Professional Documents
Culture Documents
!
"
#
c
Ê&
0
&
Posisi estetika tak berbeda dari atau tak perlu dibeda-bedakan dengan
wilayah-wilayah studi filsafat yang lainnya, entah itu epistemology, etika dan
lebih utama, tidak lebih superior dari yang lain, biasa-biasa saja. Masalahnya
adalah tidak ada satu ilmu pun, termasuk estetika pada khususnya dan filsafat
pada umumnya, yang mampu menjadi ilmu dengan posisi ³tersendiri´, seberapa
tinggi atau rendah pun status yang diberikan oleh komunitas akademik terhadap
keberadaan ilmu tersebut. Tidak ada satu ilmu yang ³tersendiri´, yang posisinya
Apalagi untuk masa tiga dasawarsa terakhir ini sekat-sekat ketat yang
memberi batas yang tegas antara satu ilmu dengan ilmu yang lain sudah runtuh,
atau sudah waktunya untuk diruntuhkan. Inilah yang disebut oleh Clifford Geertz
sebagai gejala Blurred Genre, yakni ketika kita dengan background keilmuan
apapun mengadopsi sebuah lingua franca yang sama. Karya-karya Sigmund Freud
atau Jacques Lacan, untuk sekedar contoh, tidak lagi dibaca oleh psikoanalisis
semata, tetapi oleh kita semua. Juga Roland Barthes, karyanya tidak cuma dibaca
oleh kalangan kritikus sastra, tapi oleh lebih banyak lagi orang. Merembes keluar
dari sekat-sekat disipliner yang kaku. Ahli ilmu politik, filsuf, linguis, kritikus
seni, arsitek, psikolog, atau sosiolog tidak lagi peduli pada sekat-sekat tersebut,
lalu sama-sama membaca Jacques Derrida atau Pierre Bourdieu. Ini yang disebut
Ä
Begitu pula halnya dengan estetika, ia telah kehilangan sekat-sekatnya,
batas-batas yang dahulu telah membuatnya menjadi sebuah ruang yang esoterik.
menyebar seperti itu, berarti ia bisa ada dimana saja dan kapan saja, seperti coca
cola. Itu juga sekaligus berarti bahwa estetika tidak lagi punya posisi yang
Tetntu saja estetika pernah dan, pada ruang lingkup tertentu, masih
memiliki prestise tertentu. Itu kalau kita pahami estetika bukan melulu sebagai
Jadi, secara lebih restricted, pengertian estetika yang terakhir ini adalah estetika
sebagai sesuatu yang dijadikan landasan normatif untuk menilai karya seni.
cenderung seperti itu. Bukan filsafat estetika, melainkan hanya sebagai alat untuk
estetika, seorang seniman bisa berbuat apa saja dan produknya tetap disebut
disebuah galeri, dan itu disebut karya seni instalasi oleh kritikus. Seorang penyair
menuliskan sebaris kalimat, ³Bulan di atas kuburan,´ dan itu disebut sebagai
tingkat elit kritikus sastra. Di sini estetika tidak lebih sebagai modal simbolik
yang diinfestasikan sebagai pemarkah kelas sosial seniman atau kritikus seni.
4
Dalam hubungannya dengan praktik kritik seni, sampai sejauh ini estetika
atas sebuah karya seni dengan legitimaasi paham-paham estetis tertentu, misalnya.
disebut sebagai karya seni hanya lantaran ia menjadi bagian dari komunitas
wacana tertentu, sementara perabot dapur ibu-ibu petani jawa tidak pernah
sekalipun dihargai seperti itu, lalu karya seni X dinilai lebih baik, lebih sublim,
dengan yang lain. Oleh karena itu, andai kata ada orang berbicara perkara estetika,
yang bagaimana ?
berasal dari kata aisthetika atau aesthesis ( Yunani ) yang artinya hal-hal yang
dapat dicerap dengan indera atau cerapan indera. Estetika membahas hal yang
berkaitan dengan refleksi kritis terhadap nilai-nilai atas sesuatu yang disebut
K
Sekitar 500-300 SM, pemikir dari zaman Yunani, seperti Socrates , Plato,
membicarakan seni dalam kaitannya dengan filsafat mereka tentang apa yang
bahasa Yunani Kuno sering disebut techne. Pada pertengahan abad ke XVII, di
Eropa dibedakan keindahan umum (termasuk alam) dan keindahan karya seni atau
benda seni. Dari sinilah muncul fine art atau hight art ( seni halus dan seni tinggi
), yang dibedakan dengan karya-karya seni pertukangan (craft). Seni pada zaman
itu dikategorikan sebagai artifact atau benda hasil buatan manusia. Artefak pada
berguna tetapi tidak indah, kedua benda-benda yang berguna dan indah, dan yang
ketiga, benda-benda yang indah tapi tak ada kegunaan praktisnya. Artefak jenis
Pada tahun 1750 istilah estetika diperkenalkan oleh filsuf bernama A.G.
Baumgarten (1714-1762). Istilah estetika ini diambil dari bahasa Yunani Kuno,
menamakan seni itu sebagai pengetahuan sensoris, yang dibedakan dengan logika
¢
Keindahan merupakan pengertian yang di dalamnya tercakup sebagai
aktivitas kebaikan. Plato misalnya menyebutkan tentang watak yang indah dan
yang selain baik juga menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah
dan kebajikan yang indah. Berbicara mengenai buah fikiran yang indah dan adat
ada pada semua benda dianggap indah dan kemudian menyamakan ciri-ciri atau
kwalita hakiki itu dengan pengertian keindahan. Ciri umum tersebut adalah
sejumlah kwalita yang secara umum disebut unity, harmony, symmetry, balance,
dan contrast. Ciri-ciri tersebut dapat dinyatakan bahwa keindahan merupakan satu
cermin dari unity, harmony, symmetry, balance dan contrast dari garis, warna,
X
keindahan dalam kehidupan manusia dan hubungan keindahan dengan kebenaran.
Sehingga dari pertanyaan itu menjadi polemik menarik terutama jika dikaitkan
Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dan
membentuk suatu karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut
terhadap ide yang dimunculkan oleh pembuat karya. Karena itulah selalu dikenal
dua hal penilaian keindahan, yaitu |he Beauty, suatu karya yang memang diakui
banyak pihak memenuhi standar keindahan, dan |he Ugly, suatu karya yang sama
sekali tidak memenuhi standar keindahan dan oleh masyarakat banyak biasanya
dinilai buruk, namun jika dipandang dari banyak hal ternyata memperlihatkan
keindahan.
aspek penilaian baik dan buruk yang merupakan kajian agama, sehingga
kurangnya berhubungan dengan hal yang sama yaitu tentang kebenaran, ilmu
A
pengetahuan dengan metodenya sendiri mencari kebenaran tentang alam semesta
sendiri pula menghampiri kebenaran baik tentang alam maupun tentang manusia
yang belum atau tidak terjawab oleh ilmu pengetahuan, karena diluar atau di atas
alam dan manusia, apa hukumnya dan bagaimana kekuasaan-Nya dan sebagainya.
Tetapi dalam brsahaja Tuhan tidak untuk difikirkan tapi untuk dihayati, karena itu
susunan kata-kata yang indah itu lahir dari kesusasteraan. Kesusasteraan ialah
bahasa yang indah, indah dalam bentuk, bunyi dan isi. Diantara unsure-unsur seni
yang berkaitan dengan agama, menurut Sidi Gazalba, adalah : Dzikir Maulid,
Dan jika kita perhatikan titik persamaannya, baik ilmu, filsafat maupun
sendiri juga menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun tentang manusia
yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu karena di luar atau di atas
pula memberikan jawaban atas persoalan asasi yang dipertanyakan manusia, baik
hasil dari sumber yang sama, yaitu ra¶yu (akal, budi, dan rasio) manusia.
terikat oleh ikatan apapun kecuali oleh ikatan tangannya sendiri bernama logika.
dari atau kepada kitab suci, kodifikasi, firman ilahi untuk manusia di atas planet
bumi ini. Kebenaran ilmu dan filsafat sifatnya relative (nisbi), sedangkan
kebenaran agama sifatnya absolut (mutlak), karena wahyu diturunkan oleh Dzat
Yang Maha Benar, Maha Mutlak, dan Maha Sempurna, yaitu Allah SWT. Baik
ilmu ataupun filsafat kedua-duanya dimulai dengan sikap sangsi atau tidak
+
7
Ê
inderawi, sekaligus seluruh manusia ikut terbawa oleh pengamatan itu, jiwa raga
h
dengan segala kemampuan-kemampuan lainnya; bagaikan terkait dan terpikat
alam, maupun dalam pengalaman tentang keindahan karya seni (lukisan, patung,
music, karya sastra, dll). Pengalaman seperti itu ³makan waktu´ dan ³waktu
hari, dalam hal ini pun ada miripnya dengan pengalaman rohani / religious.
termasuk di dalamnya Sains yang juga banyak membahas tentang estetika bahkan
dalam kondisi tertentu Sains lebih banyak forsi pembahasannya dibanding filsafat.
kedua merupakan pengetahuan yang tidak secara langsung, tapi melalui metode
tertentu yang disebut metode ilmiah (yang terdiri dari pemikiran sistematik,
permasalahan yang tidak dapat dipecahkan oleh kategori pertama dan kedua)
Jika dikaji lebih mendalam antara filsafat dan sains sesungguhnya tidak
c
methodology, dan logika masuk kebidang teori pengetahuan sedang estetika dan
etika masuk kedalam bidang teori nilai. Ada tiga nilai positif : Benar, baik, dan
bagus. Kebenaran dikaji oleh sains, kebaikan oleh etika sedang keindahan (bagus)
' -
0
! Ê
Pada abad ke XIX estetika ilmiah itu disebut estetika modern, berlawanan
dengan estetika tradisional yang bersifat falsafah, dan kajian keindahan secara
cc
falsafah tidak lagi memuaskan orang, karena pengertiannya terlalu sempit, kabur,
dan abstrak. Karena itu orang kemudian lebih suka mengkaji sasaran estetika
Yang dimaksud dengan gejala dan melembaga itu ialah seni sebagai
sebuah kebudayaan. Dan kajian tentang seni itu dapat didekati dari sudut sejarah,
seni secara objektif pada karya seni, anatomi bentuk pertumbuhan gaya dari
zaman ke zaman.
peranan seniman atau karya seni dalam masyarakat, dampak dakwah melalui seni,
barang-barang yang bagus, perempuan yang jelita, perempuan yang cantik. Tapi
kita tidak mampu merumuskan apa itu indah, bagus, jelita, cantik, dan lainnya.
Karenanya keindahan menjadi masalah, karena ia terasa ada, tapi terkatakan tidak.
estetika dalam objek-objek yang indah serta karya seni dan menyoroti situasi
kontemplasi rasa indah yang dialami si objek (pengalaman keindahan dalam diri
cÄ
yang kedua, pengalaman keindahan, karena karya seni mampu memberikan
Oleh karena itu tidak heran jika Clive Bell mempunyai credo ³estetika
harus berangkat dari pengalaman pribadi yang berupa rasa khusu dan istimewa´.
Dan keindahan lebih lanjut menurutnya hanya dapat ditemukan dari orang yang
dalam dirinya punya pengalaman mengenali wujud dan makna suatu benda atau
kedalam, indah yang berpadu dengan kebaikan (estetika yang integrasi dengan
pendengaran. Sedang Plato mendefinisikan sebagai watak dan hukum yang indah,
Dari pengertian di atas keindahan tidak hanya terbatas pada seni dan alam
tapi juga pada moral dan intelektual. Moral yang indah tentunya moral yang baik
dan intelek yang indah adalah intelek yang benar, karena bagus, baik, dan benar
juga dengan filsafat keindahan (philosophy of beauty), yang berasal dari kata
aisthetika atau aesthesis (Yunani) yang artinya hal-hal yang dapat dicerap dengan
indera atau cerapan indera. Estetika membahas hal yang berkaitan dengan refleksi
c4
kritis terhadap nilai-nilai atas sesuatu yang disebut indah atau tidak indah. Dan
keindahan intelektual.
ada pada semua benda dianggap indah dan kemudian menyamakan ciri-ciri atau
kwalitas hakiki itu dengan pengertian keindahan. Ciri umum tersebut adalah
sejumlah kwalitas yang secara umum disebut unity, harmony, symmetry, balance,
dan contrast. Ciri-ciri tersebut dapat dinyatakan bahwa keindahan merupakan satu
cermin dari unity, harmony, symmetry, balance, dan contrast dari garis, warna,
Namun demikian keindahan tidak hanya terbatas pada seni dan alam tapi
juga pada moral dan intelektual. Moral yang indah tentunya moral yang baik dan
intelek yang indah adalah intelek yang benar, karena bagus, baik, dan benar
cK
-
Sidi Ghazalba, Islam Dan pesenian : Relevansi Islam Dengan Seni Budaya parya
Cecep Sumarna, Rilsafat Ilmu; Dari Hakikat Menuju Nilai, Mizan, Bandung,
2007
Bandung, 2005
Jakarta, 1998
c¢
Ê adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika
estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang
Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam
membentuk suatu karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut
benda.
terhadap ide yang dimunculkan oleh pembuat karya. Karena itulah selalu dikenal
dua hal dalam penilaian keindahan, yaitu the beauty, suatu karya yang memang
diakui banyak pihak memenuhi standar keindahan dan the ugly, suatu karya yang
sama sekali tidak memenuhi standar keindahan dan oleh masyarakat banyak
cX
biasanya dinilai buruk, namun jika dipandang dari banyak hal ternyata
memperlihatkan keindahan.
Keindahan seharusnya sudah dinilai begitu karya seni pertama kali dibuat.
Namun rumusan keindahan pertama kali yang terdokumentasi adalah oleh filsuf
dan keberadaan.
Pertama kali digunakan oleh filsuf Alexander Gottlieb Baumgarten pada 1735
untuk pengertian ilmu tentang hal yang bisa dirasakan lewat perasaan.
filsuf yang mau mengupas gejala keindahan, dalam hal itu mau langsung
memeriksa ³sesuatu´ itu dalam rangka keindahan apa itu kiranya. Dengan
perkataan lain ciri-ciri obyek yang bersangkutan itu mau diselidiki; mengapa ada
cA