You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh

kita, khususnya para orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh

kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada

masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih).

Data tahun 2007 memperlihatkan 4 juta balita Indonesia


kekurangan gizi, 700 ribu diantaranya mengalami gizi buruk.
Sementara yang mendapat program makanan tambahan hanya 39
ribu anak1.
Ditinjau dari tinggi badan, sebanyak 25,8 persen anak balita Indonesia

pendek (SKRT 2004). Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda

kurang gizi yang berkepanjangan. Lebih jauh, kekurangan gizi dapat

mempengaruhi perkembangan otak anak. Padahal, otak tumbuh selama

masa balita. Fase cepat tumbuh otak berlangsung mulai dari janin usia 30

minggu sampai bayi 18 bulan.

Menurut ahli gizi dari IPB, Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS, (Prof. Ali

merupakan dosen di Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia

1 Harian Republika, Kamis, 27 September 2001

1
IPB sejak tahun 1984 sampai sekarang) standar acuan status gizi balita

adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat Badan menurut Tinggi

Badan (BB/TB), dan Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Sementara

klasifikasinya adalah normal, underweight (kurus), dan gemuk.

Untuk acuan yang menggunakan tinggi badan, bila kondisinya kurang

baik disebut stunted (pendek). Pedoman yang digunakan adalah standar

berdasar tabel WHO-NCHS (National Center for Health Statistics).

Status gizi pada balita dapat diketahui dengan cara mencocokkan

umur anak (dalam bulan) dengan berat badan standar tabel WHO-NCHS, bila

berat badannya kurang, maka status gizinya kurang.

Di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), telah disediakan Kartu Menuju

Sehat (KMS) yang juga bisa digunakan untuk memprediksi status gizi anak

berdasarkan kurva KMS. Perhatikan dulu umur anak, kemudian plot berat

badannya dalam kurva KMS. Bila masih dalam batas garis hijau maka status

gizi baik, bila di bawah garis merah, maka status gizi buruk.

Bedanya dengan balita, status gizi orang dewasa menggunakan acuan

Indeks Massa Tubuh (IMT) atau disebut juga Body Mass Index (BMI). Nilai

IMT diperoleh dengan menghitung berat badan (dalam kg) dibagi tinggi

badan kuadrat (dalam meter persegi). IMT normal bila angkanya antara 18,5

dan 25; kurus bila kurang dari 18,5; dan gemuk bila lebih dari 25. Sebagai
contoh orang bertinggi 1,6 meter, maka berat badan ideal adalah 48-64 kg2.

Parameter yang umum digunakan untuk menentukan status gizi pada

balita adalah berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Lingkar kepala

sering digunakan sebagai ukuran status gizi untuk menggambarkan

perkembangan otak. Sementara parameter status gizi balita yang umum

digunakan di Indonesia adalah berat badan menurut umur. Parameter ini

dipakai menyeluruh di Posyandu.

BAB II

PEMBAHASAN

Usia dibawah 5 tahun atau balita merupakan usia penting dalam

2 Portal Kesehatan Online: Ciri-ciri Kurang Gizi. Diakses 17 Mei

2010.

3
pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Pada usia ini, anak masih rawan

dengan berbagai gangguan kesehatan, baik jasmani maupun rohani. Secara

psikologis, rentang usia ini sangat menentukan karakter anak. Jika anak

sering diejek atau dicemooh, kemungkinan besar akan tumbuh menjadi anak

yang tidak mempunyai kepercayaan diri. Anak yang selalu dimanja akan

tumbuh menjadi anak yang selalu bergantung kepada orang lain.

Demikian juga anak yang selalu ditekan dengan ancaman, anak akan

tumbuh dengan ketakutan bahkan sampai depresi. Sebaliknya, anak yang

dididik dengan pujian dan arahan yang benar, akan tumbuh menjadi anak

yang percaya diri karena sejak kecil dia merasa dihargai oleh lingkungan

terdekatnya, yaitu keluarga.

Demikian pula dengan cara orang tua memberi makan kepada anak.

Jika dengan paksaan, anak semakin tidak menyukai makanan tersebut dan

cenderung semakin menolak. Selain itu, jika melarang makanan tertentu

yang tidak baik seperti permen tetapi tidak diikuti dengan memberi

pemahaman jelas, juga akan menimbulkan rasa untuk memberontak.

Pemberontakan tersebut biasanya diwujudkan dengan semakin menyukai

makanan tersebut, dan dengan sembunyi-sembunyi makan dalam jumlah

yang banyak karena takut ketahuan.

Salah satu faktor yang menentukan daya tahan tubuh seorang anak
adalah keadaan gizinya. Pertumbuhan anak pasca masa balita sangat pesat,

sehingga membutuhkan zat gizi yang relatif lebih tinggi daripada orang

dewasa. Di sisi lain, alat pencernakan usia ini belum berkembang

sempurna. Selain itu, anak balita sangat rentan terhadap penyakit gigi

sehingga menyulitkan makannya. Gigi susu telah lengkap pada umur 2-2,5

tahun, tetapi belum dapat digunakan untuk mengerat dan mengunyah

makanan yang keras. Karena itu, pengaturan makanan dan perencanaan

menu harus hati-hati dan sesuai dengan kebutuhan kesehatannya.

Makanan yang tidak disukai anak juga tidak perlu dipaksakan. Namun,

sayuran tetap dianjurkan untuk selalu diberikan meskipun si anak sering tidak

menyukainya. Pemberian sayuran juga disiasati dengan cara dibuat jus yang

dikombinasikan dengan buah-buahan sehingga rasanya lebih enak.

Misalnya, sawi hijau bisa dikombinasikan dengan nanas yang sudah direbus.

Anak usia balita belum dianjurkan diberi sayuran mentah karena enzim

pencernaannya belum berkembang sempurna.

Rasa dan cara penyajian makanan sangat mempengaruhi kemauan

anak untuk makan. Jika rasa jus tidak enak dan anak menolak, kita bisa

membuat variasi jus lain yang lebih disukai anak. Namun, ada beberapa jenis

buah berserat tinggi dan mengandung zat-zat berbahaya bagi saluran

pencernakan balita yang sebaiknya tidak diberikan. Misalnya rambutan,

manggis, nangka, sawo, dan durian.

5
A. Pengertian Gizi Buruk

Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan

kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di

bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein,

karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein)

adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita.

B. Indikasi Gizi Buruk

Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang bisa dijumpai pada

anak adalah berupa kondisi badan yang tampak kurus. Sedangkan gejala

klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar bisa dibedakan menjadi tiga

tipe: marasmus, kwashiorkor dan marasmic-kwashiorkor.

Kwashiorkor memiliki ciri:

• edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung

kaki dan wajah) membulat dan lembab

• pandangan mata sayu

• rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah

dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok


• terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel

• terjadi pembesaran hati

• otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri

atau duduk

• terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan

berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy

pavement dermatosis)

• sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut

• anemia dan diare

Sedangkan ciri-ciri marasmus adalah sebagai berikut:

1) badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit

2) wajah seperti orang tua

3) mudah menangis/cengeng dan rewel

4) kulit menjadi keriput

5) jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy

pant/pakai celana longgar)

6) perut cekung, dan iga gambang

7
7) sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)

8) diare kronik atau konstipasi (susah buang air)

Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa

gejala klinis kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok.

C. Cara Mendeteksi Gizi Buruk Pada Balita3.

Akhir-akhir ini, banyak balita yang mengalami keadaan gizi buruk di

beberapa tempat. Bahkan, dijumpai ada kasus kematian balita gara-gara

masalah gizi buruk kurang diperhatikan. Kondisi balita yang kekurangan gizi

sungguh sangat disayangkan. Sebab, pertumbuhan dan perkembangan serta

kecerdasannya dipengaruhi oleh gizi. Kondisi gizi buruk tidak mesti berkaitan

dengan kemiskinan dan ketidaksediaan pangan, meski tidak bisa dipungkiri

kemiskinan dan kemalasan merupakan faktor yang sering menjadi penyebab

gizi buruk pada anak.

Selain itu, faktor pengasuhan anak juga menentukan. Anak yang

diasuh oleh ibunya sendiri dengan penuh kasih sayang, kesadaran yang

tinggi akan pentingnya nutrisi dan ASI, dan selalu memperhatikan kesehatan

apalagi berpendidikan; maka anaknya tidak akan mengalami gizi yang buruk.

Sedangkan fenomena yang ada saat ini, kebanyakan anak dipisahkan jauh

dari ibunya dengan alasan kesibukannya yang padat. Kemudian mereka

3 www.balitaanda.com
menyerahkan kepengasuhan anak kepada orang yang kurang

memperhatikan nutrisi dan kesehatan anak. Jika seperti ini keadaannya,

besar kemungkinan anak akan mengalami gizi yang buruk.

Oleh karena itu, para orang tua, khususnya para ibu, hendaknya tetap

memperhatikan nutrisi dan kesehatan anaknya di tengah kesibukan mereka

melakukan aktivitas sehari-hari. Balita memiliki kebutuhan gizi yang berbeda

dari orang dewasa. Mereka butuh lebih banyak lemak dan lebih sedikit serat.

Cara Mengukur Status Gizi Anak

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengukur status gizi pada

anak. Berikut adalah salah satu contoh pengukuran status gizi bayi dan balita

berdasarkan tinggi badan menurut usia dan lingkar lengan atas.

Tabel Berat dan Tinggi Badan Menurut Umur (usia 0-5 tahun, jenis

kelamin tidak dibedakan)

9
Tabel Standar Baku Lingkar Lengan Atas (LLA) Menurut Umur
Sumber: Pedoman Ringkas Pengukuran Antropometri, hlm. 18

D. Pencegahan

Menimbang begitu pentingnya menjaga kondisi gizi balita untuk

pertumbuhan dan kecerdasannya, maka sudah seharusnya para orang tua

memperhatikan hal-hal yang dapat mencegah terjadinya kondisi gizi buruk

pada anak. Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi

buruk pada anak:

1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan.

Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai

pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah

berumur 2 tahun.

2) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan

protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk

lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12%

dan sisanya karbohidrat.

11
3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program

Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di

atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.

4) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan

kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang

dari rumah sakit.

5) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan

kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan

untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah

terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral

dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil

yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan

meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan

meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul

masalah intelegensia di kemudian hari.

Untuk mencukupi kebutuhan gizi yang baik pada anak memang

dibutuhkan usaha keras dari orang tua dengan memberikan makanan yang

terbaik kepada mereka. Berikut perencanaan menu makan balita yang dapat

diikuti :
Gula & Garam

Lupakan penggunaan gula dan garam pada menu bayi. Kalau pun ia

sudah berusia di atas 1 tahun, batasi penggunaannya. Konsumsi garam

untuk balita tidak lebih dari 1/6 jumlah maksimum orang dewasa sehari atau

kurang dari 1 gram. Cermati makanan balita Ibu karena makanan orang

dewasa belum tentu cocok untuknya. Kadang makanan Ibu terlalu banyak

garam atau gula, atau bahkan mengandung bahan pengawet atau pewarna

buatan.

Porsi Makan

Porsi makan anak juga berbeda dengan orang dewasa. Mereka

membutuhkan makanan sumber energi yang lengkap gizi dalam jumlah lebih

kecil namun sering.

Kebutuhan Energi & Nutrisi

Bahan makanan sumber energi seperti karbohidrat,protein, lemak

serta vitamin, mineral dan serat wajib dikonsumsi anak setiap hari. Atur agar

semua sumber gizi tersebut ada dalam menu sehari.

Susu Pertumbuhan

13
Susu sebagai salah satu sumber kalsium, juga penting dikonsumsi

balita. Sedikitnya balita butuh 350 ml/12 oz per hari. Susu Pertumbuhan dari

Nutricia merupakan susu lengkap gizi yang mampu memenuhi kebutuhan

nutrisi anak usia 12 bulan ke atas dan menjadi pelengkap menu buah hati

ibu.

E. Makanan yang Harus Dihindari

Beberapa makanan perlu perhatian ekstra untuk dihindari, diantaranya:

> Makanan yang terlalu berminyak , junk food, dan makanan berpengawet

sebaiknya dihindari. Gunakan bahan makanan segar untuk menu makan

keluarga terutama untuk balita.

> Penggunaan Garam. bila memang diperlukan sebaiknya digunakan dalam

jumlah sedikit. Dan pilih garam beryodium yang baik untuk kesehatan. Bila

membeli makanan dalam kemasan, perhatikan juga kandungan garamnya.

> Aneka jajanan di pinggir jalan yang tidak terjamin kebersihan dan

kandungan gizinya. Ibu bisa membuat sendiri ‘jajanan’ untuk balita Ibu hingga

ia tidak tergiur untuk jajan.

> Telur dan kerang. Karena seringkali menimbulkan alergi bahkan keracunan

bila Ibu tidak jeli memilih yang segar dan salah mengolahnya. Biasakan

mengolah telur sampai matang untuk menghindari bakteri yang dapat


mengganggu pencernaan.

> Kacang-kacangan. Karena bisa jadi juga bisa jadi pencetus alergi. Jangan

berikan kacang bila si balita belum terampil mengunyah karena bisa

tersedak4.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kurang gizi pada balita dapat berdampak terhadap pertumbuhan fisik

maupun mentalnya. Anak kelihatan pendek, kurus dibandingkan teman-

temannya sebaya yang lebih sehat. Untuk mengatasi kasus kurang gizi

4 Sutomo Budi, Dwi Yanti Anggraini. Makanan Praktis, Sehat &


Lezat. PT. Primamedia Pustaka

15
memerlukan peranan dari keluarga, praktisi kesehatan, maupun

pemerintah. Pemerintah harus meningkatkan kualitas Posyandu, jangan

hanya sekedar untuk penimbangan dan vaksinasi, tapi harus diperbaiki

dalam hal penyuluhan gizi dan kualitas pemberian makanan tambahan,

pemerintah harus dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat agar akses

pangan tidak terganggu

B. Saran

Perhatikan asupan sayur dan pangan hewani (lauk pauk), konsumsi

susu tetap dipertahankan, jangan terlalu banyak makanan cemilan (junk

food) yang akan menyebabkan anak kurang nafsu makan. Perhatikan

juga asupan empat sehat lima sempurna dengan kuantitas yang cukup.

Daftar Pustaka

Anonim. 2007. Ciri-ciri Kurang Gizi. Diakses 17 Mei 2010 : Portal Kesehatan

Online.

Harian Republika, Kamis, 27 September 2001

Pedoman Ringkas Pengukuran Antropometri

Sutomo Budi, Dwi Yanti Anggraini. Makanan Praktis, Sehat & Lezat. PT.

Primamedia Pustaka
www.balitaanda.com

www.gizi.net

www.medicastore.com

www.republika online.com

17

You might also like