You are on page 1of 8

TUGAS POST-TEST

TEORI SASTRA

Dosen pengampu:

Dra. Lubna Sungkar, M. Hum

Disusun oleh:
Elsie Juliana Hutabarat
A2B309012

JURUSAN S1 SASTRA INGGRIS REGULAR II

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2010
TEORI SASTRA

Beberapa teori psikologi yang digunakan untuk menganalisis suatu karya sastra, yaitu:

1. Teori psikoanalisis

Merupakan cabang ilmu yang dikembangkan Sigmund Freud, sebagai studi fungsi

dan perilaku psikologis manusia.

Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar

(consciousness), ambang sadar (preconsciousness), dan tak sadar (unconsciousness).

Aliran psikoanalisis Freud merujuk pada suatu jenis perlakuan dimana orang yang

dianalisis mengungkapkan secara verbal, termasuk asosiasi bebas, khayalan dan

mimpi, yang menjadi sumber bagi seorang penganalisis merumuskan konflik tidak

sadar yang menyebabkan gejala yang dirasakan dan permasalahan karakter pada

pasien, lalu kemudian menginterpretasikannya bagi pasien untuk menghasilkan

pemahaman diri untuk pemecahan masalahnya.

Freud membagi wujud psikis manusia menjadi tiga wilayah, yakni:

a. Id: berada dalam wilayah tidak sadar (unconsciousness)

Merupakan wilayah tampungan dari desakan libido. Libido, maksudnya adalah

dorongan kuat jiwa bawah sadar yang bersumber dari pleasure principle.

b. Ego: berada dalam wilayah sadar (consciousness).

Merupakan komponen psikologis yang bekerja melalui prinsip realita. Disamping itu

juga merupakan jembatan antara Id dan Superego.

Disini, libido mengalami hambatan untuk dipenuhi karena ego mengendalikan reality

principle yang bersifat represif.

c. Superego: berada dalam wilayah ambang sadar (preconsciousness).


Mengendalikan morality principle, yakni seperangkat aturan sosial, keagamaan, tata

cara, hukum yang harus dipaksakan untuk dijalankan.

2. Teori psikologi analitik

Sebelumnya Carl Gustav Jung merupakan pengikut Sigmund Freud, namun akhirnya

memisahkan diri dari Freud karena melulu mengkaitkan aspek kehidupan manusia itu

dengan seksualitas. Dan yang untuk membedakan teori Jung ini, beliau memasukkan

unsur religiusitas.

Teori psikologi Jung yang berbeda dengan Freud adalah:

a. Persona (topeng), merupakan alat komunikasi dengan dunia luar dan bisa berubah-

ubah sesuai dengan peran yang dimainkan. Tujuannya adalah untuk menciptakan

kesan tertentu pada orang lain.

b. Shadow (bayangan) terdiri dari karakter-karakter kepribadian yang bukan bagian

dari kebiasaan seseorang, serta juga merupakan konsep yang membicarakan tentang

kepemilikan, yakni tentang sisi gelap dan terang.

Dikatakan sisi terang, apabila shadow yang ditiru oleh seseorang yang segender,

misalnya anak perempuan meniru ibunya, tentara meniru sikap pemimpinnya.

Sebaliknya, dikatakan sisi gelap, apabila shadow ditekan di alam bawah sadar (tidak

ingin dimunculkan).

c. Anima dan Animus.

Anima adalah unsur perempuan yang ada pada laki-laki, sedangkan animus adalah

unsur laki-laki yang ada pada perempuan. Contoh anima: Leonardo Da Vinci melukis

monalisa, merupakan bukti bahwa ada unsur anima dalam diri Da Vinci. Contoh

animus: Mitha the Virgin, penyanyi perempuan Indonesia yang berdandan seperti

laki-laki.
d. Self (konsep diri), merupakan konsep keakuan dalam diri manusia.. konsep ini

berkaitan dengan fasilitas untuk mempertunjukkan tampilnya ego.

Misalnya: dalam pertunjukan wayang dengan dalangnya. Tokoh wayang yang

berbeda disebut ego karena dapat berubah sifat, sedangkan dalang disebut self karena

hanya memainkan saja.

e. Imago Dei (pencitraan Tuhan). Menurut Jung setiap orang meskipun dengan tingkat

iman yang rendah bahkan atheis, tetap saja mencerminkan citra ke-Tuhanan. Citra ke-

Tuhanan terdapat dalam psikis manusia dan menjadi alat yang berkemampuan untuk

memahami hal-hal yang religius.

3. Teori psikologi individual

Teori ini dicetuskan oleh Alfred Adler, dimana teori ini adalah ilmu psikologi yang

khusus meneliti perbedaan antar individu, yang bertujuan untuk memahami,

mencegah, dan mengobati penyakit mental.

Menurut Adler, manusia digerakkan oleh karena kekuasaan (will to power), yang

terbagi menjadi tiga wilayah, yakni:

a. Muscle (otot), dimana letak kekuasaan terletak pada otot. Pada era agraris,

kekuasaan terletak di otot, sehingga otot menjadi modal utama dimana para petani

menggunakan seluruh kemampuan tenaganya untuk menanam dan bercocok tanam.

b. Money (uang), dimana uang menjadi modal utama. Pada era industrialis, uang

merupakan kekuatan untuk berkuasa. Semakin banyak seseorang memiliki uang,

maka semakin besar juga kekuasaan yang dimiliki.

c. Mind (pikiran), dimana pikiran menjadi modal utama. Di era informasi seperti saat

ini, pikiran menjadi modal utama dalam mendapatkan kekuasaan, semakin pintar

seseorang, maka akan semakin menguasai dunia informasi yang semakin maju.
Adler juga memperkenalkan tentang unsur superior dan inferior, yang lebih dikenal,

Adler complex.

Dikatakan superior complex, bila seseorang menganggap dirinya super dibandingkan

yang lainnya, sedangkan bila seseorang menganggap dirinya tidak lebih hebat dari

yang lain, maka disebut inferior complex.

4. Teori psikologi eksistensialisme

Merupakan gabungan ilmu psikologi dan falsafat eksistensialisme, pencetusnya

adalah Victor E. Frankl. Menurut Frankl, keinginan tidak lebih kuat untuk membuat

hidup lebih bermakna (will to meaning), tidak bermakna berarti mengalami

kekosongan, disebut eksistensialime vakum. Frankl memfokuskan masalah psikis

pada neurosis, yang berfokus pada spiritualitas, baik itu yang berkaitan dengan

keagamaan maupun tidak.

Metode terapi Frankl, yakni sebagai berikut:

a. Derefleksi, adalah cara yang digunakan untuk mengobati penderita phobia dengan

cara mematahkan siklus dari makna suatu hal yang ditakuti itu.

b. Proyeksi, adalah terapi dengan cara menggambarkan keadaan diluar, dengan tujuan

membuat si pasien merefleksikan kembali keadaanya dengan keadaan yang di luar.

c. Intensive paradoxical, terapi dengan cara menantang si pasien melakukan hal yang

tadinya akan dilakukan. Misalnya, pada orang yang mengancam bunuh diri.

5. Teori psikologi humanistik

Psikologi humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana

manusia melihat kehidupan mereka. Teori ini dipelopori oleh Abraham Maslow, dan

Carl Rogers adalah salah satu pembesar teori ini.

Menurut Maslow, aktualisasi diri merupakan hal yang penting karena manusia akan

berusaha untuk mengaktualisasikan diri mereka sendiri. Sedangkan menurut Rogers,


konsep diri merupakan hal penting dalam kepribadian, karena mencakup aspek

pemikiran, perasaan, serta keyakinan yang disadari oleh seseorang. Maslow

menggunakan istilah kongruensi dan inkongruensi. Dikatakan kongruensi, bila konsep

diri sesuai dengan kenyataan, sementara inkongruensi bila konsep diri tidak sesuai

dengan kenyataan yang ada. Misalnya, seseorang yang menganggap dirinya adalah

orang jujur, maka akan sangat bertolak belakang pada saat dia harus berbohong pada

atasannya karena sering terlambat ke kantor.

Disamping teori-teori psikologi diatas, ada beberapa teori yang juga dapat digunakan

untuk menganalisa sebuah karya sastra, yakni sebagai berikut:

6. Teori formalisme

Teori ini menolak peranan karya sastra yang semata-mata dianggap sebagai sarana

yang memberi hakikat kebudayaan secara luas. Formalisme merupakan bentuk

linguistik yang sastra, yang fokus pada bentuk karya sastra itu sendiri. Konsep

defamiliarisasi dan deotomatisasi merupakan konsep yang diajarkan oleh Victor

Shlovsky, sedangkan konsep fabula (cerita), sjuzet (plot) diajarkan oleh Boris

Tomashevsky. Formalisme tidak membahas tentang penulis dan pembaca karena akan

membuat karya sastra menjadi tidak ilmiah untuk dibahas.

7. Teori strukturalisme

Merupakan aliran ilmu dan kritik yang memusatkan perhatian pada relasi antar unsur.

Strukturalis naratif dipelopori oleh Juan Greimas. Ia mengajukan tiga pasang

komposional, yakni:

a. Subjek dan objek

Subjek sebagai individu sedangkan objek adalah hal yang ingin diperoleh oleh subjek.

b. Pengirim dan penerima


Pengirim adalah kekuatan yang mendorong subjek untuk mendapatkan objek,

sementara penerima adalah tujuan dari tindakan subjek dalam memperoleh objek.

c. Pendukung dan penentang

Pendukung adalah kekuatan yang membantu tindakan subjek untuk mendapatkan

objek, sedangkan penentang merupakan kekuatan yang menghalangi subjek untuk

mendapatkan objek. Dalam teori ini, Ferdinand De Saussure menyatakan ada sistem

yang tidak terpisahkan yaitu signifier (penanda) dan signified (ditandai).

8. Teori Marxisme

Pemikiran Karl Marx, yakni base structure yang bersifat material dan diidentifikasi

sebagai ekonomi, dan super structure, yang bersifat abstrak, misalnya berupa

ideologi. Ideologi yang sesuai dengan kedua pemikiran diatas adalah kapitalisme.

Menurut Marx, kapitalisme berkaitan dengan hubungan pertukaran dan kekuasaan.

Sebagai hubungan pertukaran, kapitalisme memandang setiap hal mempunyai harga,

sehingga dapat ditukarkan atau dijualbelikan, sementara itu berkaitan dengan

hubungan kekuasaan, kapitalisme merupakan suatu system yang eksploitatif, dimana

yang memiliki kekuasaan ekonomi akan mengeksploitasi dan menghisap kelas yang

ditindasnya, yaitu kelas pekerja. Tujuan marxisme adalah untuk membongkar praktek

kapitalisme yang eksploitatif. Dengan harapan agar bila buruh sadar, dan saat

kesadarn itu muncul, maka diikuti perjuangan kelas yang akan memicu class struggle,

yaitu buruh memberontak dan menggulingkan para kapitalis, dan bila berhasil, maka

akan tercipta masyarakat yang tanpa kelas. Tokoh lain marxisme adalah Althusser dan

Gramsci. Pemikiran Althusser adalah ideological state apparatus dan repressive state

apparatus. Sementara Gramsci mengeluarkan istilah hegemoni, yang dapat

melindungi para kaum kapitalis dari para buruh.

9. Teori poskolonial
Merupakan teori yang berkembang setelah selesai masa penjajahan untuk menggugat

konstruksi kolonial yang telah menindas kelompok-kelompok marjinal. Tokoh dari

teori ini antara lain adalah Ferdinand de Saussure, yang mengeluarkan ide tentang

oposisi biner. Sedangkan Edward Said mengeluarkan slogan kesadaran tandingan

yang menyatakan bahwa dunia timur adalah boneka bagi dunia barat. Sementara itu

Michael Foucault menyatakan tentang kekuasaan ibarat sebuah jaringan yang

tersebar dimana-mana, dan untuk menggambarkan ide ini maka tercetuslah istilah

black face, white mask, yaitu orang yang dijajah meniru perangai penjajah. Maka si

black face, white mask adalah penjajah itu sendiri.

10. Teori feminisme

Merupakan teori yang muncul sebagai akibat dari timbulnya perbedaan antara hak dan

kewajiban antara wanita dan pria. Para kaum wanita menuntut untuk diperlakukan

sama seperti kaum pria yang boleh berkegiatan di luar rumah. Awalnya dipelopori

oleh kaum wanita berkulit putih yang ingin keluar dari kegiatan dan rutinitas

kehidupan rumah tangga. Kelompok itu mengatasnamakan semua kaum wanita,

sehingga memunculkan berbagai kontradiksi dalam kalangan wanita yang berbeda

suku, ras, kelas, dan agama. Hal ini menimbulkan bermacam-macam jenis feminisme.

Antara lain, feminisme liberal, feminisme radikal, feminisme marxisme, feminisme

poskolonial, dan sebagainya. Inti dari konsep feminisme ini adalah agar tidak terjadi

perbedaan perlakuan antara kaum wanita dan pria, baik dalam bermasyarakat maupun

dalam lingkungan keluarga.

Sumber data: http://wikipedia.com dan buku panduan dari Dosen pengampu.

You might also like