk, dll.
 konjungsi atau kata sambung: dan, atau, dll.
 interjeksi atau kata seru: amboi, wah, dll.
 artikel atau kata sandang: si, sang, dang, dll.
 partikel: lah, tah, kah, dll.

2.1.2 Makna denotasi dan konotasi:


a. Makna dennotasi: makna dasar atau umum atau netral, atau makna kata atau
kelompok kata yang sesuai dengan konsep asal, apa adanya, dan tidak
mengandung makna tambahan. Makna denotasi disebut juga makna
konseptual, makna lugas, atau makna objektif.
Contoh: Ayam itu sudah mati.
b. Makna konotasi: makna tambahan berupa nilai rasa tertentu baik positif
maupun negatif.
Kesan baik kesan buruk
Istri bini
Meninggal mati
Hamil bunting
Contoh: Kakekku gugur dalam perang itu (positif), Pencuri itu mampus
dihajar massa (negatif).

2.1.3 Makna lugas dan kias


a. Makna lugas: makna yang acuannya sesuai dengan makna kata yang
bersangkutan (makna sebenarnya)
Contoh: Pria itu berbaju hijau (berwarna hijau).
b. Makna kias: makna yang acuannya tidak sesuai dengan makna kata yang
bersangkutan sehingga membentuk ungkapan atau idiom, contoh: Gadis itu
masih hijau (masih muda).

2.1.4 Makna Kontekstual dan Makna Struktural


a. Makna structural, yakni makna yang dimiliki noleh suatu kata setelah
digunakan dalam kalimat
Misalnya kata ayah dalam kalimat Ayah saya telah pergi ke kebun. Kata ayah
bermakna “ orang
tua laki-laki yang pergi ke kebun”

b. Makna kontekstrual, yakni makna yangt terkandung suatu kata yang


keberadaan maknanya itu
sangat bergantung pada situasi dan kondisi penggunaannya.
Misalnya:
1. Pantas ia juara di kelasnya, karena ia anak rajin.
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 25
SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
2. Betul-betul rajin kamu ini, nilai merahnya
saja ada tiga.
Kalimat pertama, kata rajin bermakna giat, sedangkan pada kalimat kedua
berarti malas.

3. Bentuk dan Hubungan Makna


a. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama atau
hampir sama. Ciri bahwa kata-kata itu bersinonim adalah kemampuannya
untuk menggantikan.
Contoh : Telah = sudah Ceria = Cerah
b. Antonim
Antonim adalah pertalian antara deua kata atau lebih yang maknanya saling
berlawanan atau bertentangan.
Contoh : mati >< hidup sehat >< sakit
c. Homonim
Homonim adalah pertalian antara dua kata atau lebih yang bentuk penulisan
dan cara pengucapannya sama, tetapi maknanya berbeda.
Contoh : Bisa ular itu bisa mematikan manusia.
d. Homofon
Homofon adalah pertalian antara dua kata atau lebih yang sama
pengucapanya, tetapi bentuk penulisan dan maknanya berbeda.
Contoh : Bang Wanto bekerja di bank swasta.
e. Homograf
Homograf adalah pertalian antara dua kata atau lebih yang sama bentuk
penulisannya, tetapi cara pengucapan dan maknanya berbeda.
Contoh : pejabat teras itu dudk di teras kantor.
f. Polisemi
Polisemi adalah gejala keragaman makna yang dimiliki oleh sebuah kata.
Polisemi terbentuk karena pergeseran makna atau penafsiran yang berbeda.
Contoh : Kepala jawatan itu berkepala botak.
g. Hipernim
Makna umum (superordinat).
Contoh : Unggas  itik
 ayam
 burung
h. Hiponim
Makna khusus (subordinat)
Contoh: Bunga  mawar
 melati
 kenanga
Untuk lebih jelas, perhatikan tabel berikut ini.
Pengucapan Penulisan Makna
Sinonim Berbeda berbeda sama
Antonim Berbeda berbeda bertentangan
Homonim Sama sama berbeda
Homograf Berbeda sama berbeda
Homofon Sama berbeda berbeda
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 26
SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386
Polisemi Sama sama beragam

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA 27


SMK PARAMITHA 1
Kompleks Depdagri No. 68 Curug – Pondok Kelapa, Jl. Raya Kalimalang
Jakarta Timur 13450 Telp.8650377, Fax 86902386

You might also like