Professional Documents
Culture Documents
MODUL 9
TEORI KOMUNIKASI (3 SKS)
Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.
POKOK BAHASAN:
Prinsip dasar komunikasi dalam kelompok.
DESKRIPSI:
Pemahaman terhadap komunikasi dalam Kelompok, pengertian,
prinsip, karakteristik dan segala aspek yang berkaitan dengan komunikasi
dalam kelompok.
TUJUAN INSTRUKSIONAL:
Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa memahami komunikasi
kelompok dan mampu menjelaskan serta menerapkannya dalam kegiatan
yang berkaitan dengan pembahasan atau penerapannya di setiap konteks
komunikasi kelompok.
Referensi:
1. Sasa Djuarsa S., Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta. 2003
2. John Fiske, Introduction to Communication Studies, Sage Publications, 1996
3. Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communiation, Wadsworth Publication,
New Jersey, 1996.
Cara lain untuk memahami tindak komunikasi dalam kelompok adalah dengan melihat
bagaimana suatu kelompok menggunakan metode-metode tertentu untuk mengambil keputusan
terhadap masalah yang dihadapi. Dalam dataran teoritis, kita mengenal empat metode
pengambilan keputusan, yaitu kewenangan tanpa diskusi (authority rule without discussion),
pendapat ahli (expert opinion), kewenangan setelah diskusi (authority rule after discussion), dan
kesepakatan (consensus).
b. Pendapat Ahli
Kadang-kadang seorang anggota kelompok oleh anggota lainnya diberi predikat sebagai
ahli (expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk membuat
keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan baik, apabila seorang
anggota kelompok yang dianggap ahli tersebut memang benar-benar tidak diragukan lagi
kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota kelompok lainnya.
Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah masalah
yang sederhana, karena sangat sulit menentukan indikator yang dapat mengukur orang yang
dianggap ahli (superior). Ada yang berpendapat bahwa orang yang ahli adalah orang yang
Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila dibandingkan
dengan metode yang pertama. Karena metode authority rule after discussion ini pertimbangkan
pendapat atau opini lebih dari satu anggota kelompok dalam proses pengambilan keputusan.
Dengan demikian, keputusan yang diambil melalui metode ini akan mengingkatkan kualitas dan
tanggung jawab para anggotanya disamping juga munculnya aspek kecepatan (quickness)
dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari proses diskusi yang terlalu
meluas. Dengan perkataan lain, pendapat anggota kelompok sangat diperhatikan dalam proses
pembuatan keputusan, namun perilaku otokratik dari pimpinan, kelompok masih berpengaruh.
Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu pada anggota
kelompok akan bersaing untuk mempengaruhi pengambil atau pembuat keputusan. Artinya
bagaimana para anggota kelompok yang mengemukakan pendapatnya dalam proses
pengambilan keputusan, berusaha mempengaruhi pimpinan kelompok bahwa pendapatnya yang
perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.
d. Kesepakatan
Kesepakatan atau konsensusakan terjadi kalau semua anggota dari suatu kelompok
mendukung keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan ini memiliki keuntungan,
yakni partisipasi penuh dari seluruh anggota kelompok akan dapat meningkatkan kualitas
keputusan yang diambil, sebaik seperti tanggung jawab para anggota dalam mendukung
keputusan tersebut. Selain itu metode konsensus sangat penting khususnya yang berhubungan
dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.
Namun demikian, metode pengambilan keputusan yang dilakukan melalui kesepakatn ini,
tidak lepas juga dari kekurangan-kekurangan. Yang paling menonjo ladalah dibutuhkannya
waktu yang relatif lebih banyak dan lebih lama, sehingga metode ini tidak cocok untuk digunakan
dalam keadaan mendesak atau darurat.
Kepemimpinan merupakan salah satu peran yang penting dalam interaksi kelompok; karena
peran ini akan menentukan kuantitas dan kualitas komunikasi dalam kelompok, hasil dari tujuan
kelompok, dan harmoni atau keselarasan dalam kelompok. Bahasan mengenai kepemimpinan
dalam kelompok ini dibagi dalam dua kajian, yaitu fungsi kepemimpinan dan gaya kepemimpinan
dalam kelompok.
1. Fungsi Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai tingkat atau derajat pengendalian yang
digunakan seorang pemimpin dan sikapnya terhadap para anggota kelompok (the degree of
control a leader exercise and his attitudes toward group members). Gaya kepemimpinan
dalam kelompok ini bisa dibagi dalam lima ciri, yaitu:
1) Authoritarian. Dalam gaya authoritarian ini, seorang pemimpin adalah seorang
pengendali (controler). Kata-kata yang diucapkannya adalah hukum atau
peraturan dan tidak dapat diubah. Seorang pemimpin dalam gaya authoritarian
ini, biasanya menyandarkan diri pada aturan-aturan, monopoli tindak komunikasi
dan seringkali meniadakan umpan balik dari anggota lainnya. Kelompok yang
menggunakan gaya kepemimpinan ini memiliki kemungkinan terorganisasi dengan
baik dan produktif, namun hubungan antarpribadi (internal reletionship) di antara
para anggota kelompok cenderung renggang dan antagonistik.
2) Bureaucratic. Sedangkan dalam gaya kepemimpinan birokratik, pimpinan
bertindak sebagai pengawas atau sepervisor dan mengkoordinasikan aktivitas
kelompok. Pedoman dari gaya kepemimpinan ini adalah ’organisasi’, bukan diri
seorang pemimpin seperti yang ada dalam gaya authoritarian. Seorang pemimpin
birokratik memandang hubungan sosial sebagai hal yang tidak dikehendaki,
karenanya ia lebih suka menjauhkan dan tidak memperhatikan persoalan-
persoalan antarpribadi yang dihadapi para anggotanya. Pemimpin birokratik
cenderung berkomunikasi melalui saluran tertulis secara resmi. Kelompok yang
memakai gaya kepemimpinan ini akan lebih produktif sebab segala sesuatunya
terorganisasi dengan baik, namun ada kecenderungan dari anggota kelompok
untuk bersikap apatis.
3) Diplomatic. Pemimpin yang menggunakan gaya diplomatik adalah seorang
manipulator, artinya ia melaksanakan kepemimpinannya supaya menjadi pusat
Kelompok dalam perspektif interaksional dikemukakan Marvin Shaw sebagai dua orang
atau lebih yang berinteraksi satu sama lain dengan cara tertentu, di mana masing-masing
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pihak lainnya. Suatu kelompok (kecil) adalah kelompok
yang terdiri dari dua puluh orang atau kurang, walaupun dalam beberapa hal kita lebih
berkepentingan dengan kelompok yang terdiri dari lima orang atau kurang.
Batasan yang diuraikan Shaw melibatkan tindak komunikasi sebagai karakteristik yang
esensial dari kelompok. Masih menurut Shaw, kelompok yang baik adalah kelompok yang dapat
bertahan untuk suatu periode waktu yang relatif panjang, memiliki tujuan, dan memiliki struktur
interaksi.
Pengantar singkat ini dimaksudkan untuk memberi gambaran kepada kita, bahwa
kelompok merupakan bagian yang sangat penting dari aktivitas suatu masyarakat. Clovis
Sheperd menjelaskan, bahwa kelompok merupakan suatu mekanisme mendasar dari sosialisasi
dan sumber utama dati tatanan sosial. Orang mendapatkan nilai dan sikap mereka, sebagian
besar dari kelompok di mana mereka berada. Karenanya, kelompok (kecil) memberikan suatu
fungsi perantara yang penting antara individu dengan masyarakat luas.
Dalam kegiatan belajar ini, kita akan mempelajari beberapa perspektif teoritis dalam
komunikasi kelompok. Perspektif tersebut antara lain mencakup teori perbandingan sosial, teori
kepribadian kelompok, teori pencapaian kelompok dan teori pertukaran sosial serta teori
sosiometris. Masing-masing teori tersebut sksn kits coba pahami satu persatu dengan lebih
mendalam.
Teori kepribadian merupakan studi mengenai interaksi kelompok pada basis dimensi
kelompok dan dinamika kepribadian. Dimensi kelompok merujuk pada cirri-ciri populasi atau
karakteristik individu seperti umur, kecendekiawanan (intelligence), sementara cirri-ciri
kepribadian atau suatu efek yang memungkinkan kelompok bertindak sebagai satu keseluruhan,
merujuk pada peran-peran specific, klik dan posisi status. Dinamika kepribadian diukur oleh apa
yang disebut dengan synergy, yaitu tingkat atau derajat energi dari setiap individu yang dibawa
dalam kelompok untuk digunakan dalam melaksanakan tujuan-tujuan kelompok. Banyak dari
synergy atau energi kelompok harus dicurahkan ke arah pemeliharaan keselarasan dan
keterpaduan kelompok.
Konsep kunci dari syntalitytheori ini adalah synergy. Synergy kelompok adalah jumlah
input energi dari anggota kelompok. Meskipun demikian tidak semua energi yang dimasukkan ke
dalam kelompok akan lengsung mendukung pencapaian tujuannya. Karena tuntutan antarpribadi
sejumlah energi harus dihabiskan untuk memelihara hubungan dan kendala antarpribadi yang
muncul.
Selain synergy kelompok, kita mengenal pula ‘effective synergy’, yaitu energi kelompok
yang tersisa setelah dikurangi energi intrinsic atau synergy pemeliharaan kelompok. Energi
intrinsic dapat menjadi produktif, sejauh energi tersebut dapat membawa ke arah keterpaduan
kelompok, namun energi intrinsic tidak dapat memberikan kontribusi langsung untuk
penyelesaian tugas.
Synergy suatu kelompok dihasilkan dari sikap anggotanya terhadap kelompok. Sampai
batas mana para anggota memiliki sikap yang berbeda terhadap kelompok dari kegiatannya,
maka yang muncul kemudian adalah konflik, sehingga akan meningkatkan proporsi energi yang
dibutuhkan untuk memelihara atau mempertahankan kelangsungan kepentingan kelompok. Jadi,
Teori percakapan kelompok ini sangat berkaitan dengan produktivitas kelompok atau
upaya-upaya untuk mencapainya melalui pemeriksaaan masukan dari anggota (member inputs),
variable-variabel perantara (mediating variables), dan keluaran dari kelompok (group output).
Masukan atau input yang berasal dari anggota kelompok dapat diidentifikasikan sebagai perilaku,
interkasi dan harapan-harapan (expectation) yang bersifat individual. Sedangkan variable-
variabel perantara merujuk pada struktur-struktur formal dan struktur peran dari kelompok seperti
status, norma, dan tujuan-tujuan kelompok.
Dan yang dimaksud dengan keluaran atau output kelompok adalah pencapaian atau
prestasi dari tugas atau tujuan kelompok.
Produktivitas dari suatu kelompok dapat dijelaskan melalui konsekuensi perilaku, interaksi
dan harapan-harapan melalui struktur kelompok. Dengan kata lain, perilaku, interaksi dan
Teori pertukaran sosial ini didasarkan pada pemikiran bahwa seseorang dapat mencapai
satu pengertian mengenai sifat kompleks dari kelompok dengan mengkaji hubungan di antara
dua orang (dydic relationship). Suatu kelompok dipertimbangkan untuk kumpulan dari hubungan
antara dua partisipan tersebut.
Perumusan tersebut mengasumsikan bahwa interaksi menusia melibatkan pertukaran
barang dan jasa, dan bahwa biaya (cost) dan imbalan (reward) dipahami dalam situasi yang akan
disajikan untukmendapatkan respon dari individu-individu selama interaksi sosial. Jika imbalan
dirasakan tidak cukup atau lebih banyak dari biaya, maka interaksi kelompok akan diakhiri atau
individu-individu yang terlibat akan mengubah perilaku mereka untuk melindungi imbalan apa
pun yang mereka cari.
Pendekatan pertukaran sosial ini penting karena berusaha menjelaskan fenomena
kelompok dalam lingkup konsep-konsep ekonomi dan perilaku mengenai biaya dan imbalan.