You are on page 1of 8

Internet Sebagai Medium Komunikasi Massa

Menyambut Konvergensi Media:


Tantangan Baru Media Massa

Oleh:
RAHMAD SETIADI
(0706184916)

MAGISTER MANAJEMEN KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2007
Menyambut Konvergensi Media:
Tantangan Baru Media Massa

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Information and


Communication Technology/ICT) telah membawa sejumlah perubahan dalam kehidupan
masyarakat dunia. Sekarang ini masyarakat dapat memperoleh informasi secara cepat dan
lengkap dengan adanya jaringan komputer yang saling terhubung dari seluruh penjuru
dunia (internet). Mekanisme baru dalam berkomunikasi, ditandai dengan penggunaan
mutimedia dimana teks, suara, gambar atau grafis dapat diakses sekaligus ke dalam
seperangkat media, telah mendorong perubahan di berbagai aktivitas industri komunikasi.

Era Konvergensi Media

Teknologi informasi mutakhir telah berhasil menggabungkan sifat-sifat teknologi


telekomunikasi konvensional yang bersifat massif dengan teknologi komputer yang
bersifat interaktif. Fenomena ini lazim disebut sebagai konvergensi, yakni bergabungnya
media telekomunikasi tradisional dengan internet sekaligus. Konvergensi menyebabkan
perubahan radikal dalam penanganan, penyediaan, distribusi dan pemrosesan seluruh
bentuk informasi baik visual, audio, data dan sebagainya (Preston, 2001). Kunci dari
konvergensi adalah digitalisasi, kerena seluruh bentuk informasi maupun data diubah dari
format analog ke format digital sehingga dikirim ke dalam satuan bit (binary digit).
Karena informasi yang dikirim merupakan format digital, konvergensi mengarah pada
penciptaan produk-produk yang aplikatif yang mampu melakukan fungsi audiovisual
sekaligus komputasi. Maka jangan heran jika sekarang ini komputer dapat difungsikan
sebagai pesawat televisi, atau telepon genggam dapat menerima suara, tulisan, data
maupun gambar tiga dimensi (3G).

2
Pada level teoritik, dengan munculnya media konvergen maka sejumlah pengertian
mendasar tentang komunikasi massa tradisional terasa perlu diperdebatkan kembali.
Konvergensi menimbulkan perubahan signifikan dalam ciri-ciri komunikasi massa
tradisional atau konvensional. Media konvergen memadukan ciri-ciri komunikasi massa
dan komunikasi antarpribadi dalam satu media sekaligus. Karenanya, terjadi apa yang
disebut sebagai demasivikasi (demasssification), yakni kondisi di mana ciri utama media
massa yang menyebarkan informasi secara masif menjadi lenyap. Arus informasi yang
berlangsung menjadi makin personal, karena tiap orang mempunyai kebebasan untuk
memilih informasi yang mereka butuhkan.

Dalam catatan McMillan(2004), teknologi komunikasi baru memungkinkan sebuah


media memfasilitasi komunikasi interpersonal yang termediasi. Dahulu ketika internet
muncul di penghujung abad ke-21, pengguna internet dan masyarakat luas masih
mengidentikkannya sebagai ”alat” semata. Berbeda halnya sekarang, internet menjadi
”media” tersendiri yang bahkan mempunyai kemampuan interaktif. Sifat interactivity dari
penggunaan media konvergen telah melampaui kemampuan potensi umpan balik
(feedback), karena seorang khalayak pengakses media konvergen secara langsung
memberikan umpan balik atas pesan-pesan yang disampaikan. Karakteristik komunikasi
massa tradisional di mana umpan baliknya tertunda menjadi lenyap karena kemampuan
interaktif media konvergen. Oleh karenanya, diperlukan pendekatan baru di dalam
melihat fenomena komunikasi massa. Disebabkan karena sifat interactivity media
komunikasi baru, maka pokok-pokok pendekatan linear (SMCRE = source  message
 channel  receiver  effect/feedback) komunikasi massa terasa kurang relevan lagi
untuk media konvergen.

Pada konteks yang lebih luas, konvergensi media sesungguhnya bukan saja
memperlihatkan kian cepatnya perkembangan teknologi. Konvergensi mengubah
hubungan antara teknologi, industri, pasar, gaya hidup dan khalayak. Singkatnya,
konvergensi mengubah pola-pola hubungan produksi dan konsumsi, yang
penggunaannya berdampak serius pada berbagai bidang seperti ekonomi, politik,
pendidikan, dan kebudayaan. Perubahan ini ditandai dengan meningkatnya penggunaan

3
media konvergen secara luar biasa. Di samping itu, berkat kemajuan teknologi informasi
pula, biaya maupun infrastruktur yang diperlukan untuk dapat mengolah dan
mengirimkan informasi pun kian murah dari tahun ke tahun. Sebut saja desktop maupun
notebook yang sekarang ini laris manis bak kacang goreng karena disamping harganya
yang makin terjangkau juga fasilitas yang disediakan juga makin canggih.

Secara khusus, konvergensi teknologi informasi menyebabkan bergesernya pola perilaku


manusia dalam bekerja, belajar, mengelola lembaga bisnis atau perusahaan, menjalankan
pemerintahan, maupun dalam melakukan perdagangan. Sejalan dengan itu, kini kita
akrab dengan aktivitas bisnis baik perdagangan maupun perbankan yang akrab kita kenal
dengan sebutan e-commerce dan e-banking. Di sektor pemerintahan saat ini telah dikenal
istilah e-government. Dalam dunia pendidikan, kini dikenal pembelajaran jarak jauh
melalui internet atau e-learning. Bahkan dunia seni pun tak luput dari sentuhan teknologi
informasi dimana kalangan pekerja seni dapat memperkenalkan karyanya ke dunia
internasional tanpa tersekat oleh batas-batas teritorial. Dalam konteks hubungan
antarindividu pun terjadi perubahan yang dramatis atas pola-pola komunikasi
interpersonal dan aktualiasi diri dengan munculnhya web-blog, Mailing List, juga
banyaknya komunitas maya (groups).

Fenomena Baru: Jurnalisme Internet

Fenomena menarik belakangan ini adalah munculnya Jurnalisme Internet. Melalui


Internet semua orang bisa menjadi wartawan, atau (katakanlah) bekerja layaknya
wartawan, yakni melalui blog atau menjadi blogger. Walau dimulai sejak 1994 oleh Brad
Fitzpatrick, blog atau weblog sejak 2004 semakin diminati banyak pengguna Internet.

Wikipedia, ensiklopedia bebas layan di Internet, mencatat bahwa Weblog, Web log atau
singkatnya Blog adalah aplikasi web yang memuat secara periodik tulisan-tulisan
(posting) pada sebuah halaman situs Internet (webpage) umum. Posting-posting tersebut
seringkali dimuat dalam urutan aktualitas posting secara terbalik, meskipun tidak

4
selamanya demikian. Situs web semacam itu biasanya dapat diakses oleh semua
pengguna Internet sesuai dengan topik dan tujuan dari si pengguna blog tersebut.

Media Blog pertama kali di populerkan oleh Blogger.com (http://www.blogger.com).


Semenjak itu, banyak terdapat aplikasi-aplikasi yang bersifat terpakai secara bebas (Open
Source), sehingga pengembangannya mudah dilakukan oleh para blogger.

Wikipedia juga mencatat, blog sejauh ini mempunyai fungsi yang sangat beragam, dari
sebuah catatan harian sampai dengan media publikasi dalam sebuah kampanye politik,
program-program media dan korporasi. Sebagian blog dikelola oleh seorang penulis
tunggal, sementara sebagian lainnya oleh beberapa penulis. Banyak juga weblog yang
memiliki fasilitas interaksi dengan para pengunjungnya, yang dapat memperkenankan
mereka untuk meninggalkan komentar atas isi dari tulisan yang dipublikasikan. Namun
demikian, ada juga yang yang sebaliknya atau yang bersifat non-interaktif. Situs-situs
web yang saling berkaitan berkat weblog, atau secara total merupakan kumpulan weblog
sering disebut sebagai blogosphere. Bilamana sebuah kumpulan gelombang aktivitas,
informasi dan opini yang sangat besar mengerupsi beberapa subyek atau sangat
kontroversi dalam blogoshpere, maka hal itu sering disebut sebagai blogstorm atau badai
blog.

Sejak 2004 blog semakin fenomenal, karena fungsinya kian kental dengan konsep
journalisme Internet. Semakin banyak pengelola blog menerapkan gaya penulisan
wartawan, sarat fakta dan berkaidah 5W+H. Mereka pun menyajikan sumber-sumber
berita yang akurat dengan menyebutkan asal-usul informasi yang mereka kutip kembali.
Bahkan, semakin banyak politisi, sastrawan, dan kalangan profesional memanfaatkan
blog untuk menuangkan gagasan. Tidak sedikit pula wartawan yang memiliki blog,
sehingga mereka dapat menyuarakan opininya lantaran secara profesional di lembaga
media massa mereka tidak dimungkinkan beropini langsung. Oleh karena itu pula, kian
banyak blog yang dimiliki kalangan profesional yang tinggi kredibilitasnya lantaran
menyajikan informasi secara aktual, akurat dan lengkap, sehingga menjadi referensi
umum, termasuk bagi wartawan dalam membuat berita.

5
Secara ringkas, Wartawan LKBN ANTARA Priyambodo RH, menulis tentang
perkembangan praktek journalisme internet:

” ..Gelombang Pertama jurnalisme ber-Internet mulai nampak pada tahun 1982 -


1992 atau tahap sepuluh tahun awal perjuangan. Periode tersebut menjadi
penentu gejala Internet sebagai jejaring komputer global yang memungkinkan
semua orang memiliki “mainan baru” dalam dunia informasi. Saat itulah banyak
pakar menyebut sebagai babak: “Selamat Datang Teknologi Informasi
Multimedia”.
Gelombang Kedua jurnalisme ber-Internet berlangsung pada tahun 1992 - 2001
yang ditandai dengan semakin komplitnya ISP di AS dan UE memberikan
fasilitas kecepatan akses data multimedia dibarengi dengan kemampuan
prosesor PC melakukan sejumlah pekerjaan secara bersamaan (multi tasking),
serta keandalan pusat jejaring komputer (server) mengatur alur komunikasi.
Saat itu kecepatan akses data multimedia menggunakan modem sudah
mengalami kemajuan dari 14,4 KBps menjadi 36,6 KBps dan terus melaju
hingga 56,6 KBps.
Gelombang Ketiga jurnalisme ber-Internet mulai bereaksi semakin cepat pada
tahun 2002 yang ditandai dengan maraknya teknologi bersimbolkan huruf “m”
yang bermakna “mobile Internet”. Sistem akses Internet menjadi nirkabel dan
aplikasi komputer dapat menyatu di telepon selular genggam (ponsel alias
HandPhone/HP). Teknologi aplikasi nirkabel (Wireless Application
Protocol/WAP) dan paket layanan radio (General Packet Radio Service/GPRS)
sangat memungkinkan pengguna ponsel dapat pula mengakses Internet untuk
mengirim dan menerima e-mail, pesan berfoto, bersuara dan gambar bergerak.
Selain itu, peselancar di dunia maya dapat mengakses data dengan kecepatan
mencapai 4 Mega Bytes per second (MBps) dengan memanfaatkan jaringan
televisi kabel.
Gelombang Keempat jurnalisme ber-Internet, sekalipun ada yang menganggap
masih masa transisi sehingga sejumlah pakar menyebutnya sebagai Gelombang
Ketiga Setengah, terasa lajunya pada 2006. Saat ini, lagi-lagi, dunia

6
kewartawanan semakin diarahkan untuk memanfaatkan Internet lantaran hasil
temuan teknologi informasi yang maju pesat, antara lain ditandai dengan
berkembangnya cakupan sebaran wilayah WiFi menjadi WiMax yang lebih luas,
dan sejumlah aplikasi kerja sampai dengan database dapat tersimpan secara
online sekaligus offline. ” [1]

Tantangan Baru

Konsep kewartwanan agaknya semakin menemukan bentuk barunya di Internet,


antara lain ditandai pula dengan seiring gencarnya pemerintah pusat dan sejumlah
provinsi menerapkan administrasi kepemerintahan secara digital memanfaatkan Internet.
Sejumlah laman resmi pemerintah provinsi dimanfaatkan untuk menjalin interaksi
dengan publiknya. Bahkan, mereka membuka akses pengiriman informasi dari publiknya
guna dipublikasikan –tentunya setelah melalui proses penyuntingan layaknya mekanisme
di redaksi media massa—dalam situs Internet.
Dari serangkaian perkembangan pemanfaatan konsep journalisme internet di
kalangan pengguna Internet hingga laman resmi pemerintah itulah, maka media massa
nasional agaknya tidak boleh ketinggalan mengembangkan manajemen pemberitaan
menjadi lebih cepat, akurat, lengkap dan segera diakses masyarakat dunia.

-----------------------------------------------
[1] http://cyberjournalism.wordpress.com/2007/08/08/2-di-internet-media-massa-nasional-harusnya-kian-
cepat-akurat-lengkap-dan-mendunia/

7
REFERENSI
-----------------------------
Mulyana, Deddy, 2007, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung:Rosda

Preston, Paschal, 2001, Reshaping Communications, Thousand Oaks, Calif. Sage

You might also like