Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
WAGIMAN
NIMKO : 2006.4.052.0001.01532
SKRIPSI
Diajukan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah
Tempurejo, Ngawi untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1)
OLEH :
WAGIMAN
NIMKO : 2006.4.052.0001.01532
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI
OLEH :
WAGIMAN
NIMKO : 2006.4.052.0001.01532
Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
2. Drs.Juaini, M.Ag. 2.
Mengetahui / Mengesahkan,
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah
Tempurrejo – Ngawi
Ketua
Drs. H. Masjkur
NBM. 662997
v
MOTTO.
1
H, Sulaiman Rasyid. Fiqih Islam.Jakarta.1954. hal. 75.
vi
NOTA DINAS
Lamp. : 5 Eksemplar
Hal. : Naskah skripsi
Kepada
Yth.Bapak Ketua STITM
Tempurejo Ngawi
Di Tempurejo
Nama : Wagiman
NIMKO : 2006.4.052.0001.01532
Judul : Implikasi Mata Pelajaran Fiqih TerhadapPraktek Shalat Murid
Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Pantirejo Kecamatan
Sukodono Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010
Dengan harapan semoga dalam waktu dekat saudara tersebut dapat dipanggil
untuk Munaqosah.
ABSTRAK
Implikasi Mata Pelajaran Fiqih Terhadap Praktek Shalat Murid Madrasah
Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Pantirejo Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen
Tahun Pelajaran 2009/2010 Wagiman; NIM 2006.4.052.0001.01532 Jurusan
Pendidikan Agama Islam.
Kata kunci :
Pelajaran fiqih, praktek shalat
Masalah dalam penelitian ini adalah : 1). Bagaimana tentang implikasi Mata
Pelajaran Fiqih ?, 2). Bagaimana praktik shalat para murid Madrasah Ibtidaiyah
Muhammadiyah (MIM) Pantirejo Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen Tahun
Pelajaran 2009/2010 ?, 3). Bagaimana tentang implikasi Mata Pelajaran Fiqih
terhadap praktek shalat Murid Madrasah Pantirejo ?.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1). Implikasi pelajaran fiqih,
2). Praktek murid Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Pantirejo Kecamatan
Sukodono Kabupaten Sragen pada tahun pelajaran 2009/2010, 3). Implikasi mata
pelajaran fiqih terhadap praktek shalat murid Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah
Pantirejo, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen.
Jenis penelitian ini merupakan penilitian lapangan (field research) dengan
pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini
adalah : wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa MIM Pantirejo Sukodono
yang jumlahnya 84 orang. Adapun teknik analisa data disesuaikan dengan pendekatan
penelitian. Karena penelitian bersifat deskriptif, maka data di analisis melalui tahap
reduksi data, paparan data, dan simpulan.
Berdasarkan hasil analisa data diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
implikasi yang signifikan antara materi tentang shalat ini dari kelas I semester I,
diawali dari pembelajaran tentang syahadat, wudlu, kebersihan, adzan, iqamah, dzikir,
dan do’a. tema-tema tersebut tidak bisa dilepaskan dari materi mengenai shalat, dan
hal tersebut membutuhkan metode atupun strategi pembelajaran tersendiri
berdasarkan kebutuhan di lapangan. Rutinitas yang membelenggu seorang guru
jangan sampai stagnan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, efektif
dan mengenai sasaran, serta anak bisa dan mampu mengapresiasikan terhadap materi
pelajaran fiqih khususnya mengenai shalat dengan melakukan ibadah shalat tersebut
secara tertib dan benar dari segala lafal bacaan dan gerakan badan.
viii
KATA PENGANTAR
SWT atas limpahan rahmat dan karuni-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Sholawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi besar
Muhammad SAW, sebagai khatimul anbiya’ yang telah menyampaikan risalah untuk
Terselesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik
materiil maupun spiritual, untuk itu menghaturkan banyak terima kasih kepada :
3. Bapak Drs. Mardhiyan, MA, selaku dosen pembimbing II, yang juga telah
penyusunan skripsi.
ix
dan Nuri Sholihin, adik kakak dan para sahabat yang telah memberi
Atas segala bantuan dari semua, penulis hanya bisa berdo’a semoga amal
mohon maaf yang sebesar-besarnya dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amiin ya
Robbal’alamin.
Wagiman
NIM : 2006.520.100538
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……..………………………………………………………..i
ABSTRAK …………………………………………………………………………vii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………. …2
B. Penegasan Istilah………………………………………………………… …9
1. Pelajaran Fiqih……………………………………………………….........9
2. Praktik Shalat……………………………………………………………..9
C. Rumusan Masalah…………………………………………………………..10
3. Setting Penelitian…………………………….…………………………...13
6. Kemampuan Dasar…………………………………………………….....28
3. Macam-Macam Shalat………………………………………………….. 33
1. Pengertian Khusyu’…………………………………………………….. 36
Pantirejo, Sukodono…...…………………………………………………… 77
BAB V PENUTUP…………………………………………………………………. 81
A. Kesimpulan…………………………………………………………………. 81
B. Implikasi Penelitian………………………………………………………… 81
C. Saran………………………………………………………………………… 82
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………. 84
Lampiran -Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
kapan dan dimanapun selama hayat masih dikandung badan, sejauh itu pula
kewajiban shalat tetap berlaku. Orang beriman yang dikenai kewajiban ini adalah
orang yang sudah baligh, berakal sehat, dan tidak ada udzur qot‟i seperti haid,
Orang yang sedang sakit, ia boleh mengerjakan sholat dengan duduk jika
tidak mampu berdiri, boleh dengan berbaring jika tidak mampu duduk, boleh
dengan tidur terlentang jika tidak mampu berbaring, bahkan boleh hanya dengan
isyarat saja jika kondisinya sudah kritis. Orang yang sedang bepergian jauh, dia
boleh mengerjakan shalat dengan cara jamak atau qoshar dan yang terlupa, dia
1
Depag RI.Tahun 1982,QS. An Nisa (4) ayat 103.
2
Fuad Kaumah dan Nipan, 1998. Kisah-kisah Rukun Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hal. 109.
2
3
bisa mengerjakan ketika ingat atau sadar. Jadi tidak ada alasan untuk
syahadat hingga haji. Dalam ibadah shalat terdapat dua kalimat syahadat, shalat
sendiri merupakan pensucian diri (zakat), puasa karena orang shalat tidak boleh
Allah SWT (haji). Shalat merupakan rangkaian gerakan dan ucapan tertentu yang
sebagai rangkaian ritual yang harus dilakukan hamba untuk sekaligus diaktualkan
salah bukti bahwa orang tersebut benar-benar beriman kepada Allah dan
Rasullah, maka tepatlah apabila orang tersebut disabdakan oleh nabi SAW
Artinya : “Sesungguhnya amal seorang hamba yang pertama kali diperiksa pada
hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, maka ia benar-benar sangat
4
yang dimaksud dengan shalat dan maknanya dalam konteks hikmahnya yang
diringkas dalam kalimat; sesungguhnya shalat itu dapat mencegah dari fakhsya‟
dan munkar, yaitu tidak hanya sekedar ritual shalat yang dhohir tetapi shalat
actual yang dapat dilihat maknanya dalam realita kehidupan hamba di dunia.
Oleh karena itu, orang yang shalat pun diancam neraka Well apabila ia lalai
terhadap shalatnya, ia hanya ingin dilihat orang, dan tidak mau mendarmakan
yaitu saling bertemu dan mengikat kasih sayang. Kedua, shalat bermakna do‟a
sesungguhnya dorongan hati terdalam itu selalu ingi terikat dan mengikatkan diri
kepada Allah, persis seperti anak kecil yang ingin selalu dekat dengan ibunya.
Betapa tidak, karena Allah adalah yang serba maha yang di genggaman-Nya
nasib seluruh alam dan seisinya. Kalau tidak selalu ingat, mendekatkan diri dan
berserah diri kepada Allah sementara manusia adalah ciptaan-Nya yang paling
sempurna, lalu kepada siapa, mau bersujud dan berserah diri. Dalam pengertian
inilah sesungguhnya juga tersimpan spirit kata Islam (berserah diri) pada Allah,
sehingga dalam ajaran Islam salah satu perintah yang sangat menonjol adalah
mendirikan shalat.
3
Maulana Muhammad Zakariya Al Kandahlawi. Himpunan Fadillah Amal, terj. Ust. A.
Abdurrahman Ahmad. (Yogyakarta,2000 : Ash Shaf). Hal: 269.
5
diwajibkan lima kali sehari semalam dengan bacaan dan gerakan yang standard,
ini yang wajib. Sedangkan yang masuk dalam kategori sunah jumlahnya bisa
lebih banyak lagi, namun lebih dari sekedar mengulang-ngulang gerakan dan
bacaan, tidak kalah pentingnya shalat mestinya juga adalah aktifitas intelektual
tertinggi manusia dengan Tuhannya. Di sinilah shalat juga berarti do‟a, berdo‟a
artinya berbisik, menyeru dan meminta pada Allah, dan Allah pun akan gantian
membalas do‟a dan bisikan hambanya. Hanya saja bisikan Allah begitu lembut,
hanya telinga hati nurani yang mampu menangkap dengan jernih sementara
manusia lebih senang mendengarkan apa yang disajikan oleh indra, sehingga
balasan Allah samar-samar atau bahkan tidak terdengar4. Gambaran selama ini
tentang shalat, sering kali dipandang dari bentuk formal, takbir, rukuk,sujud, dan
salam. Gerakan-gerakan fisik yang terkait erat dengan tatanan fiqih itupun ada
serta keberanian untuk tegak berdiri menapaki kehidupan dunia nyata melalui
perilaku yang jelas, terarah dan memberikan pengaruh pada lingkungan. Nisbah
selalu terkait dengan zakat, infaq, dan shadaqoh. Bahkan para penghuni neraka
saqar itu dikarenakan tidak shalat dan tidak mempedulikan orang miskin.
4
Komarudin Hidayat dalam Kata Pengantar buku Abu Sungkan, 2006. Pelatihan Shalat
Khusyu’. Jakarta : Baitul Ikhsan. Hal. xvi.
6
tubuhnya bergetar sehingga ketika dia ditanya tentang hal tersebut Ali berkata,
“engkau tidak tahu, bahwa sebentar lagi aku akan menghadapi saat amanah, dan
kegelapan.
actual yaitu bukti nyata yang dirasakan orang lain. Orang yang shalat tanpa
dikategorikan sebagai shalat yang sahun ada gerakannya, ada ucapannya, tetapi
hatinya buta dari sekitarnya, mereka itu semua disebut sebagai pendusta agama.
Tampaklah dengan jelas shalat formal harus dijadikan landasan yang kokoh untuk
posisi kunci, atau memegang kedudukan penting dalam ibadah mahdhiyah. Hal
ini ditunjukkan pertama kali lewat proses diwajibkannya shalat bagi umat Islam
atau sering disebut fardhu „ain. Saat seseorang sedang menegakkan shalat berarti
sedang bermunajat kepada Allah SWT. Oleh karena itu shalat merupakan gerakan
5
Toto Tasmara. 1999. Dimensi Do’a dan Dzikir Menyelami Samudera Qalbu Mengisi Makna
Hidup. Yogyakarta : Dana Bhakti Primayasa. Hal. 46.
7
yang bersikap batiniyah. Shalat merupakan satu sarana mengingat Allah. Manfaat
dilaksanakannya shalat bagi pelakunya antara lain selalu ingat kepada Allah
karena itu maka hati akan menjadi tentram. Dalam hadits disebutkan ;
Artinya: “Apabila salah seorang dari kamu sekalian sedang shalat, maka
Artinya: Sesungguhnya Aku Ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain
aku, Maka sembahlah Aku dan Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku7.
Artinya : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
menjadi tenteram8.
adanya praktik karena melalui praktik atau melakukan sendiri pengetahuan siswa
dapat lebih sempurna, dalam pengertian di sini murid diharapkan tidak hanya
mampu secara formal melaksanakan shalat, tetapi tidak kalah pentingnya untuk
dengan melakukan itulah yang menjadi cirri pokok kurikulum yang sekarang
6
Maulana Muhammad Zakariya Al Kandahlawi. Ibid. hal: 326.
7
Depag RI.Tahun 1982. QS. Thaha (20) ayat 14.
8
Depag RI.Tahun 1982.QS. Ar Ra‟du (13) ayat 28.
8
secara gerakan tetapi juga benar secara pemaknaan yang berimbas kepada
Karena itulah penulis ingn meneliti sejauh mana implikasi antara mata
2009/2010.
praktek dan implikasi shalat, antara kelas IV ke bawah dengan yang kelas IV ke
atas. Ketiga, MIM Pantirejo yang notabene Lembaga Pendidikan Swasta adalah
termasupk salah satu sekolah yang punya prestasi bagus bahkan animo
B. Penegasan Istilah
skripsi ini maka perlu penulis jelaskan beberapa hal sebagai berikut;
1. Pelajaran Fiqih
Pelajaran fiqih ialah salah satu bidang studi agama Islam yang diajarkan
di Madrasah Ibtidaiyah mulai kelas satu sampai kelas enam, pelajaran fiqih
sebagai berikut;
dan tanggung jawab social yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun
social9.
2. Praktek Shalat
sedang menurut istilah ialah ibadah yang yang terdiri dari ucapan dan gerakan
tertentu, diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta memenuhi
pada hakikatnya adalah menghadap Allah SWT, dengan penuh kesadaran dan
9
Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Kurikulum 2004 Pedoman Khusus Fiqih MI, Jakarta, 2004.
10
C. Rumusan Masalah
Untuk memberi arahan yang lebih jelas dalam penyusunan skripsi ini
2009/2010 ?
D. Tujuan Penelitian
pelajaran2009/2010.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ada dua yaitu manfaat praktis dan manfaat teoritis,
1. Untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian akhir pada Sekolah Tinggi
di Madrasah Ibtidaiyah.
lanjut dalam aspek pengembangan teori yang sama, namun dalam obyek
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
naturalistik10. Hal ini karena kajian yang mendalam terhadap focus penelitian
yang harus dipertimbangkan dalam jenis penelitian ini adalah intensitas dan
10
Nasution, 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Hal. 25.
12
kuantitatif, karena dalam mengukur implikasi shalat tidak selalu dapat di ukur
dengan angka–angka tetapi lebih tepat dan lebih mendasar dengan ungkapan
a. Populasi
Jumlah 84 anak
13
b. Sampel
agar penelitian ini dapat menghasilkan hasil yang subyektif dan relevan
3. Setting Penelitian
a. Tempat penelitian
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dari tanggal 1 Maret sampai 31 Maret 2010 dengan
akhir ini.
a. Subyek penelitian
MIM Pantirejo yaitu semua guru, Kepala Sekolah, dan peserta didik.
14
b. Informan Penelitian.
Adapun informan penelitian ini adalah terdiri dari komite Sekolah dan wali
sekolah.
research.
a. Library research.
Implikasi berarti akibat atau pengaruh baik yang di timbulkan dari suatu
peristiwa atau dalam hal ini adalam mata pelajaran fiqih terhadap praktik
Menurut Hasbi Assidiqi Shalat dalam arti bahasa berarti do‟a memohon
beberapa ucapan dan beberapa perbuatan yang di mulai dengan takbir dan
b. Field research.
Satu, Peneliti oleh Ririn lestari (2004) dengan judul “Analisis tes hasil
belajar mata pelajaran fiqih kelas IV MIM. Nogosari, Boyolali tahun 2003”
reliabilitas, tes kesukaran dan daya beda tes hasil belajar mata pelajaran
populasi kelas IV, teknik sampling total, pengumpulan data dengan metode
- Daya beda tes hasil belajar pelajaran fiqih di temukan 53,33% (cukup).
penggunaan metode terhadap prestasi belajar siswa, tetapi kedua metode itu
11
Ibid. hal. 35.
12
Ibid. hal. 55.
16
Tiga, Penelitian Nisi Amini ( 2007 ) dengan judul “Prestasi belajar mata
ceramah.
1) Interview ( wawancara ).
panduan wawancara )13. Dalam proses ini ada dua pihak yang
2) Observasi ( pengamatan ).
13
M. Nazir. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
17
berupa arsip, peta, maupun data sekunder data yang relevan dengan
penelitian ini. Bila dibandingkan dengan metode yang lain teknik ini
lebih mudah, karena bila terjadi kekeliruan, maka summber data masih
belum berubah14.
Pengujian data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat
criteria, yaitu (a) kredibelitas, (b) transferabilitas, (c) dependibilitas, dan (d)
konfirmabilitas15.
a. Kredibilitas
kecukupan referensi.
b. Transferabilitas
14
Arikunto. 1983. Metode Penelitian Kualitatif. Hal. 36.
15
Sanapiah Faisal. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 54.
16
Lexi Moleong. 1997. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
18
c. Dependibilitas
pembimbing.
d. Konfirmabilitas
berbagai pihak guna ikut meriview proses penelitian, agar temuan dapat
perolehan penelitian.
deskriptif, maka data dipanalisis melalui tahap; reduksi data, paparan data, dan
simpulan18.
17
Noeng Muhadjar. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rakesarasin. Hal. 87.
18
Sumardjoko, Bamabang. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Tidak Dipublikasikan.
19
kata verbal, bukan dalam betuk angka. Data dalam bentuk verbal sering
muncul dalam kata yang berbeda dengan maksud yang sama, atau sebaliknya,
sering muncul dalam kalimat panjang lebar, dan ada juga yang singkat.
Sementara data kata verbal yang beragam perlu diolah agar sistematis. Olahan
menyajikannya.
a. Reduksi Data
ini dilaksanakan19.
b. Paparan Data
penyajian data yang paling sesuai adalah penyajian dengan bentuk deskripsi
dan uraian narasi atas teks yang diperoleh dari proses pengumpulan data.
19
M. B. Miles dan Huberman , A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif, Alih Bahasa Rahidi.
Jakarta: UI. Hal. 49.
20
c. Penarikan simpulan
G. Sistimatika Penulisan
Bab I
Bab II
memperjelas masalah yang disajikan dalam penelitian , yaitu teori yang berkaitan
Bab III
Bab IV
Bab V
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Fiqih
Menurut bahasa fiqih berarti mengerti atau faham. Fiqih adalah suatu
ilmu yang mempelajari syariat yang bersifat amaliyah (perbuatan) yang diperoleh
dari dalil-dalil yang terperinci1. Fiqih adalah suatu ilmu yang mempelajari
bermacam-macam hokum Islam dan berbagai macam aturan hidup bagi manusia,
baik bersifat individu maupun social2. Fiqih adalah ilmu tentang hokum Islam
yang bersifat amaliyah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang terperinci3.
periode ini muncul berbagai macam persoalan hokum yang belum pernah
muncul saat sebelumnya karena itu par sahabat berijtihad dalam urusan
perkara hokum Islam yang muncul saat itu antara lain, Abu Bakar, Umar Ibnu
Pada periode inilah dibukukan ilmu fiqih empat madzhab; Maliki, Hanafi,
Syafi‟I dan Hanbali. Imam Malik (93-179 H) menulis kitab hadits dengan
1
Syafi‟I Karim. 1995. Fiqih dan Ushul Fiqih. Jakarta: Pustaka Setia. Hal. 11.
2
Nazar Bakry. 1994. Fiqih dan Ushul Fiqih. Jakarta: Raja Grafindo Press. Hal. 7.
3
Amir Syarifudin. 1997. Ushul Fiqih Jilid I. Jakarta: Logos Wacana Islam. Hal. 2.
22
23
Umm dan al Risalah, Imam al khiraqi (w. 334 H) seorang ulama hambaliyah
menulis kitab Muhtashar al Khiraqi ala masa‟ilil imam Ahmad bin hanbal.
madzhab dan komentar (syarah) atas kitab-kitab utama yang ditulis ulama
kehidupan manusia.
berikut5;
terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli, pengetahuan
4
Syafi‟i Karim, Op Cit, hal. 53.
5
Depag RI.Tahun 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kurikulum dan Hasil Belajar.
Jakarta: Depag. Hal. 3.
24
menjalankan syari‟at Islam, disiplin, dan tanggung jawab social yang tinggi
Setelah adanya tujuan dalam pengajaran fiqih, maka hal yang harus
berikut;
peserta didik atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dan
6
Chatib Thaha. 1998. Hal. 181.
25
dengan ikhlas.
Mata pelajaran fiqih adalah salah satu bagian dari mata pelajaran
pendidikan agama Islam yang membahas ajaran agama Islam dari segi syariat
Islam rentang cara manusia melaksanakan ibadah kepada Allah SWT dan
7
Depag, Op Cit, hal. 3.
8
Depag, Op Cit, hal. 15.
26
Sesuai dengan pengertian dan fungsi fiqih, maka mata pelajaran fiqih
kehidupan sehari-hari.
Islam.
9
Depag, Op Cit, hal. 20.
27
mampu:
Pertama (SLTP)10.
Secara garis besar, mata pelajaran fiqih berisi materi pokok sebagai
berikut:
makan dan minum, qurban, khitan, jual beli, khiyar, riba, barang titipan
10
Depag, Op Cit, hal. 23.
28
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Bahan kajian yang dibahas dari
kelas I adalah sebagai berikut: rukun Islam, macam-macam alat bersuci dan
cara bersuci dari kotoran dan najis, berwudlu, tayamum dan tata cara
shalat11.
kehidupan sehari-hari.
6. Kemampuan Dasar
berikut;
a. Siswa dapat melaksanakan shalat lima waktu, shalat jum‟at, shalat sunah
muamalah.
11
Depag, Op Cit, hal. 25.
29
dialokasikan satu jam pelajaran seminggu bagi kelas I dan II, satu jam
a. Kelas I dan II
c. Kelas V dan VI
A. Pengertian Shalat
12
Depag, Op Cit, hal. 27.
13
Hasbi Assidiqy. 1996. Pedoman Shalat. Jakarta : Bulan Bintang. Hal. 62.
30
dan diakhiri dengan salam, yang dengan kata lain beribadah kepada Allah SWT,
sebagai berikut:
dan kesempurnaan-Nya15”.
Dalil atau dasar yang mewajibkan umat Islam untuk mengerjakan shalat
itu banyak sekali kita jumpai baik dari Al Qur‟an ataupun hadits. Seperti di
14
Hasbi Assidiqy, Op Cit, hal. 62.
15
Hasbi Assidiqi, Op Cit, hal. 63.
16
Nazwar Syamsu, 1997. Kamus dictonari Al Qur’an. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal. 50.
31
Artinya : Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
Perintah shalat ini hendaknya juga ditanamkan ke dalam hati dan jiwa
anak dengan cara pendidikan yang cermat dan dilaksanakan sejak kecil.
tahun dan pukullah (bila enggan melakukan shalat) di waktu usia mereka
Dalam hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Baihaqi dan Umar
Ibnul Khatab,
17
Depag RI.tahun 1982. QS. Al Baqarah (2) ayat 43.
18
H. Sulaiman Rosid 1954.Fiqih Islam Hal. 75.
19
Hasbi Assidiqy, Op Cit, hal. 54.
32
Itulah contoh beberapa ayat dan hadits yang dijadikan dasar pelaksanaan
shalat, melihat begitu pentingnya perintah pelaksaan shalat, maka hal ini
berikut,
Artinya : “Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
menjadi tenteram21.”
20
Depag RI. Tahun 1982. QS. Al Ankabut (29) ayat 45.
21
Depag RI, tahun 1982. QS. Ar Ra‟du (13) ayat 28.
33
melakukan shalat, hal ini dapat dilihat dari surat Thaha ayat 14,
Artinya : “Sesungguhnya Aku Ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain aku, Maka sembahlah Aku dan Dirikanlah shalat untuk mengingat
Aku22.”
bahwa pelaksaan shalat secara kontinyu dan khusyu‟ akan melahirkan hati
yang selalu ingat kepada Allah SWT, mendorong untuk mentaati kaidah-
setiap anggota masyarakat dapat berbuat demikian, maka suasana hidup akan
terwujud dalam masyarakat atau dengan kata lain dengan shalat yang khusyu‟
dan kontinyu akan melahirkan ketentraman dan kebahagiaan dalam hidup baik
3. Macam-Macam Shalat
menjadi dua bagian, yaitu pertama, shalat yang difardlukan dinamakan shalat
(tathawwu)23.
Shalat fardlu adalah shalat yang diwajibkan atas setiap orang muslim
yang dewasa dan berakal sebanyak lima waktu, sebagaimana firman Allah
22
Depag RI, tahun 1982. QS. Thaha (20) ayat 14.
23
H. Sulaiman Rosyid. 1985. Fiqih Islam. Jakarta. Hal: 160.
34
Artinya : “Dan Dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan
Yang dimaksud shalat lima waktu itu adalah dhuhur, ashar, maghrib,
“shalat berjamaah lebih utama pahalanya dari pada shalat sendirian, sebanyak
Selain shalat yang difardlukan di atas juga ada shalat yang bersifat
24
Depag RI. Tahun 1982. QS. Hud (11) ayat 114.
25
Maulana Muhammad Zakariya Al Kandahlawi, Op Cit, hal: 295.
26
Sulaiman Rosyid. 1985. Fiqih Islam. Jakarta. Hal: 110.
35
shalat sunah rawatib yaitu shalat sunah yang menyertai shalat fardhu. Shalat
sunah ini ada dua macam yaitu shalat qabliyah (dikerjakan sebelum shalat
Dilihat dari segi hukumnya, shalat ini dibagi menjadi dua, yaitu sebagai
berikut:
shalat subuh, dua rekaat sebelum shalat dhuhur, dua rekaat sesudah dhuhur,
dua rekaat sesudah shalat maghrib, dan dua rekaat sesudah shalat isya‟.
b. Shalat sunah rawatib (ghairu muakkat) seperti dua rekaat sebelum dan
sesudah shalat dhuhur, empat rekaat sebelum shalat „Ashar, dan dua rekaat
Disamping shalat sunah rawatib di atas, masih banyak lagi shalat sunah
yang lain; shalat sunah malam (lail) yang meliputi witir, tahajud, tarawih,
a. Syarat wajib shalat dan syarat syah shalat; Islam, berakal, baliq, suci dari
najis dan hadats, sampai dikenal Islam kepadanya. Syarat sahnya shalat
adalah sebagai berikut suci badan dari hadats besar dan kecil, suci badan
dan pakaian dari najis, menutup aurat, telah masuk waktu shalat, dan
menghadap kiblat.
Fatihah, ruku‟, I‟tidal, sujud dua kali, duduk di antara dua sujud, duduk
1. Pengertian Khusyu‟
sewaktu shalat, Allah berfirman dalam surat Al Mukminun ayat 1-11 dan surat
27
Husain. 1987 : 72.
28
Wijaya Kusuma, Op Cit, hal: 179.
37
orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada
berguna, (4) Dan orang-orang yang menunaikan zakat, (5) Dan orang-orang
budak yang mereka miliki; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal Ini tiada
tercela. (7) Barangsiapa mencari yang di balik itu Maka mereka Itulah orang-
orang yang melampaui batas. (8) Dan orang-orang yang memelihara amanat-
amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (9) Dan orang-orang yang memelihara
(yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya 29.
yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'30.
bersabda;
Artinya : Seandainya khusyu‟ hati (orang) ini tentu khusyu‟ juga seluruh
anggota tubuhnya.31.
Kalau khusyu‟ itu wajib, maka khusyu‟ itu menghendaki tenang dan tawadu‟
29
Depag RI. Tahun 1982. QS. Al Mu‟minun (23) ayat 1-11.
30
Depag RI.Tahun 1982. QS. Al Baqarah (2) ayat 45.
31
Maulana Muhammad Zakariya Al Kandahlawi, Op Cit, hal: 314.
38
Shalat adalah tiang agama dan shalat itu pula kunci kebajikan. Karena
itu setelah memenuhi syarat dan rukunnya, maka orang yang sedang shalat
dalam shalat. Pertama, melupakan segala urusan diluar shalat dimulai sejak
bacaan shalat32.
a. Kehadiran hati, artinya hati harus bersih dari segala hal yang
32
Wijaya Kusuma, Op Cit, hal: 179.
33
Al Qolamany, Abu Dzar. 2002. Maka Kembalilah Kepada Allah. Jakarta : Serambi Ilmu
Semesta. Hal. 93-94.
39
a. Kata Ali bin Abi Tholib ra, khusyu‟ adalah tiada berpalig kekanan dan
b. Kata Amin Ibnu Dinar, khusyu‟ adalah tenang dan bagus kelakuan.
tempat sujud.
d. Kata Ibnu Jabir, khusyu‟ adalah tetap mencurahkan pikiran kepada shalat
pengertian tentang khusyu‟ adalah amalan badan seperti tenang, amalan hati,
sama dengan takut, khusyu‟ ini amalan hati yang keadaannya dapat
mempengaruhi jiwa, khususnya lahir pada anggota badan, seperti tenang dan
menundukkan diri36.
Allah SWT. Siapa yang dapat merasakannya, niscaya akan khusyu‟ dari dalam
shalatnya. Bahkan pada waktu ia dalam duduk khalwat atau ditempat lain
34
Syafi‟i. 1999, Op Cit, hal. 1.
35
Hasbi Ass Shiddieqy, Op Cit, hal. 70.
36
Hasbi Ass Shiddieqy, Op Cit, hal. 74.
40
Dari kesadaran inilah, timbul khusyu‟ dan hal itu tidak hanya khusyu‟
shalat dengan sikap taat dan tunduk kepada perintah Allah SWT, karena takut
shalatnya tidak diterima dan selalu merasa diawasi oleh-Nya. Sehingga timbul
a. Hadirnya hati dalam setiap shalat dan semua ibadah yang merupakan
keharusan.
konsentrasi.
Siapa saja yang berdoa kepada Allah SWT dengan penuh keikhlasan dan
patuh beribadah dengan khusyu‟ dan yakin, bahwa Allahlah yang memerintah
mengaruniakan iman yang dalam dan cahaya yang menerangi hati, maka akan
37
Al Ghozali. 1992. Rahasia-Rahasia Shalat. Bandung: Kharisma. Hal. 93.
41
ibadah yang kita lakukan dalam Islam, selalu mengandung hikmah yang dapat
kesehatan. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi, Islam merupakan satu-
adalah mampu menjaga diri atas perbuatan keji dan munkar dengan
mewujudkan perilaku terpuji sehingga bukti nyata dari pernyataan yang dibaca
sewktu shalat39.
karunianya kepada siapa saja yang akan menjaga kekhusyukan shalatnya pada
d. Rumahnya diberkahi.
38
Wijaya kusuma, Op Cit, hal. 182.
39
Wijaya kusuma, Op Cit, hal. 179.
40
Zakari. 1995: 60.
42
f. Hatinya lembut.
tidak bersedih.
Karena itu faedah shalat secara langsung bagi orang yang melaksanakan
a. Pembersih, yaitu setiap orang yang melaksanakan shalat tentu bersih dari
b. Disiplin, yaitu setiap shalat menepati waktu sesuai waktu yang telah
ditentukan.
c. Pandai bersyukur, yaitu orang yang shalat adalah insane yang tahu diri.
f. Memelihara iman, yaitu karena shalat merupakan sarana ingat kepada Allah
SWT.
41
Handari Nur. 1985: 187.
BAB III
LAPORAN PENELITIAN
1. Identitas sekolah
NIS : 11.00.00
NPSN : 20312975
NSS : 11231417033
Sragen1.
2. Letak Geografis
Sebelah selatan jalan desa, sebelah barat jalan raya Sukodono- Sragen.
3. Visi sekolah
1
Monografi tahun 2009/2010.
2
Wawancara. Samingan, A. Ma. Tgl. 4 Maret 2010.
43
44
4. Misi sekolah
5. Tujuan sekolah
a. Mendidik siswa agar memiliki bekal ilmu untuk terjun dalam masyarakat
6. Sejarah Berdiri
Sekolahnya bapak Sudarmo sampai tahun 1970, kemudian tahun 1971 bapak
3
Wawancara. Samingan, A. Ma. Tgl. 4 Maret 2010.
45
7. Keadaan Guru
2. Dani, A. Ma Kelas II
4
Monografi tahun 2009/2010. Tabel I.
46
8. Keadaan Siswa
1. I 6 8 14
2. II 7 7 14
3. III 7 3 10
4. IV 11 3 14
5. V 9 9 18
6. VI 5 9 14
JUMLAH 45 39 84
5
Monografi tahun 2009/2010. Tabel II.
47
9. Infentaris
1. Gedung 1 Baik
2. Almari 6 Baik
5. Rak 4 Baik
kehidupan sehari-hari.
Madrasah Ibtidaiyah dari kelas I-VI yang secara langsung memuat materi
pelajaran yang berhubungan dengan tata cara dan pelaksanaan ibadah shalat
adalah pada kelas I sampai III baik semester ganjil maupun genap.
6
Monografi tahun 2009/2010. Tabel III.
49
menghafalkan.
Karena itu kegiatan inti di MIM Pantorejo Sukodono dalam pembelajaran mata
mengucapkan dua kalimat syahadat; kedua, siswa atau peserta didik dilatih
juga telah terlebih dahulu mengucapkan semua rukun Islam yang lima: dari mulai
syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji bagi yang mampu. Hal ini sebagai starting
point bagi pembelajaran Mata pelajaran fiqih di kelas satu untuk mengajarkan
dan memahamkan kelima rukun yang notabene wajib melaksanakan bagi setiap
7
Wawancara dengan Ika Novia Yanti, SPd.I, tanggal 5 Maret 2010.
50
kebersihan, maka diharapkan mereka dapat membedakan mana yang bersih dan
menetapkan tata krama buang air, hafal do’a sebelum dan sesudah buang air.
Di antara ketiga metode pembelajaran tersebut yang sering kali dan hamper pasti
dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, hal ini diakui secara jujur oleh
meliputi kegiatan awal; yaitu guru terlebih dahulu bertanya kepada siswa tentang
perbedaan bersih dan kotor, memelihara kebersihan, membedakan suci dan najis,
hafal do’a masuk dan keluar WC. Kegiatan intinya adalah : pertama, peserta didik
antara bersih dan kotor; ketiga, peserta didik menjelaskan antara suci dan najis;
keempat, peserta didik menjelaskan tentang tata krama buang air besar dan kecil;
kelima, peserta didik membersihkan tangan setelah buang air besar dan kecil; dan
8
Wawancara dengan Samingan, A.Ma. Tangga l 6 Maret 2010.
51
keenam, peserta didik menghafalkan do’a sebelum dan sesudah buang air,
kemudian kegiatan terakhir peserta didik diberi tugas agar dapat membedakan
bersih dan kotor, najis dan suci, dan hafal do’a sebelum dan sesudah buang air
agar peserta didik mampu secara benar melaksanakan wudhu sesuai dengan
melaksanakan shalat, baik shalat fardlu maupun shalat sunah, dalam bahasa yag
lain wudhu adalah media awal bagi seorang muslim yang hendak melakukan
shalat dengan benar, wudhu juga sebagai wujud dari simbolisasi pembersihan diri
seorang hamba terhadap dosa dan kesalahan yang selama ini dilakukan.
belajar, kemudian bertanya kepada peserta didik tentang wudhu, guru juga
Kegiatan intinya yaitu peserta didik diajarkan tata cara berniat yang
peserta didik membiasakan berwudhu yang benar, kegiatan akhir biasanya guru
2010).
“ Kelas I MIM itukan baru saja keluar dari bangku Taman Kanak-kanak,
jadi yang namanya anak: kecenderungan untuk guyon, bermain-main
masih sangat mewarnai proses kegiatan belajar di MIM Pantirejo,
Sukodono, khususnya kelas I, ketika diajari tentang praktek wudhupun
mereka masih belum bisa mempraktekkan dengan penghayatan dan
kekhusyukan. Yah……………………..sekedar menuruti perintah dari
guru”9
.
Di dalam pembelajaran mengenai tata cara berwudhu tersebut pada umumnya
peserta didik baru mampu secara verbal yang nota bene juga masih banyak yang
harus disempurnakan dan diperbaiki. Paling tidak di sini peserta didik mampu
dasarnya di dalam memberi pelajaran wudhu ini dalah peserta didik mampu
melaksanakan wudhu.
shalat fardlu, jumlah rakaat dan waktu pelaksanaannya, tujuannya adalah agar
peserta didik dapat menyebutkan nam-nama shalat fardlu, bilangan rakaatnya dan
waktu pelaksanaannya. Strategi yang diterapkan oleh guru mata pelajaran fiqih
dan penugasan.
Kegiatan awal dari pembelajaran ini adalah guru bertanya kepada peserta
didik tentang shalat fardlu dan mengarahkan peserta didik agar menyimak
tentang shalat fardlu, peserta didik menjelaskan nama-nama shalat fardlu, peserta
9
Wawancara dengan Dewi Retno Ningsih, SPd.I. Tanggal 6 Maret 2010.
53
memberikan tugas agar siswa dapat mempraktekkan shalat fardlu setiap orang di
depan kelas dan di waktu yang lain praktek ibadah shalat tersebut dilaksanakan di
oleh peserta didik di dalam kelas. Jika ada salah seorang peserta didik yang tidak
tepat tata cara pelaksanaan sebagaimana yang telah diajarkan, maka guru sebagai
ketentuan yang ada. Kesesuaian antara bacaan dengan gerakan setiap peserta
didik menjadi perhatian utama bagi para guru, terutama bagi mereka peserta didik
yang sudah menginjak kelas II, kalau di kelas I lebih difokuskan pada pengenalan
shalat fardlu, jumlah rakaat, dan waktu-waktunya, tetapi untuk kelas II mereka
10
Wawancara dengan Dani, A.Ma. Tanggal 11 Maret 2010.
54
shalat fardlu, mau melaksanakan shalat fardlu dengan benar dan terbiasa
materi adzan dan iqamah dengan maksud peserta didik dapat melafalkan adzan
dan iqamah, menerjemahkan bacaan adzan dan iqamah serta dapat melaksanakan
pelaksanaan ibadah shalat fardlu adalah adzan dan iqamah. Adzan untuk
ibadah shalat, dilanjutkan iqamah sebagai tanda waktu shlat akan dimulai.
adalah diawali dengan guru bertanya kepada peserta didik tetapi adzan dan
adzan dan iqamah, serta do’a setelah adzan. Kegiatan intinya adalah peserta didik
mengucapkan lafal adzan dab iqamah, menjawab bacaan adzan dan iqamah,
berdo’a setelah mendengar adzan dan iqamah, serta peserta didik membiasakan
kemudahan dalam melafalkan adzan dan iqamah. Kalimat yang pendek dan
sering terjadi pengulangan juga menjadi kemudahan tersendiri bagi peserta didik
kelas II MIM Pantirejo, Sukodono. Hal ini dibenarkan oleh seorang pengajar di
Di sini guru berusaha memantau dan membimbing peserta didik dengan penuh
perhatian, mereka diarahkan untuk bisa mengenal adzan dan iqamah secara baik
dan benar. Ada ungkapan yang popular mengatakan bahwa “ belajar sewaktu
kecil bagai mengukir di atas batu dan sebaliknya belajar diwaktu usia tua bagai
mengukir di atas air”. Falsafah dari ungkapan tersebut sedikit banyak telah
mendorong para guru untuk secara serius mendidik peserta didik mereka,
Setelah pesertan didik dikenalkan dengan adzan dan iqamah, hal yang
sunah adalah membiasakan dzikir dan do’a. Di dalam materi pembelajaran fiqih
di sini diharapkan peserta didik mampu mengamalkan do’a dan dzikir selepas
shalat; khususnya selepas shalat fardlu, doa untuk kedua orang tua, menghafal
do’a kebahagian dunia dan akhirat, dan do’a lain yang diperlukan untuk
Kegiatan inti dari kegiatan belajar mengajar di sini adalah peserta didik
menghafal bacaan istigfar, tasbih, tahmid, dan takbir, menghafal do’a untuk
kedua orang tua, menghafal do’a untuk kebahagiaan dunia akhirat, menjelaskan
setelah shalat, melaksanakan dzikir dan do’a setelah shalat. Kemudian guru juga
memberikan tugas agar dapat melafalkan bacaan istigfar, tasbih, tahmid, dan
11
Wawancara dengan Heru Rokhim SPd., Tanggal 11 Maret 2010.
56
takbir, do’a untuk kedua orang tua, dan do’a untuk kebahagiaan dunia dan
akhirat.
kehidupan seorang muslim, guru juga memberikan saran agar peserta didik
mengamalkan do’a dan dzikir tersebut tidak hanya pada amaliyah shalat saja,
tetapi di setiap gerak gerik setiap harinya harus diupayakan untuk berdzikir dan
berdo’a kepada Allah SWT, karena itulah salah seorang guru MIM Pantirejo,
“Dzikir dan do’a adalahsari pati ibadah, karena itu di dalam aktivitas
keseharian kita harus diwarnai dengan dzikir dan do’a, peserta didik di
MIM Pantirejo, Sukodono ini diupayakan dan diajarkan untuk selalu
mempraktekkan dzikir dan do’a di setiap aktivitasnya, sekalipun hanya
sekedar membaca basmalas saat mau makan dan Alhamdulillah setelah
makan, hal-hal kecil dan sederhana tersebut harus mulai diperkenalkan
kepada anak, agar timbul kesadaran yang tinggi”12.
Apabila lebih konkrit dari realisasi amaliyah dzikir tersebut bisa dilihat ketika
terlebih dahulu berdo’a. Do’a tersebut dibaca secara bersama-sama baik peserta
didik maupun guru, hal ini secara rutin dilakikan sebelum memulai pelajaran.
Begitu juga sebelum proses kegiatan belajar mengajar diakhiri guru biasanya
menutup dengan do’a yang dibaca secara bersama-sama pula. Hal tersebut
baik fardlu ataupun sunah adalah dzikir dan do’a di samping arti kata shalat
shalat berjamaah, peserta didik dapat menyebutkan syarat syah menjadi imam
dan makmum, cara memberi tahu imam yang salah, praktik shalat berjamaah,
Kegiatan awal dari pembelajaran ini adalah guru bertanya kepada peserta
menyimak penjelasan tentang syarat menjadi imam dan makmum, cara member
tahu imam yang salah, praktik shalat berjamaah, keutamaan shalat berjamaah dan
imam dan makmum, menjelaskan cara member tahu imam yang salah, praktik
shalat berjamaah, kemudian guru juga member tugas kepada peserta didik yamh
berkaitan dengan materi tersebut di atas, agar benar-benar bisa dipahami oleh
peserta didik.
makna hidup social saling bergotong royong dan membantu di antara sesame,
karena itu salah satu guru MIM Pantirejo, Sukodono memberikan pernyataan
sebagai berikut;
Di tambah lagi di sekolah, ketika masuk waktu dhuhur biasanya guru dan kepala
dhuhur berjamaah, tanpa terkecuali, khusus mereka yang berhalangan tentu dapat
rukhshah untuk tidak melaksanakan shalat berjamaah. Misalnya lagi ada acara
kegiatan rutin untuk melatih peserta didik yang kelas V dan VI untuk
senantiasa rajin belajar dan beribadah kepada Allah SWT. Kegiatan ini cukup
dengan audiens melalui media kultum tersebut. Dengan shalat berjamaah akan
14
Wawancara dengan Sa’adah Hayati,A.Ma. Tanggal 17 Maret 2010.
59
secara sendirian. Shalat Jum’at sebagai gambaran bahwa shalat berjamaah itu
adalah setelah selesai mengikuti pembelajaran shalat Jum’at, peserta didik dapat
menunjukkan bahwa shalat Jum’at, shalat wajib dan syah shalat Jum’at,
menunjukkan waktu shalat Jum’at, serta agar peserta didik terbiasa menunaikan
shalat Jum’at.
Karena itu kegiatan inti dari pembelajaran ini adalah peserta didik
memberikan tugas kepada peserta didik sesuai dengan materi yang tersebut di
atas. Tugas ini bisa berbentuk pekerjaan rumah (PR) atau tugas lain yang
Peserta didik diajarkan juga bahwa shalat Jum’at adalah shalat wajib
karena sudah melaksanakan shalat Jum’at. Begitu pula dengan sangsi bagi siapa
yang meninggalkan shalat Jum’at selama tiga kali berturut-turut tanpa udzur
syar’I, maka orang tersebut sudah dianggap melecehkan Islam dan dalam
munafiq.
60
Pentingnya ibadah shalat Jum’at juga bisa dilihat dan diawali dengan banyaknya
institusi Islam atau perorangan yang meliburkan kerja atau aktivitas lain di hri
Jum’at tersebut, karena ingin menghormati dan memaknai hari Jum’at sebagai
hari agung di antara tujuh hari di dalam seminggu. Jum’at sebagai panglima
(sayyidul ayyam) hari sudah dipahami oleh masyarakat muslimin pada umumnya.
juga diajarkan materi pembelajaran shalat bagi orang sakit. Standart kompetensi
materi pembelajaran ini adalah peserta didik mampu memahami tata cara shalat
bagi orang sakit. Tujuan pembelajaran ini adalah setelah selesai mengikuti
pembelajaran tentang cara shalat bagi orang sakit, peserta didik diharapkan dapat
mempraktekkan cara shalat dengan duduk dan berbaring. Karena itu kegiatan inti
dari materi pembelajaran ini adalah peserta didik mendemonstrasikan cara shalat
dengan duduk, cara shalat dengan berbaring, dan agar peserta didik membiasakan
tetap shalat sekalipun dalam keadaan sakit. Kegiatan akhir dari materi
15
Wawancara dengan Samingan, A.Ma. Tanggal 26 Maret 2010.
61
badan maka kewajiban shalat lima waktu tidak bisa ditawar-tawar lagi.
seorang hamba dengan Tuhannya adalah urusan yang maha penting dan harus
selalu dinomor satukan, segala keperluan apapun harus mengalah, jika keperluan
ibadah shalat tersebut tiba. Karena Allah SWT adalah segala-galanya bagi setiap
orang beriman.
seseorang, sudah bisa dipastikan jika shalatnya baik dan benar dilakukan benar-
benar untuk memperoleh ridha Allah SWT, maka dengan sendirinya akan
16
Wawancara dengan Samingan,A.Ma. tanggal 26 Maret 2010.
62
untuk menunaikan shalat secara berjamaah, dari shalat yang tertib dan teratur
akan berimbas kepada semua aktivitas yang dilakukan oleh seseorang, di dalam
shalat terkandung sekian pelajran berharga, yang termasuk dari dalamnya adalah
dasarnya adalah peserta didik mampu melaksanakan shalat sunah rawatib dengan
baik dan benar. Tujuan pembelajaran di sini adalah peserta didik setelah selesai
membaca materi tentang shalat sunah rawatib, menjelaskan waktu shalat rawatib,
menyebutkan bilangan rakaat shalat sunah rawatib dan peserta didik diupayakan
Dalam konteks ini peran guru yang mengampu mata pelajaran fiqih,
harus berusah menjelaskan kepada peserta didik akan pentingnya shalat sunah
rawatib tersebut, karena amalan shalat sunah itu akan sangat membantu
seseorang yang melaksanakan shalat wajib lima waktu yang belum atau terdapat
Dikenalkan pula nama-nama shalat rawatib yang dikerjakan sebelum dan sesudah
shalat fardlu. Shalat rawatib yang dukerjakan sebelum shalat fardlu dinamakan
amalan shalat sunah, maka semakin baik kualitas hidup seorang muslim tersebut.
Karena yang sunah saja mendapat apresiasi tersendiri dari dalam kehidupan
tersendiri.
ini yang dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut akan menjadi latihan yang
Membiasakan sejak dini adalah upaya yang konstruktif positif untuk diupayakan
Sukodono.
(idul fitri dan idul adha). Shalat idul fitri dilaksanakan sebagai pertanda
selesainya ibadah puasa ramadhan yang dilakukan selam satu bulan oleh kaum
17
Wawancara dengan Samingan,A.Ma. Tanggal 26 Maret 2010.
64
muslim yang beriman, sedangkan idul adha dilaksanakan karena terkait dengan
ibadah idul qurban atau ibadah haji di bulan Dzulhijah. Setahun dilaksanakan
peserta didik tentang shalat sunah idul fitri dan idul adha, lalu mengarahkan
peserta didik agar menyimak penjelasan tentang shalat idul fitri dan idul adha,
waktu shalat idul fitri dan idul adha, menjelaskan tata cara melaksanakan shalat
idul fitri dan idul adha kemudian kegiatan akhirnya adalah guru memberikan
tugas agar peserta didik dapat menyebutkan pelaksanaannya serta tata cara shalat
disamping factor kelas dan usia yang berbeda dari masing-masing kelas mulai
kelas I sampai IV. Kondisi seperti ini sangat wajar terjadi di setiap sekolah
berikut;
Pelaksanaan tata cara shalat dari mulai wudlu, niat menghadap kiblat dengaan
takbir sampai salam kemudian dilanjutkan dengan dzikir dan do’a secara teoritis
peserta didik mengenal hal tersebut, tetapi ketika hal tersebut direalisasikan ke
sekolah, di sana sini masih menyisakan problem, baik yang berkaitan dengan
etika dan aturan yang berlaku menurut syariat Islam. Karena itu salah seorang
18
Wawancara dengan Samingan, A.Ma. Tanggal 26 Maret 2010.
19
Wawancara dengan Suyanto. Tanggal 26 Maret 2010.
20
Wawancara dengan Istianah, SPd.I. tanggal 26 Maret 2010
66
sebagai berikut;
Lebih tidak terkontrol lagi misalnya shalat jamaah tersebut tidak terpantau olah
para guru, sedangkan diawasi saja demikian. Secara formal amaliyah shalat
mampu mereka terapkan, tetapi amalan shalat dalam pengertian hakikat (batiniah)
masih harus terus mendapatkan arahan dan bimbingan. Karena itu untuk
pemahaman, bahkan seperti dzikir dan do’a setelah shalat bagi mereka yang
utamanya masih kelas I dan II atau III bahkan kelas di atasnya sekalipun masih
Indikasi yang mencolok terlihat dari mereka adalah ketika shalat tersebut
baru diakhiri dengan salam, yang terjadi adalah mereka tergesa-gesa untuk
beranjak dari duduknya. Apa yang ada di benak mereka relative dominan oleh
pikiran dan keinginan untuk bermain dan bermain dengan teman sebayanya.
Karena itu apa yang disampaikan oleh salah seorang guru kelas I sebagai berikut
Di tambah lagi dengan pola pikir dan sikap sebagian guru yang lebih
mengutamakan pembelajaran pada ranah kognitif, para guru sudah merasa puas
dan berhasil jika peserta didiknya berhasil memperoleh nilai angka Sembilan atau
sepuluh di rapornya. Mereka beranggapan bahwa nilai rapor atau ijazah tersebut
merupakan bukti konkrit dari keberhasilan mengajar dan mendidik selama ini.
Kenyataan yang seperti ini mengundang kritik dari salah seorang anggota komite
jika materi pembelajaran tersebut para guru hanya menekankan aspek formal
keberhasilan pembelajaran yang dilihat dari prestasi akademik belaka, tanpa lebih
jauh memperhatikan perilaku dan sikap peserta didik tersebut, lebih tragis lagi
menjadi kunci dari setiap amalan lain yang dilaksanakan oleh seorang muslim.
nilai tertulis peserta didik rata-rata bagus tetapi di sisi lain amaliyah keseharian
yang terwujud dalam perilaku dan sikap jauh panggang dari api, artinya terjadi
kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan. Materi fiqih di MIM Pantirejo,
syara’ atau hokum Islam, baik yang berhubungan dengan ibadah mahdhah
23
Wawancara dengan Sunarto, BA., Tanggal 26 Maret 2010.
68
syahadat, wudhu, shalat fardlu, adzan dan iqamah, dzikir dan do’a, shalat jamaah,
shalat sunah dan yang lainnya adalah bekal terpenting dari kehidupan keagamaan
seorang muslim. Hal tersebut secara langsung mendapat apresiasi dari peserta
bahwa semakin tinggi tingkat kelas dan bertambahnya umur tersebut telah
menunjukkan pula perbedaan pola pikir dan pengalaman terhadap suatu hal.
Peserta didik di kelas VI di sini lebih Nampak rasional dan argumentative ketika
menanggapi dan merespon setiap persoalan, terutama yang terkait dengan materi
pembelajaran fiqih khususnya materi tentang shalat. Pada umumnya peserta didik
keilmuan tersendiri terhadap kapasitas dan kualitas ibadah yang mereka lakukan
karena amal tanpa ilmu adalah ibarat seseorang yang berjalan di tengah
24
Wawancara dengan SIswanto. Tanggal 26 Maret 2010.
69
yang jika diruntut dari sub bagian-bagiannya, maka membutuhkan ketelitian dan
apalhi shalat tentunya harus diawali dengan niat yang tulus dan benar. Niat akan
menentukan ibadah seseorang diterima atau ditolak oleh Allah SWT. Mau
menghadap Allah SWT seyogyanya untuk mempersiapkan pikiran dan hati untuk
tertuju keharibaanNya. Niat adalah pekerjaan hati yang harus bisa memandu
pikiran dan anggota badan yang lain untuk bersama-sama satu tujuan di dalam
melaksanakan shalat sebelum takbir ataupun ketika berangkat dari tempat menuju
masjid jelas ada dorongan niat yang mengarah terhadap pekerjaan tersebut.
Mereka percaya bahwa segala hal yang dilakukan, lebih-lebih berupa shalat, jika
tidak dibarengi dengan niat, maka amalan tersebut tidak akan diterima dan
mendatangkan ridha dari Allah SWT. Salah seorang dari kelas V MIM Pantirejo,
Kedua setelah niat adalah takbiratul ihram pertanda gerakan awal shalat,
sebagaimana cara takbir yang diajarkan oleh para guru ketika memberikan materi
25
Wawancara dengan Rudi Hartono. Tanggal 26 Maret 2010.
70
tentang shalat, ketika Nabi takbir, beliau mengangkat kedua tangannya dengan
di depan kelas, para peserta didik langsung mengikuti, hanya saja ada beberapa
yang masih membutuhkan perhatian tersendiri terkait dengan tata cara yang benar
pembelajaran yang diberikan guru mereka, para peserta didik pun memperagakan
posisi untuk tangan kanan di atas punggung telapak, pergelangan dan lengan
bawah kirinya serta pandangan mata menuju ketempat sujud, kemudian setelah
itu langsung disusul dengan membaca do’a Iftitah terus membaca membaca Al
Fatihah disambung dengan surat dari salah satu ayat Al Qur’an, di tengah-tengah
imam ketika selesai membaca surat Al Fatihah maka Imam ataupun makmum
pada saat imam membaca dengan keras, makmumnya tidak membaca hanya
imamnya tidak bersuara, makmum tetap membaca Fatihah karena Fatihah adalah
bacaan yang wajib dibaca ketika shalat. Di sela-sela praktek tersebut guru
oleh peserta didik. Karena dengan begitu akan lebih mudah membetulkan jika
terdapat kesalahan gerak ataupun ucapan dari bacaan do’a-do’a ketika shalat.
lurus, sembari guru mengibaratkan bila air dituangkandi atas punggung , air
(Observasi, 15/2/2010).
Setelah membaca do’a ruku’, maka para siswa dianjurkan untuk berdiri
I’tidal sembari mengucapkan sami Allahu liman hamidah, sambil berdiri tegak.
Ketika I’tidal peserta didik berdiri lurus sampai setiap ruas tulang belakangnya
kemudian sampai ruas tulang belakangnya kembali mapan. Ketika sujud tersebut
harus menyertakan tujuh anggota badannya yaitu wajah, kedua telapak tangan,
kedua lutut dan kedua kakinya. Setelah selesai membaca do’a sujud kemudian
duduk di antara dua sujud, selanjutnya setelah membaca do’a duduk di antara dua
sujud lantas sujud lagi sebagaimana semula do’anya juga sama dengan sujud
yang pertama, sampai kepada duduk istirahat menjelang mau berdiri pada rakaat
berikutnya.
Jika rakaatnya tiga ataupun empat, maka di sana terdapat tasyahud awal,
posisinya duduk tasyahud sambil membaca do’a mengarahkan jari telunjuk ketika
duduk tasyahud dilanjutkan dengan tasyahud akhir di rakaat ketiga ataupun rakaat
72
(Observasi, 15/2/2010).
dengan gerakan tengok ke kanan dan kekiri dengan sempurna. Begitu selesai
sebagai berikut;
di kelas V sampai VI, karena usia dengan pola pikir serta sikap cenderung bisa
memenuhi target-target awal, walaupun hanya atau bary sebatas shalat dalam
26
Wawancara dengan Dani. A.Ma. Tanggal 26 Maret 2010.
BAB IV
ANALISIS DATA
materi-materi mengenai fiqih ibadah. Baru pada kelas V ataupun VI peserta didik
materi pelajaran fiqih di MIM Pantirejo, Sukodono disajikan dengan runtut dan
tematis yang pada pokoknya membicarakan tentang ibadah mahdhah dan ghairu
mahdhah.
Islam yang fundamental yang dijadikan pedoman hidup dan diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari. Karena itu sejak mulai dari kelas I tersebut peserta didik
yang berkaitan dengan hokum ibadah (fiqihul ibadah) yang menjadi basis
mulai wudlu sampai dzikir dan do’a dibahas dengan tematis sebagai kerangka
73
74
dengan ibadah mahdhah, khususnya ibadah shalat (fardlu maupun sunah). Materi
shalat fardlu bagi peserta didik kelas I MIM Pantirejo, Sukodono tidaklah terlalu
asing dan juga tidak merupakan materi pembelajaran baru bagi mereka. Karena
sebagian besar peserta didik bahkan semuanya yang duduk bi bangku kelas I
(TK) sehingga hal tersebut lebih mudah bagi guru MIM Pantirejo, Sukodono di
Hanya yang menjadi problem dalam konteks ini adalah peserta didik
sikap dan perilaku yang secara tidak langsung juga membutuhkan penanganan
anak yang cenderung senang guyon dan bermain terutama peserta didik yang
duduk di kelas I ataupun II, bahkan III sekalipun. Tetapi hal tersebut tidak
menjadikan kendala yang berarti terutama secara kognitif bagi peserta didik
kelas.
Karena itulah, di MIM Pantirejo, Sukodono ini mulai kelas I sampai III
secara gradual diajarkan pada peserta didik untuk memahami tata cara
(khilafiyah) shalat menurut tuntunan syariat Islam yang diajarkan oleh Nabi
yaitu mata pelajaran fiqih tersebut sangat bervariasi, tetapi pada umumnya
ceramah, hal inilah yang berpengaruh terhadap kejenuhan para peserta didik,
sehingga mereka yang nota bene masih usia anak-anak relative lebih memilih
untuk guyon (bermain) dan kurang bisa focus terhadap materi yang diajarkan.
Karena jika ditilik dari psikologi kejiwaan, banyak juga peserta didik tersebut
lebih mudah bisa menerima materi pembelajaran bukan dari mendengarkan guru
yang lainnya. Dan inilah yang harus ditangkap oleh guru sebagai peluang untuk
Terdapat implikasi yang signifikan materi tentang shalat ini dari mulai
kebersihan, adzan, iqamah, dzikir dan do’a. Tema-tema tersebut tidak bisa
dilepaskan dari materi mengenai shalat, dan hal tersebut membutuhkan metode
Bila diamati lebih jauh terkait dengan pembahasan yang dipaparkan dari
bab sebelumnya, maka dapat dianalisis bahwa, model pendekatan seorang guru
dengan peserta didik yang masih duduk di bangku kelas I sampai III bahkan IV
adalah masih dominan pendekatan doktriner dan instruksi. Jadi di sini keberadaan
seorang guru masih berposisi sebagai determinan factor yang menjadi sentral
76
terhadap peserta didik yang masih anak-anak, cara memperlakukan peserta didik
ketika praktek wudlu atau shalat misalnya, para guru sepertinya harus lebih
tersebut, sehingga wajar jika yang muncul adalah perilaku ataupun sikap
rupa.
Pendekatan yang lazim dilakukan dalam konteks ini adalah bagaimana rambu-
rambu mata pelajaran fiqih di bab (kajian teori) yaitu pendekatan pembiasaan,
ajaran Islam di mana dan kapanpun, jadi selagi masih usia anak-anak. Karena itu
ibadah shalat bagi mereka. Kalau tidak demikian, maka dikemudian hari pula aka
Tetapi, hal tersebut akan lain jika dari dini upaya serius untuk mendidik,
shalat itu akan menjadi akhlak atau tradisi yang amat terpuji.
77
Sukodono.
yang berkembang di bab ini dikelompokkan menjadi dua. Pertama, adalah peserta
didik yang masih duduk di kelas I sampai III dan kedua, mereka yang sudah
berada di kelas IV sampai VI. Karena hal tersebut ini sekaligus akan
Bagi peserta didik yang masih berada di kelas I sampai dengan kelas III,
banyak sudah memenuhi harapan dari tujuan pembelajaran itu sendiri. Karena di
sini yang dominan adalah pendekatan doktriner dan instruktif, maka targetnya
pentingnya syariat shalat untuk diamalkan kepada hamba Allah yang beriman.
Kesan pertama yang dirasakan oleh seorang peserta didik adalah adanya
sedikit pressure ataupun sedikit paksaan yang dilakukan oleh seorang guru untuk
diharapkan; mulai dari lafal bacaan shalat, gerakan dalam shalat sampai tertib
sesuai dengan tata urutan rukun shalat. Bagaimana posisi sedekap, I’tidal, duduk
iftirasyi, duduj diantara dua sujud, duduk tasyahud, sampai dengan salam, semua
mereka untuk berperilaku di luar ketentuan praktek akan rawan, karena suasana
78
psikologis anak-anak yang rentan dengan bermain bebas tanpa adanya aturan
yang mengikat. Mereka bisa dan mampu melaksanakan praktek tersebut, tetapi
pembelajaran yang dilakukan tersebut, apalagi jika secara lebih jauh dilihat dari
sebagaimana pantauan orang tua murid ketika di rumah, maka masih banyak
perlu arahan untuk bisa melaksanakan shalat sesuai dengan tuntunan dan hakikat
Kedua, peserta didik yang yang sudah duduk di bangku kelas IV samapi
dengan kelas VI mereka sudah relative bisa diajak berfikir secara rasional.
Karena itu pendekatan yang digunakan oleh seorang guru juga berbeda dengan
tentang ajaran shalat jelas berbeda dengan kelas I, II ataupun III, di sinilah factor
usia dan tingkat kelas melalui proses-proses yang dibangun baik ketika di sekolah
yang relevan dengan kelas IV sampai kelas VI yaitu pendekatan emosional dan
perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini dan menghayati ajaran
fungsional untuk menyajikan ajaran agama Islam dalam menekankan kepada segi
mampu dikuasai oleh peserta didik. Tetapi dari kesadaran dan rasa tanggung
79
jawab baik secara rasional maupun fungsional sebagai seorang hamba yang
beriman, sudah barang tentu hal ini sedikit banyak bisa difahami oleh peserta
didik yang duduk di bangku kelas IV, V, dan VI. Lebih-lebih kelas VI, tentu akan
lebih mudah bagi guru yang menyampaikan pembelajaran shalat yang sesuai
dengan tuntunan syari’at Islam yang dilakukan dengan ikhlas dan khusyu’.
khusyu’ dan ikhlas siapapun orangnya apalagi masih usia sekolah dasar,
memahami dan menghayati perintah shalat itu sebagai sebuah kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh orang Islam yang beriman sebagai wujud syukur yang
tidak terhingga kepada Allah SWT yang telah tidak terhitung memberikansegala
lebih professional dan rasional, karena secara usia dan pengetahuan serta
pengalaman keagamaan antara mereka yang masih kelas I, II dan III, dengan
peserta didik yang sudah berada di kelas IV, V, dan VI. Tanpa diawasi pun
kesadaran itu sudah mulai timbul dengan sendirinya tanpa lebih jauh
dari wali murid di depan, bahwa mereka yang masih di kelas I, II dan III tersebut
relative belum mampu menghayati amalan shalat itu sebagaimana tuntunan Islam
yang benar, walaupun ada juga yang diantara mereka yang sudah mulai bisa
berperilaku ke arah tersebut, terutama yang sudah kelas III, hanya secara umum
80
mereka masih belum bisa memasuki harapan dari tujuan pelaksanaan shalat itu
sendiri.
Lain dengan peserta didik yang sudah di kelas IV, V dan VI, terutama
Islam, di samping juga masih tidak lepas dari segala kekurangan dan kelabilan
dari perilaku mereka, secara psikologis pun masih tergolong sebagai usia-usia
kelabilan tersebut bisa diarahkan kepada hal-hal yang positif dan bermanfaat
untuk diri mereka serta orang lain dalam batas-batas yang mereka mampu. Apa
yang bisa dan mampu mereka apresiasikan terhadap materi pelajaran fiqih
khususnya mengenai shalat dengan melakukan ibadah shalat tersebut secara tertib
dan benar dari segala lafal bacaan dan gerakan badan, maka hal itu sudah
Sukodono, apalagi bisa lebih ditingkatkan ke jenjang yang lebih actual lagi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Implikasi Penelitian
dalam focus penelitian ini, tetapi merupakan temuan lain dari aspek penting
mampu memahami dan memaknai arti penting dari perintah shalat tersebut.
umum, sedikit banyak akan meminimalisasikan image tersebut, jika para guru
81
82
spiritualitas yang bersumber dari hati peserta didik untuk melihat, memaknai
dan menelaah setiap kejadian yang terjadi dan berkembang. Kerena itu materi
Peserta didik yang secara teori memaknai tata cara shalat, maka seyogyanya
C. Saran
Saran ini di inspirasi dari hasil pembahasan dan analisis serta temuan
penelitian yang disajikan dalam penelitian ini, adapun saran-saran yang diberikan
4. Kepada para guru, khususnya yang mengampu mata pelajaran agama, untuk
5. Kepada para akademisi dan peneliti, untuk melanjutkan dan mencari prespektif
DAFTAR PUSTAKA
Al Qolamani, Abu Dzar. 2002. Maka Kembalilah Kepada Allah. Jakarta: Serambi
Ilmu Semesta.
Amir Syarifudin. 1997. Uslul Fiqih Jilid I. Jakarta : logos wacana Islam.
Bogdan Robert C. dan Sari Knop Biklen. 1982. Qualitative Research for Education :
An Introduction to Thoery and Methods. Boston : Allyn and Bacon, Inc.
Depag RI. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kurikulum dan Hasil Belajar.
Jakarta: Depag.
Hembing Wijaya Kusuma. 1996. Hikmah Shalat untuk pengobatan dan Kesehatan.
Jakarta: Pustaka Kartini.
Nazar Bakry. 1994. Fiqih dan Uslul Fiqih. Jakarta: Raja Grafindo Press.
Syafi’I Karim. 1995. Fiqih dan Uslul Fiqih. Jakarta: Pustaka Setia.
Rt.02
87
I. Identitas
1. Nama : Wagiman
4. Agama : Islam
5. Istri : Trimulyani
II. Pendidikan :
Nama
Nama Tahun
No. Tingkat Tempat NO.STTB
Sekolah STTB
Kepala
A. KELAS I
Standart Kompetensi : Mengenal dan mengamalkan lima rukun Islam, terbiasa
berperilaku hidup bersih, mampu berwudlu, dan mengenal shalat
fardlu.
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
B. KELAS II
Standart Kompetensi : Mampu melaksanakan shalat dengan menserasikan
bacaan, gerakan, dan mengerti syarat syah shalat dan yang
membatalkannya, melafalkan adzan dan iqamah, hafal bacaan qunut
dalam shalat, dan mampu melakukan dzikir dan do’a
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
Menjelaskan tata cara Hafal niat shalat fardlu Tata cara shalat fardlu
pelaksanaan shalat fardlu Hafal bacaan shalat fardlu
Memperagakan gerakan
shalat fardlu
Menserasikan gerakan
dengan bacaan shalat
fardlu
Mau melaksanakan shalat
fardlu dengan benar
Terbiasa melaksanakan
shalat fardlu
Menyebutkan ketentuan Menyebutkan syarat wajib Ketentuan shalat
shalat fardlu shalat fardlu
Menyebutkan syarat syah
shalat
Menyebutkan rukun shalat
Menyebutkan sunah shalat
Menyebutkan hal-hal yang
membatalkan shalat
Melaksanakan adzan dan Melafalkan bacaan adzan Adzan dan Iqomah
iqomah dengan benar dan iqomah
Mengartikan bacaan adzan
dan iqomah
Melafalkan jawaban
bacaan adzan dan iqomah
Melafalkan do’a setelah
adzan
Mempraktekkan adzan
dan iqomah
Mampu melaksanakan
azan dan iqomah
91
C. KELAS III
Standart Kompetensi : Mampu memahami dan melaksanakan shalat berjamaah,
shalat jum’at, dan mengerti syarat syah dan sunahnya, shalat sunah
Rawatib, Tarawih, Witir dan Shalat Ied, dan memahami tata cara shalat
bagi orang sakit
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK
Rencana Pembelajaran
A. Standar Kompetensi
Mengenal dan mengamalkan lima rukun Islam, terbiasa berperilaku hidup bersih,
mampu berwudlu, dan mengenal shalat fardlu.
B. Kompetensi Dasar
1. Menyebutkan lima rukun Islam.
2. Menjelaskan dan menghafal arti Syahadatain
3. Terbiasa hidup bersih dan sehat
4. Melaksanakan Wudlu
5. Menyebutkan nama-nama shalat fardlu, jumlah rakaat dan waktu
pelaksanaannya
D. Media Pembelajaran
1. Alat: Al-Qur'an dan terjemahnya
2. Sumber bahan: Buku Pendidikan Agama Islam MI Kelas I, Penerbit Erlangga.
95
E. Skenario Pembelajaran
a. Pendahuluan
1. Tadarus Al-Qur'an (5-10 menit).
2. Apersepsi dan motivasi belajar.
3. Menyampaikan tes awal (pre test)
4. Informasi indikator pencapaian hasil belajar.
b. Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan tentang rukun Islam, Syahadatain, kebersihan, wudlu,
dan shalat fardlu.
2. Guru mengadakan Tanya jawab dengan siswa untuk mengecek
pemahaman mereka terhadap materi yang disampaikan.
c. Penutup
1. Menyimpulkan materi pembelajaran Bab 1.
2. Menyampaikan soal-soal tes akhir (post test)
3. Pemberian tugas mengerjakan soal-soal latihan Bab 1 pada buku
Pendidikan Agama Islam MI Kelas I, Penerbit Erlangga.
F. Penilaian
a. Prosedur
Rencana Pembelajaran
Kelas : MI kelas II
A. Standar Kompetensi
Mampu melaksanakan shalat dengan menserasikan bacaan, gerakan, dan
mengerti syarat syah shalat dan yang membatalkannya, melafalkan adzan dan
iqamah, hafal bacaan qunut dalam shalat, dan mampu melakukan dzikir dan do’a
B. Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan tata cara pelaksanaan shalat fardlu
2. Menyebutkan ketentuan shalat fardlu
3. Melaksanakan adzan dan iqomah dengan benar
4. Melaksanakan dzikir dan do’a setelah shalat fardlu
D. Media Pembelajaran
1. Alat: Al-Qur'an dan terjemahnya
2. Sumber bahan: Buku Pendidikan Agama Islam MI Kelas I, Penerbit Erlangga.
E. Skenario Pembelajaran
a. Pendahuluan
1. Tadarus Al-Qur'an (5-10 menit).
2. Apersepsi dan motivasi belajar.
3. Menyampaikan tes awal (pre test)
4. Informasi indikator pencapaian hasil belajar.
b. Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan tentang tata cara shalat fardlu,ketentuan shalat fardlu,
adzan dan iqomah dan dzikir dan do’a.
2. Guru mengadakan Tanya jawab dengan siswa untuk mengecek
pemahaman mereka terhadap materi yang disampaikan.
c. Penutup
1. Menyimpulkan materi pembelajaran Bab 1.
2. Menyampaikan soal-soal tes akhir (post test)
3. Pemberian tugas mengerjakan soal-soal latihan Bab 1 pada buku
Pendidikan Agama Islam MI Kelas II, Penerbit Erlangga.
F. Penilaian
a. Prosedur
Rencana Pembelajaran
G. Standar Kompetensi
Mampu memahami dan melaksanakan shalat berjamaah, shalat jum’at, dan
mengerti syarat syah dan sunahnya, shalat sunah Rawatib, Tarawih, Witir dan
Shalat Ied, dan memahami tata cara shalat bagi orang sakit
H. Kompetensi Dasar
6. Memperagakan cara shalat bagi orang sakit
7. Melaksanakan shalat tarawih dan witir
8. Melaksanakan shalat Iedul Fitri dan Iedul Adha
9. Melaksanakan shalat berjamaah
10. Melaksanakan shalat Jum’at
L. Penilaian
a. Prosedur