You are on page 1of 25

PERDAGANGAN LUAR NEGERI

INDONESIA-AMERIKA
HTSP. Siregar*

Abstract

This paper studies the relationship between Indonesia and the


United States (US) in economy, particularly from international
trade perspective. Attempting to use annual time series data
from 1997-2008, the writer raises the questions, for instance,
how is the development of foreign trade of the two countries?
Which country takes more advantages from the bilateral relations?
Critically, he tried to answer the question whether Indonesia’s
export is more than its import or its export is less than its import.
Various data, figures and tables had been applied to present his
explanations. He argued the Indonesian government needs to
diversify its export commodities and open new markets in the
US.

Kata Kunci: Perdagangan internasional, Indonesia-Amerika, ekspor, impor


barang, surplus, defisit, devisa

I. Latar Belakang

Hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat telah lama terjalin jauh


sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Hubungan yang
berawal dari perdagangan tersebut dalam perjalanannya berkembang luas. Peran
kamar dagang kedua negara sangat besar di dalam menjalin keharmonisan
hubungan kedua negara tersebut.
Perjalanan hubungan bilateral Indonesia dengan Amerika yang telah
lama tersebut tidak selamanya berjalan mulus. Seperti lazimnya dinamika sebuah
hubungan, hubungan antara Indonesia dengan Amerikapun mengalami pasang-
surut. Salah satu pengalaman yang tidak menyenangkan bagi bangsa Indonesia
dalam berhubungan dengan Amerika Serikat pernah terjadi ketika Pemerintah
*
Penulis adalah peneliti bidang Ekonomi/Kebijakan Publik di P3DI Sekretariat Jenderal DPR RI.
Email: boy_siregar@yahoo.com

Perdagangan Luar Negeri ....... 437


Amerika Serikat mengambil kebijakan mengembargo persenjataan militer
Indonesia di era Pemerintahan Orde Baru. Kebijakan sanksi embargo tersebut
dikenakan kepada Pemerintah Indonesia karena Tentara Nasional Indonesia
(TNI) dinilai melanggar ketentuan perang di Timor Timur. Embargo peralatan
militer tersebut telah membuat Pemerintah Indonesia khususnya TNI tidak dapat
berbuat banyak khususnya dalam aksi-aksi kegiatan militer. Setelah berlangsung
relatif lama, akhirnya embargo terhadap persenjataan TNI dicabut.
Sementara hubungan Indonesia Amerika di bidang perdagangan,
beberapa waktu yang lalu, Pemerintah Indonesia diwakili oleh Menteri
Perdagangan Mari Elka Pangestu dan Amerika Serikat diwakili oleh Perwakilan
Perdagangan Amerika Serikat Susan C. Schwab telah menandatangani nota
kesepahaman tentang kerja-sama mengamankan perdagangan tekstil dan
produk tekstil kedua negara di Washington. Mendag. Pangestu menjelaskan
bahwa selama beberapa tahun ini tekstil dan produk tekstil merupakan bagian
penting dari ekspor Indonesia ke Amerika Serikat. Dengan dicapainya
kesepakatan ini mencerminkan berlangsungnya peningkatan hubungan
perdagangan di antara kedua negara. Tujuan dari kesepakatan tersebut adalah
untuk mencegah praktek transhipment illegal tidak terjadi lagi.1
Kesepakatan perdagangan Indonesia-Amerika tersebut kembali
menjelaskan kepentingan bersama kedua negara. Artinya kedua negara saling
membutuhkan dalam menjalin hubungan kerja-sama perdagangan internasional.
Data Departemen Perdagangan Amerika Serikat (US Departement of
Commerce) menyebutkan bahwa nilai total perdagangan kedua negara pada
tahun 2005 mencapai US$ 15,06 miliar. Nilai itu naik dibandingkan dengan tahun
2004 sebesar US$ 12,48 miliar dan pada tahun 2003 sebesar US$ 12,04
miliar. 2
Nilai ekspor Indonesia ke Amerika mencapai US$ 12,02 miliar pada
tahun 2005. Artinya, nilai itu naik dibandingkan dengan tahun 2004 sebesar
US$ 11,15 miliar. Sementara nilai impor Indonesia dari Amerika tercatat sebesar
US$ 3,04 miliar pada tahun 2005. Nilai itu naik 14,1 persen dibandingkan dengan
nilai impor Indonesia dari Amerika pada tahun 2004. Di sisi lain, ekspor tesktil
dan produk tekstil Indonesia ke Amerika Serikat mencapai US$ 3,13 miliar

1
Lihat “Indonesia-Amerika Teken Pemberantasan Transshipment Ilegal” http://
www.tempointeractive.com/hg/transhipment+illegal/Rabu, 27 September 2006
2
Ibid.

438 Kajian Vol 14 No.3 September 2009


pada tahun 2005. Nilai impor itu naik sebesar 18,76 persen dibandingkan dengan
impor pada tahun 2004 yang hanya mencapai US$ 2,63 miliar.3
Sementara investasi Amerika di Asia, Indonesia merupakan negara keempat
terbesar setelah Jepang, Singapura dan Hongkong. Ini berarti investasi Amerika
tertanam di Indonesia dalam U.S. dolar. Belum lagi bantuan Amerika Serikat
lainnya kepada Indonesia seperti dalam bentuk loan.

II. Permasalahan

Uraian di atas menggambarkan hubungan antara Indonesia dengan


Amerika khusus dalam sektor perdagangan luar negeri kedua negara. Gambaran
sesungguhnya tentang hubungan perdagangan Indonesia-Amerika terdapat
dalam Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika. Seberapa besar manfaat yang
diperoleh dari perdagangan luar negeri Indonesia-Amerika dapat dilihat dari ekspor
dan impor barang dan jasa di masing-masing negara tersebut. Data tentang
perdagangan Indonesia-Amerika tersebut tercatat pada Neraca Perdagangan
Indonesia-Amerika dan juga pada Neraca Pembayaran atau Balance of Payment
(BOP).
Bagaimana hubungan perdagangan luar negeri Indonesia-Amerika
khususnya dalam ekspor-impor barang? Berapa besar nilai yang diperoleh dari
ekspor-impor barang antara Indonesia-Amerika? Apakah ekspor barang Indonesia
ke Amerika lebih besar daripada impor barang Indonesia dari Amerika? Atau
sebaliknya, ekspor barang Indonesia ke Amerika lebih kecil daripada impor
barang Indonesia dari Amerika? Siapa yang memperoleh surplus perdagangan
di antara kedua negara? Berapa besar angka pertumbuhan ekspor-impor dan
surplusnya? Apa manfaatnya Indonesia?
Tulisan ini mengkaji hubungan perdagangan Indonesia-Amerika
khususnya ekspor-impor barang dalam kurun waktu 12 tahun (1997 - 2008)
untuk mendapatkan gambaran sejauhmana manfaatnya bagi kedua negara,
khususnya bagi Indonesia.

III. Konsep Hubungan Antarnegara Dalam Bidang Perdagangan

Di alam globalisasi dewasa ini dapat dipastikan tidak ada lagi negara
yang melakukan perekonomian autarchy yaitu suatu bentuk perekonomian

3
Ibid.

Perdagangan Luar Negeri ....... 439


tanpa melakukan perdagangan dengan negara lain. Sulit bagi suatu negara
hanya mengandalkan perekonomiannya dari dalam negeri sendiri di alam
globalisasi dewasa ini. Kesulitan itu dapat dimengerti dengan menyadari bahwa
setiap negara mempunyai keterbatasan, perbedaan dan kelangkaan dalam
sumber daya ekonomi. Berangkat dari kesadaran akan keterbatasan, perbedaan
dan kelangkaan sumber daya ekonomi tersebut kemudian lahir keinginan untuk
meningkatkan derajat hidup bersama dengan melakukan kerja-sama ekonomi
(perdagangan internasional) dengan negara-negara lain.
Suatu negara ketika menjalin hubungan kerja-sama ekonomi dengan
negara lain baik itu menjual (mengekspor) atau membeli (mengimpor) barang
dan jasanya maka perekonomian negara-negara tersebut sudah dapat dikatakan
terbuka (open economy). Namun sejauh mana kerbukaan perekonomian itu
dapat diketahui melalui nilai rasio ekspor dan impor terhadap total Produk
Domestik Bruto (PDB).
Jika perdagangan telah dibuka, dan jika setiap negara berkonsentrasi
pada bidang yang memiliki keunggulan komparatif, maka kehidupan semua
orang akan menjadi lebih baik. Pekerja di setiap negara dapat memperoleh
barang konsumsi dalam jumlah besar, untuk jumlah jam kerja yang sama, jika
orang melakukan spesialisasi pada bidang yang memiliki keunggulam komparatif
yang relatif tidak mempunyai keunggulan. Ketika perbatasan dibuka unruk
perdagangan internasional, pendapatan nasional setiap negara yang melakukan
perdagangan akan meningkat. 4
Pertumbuhan ekonomi suatu negara juga ditentukan oleh hubungan
kerja-sama ekonomi antarnegara baik itu bilateral apalagi multilateral. Hubungan
kerja-sama ekonomi tersebut ada yang dapat langsung memberi manfaat dan
juga ada yang memberikan manfaatnya dalam kurun waktu yang relatif panjang.
Perdagangan internasional merupakan contoh yang memberikan manfaat
langsung. Sementara yang manfaatnya relatif lebih panjang adalah penanaman
modal atau investasi.
Pertanyaan tentang apa yang menjadi dasar dari perdagangan (the basis
for trade) dan apa saja keuntungan yang diperoleh dari perdagangan (the gains
of trade) serta bagaimana dengan pola perdagangan (pattern of trade) menjadi
pokok dalam menjelaskan dasar teori perdagangan internasional.

4
Paul A. Samuelson & William D. Nordhaus, “Makro Ekonom”, Edisi Keempatbelas, Jakarta,
Penerbit Erlangga, 1991: hal. 307

440 Kajian Vol 14 No.3 September 2009


Berkaitan dengan perdagangan internasional, dikenal teori-teori yang
mencoba memahami alasan sebuah negara mau melakukan kerja-sama ekonomi
atau perdagangan dengan negara-negara lain. Ada beberapa teori perdagangan
internasional. Namun yang banyak digunakan sebagai acuan adalah teori
keunggulan absolut (absolute advantages) yang dikembangkan oleh Adam Smith
dan teori keunggulan komperatif (comparative advantages) yang dikembang
oleh David Ricardo.
Menurut Adam Smith, perdagangan akan meningkatkan kemakmuran
bila dilakukan melalui mekanisme perdagangan bebas. Dengan mekanisme
perdagangan bebas, para pelaku ekonomi dengan sendirinya akan terarahkan
melakukan spesialisasi untuk mencapai tingkat efisiensi yang baik. Dalam
melakukan spesialiasi tersebut harus berdasarkan keunggulan absolut yaitu
dengan melihat dari kemampuan produksi dengan biaya lebih rendah.
Sementara David Ricardo dengan prinsip keunggulan komperatif
mengatakan bahwa setiap negara akan berspesialisasi dalam produksi dan
mengekspor barang yang biayanya relatif rendah (artinya relatif lebih efisien
dibanding dengan negara lain); sebaliknya, setiap negara akan mengimpor barang
yang biaya produksinya relatif tinggi (dengan kata lain kurang efisien dibanding
negara lain). 5
Setiap negara mau tidak mau melakukan speliasiasi produksi dengan
ada perdagangan antarnegara. Mana komoditi yang relatif lebih efisien daripada
negara lain diekspor dan barang yang relatif kurang efisien daripada di negara
lain akan diimpor dari negara lain.
Semakin cepat timbul perbedaan produktifitas di dalam suatu negara,
maka spesialisasi dan perdagangan akan semakin menguntungkan. Begitu pula
halnya antarnegara. Perdagangan internasional memungkinkan spesialisasi dan
pembagian kerja yang efisien – lebih efisien dibandingkan hanya mengandalkan
produktifitas domestik saja. 6
Menurut David Ricardo, perdagangan itu wajib karena setiap negara
akan melakukan spesialisasi dan menjual produknya ke negara lain dan
mengimpor produk negara lain. Bila suatu negara yang mengabaikan prinsip
keunggulan komparatif dalam menyelenggarakan perdagangan maupun
perekonomiannya, pada gilirannya akan menanggung akibat yang merugikan
atas standar kehidupan masyarakat dan laju pertumbuhan ekonominya.7

5
Ibid., hal. 395
6
Ibid., hal. 407
7
Ibid., hal. 408

Perdagangan Luar Negeri ....... 441


Diversifikasi atau keanekaragaman kondisi produksi merupakan alasan
mendasar setiap negara untuk terlibat dalam perdagangan internasional. Menurut
prinsif umum ini, perdagangan terjadi: (a) kerena perbedaan kondisi produksi,
(b) karena menurunnya biaya (atau timbulnya skala ekonomi); dan (c) karena
keanekaragaman selera.8
Prinsip keunggulan komparatif Ricardo ini mengatakan bahwa
perdagangan antar dua wilayah akan menguntungkan, meskipun salah satu
wilayah, secara absolut lebih produktif atau kurang produktif dibandingkan wilayah
lain pada semua komoditi. Sepanjang terdapat perbedaan efisiensi relatif atau
komparatif di antara negara, setiap negara pasti mempunyai keunggulan
komparatif atau kelemahan komparatif pada beberapa produk tertentu.
Keunggulan yang besar akan diperoleh bila suatu negara berspesialisasi pada
bidang yang mempunyai keunggulan komparatif, mengekspor produk tersebut
dan menukarkannya dengan produk negara lain yang di negaranya mempunyai
keunggulan komparatif.9
Dasar pemikiran tentang perdagangan internasional yang dikemukan
Ricardo sudah menjelaskan arti pentingnya perdagangan antarnegara itu.
Berangkat dari pemikiran Ricardo, Sadono Sukirno mengemukan bahwa ada 4
manfaat dari perdagangan internasional yaitu: 10
1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri;
2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi;
3. Memperluas pasar dan menambah keuntungan;
4. Transfer teknologi modern.

Lebih jauh lagi, Sadono menjelaskan tentang faktor-faktor yang


mendorong terjadinya perdagangan internasional sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri;
2. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara;
3. Adanya perbedaan kemampuan pengusaan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam mengelola sumber daya ekonomi;
4. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk
menjual produk tersebut;

8
lbidt., hal. 407
9
Ibid., hal. 408
10
Lihat “Perdagangan Internasional” http://id.wikipedia.org/wiki/ Istimewa: Whatlinkshere/
Perdagangan_internasional: Rabu, 27 September 2006 | 17:44 WIB

442 Kajian Vol 14 No.3 September 2009


5. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja,
budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil
produksi dan adanya keterbatasan produksi;
6. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang;
7. Keinginan membuka kerja-sama, hubungan politik dan dukungan dari negara
lain;
8. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat
hidup sendiri.
Penjelasan lainnya yang juga menegaskan tentang betapa pentingnya
perdagangan antarnegara seperti yang dijelaskan Bradley R. Schiller dalam
bukunya “The Macro Economy Today” sebagai berikut:
“We want to demonstrate that two countries that trade can together
produce more output then they could in the absence of trade. If they
can, the gain from trade will be increased world output and thus a higher
standard of living in both countries.” 11
“Each country can arrive at the same decision itself by comparing its
own opportunity cost to those prevailing elsewhere and offering too trade
to mutual advantage. World output and thus the potential gains from
trade, will be maximized when each country pursues its comparative
advantage. It does not by exporting goods that entail relatively low
domestic opportunity costs and importing goods that in-value relatively
high domestic opportunity costs”. 12
Intinya bahwa perdagangan antarnegara akan meningkatkan output
dunia dan memberikan standard kehidupan yang lebih tinggi bagi negara-negara
yang melakukannya. Selain itu, Bradley melihat perdagangan internasional dari
sudut opportunity cost yaitu nilai yang hilang karena mengambil suatu keputusan
apakah lebih menguntungkan melakukan perdagangan antarnegara atau tidak
dan memilih barang yang mempunyai nilai efisiensi tinggi untuk diekspor.
Di dalam sebuah perekonomian, bila jumlah produksi barang dan jasanya
mengalami peningkatan maka perekonomian negara tersebut dapat dikatakan
bertumbuh. Namun, di dalam prakteknya, sejauhmana pertumbuhan tersebut
sulit untuk dihitung karena selain barang dan jasa tersebut beragam tetapi juga
satuan hitungnya berbeda-beda. Menghadapi kesulitan menghitung pertumbuhan

11
Bradley R.. Schiller, “The Macro Economy Today”, Fourth Edition, Random House, Business
Division, New York, 1989: hal. 448
12
Ibid., hal. 452

Perdagangan Luar Negeri ....... 443


itu, para ekonom menghitung perubahan output dengan nilai uang yang tergambar
dalam nilai Produksi Domestik Bruto (PDB).
Dalam menghitung pertumbuhan suatu perekonomian dengan
menggunakan nilai PDB harus berdasarkan pada harga konstan yaitu harga
yang dianggap tidak berubah. Dengan menggunakan harga konstan, maka
pengaruh terhadap perubahan harga tidak tercatat sehingga angka yang muncul
merupakan nilai uang dari total output barang dan jasa dalam suatu kurun waktu
tertentu.13

Formula perhitungannya sebagai berikut:


PDBRt – PDBR t-1
Gt = x 100% (3.1)
PDBR t-1

Di mana: Gt = pertumbuhan ekonomi periode t (triwulan atau tahunan)


PDBRt = Produk Domestik Bruto Riil (berdasarkan harga konstan)
PDBRt-1 = PDBR satu periode sebelumnya

Jika interval waktunya lebih dari satu periode, perhitungan tingkat


pertumbuhan ekonomi dapat menggunakan persamaan eksponensial sebagai
berikut:

PDBRt = PDBR0 (1 + r) t (3.2)

Di mana:
PBDRt = PDBR periode t
PDBR0 = PDBR periode awal
r = tingkat pertumbuhan
t = jumlah periode

Dengan dapat mengetahui tingkat pertumbuhan perdagangan


antarnegara maka dapat diperoleh gambaran awal tentang bagaimana negara-
negara itu saling membutuhkan. Di sisi lain, perhitungan rata-rata pertumbuhan

13
Rahardja Prathama & Mandala Manurung, “Teori Ekonomi Makro, Suatu Pengantar”, Edisi
Ketiga, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2005: hal. 138-139

444 Kajian Vol 14 No.3 September 2009


perdagangan internasional dapat memberikan gambaran tentang bagaimana laju
pertumbuhan perekonomian negara tersebut.
Dalam teori ekonomi makro, salah satu indikator yang memperlihatkan
bahwa telah terjadi alokasi secara efisien dalam suatu perekonomian adalah
dengan melihat nilai output nasional suatu negara pada suatu kurun waktu
tertentu. Nilai output nasional yang juga dikenal sebagai pendapatan nasional
atau Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) tersebut
dapat menggambarkan beberapa hal penting suatu perekonomian.
Pertama, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang
seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian (tenaga kerja,
barang modal, uang dan kemampuan kewirausahawan) digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa. Secara umum, makin besar pendapatan nasional
suatu negara, semakin baik efisiensi alokasi sumber daya ekonominya.
Kedua, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang
produktifitas dan tingkat kemakmuran suatu negara. Alat ukur yang disepakati
tentang tingkat kemakmuran adalah output nasional per kapita. Nilai output per
kapita diperoleh dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah
penduduk pada tahun yang bersangkutan. Jika angka output per kapita makin
besar, tingkat kemakmuran dianggap makin tinggi. Sementara itu alat ukur
tentang produktifitas rata-rata adalah output per tenaga kerja. Makin besar
angkanya, makin tinggi produktifitas tenaga kerja.
Ketiga, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang
masalah-masalah struktural (mendasar) yang dihadapi suatu perekonomian.
Jika sebagian besar output nasional dinikmati oleh sebagian kecil penduduk,
maka perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi
pendapatannya.14
Kebijakan menjalin hubungan kerja-sama ekonomi suatu negara dengan
negara lain merupakan suatu upaya dari suatu negara untuk mengoptimalkan
kinerja makro ekonomi negara tersebut agar lebih baik daripada sebelum
melakukan hubungan kerja-sama ekonomi dengan negara lain.
Di dalam melaksanakan hubungan kerja-sama ekonomi dengan negara
lain tersebut terdapat tiga kebijakan perdagangan internasional yang biasa
dilakukan oleh negara sedang berkembang (NSB) yaitu substitusi impor (import
substitution), promosi ekspor (export promotion) dan proteksi (protection). 15

14
Ibid., hal. 11
15
Ibid., hal. 306 – 310

Perdagangan Luar Negeri ....... 445


a. Kebijakan Substitusi Impor (Import Substitution Policy)

Kebijakan substitusi impor (import substitution) adalah kebijakan


memproduksi di dalam negeri terhadap barang-barang yang tadinya diimpor.
Pemerintah membangun dan atau memberikan kesempatan kepada sektor
swasta untuk mendiirikan industri-industri yang dapat memproduksi barang-
barang yang tadinya diimpor. Kebijakan ini paling sering ditempuh pada tahap
awal pembangunan ekonomi khususnya pembangunan industri.
Ada beberapa manfaat positif yang diperoleh dari kebijakan substitusi
impor (SI):
1) Mengurangi ketergantungan pada impor;
2) Memperkuat sektor industri;
3) Memperluas kesempatan kerja;
4) Menghemat devisa.

b. Kebijakan Promosi Ekspor (Export Promotion Policy)

Promosi ekspor (PE) merupakan salah satu alternatif mengatasi cepat


jenuhnya pasar domestik, sebab pasar luar negeri relatif jauh lebih besar daripada
pasar domestik. Kebijakan PE umumnya dilakukan setelah berhasil
melaksanakan SI, kendati ada juga yang melakukan secara bersamaan.
Kebijakan PE merupakan kebijakan di bidang industri yang mengutamakan
pengembangan jenis-jenis industri yang menghasilkan produk-produk untuk
ekspor.
Ada empat faktor yang dapat menjelaskan bahwa kebijakan PE mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat dibandingkan kebijakan SI,
yaitu:
1) Kaitan sektor pertanian dengan sekotr industri, misalnya agroindustri yang
berkembang karena berorientasi pada bahan baku pertanian. Dengan
adanya kaitan ini, maka permintaan sektor industri terhadap sektor pertanian
tetap dapat dipertahankan.
2) Skala ekonomi (economies of scale) dapat dicapai karena permintaan
ekspor yang skalanya cukup besar, sehingga dapat diproduksi secara
manufaktur/masal.
3) Meningkatnya persaingan atas prestasi perusahaan karena kuatnya
persaingan pada pasar dunia.
4) Dampak kekurangan devisa atas pertumbuhan ekonomi dapat diatasi.

446 Kajian Vol 14 No.3 September 2009


c. Kebijakan Proteksi (Protection Policy)

Tahap kebijakan substitusi impor (SI) dan promosi ekspor (PE)


dijembatani oleh proteksi. Bagi NSB, alasan proteksi adalah perlindungan
sementara industri-industri yang masih dalam tahap awal perkembangan (infant
industries argument). Dengan proteksi, industri domestik dilindungi dari sisi
harga produk dan skala produksi, sehingga dapat menjalani tahap pembelajaran
(learning process).
Sehubungan dengan kebijakan proteksi, ada dua proteksi yang dikenal
dalam perdagangan internasional yaitu: tarif (tariff) dan (quota). Tarif merupakan
pajak terhadap barang impor sedang kuota adalah pembatasan jumlah barang
impor.

3.1. Hubungan Ekspor-Impor dengan Permintaan dan Penawaran Valuta


Asing

Di dalam hubungan antarnegara dalam hal perdagangan luar negeri


(international trade) baik itu transaksi ekspor maupun impor dibutuhkan alat
tukar uang. Masing-masing negara di dunia ini memiliki mata uangnya sendiri-
sendiri. Masing-masing negara berkeinginan menggunakan mata uang sendiri
dalam melakukan transaksi perdagangan internasional.
Nilai tukar (kurs) valuta asing (foreign exchange rate) adalah harga mata
uang negara asing dalam satuan mata uang domestik.16 Pasar valuta asing
(foreign exchange market) adalah tempat berlangsungnya perdagangan berbagai
mata uang negara yang berbeda di mana nilai tukar ditentukan.17
Dalam perdagangan valuta asing dikenal kurs nominal dan kurs riil.
Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara. 18 Dengan kata
lain, kurs nominal adalah tingkat nilai tukar uang di antara dua mata uang yang
diperdagangkan di pasar valuta asing.
Kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara.
Kurs riil menyatakan tingkat di mana kita bisa memperdagangakan barang-
barang dari sutu negara untuk barang-barang dri negara lain. Kurs rill kadang-
kadang disebut terms of trade. Tingkat harga perdagangan barang domestik

16
Gregory Mankiw, “Teori Makroekonomi”, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal. 450
17
Ibid.
18
Ibid. hal. 123

Perdagangan Luar Negeri ....... 447


dengan barang luar negeri tergantung kepada harga barang dalam mata uang
lokal dan pada tingkat kurs yang terjadi. 19
Jika kurs riil tinggi, barang-barang luar negeri relatif lebih murah dn
barang-barang domestik relatif lebih mahal. Jika kurs rill rendah, barang-barang
luar negeri relatif lebih mahal dan barang-barang domestik relatif lebih murah. 20
Ketika kurs riil rendah, harga barang-barang dalam negeri relatif lebih murah.
Dalam negeri lebih banyak membeli produk dalam negeri daripada membeli
barang impor. Sementara bagi orang-orang asing membeli barang dalam negeri
orang lain lebih menguntungkan. Perubahan perilaku akibat perubahan kurs riil
tersebut meningkatkan ekspor neto (ekspor–impor = produksi-
konsumsi+investasi+belanja pemerintah.)
Namun ketika kurs riil tinggi, barang-barang dalam negeri relatif lebih
mahal dibandingkan dengan barang impor. Sebagai konsekuesinya, penduduk
dalam negeri lebih banyak membeli barang impor dan orang-orang asing sedikit
membeli barang dalam negeri. Hal tersebut menyebabkan ekspor neto dalam
negeri menurun.
Terjadinya permintaan (demand) terhadap mata uang negara lain atau
valuta asing (foreign exchange) bila suatu negara membutuhkan barang dan
jasa yang diproduksi oleh negara lain. Jadi, bila impor meningkat, ceteris paribus,
maka permintaan valuta asing meningkat. Dalam kurva permintaan, impor yang
meningkat akan menggeser kurva permintaan terhadap valuta asing ke kanan.
Sedangkan, impor yang berkurang akan menggeser kurva permintaan terhadap
valuta asing ke kiri.
Sementara penawaran (supply) terhadap valuta asing muncul dan
meningkat bila negara lain membutuhkan barang dan jasa dari negara lainnya.
Dengan kata lain, bila ekspor meningkat, ceteris paribus, maka penawaran
terhadap valuta asing pun meningkat. Selain itu, penawaran terhadap valuta
asing juga meningkat bila arus masuk modal meningkat. Bila ekspor barang
dan jasa meningkat, maka kurva penawaran akan bergeser ke kanan. Begitupun
bila arus masuk modal meningkat maka kurva penawaran akan bergeser ke
kanan.
Paparan di atas menjelaskan bahwa salah satu faktor yang
menyebabkan adanya nilai tukar mata uang (exchange rate) adalah karena adanya
perdagangan antarnegara. Ketika Indonesia menjual atau mengekspor barang-

19
Ibid., hal 125
20
Ibid.

448 Kajian Vol 14 No.3 September 2009


barang ke Amerika, Indonesia mendapatkan US $ sebagai imbalannya. Sementara
ketika Indonesia membeli atau mengimpor barang-barang dari Amerika, Indonesia
membayarnya dengan US $. Semakin meningkat keinginan untuk membeli
barang-barang produk Amerika yang terlihat dalam impor, kondisi tersebut akan
meningkatkan permintaan terhadap US $.

3.2. Hubungan Surplus - Defisit Neraca Perdagangan dengan Cadangan Devisa

Setiap transaksi perdagangan barang dan jasa dicatat dalam Neraca


Perdagangan. Neraca perdagangan yang merupakan komponen penting dicatat
di dalam Neraca Pembayaran. Neraca pembayaran (Balance of Payment, BOP)
merupakan catatan statistik ringkas tentang transaksi ekonomi internasional
yang dilakukan oleh penduduk suatu negara (perekonomian) dengan penduduk
negara (perekonomian) lainnya. Neraca pembayaran adalah laporan rugi laba
(income statement) yang merupakan ringkasan arus keluar-masuk barang, jasa
dan asset-aset dalam suatu perekonomian selama kurun waktu (periode) tertentu.
18

Struktur/rincian Neraca Pembayaran


1. Transaksi Berjalan (Current Account)
a) Neraca Perdagangan (Balance of Trade)
b) Neraca Jasa (Balance of Service)
c) Neraca Nonbalas Jasa (Transfer Payment)
2. Neraca Modal (Capital Account)
a) Neraca Modal Pemerintah (Official Capital)
b) Neraca Modal Swasta (Private Capital)
3. Penyimpangan Statistik (Statistical Discrepancy)
4. Penyelesaian Resmi (Official Settlement)

Dalam Neraca Perdagangan (Balance of Trade) dicatat transaksi ekspor


dan impor barang pada suatu kurun waktu tertentu. Dalam hal ini, bila nilai
ekspor barang lebih besar daripada nilai impor disebut mengalami surplus
perdagangan. Sedangkan bila nilai ekspor barang lebih kecil daripada nilai
impor barang disebut mengalami defisit perdagangan.

18
Ibid., hal. 90

Perdagangan Luar Negeri ....... 449


Hal yang sama juga berlaku bagi Neraca Jasa (Balance of Service).
Bila nilai ekspor jasa lebih besar daripada impor jasa maka disebut surplus
neraca jasa. Bila nilai impor jasa lebih besar daripada nilai ekpor jasa, maka
disebut defisit neraca jasa.
Suatu perekonomian dikatakan mengalami surplus transaksi berjalan
bila total ekspor barang dan jasa lebih besar daripada total impor barang dan
jasa. Surplus akan meningkatkan cadangan devisa. Semakin besar surplus
maka semakin besar cadangan devisa. Sementara defisit akan mengurangi
cadangan devisa. Semakin besar defisit maka semakin berkurang cadangan
devisa.
Devisa atau foreign exchange reserves adalah cadangan mata uang
asing dan obligasi yang disimpan oleh bank sentral dan autoritas perbankan.
Namun, di dalam pengertian umum devisa termasuk mata uang asing, surat
berharga dan emas. Itu semua merupakan asset bank sentral dalam bentuk
cadangan valuta asing, umumnya dalam dollar A.S., euro, yen, poundsterling.
Fungsi devisa adalah sebagai alat pembayaran luar negeri (perdagangan,
ekspor, impor, dan lain-lain), alat pembayaran utang luar negeri seperti perjalanan
dinas, biaya korps diplomatik kedutaaan dan konsultan, dan hibah, serta sebagai
sumber pendapatan negara. Sementara sumber devisa negara adalah hasil
ekspor barang, pinjaman luar negeri/hutang luar negeri, penerimaan bunga dan
deviden luar negeri, penerimaan hadiah dan sumbangan luar negeri, pengiriman
mata uang asing dari orang Indonesia yang ada di luar negeri, wisatawan
mancanegara yang berkunjung ke Indonesia.
Berikut ini posisi cadangan devisa Indonesia 2007 & 2008 dalam juta
dolar A.S. Komposisinya terdiri dari cadangan dalam valuta asing (yang terdiri
dari surat berharga dan UKA & simpanan), RFP, SDRs, Emas dan lain-lain.

28
David Shambaugh, op.cit., hal. 166-170.
29
Ibid.

450 Kajian Vol 14 No.3 September 2009


Posisi cadangan devisa Indonesia akhir periode 2007 & 2008 dapat
ditampilkan dalam gambar sebagai berikut:
Gambar 3.1.
Gamar 3.1.
Posisi Cadangan Devisa Indonesia
2007 & 2008 (Juta Dolar A.S.)
56920,13

51639,31

2007

2008

Sumber: Diolah dari Bank ndonesia

Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir periode 2007 sebesar


56920,13 juta dolar A.S. yang terdiri dari jumlah cadangan dalam mata uang
asing (yang terdiri dari surat berharga dan UK & simpanan), RFP, SDRs, emas,
dan lain-lain. Cadangan devisa tersebut turun sebesar 5280,82 juta dolar A.S.
atau sebesar 10,23% pada akhir periode 2008 menjadi sebesar 51639,31 juta
dolar A.S.

IV. Analisis Neraca Perdagangan Barang Indonesia dan Amerika Serikat

Neraca Perdagangan (Balance of Trade) merupakan bagian penting


dari Neraca Pembayaran (Balance of Payment) yang merupakan ringkasan
laporan rugi laba dari arus keluar-masuk barang, jasa dan asset-aset dalam
suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu, maka untuk dapat mengetahui
bagaimana hubungan perdagangan luar negeri Indonesia-Amerika akan dianalisis
hubungan ekonomi kedua negara tersebut dengan menggunakan data neraca
perdagangannya.
Data pada tabel berikut ini adalah data perdagangan barang Amerika
Serikat (ekspor, impor dan selisih) dengan Indonesia dalam juta dolar A.S. selama
12 tahun dari tahun 1997 – 2008.

Perdagangan Luar Negeri ....... 451


Table 4.1.
Trade in Goods (Imports, Exports
and Trade Balance) with Indonesia
All figures are in millions of U.S. dollars
No Year
E

Sumber: Diolah dari U.S. CENSUS BUREAU, FOREIGN TRADE

Tabel 4.1. di atas merupakan neraca perdagangan Amerika yang memuat


catatan transaksi perdagangan Amerika-Indonesia (ekspor, import, dan selisih)
selama kurun waktu 12 tahun dari periode 1997-2008 yang bersumber dari U.S.
Census Bureau, Foreign Trade. Untuk membaca tabel neraca perdagangan
Amerika di atas, bagi Indonesia adalah sebaliknya. Artinya bila ekspor bagi
Amerika maka itu berarti impor bagi Indonesia. Begitu pula impor bagi Amerika,
maka bagi Indonesia adalah ekspor.
Berdasarkan Neraca Perdagangan (Balance of Trade) Amerika di atas,
nilai ekspor barang Indonesia ke Amerika lebih besar daripada nilai impor barang
Indonesia dari Amerika. Bagi Indonesia, Indonesia mengalami surplus neraca
perdagangan dengan Amerika (ekspor > impor). Sedangkan bagi Amerika
sebaliknya. Artinya Amerika mengalami defisit perdagangan dengan Indonesia.

452 Kajian Vol 14 No.3 September 2009


Total nilai impor barang Indonesia dari Amerika selama periode 1997-
2008 sebesar 37.805,80 juta dolar A.S. dan total nilai ekspor barang Indonesia
ke Amerika selama periode 1997-2008 sebesar 134.033,20 juta dolar A.S. Secara
rata-rata impor barang Indonesia dari Amerika selama periode 1997-2008 sebesar
3.150,48 juta dolar A.S dan rata-rata ekspor barang Indonesia ke Amerika
selama periode 1997-2008 sebesar 11.169,43 juta dolar A.S.
Pada masa sebelum terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, nilai ekspor
barang Indonesia dari Amerika pada tahun 1997 mengalami kenaikan sebesar
545,40 juta dolar A.S. atau naik sebesar 13,71% daripada tahun 1996. Di saat
masa krisis ekonomi terjadi di Indonesia pada tahun 1997 ke tahun 1998, impor
barang Indonesia dari Amerika mengalami penurunan sebesar 2.223,10 juta
dolar A.S. atau turun sebesar 49,16% daripada tahun sebelumnya.
Nilai impor barang Indonesia dari Amerika yang tertinggi terjadi pada
tahun 2008 sebesar 5.913,10 juta dolar A.S. dan yang terendah terjadi pada
tahun 1999 sebesar 2.038,40 juta dolar A.S. Nilai impor barang Indonesia dari
Amerika yang tertinggi terjadi pada masa peristiwa krisis keuangan melanda
Amerika. Sementara impor barang Indoensia dari Amerika yang terendah terjadi
masa krisis ekonomi melanda Indonesia yaitu tahun 1999.
Tabel di atas menjelaskan bahwa total nilai impor barang Indonesia
dari Amerika sebesar 37.805,80 juta A.S. lebih kecil dibandingkan dengan ekspor
barang Indonesia ke Amerika sebesar 134.033,20 juta dolar A.S. Dengan kata
lain, Indonesia lebih banyak menjual barang ke Amerika daripada menerima
barang dari Amerika. Bagi Indonesia, karena ekspor barang Indonesia ke Amerika
lebih besar daripada impor barang Indonesia dari Amerika, maka Indonesia
mengalami surplus perdagangan (ekspor > impor) dengan Amerika sebesar
96.226,90 juta dolar A.S.
Dari sisi Amerika, Amerika lebih sedikit menjual (mengekspor) barang
ke Indonesia sebesar 3.150,48 juta dolar A.S. dibandingkan dengan Amerika
membeli (mengimpor) barang dari Indonesia sebesar 134.033,20 juta dolar A.S.
Bagi Amerika, karena ekspor barang Amerika ke Indonesia (bagi Indonesia berarti
impor) lebih kecil daripada impor barang Amerika dari Indonesia (bagi Amerika
berarti ekspor) dari Amerika, maka Amerika mengalami defisit perdagangan
(ekspor < impor) dengan Indonesia.

Perdagangan Luar Negeri ....... 453


4.1. Tingkat Pertumbuhan Ekspor-Impor Barang Amerika dengan
Indonesia

Untuk mengetahui berapa besar tingkat pertumbuhan ekspor barang


Indonesia ke Amerika dengan interval satu tahun, maka dapat dilakukan
perhitungan dengan menggunakan formula perhitungan pertumbuhan sebagai
berikut:
Ekspor t – Ekspor t - 1
G t = _________________x 100% (4.1)
Ekspor t-1

Di mana: Gt = Pertumbuhan ekspor periode t


Ekspor t = Ekspor pada periode t
Ekspor t - 1 = Ekspor satu periode sebelumnya

Dengan menggunakan formula perhitungan pertumbuhan di atas diperoleh


hasil angka pertumbuhan ekspor-impor barang Indonesia ke dan dari Amerika
selama kurun waktu 12 tahun sejak 1997 hingga 2008 sebagaimana terlihat
pada tabel berikut ini:

Table 4.2.
Growth Rate of U.S. Trade in Goods
(Imports, Exports & Balance) with Indonesia
1997-2008 (%/Year)
No Year
Growth Rate

Exportmpors
Source: Diolah dari U.S. Census Bureau, Foreign Trade

454 Kajian Vol 14 No.3 September 2009


Tabel 4.2. di atas menggambarkan angka pertumbuhan ekspor,(export)
impor (import), dan selisih (balance) Amerika dengan Indonesia selama kurun
waktu 12 tahun dari 1997-2008. Data di atas merupakan hasil perhitungan angka
pertumbuhan dari data perdagangan internasional Amerika dengan menggunakan
formula perhitungan pertumbuhan.

Gambar 4.1. di atas menggambarkan tingkat pertumbuhan ekspor barang


Amerika ke Indonesia dalam persen per tahun selama kurun waktu 12 tahun
dari 1997-2008. Bagi Indonesia, grafik di atas menunjukkan angka pertumbuhan
impor barang Indonesia dari Amerika terendah sebesar 49,16% terjadi pada
tahun 1998 di mana Indonesia memasuki tahun pertama krisis ekonomi.
Pertumbuhan impor barang Indonesia dari Amerika minus 49,16% itu dikarenakan
Indonesia sedang diterpa berat oleh krisis ekonomi sehingga daya beli sangat
menurun yang menyebabkan kemampuan membeli barang impor dari Amerika
turun drastis.

Perdagangan Luar Negeri ....... 455


Sejak saat krisis ekonomi di Indonesia tersebut, angka pertumbuhan
impor barang Indonesia dari Amerika mengalami koreksi pertumbuhan yang
relatif perlahan. Pada tahun 1999 naik menjadi 11,34% namun masih negatif.
Tahun 2000 angka pertumbuhan mulai positif kembali. Hal itu tidak berlangsung
lama dan kembali mengalami penurunan. Dari tahun 1996 ke tahun 2007 angka
pertumbuhan impor barang Indonesia dari Amerika naik relatif tajam hingga
mencapai 37,56%.
Gambar 4.2. di atas menunjukan angka pertumbuhan impor barang
Amerika ke Indonesia. Bagi Indonesia, impor barang tersebut adalah ekspor
barang Indonesia ke Amerika. Angka pertumbuhan ekspor barang Indonesia ke
Amerika yang terendah sebesar -4,55% terjadi pada tahun 2002. Angka
pertumbuhan ekspor barang Indonesia ke Amerika yang luar biasa terjadi pada
tahun 2004 sebesar 13,61% dengan nilai ekspor sebesar 10.810,50 juta dolar
A.S. Kenaikan itu berangkat dari angka pertumbuhan minus 1,33%. Dari periode
tahun 2004 dengan catatan angka pertumbuhan yang fantatis, tingkat
pertumbuhan ekspor barang Indonesia ke Amerika mengalami kelesuan dan
kembali membaik pada tahun 2008 sebesar 10,47%. Peristiwa membaiknya
kembali tingkat pertumbuhan ekspor barang Indonesia ke Amerika bersamaan
dengan terjadinya krisis keuangan di Amerika yang kemudian menjadi krisis
keuangan global.

456 Kajian Vol 14 No.3 September 2009


Gambar 4.3. di atas menunjukan rata-rata tingkat pertumbuhan selisih antara
ekspor dan import Amerika-Indonesia. Bagi Indonesia, ekspor barang Indonesia
ke Amerika lebih besar daripada impor barang Indonesia dari Amerika. Karena
ekspor barang lebih besar daripada impor barang, maka Indonesia mengalami
surplus perdagangan dengan Amerika. Bagi Amerika, karena ekspor barang
Amerika ke Indonesia lebih kecil daripada impor barang Amerika dari Indonesia,
maka Amerika mengalami defisit perdagangan dengan Indonesia.
Selama periode 1997-2008 Indonesia mengalami kenaikan nilai surplus
kecuali pada tahun 2001, 2002 dan 2003. Tingkat kenaikan nilai surplus tertinggi
yang dicapai Indonesia dalam perdagangan dengan Amerika terjadi pada tahun
1998 sebesar 2.375,50 juta dolar A.S atau sebesar 50,91%. Sementara nilai
tingkat kenaikan surplus terendah yang diperoleh oleh Indonesia adalah sebesar
-495,40 atau sebesar -6,53%.
Bila perhitungan tingkat pertumbuhan ekspor-impor dengan formula (4.1)
di atas hanya melihat tingkat pertumbuhan per tahun, maka untuk menghitung
tingkat atau angka pertumbuhan rata-rata dalam satu kurun waktu tertentu,
maka digunakan formula yang lain. Dengan menggunakan perhitungan
persamaan eksponensial dapat dihitung tingkat rata-rata pertumbuhan ekspor–
impor barang Indonesia ke dan dari Amerika sebagai berikut:

Eksport = Ekspor0 (1 + r) t (4.2)

Di mana:
Eksport = Ekspor periode t
Ekspor0 = Ekspor periode awal
r = tingkat pertumbuhan
t = jumlah periode

Ekspor 2008 = Ekspor 1997 (1 + r)12


Log (Ekspor 2008) = Log (ekspor 1997) + 12 Log (1 + r)
12 Log (1 + r) = Log (ekspor 2008) - Log (ekspor 1997)
= Log (5913,1) - Log (4522,2)
= 3,771815224 - 3,655349766
= 0,11646546
Log (1 + r) = 0,116465458021663/12
= 0,009705455
1+r = 1,022599215

Perdagangan Luar Negeri ....... 457


r = 0,022599215
r = 2%

Perhitungan di atas berdasarkan data ekspor barang Amerika ke Indonesia yang


bagi Indonesia berarti import barang Indonesia dari Amerika. Jadi berdasarkan
perhitungan tersebut maka diperoleh hasil rata-rata tingkat pertumbuhan impor
barang Indonesia dari Amerika selama kurun waktu 12 tahun dari 1997-2008
adalah sebesar 2%.

Impor 2008 = Impor 1997 (1 + r)18


Log (Impor 2007) = Log (impor 1997) + 18 Log (1 + r)
12 Log (1 + r) = Log (impor 2008) - Log (impor 1997)
= Log (15799) - Log (9188,3)
= 4,198629599 - 3,963235167
= 0,23539443
Log (1 + r) = 0,235394432527936/12
= 0,019616203
1+r = 1,046203582
r = 0,046203582
r = 5%

Perhitungan di atas berdasarkan data impor barang Amerika dari


Indonesia yang bagi Indonesia berarti ekspor barang Indonesia ke Amerika.
Jadi berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh hasil rata-rata tingkat
pertumbuhan ekspor barang Indonesia ke Amerika selama kurun waktu 12 tahun
dari 1997-2008 adalah sebesar 5%.

Surplus 2008 = Surplus1997 (1 + r)12


Log (Surplus2008) = Log (Surplus1997) + 12 Log (1 + r)
12 Log (1 + r) = Log (Surplus 2008) - Log (Surplus 1997)
= Log (9885,9) - Log (4666,1)
= 3,995016213 - 3,668954042
= 0,32606217
Log (1 + r) = 0,326062171079246/12
= 0,027171848
1+r = 1,064564176
r = 0,064564176
r = 6%

458 Kajian Vol 14 No.3 September 2009


Perhitungan di atas berdasarkan data defisit perdagangan Amerika
dengan Indonesia yang bagi Indonesia berarti merupakan surplus perdagangan
dengan Amerika. Jadi berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh hasil
rata-rata tingkat pertumbuhan surplus perdagangan barang Indonesia dengan
Amerika selama kurun waktu 12 tahun dari 1997-2008 adalah sebesar 6%.

V. Kesimpulan dan Rekomendasi

A. Kesimpulan

Indonesia selama periode 1997-2008 telah berhasil menjual atau


mengekspor barang Indonesia ke Amerika sebesar total nilai 134.033,20 juta
dolar A.S. Sementara Indonesia hanya membeli atau mengimpor barang dari
Amerika selama periode 1997-2008 sebesar 37.805,80 juta dolar A.S.
Perbandingan nilai antara ekspor barang Indonesia ke Amerika dengan impor
barang Amerika ke Indonesia lebih besar nilai ekspor barang Indonesia ke
Amerika daripada Indonesia mengimpor barang dari Amerika. Bagi Indonesia,
itu berarti Indonesia mengalami surplus perdagangan (ekspor e” impor) dengan
Amerika selama periode 1997-2008 sebesar nilai total 96.227,40 juta dolar
A.S.
Hubungan perdagangan barang antara Indonesia - Amerika selama
periode 1997-2008 memberikan keuntungan bersama kepada masing-masing
negara. Oleh karena itu hubungan kerja-sama ekonomi Indonesia-Amerika saling
membutuhkan. Di satu sisi Indonesia dapat menjual atau mengekspor barang-
barang Indonesia ke Amerika. Di sisi yang lain Amerika juga dapat menjual
barangnya ke Indonesia yang bagi Indonesia adalah impor barang Amerika.
Amerika merupakan salah satu pasar utama barang produk Indonesia.
Amerika sebagai pasar utama barang produk Indonesia mengandung arti
menjalin hubungan kerja-sama ekonomi dengan Amerika lebih memberikan
keuntungan bagi Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia merasa perlu untuk
menjaga keharmonisan hubungan Indonesia-Amerika karena neraca
perdagangan Indonesia-Amerika membuktikan bahwa Indonesia memperoleh
surplus perdagangan dengan Amerika sebesar 96.226,40 juta dolar A.S. selama
kurun waktu 1997-2008.
Rata-rata tingkat pertumbuhan ekspor barang Indonesia ke Amerika
selama periode 1997-2008 sebesar 5%. Rata-rata tingkat pertumbuhan impor
barang Indonesia dari Amerika selama kurun waktu 18 tahun sebesar 2%. Itu

Perdagangan Luar Negeri ....... 459


artinya rata-rata tingkat pertumbuhan ekspor barang Indonesia ke Amerika lebih
besar 3% daripada rata-rata tingkat impor barang Indonesia dari Amerika.
Sementara rata-rata tingkat pertumbuhan surplus perdagangan Indonesia dengan
Amerika sebesar 6% selama periode 1997-2008.
Indonesia memperoleh manfaat langsung dari hubungan dagang dengan
Amerika dalam konteks selalu mengalami surplus perdagangan.

B. Rekomendasi

Neraca perdagangan Indonesia-Amerika selalu menunjukkan bahwa


Indonesia selalu mengalami surplus perdagangan dengan Amerika karena nilai
ekspor barang Indonesia ke Amerika e” daripada impor barang dari Amerika.
Sebagai konsekuensi logisnnya, Indonesia harus bersikap tetap menjaga
hubungan internasional khususnya dengan Amerika Serikat secara saling
menghargai dan saling memberikan manfaat di dalam kebijakan luar negeri
Indonesia.
Sementara usaha-usaha meningkatkan cadangan devisa harus
diupayakan secara maksimal dengan cara di antaranya meningkatkan ekspor
dan mengurangi impor baik secara volume maupun pangsa pasar serta
menggalakkan diversifikasi ekspor.
Kendati Amerika masih tetap menjadi pasar utama ekspor Indonesia,
alternatif pasar baru harus menjadi target perdagangan Indonesia di kemudian
hari. Pasar baru ini akan melahirkan keanekaragamkan komoditi ekspor baru.

460 Kajian Vol 14 No.3 September 2009


Daftar Pustaka

Mankiw ,N. Gregory, 2003, Teori Makro Ekonomi, (Imam Nurmawan,


Penerjemah), Jakarta: Penerbit Indeks
Rahardja, Prathama & Manurung, Mandala, 2005, “Teori Ekonomi Makro, Suatu
Pengantar”, Edisi Ketiga, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
Samuelson A., Paul & Nordhaus D., William, 1992, “Makro Ekonomi”, Edisi
Keempatbelas, Jakarta: Penerbit Erlangga
Schiller, Bradley R., 1989 , “The Macro Economy Today”, Fourth Edition, New
York: Random House, Business Division

Internet:

“Perdagangan Internasional”, http://id.wikipedia.org/wiki/ Istimewa:


Whatlinkshere/ Perdagangan_internasional
“Perkembangan Perdagangan Indonesia – Amerika Serikat
Bulan Maret 2002" http://www.dprin.go.id/indonesia/Publikasi/atase/
usa032002.htm,
“Teken Pemberantasan Transshipment Ilegal”http://www.tempointeractive.com/
hg/transhipment+illegal/Indonesia-Amerika Teken Pemberantasan
Transshipment Ilegal/Rabu, 27 September 2006 | 17:44 WIB
“Tolak-kedatangan-bush-di-indonesia” http://nofieiman.com/2006/11/Tolak-
kedatangan-bush-di-indonesia/ Rabu, 27 September 2006
“Trade in Goods (Imports, Exports and Trade Balance) with Indonesia”, http://
www.census.gov/foreign-trade/balance/
“ TABEL VI.6. Posisi Cadangan Devisa”, http://www.bi.go.id/biweb/Html/SekiTxt/
T3x606.txt

Perdagangan Luar Negeri ....... 461

You might also like