Professional Documents
Culture Documents
DEFINISI
ANATOMI
Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi sebagai tempat
menempelnya gigi geligi rahang bawah. Mandibula berhubungan dengan basis kranii dengan
adanya temporo-mandibular joint dan disangga oleh otot – otot mengunyah.
Fraktur Mandibula | 1
Mandibula dipersarafi oleh saraf mandibular, alveolar inferior, pleksus dental inferior dan
nervus mentalis.
Sistem vaskularisasi pada mandibula dilakukan oleh arteri maksilari interna, arteri
alveolar inferior, dan arteri mentalis.
KLASIFIKASI
Menurut R. Dingman dan P.Natvig pada tahun 1969 fraktur pada mandibula dibagi
menjadi beberapa kategori, yakni :
Fraktur Mandibula | 2
C. Menurut tipe fraktur (Greenstick/kompleks/kominutiva/impaksi/depresi)
D. Menurut ada atau tidaknya gigi dalam rahang (dentulous, partially dentulous,
edentulous)
E. Menurut lokasi (regio simfisis, regio kaninus, regio korpus, angulus, ramus, prosesus
kondilus, prosesus koronoid)
Fraktur Mandibula | 3
FREKUENSI
Secara umum, paling sering terjadi pada korpus mandibula, angulus dan kondilus,
sedangkan pada ramus dan prosesus koronoideus lebih jarang terjadi.
Fraktur Mandibula | 4
− Korpus 29 %
− Kondilus 26%
− Angulus 25%
− Simfisis 17%
− Ramus 4%
− Proc.Koronoid 1%
ETIOLOGI
Penyebab terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas dan sebagian besar adalah
pengendara sepeda motor. Sebab lain yang umum adalah trauma pada muka akibat kekerasan,
olahraga. Berdasarkan penelitian didapatkan data penyebab tersering fraktur mandibula
adalah :
Fraktur mandibula dapat juga disebabkan oleh adanya kelainan sistemik yang dapat
menyebabkan terjadinya fraktur patologis seperti pada pasien dengan osteoporosis
imperfekta.
PATOFISIOLOGI
Derajat keparahan fraktur sangat bergantung pada kekuatan trauma. Karena itu fraktur
kominutiva dapat dipastikan terjadi karena adanya kekuatan energi yang besar yang
menyebabkan trauma. Berdasarkan penelitian pada 3002 pasien dengan fraktur mandibula,
Fraktur Mandibula | 5
diketahui bahwa adanya gigi molar 3 bawah meningkatkan resiko terjadinya fraktur angulus
mandibula sampai 2 kali lipat.
MANIFESTASI KLINIS
Pasien dengan fraktur mandibula umumnya datang dengan adanya deformitas pada
muka, baik berupa hidung yang masuk kedalam, mata masuk kedalam dan sebagainya.
Kondisi ini biasa disertai dengan adanya kelainan dari fungsi organ – organ yang terdapat di
muka seperti mata terus berair, penglihatan ganda, kebutaan, anosmia, kesulitan bicara karena
adanya fraktur mandibula, maloklusi sampai kesulitan bernapas karena hilangnya kekuatan
untuk menahan lidah pada tempatnya sehingga lidah menutupi rongga faring.
4. Pembengkakan pada sisi fraktur sehingga dapat menentukan lokasi daerah fraktur.
5. Krepitasi berupa suara pada saat pemeriksaan akibat pergeseran dari ujung tulang
yang fraktur bila rahang digerakkan.
6. Laserasi yg terjadi pada daerah gusi, mukosa mulut dan daerah sekitar fraktur.
10. Numbness, kelumpuhan dari bibir bawah, biasanya bila fraktur terjadi di bawah
nervus alveolaris.
DIAGNOSIS
Diagnosis pasien dengan fraktur mandibula dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang.
Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan pertama – tama melakukan inspeksi
menyeluruh untuk melihat adanya deformitas pada muka, memar dan pembengkakan.
Langkah berikut yang dilakukan adalah dengan mencoba merasakan tulang rahang dengan
palpasi pada pasien. Setelah itu lakukan pemeriksaan gerakan mandibula. Setelah itu
dilanjutkan dengan memeriksa bagian dalam mulut. Pasien dapat diminta untuk menggigit
untuk melihat apakah ada maloklusi atau tidak. Setelah itu dapat dilakukan pemeriksaan
satbilitas tulang mandibula dengan meletakkan spatel lidah diantara gigi dan lihat apakah
pasien dapat menahan spatel lidah tersebut.
Untuk pemeriksaan penunjang, yang paling penting untuk dilakukan adalah adalah
rontgen panoramik, sebab dengan foto panoramik kita dapat melihat keseluruhan tulang
mandibula dalam satu foto. Namun pemeriksaan ini memberikan gambaran yang kurang detil
untuk melihat temporo-mandibular joint, regio simfisis dan alevolar.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah dengan foto rontgen polos. Dapat
dilakukan untuk melihat posisi oblik-lateral, oklusal, posteoanterior dan periapikal. Foto
oblik-lateral dapat membantu mendiagnosa fraktur ramus, angulus dan korpus posterior.
Namun regio kondilus, bikuspid dan simfisis seringkali tidak jelas. Foto oklusal mandibula
dapat memperlihatkan adanya diskrepansi pada sisi medial dan lateral fraktur korpus
Fraktur Mandibula | 7
mandibula. Posisi posteroanterior Caldwell dapat memperlihatkan adanya dislokasi medial
atau lateral dari fraktur ramus, angulus, korpus maupun simfisis.
PENATALAKSANAAN
Bila fraktur pada pasien adalah fraktur tertutup dan tidak disertai adanya dislokasi
atau ada dislokasi kondilus yang minimal, maka dapat ditangani dengan pemberian analgetik,
diet cair dan pengawasan ketat. Pasien dengan fraktur prosesus koronoid dapat ditangani
dengan cara yang sama. Pada pasien ini juga perlu diberikan latihan mandibula untuk
mencegah terjadinya trismus.
Kunci utama untuk penanganan fraktur mandibula adalah reduksi dan stabilisasi. Pada
pasien dengan fraktur stabil cukup dengan melakukan wiring untuk menyatukan gigi atas dan
bawah. Untuk metode ini dapat dilakukan berbagai tindakan. Yang paling banyak dilakukan
adalah dengan menggunakan wire dengan Ivy loops dan dilakukan MMF (maxillomandibular
fixation).
Fraktur Mandibula | 8
Dapat juga dipasang archbar dan dilakukan IMF (intermaxillary fixation), dilakukan
fiksasi eksternal, dipasang screw, pemasangan Gunning splint juga banyak dilakukan karena
bisa memfiksasi namun pasien tetap dapat menerima asupan makanan.
Fraktur Mandibula | 9
Fraktur Mandibula | 10
Pada fraktur kominutiva maupun fraktur – fraktur yang tidak stabil atau fraktur
dengan dislokasi segmen ditangani dengan pembedahan dengan ORIF (open reduction
internal fixation) baik yang rigid maupun non rigid.
Fraktur Mandibula | 11
KOMPLIKASI
Fraktur Mandibula | 12
Komplikasi setelah dilakukannya perbaikan pada fraktur mandibula umumnya jarang
terjadi. Komplikasi yang paling umum terjadi pada fraktur mandibula adalah infeksi atau
osteomyelitis, yang nantinya dapat menyebabkan berbagai kemungkinan komplikasi lainnya.
KESIMPULAN
Kendati teknologi bedah memberi hasil yang baik, pencegahan trauma merupakan
langkah yang bijak. Pengendara motor yang berisiko tinggi terjadi trauma hendaknya lebih
memperhatikan keselamatan, terutama dibagian kepala. Dari suatu penelitian, disimpulkan
bahwa ternyata tidak ada perbedaan berarti pada frekuensi kejadian trauma maksilofacial
sebelum dan sesudah era wajib helm. Hal ini kemungkinan disebabkan karena masih sangat
sedikit pengendara sepeda motor yang mengenakan helm dengan benar.
Fraktur Mandibula | 13
DAFTAR PUSTAKA
1. Wood R. J, Jurkiewicz M.J. Plastic and Reconstructive Surgery. In: Schwartz S.I,
Shires G.T, Spencer F.C, Daly J.M, Fischer J.E, Galloway A.C. Schwartz
Principles of Surgery 7th ed. United States of America:McGraw-Hill Companies
Inc. 1999
2. http://catatanperawat.byethost15.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan-
fraktur-mandibula/
3. http://emedicine.medscape.com/article/868517-overview
4. http://www.craniofacialcenter.com/book/Trauma/Trauma_6.htm
5. http://www.emedicinehealth.com/broken_jaw/page5_em.htm
6. http://www.pdgionline.com/v2/index.php?
option=com_content&task=view&id=602&Itemid=33
Fraktur Mandibula | 14