You are on page 1of 8

TUGAS RESUME

PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DI SEKOLAH


Mata Kuliah :
Dosen Pengampu :

Di Susun Oleh :

Nama : ROKHINI
Nim : 10910382
Semester : VI ( Transfer )

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


WALI SEMBILAN
PEKALONGAN
2010
BAB I
DASAR FILOSOFIS

Manusia adalah pribadi yang berakal budi yang dapat berfikir dan sadar akan
yang dilakukan. Sebagai pribadi manusia itu bersifat rohani jasmani. Karena sifat
rohaninya itu ia dapat berhubungan dengan yang ilahi dan mengarahkan hidupnya ke hal
yang luhur. Sedangkan sebagai makhluk jasmani ia dibatasi geraknya dengan keadaan
fisiknya. Manusia yang pribadi itu ialah makhluk sosial dan berbudaya. Sebagai makhluk
sosial ia hanya dapat hidup bahagia bila bersama dengan orang lain, bekerja sama dengan
orang lain, dan berdamai dengan orang lain.
Tujuan hidup manusia adalah ingin mencapai kebahagiaan yang menyuruh,
artinya kebahagiaan yang bersifat rohani, jasmani, kebahagiaan yang menyangkut
kebahagiaan orang lain, kebahagiaan yang punya dimensi banyak ( Personal, Sosial,
Rohani, Jasmani ) Kebahagiaan itu tercapai bila manusia berdamai dengan, alam, tuhan,
dan sesamanya.
Pendidikan jelas harus menyiapkan dan membantu seseorang untuk mencapai
tujuan hidup sebagai manusia yang utuh itu. Pendidikan baik harus menyangkut semua
segi kemanusiaan, tidak cukup hanya pengetahuan kogritif saja. Disini lah pendidikan
budi pengerti dapat menyambung segi yang lain dari pada segi kognitif saja.
BAB II
BUDI PEKERTI

A. Arti Budi Pekerti


Menurut Edi Sedyawati dan kawan – kawan ( 1999 : 5 ) budi pekerti sering
diartikan sebagai moralitas yang mengandung pengertian antara lain adat istiadat, sopan
santun dan perilaku.
Sikap dan perilaku itu mengandung lima jangkauan sebagai berikut :
1. Sikap dan perilaku dalam hubungan dengan Tuhan
2. Sikap dan perilaku dalam hubungan dengan Diri sendiri
3. Sikap dan perilaku dalam hubungan dengan Keluarga
4. Sikap dan perilaku dalam hubungan dengan Masyarakat dan Bangsa
5. Sikap dan perilaku dalam hubungan dengan Alam Sekitar
Isi nilai budi pekerti ada banyak. Secara umum orang perlu menjaga keselarasan
dengan semua itu sehingga dapat mengembangkan hidup secara baik. Oleh karena isi nya
sangat banyak, pendidik perlu secara bijak memilih nilai mana yang akan ditekankan
kepada siswanya. Sebagai patokan, pendidik dapat memilih nilai yang lebih bersifat
Universial dari pada yang lokal. Artinya nilai budi pekerti yang lebih menyangkut
manusia secara menyeluruh dan luas didahulukan dari pada nilai yang hanya berlaku
untuk kelompok manusia tertentu. Yang juga perlu diperhatikan unsur pengertian,
perasaan dan tindakan. Ketiga unsure itu harus di usahakan seimbang agar nilai budi
pekerti yang ditawarkan bukan hanya dimengerti atau dirasakan, tetapi sungguh
dilakukan dalam tindakan sehari – hari siswa.
BAB III
MODEL PENDIDIKAN BUDI PEKERTI

A. Pemahaman Dasar
Pendidikan budi pekerti merupakan spesifikasi pendidikan nilai di sekolah. Oleh
karena itu, pendidikan budi pekerti di sekolah harus mampu melatih dan mengarahkan
perkembangan siswa agar pekerti mereka merupakan manifestasi dari nilai – nilai yang
dikenal dan diyakinkan.

B. Model Penyampaian
Pada bagian ini akan ditawarkan empat cara penyampaian yang disebut dengan
model penyampaian, diantaranya :
1. Model Sebagai Mata Pelajaran Tersendiri
Keunggulannya :
⇒ Materi lebih terfokus dan terencana matang
⇒ pelajaran terstrutur dan terukur sebagai informasi
⇒ guru dapat membuat perencanaan dan mempunyai banyak
kesempatan untuk mengembangkan kreatifitasnya.
Kelemahannya :
⇒ Amat tergantung dari dari tuntutan kurikulum
⇒ Proses internalisasinya kurang menonjol, aspek afektifnya
kurang mendapat kesempatan untuk dikembangkan.
2. Model Terintegrasi dalam semua Bidang Studi
Keunggulannya :
⇒ Semua guru ikut bertanggung jawab akan penanaman nilai –
nilai hidup kepada siswa.
Kelemahannya :
⇒ Pemahaman dan persepsi tentang nilai yang akan ditanamkan
harus jelas dan sama bagi semua guru.
3. Model di luar Pengajar
Keunggulannya :
⇒ Anak sungguh mendapat nilai melalui pengalaman –
pengalaman Konkret
Kelemahannya :
⇒ Tidak ada dalam struktur yang tetap dalam kerangka pendidikan
dan pengajaran di sekolah.
4. Model Gabungan
Keunggulannya :
⇒ Semua guru terlihat danbahkan dapat dan harus mau belajar dari
pihak luar untuk mengembangkan diri dan siswa
Kelemahannya :
⇒ Menuntut keterlibatan banyak pihak, banyak waktu untuk
koordinasi, banyak biaya dan kesepahaman yang mendalam,
terlebih apabila melibatkan pihak luar sekolah.

C. Metode Penyampaian
Ada beberapa metode yang dapat ditawarkan, atau digunakan untuk pendidikan
budi pekerti ini, antara lain :
 Demokrasi
 Pencarian bersama
 Keteladanan
 Live in
 Penjernihan nilai
BAB IV
PROPORSI PENEKANAN BUDI PEKERTI DAN PENGETAHUAN

A. Unsur – Unsur Pendidikan Budi Pekerti


1. Perkembangan Kognitif Piaget
Membagi perkembangan ini dalam 4 tahap :
 Sensori Motor
 Pra Oprasional
 Oprasional Konkret, dan
 Oprasional Formal
2. Taraf Perkembangan Moral Kohlberg
 Orientasi Pada Hukuman dan Ketaatan
 Orientasi Pada Kepuasan Individu
 Orientasi Anak Manis
 Orientasi Pada Otoritas
 Orientasi Kontak Social dan Orientasi Suara Hati
3. Empati
4. Kecerdasan Emosional
B. Penanaman Nilai Pada Jenjang Pendidikan Formal
Mengingat bahwa penanaman sikap dan nilai hidup merupakan proses, maka hal
ini dapat diberikan melalui pendidikan formal dengan direncanakan dan dirancang secara
matang.
Direncanakan dan dirancang tentang nilai – nilai apa saja yang akan
diperkenalkan, metode dan kegiatan yang dapat digunakan untuk menawarkan dan
menanamkan nilai – nilai tersebut. Nilai – nilai yang akan ditawarkan dan ditanamkan
kepada siswa harus dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan tugas perkembangan
kejiwaan anak.
C. Kemungkinan Penanaman Nilai Pada Jenjang Pendidikan Formal
Jenjang Pendidikan Formal yang kita kenal dalam dunia pendidikan nasional
dimulai dari Taman kanak – kanak sampai dengan Sekolah Menengah.
BAB V
PENILAIAN BUDI PEKERTI

A. Aspek Penilaian
Sekurang – kurangnya ada tiga gejala yang termasuk aspek penilaian budi pekerti
yakni kelakuan, kerajinan dan kerapian. Ketiga gejala tersebut dicantumkan dalam rapot
siswa setiap akhir caturwulan sebagai laporan kepada orang tua siswa. Tanpa harus
membuat perangkat yang baru, perangkat yang sudah ada seperti penilaian kelakuan,
kerajinan dan kerapian dioptimalkan sebagai proses integral pendidikan da penilaian budi
pekerti.

B. Model Penilaian
1. Penilaian Kuantitatif
Ada keterbatasn pada model penilaian demikian untuk pendidilan budi pekerti.
Hasil pendidikan budi pekerti langsung menyentuh kecerdasan moralitas siswa,
sehingga pada akhirnya penilaian kuantitatif tidak akan membangun kesadaran
moral siswa berkembang dari dalam. Bahkan bias jadi akan lebih menyuburkan
suasana ketidakjujuran dan subjektivitas guru sebagai penilai, serta pendangkalan
budi pekerti siswa.
2. Penilaian Kualitatif
Penilaian secara kualitatif ini umumnya bersifat deskriptif tentang aspek perilaku
siswa. Rumusan penilaian akan mengungkapkan hal – hal yang positif dari sebuah
aspek perilaku, kemudian menunjukan kekurangan dan upaya perbaikan yang
mesti dilakuka. Menunjukan sisi positif dan negative secara berimbang akan
memungkinkan siswa mempunyai gambaran diri yang utuh.
BAB VI
CATATAN KRITIS TERHADAP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI

Pendidikan budi pekerti sekarang ini menjadi marak dan dicoba dipraktekkan
dibanyak sekolah. Tentu usaha tersebut pantas dipuji karena orang menjadi sadar bahwa
pendidikan yang hanya menekankan segi kognitif dirasakan tidak lengkap dan perlu
diperlengkapi dengan pendidikan budi pekerti. Namun kita toh perlu juga mengkritisi
usaha – usaha yang baik itu agar tidak terjadi ekses negative. Beberapa catatan kritis kami
sebutkan dibawah ini :
 Penyempitan pendidikan budi pekerti menjadi hanya sopan santun
 Nilai budi pekerti terlalu dijabarkan dalam banyak butir
 Isi budi pekerti sungguh dicermati secara kritis
 Penilaian budi pekerti pun dapat menjadi persoalan
 Sikap pendidik yang tidak menjadi teladan
 Situasi sekolah
 Masyarakat
 Keluarga

You might also like