You are on page 1of 27

AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGYAKARTA

2010 ANALISA BARANG KARET

TBKKP.TPL.2008 | WWW.HIMABATPL08.WORDPRESS.COM
PRAKTIKUM
ANALISA BARANG KARET

A. TUJUAN
Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah:
1. Agar mahasiswa mengetahui cara pengujian Sifat fisis pada sol sepatu
2. Agar mahasiswa mengetahui kekuatan sol sepatu yang diuji.

B. DASAR TEORI

Mutu barang-barang karet ditentukan oleh jenis, jumlah dan kualitas karet mentah serta
bahan-bahan kimia karet yang digunakan. Guna mendapatkan barang karet dengan mutu
yang tetpa perlu dilakukan analisa karet beserta bahan kimia karetnya, baik terhadap barang
karet yangbleum divulkanisasi (kompon) maupun yang sudah divulkanisasi (vulkanisat).
Analisa yang dilakukan terhadap barang karet berupa pengujian sifat fisika dan analisa
bahan kimia. Analisa bahan kimia yang dilakukan meliputi analisa jenis bahan dan anlisa
jumlah setiap bahan yang terdapat dalam bahan karet. Analisa jenis memberikan mengenai
jenis karet, bahan pelunak, bahan pengisi, bahan pencepat, antioksidan dan bahan kimia
karet lainnya. Sedangkan analisa jumlah memberikan informasi tetntang komposisi bahan
utama penyusun barang karet yaitu karet serta bahan pelunak, karbon black, abu dan ekstrak
aseton. Hasil analisa kimia juga dapat digunakan sebagai dasar perkiraan dalam pembuatan
barang karet sejenis atau yang lebih baik. Setiap karet mempunyai karakteristik tertentu dan
digunakan untuk membuat barang karet dengan spesifkasi tetentu. Jenis karet dapat
ditentukan dengan berbagai metode. Yang paling populer adalah penentuan jenis karet dari
hasil pirolisis barang karet menggunakan alat spektrometer inra merah (IR). Sama halnya
dengan pengujian pada kulit, pengujian karet terbagi menjadi pengujian fisis dan pengujian
kimiawi.
Pengujian yang dilakukan dalam praktikum ini merupakan pengujian fisis dari karet jadi
berupa sol sepatu. Dalam pengujian ini, akan diketahui bagaimana sifta-sifat fisis dari
barang jadi karet tersebut, yang akan menentukan bagaimana kualitas atau mutu karetnya.

14
Untuk mendapatkan barang karet dengan mutu yang baik, perlu dilakukan analisis
karet beserta bahan kimia yang digunakan sebagai addiftiv dalam pembuatan kompon
karet, baik terhadap barang karet yang belum divulkanisasi maupun yang sudah
divulkanisasi. Analisis barang karet dapat dilakukan berupa pengujian sifat fisika dan
analisis kimia, analisis kimia yang dilkukan meliputi analisis jenis bahan dan analisis
jumlah setiap bahan yang terdapat dalam barang karet. Sedangkan analisis fisika
meliputi uji ketebalan, kuat tarik, kekerasan, perpanjangan putus, ketahanan sobek,
bobot jenis, ketahanan kikis, ketahanan retak lentur dan organoleptis. Analisis jenis
bahan yang digunakan bertujuan untuk memberikan informasi mengenai jenis karet,
bahan pelunak, bahan pengisi, bahan pencepat, antioksidan dan bahan kimia karet
lainnya.
Analisis jumlah memberikan informasi tentang komposisi bahan utama penyusun
barang karet yaitu karet, serta bahan pelunak, karbon black, abu dan ekstrak acetone.
Hasil analisis dapat digunakan sebagai dasar perkiraan dalam pembuatan barang karet
atau yang lebih baik.
Standar Nasional Indonesia Mutu Sol Karet Cetak No. SNI 0788-1989-A
N URAIAN SATU PERSYARATAN
O AN KEL KEL KEL
AS A AS B AS C
FISIKA
1 Tegangan Kg/c Min Min Min
putus m2 150 120 50

2 Perpanjan % Min Min Min


gan putus 250 150 100
3 Kekerasan Shore 55- 55- 55-
A 80 80 80

4 Kg/c Min Min Min


Ketahanan m2 60 40 25
sobek
5 % Mak Mak Mak
Perpanjan 4 7 10
gan tetap
50%

15
6 Bobot g/cm3 Mak Mak Mak
jenis 1,0 1,5 2,5

7 Ketahanan Tida Tida Tida


retak k k k
lentur 150 reta reta reta
kes k k k

8 Organolep Tidak cacat dan atau rusak yang


tis serupa sobek, lubang,
(keadaan retak,goresan.
dan atau
kenampak
an sol

Pengujian Fisis
Sifat-sifat fisis yang diuji dalam praktikum ini meliputi; uji tarik, uji kemuluran, dan uji
ketahanan sobek.

Pengujian kuat tarik; pada vulkanisat sol luar sepatu adalah langkah pertama
menyiapkan vulkanisat sol luar sepatu dengan menipiskannya terlebih dahulu dengan
mesin grading setelah itu sol dipotong menurut mal uji kuat tarik yaitu seperti gambar

30 mm
10 mm
50 mm

30 mm

Gambar.1 Contoh uji kuat tarik pada pengujian sol karet cetak

Setelah contoh uji siap dilakukan pengukuran ketebalan contoh uji pada 3 titik yang
berbeda dan dirata-ratakan hasilnya sebagai tebal contoh uji kemudian diukur luasnya
dankemudian contoh uji dijepit pada mesin tes tensil streght setelah semua terjepit
atur satuan pada mesin tes tensil streght dalam satuan kg, kemudian dilakukan
penarikan dengan kecepatan 500 mm/menit sampai contoh uji terputus. Untuk

16
menentukan jarak antara dua tanda dapatdiketahui dengan cara mengukur jarak
tersebut dengan penggaris. Kemudian dilakukanperhitungan dengan persamaan ;
Tensil Streght=Beban yang dicapai pada saat uji (Kg)Luas Penampang awal
contoh (cm2)
Uji ketahanan sobek; langkah pertama yaitu memotong karet vulkanisat sol luar sepatu
sesuai dengan mal contoh uji ketahanan sobek seperti gambar dibawah ini;

Gambar. 2 Contoh uji ketahanan sobek


Keterangan;
Panjang : 6 cm
Lebar : 1 cm
Tebal : 2 mm
Setelah siap contoh uji dibelah sampai garis tengah dan kemudian kedua belahan
dijepitkan pada pada mesin tes tensil streght dan dilakukan penarikan dengan
kecepatan 500 mm/menit sampai contoh uji terputus. Kemudian dilakukan
perhitungan dengan persamaan;
Ketahanan Sobek= tenaga untuk menyobek (kg)lebar contoh uji x tebal
contoh uji
Pengujian dengan TG/DTA
Deferensial thermonalyse ialah suatu metoda analisa yang menggunakan perubahan
suhu (panas) dari pada zat yang akan dianalisakan.
Kromatografi gas biasanya dipakai untuk analisa sampel yang berbentuk gas atau
cairan dan padatan yang mudah menguap, sampel atau campuran yang hendak
diperiksa disuntikan sedikit kedalam arus gas inert seperti N2, H2, He, Ar atau CO2

17
yang mengalir melalui kolom yang berisi suatu medium. Sampel ini terbawa oleh gas
inert mengalir melalui medium tadi, yang mempunyai sifat dapat berinteraksi dengan
kompone-komponen dalam campuran, dan akan menghambat aliran masing-masing
komponen. Besarnya hambatan ini bagi masingmasing komponen berbeda-beda,
sehingga komponen-komponen keluar dari kolom tidak bersama-sama akan tetapi
satu persatu. Selanjutnya gas yang keluar dari kolom ini dilewetkan melalui suatu
detektor, hambatan tadi disebabkan karena adanya absorpsi atau partisi oleh medium
terhadap masing-masing komponen. Besarnya gaya adsorpsi atau partisi tersebut,
khas bagi masing-masing komponen. Perbedaan absorpsi atau partisi inilah yang
memungkinkan pemisahan dalam kolom tadi. TG/DTA adalah alat analisis yang
digunakan untuk menganlisis bahan yang berbentuk padatan dengan menggunakan
perubahan suhu untuk mengetahui jenis dan sifat-sifat bahan yang dianalisa.

Pengujian Kimia
Salah satu analisis dari barang karet adalah analisis jenis dan analisis jumlah. Sebelum
melakukan analisis jenis dan analisis jumlah terhadap contoh barang karet dilakukan
persiapan (sampling). Contoh dibersihkan dan jika mengandung bahan serat atu logam,
bagian karetnya dipisahkan dari bahan bahan tersebut. Jika terdiri dari beberapa
lapisan karet yang jelas, karet tersebut dipisahkan dan bagian bertemunya lapisan
dibuang. Bagian yang akan diuji digunting menjadi potongan potongan kecil dengan
ukuran sisi 2 mm.
Sistematika analisis jenis dan analisis jumlah di Balai Penelitian Teknologi Karet
Bogor, dimulai dengan melakukan uji pendahuluan terhadap contoh barang karet,
yaitu uji bakar dan uji Lassaigne. Dari uji tersebut akan diketahui jenis atau golongan
polimernya, sehingga dapat ditentukan pelarut yang sesuai untuk mengekstraksi
contoh. Aseton biasanya digunakan sebagai pelarut untuk mengeksraksi hampir semua
polimer kecuali beberapa polimer tertentu seperti karet kloropren, karet nitril dan
poliuretan manggunakan metanol sebagai pelarut.

18
Dari ekstraksi didapatkan 2 bagian, yaitu bagian ekstrak yang biasanya disebut ekstrak
aseton dan bagian karet. Ekstrak aseton dipisahkan dengan kolom kromatografi
menjadi dua bagian, yaitu fraksi heksan yang mengandung bahan pelunak, serta fraksi
aseton yang mengandung bahan pencepat dan antioksidan. Jenis bahan pelunak
ditentukan dengan alat TLC. Biasanya cukup diketahui golongan bahan pencepat dan
antioksidan yang dapat diketahui dengan melakukan spot test.
Bagian karet setelah dipirolisis dipakai sebagai contoh uji analisis jenis polimer. Bagian
karet juga digunakan sebagai contoh uji analisis barang karet guna mengetahui
komposisi beberapa bahan dalam barang karet, yaitu polimer, carbon black, abu dan
bahan pelunak. Jenis polimer ditentukan dengan alat IR, sedangkan analisis jumlah
dilakukan dengan menggunakan alat TGA. Bagian karet yang dipirolisis akan
meninggalkan sisa berupa residu pirolisat. Residu ini diabukan dengan
memanaskannya lebih lanjut. Abu yang didapat ditentukan dengan alat IR. IR untuk
menentukan jenis bahan pengisinya.
Analisis kemurnian dilakukan untuk mengetahui apakah suatu bahan kimia karet
masih dalam bentuk aslinya, serta masih memenuhi syarat untuk digunakan sebagai
bahan pencampur pengolahan karet. Yang dimaksud dengan bahan kimia karet adalah
bahan pencepat, bahan pelunak, antioksidan, penyetabil dan bahan bahan lain yang
diperlukan dalam jumlah sedikit sebagai bahan penbantu dalam pengolahan karet.
Analisis dilakukan dengan menggunakan TLC atau IR. Identifikasi blooming dilakukan
untuk mengetahui apakah noda yang timbul pada permukaan barang karet berasal dari
bahan kimia dari barang karet tersebut yang muncul ke permukaan dan mengetahui
jenis bahan penyebab blooming tersebut. Identifikasi staining dilakukan untuk
mengetahui apakah timbul perubahan warna pada permukaan karet apabila
bersentuhan dengan bahan bahan tertentu, misalnya logam besi dan tembaga, serta
untuk mengetahui jenis bahan kimia penyebab staining tersebut. Analisis jenis bahan
bahan tersebut dilakukan dengan alat TLC atau spot test.

19
C. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam praktikum ini
a. Rheo Meter
b. Jangka sorong
c. Ragum
d. Pisau/cuter
e. Thicknes tester
f. Gelas beker
g. Pinset
h. Neraca analitik
i. Densitimeter
j. Penggaris
k. Bor listrik
l. Mesin buffing
m. Meteran
n. Tensio Meter Zwick/ Shopper Kecil
o. Plat logam persegi panjang
p. Grasselli
q. Flexometer
Bahan yang digunakan Dalam Praktikum ini :
a. Sapel Sol
b. 2,2,4 Iso oktan

20
D. LANGKAH KERJA
1. Uji Kemasakan Karet Menggunakan Reometer
Tujuan : untuk mengetahui titik kematangan karet
Prinsipnya : berapa tekanan, waktu dan suhu kompon untuk dicetak
Langkah kerja :
a. Memotong kompon dengan ukuran 3 x 3 cm2
b. Direkatkan sebanyak 4 buah dengan sisi yang ada plastiknya pada bagian luar

bagian plastik

Bagian plastik

c. Mesin (Reumeter) dipanaskan terlebih dahulu selama 10 menit sampai suhu


150oC
d. Meletakkan kompon di atas rotor, lalu diatur test time 12, suhu upper 150
dan suhu lowest 150, pencet motor on dan put down sehingga kaca Reumeter
menutup

2. Uji Ketahanan Kikis Karet


Pengujian kikis dilakukan dengan cara Grasselli
Seselum dimulai , tentukan bobot jenis contoh ,(hasil pasal 5.1.5)
Langkah kerjanya :
a. Membuat cuplikan dengan ukuran panjang 2 cm, lebar 2 cm, dan tebal 1 cm
(kiri dan kanan ditambahkan sedikit untuk kepitan)

b. Memasang cuplikan pada tempatnya. Satu kali pengujian dapat dilakukan dua
buah cuplikan.

21
c. Menjalankan mesin selama 2 menit untuk meratakan cuplikan.
d. Mengeluarkan cuplikan , kemudian timbang dengan teliti, lalu pasang
kembali pada temaptnya semula.
e. Menjalankan mesin kembali selama 6 menit untuk mengikis cuplikan
f. Waktu mesin berjalan, atur neraca pegas, sehingga lengan neraca pegas
letaknya tetap seimbang benar-benar yanitu terletak diantara dua pena
(ditengah-tengah)
g. Pasang pompa angin untuk membersihkan kotoran-kotoran yang terjadi
akibat pengosokan tersebut.
h. Melakukan pembacaan timbangan neraca pegas setiap menit sampai 6 menit
dan tiap-tipa menitnya dicatat.
i. Setelah 6 menit keluarkan kedua cuplikan dan timbang lagi dengan teliti.

3. Uji Retak Lentur Karet


Alat yang digunakan : Flexometer
Lankah kerja :
a. Membuat cuplikan dengan ukuran : panjang 150 cm, lebar 20 cm, dan tebal
6 cm.
t=6
l = 20
P = 150
b. Membuat suatu bulatan (lingkaran) dari kertas karton, yang berukuran 7 x
tebal cuplikan
c. Memasang cuplikan pada flexometer, cuplikan melingkari setengah lingkaran
dari kertas karton
d. Mengeluarkan kertas karton tersebut, kemudian lenturkan sampai 150.000
pelenturan
e. Mengamati ada tidaknya keretakan dan mencatat hasil pengamatan yang
diperoleh

22
4. Uji Elongation at break Karet/ tegangan putus dan perpanjagan putus
Pengujian dilakukan dengan alat uji ketahanan tarik
Langkah kerja :
a. Memotong contoh uji dengan bentuk dayung (dumbbell /doumble blade)
memakai pisau pons D dengan bentuk dan ukuran sebagai berikut :

b. Member tanda dua garis sejajar pada cuplikan berjarak 25,4 mm simetris
ditengah-tengah dayung
c. Mengukur tebal dan tebal cuplikan ditempat a, b, dan c, kemudian pasang
pada alat sehingga jarak antara dua jepitan 50 mm
d. Penarikan dikerjakan dengan kecepatan 25 1 cm/menit sampai cuplikan
putus

5. Uji Perpanjangan Tetap Karet


Pengujian dilakukan dengan suatu alat logam berbentuk persegi panjang berukuran :
panjang 45-50 cm, lebar 30-35 cm dengan bingkai memakai kiri dan kanan, tinggi 2
cm dan lebar 2 cm.
Ukuran cuplikan :
Panjang : 10 cm
Lebar : 4 mm
Tebal : 3 mm
Sampel : 3 mm
4 mm
10 cm
Lankah kerja :
a. Membuat garis sejajar pada cuplikan dengan jarak 5 cm

23
b. Memasang cuplikan pada alat dengan menggunakan klem. Klem yang satu
dipindahkan dengan cara memutar baut, sehingga cuplikan ditarik sampai
perpanjangan 50 %.
c. Dalam keadaan tertarik biarkan selama 1 jam. sesudah itu biarkan dan
diamkan selama 1 jam , kemudian
d. Mengukur jarak antara kedua garis sejajar dan mencatat hasil yang diperoleh

6. Uji Ketahanan sobek


Pengujian dilakukan dengan alat Tensio meter Zwick / (shopper kecil)
Langkah kerja :
a. Membuat sampel cuplikan berbentuk empat persegipanjang dengan ukuran :
Panjang : 6 cm
Lebar : 1 cm
Tebal : 2 mm

b. Membuat tanda arah sejajar dengan panjang cuplikan


c. Membuat keretan ditengah-tengah cuplikan, tegak lurus pada sumbu panjang
selebar 5 mm
d. Mengukur tebal cuplikan pada bagian yang terdapat keretan
e. Memasang kedua ujung-ujung cuplikan pada penjepit-penjepit mesin Zwick
atau shoper kecil, dan selanjutnya kerjakan sama sepert pada uji tegangan
putus
f. Menarik cuplikan sampai putus dan catat beban yang diperlukan,
g. Mengukur lebaran cuplikan yang tersobekan menggunakan micrometer
mikroskop

7. Uji Ketahanan Karet Terhadap Minyak


Pengujian dilakukan dengan alat Jangka sorong, Densimeter dengan ketelitian 0,01
g, pisau cuter.

24
a. Memotong cuplikan dari bagian sol luar dengan ukuran diameter 16 mm 1
mm, dan tebal 4 mm 0,5 mm. untuk sol dua lapis (two layer) potong
cuplikan termasuk lapisan kedua yang tidak terpisahkan.

(1) (2) (3)


b. Timbang diudara berat cuplikan mula-mula (m1), timbang pula didalam air
cuplikan mula-mula (m2), dengan menggunakan alat densimeter dengan
ketelitian 0,01 g
c. Merendam cuplikan dalam minyak pelumas ( Benzol ) pada suhu 23 0C 2
0
C selama 1 jam 25 menit. Lihat perubahan yang mungkin terjadi per 30
menit.
d. Mengambil cuplikan pada akhir pengujian dan dikeringkan menggunakan
kertas saring
e. Menimbang diudara berat cuplikan setelah perendaman (m3), lalu timbag
didalam air berat cuplikan setelah perendaman (m4)
f. Mengukur perubahan volume yang terjadi setelah perendaman.
g. Mencatat hasil dan pengamatan yang diperoleh

E. HASIL DAN PENGAMATAN

1. Ketahanan sobek
Bentuk cuplikan :

Dilubangi ditengahnya

Sampel Lebar Tebal Beban


(mm) (mm) (kg)
1.1 10,37 2,85 4,85
1.2 10,12 2,89 4,40

25
1.3 11,19 3,33 7,15
1.4 11,21 3,15 6,40

Ketahanan sobek =

10 - 5

Sampel 1.1

Ketahanan sobek =

Sampel 1.2

Ketahanan sobek =

26
=

Sampel 1.3

Ketahanan sobek =

Sampel 1.4

Ketahanan sobek =

2. Ketahanan Retak Lentur

27
Setelah diuji dengan Flexometer, contoh uji tidak mengalami keretakan

3. Perpanjangan Tetap/Permanent Set

No Kode Sebelum (mm) Sesudah (mm)


1 1.1 50 51,65
2 1.2 50 51,70
3 1.3 50 51,95
Kode 1.1

Perpanjangan Tetap = x 100%

= x 100%
= 3,3%
Kode 1.2

Perpanjangan Tetap = x 100%

= x 100%
= 3,4%
Kode 1.3

Perpanjangan Tetap = x 100%

= x 100%
= 3,9%
Dimana :
t1 = panjang antara dua garis sejajar pengujian
t2 = panjnag antara dua garis sejajar semula
hasil uji adalah rata-rata tiga kali pengujian

Hasil uji =

= 3,53 %

28
Kamis, 15 April 2010

4. Kemuluran

N K Tebal Lebar Area B Ha


2
o o (mm) (mm) (mm ) e sil
d b Uji
e a (kg
n /cm
2
(k )
gf
)
1 1 4,04 3,60 5, 0,4
. 3,86 3,65 8 015
1 4,005 3,8 5
x x xx
Rata Rata Rata
x x
=3,9 =3,6 =14,57
6 8
2 1 3,61 4,2 5, 0,3
. 3,39 3,35 5 917
2 3,7 4,35 5
Ratax Ratax Rataxx
x x
=3,5 =3,9 =14,17
7 7
3 1 4,18 3,7 7, 0,5
. 4,15 3 1 042
3 4,46 3,3 5
Ratax Ratax Rataxx
x x
=4,2 =3,3 =14,18

29
6 3
4 1 2,80 4,3 5, 0,5
. 2,65 3,45 5 261
4 2,81 3,75 4
Ratax Ratax Rataxx
x x
=2,7 =3,8 =10,53
5 3

Keterangan
Area = Tebal x Lebar

Hasil Uji =

N Kod Lo Lt (mm) Jara Has


o e (mm) k il
Jepit Uji
(mm (%)
)
1 1.1 50 200

2 1.2 50 320

3 1.3 50 300

4 1.4 50 320

Kemuluran = Lt Lo
Hasil uji

30
Kode 1.1
Kemuluran = Lt - Lo
= x 100%

= 200%
Kode 1.2
Kemuluran = Lt- Lo

= x 100%

= 320%
Kode 1.3
Kemuluran = Lt - Lo

= x 100%

= 300%
Kode 1.4
Kemuluran = Lt - Lo
= x 100%

= 320%

5. Perubahan Volume Terhadap Minyak Pelumas (Iso


Oktan)
Jenis Minyak : Benzol
Berat sebelum (gr) Berat sesudah (gr) Hasil uji (%)
No Kode
Di udara Di air Di udara Di air
1 1.1 1,01 0,04
2 1.2 1,1 0,02
3 1.3 0,86 0,04
4 1.4 1,17 0,05

31
Setelah itu karet sampel karet direndam di dalam larutan benzol selama 1 jam, dan
ternyata karet melarut sehingga tidak perlu dilakukan penimbangan berat sesudah
direndam dan tidak perlu dilakukan penghitungan hasil uji.

Bj =

Berat jenis sol sebelum direndam di dalam Benzol

Kode 1.1
Bj =

= 1,04
Kode 1.2
Bj =

= 0,935
Kode 1.3
Bj =

= 1,132
Kode 1.4
Bj =

= 1,045

32
Kamis, 22 April 2010
6. Ketahanan Kikis
Sampel 1 2 3 4
Kode 1.1 1.2 1.3 1.4
Berat sebelum (gr) 6,7507 7,8557
Berat sesudah (gr) 6,0929 7,8557
berat terkikis(gr) 0,678 0,8419
Pegas
Beban 200 g , 0,2 gr
Energi (Joule) 22,251
Berat Jenis 0,9 0,9 0,93 0,92
Hasil uji/ketahanan
kikis 5,475

Sampel 1
Ketahanan Terkikis = x 1000

E = 37 x 2 (ap + bQ)
= 37 x 2 x 3,14 {(0,255 x 0,0775) + (0,38 x 0,2)}
= 37 x 2 x 3,14 x 0,0957625
= 22,2513745 kgm
Ketahanan kikis = x 1000

= 5,47448495 mm2kgm
Sampel 2
Ketahanan Terkikis = x 1000

E = 37 x 2 (ap + bQ)
= 37 x 2 x 3,14 {(0,255 m x 0,235 kg ) + (0,38 m x 0,2 kg)}
= 37 x 2 x 3,14 x 0,135925 kgm
= 31,583533 kgm
Ketahanan kikis = x 1000

= 3,207737168 mm2kgm

33
F. PEMBAHASAN
Sol sepatu merupakan bahan tumpuan pijakan untuk kaki pada saat berjalan atau
berlari. Pada proses tersebut terjadi gesekan, kelekukan, kemuluran dan lain-lain yang
dapat mempengaruhi ketahanan dari sol tersebut sehingga diperlukan pengujian
ketahanan sobek, ketahanan retak lentur, perpanjangan tetap/permanent set, kemuluran,
perubahan volume terhadap minyak pelumas (Iso Oktan) dan ketahanan kikis.
Pengujian tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu pengujian fisika
dan pengujian kimia. Pengujian fisika digunakan untuk mengetahui sifat-sifat fisika yang
ada pada sol sepatu yang akan diuji dan perubahannya terhadap pengaruh alam.
Contohnya ketahanan sobek, ketahanan retak lentur, perpanjangan tetap/permanent set,
kemuluran dan ketahanan kikis. Pengujian kimia digunakan untuk mengetahui sifat-sifat
fisika yang ada pada sol sepatu yang akan diuji dan perubahannya terhadap pengaruh
alam dan bahan kimia. Contohnya perubahan volume terhadap minyak pelumas (Iso
Oktan)
Pengujian-pengujian tersebut juga dapat dipergunakan sebagai titik ukur suatu
perusahaan untuk menentukan standar berapa lama maksimal sepatu tersebut dapat
bertahan sehingga produk di dalam perusahaan dapat terus berjalan.
Untuk mendapatkan sol sepatu karet dengan mutu yang baik, juga perlu dilakukan
analisis karet beserta bahan kimia yang digunakan sebagai additif dalam pembuatan
kompon karet, baik terhadap barang karet yang belum divulkanisasi maupun yang sudah
divulkanisasi.

1. Ketahanan Sobek
Dilubangi ditengahnya

Pengujian ketahanan sobek merupakan salah satu pengujian fisika dalam praktikum
ini. Dalam uji ketahanan sobek, sampel dilubangi tengahnya untuk memudahkan
penyobekan. Bila kita didiskripsikan dalam kehidupan sehari-hari, bila sepatu kita
tersobek sedikit, maka berapa lama waktu karet tersebut dapat rusak, dapat diperkirakan

34
dari percobaan ini. Sampel 1.1 memiliki ketahanan sobek = =

, Sampel 1.2 memiliki ketahanan sobek = = ,

sampel 1.3 memiliki ketahanan sobek = = dan sampel 1.4

memiliki ketahanan sobek = = . Menurut SNI 0778-1989-A,

standar minimum kelas A adalah 60 kg/cm2, kelas B 40 kg/cm2 dan kelas C 25 kg/cm2.
Jadi sol yang kita uji merupakan sol dengan kualitas C mendekati B, tetapi cenderung
kualitas C.

2. Ketahanan Retak Lentur


Pengujian ketahanan retak lentur merupakan salah satu pengujian fisika dalam
praktikum ini. Dalam uji ketahanan retak lentur, sampel dibekuk-bekuk berulang-ulang.
Bila kita didiskripsikan dalam kehidupan sehari-hari, bila sepatu kita dipergunakan untuk
berjalan dan berlari, maka berapa jarak sol tersebut dapat bertahan, dapat diperkirakan
dari percobaan ini.
Setelah diuji dengan Flexometer, contoh uji tidak mengalami keretakan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kualitas sepatu tersebut bagus. Semakin lama pengujian dan hasil
sampel tidak mengalami keretakan maka semakin bagus kualitas sol tersebut.

3. Perpanjangan Tetap/Permanent Set


Pengujian perpanjangan tetap/permanent set merupakan salah satu pengujian fisika
dalam praktikum ini. Dalam uji perpanjangan tetap/permanent set, sampel ditarik dan
dibiarkan beberapa hari, kemudian dilihat perubahannya. Bila kita didiskripsikan dalam
kehidupan sehari-hari, bila sepatu kita dipergunakan untuk dipakai dalam kehidupan
sehari-hari, maka sol akan mengalami perpanjangan, perpanjangan tersebut dapat
diperkirakan dari percobaan ini.
Hasil praktikum Perpanjangan Tetap untuk sampel 1.1 = 3,3% , sampel 1.2 = 3,4%
dan sampel 1.3 = 3,9%. Dari hasil tersebut dapat dirata-rata sehingga hasilnya = 3,53 %.

35
Menurut SNI 0778-1989-A, standar maksimum perpanjangan tetap untuk kelas A = 4,
kelas B = 7 dan kelas C = 10. Dari pengujian yang kita lakukan, rata-rata hasilnya
mendekati kelas A.

4. Kemuluran
Pengujian kemuluran merupakan salah satu pengujian fisika dalam praktikum ini.
Dalam uji kemuluran, sampel ditarik hingga putus. Percobaan ini dalam kehidupan
sehari-hari dapat dijadikan patokan sebagai nilai ambang batas sol tersebut dapat tertarik.
Kode 1.1 Kemuluran = 200%, Kode 1.2 Kemuluran = 320%, Kode 1.3 Kemuluran =
300% dan Kode 1.4 Kemuluran = 320%. Menurut SNI 0778-1989-A, standar minimum
perpanjangan tetap untuk kelas A = 250%, kelas B = 150% dan kelas C = 100%. Dari
pengujian yang kita lakukan, rata-rata hasilnya melebihi standar kelas A sehingga
kualitas untuk kemuluran sangat baik.

5. Perubahan Volume Terhadap Minyak Pelumas (Iso Oktan)


Pengujian perubahan volume terhadap minyak pelumas (Iso Oktan) merupakan salah
satu pengujian kimia dalam praktikum ini. Dalam perubahan volume terhadap minyak
pelumas (Iso Oktan), sampel ditarik dan dibiarkan beberapa hari, kemudian dilihat
perubahannya. Percobaan tersebut berhubungan dengan perlakuan sol baik dalam proses
pembuatan sepatu maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembuatan sepatu,
sol diberi adhesive yang solven maupun diluentnya adalah pelarut organik yang dapat
mempengaruhi kestabilan dari kompon tersebut. Begitu pula dalam kehidupan sehari-
hari, yang kemungkinan sepatu juga bisa terkena pelarut organik, khususnya sepatu yang
digunakan dalam industri.
Berat jenis sol sebelum direndam di dalam Benzol adalah Kode 1.1 Bj = 1,04; Kode
1.2 Bj = 0,935; Kode 1.3 Bj = 1,132 dan Kode 1.4 Bj = 1,045. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa kompon tersebut tenggelam di dalam air karena Bj sol lebih besar
dari pada Bj air.
Setelah itu karet sampel karet direndam di dalam larutan benzol selama 1 jam, dan
ternyata karet melarut sehingga tidak perlu dilakukan penimbangan berat sesudah

36
direndam dan tidak perlu dilakukan penghitungan hasil uji. Melarutnya sol tersebut
menunjukkan bahwa karakter sol tersebut tidak tahan terhadap pelarut organik sehingga
dalam proses pembuatan dan pemakaian dalam kehidupan sehari-hari perlu dihindarkan
dari pelarut organik yang sangat mempengaruhi stabilitas bentuk sol tersebut.

6. Ketahanan Kikis
Pengujian ketahanan kikis pada sol sepatu karet digunakan untuk menentukan
seberapa kuat sol sepatu terhadap daya pengikisan , dalam praktikum ini kita
menentukan berat jenis terlebih dahulu dari sampel yang kita gunkana karena
berat jenis sangant menentukan dalam ketahanan kikis. Selain berat jenis kita juga
harus mengetahui berat serta waktu pengikisan , dalam pengukuran berat jenis
kita menimbang cuplikan terlebih dahulu karena berat jenis yang kita hitung ada
dua yaitu berat jenis di dalam air dan berat jenis udara , berat disini sangat
berpengaruh dimana semakin besar berat kikisan maka pengikisan yang terjadi itu
besar belum tentu drengan ketahanan kikisnya . dapat kita lihat dari hasil
praktikum untuk sampel satu dengan berat terkikis 0,678 gram didapatakan
ketahanan kikis 5,47448495 mm2kgm dan sampel yang memiliki berat terkikis
0,8419 gram memiliki ketahanan kikis 3,207737168 mm2kgm hal ini mennjukan
besarnya berat terkikis mempengaruhi ketahanan kikis dari sol karet. Semakin
besar berat terkikis semakin kecil ketahan kikis dari sol karet karena itu maka
terjadi banyak pengikisan yang dapat mengurangi berat sampel sol sepatu. Dalam
SNI dapat kita lihat untuk ketahan kikis nilai untuk kelas A maksimal ketahan kikis
1 mm2kgm dan untuk kelas C adalah 2,5 mm2kgm dari hasil praktikum ini dapat kita
simpulkan bahwa sol karet tersebut memiliki ketahan kikis yang terlalu besar hal ini
menunjukan tidak sesuai dengan standar
7. ODR RheoGraph
Analisa ini bertujuan untuk menentukan dimana titik matang dari sutu kompon karet
dari analisa yang dilkakan dar 2 sampel kematangan maksimal dengan menggunakan
suhu 120 0 C dengan tekanan 15 lb/inc dalam pengujian didapatkan waktu maksimal

37
11 : 57 menit dalam pengujian ini Temperatur dan tekanan sangat mempengaruhi dari
waktu maksimal bahan .

G. KESIMPULAN
Dari Praktikum ini dapat dismpulkan

38
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Analisa Karet dan Bahan Karet. Balai Penelitian Teknologi Karet: Bogor.
Anonimous, Mengenal Lebih Jauh Teknologi Pembuatan Barang Jadi Karet(accessed;
www.google.com/ Mengenal Lebih Jauh Teknologi Pembuatan Barang Jadi
- Karet.pdf.)Balai Penelitian Teknologi Karet: Bogor
Anonimous,2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Karet Edisi Kedua
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian
Setyowati Penny,2004, Petunjuk Praktikum Teknologi Pembuatan Barang Karet dan
Plastik,Balai Besar Kulit Karet dan Plastik: Yogyakarta

39

You might also like