You are on page 1of 37

GEOMETRI DIMENSI DUA

 Mengidentifikasi sudut

1. Satuan Sudut

Satuan sudut ada 3 macam, yaitu derajat, radian dan gradian (gon)

a. Derajat
Besar sudut a disebut satu derajat (1o), jika panjang busur
1
lingkarannya sama dengan 360o dari keliling
lingkarannya.
1 22
o
O a Jadi : 1o = 360 . 2 p r, dengan p = 7 = 3,14159
Jika jari-jari r sama dengan satu satuan, maka besarnya
1 π
o o
1o = 360 . 2p = 180 = 0.017 rad

Dari sistem satuan derajat dibagi lagi menjadi menit dan detik atau disebut sistem DMS (derajat,
menit dan detik) dengan konversi :
1o = 60' (menit)
1' = 60" (detik) atau
1o = 3600" (detik)

b. Radian
Besar a disebut satu radian ditulis 1 rad, jika panjang busur
lingkarannya sama dengan jari-jari lingkaran.
O a Ð AOB = a = 1 rad dengan ÇAB = r
Untuk panjang busur r ® sudut pusat = 1 rad
Untuk panjang busur 2 p r ® sudut pusat = 360o
Terdapat hubungan : 2 p rad = 360 atau p rad = 180o
o

180o
1 rad = π = 57,3o

c. Gradian (gon)
1
Besar a disebut satu gon dan ditulis 1g, jika panjang busur lingkarannya = 400 dari keliling
lingkarannya. Jadi besar sudut pusat lingkaran = 400g.

Hubungan : 360o = 2 p rad = 400g atau 180o = p rad = 200g


200 180
1o = 180 = 1,11g atau 1g = 200 = 0,9o

200 π
1 rad = π (gon) atau 1 = 200
g
rad

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
2. Konversi Satuan Sudut

a. Derajat ke radian dan atau sebaliknya

Tabel Konversi satuan sudut derajat dengan radian


Derajat 0 30 45 60 90 120 135 150 180
Radian 0     2 3 5 p
6 4 3 2 3 4 6

b. Derajat ke gradian (gon) dan atau sebaliknya

keliling lingkaran = 1 putaran = 360o = 400g atau 180o = 200g


200
1 = 180
o
x 1g = 1,11g
180
1g = 200 x 1o = 0,9o

c. Radian ke gradian dan atau sebaliknya

1 putaran = 2p rad = 400 gon atau p rad = 200 gon


200
1 rad = π x 1g = 63,66g
π
1g = 200 x 1 rad = 0,0157 rad

 Keliling Dan Luas Daerah Bangun Datar

1. Rumus-rumus keliling dan luas bangun datar

a. Segitiga (jumlah sudutnya 180o)


Segitiga siku-siku
L = ½ . alat . tinggi
b c L=½.a.b
Kel. = a + b + c

a
Segitiga sama kaki
L = ½ . alas . tinggi
L=½.a.t
2 1 2
b
a
t c t= √ (c ) − ( 2 a) ; b=c

Segitiga sedmbarang dengan sudut diketahui


L = ½ . a . t ® t = b . sin a
L = ½ . a . b . sin a
b t c

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
a
a

Segitiga sembarang dengan semua sisi diketahui


L = s .(s − a).(s − b).(s − c)

b c Keliling = a + b + c
s = ½ . (a + b + c)

Hukum Pythagoras untuk segitiga siku-siku :

" Kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi siku-sikunya "

Dari hukum Pythagoras tersebut ada beberapa perbandingan untuk segitiga siku-siku, yaitu
(3 : 4 : 5) ; (5 : 12 : 13) ; (7 : 24 : 25) ; (8 : 15 : 17) atau kelipatannya.

b. Segiempat (jumlah sudutnya 360o)


1. Persegi panjang
L = panjang . lebar
l L=p.l
Keliling = 2 . (p + l)
p
2. Bujur sangkar
L = sisi . sisi
L=a.a
a Keliling = 4a

a
3. Jajaran genjang
L = panjang alas . tinggi
b t L=a.t
θ L = a . b . sin θ
a Keliling = 2 . (a + b)
4. Belah ketupat
1
b L= 2 . diagonal . diagonal
1
a L= 2 a.b

5. Trapesium
jumlah sisi sejajar
x tinggi
c b L= 2
t d
1
L = 2 (a + b) . t
a Keliling = a + b + c + d

6. Layang-layang

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
1
a L= 2 . diagonal . diagonal
1
b L= 2 a.b

c. Lingkaran
22
x jari-jari x jari-jari
L= 7
22 2
.r
O r L= 7
22
x2xr
Keliling lingkaran = 7
d. Ellips
L=p.a.b
a a = ½ sumbu panjang
b b = ½ sumbu pendek

e. Segi n beraturan
n 2 180 o n 2 360o
. a . ctg . r . sin
L= 4 n atau L = 2 n
Untuk segi enam beraturan
3 2 3 2
. a . √3 . r .√3
r L= 2 atau L = 2
a a=r

2. Keliling dan luas daerah yang diarsir dari bangun datar

Untuk menentukan keliling daerah yang diarsir adalah dengan menjumlahkan semua garis yang
terkena arsiran.
Untuk menentukan luas daerah yang diarsir adalah luas yang di luar dikurangi luas yang di
dalam.

 Menerapkan transformasi bangun datar

1. Jenis-Jenis Transformasi

a. Translasi (Pergeseran)

Translasi adalah suatu transformasi yang memindahkan setiap titik pada bidang datar yang jarak

dan arahnya tertentu oleh translasi T =


(ab ) .
y P' (x', y') P (x, y) → P' (x + a, y + b)

P (x, y) a

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
x

b. Refleksi (Pencerminan)

Refleksi adalah transformasi yang memetakan setiap titik pada bidang datar dengan pencerminan
yang menggunakan sifat dari cermin datar.

c. Rotasi (Perputaran)

Rotasi adalah suatu tarnsformasi yang memindahkan setiap titik dengan cara memutar setiap ttiik
tersebut denganm besar dan arah yang telah ditentukan.
y Pada rotasi terhadap titik O (0, 0) sebesar θ
P' (x', y') dengan arah positif, maka titik P (x, y)
menjadi titik P' (x', y')
x' = x cos θ – y sin θ
y' = x sin θ + y cos θ
P (x, y)

1. Rotasi sejauh 90o, matriks transformasinya adalah : T =


(01 −10 )
( x'y' ) (01 −10 ) ( xy )
= .

2. Rotasi sejauh 180o, matriks transformasinya adalah : T =


(−10 −10 )
( x'y' ) (−10 −10 ) ( xy )
= .

3. Rotasi sejauh 270o, matriks transformasinya adalah ; T =


(−10 10 )
x' 0 1 x
() (
y' = −1 0 ) ()
. y

cosθ −sin θ
4. Rotasi sejauh q derajat, matriks transformasinya adalah : T =
( sin θ cosθ )
( x'y' ) (cosθ
= sin θ
−sin θ
cosθ .
) ( xy )
Untuk perputaran berlawanan arah jarum jam q positif dan searah jarum jam q negatif.

d. Dilatasi (perkalian)

Dilatasi adalah transformasi yang mengubah ukuran (memperbesar atau memperkecil) dengan
suatu faktor skala.
P (x, y) → P' (x', y') dengan x' = kx dan y' = ky

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
2. Komposisi Transformasi

a. Komposisi dua Translasi berurutan


a1 a2 a1 a2

T1 =
()b1
dan T2 =
b2() → T2 o T1 =
() ()
b1
+
b2
(T2 o T1) A (x, y) → A" (x", y") dengan x" = x + (a1 + a2) dan y' = y + (b1 + b2)

b. Komposisi dua Refleksi berurutan

1. Pencerminan terhadap garis x1 = k dan x2 = l


M 2 x o M1 x
P (x, y) x 1 = k , x2 = l P" (2 (l – k) + x , y)

2. Pencerminan terhadap garis y1 = m dan y2 = n


M 2 y o M1 y
P (x, y) y 1 = m , y2 = n P" (x, 2 (n – m) + y)

c. Komposisi dua Rotasi berurutan

Jika titik P (x, y) diputar sebesar θ1 dan diteruskan ke θ2 dengan arah positif sama dan titik pusat
yang sama, maka bayangannya adalah : P" (x", y")
Dimana :
x" = x cos (θ1 + θ2) – y sin (θ1 + θ2)
y" = x sin (θ1 + θ2) + y cos (θ1 + θ2)

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
GEOMETRI DIMENSI TIGA
 Mengidentifikasi bangun ruang dan unsur-unsurnya

1. Unsur-unsur bangun ruang

a. Kubus

Kubus adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam bidang datar, dimana masing-masing
bidang datar berbentuk bujur sangkar. Kubus disebut juga dengan Hexaeder.
H G Perhatikan gambar kubus ABCD - EFGH
Enam bidang datar adalah :
E F ABCD, EFGH, ABEF, CDGH, BCFG, dan ADEH
Kubus mempunyai 12 rusuk, yaitu :
AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, CG, BF, AE, dan DH
D C Kubus juga mempunyai 8 titik sudut, yaitu titik :
A, B, C, D, E, F, G, dan H.
A B
Jika panjang sisi kubus = a, maka panjang diagonal bidangnya :
BD2 = AB2 + AD2 ® AB = AD = a
2 2 2 2
BD = a + a = 2a
BD = a √2
Panjang diagonal ruang :
BH2 = BD2 + DH2
= 2a2 + a2 = 3a2
BH = a √3
b. Balok

Balok adalah suatu bangun yang dibatasi oleh enam bidang datar yang berbentuk persegi
panjang. Pada balok ukuran rusuknya tidak sama, yaitu terdiri dari panjang, lebar dan tinggi.
Panjang, semua rusuk yang sejajar dengan bidang gambar
Lebar, semua rusuk yang arahnya ke belakang bidang gambar
Tinggi, semua rusuk tegak.
Perhatikan gambar balok ABCD – EFGH
H G Panjang : AB, CD, EF, dan GH
Lebar : BC, AD, FG, dan EH
E F Tinggi : AE, BF, CG, dan DH
D C Balok mempunyai 12 sisi diagonal yang tidak sama

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
panjangnya.
AC = BD = EG = FH
A B BG = CF = AH = DE
AF = BE = CH = DG
Diagonal ruang balok ada 4 buah yang sama panjang, yaitu : AG, BH, CE, dan DF.

c. Prisma

Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang yang sejajar (bidang alas dan bidang
atas) dan bidang tegak yang saling berpotongan menurut rusuk-rusuk sejajar.

Prisma tegak segi empat bentuknya sama dengan balok.

d. Limas

Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh bidang alas yang berbentuk segi-n dan bidang
tegak yang berbentuk segitiga. Bentuk limas tergantung dari bentuk bidang alasnya.
T T
T

C
D C E
A A D

A B B C
B
Perhatikan gambar Limas segi empat T – ABCD
Titik A, B, C, dan D merupakan titik sudut alas, sedangkan titik T merupakan titik puncak.
ABCD disebut bidang alas, sedangkan TAB, TBC, TCD, dan TAD disebut bidang tegak.
AB, BC, CD, dan DA disebut rusuk alas, TA, TB, TC, dan TD disebut rusuk tegak

e. Tabung

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
Tabung adalah prisma yang bidang alasnya berbentuk lingkaran, yang dibatasi oleh dua bidang
lingkaran sejajar (alas dan atas) dan sebuah bidang lengkung tegak
r = jari-jari tabung
t = tinggi tabung

f. kerucut

Kerucut adalah bangun limas yang bidang alasnya berbentuk lingkaran dengan jari-jari r dan
tinggi t.
r = jari-jari kerucut
t = tinggi kerucut
t

g. Bola

Bola adalah bangun ruang yang dibatasi oleh bidang lengkung sebagai tempat kedudukan titik-
titik yang berjarak sama erhadap suatu titik pusat

 Menghitung Luas Permukaan Bangun Ruang

1. Kubus
H G Jaring-jaring kubus

E F H G

D C D C G H D

A B
A B F E A

E F

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
Jika panjang sisi kubus adalah "a", maka :
Panjang diagonal bidang = a √2
Luas bidang sisi L = a2
Luas bidang diagonal = a2 √ 2
Luas permukaan kubus Lp = 6a2

2. Balok

H G Jaring-jaring balok
G F
E F
D C C B F G C

A B

D A E H D

H E

Luas permukaan balok :


Lp = 2 {(p . l) + (p . t) + (l . t)}
Volume balok : V = p . l . t

3. Prisma
T Jaring-jaring prisma

R S T

Q T R S T

O P

Q O P Q

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
Luas selimut prisma segi-n = keliling bidang alas segi-n x tinggi prisma
Luas permukaan prisma segi-n = luas selimut + luas alas + luas atas

4. Limas
T Jaring-jaring limas
T

D C
D C

A B T T

A B

Luas selimut = n . luas bidang segitiga ® n = jumlah segi bidang alas


Luas permukaan = luas selimut + luas alas

5. Limas Terpancung
Jaring-jaring limas terpancung
H G
H G

E F
D C
D C
H G

E F
A B A B

E F

Luas selimut = n . luas bidang trapesium ® n = jumlah segi bidang alas


Luas permukaan = luas selimut + luas alas

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
6. Kerucut
T
Jaring-jaring kerucut T

t s
s

A r B

r B

kel . lingkaran alas


x luas lingkaran bidang tegak
Luas selimut : Ls = kel . lingkaran bidang tegak
2π r
x π s2
= 2π s =prs
Luas permukaan : Lp = luas selimut + luas alas
= p r s + p r2 = p r (s + r)

7. Kerucut terpotong
T Jaring-jaring kerucut terpotong
T
s1
s1
r r
s

R s

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
R

Luas selimut = p (R + r) s
Luas permukaan = luas selimut + luas alas + luas atas

8. Tabung
Jaring-jaring tabung

r 2pr
t

Luas selimut : Ls = keliling lingkaran alas x tinggi tabung


=2p.r.t
Luas permukaan : Lp = luas selimut + luas alas + luas atas.

9. Bola
Luas permukaan = 4 p . r2
Volume : V = 4/3 . π . r3

 Menerapkan konsep volum bangun ruang

1. Kubus
Volume kubus :

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
V =s.s.s
s = s3

2. Balok
Volume balok :
V = panjang x lebar x tinggi
t =pxlxt

l
p

3. Prisma
Volume prisma :
V = luas alas x tinggi

4. Limas
T Volume limas :
1
V = 3 x luas alas x tinggi
D C

M
A B

5. Limas Terpancung

H G
a
E a F
D C
t

b
A B
b

Volume limas terpancung :


1
V = 3 . t . (b . b + b . a + a . a)

6. Kerucut
Volume kerucut

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
1
V = 3 x luas alas x tinggi
1
= 3 . p . r2 . t

7. Kerucut terpotong
Volume kerucut terpotong :
1
r V = 3 . p . t . (R2 + R . r + r2)

8. Tabung
Volume tabung :
V = luas alas x tinggi
V = p . r2 . t

9. Bola
Volume bola :

V = 3 . r3 atau
π
V = 6 . d3

 Menentukan hubungan antara unsur-unsur dalam bangun ruang

1. Jarak pada bangun ruang


a. Jarak titik ke titik

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
Jarak antara titik A ke titik B adalah penghubung terpendek antara A dan B, yaitu garis AB.
B

b. Jarak titik ke garis


Jarak titik P ke garis g adalah ruas garis terpendek yang menghubungkan antara titik P ke
garis g.
P PP' adalah jarak antara titik P ke garis g

P' g

c. Jarak titik ke bidang


Jarak titik ke bidang adalah ruas garis terpendek yang menghubungkan titik P ke bidang.
P

P'

2. Sudut pada bangun ruang

a. Sudut dua garis bersilangan


sudut pada dasarnya terbentuk oleh dua garis yang saling berpotongan. Dengan demikian
sudut dua garis yang bersilangan sama artinya dengan membentuk sudut dua garis yang
berpotongan.

b. Sudut antara garis dan bidang


Sudut antara garis dan bidang adalah sudut yang terbentuk oleh perpotongan antara garis
dengan garis lain yang menempel pada bidang.

c. Sudut antara dua bidang


Sudut antara dua bidang adalah sudut yang dibentuk dari perpotongan dua garis yang
terletak pada bidang.

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
KONSEP VEKTOR

 Menerapkan konsep vektor pada bidang datar

1. Pengertian dan Jenis-Jenis Vektor

a. Pengertian dan notasi vektor

y
P
⃗j ⃗a

O
⃗i x
Perhatikan gambar, sebuah vektor disajikan dalam bentuk garis lurus OP atau bisa juga
dinyatakan dengan vektor tunggal ⃗a . Titik O disebut titik pangkal vektor, titik P disebut
titik ujung vekor, OP disebut vektor OP aau vektor ⃗a , dan besarnya vektor atau

panjang dari garis vektor dinyatakan dengan |OP| atau


|a| .

b. Penyajian vektor
a1

Vektor ⃗a dapat disajikan dalam bentuk matriks kolom ⃗a =


()
a2
, atau dalam
bentuk matriks baris ⃗a = (a1, a2), atau dinyatakan dalam bentuk matriks satuan ⃗a = a1
⃗i + a2
⃗j , dengan a1 komponen vektor horizontal (sumbu x), dan a2 komponen vektor
verikal (sumbu y).
⃗i vektor satuan untuk sumbu x dan
⃗j vektor satuan untuk sumbu y.

c. Besar vektor
Created by Sukani, S.Pd
Email: likeny_rbg@yahoo.com
a1

Misalkan vektor ⃗a =
()
a2
= a1
⃗i + a2
⃗j , besarnya vektor atau panjang vektor

⃗a dinotasikan dengan
|a| , yang besarnya adalah :
|a| = √ a12 +a22
2. Operasi Vektor

a. Penjumlahan vektor
Penjumlahan vektor dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara segitiga dan cara jajaran
genjang.
1. Cara segitiga
Vektor ⃗c = ⃗a +
⃗b adalah⃗b :
⃗a ⃗a
⃗c = ⃗a

⃗b

2. Cara jajaran genjang


⃗a ⃗b
⃗a
⃗c = ⃗a

⃗b
b. Pengurangan vektor
Pengurangan vektor merupakan penjumlahan dengan vektor inversnya (vektor negatif).
⃗a –
⃗b = ⃗a + (–
⃗b )

⃗b

⃗a

⃗b
⃗a –
⃗b

c. Perkalian skalar dengan vektor


Misalkan skalar m dikalikan dengan vektor ⃗a , maka hasilnya adalah suatu vektor yang
panjangnya merupakan k kali vektor a⃗ dan arahnya sama dengan arah vektor ⃗a .
⃗a 2 ⃗a 3 ⃗a
Sifat-sifat perkalian vektor dengan skalar :
1. m . ⃗a = ⃗a .m
2. m . (– ⃗a ) = –m . ⃗a

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
3.
|m .⃗a| =
|m|.|⃗a|
4. m . ( ⃗a +
⃗b )=m ⃗a +m
⃗b
5. (m + n) . ⃗a =m ⃗a +n ⃗a
d. Resultan dua vektor

P1 R

P2
Jika P1 adalah panjang vektor
p1
⃗ , P2 adalah panjang vektor
p2
⃗ dan q sudut yang
dibentuk oleh kedua vektor
p1
⃗ dan
p2
⃗ maka resultan kedua vektor tersebut adalah :

R= √( P1 )2+( P2 )2+2( P1 )( P2 ). cosθ

e. Perkalian skalar dua vektor


Perkalian skalar dua vektor adalah perkalian dua vektor dengan bentuk perkalian titik (dot
product) dan hasilnya skalar.
Hasil kali vektor ⃗a dengan vektor
⃗b ditulis ⃗a .
⃗b (dibaca a dot b) adalah :

⃗a .
⃗b =
|⃗a| .
|b⃗| . cos q ® 0o ≤ q ≤ 180o
|⃗a| = besar (panjang) vektor ⃗a ®
|⃗a| = √(a1 )2+(a2 )2
|b⃗| = besar (panjang) vektor
⃗b ®
|b⃗| = √(b1 )2+(b2 )2
q = sudut yang dibentuk oleh vektor ⃗a dan
⃗b

 Menerapkan konsep vektor pada bangun ruang

1. Panjang vektor

Jika ⃗a = a1
⃗i + a2
⃗j + a3
⃗k maka panjang vektor ⃗a adalah :

|⃗a| = √(a1 )2+(a2 )2+(a3 )2


2. Operasi vektor

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
Operasi vektor dalam ruang sama seperti operasi vektor pada bidang, yaitu penjumlahan,
pengurangan dan perkalian vektor dangan skalar.

3. Perbandingan vektor

Misalkan titik P membagi garis Ab dengan perbandingan AP : PB = m : n dengan ⃗a dan


⃗b vektor posisi titik A dan B. Vektor posisi titik P adalah :
A
1
m ⃗p =
( m+n ) . (n ⃗a +m
⃗b )
⃗a P
⃗p n
O
⃗b B

Koordinat titik P adalah :


nx 1 +mx 2 ny 1 +my 2 nz 1 +mz 2
xp = m+ n ; yp = m+n ; zp = m+n

4. Perkalian skalar dua vektor

Jika ⃗a = a1 i + a2 j + a3 k dan b = b1 i + b2 j + b3 k maka perkalian


⃗ ⃗ ⃗ ⃗ ⃗ ⃗ ⃗
skalar dua vektor adalah perkalian dua vektor dengan bentuk perkalian titik (dot product)
dan hasilnya skalar. Hasil kali vektor ⃗a dengan vektor
⃗b ditulis ⃗a .
⃗b (dibaca a
dot b) adalah :

⃗a .
⃗b =
|⃗a| .
|b⃗| . cos q ® 0o ≤ q ≤ 180o

|⃗a| = besar (panjang) vektor ⃗a ®


|⃗a| = √(a1 )2+(a2 )2+(a3 )2
|b⃗| = besar (panjang) vektor
⃗b ®
|b⃗| = √(b1 )2+(b2 )2+(b3 )2
q = sudut yang dibentuk oleh vektor ⃗a dan
⃗b

Sifat-sifat perkalian skalar dua vektor :

a. Jika q = 0o maka ⃗a dan


⃗b sejajar dan searah ® ⃗a .
⃗b =
|⃗a| .
|b⃗|
b. Jika q = 90o maka ⃗a dan
⃗b saling tegak lurus ® ⃗a .
⃗b =0

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
c. Jika q = 180o maka ⃗a dan
⃗b sejajar dan berlawanan arah ® ⃗a .
⃗b =–
|⃗a| .
|b⃗|
d. a⃗ .
⃗b =
⃗b . ⃗a ® sifat komutatif
e. ⃗a .(
⃗b + ⃗c )= ⃗a .
⃗b + ⃗a . ⃗c ® sifat distributif

Perkalian skalar dua vektor dalam bentuk komponen adalah :


a⃗ .
⃗b = (a1
⃗i + a2
⃗j + a3
⃗k ) . (b1
⃗i + b2
⃗j + b3
⃗k )
⃗i .
⃗i = 1,
⃗j .
⃗j = 1,
⃗k .
⃗k = 1,
⃗i .
⃗j =
⃗j .
⃗i = 0,
⃗i .
⃗k =
⃗k .
⃗i =
0 dan
⃗j .
⃗k =
⃗k .
⃗j =0
⃗a .
⃗b = a1.b1 + 0 + 0 + 0 + a2.b2 + 0 + 0 + 0 + a3.b3
= a1.b1 + a2.b2 + a3.b3

Sudut antara dua vektor :


a⃗ . ⃗b
⃗a .
⃗b =
|⃗a| .
|b⃗| . cos q ® cos q = |⃗a|.|b⃗|

5. Proyeksi ortogonal sustu vektor pada vektor lain

a. Proyeksi skalar ortogonal


A Gambar di samping adalah proyeksi dari ⃗a ke
⃗b
diwakili oleh ⃗c , sehingga proyeksi skalar vektor

⃗a pada
⃗b adalah
|⃗c| .
qX a⃗ . b⃗
O C B
|⃗c| = |b⃗|

b. Proyeksi vektor ortogonal


A
Pada gambar di samping, proyeksi vektor ⃗a pada
⃗b adalah ⃗c .
a⃗ . b⃗ ⃗
.b
qX ⃗c =
⃗|b|2
O C B

6. Perkalian vektor dua vektor

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
Perkalian vektor dua vektor ⃗a dan b ditulis ⃗a x b (dibaca a cross b) atau
⃗ ⃗
disebut juga dengan perkalian silang (cross product). Hasil kalinya adalah :

⃗a x
⃗b =
|⃗a| .
|b⃗| . sin q
i⃗ ⃗j ⃗k
|a1 a2 =a(a
3 | 2.b3 – b2.a3) ⃗i – (a1.b3 – b1.a3)
⃗j + (a1.b2 – b1.a2)
⃗a x
⃗b =
b1 b2 b3

KONSEP TEORI PELUANG

 Kaidah Pencacahan, Permutasi dan Kombinasi

1. Kaidah Pencacahan

a. Pengisian tempat yang tersedia

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
Jika pada kegiatan pertama dilakukan dengan x cara berbeda, kegiatan kedua dengan y cara
berbeda dan kegiatan ketiga dengan z cara berbeda, dan seterusnya, maka banyaknya cara
untuk melakukan kegiatan tersebut berturut-turut adalah x . y . z cara.

2. Permutasi

Permutasi adalah susunan dari objek-objek atau unsur-unsur dengan memperhatikan


urutannya.

Macam- macam Permutasi


a. Permutasi n unsur yang berbeda
Pn = n ! = n . (n – 1) . (n – 2) . (n – 3) . (n – 4) . … . 1

b. Permutasi n unsur dengan unsur ada yang sama


n!
Pu = n1 !. n 2 !. n 3 !..... n k !

c. Permutasi r unsur dari n unsur yang berbeda


n!
nPr = (n - r ) !
ciri dari permutasi ini posisinya disebutkan sebagai apa.

d. Permutasi melingkar
n!
Ps (n) = (n – 1) ! atau Ps (n) = n

2. Kombinasi

Kombinasi adalah susunan dari objek-objek atau unsur-unsur dengan tidak memperhatikan
urutannya. (posisi tidak disebutkan sebagai apa)
Rumus Kombinasi :
n!
nCr = r! .(n - r) !

 Menghitung peluang suatu kejadian

a. Peluang dari suatu kejadian

Peluang dari suatu kejadian adalah perbandingan antara banyaknya titik sampel dan ruang
sampel dari suatu kejadian dan dirumuskan dengan :
n
P= s
n = titik sampel dan s = ruang sampel
misal : uang logam memiliki s = 2 ; dadu memiliki s = 6 ; kartu bridge s = 52
2 uang logam s = 22 = 4 ; 2 dadu memiliki s = 62 = 36

b. Frekuensi Harapan

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
Frekuensi Harapan adalah harapan munculnya kemungkinan dari suatu kejadian dan dirumuskan
dengan :
Frekuensi Harapan = peluang kejadian x banyaknya percobaan :

FH = P (A) . N

c. Kejadian saling lepas ( kata penghubung "atau")

Jika P (A) adalah kejadian dari A dan P (B) adalah kejadian dari B, maka kejadian saling bebas
antara A dan B adalah :

P ( A U B ) = P (A) + P (B)

d. Kejadian tidak saling lepas

Jika A adalah munculnya kejadian A dan B adalah munculnya kejadian B dimana A dan B tidak
saling lepas karena ada anggota A yang juga anggota B, maka peluang A atau peluang B adalah :

P ( A U B ) = P (A) + P (B) – P ( A ∩ B )

e. Kejadian saling bebas (kata penghubung "dan")

Jika P (A) adalah kejadian dari A dan P (B) adalah kejadian dari B, maka kejadian saling lepas
antara A dan B adalah :

P ( A ∩ B ) = P (A) x P (B)

e. Kejadian tidak saling bebas (kata penghubung "dan")

Jika P (A) adalah kejadian dari A dan P (B) adalah kejadian dari B, dengan kejadian B sangat
dipengaruhi oleh kejadian A maka kejadian tidak saling lepas antara A dan B adalah :

P ( A ∩ B/A ) = P (A) x P (B/A)

Ciri dari kejadian tidak saling lepas adalah dengan kata hubung "dan" , pengambilan pertama
tidak dikembalikan lagi untuk pengambilan ke dua.

f. Penggunaan kombinasi dalam mencari peluang

Untuk peluang terambilnya objek lebih dari satu sekaligus.


Cm
a
. Cnb
Cm +n
P(A∩ B ) = a+b

Untuk peluang sukses dan gagal dari suatu kejadian : P ( r ) = nCr . pn . qn – r

p = peluang sukses dan q = peluang gagal, n = frekuensi percobaan dan r = pengambilan

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
STATISTIK

 Pengertian statistik, statistika, populasi dan sampel

Statistik : adalah kumpulan data yang berbentuk angka-angka atau keterangan-keterangan


yang disusun dan disajikan dalam bentuk tabel atau diagram.
Statistika : adalah suatu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan metode ilmiah untuk
mengumpulkan data, menyusun data, menyajikan data, berdasarkan methode

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
analisis, sehingga dapat mengambil kesimpulan yang teliti serta keputusan yang
rasional dan logis.
Data : adalah keterangan tentang sesuatu hal dari hasil pengamatan atau penelitian baik
yang berbentuk katagori maupun yang berbentuk bilangan.
Menurut jenisnya data dibedakan menjadi ;
a. Data Kuantitatif, yaitu data yang berbentuk bilangan.
Berdasarkan nilainya, data kuantitatif ada dua macam yaitu
1. Data variabel diskrit (hasil menghitung/membilang)
Contoh : Keluarga B sudah punya anak 2 laki-laki dan 3 perempuan
2. Data kontinu (hasil pengukuran)
Contoh : Tinggi badan Budi 167 cm
b. Data kualitatif, yaitu data yang berbentuk katagori (sifat)
Contoh : sembuh, sehat, sukses, dan sebagainya
Populasi : adalah seluruh data dari hasil perhitungan maupun pengukuran yang berbentuk data
kuantitatif maupun kualitatif dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas
yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.
Sampel : adalah sebagian data yang diambil secara random/acak dari populasi.

 Menyajikan data dalam bentuk tabel dan diagram

1. Pengumpulan Data

Ada beberapa cara pengumpulan data, antara lain :


1. Penelitian lapangan (penelitian langsung) atau observasi
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan mengadakan penelitian langsung ke lapangan
atau di laboratorium terhadap objek penelitian. Hasilnya dicatat, kemudian dianalisa.
2. Wawancara (interview)
Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara langsung kepada objek atau kepada
orang yang mengetahui persoalan objek.
3. Angket (kuesioner)
Pengumpulan data dengan menggunakan daftar atau isian atau pertanyaan yang telah
disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga objek tinggal mengisi atau menandai
jawaban dari pertanyaan yang diberikan.
4. Dengan mengambil atau menggunakan sebagian atau seluruh data yang telah dicatat atau
laporan dari penelitian sebelumnya.

2. Penyajian Data

Dalam penyajian data dapat berbentuk tabel atau diagram.


a. Tabel
Penyajian data dalam bentuk tabel adalah data yang sudah diperoleh disusun dan disajikan
dalam susunan baris dan kolom sehingga akan tampak lebih jelas dan cepat dibaca.

b. Diagram

Penyajian data dengan menggunakan diagram dapat dilakukan dengan :


Diagram Batang, Diagram Lingkaran, Diagram Lambang, Diagram Garis, Diagram
Histogram dan poligon frekuensi.

 Menentukan ukuran pemusatan data

1. Rata-rata

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
a. Rata-rata Hitung (Mean)
Data tunggal : x1, x2, x3, x4, … xn
n

x 1 + x 2 + x3 + x 4 +. ..+ x n ∑ xi
i
X= X=
Mean : n ® n
Data kelompok :
n

f 1 . x 1 + f 2 . x 2 + f 3 . x3 +.. .+ f n . x n ∑ fi . xi
X= X= i

Mean : f 1 + f 2 + f 3 +. ..+ f n ® fi

b. Rata-rata ukur
Data tunggal : x1, x2, x3, x4, … xn

n
Xu=√ x 1 . x2 . x3 . .. . . x n

2. Median dan Modus

a. Median
Median adalah nilai tengah dari kelompok data
Syaratnya data diurut dulu dari yang kecil ke besar
Data tunggal : x1, x2, x3, x4, … xn

Untuk data n ganjil : Me =


X n+ 1
2

X +Xn
2
n+ 1
2

Untuk data n genap : Me = 2

Data kelompok :

n
p .( − F)
2
Tb +
Me = fMe

Tb = tepi bawah kelas median, p = interval kelas, n = banyaknya data


F = frekuensi kumulatif sebelum kelas median, fMe = frekuensi kelas median

b. Modus
Modus adalah data yang frekuensinya terbanyak atau data sering muncul.
Data tunggal : lihat data yang paling sering muncul
Data kelompok :

b1
Tb + p ( )
Mo = b 1 + b2

Tb = tepi bawah kelas modus, p = interval kelas


b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelum kelas modus

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas setelah kelas modus

 Menentukan ukuran penyebaran data

1. Daerah Jangkauan (range)

Jangkauan data adalah selisih antara data tertinggi dengan data terendah.
Jangkauan data biasa juga disebut dengan range, dengan rumus :

R = Xmaks – Xmin

2. Rata-rata simpangan

Rata-rata simpangan atau deviasi rata-rata adalah ukuran seberapa jauh penyebaran nilai-nilai
terhadap nilai rata-rata hiung (mean)
Rata-rata simpangan dirumuskan :
n n
∑ |xi - X| ∑ f 1.|x i - X|
i= 1 i= 1

Rs = n (data tunggal) ; Rs = n (data kelompok)


xi = data ke i
X = rata-rata hitung (mean)
fi = frekuensi data ke i
n = banyaknya data
3. Simpangan Baku dan Varians

a. Simpangan Baku (Deviasi Standar)

n n

b.
Ds = √ i=1
n
2
∑ ( x i− X )
( data tunggal) ; Ds =

Varians sama dengan simpangan baku dipangkatkan dua (Ds2)


√ ∑ f i .( x i− X )2
i=1
n (data kelompok)

4. Kuartil dan Jangkauan Semi Inter Kuartil

a. Kuartil
Kuatil adalah kelompok data dibagi menjadi empat bagian yang sama
Syarat kuartil data harus diurut dari yang kecil ke besar
Data tunggal :

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
n+1
Letak kuartil bawah : Q1 = 4
2 (n + 1)
Letak kuartil tengah : Q2 = 4
3 (n + 1)
Letak kuartil atas : Q3 = 4

Data kelompok :

i.n

Nilai kuartil : Qi =
( )
Tbi + p .
4
fQi
- Fi

Qi = nilai kuartil ke i, i = 1, 2, 3 ; Tbi = tepi bawah kelas kuartil ke I


p = interval kelas
n = banyaknya data
Fi = frekuensi komulatif sebelum kelas kuartil ke I
FQi = frekuensi kelas kuartil ke i

b. Jangkauan semi inter kuartil

1
Qd = 2 ( Q3 – Q1 )

IRISAN KERUCUT
Irisan kerucut adalah irisan antara bidang datar dengan kerucut tegak. Irisan tersebut berupa
lingkaran, parabola, ellips, dan hiperbola tergantung posisi perpotongan antara bidang datar
dengan kerucut tegaknya, seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
Lingkaran Parabola Ellips Hiperbola

Rumus dasar untuk menentukan rumus persamaan lingaran, parabola, ellips, dan hiperbola
adalah :
1. Rumus jarak titik A (x1, y1) dan titik B (x2, y2) :

AB=√ ( x 2−x 1 )2 +( y 2− y1 )2

2. Rumus jarak titik A (x1, y1) ke garis Ax + By + C = 0 :

Ax1 +By 1 +C
R=| |
√ A 2+B2

 Menerapkan Konsep Lingkaran

Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama dari titik tertentu. Dimana titik
tertentu tersebut disebut dengan titik pusat lingkaran, dan jarak yang sama disebut dengan jari-
jari.
Created by Sukani, S.Pd
Email: likeny_rbg@yahoo.com
A. Unsur-unsur lingkaran

1. Lingkaran adalah bangun bidang yang merupakan tempat kedudukan titik-titik yang
berjarak sama terhadap titik pusat O.
2. Jari-jari adalah garis lurus yang menghubungkan titik pusat dengan titik pada lingkaran.
3. Tali busur adalah garis lurus yang menghubungkan dua buah titik lingkaran.
4. Diameter adalah tali busur yang melalui titik pusat ( d = 2 . jari-jari )
5. Busur adalah bagian keliling dari titik yang terletak antara dua ujung tali busur.
6 Juring adalah daerah yang dibatasi oleh dua buah jari-jari dan sebuah busur.
7. Tembereng adalah laus daerah yang dibatasi oleh tali busur dan busur lingkaran.

Juring AOB
Busur AB

a
A
O

Tali busud CD
Tembereng lingkaran
C D

22
Luas lingkaran : L = 7 . r2
22
Keliling lingkaran = 7 . 2r
α 22
o
Luas juring AOB (Lj) = 360 . 7 . r2
α 22
o
Panjang busur AB = 360 . 7 . 2r
Tali busur CD =2. t .(d−t ) →t = tinggi tembereng

Luas tembereng (Lt) = Luas juring – luas segitiga
r2 α . π
.( o −sin α )
Atau : Lt = 2 180
360o 180o
. (n−2 )
sudut pusat = n , sudut segi = n
Jumlah sudut segi tiga = 180o dan segi empat = 360o

B. Garis Singgung

Suatu garis dikatakan menyinggung lingkaran dan disebut dengan garis singgung adalah jika
mempunyai satu titik persekutuan.
Sifat-sifat garis singgung
a. hanya mempunyai satu titik persekutuan
b. tegak lurus jari-jari yang melalui titik singgung.
Created by Sukani, S.Pd
Email: likeny_rbg@yahoo.com
P

O R

Q
OP = OQ = r
Ð OPR = Ð OQR
OR merupakan sumbu simetri dan PR = QR

Garis singgung persekutuan dalam dan luar


P
P Q
R R
r r
M N M N

garis singgung persekutuan dalam garis singgung persekutuan luar


MN2 = PQ2 + (R + r)2 MN2 = PQ2 + (R – r)2

C. Sudut Pusat dan Sudut Keliling

C D
C E

A B
D A B

Ð AOD = 2 Ð ACD , Ð AOB = 2 Ð ACB Ð ACB = Ð ADB = Ð AEB

D
C
C O D

A B
B
Ð A + Ð C = 180 , O
garis yang menyinggung lingkaran akan tegak lurus
Ð B + Ð D = 180O jika dari titik singgungnya ditarik ke titik pusat.
Ð AOB = 180O - Ð ACB , Ð AOB = 2 Ð ADB

D. Persamaan Lingkaran

a. Persamaan lingkaran dengan titik pusatnya O (0, 0) dan jari-jarinya R

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
x2 + y2 = R2 atau R= √ x 2 + y 2
b. Persamaan lingkaran yang pusatnya P (a, b) dan berjari-jari R

A (x, y) PA = R

R √( x−a )2+( y−b )2=R atau :


·
P (a, b) (x – a)2 + (y – b)2 = R2

c. Persamaan Umum Lingkaran

x2 + y2 + Ax + By + C = 0

1 1 1 2 1 2
Dengan pusat lingkaran P {

2 A,

2 B} dan jari-jari R = √ 4
A + B −C
4

E. Persamaan Garis Singgung

a. Persamaan garis singgung pada lingkaran x2 + y2 = R2 di titik (x1, y1) adalah :

x1 x + y1 y = r2

b. Persamaan garis singgung lingkaran (x – a)2 + (y – b)2 = R2 dan melalui titik (x1, y1)
adalah :

(x1 – a) (x – a) + (y1 – b ) (y – b) = R2

c. Persamaan garis singgung lingkaran x2 + y2 + Ax + By + C = 0 di titik (x1, y1) adalah :


1 1 1 1
x1x +y1y + 2 Ax1 + 2 Ax + 2 By1 + 2 By + C = 0

 Menerapkan Konsep Parabola

Parabola adalah tempat kedudukan dari titik-titik yang jaraknya dari titik tertentu dan garis
terentu sama. Titik tertentu iu disebut dengan fokus dan garis tertentu itu disebut direktriks. Garis
yang membagi dua bagian yang sama disebut sumbu simetri, dan perpotongan antara sumbu
simetri dengan kurva disebut puncak parabola.

A. Persamaan parabola

1. Persamaan parabola dengan puncak P (0, 0)

a. Persamaan parabola dengan sumbu simetri sumbu x


Persamaan parabola dengan puncak P (0, 0) dengan sumbu simetri sumbu x dan parameter
p adalah :

y2 = 4px
Created by Sukani, S.Pd
Email: likeny_rbg@yahoo.com
Dengan fokus F (p, 0) dan direktriks x = –p

2. Persamaan parabola dengan puncak P (a, b)

Jika puncak parabola P (a, b), maka rumus-rumusnya adalah :


a. Sumbu simetrinya sumbu x :

Persaman parabola : (y – b)2 = 4p(x – a)


Koordinat fokus : F {(p + a), b}
Direktriks : x = a – p

b. Sumbu simetrinya sumbu y :

Persamaan parabola : (x – a)2 = 4p(y – b)


Koordinat fokus : F {a, (p + b)}
Direktriks : y = b – p

3. Bentuk Umum Persamaan Parabola


Sumbu simetris di sumbu x
(y – b)2 = 4p (x – a)
y2 – 2by + b2 = 4px – 4pa
y2 – 2by – 4px + b2 + 4pa

y2 + Ay + Bx + C = 0 ® A = –2b ; B = –4p ; C = b2 + 4pa

Sumbu simetris di sumbu y


(x – a)2 = 4p (y – b)
x2 – 2ax + a2 = 4py – 4pb
x2 – 2ax – 4py + a2 + 4pb = 0

x2 + Ax + By + C = 0 ® A = –2a ; B = –4p ; C = a2 + 4pb

B. Garis Singgung Parabola

Persamaan parabola Garis singgung


y2 = 4px y1y = 2px1 + 2px
x2 = 4py x1x = 2py1 + 2py
(y – b)2 = 4p (x – a) (y1 – b) (y – b) = 2p (x1 – a) + 2p (x – a)
(x – a)2 = 4p (y – b) (x1 – a) (x – a) = 2p (y1 – b) + 2p (y – b)
y2 + Ay + Bx + C = 0 y1y + ½Ay1 + ½Ay + ½Bx1 + ½Bx + C = 0
x2 + Ax + By + C = 0 x1x + ½Ax1 + ½Ax + ½By1 + ½By + C = 0

 Menerapkan Konsep Ellips

Ellips adalah tempat kedudukan titik-titik yang jumlah jarak dari dua titik tertentu tetap.
Kedua titik tertentu tersebut dinamakan fokus (F1 dan F2). Garis yang
F1
melalui kedua fokus disebut sumbu panjang atau sumbu mayor,

F2 Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
sedangkan garis yang melalui tengah-tengah fokus disebut sumbu pendek
atau sumbu minor.

A. Persamaan Ellips

1. Ellips dengan pusat (0, 0)


Jika titik fokus F1 (c, 0) dan F2 (-c, 0) serta panjang sumbu panjang 2a dan panjang sumbu
pendek 2b maka persamaan ellips dengan pusat (0, 0) adalah :
x2 y2
a2 + b 2 = 1 ® ellips horizontal

x2 y2
b2 + a2 = 1 ® ellips vertikal

a = jari-jari sumbu panjang


b = jari-jari sumbu pendek
Fokus = c2 = a2 – b2

2. Ellips dengan pusat di titik (h, k)

Persamaan Puncak Fokus


( x  h) 2 ( y  k ) 2 (h ± a, k) (h ± c, k)
 1 (h, k ± b)
a2 b2
( x  h) 2 ( y  k ) 2 (h, k ± a) (h, k ± c)
 1 (h ± b, k)
b2 a2

3. Bentuk umum persamaan ellips.


Ellips horizontal :
2 2
( x−h ) ( y−k )
+ =1
a2 b2
b2 (x – h)2 + a2 (y – k)2 = a2.b2
b2 (x2 – 2hx + h2) + a2 (y2 – 2ky + k2) – a2.b2 = 0
b2x2 – 2b2hx + b2.h2 + a2y2 – 2a2ky + a2.k2 – a2.b2 = 0
b2x2 + a2y2 – 2b2hx – 2a2ky + b2.h2 + a2.k2 – a2.b2 = 0

Ax2 + By2 + Cx + Dy + E = 0

A = b2 ; B = a2 ; C = –2b2h ; D = –2a2k ; E = b2.h2 + a2.k2 – a2.b2

Ellips vertikal :
2 2
( x−h ) ( y−k )
+ =1
b2 a2
a2 (x – h)2 + b2 (y – k)2 = a2.b2
a2 (x2 – 2hx + h2) + b2 (y2 – 2ky + k2) – a2.b2 = 0
a2x2 – 2a2hx + a2.h2 + b2y2 – 2b2ky + b2.k2 – a2.b2 = 0
a2x2 + b2y2 – 2a2hx – 2b2ky + a2.h2 + b2.k2 – a2.b2 = 0

Ax2 + By2 + Cx + Dy + E = 0
Created by Sukani, S.Pd
Email: likeny_rbg@yahoo.com
A = a2 ; B = b2 ; C = –2a2h ; D = –2b2k ; E = a2.h2 + b2.k2 – a2.b2

B. Garis Singgung Ellips.

Persamaan Garis Singgung


x 2
y2
x1 x y1 y
 2 1
a2 + b2 = 1 a2 b
x2 y2 x1 x y1 y
 2 1
b2 + a2 = 1 b2 a
( x  h) 2 ( y  k ) 2 ( x1  h).( x  h) ( y1  k ).( y  k )
 1 
a2 b2 a2 b2 =1
( x  h) 2 ( y  k ) 2 ( x1  h).( x  h) ( y1  k ).( y  k )
 1 
b2 a2 b2 a2 =1
Ax2 + By2 + Cx + Dy + E = 0 A(x1 + x) + B(y1 + y) + ½C(x1 + x) + ½D(y1 + y) + E = 0

 Menerapkan Konsep Hiperbola

Hiperbola adalah tempat kedudukan titik-titik yang selisih jaraknya dari dua titik
tertentu tetap sebesar 2a. Kedua titik tertentu tesebut
adalah F1 dan F2 dan disebut fokus.
Garis yang membagi kurva menjadi dua bagian yang
sama disebut sumbu. Sumbu yang melalui fokus
disebut sumbu mayor (real) dan sumbu lainnya disebut
sumbu minor (khayal).

A. Persamaan Hiperbola

1. Persamaan Hiperbola dengan pusat (0, 0)

x2 y2
− =1
a2 b2 ® Hiperbola horizontal

Puncak : (±a, 0)
Fokus : c2 = a2 + b2
2a = panjang sumbu real dan 2b = panjang sumbu khayal
b
Asimtot : y = ± a x
y2 x2
− =1
a 2 b2 ® Hiperbola vertikal

Puncak : (±a, 0)
Fokus : c2 = a2 + b2
2a = panjang sumbu real dan 2b = panjang sumbu khayal

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com
a
Asimtot : y = ± b x

2. Persamaan Hiperbola dengan Pusat (h, k)

Persamaan Puncak Fokus Asimtot

( x  h) 2 ( y  k ) 2 (h ± a, k) (h ± c, k) b
 1
a2 b2 y – k = ± a (x – h)
( y  k ) 2 ( x  h) 2 (h, k ± a) (h, k ± c) a
 1
a2 b2 y – k = ± b (x – h)

B. Garis Singgung hiperbola

Persamaan Garis Singgung


x2 y2 x1 x y1 y
 2 1
a2 – b2 = 1 a2 b
y2 x2 y1 y x1 x
 2 1
a2 – b2 = 1 a2 b
( x  h) 2 ( y  k ) 2 ( x1  h).( x  h) ( y1  k ).( y  k )
 1 
a2 b2 a2 b2 =1
( y  k ) 2 ( x  h) 2 ( y1  k ).( y  k ) ( x1  h).( x  h)
 1 
a2 b2 a2 b2 =1
Ax2 + By2 + Cx + Dy + E = 0 A(x1 + x) + B(y1 + y) + ½C(x1 + x) + ½D(y1 + y) + E = 0

Created by Sukani, S.Pd


Email: likeny_rbg@yahoo.com

You might also like