You are on page 1of 15

NAMA : MOCHAMMAD IQBAL

NIM : 10801500099
TUGAS : PROFESI KEGURUAN

PROFESIONALISME GURU

Merencanakan suatu pendidikan masa depan yang baik adalah dengan


membangun dan meningkatkan kualitas guru. Membangun dan meningkatkan kualitas
guru artinya mengarahkan para guru pada profesionalitas yang diharapkan (actual
profesionality). Pekerjaan seorang guru adalah sebuah profesi yang mulia, yaitu mulia
disisi manusia dan mulia disisi Tuhan, karena guru mengemban amanah sesuai dengan
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yaitu “…turut serta dalam usaha mencerdaskan
kehidupan bangsa.” 1

Menurut Endang Komara, (2006:1) guru adalah pendidik profesional dengan


tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Adapun pengertian profesi Mc Cully (dalam A.Tabrani Rusyan 1992:4)


mengatakan “Profesi adalah a vocation an wich profesional knowledge of some
departement a learning science is used in its application to the of other or in the practice
of an art found it”. Sedangkan pengertian profesionalime, Freidson (dalam Syaiful
Sagala, 2000:199) berpendapat bahwa, “profesionalisme adalah sebagai komitmen untuk
ide-ide profesional dan karir”.

Dengan begitu dapat kita mengerti sebuah profesi pekerjaan untuk menjadi
professional dituntut untuk mampu memiliki kualitas intelektual dan kemahiran yang
1 http://www.stainlangsa.ac.id/jurnal/tarbawi/113-pengembangan-sdm-berkualitas-dalam-rangka-
perwujudan-profesionalisme-guru-di-era-kontemporer

1
sesuai dengan standar mutu yang disyahkan oleh lembaga yang bersangkutan, serta lebih
jauh siap mempertanggungjawabkan pekerjaan tersebut dengan cara-cara yang
professional pula. Sikap professional saat ini dikenal dengan istilah management
professional, maka dengan begitu guru professional adalah seorang guru yang
menerapkan konsep management professional dalam menjalankan aktivitas
kehidupannya, begitu pula sebaliknya jika seorang guru tidak menerapkan konsep
management professional maka artinya guru yang bersangkutan tidak professional.
Hubungan antara professional dan profesi dalam konteks pekerjaan Wina Sanjaya
(2005:142-143): mengatakan :

1) Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam


yang hanya mungkin didapatkan dari lembaga pendidikan yang sesuai, sehingga
kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya yang dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah;
2) Suatu profesi menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang tertentu yang
spesifik sesuai dengan jenis profesinya, sehingga antara profesi yang satu dengan yang
lainnya dapat dipisahkan secara tegas;
3) Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan kepada latar
belakang pendidikan yang dialaminya yang diakui oleh masyarakat, sehingga semakin
tinggi latar belakang pendidikan akademik sesuai dengan profesinya, semakin tinggi pula
tingkat keahliannya dengan demikian semakin tinggi pula tingkat penghargaan yang
diterimanya;
4) Suatu profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki dampak
terhadap sosial kemasyarakatan, sehingga masyarakat memiliki kepekaan yang sangat
tinggi terhadap efek yang ditimbulkan dari pekerjaan profesinya. Sebagai suatu profesi,
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu kompetensi pribadi, kompetensi
profesional dan kompetensi sosial kemasyarakatan.

Pekerjaan seorang guru adalah sebuah pekerjaan yang berprofesi khusus (special
profesion) yaitu mendidik dan mengayomi seorang anak didik dari kondisi tidak mengerti
atau kurang mengerti kearah yang lebih baik. Penegasa pekerjaan guru adalah sebuah

2
pekerjaan yang khusus juga ditegaskan dalam UU Guru pasal 5 ayat (1) dikatakan bahwa
profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaaan khusus yang memerlukan prinsip-
prinsip professional. Karena kita melihat pekerjaan seorang guru adalah sangat spesifik
atau khusus maka untuk mendorong kearah spesialisasi yang lebih dalam adalah dengan
mensertifikasikan para guru secara profesional.
Rendahnya mutu pendidikan Indonesia merupakan tanggung jawab kita bersama,
tidak hanya merupakan tanggung jawab guru sebagai pendidik. Pemerintah juga memiliki
andil yang besar dalam usaha peningkatan mutu pendidikan. Hal ini terlihat dari
perubahan kurikulum pada tingkat pendidikan dasar dan menengah, yaitu kurikulum
1994 menjadi kurikulum 2004 yang biasa dikenal sebagai Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), dan menjadi kurikulum 2006 yang dikenal Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). KBK dan KTSP sama-sama berbasis kompetensi, yang
menerapkan pendekatan konstektual (Constextual Teaching and Learning). Pembelajaran
konstekstual sangat bagus diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas, karena
siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran. Namun metode pembelajaran bukanlah
faktor utama keberhasilan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Metode
pembelajaran hanyalah alat/media yang digunakan untuk menuju kualitas pendidikan
yang prima, sedangkan pengendaranya adalah guru. Sehingga baik atau tidaknya
pendidikan tergantung dari profesi guru sebagai pendidik.

UPAYA PENINGKATAN PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU

Didalam upaya peningkatan peningkatan profesionalitas guru oleh pemerintah


lembaga-lembaga pendidikan, dan guru itu, harus sikron antara pemerintah dengan
lembaga-lembaga pendidikan maupun guru itu sendiri. Untuk melakukan Upaya
peningkatan peningkatan profesionalitas guru harus melihat dari beberapa indikator,
Yaitu:

SDM(Sumber daya manusia)2

2 http://www.ispi.or.id/2010/05/07/pendidikan-guru-masa-depan-yang-bermakna-bagi-peningkatan-mutu-
pendidikan/

3
Lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 merupakan salah satu usaha untuk
meningkatkan mutu guru, sekaligus diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia. Di dalam UU ini diamanatkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kebijakan prioritas dalam
rangka pemberdayaan guru saat ini adalah meningkatan kualifikasi, peningkatan
kompetensi, sertifikasi guru, pengembangan karir, penghargaan dan perlindungan,
perencanaan kebutuhan guru, tunjangan guru, dan maslahat tambahan.
Sejalan dengan itu, ke depan beberapa kebijakan yang digariskan untuk
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan mutu guru khususnya,
antara lain mencakup hal-hal berikut ini. Pertama, melakukan pendataan, validasi data,
pengembangan program dan sistem pelaporan pembinaan profesi pendidik melalui
jaringan kerja dengan P4TK, LPMP, dan Dinas Pendidikan.
Kedua, mengembangkan model penyiapan dan penempatan pendidik untuk
daerah khusus melalui pembentukan tim pengembang dan survey wilayah. Ketiga,
menyusun kebijakan dan mengembangkan sistem pengelolaan pendidik secara transparan
dan akuntabel melalui pembentukan tim pengembang dan program rintisan pengelolaan
pendidik.
Keempat, meningkatkan kapasitas staf dalam perencanaan dan evaluasi program
melalui pelatihan, pendidikan lanjutan dan rotasi. Kelima, mengembangkan sistem
layanan pendidik untuk pendidikan layanan khusus melalui kerja sama dengan LPTK dan
lembaga terkait lain. Keenam, melakukan kerja sama antar lembaga di dalam dan di luar
negeri melalui berbagai program yang bermanfaat bagi pengembangan profesi pendidik.
Kelima, mengembangkan sistem dan pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan
melalui pembentukan tim pengembang dan tim penjamin mutu pendidikan. Keenam,
menyusun kebijakan dan mengembangkan sistem pengelolaan pendidik secara transparan
dan akuntabel melalui pembentukan tim pengembang dan program rintisan pengelolaan
guru dan tenaga kependidikan.

Biaya

Kelahiran Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang

4
semula diharapkan menjadi landasan dan tonggak penting dalam peningkatan idealisme
dan peningkatan mutu, kesejahteraan serta martabat guru, sudah selayaknya
diimplementasikan secara nyata. Kita berharap, profesi sebagai guru menjadi benar-benar
mulia dan bermartabat. Guru tidak lagi dianggap sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
Tapi, jasa-jasa guru betul-betul diperhatikan dan dihargai dengan layak dan manusiawi.3

Adanya komitmen untuk meningkatkan mutu dan kesejahteraan guru bisa


dijadikan sebagai momentum pembangkit kembali idealisme guru dalam membangun
peradaban bangsa Indonesia. Sehingga, masa depan Indonesia bisa lebih maju,
berkualitas, berbudaya, cerdas, dan dapat bersaing dalam percaturan dunia. Para guru
harus menjadi lokomotif utama bagi perubahan karakter, keunggulan SDM dan
modernisasi bangsa Indonesia.

Kita memang telah membuat banyak agenda untuk memperbaiki martabat dan
nasib guru, terutama dari sisi kesejahteraannya. Namun, persoalannya adalah bagaimana
agenda tersebut dapat diimplementasikan dan diwujudkan secara nyata, konkret, dan
didasarkan atas kemauan politik dan keseriusan tekad pemerintah.

Selama anggaran pendidikan masih demikian rendah, sudah dapat dipastikan


upaya peningkatan mutu dan kesejahteraan guru pun akan tetap memprihatinkan. Dan,
dampak parahnya akan berimbas pada upaya peningkatan mutu SDM unggul untuk
membangun peradaban bangsa semakin sulit dilakukan. Padahal, bangsa yang
bermartabat adalah bangsa yang mau menjadikan guru sebagai sosok yang bermartabat
dan sejahtera bahwa penciptaan guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi
memiliki hubungan kuat dengan kompensasi, karena kompensasi adalah bahagian dari
bentuk penghargaan secara profesional.

Adapun pengertian dari kompensasi Rohmat (2007:3) menjelaskan bahwa


“kompensasi juga dapat diartikan sebagai penghargaan, tidak hanya sekadar pemberian
upah atau gaji akibat dari konsekuensi menjadi tenaga pendidikan atau karyawan dari
sebuah organisasi pendidikan. Dan lebih jauh Martoyo (2000:46, dalam Rahmat, 2007:2)

3 http://irwanprayitno.info/artikel/1195641999-komitmen-anggaran-peningkatan-mutu-dan-kesejahteraan-
guru.htm

5
mengatakan bahwa kompensasi bagi organisasi pendidikan berarti penghargaan pada para
guru atau karyawan yang telah member kontribusi dalam mewujudkan tujuannya melalui
kegiatan yang disebut mengajar atau bekerja.

Pemberian kompensasi memiliki pengaruh besar pada usaha untuk


membangkitkan motivasi para guru guna meningkatkan profesionalitas mereka. Sehingga
yang perlu dipahami seperti apa kompensasi tersebut akan diberikan atau bagaimana
bentuk kompensasi tersebut harus diterima oleh para guru.

Bentuk pemberian kompensasi dapat berbentuk kompensasi langusng dan


kompensasi tidak langsung. Griffin,W.R & Moorhead (1986:446) mengatakan
penghargaan atau ganjaran sebagai kompensasi dapat dibedakan sebagai berikut.4

1) Kompensasi langsung

Kompensasi langsung adalah ganjaran atau penghargaan yang disebut gaji/upah


yang dibayar secara tetap, berdasarkan tenggang waktu yang tetap. Sejalan dengan
pengertian tersebut, upah atau gaji diartikan juga sebagai pembayaran dalam bentuk tunai
atau berupa natura yang diperoleh tenaga pendidikan atau karyawan untuk melaksanakan
dalam melakukan proses belajar-mengajar. Kompensasi langsung disebut juga upah dasar
yakni upah atau gaji tetap yang diterima pekerja/tenaga pendidikan/karyawan dalam
bentuk upah bulan (salary) atau upah mingguan.

2)Kompensasi tidak langsung

Kompensasi tidak langsung adalah pemberian bagian keuntungan atau manfaat


lainnya bagi para tenaga pendidikan atau karyawan di luar gaji atau upah tetap, dapat
berupa uang atau barang, missal THR. Dengan kata lain, kompensasi tidak langsung
adalah program pemberian penghargaan atau ganjaran dengan variasi yang luas, dapat
pula berupa pemberian jaminan kesehatan, liburan, cuti, dan lain-lain.
Secara lebih dalam Gehman (1985:21) mengatakan mengenai tipe-tipe kompensasi yaitu
adalah terdiri dari uang, benefit, penghasilan tambahan, dan hadiah. Dengan diberikannya
4 http://www.stainlangsa.ac.id/jurnal/tarbawi/113-pengembangan-sdm-berkualitas-dalam-rangka-
perwujudan-profesionalisme-guru-di-era-kontemporer

6
kompensasi tersebut berdasarkan mekanismenya diharapkan penghargaan terhadap jerih
payah para guru dalam mengembangkan lembaga pendidikan yang berkualitas untuk
menghasilkan para output yang mampu berkompetisi di pasar akan terwujud. Karena
bagaimanapun kita harus bisa menyimpulkan bahwa kompensasi yang pantas adalah
bentuk wujud kuat dari kepedulian kita dalam menghargai semangat dan keikhlasan para
guru dalam ikut turut serta mencerdaskan generasi bangsa.

Tingkat pendidikan

Kualifikasi akademis. Guru/ tenaga pendidik harus memenuhi kualifikasi berupa


ijazah S-1 atau D-4 yang diterapkan secara pukul rata termasuk guru senior yang sudah
mempunyai pengalaman. bertahun-tahun tentu akan menjadi beban tersendiri. Dalam hal
ini pada prakteknya kemudian dipaksakan hanya sekedar mencari formalisasi ijazah agar
memenuhi prasyarat menjadi guru/ tenaga pendidik dengan tanpa memperhitungkan ilmu
pengetahuan yang harus dipertanggungjawabkan dalam dunia keilmuan. Tentunya harus
menjadi renungan bersama bagi kita, bahwa kenapa kita masih saja terjebak pada
persoalan-persoalan formalis yang justru membelenggu kita ? mestinya juga harus
dipertimbangkan kapasitas keilmuan yang dimilikinya.5
Peningkatan karier seorang guru yang profesional ditentukan atau sangat
berkaitan dengan kompetensi dan prestasi kerjanya. Dengan demikian maka kenaikan
jenjang jabatan dan pangkat merupakan buah dari bertambahnya kompetensi dam prestasi
kerja yang ditunjukkan dalam suatu kurun atau periode tertentu.
Pemerintah dan DPR telah mengesahkan dan memberlakukan UU No.20 tahun
2003 tentang system pendidikan nasional. Empat tahun sudah UU tersebut berlaku. Tidak
lama kemudian pemerintah dan DPR mengesahkan dan memberlakukan UU tentang guru
dan dosen, termasuk didalamnya tentang sertifikasi yang dijelaskan dalam
PERMENDIKNAS No 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru dalam jabatan.
Dengan lahirnya UU tersebut, maka pemerintah dalam hal ini Depdiknas mulai
menyusun strategi untuk melakukan sertifikasi profesi bagi para guru diseluruh
Indonesia. Tidak lupa juga lembaga-lembaga pendidikan yang berhak melakukan uji
sertifikasi bagi para guru. Tujuan dan latar belakang dari sertifikasi bagi guru ini sangat

5 http://www.kompip.or.id/files/Antara%20tuntutan%20profesionalitas%20guru.pdf

7
mulia, yaitu untuk meningkatkan profesionalitas para guru, yang pada akhirnya nanti
meningkatkan pula kualitas pendidikan di Indonesia. Sekolah tidak hanya meluluskan
anak didiknya yang kemudian menjadi beban masyarakat, karena masih belum bekerja.
Tetapi para lulusan yang mampu mandiri, mampu menciptakan lapangan kerja dan
mampu pula untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang tinggi, serta mampu bersaing
di era globalisasi.
Berdasarkan pagu yang ditetapkan oleh pemerintah ada isu bahwa tidak semua
guru dengan serta merta mengikuti sertifikasi. Dengan kata lain bahwa sertifikasi guru
akan dilakukan cara bertahap tergantung pada institusi yang bersangkutan tetapi yang
jelas pendataan terhadap guru telah dilakukan oleh institusi pendidikan semisal
Departemen Agama, Departemen Pendidikan Nasional maupun departemen lain yang
menaungi lembaga pendidikan dibawahnya.
Ada alasan logis mengapa sertifikasi perlu dilakukan pada profesi guru. Pertama,
Meningkatkan kualitas dan kompetensi guru; Kedua, Meningkatkan kesejahteraan dan
jaminan financial secara layak sebagai profesi. Adapun muara akhir yang menjadi
targetnya adalah terciptanya kualitas pendidikan.
Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga professional merupakan bagian dari
pembaharuan system pendidikan nasional yang pelaksanaannya memperhatikan berbagai
ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang pendidikan, kepegawaian,
ketenagakerjaan, keuangan dan pemerintah daerah.
Sehubungan dengan itu diperlukan pengaturan tentang kedudukan guru dan dosen
sebagai tenaga profesional dalam suatu undang-undang.Untuk meningkatkan
penghargaan terhadap tugas guru, maka perlu dikukuhkan dengan pemberian sertifikat
pendidik. Sertifikat tersebut merupakan pengakuan atas kedudukannya guru dalam
melaksanakan tugas, guru harus memperoleh penghasilan diatas kebutuhan hidup
minimum sehingga memiliki kesempatan untuk meningkatkan kemampuan
profesionalnya.
Demikian besar peranan seorang guru dalam menunjang keberhasilan pendidikan
sehingga perlu kiranya mendapatkan perhatian yang cukup serius. Terutama dari
pemerintah, sebagaimana guru akan bertanggung jawab kepadanya. Dengan adanya
perhatian yang serius pada guru, akan menimbulkan sebuah ikatan emosional yang bisa

8
meningkatkan kinerja sehingga juga akan meningkatkan produktifitas guru. Dengan
kondisi yang demikian, maka tujuan dari pendidikan akan mudah untuk dicapai. Begitu
pula sebaliknya, kinerja yang rendah akan menurunkan produktifitas guru yang akan bisa
menghambat pencapaian tujuan pendidikan.6
Pengawasan

Pengawasan terhadap pendidik tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah


Menengah Atas (SMA) perlu dilakukan secara terkoordinasi. Namun, dalam
menyelesaikan masalah di sekolah, tugas pengawas bukan saling menyalahkan, tetapi
lebih mengedepankan pendekatan kekeluargaan (persuasif) dan saling mengingatkan.
Selama ini, terangnya, belum ada guru SMP maupun SMA yang membandel jika
diingatkan soal tugas dan tanggungjawabnya terhadap siswa, tetapi setelah diingatkan
sekali atau dua kali mereka cepat menyadari kesalahannya dan mau memperbaikinya.
pengawasan itu sudah melekat pada masing-masing individu guru, terutama yang
berkaitan dengan proses kegiatan belajar mengajar (KBM). Pihak pengawas akan
membantu mengawasi bila ada masalah, karena beberapa item yang diawasi adalah
KBM, menyusun silabus, rencana program pelajaran (RPP), dan lainnya.
“Jika ada guru yang malas melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, maka
pengawasan yang pertama dilakukan oleh kepala sekolah,” katanya.
Pengawasan itu, katanya, bersifat umum seperti pembinaan dan arahan agar mereka tetap
menjalankan tugas dan kewajibannya. Termasuk kegiatan tambahan, seperti remedial,
les, dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Apalagi, ada dukungan sekolah dan komite
untuk pengembangan proses belajar mengajar.

Hanya saja, katanya, pada SD tugas guru lebih berat karena guru kelas harus
menguasai mata pelajaran, sedangkan SMP dan SMA ditangani guru bidang studi,
sehingga banyak guru yang memegang satu mata pelajaran.
Ke depan, diharapkan bahwa fungsi pengawasan itu, bukan hanya saat pengawas
turun kepada setiap sekolah, tetapi harus menjadi bagian penting dalam manajemen
kependidikan pada setiap sekolah.7
6 http://gudangmakalah.blogspot.com/2010/04/skripsi-profesionalitas-guru-ma-x-pasca.html
7 http://www.sumbawanews.com/berita/daerah/pengawasan-guru-mesti-terkoordinasi.html

9
Manajemen

Pengertian manajemen menurut Rue & Byars (2000: 4) adalah: ”Management is a


form of work that involves coordinating an organization’s resources-land, labour, and
capital to accomplish organizational objectives”. Sebuah bentuk manajemen yang
melibatkan koordinasi wilayah sumber daya organisasi, tenaga kerja, dan modal
merupakan sasaran pemenuhan tujuan organisasi tersebut. Selanjutnya Hasibuan, M. S
(2003: 1-2) juga mendefinisikan manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pengelolaan menajemen yang baik akan
memudahkan dalam pencapaian tujuan organisasi secara efektif sesuai dengan target
waktu yang telah ditentukan bersama
Manajemen pengembangan kompetensi guru dapat diartikan sebagai usaha yang
dikerjakan untuk memajukan dan meningkatkan mutu, keahlian, kemampuan, dan
keterampilan guru demi kesempurnaan tugas pekerjaannya. Pengembangan kompetensi
guru didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan (1) perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, khususnya arus globalisasi dan informasi, (2) menutupi
kelemahankelemahan yang tak tampak pada waktu seleksi, (3) mengembangkan sikap
profesional, (4) mengembangkan kompetensi profesional, dan (5) menumbuhkan ikatan
batin antara guru dan kepala sekolah. Secara teknis, kegiatan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kompetensi guru adalah (1) bimbingan dan tugas, (2) pendidikan dan
pelatihan, (3) kursus-kursus, (4) studi lanjut, (5) promosi, (6) latihan jabatan, (7) rotasi
jabatan, (8) konferensi, (9) penataran, (10) lokakarya, (11) seminar, dan (12) pembinaan
profesional guru (supervisi pengajaran).
Manajemen peningkatan kompetensi guru bermuara pada pertumbuhan
manusiawi dan profesionalisme guru (Mantja, 2002). Dalam hal ini, hubungan antara
kepala sekolah dan guru bersifat proaktif mengupayakan perbaikan, pengembangan,
peningkatan keefektifan dan didasarkan atas kekuatan persepsi, bakat/potensi, dan minat
individu. Artinya, kepala sekolah hendaknya memiliki kepedulian terhadap kebutuhan
manusiawi dan profesionalisasi guru dalam tiga perspektif. Pertama, keterlibatan guru

10
dengan segala keunikan kepribadiannya, bakatnya, mengupayakan promosi yang wajar
berdasarkan kemampuan kerja guru. Kedua, kepedulian kepala sekolah terhadap
pengembangan guru. Ketiga, program peningkatan profesionalisme guru dilakukan secara
kolaboratif antara kepala sekolah dan guru dalam rangka meningkatkan keefektifan
sekolah. Ketiga perspektif tersebut dalam proses manajemen bersifat interdependensi
dinamis.
Dukungan Kompetensi Manajemen
Kompetensi manajemen yang dibutuhkan untuk peningkatan profesionalisme
guru dibedakan atas tiga jenis (Surya Dharma, 2003), (1) manajemen pada tingkatan
kepala dinas pendidikan, (2) manajemen pada tingkatan kepala sekolah, dan (3)
manajemen pada tingkatan guru. Pada tingkatan kepala dinas dibutuhkan kompetensi
tentang (1) strategic thinking, (2) change leadership, dan (3) relationship management.
Strategic thinking merupakan kompetensi untuk memahami kecenderungan perubahan
sistem pendidikan yang begitu cepat, peka terhadap kondisi eksternal berupa peluang dan
tantangan, memberdayakan potensi internal berbasis kekuatan dan kelemahan sistem
pendidikan yang diterapkan, sehingga mampu mengidentifikasikan strategic response
secara optimal. Aspek change leadership berurusan dengan kompetensi untuk
mengomunikasikan visi dan strategi dinas pendidikan yang dapat ditransformasikan
kepada para guru. Pemahaman atas visi dinas pendidikan oleh para guru akan
menumbuhkan motivasi dan komitmen guru, sehingga mereka dapat bergerak sebagai
sponsor inovasi, terutama dalam mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya sebaik
mungkin untuk menuju kepada proses perubahan. Kompetensi relationship management
merupakan kemampuan untuk meningkatkan hubungan dan jaringan dengan instansi lain
yang terkait, misalnya dengan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, sehingga
inovasi-inovasi yang berkembang dapat dicandra secara cepat untuk kemudian
disosialisasikan kepada para kepala sekolah dan para guru. Kompetensi-kompetensi
tersebut dapat mendorong peningkatan profesionalisme kepala sekolah dan guru.
Pada tingkatan kepala sekolah dibutuhkan kompetensi-kompetensi fleksibility,
change impelementation, interpersonal understanding, empowering, team facilitation,
dan portability. Aspek fleksibility adalah kemampuan melakukan perubahan pada struktur
dan proses manajerial sekolah. Aspek change impelementation merujuk pada kemampuan

11
untuk melakukan perubahan strategi implementasi kebijakan demi tercapainya
keefektifan pelaksanaan tugas-tugas sekolah. Dimensi interpersonal undrstanding
berurusan dengan kemampuan untuk memahami nilai berbagai tipe guru layaknya
sebagai seorang manusia. Aspek empowering merupakan kemampuan berbagi informasi,
akomodatif terhadap gagasan para guru dan pegawai di sekolah, mengakomodasi
kebutuhan guru dan pegawai dalam peningkatan profesionalisme, mendelegasikan
tanggung jawab secara proporsional, menyiapkan saran dan umpan balik yang efektif,
menyatakan harapan-harapan yang positif kepada guru dan menyediakan penghargaan
bagi peningkatan kinerja guru dan pegawai. Dimensi team facilitation lebih mengarah
pada kemampuan untuk menyatukan para guru untuk bekerja sama secara efektif dalam
mencapai tujuan bersama, temasuk memberi kesempatan kepada para guru untuk
berpartisipasi mengatasi konflik. Dimensi portability merupakan kemampuan beradaptasi
dan berfungsi secara efektif dengan lingkungan luar sekolah. Kompetensi-kompetensi
tersebut sangat potensial untuk mendorong timbulnya motivasi intriksik para guru dan
rasa tanggung jawab yang lebih besar dalam meningkatkan profesionalismenya.
Pada tingkatan guru dibutuhkan kompetensi-kompetensi fleksibilitas; mencari dan
menggunakan informasi, motivasi dan kemampuan untuk belajar, motivasi berprestasi,
motivasi kerja di bawah tekanan waktu; kolaborasi dan orientasi pelayanan kepada siswa.
Dimensi fleksibilitas adalah kemampuan untuk melihat perubahan sebagai suatu
kesempatan yang menggembirakan ketimbang sebagai ancaman. Aspek mencari
informasi, motivasi, dan kemampuan belajar adalah kompetensi tentang antusiasme untuk
mencari kesempatan belajar tentang keahlian teknis dan interpersonal. Dimensi motivasi
berprestasi adalah kemampuan untuk mendorong inovasi, perbaikan berkelanjutan baik
kuantitas dan kualitas yang dibutuhkan sesuai dengan tantangan kompetensi. Aspek
motivasi kerja dalam tekanan waktu merupakan kombinasi antara fleksibilitas, motivasi
berprestasi, menahan stress, dan komitmen untuk meningkatan profesionalisme. Dimensi
kolaborasi adalah kemampuan bekerja secara kooperatif di dalam kelompok yang
multidisiplin, menaruh harapan positif kepada kolega lain, pemahaman interpersonal dan
komitmen pendidikan. Dimensi keinginan yang besar melayani siswa dengan baik adalah
kompetensi yang dibutuhkan oleh guru sebagai konsekuensi berlakunya paradigma
custumisation. Paradigma ini lebih meletakkan landasan yang kuat, bahwa kehadiran

12
guru di sekolah lebih sebagai fasilitator dan meninggalkan perannya yang kurang tepat
selama ini, yaitu sebagai transmiter ilmu.

Perencanaan
Masalah perencanaan:

Permasalahan tidak hanya dirasakan oleh para guru yang belum memiliki
kualifikasi D4/S1 saja, yang jelas-jelas tidak bisa diikutsertakan, tetapi bagi para guru
yang sudah berkualifikasi D4/S1 pun tetap akan menjumpai sejumlah persoalan, terutama
kesulitan guna memenuhi empat komponen lainnya, yaitu komponen: (1) pendidikan dan
pelatihan, (2) keikutsertaan dalam forum ilmiah, (3) prestasi akademik, dan (4) karya
pengembangan profesi.

Saat ini, keempat komponen tersebut belum sepenuhnya dapat diakses dan
dikuasai oleh setiap guru, khususnya oleh guru-guru yang berada jauh dari pusat kota.
Frekuensi kegiatan pelatihan dan pendidikan, forum ilmiah, dan momen-momen lomba
akademik relatif masih terbatas. Begitu juga budaya menulis, budaya meneliti dan
berinovasi belum sepenuhnya berkembang di kalangan guru. Semua ini tentu akan
menyebabkan kesulitan tersendiri bagi para guru untuk meraih poin dari komponen-
komponen tersebut.

Upaya lembaga pendidikan dilihat dari segi perencanaan:

Di era global, transformasi berjalan sangat cepat yang kemudian mengantarkan


masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based society) dimana pada masyarakat
berbasis pengetahuan, peranan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat
dominan.Pendidikan bertugas menyiapkan peserta didik agar dapat mencapai peradaban
yang maju melalui perwujudan suasana belajar yang kondusif, aktivitas pembelajaran
yang menarik dan mencerahkan, serta proses pendidikan yang kreatif.

Keberhasilan pelaksanaan pendidikan tentunya tidak lepas dari perencanaan


pendidikan untuk mengatur komponen-komponen dalam pendidikan karena perencanaan
pendidikan dimaksudkan untuk mempersiapkan semua komponen pendidikan agar dapat
terlaksananya proses belajar mengajar yang baik dalam penyelenggaraan pendidikan

13
dalam mencapai sasaran pendidikan sebagaimana yang diharapkan. Ada 10 (sepuluh)
komponen utama pendidikan yaitu peserta didik, tenaga pendidik, tenaga kependidikan,
paket instruksi pendidikan, metode pengajaran (dalam proses belajar mengajar),
kurikulum pendidikan, alat instruksi dan alat penolong instruksi, fasilitas pendidikan,
anggaran pendidikan, dan evaluasi pendidikan.

Masalah kemauan:

Hal yang mendasar pada problem tersebut adalah ”kemauan” untuk maju. Apabila
kita percaya tidak ada siswa yang bodoh dengan ”multiple intelligences”-nya masing-
masing, maka kita juga harus percaya bahwa ”tidak ada guru yang tidak becus mengajar”.
Hanya saja, kenyataan yang terjadi adalah keengganan guru untuk terus belajar dan
bekerja dengan baik disebabkan oleh, ada kemungkinan, tidak adanya ”kemauan” untuk
belajar dan maju.

Upaya lembaga pendidikan dilihat dari segi kemauan:

upaya lembaga pendidikan dalam hal memberikan kesempatan bagi para calon
tenaga pengajar untuk melanjutkan tingkat pendidikan kejenjang yang lebih tinggi
dengan cara Dua tahun yang lalu, pemerintah memulai melaksanakan program sertifikasi
guru. Program ini sebenarnya diawali dari sebuah hipotesis bahwa guru yang profesional
dan berkualitas akan terwujud apabila kesejahteraannya mencukupi. Sebaliknya, jangan
harap seorang guru akan profesional jika kesejahteraannya tidak mencukupi untuk
kehidupan sehari-hari. Beberapa bulan yang lalu, ternyata hipotesisi itu terjawab.

Dari data statistik yang dianalisis oleh teman-teman asesor menyebutkan bahwa
para guru penerima tunjangan profesi yang cukup besar, ternyata belum menunjukkan
kemajuan kualitas dalam proses mengajarnya. Mereka tidak berubah. Mereka tetap
mengajar biasa-biasa saja. Meskipun mereka sudah menerima tunjangan profesi,
sebagaimana yang diharapkan pemerintah untuk menjadi guru yang profesional, dengan
berbagai kriteria yang sudah ditentukan dalam proses sertifikasi guru. Jadi, menurut saya
perlu ditambahkan hipotesis baru, yaitu ”besarnya penghasilan guru belum tentu menjadi
penyebab berkembangnya kualitas guru”.

14
15

You might also like