Professional Documents
Culture Documents
● Jenis-jenis Pajak
1. Menurut Sifatnya
Jenis-jenis pajak menurut sifatnya dapat dibagi dua yaitu pajak langsung dan pajak tak
langsung. Pajak Langsung adalah pajak-pajakyang bebannya harus dipikul sendiri oleh wajib
pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain serta dikenakan secara berulang-ulang
pada waktu tertentu, misalnya Pajak Penghasilan. Pajak Tak Langsung adalah pajak yang
bebannya dapat dilimpahkan kepada orang lain dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu
atau peristiwa tertentu saja, misalnya Pajak Pertambahan Nilai.
2. Menurut Sasarannya
Menurut sasarannya, jenis pajak dapat dibagi dua yaitu pajak subjektif dan objektif. Pajak
Subjektif adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama memperhatikan pribadi
Wajib Pajak. Pajak Objektif adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama
memperhatikan objeknya baik berupa keadaan perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan
timbulnya kewajiban membayar pajak.
1. Teori Asuransi
Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh
karena itu rakyat harus membayar pajak diibaratkan sebagai seuatu premi asuransi
karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.
2. Teori Kepentingan
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan kepada kepentingan (Misalnya
perlindungan) masing-masing orang. Semakin kepentingan seseorang terhadap
negara, makin tinggi pajak yang harus dibayarkan.
- Unsur objektif yaitu dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang
dimiliki oleh seseorang.
4. Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya
Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa
pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban.
1. Tarif Pajak
• Tarif Progresif
Tarif progresif adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya semakin besar bila jumlah
yang dijadikan dasar pengenaan pajak juga semakin besar.
- Untuk wajib pajak orang pribadi
Lapisan penghasilan kena pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 25.000.000 5 %
Diatas Rp 25.000.000 sampai dengan Rp 50.000.000 10%
Diatas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 100.000.000 15 %
Diatas Rp 100.000.000 sampai dengan Rp 200.000.000 25 %
Diatas Rp 200.000.000 35 %
- Untuk wajib pajak badan dan bentuk usaha tetap
Lapisan penghasilan kena pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000 10 %
Diatas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 100.000.000 15 %
Diatas Rp 100.000.000 30 %
• Tarif Proporsional
Tarif proporsional adalah tarif pajak yang menggunakan persentase tetap tanpa
memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Tarif ini diterapkan dalam UU
No.18 tahun 2000 (Undang-undang PPN) yang menggunakan tarif proporsional sebesar 10%.
• Tarif Tetap
Tarif tetap adalah tarif pemungutan pajak yang besar nominalnya tetap tanpa memperhatikan
jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Tarif ini diterapkan dalam Undang-undang
No.13 / 1985 tentang Bea Materai. Berdasarkan PP No.7 / 1995 tarif Bea Materai dinaikkan
menjadi Rp1.000 dan Rp 2.000 yang selanjutnya dengan PP No.24 / 2000 dinaikkanlagi
menjadi Rp3.000 dan Rp 6.000.
• Tarif Advalorem
Tarif advalorem adalah suatau tarif dengan persentase tertentu yang ditetapkan/ dikenakan
pada harga atau nilai suatu barang.
∙ Tarif progresif
Tarif Progresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang naik dengan semakin
besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, dan kenaikan persentase
untuk setiap jumlah tertentu setiap kali naik.
Di Indonesia, pajak progresif diterapkan pada pajak penghasilan untuk wajib pajak orang
pribadi, yakni:[1]
• Untuk lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai dengan Rp 50 juta, tarif pajaknya
5%
• Untuk lapisan PKP di atas Rp 50 juta hingga Rp 250 juta, tarif pajaknya 15%
• Untuk lapisan PKP di atas Rp 250 juta hingga Rp 500 juta, tarif pajaknya 25%
2. Fungsi Pajak
Dalam literature pajak sering disebutkan bahwa fungsi pajak ada 2 yaitu fungsi budgeter dan
regulerend. Namun dalam perkembangannya ditambah 2 fungsi lagi yaitu fungsi demokrasi
dan redistribusi. Fungsi Budgeter adalah fungsiyang letaknya disektor publik yaitu untuk
mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan UU berlaku
Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan
●Stelsel Pajak
Pengenaan pajak yang didasari pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga
pemungutannya baru dapat dilakukan pada setiap akhir tahun pajak, yakni setelah
penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Stelsel nyata mempunyai kelebihan atau kebaikan
dan kekurangan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Sedangkan
kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (seteleh penghasilan
diketahui).
Penenaan pajak didasari pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang.
Misalnya, penghasilan satu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya,
sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak karena
pada stelsel ini penghasilan pada tahun berikut sama dengan tahun sebelumnya
otomatis tidak usah nunggu sampe akhir tahun pajak berikutnya donk. Kebaikan
stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus
menunggu akhir tahun, sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayarkan
tidak berdasarkan pada keadaan sebenarnya atau sesungguhnya.
- Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada
awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan sautu anggapan, kemudian
pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.
Bila besarnya menurut kenyataan lebih besar pada pajak menurut anggapan,
maka Wajib Pajak harus menambah. Sebaliknya jika lebih kecil kelebihannya
dapat diminta kembali.
Ketentuan Umum
1. Wajib pajak pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangn ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajak, termasuk pemungut
atau pemotong pajak tertentu.
2. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang kegiatan atau
pekerjaannya menghasilkan, mengimpor, mengekspor barang, melakukan usaha dagang,
melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.
3. Pengusaha kena pajak adalah pengusaha sebagaimana dimaksud pada point 2 yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak
berdasarkan UU PPN tahun 1984 dan perubahannya, tidak termasuk pengusaha kecil yang
batasannya ditetapkan dengan Kep. Mentri Keuangan. Kecuali, pengusaha kecil yang
memilih dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
4. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberkan kepada Wajib Pajak sebagai
sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau
Identitas Wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
5. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sma dengan 1 bulan takwim atau jangka
waktu yang ditetapkan Kep Mentri Keuangan paling lama 3 bulan takwim.
6. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat , dalam masa pajak,
tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak menurut ketentuan perundang-undangan
perpajakan.
7. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan atau pembayaran pajak, objek atau bukan objek pajak, atau harta dan
kewajiban, menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan.
8. Surat Setoran Pajak adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan
pembayaran pajak yang terutang ke kas negara melalui kantor pos atau Bank BUMN atau
Bank BUMD atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Mentri Keuangan.
9. Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi: Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar, Surat Keetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar,
dan Surat Ketetapan Pajak Nihil.
10. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
11. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data
atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan
tujuan laindalam rangka melaksanakan ketentuan UU Perpajakan.
12. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan
Penilaian SPT dan lampirannya termasuk penilaian terhadap kebenaran penulisan dan
perhitungannya.
13. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap surat
ketetapan pajak atau pemotongan oleh pihak ketiga yang diajukan Wajib Pajak.
14. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat
Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
Hak-hak Wajib Pajak
1. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pengarahan dari fiskus.
2. Hak untuk membetulkan Surat Pemberitahuan (SPT)
3. Hak untuk memperpanjang waktu penyampaian SPT
4. Hak memperoleh kembali kelebihan pembayaran pajak
5. Hak mengajukan keberatan
6. Hak mengajukan banding
7. Hak-hak mengadukan pejabat yang membocorkan rahasia Wajib Pajak
8. Hak mengajukan permohonan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak
9. Hak meminta keterangan mengenai koreksi dalam penerbitan ketetapan pajak
10. Hak memberikan alasan tambahan
11. Hak mengajukan gugatan
12. Hak untuk menunda penagihan pajak
13. Hak memperoleh imbalan bungan
14. Hak mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung
15. hak mengurangi penghasilan kena pajak dengan biaya yang telah dikeluarkan
16. Hak pengurangan berupa Pengahsilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
17. hak menggunakan norma perhitungan penghasilan neto
18. Hak memperoleh fasilitas perpajakan
19. Hak untuk melakukan perkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran.