You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

I.1Latar Belakang
Negara Indonesia semakin hari semakin maju baik dalam teknologi
maupun pengetahuan di dunia sipil. Kemajuan yang paling nyata adalah dalam
bahan-bahan yang dipakai untuk membangun suatu bangunan. Salah satunya
adalah semen. Semen yang merupakan salah satu bahan yang membentuk beton
mempunyai harga yang lumayan mahal dan sekarang ini banyak produsen atau
pabrikan semen baik yang beroperasi di Indonesia. Ini memberikan suatu
keuntungan tersendiri bagi dunia konstruksi yaitu dengan banyaknya pilihan.
Tentunya dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing produsen semen.
Dalam laporan skripsi ini akan memberikan perbandingan dari tiga
pabrikan atau produsen semen yang ada di Indonesia yaitu diantaranya pabrikan
semen Gresik, semen Holcim dan semen Tiga Roda. Khusunya perbandingan
masalah waktu pengikatan dan permeabilitas beton dari ketiga pabrikan semen
tersebut. Dalam laporan skripsi ini menggunakan tipe semen yang sama pada
ketiga pabrikan semen yaitu Semen Portland tipe I.
Selama ini Semen Portland tipe I sering digunakan untuk membangun
bangunan perumahan, jembatan dan juga gedung. Oleh karena itu jenis semen
seperti ini menjadi pilihan dalam pembangunan struktur. Penggunaan beton
sebagai material konstruksi banyak digunakan, dimana beton mempunyai
kemampuan durabilitas, perilaku serta kinerja dengan ketahanan yang baik
terhadap lingkungan luar serta memiliki keunggulan dalam hal kuat terhadap
tekan, namun lemah terhadap tarik.
Dengan demikian banyaknya pemakaian beton sebagai bahan stuktur,
maka semakin banyak pula usaha untuk mengetahui bagaiman sifat-sifat beton
dari tiga macam semen yang berada di Indonesia yang dipertimbangkan untuk
mengetahui waktu pengikatan dan permeabilitas beton dari tiga macam semen
dengan tipe yang sama.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah
yang akan dibahas antara lain sebagai berikut:
1. Berapakah waktu pengikatan yang terjadi pada tiga macam semen
tersebut?
2. Berapakah permeabilitas yang terjadi pada tiga macam semen tersebut ?

1.3 Pembatasan Masalah


Dengan memperhatikan latar belakang dan identifikasi masalah di atas,
dalam kajian ini diambil batasan-batasan sebagai berikut :
a.Penelitian dilakukakan di labolatorium bukan di lapangan.
b. Bahan – bahan yang digunakan :
- Semen Portland tipe I yang diproduksi oleh : P.T. Semen Gresik,
P.T. Semen Tiga Roda, dan P.T. Holcim.
- Agregat kasar dan agregat halus
- Air yang dipakai adalah air yang berasal dari PDAM Kodya
Malang.
c.Spesifikasi campuran beton :
- Campuran beton dalam perbandingan berat semen : agregat halus :
agregat kasar ; 1 : 1,5 : 2,5 dan dengan air semen dengan satuannya
per kubik.
- Penentuan perbandingan campuran beton dengan mix design.
d. Pembuatan benda uji :
- Kualitas pembuatan benda uji dianggap sama dan perbedaan waktu
pembuautan dianggap tidak berpengaruh.
- Benda uji berupa silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm
untuk benda uji permeabilitas beton. Untuk waktu pengikatan
menggunakan semen portland dari tiga pabrikan pada tipe I dan air.
- Tidak diadakan perawatan beton terhadap benda uji.
3

e.Pengujian benda uji :


- Pengujian menggunakan alat Vicat test untuk mengetahui waktu
pengikatan dan alat uji permeabilitas buatan marui.
- Kecepatan pembebanan dibuat konstan pada seluruh percobaan.
- Uji beton segar denga uji slump.
f. Ikatan kimia yang terjadi pada saat pencampuran dan pada proses
pengerasan beton tidak diadakan penelitian dan pembahasan lebih
lanjut.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui waktu pengikatan dan
permeabilitas beton dari ke tiga pabrikan semen yang ada di Indonesia tersebut.

1.5 Manfaat Penelitian


a) Dapat memberikan pengetahuan tambahan bagi tenaga ahli bidang struktur
beton tentang waktu pengikatan dari tiga pabrikan semen dari tipe I, tanpa
adanya rekayasa.
b) Dapat memberikan informasi bagi tenaga ahli bidang struktur beton
tentang permeabilitas beton dengan variasi dari tiga pabrikan semen
berbeda tapi mempunyai tipe yang sama.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Beton merupakan bahan bangunan yang diperoleh dengan cara


pencampuran semen, air, agregat dan bila diperlukan bahan tambahan yang sangat
bervariasi mulai bahan kimia sampai bahan bangunan non-kimia dengan
perbandingan tertentu.

2.1 Semen

Semen merupakan bagian yang terpenting dalam pembentukan beton.


Ada dua macam yaitu yang hidrolis dan semen yang non-hidrolis. Semen hidrolis
adalah semen yang akan mengeras bila bereaksi dengan air akan tetapi tetap tahan
terhadap air ( water resistant ) dan stabil dalam air. Sedangkan semen non-
hidrolis adalah semen yang tidak dapat mengeras dan tidak stabil dalam air
( Paulus Nugraha, 1986: 151-16)

Semen Portland dibentuk oleh oksida-oksida utama yaitu :

- Kapur ( CaO )

- Silica ( SiO2 )

- Alumunia ( Al2O3 )

- Besi ( Fe2O3 ).

Setelah melalui proses pembakaran oksida-oksida ini berubah menjadi


senyawa-senyawa anhidrat yaitu :

- Trikalsium Silikat 3 CaO SiO2, disingkat C3S

- Dikalsium Silikat 2 CaO SiO2, disingkat C2S

- Trikalsium Alumino Forit 4 CaOAl2O3Fe2O3, disingkat C4A


5

Semen Portland menurut Standart Nasional Indonesia termasuk bahan


pengikat hidrolis yang dibuat dengan cara menggiling bersama kerak dan bahan
lain yang tidak menurunkan mutu. Semen portland mempunyai panas hidrasi yang
rendah. Dengan panas hidrasi yang rendah akan dapat menghasilkan porositas
yang lebih kecil. Disamping itu akan memperkecil efek penyusutan, sehingga
kemungkinan terjadinya keretakan pada beton dapat dikurangi.

Pada reaksi antara semen dengan air terjadi dua proses yaitu peningkatan
dan proses pengerasan. Proses pengikatan adalah peralihan dari keadaan plastis
menjadi keadaan keras, sedangkan pengerasan adalah penambahan kekuatan
setelah pengikatan itu selesai.

Pengikatan harus belangsung lambat, sebab jika tidak demikian adukan


beton akan sukar dikerjakan. Oleh karena itu spesifikasi-spesifikasi untuk semen
mensyaratkan untuk awal pengikatan dari pasta semen tidak boleh kurang dari 45
menit, setelah pemberian air pada semen. Spesifikasi dari semen Portland tipe I
dengan SNI seperti pada Tabel 2.1 dan 2.2 berikut ini :

TABEL 2.1 KANDUNGAN KIMIA DARI SEMEN PORTLAND


TIPE I DENGAN SNI DALAM PERSEN ASLI

SEMEN SEMEN SEMEN


URAIAN SNI
TIGA RODA HOLCIM GRESIK

Bagian yang larut 0,22 0,25 0,25

Silikon Dioksida SiO2 20,80 20,00 19,8

Besi III Dioksida Fe2O3 2,94 3,25 3,83

Almunium Oksida Al2O3 5,40 5,20 5,9

Kalsium Oksida CaO 63,3 65 64

Magnesium Oksida MgO >0.5 3,1 1,9 1,4


6

Belerang Trioksida SO3 <3,0 1,88 2,09 2

Hilang pada pemijaran 0,71 0,60 0,70

Alkali sebagai Na2O 0,25 0,18 0,23

Kapur bebas 0,21 0,25 0,28

TABEL 2.2 KANDUNGAN FISIKA DARI SEMEN PORTLAND


TIPE I

URAIAN TIPE I SNI

1. Kehalusan 469 >280

Dengan alat Blaine M2/ kg

2.Waktu pengikatan

Dengan alat Vicat

- Awal, menit 123 >45

- Ahir, menit 285 <375

3.Kekekalan dalam Autoclave

- pemuaian % - <0,8

-penyusutan % - <0,2

4.Peningkatan semu

- penetrasi ahir % 71 >50


7

Sumber : Departemen Perindustrian dan Badan Penelitian dan Pengembangan


Industri

Keterangan :

Tipe I = Semen Portland Tipe I

2.2 Umur Beton


Umur ternyata mempengaruhi kekuatan dari beton. Kecepatan
penambahan kekuatan dari semen dan beton tergantung pada senyawa – senyawa
yang ada. Kekuatan naik dengan pesat selama awal dari pengerasan dan makin
lama makin berkurang. Pada awal hidrasi hanya berlangsung reaksi kimia pada
sebelah luar partikel semen. Bilamana sepotong beton diperiksa dibawah
mikroskop, tampak masih adanya partikel yang belum mengalami hidrasi dalam
pasta yang mengeras. Partikel yang belum mengalami hidrasi ini terus menyerap
air dari udara meskipun air pencampur telah kering. Proses kimia yang
berlangsung terus menerus ini meningkatkan kekuatan dan kepadatan beton
sampai beberapa tahun tetapi peningkatannya kecil dibandingkan pada umur
muda ( Murdock 1991,72-74).

2.3 Hukum Perilaku Bahan


Beton terbentuk dari tiga komponen yaitu semen, air, dan agregat yang
merupakan suatu bahan yang heterogen. Adanya sifat ini, maka pada masing-
masing komponene mempunyai perilaku yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Menurut teori Miliukontinyu, sifat heterogen ini dianggap cukup kecil
jika ditinjau dari perilaku secara mikroskopi, sehingga perilaku beton ini didekati
dengan baik oleh teknik homogenisasi. Hal ini mempermudah kita untuk
mempelajari perilaku beton. Perilaku dari struktur yang mengalami pembebanan
singkat sebagian besar tergantung pada hubungan tegengan-regangan dari bahan
pembentuknya, sesuai jenis tegangan yang bekerja pada struktur tersebut. Karena
beton terutama dipakai untuk memikul beban tekan, maka disini diutamakan
adalah grafik tegangan-regangan dalam kondisi tekan. Grafik tersebut dapat
diperoleh dari pengukuran-pengukuran reganagn yang sesuai dalam pengujian-
8

pengujian silinder. Pada pembebanan kecil dan singkat, beton secara umum
mempunyai elastisitas linier. Namun pada pembebanan yang lebih besar lagi akan
timbul retak-retak kecil yang cukup berarti. Apabila kita mengikuti suatu
percobaan tekan benda uji silinder, maka beton akan memperlihatkan hubungan
tegangan – regangan skematis seperti pada gambar dibawah ini (
Winter, 1993 : 15 ).

f‘c

0,4 f ’c

II III
I
Gambar 2.1 Skematisɛ1Kurva Tegangan
ɛ2 Regangan

Dalam perilaku beton yang dinyatakan oleh tegangan regangan diatas,


kelihatannya dengan jelas tiga perilaku bahan yang berurutan dan dapat dijelaskan
sebagai berikut :
- Tahap I disebut tahap elastis, adalah perilaku dimana deformasi
aksial benda uji hampir proposional dengan tegangan yang
diberikan. Bagian kuva yang hampir linier ini berhenti pada kira-
kira 40% dari tegangan maksimal yang telah dicapai. Juga perlu
dicatat kemiringan pada bagian ini jauh lebih besar dari bagian
yang lain.
- Tahap II merupakan bagian nonlinier dari kurva yang naik. Pada
bagian ini ddeformasi aksial terdiri dari elastis dan deformasi
plastis yang disebabkan munculnya retak-retak kecil. Tahap ini
berhenti pada saat tegangan maksimal dicapai.
- Tahap III adalah bagian dari kurva turun. Bagian ini dari segi
perhitungan kkurang memberikan arti tapi hanya dipakai untuk
9

menunjukan batas maksimal kurva. Dalam perhitungan klasik


konstruksi beton, metode perhitungan secara umum didasarkan
pada teori elastisitas dengan pertimbangan bahwa perilaku beton
dalam keadaan tertekan adalah elastisitas linier.

2.5 Waktu Pengikatan


Apabila air ditambahkan atau dicampurkan dengan semen portland,
terjadilah reaksi kimia yang dinamakan hidrasi yang menghasilkan pasta yang
plastis dan dapat dibentuk dalam kurung waktu tertentu, dimana karakteristiknya
tidak berubah. Kurun waktu dimana tidak terjadi perubahan karakterisrik ini
dikenal dengan periode dorman. Selang beberapa saat terjadi perubahan pada
pasta plastis tadi menjadi lebih kaku, walaupun masih lunak namun sudah mulai
sukar dibentuk. Fase ketika terjadi perubahan ini disebut ”initial set”, dimana
waktu air mulai dicampurkan dengan initial set disebut waktu pengikatan awal
(initial setting time). Fase ini berlanjut hingga kekakuannya menciptakan padatan
yang utuh, dan bila ini tercapai disebut fase ”final set”, dimana waktu yang
diperlukan untuk terbentuknya padatan yang utuh disebut waktu pengikatan akhir
(final setting time).
Menurut standar, waktu pengiktan awal yang diperlukan adalah 45 menit
(Vicat test) dan 60 menit (Gillmore), sedangkan waktu pengikatan akhir aalah 8
jam (Vicat test) dan 10 jam (Gillmore).
Dalam kenyataan di lapangan, waktu setting ini sangat banyak
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yaitu temperatur lapangan dan angin dapat
mempercepat waktu pengikatan. Selain itu, kondisi agregat juga memegang
peranan penting terhadap waktu pengikatan ini, dimana agregat yang kering dan
panas dapat juga mempercepat waktu pengikatan.
(Sjafei Amri ,2005)
10

2.6 Permeabilitas Beton


Permeabilitas beton adalah kemudahan beton untuk dapat dilalui air. Jika
beton tersebut dapat dilalui air, maka beton tersebut dikatakan permeabel. Jika
sebaliknya, maka beton tersebut dikatakan impermeabel. Maka sifat permeabilitas
yang penting pada beton adalah permeabilitas terhadap air. Untuk mengetahui dan
mengukur permeabilitas beton perlu dilakukan pengujian. Uji permeabilitas ini
terdiri dari dari dua macam: uji aliran (flow test) dan uji penetrasi (penetration
test). Uji yang pertama digunakan untuk mengukur permeabilitas beton terhadap
air bila ternyata air dapat mengalir melalui sampel beton. Uji penetrasi digunakan
jika dalam percobaan permeabilitas tidak ada air yang mengalir melalui sampel.
Dari data yang dihasilkan oleh uji permeabilitas ini dapat ditentukan koefisien
permeabilitas, suatu angka yang menunjukkan kecepatan rembesan fluida dalam
suatu zat.

Pada uji aliran, koefisien permeabilitas dihitung dengan Rumus Darcy :


ρgLQ
K =
PA
dimana:
K : koefisien permeabilitas (cm/det)
ρ : massa jenis air (kg/cm3)
g : percepatan gravitasi (cm/det2)
L : panjang atau tinggi sampel (cm)
Q : debit aliran air (cm3/det)
P : tekanan air (kg cm/det2/cm2)
A : luas penampang sampel (cm2)

Pada uji penetrasi, Rumus yang dipakai adalah


d 2v
K =
2Th
dimana:
K : koefisien permeabilitas (m/det)
d : kedalaman penetrasi (m)
T : waktu penetrasi (det)
11

h : tinggi tekanan (m)


v : angka pori beton

Angka pori beton, v, dihitung dengan menggunakan Rumus

v=
( w / c ) × (100 − α × 36,15 )
( w + 100 / g )
Dimana:
v : angka pori beton
w/c : faktor air semen
w : jumlah air bebas dalam beton (g/cm3)
g : massa jenis beton (g/cm3)
α : derajat hidrasi beton

Derajat hidrasi beton, α, diperoleh dari grafik yang menyatakan hubungan antara
derajat hidrasi dan umur pasta semen untuk tipe semen tertentu. Bentuk tipikal
grafik ini diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik tipikal derajat hidrasi semen menurut umur beton

(Marui, 1979)
12

Grafik lain yang dapat digunakan untuk menentukan derajat hidrasi beton untuk
berbagai jenis tipe semen bila telah diketahui komponennya adalah seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik derajat hidrasi semen menurut komponen penyusun semen

(I.Soroka, 1979)

2.6 Hipotesis Penelitian


Dari berbagai kajian teori dan permasalahan yang telah diuraikan diatas
maka pada penelitian yang disajikan hipotesis penelitian sebagai berikut : ”Diduga
variasi semen akan memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu pengikatan
dan permeabilitas beton pada tiga jenis semen yang berbeda”

BAB III
13

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Laboratorium bahan konstruksi jurusan Sipil
Universitas Brawijaya Malang. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan bulan
November sampai Desember 2009.
3.2 Alat dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a) Bahan
- Semen portland tipe I produksi P.T. Semen Gresik
- Semen portland tipe I produksi P.T. Semen Tiga Roda
- Semen portland tipe I produksi P.T. Semen Holcim
- Agregat halus dan agregat kasar
- Air bersih dari PDAM Kodya Malang

b) Peralatan pengujian agregat


Peralatan pengujian agregat berdasarkan pada standar spesifikasi agregat
beton ASTM C 33 berupa :
1. Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus dan Agregat Kasar
Alat – alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
 Timbangan dan neraca dengan ketelitian 2% berat benda uji
 Satu set saringan : 9,52 mm (3/8”); 4,75 mm (no.4); 2,36 mm
(no.8); 1,18 mm (no.16); 0,6 mm (no.30); 0,3 mm (no.50); 0,15
mm (no. 100); 0,075 mm (no. 200)
 Oven dengan kapasitas pengatur suhu ( 110 ± 5 )oC
 Mesin pengguncang saringan
 Talam-talam dan kuas
2. Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus dan Agregat Kasar
Alat – alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
 Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat benda uji
 Oven pengukur suhu kapasitas (100±5)0c
14

 Talam
3. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus
Alat – alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
 Timbangan kapasitas ≥ 1 kg dengan ketelitian 0.1 gram
 Piknometer dengan kapasitas 500 ml
 Kerucut terpancung dengan diameter atas ( 40 ± 3 ) mm,
diameter bawah ( 90 ± 3 ) mm, dan tinggi ( 75 ± 3 ) mm dibuat
dari logam tebal ≥ 0.8 mm.
 Batang penumbuk dengan bidang penumbuk rata, berat ( 340 ±
15) gram dan diameter ( 25 ± 3 ) mm.
 Saringan no.4 (4,75 mm )
 Oven pengatur suhu kapasitas ( 110 ± 5 )oC
 Desikator
4. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
Alat – alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
 Keranjang kawat ukuran 3,35 mm ( no. 6 ) atau 2,46 mm ( no. 8 )
dengan kapasitas ± 5 kg
 Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk
pemeriksaan. Tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga
permukaan air selalu tetap
 Timbangan dengan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1 % dari
berat contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat
penggantung keranjang.
 Oven pengatur suhu dengan kapasitas ( 110 ± 5 ) ° C
 Saringan no 4 ( 4,78 mm )
5. Pemeriksaan Berat Isi Agregat Halus dan Agregat Kasar
Alat – alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

 Timbangan kapasitas ≥ 1 kg dengan ketelitian 0,1 g

 Tongkat tusuk baja panjang ± 600 mm dan diameter ± 16 mm

 Kotak takar
15

c. Pembuatan benda uji berdasarkan pada Peraturan Standar Nasional Indonesia


(SNI).
d. Uji waktu pengikatan di Laboratorium Bahan Konstruksi Jurusan Teknik
Sipil Universitas Brawijaya Malang. Dengan ketentuan sebagai berikut :
• Berat benda uji
Berat semen portland untuk membuat benda uji adalah 300 gram.
• Peralatan
Peralatan untuk pengujian konsistensi normal, terdiri dari:
 Mesin pengaduk yang kecepatan pengaduknya dapat diatur dan
dilengkapi dengan mangkok pengaduk
 Alat vicat yang sesuai dengan standar ASTM C-91-82, terdiri
dari ;
1. Alat vicat;
2. Jarum vicat untuk pengujian waktu ikat awal;
3. Cetakan benda uji berbentuk kerucut panjang, terbuat dari
karet keras dengan ukuran:
Diameter dasar : 70 mm
Diameter atas : 60 mm
Tinggi : 40 mm
 Gelas ukur kapasitas 200 ml, dengan ketelitian 1 ml;
 Timbangan kapasitas 500 gram, ketelitian 0,1 gram;
 Sendok perata;
 Stop watch;
 Termometer beton;
 Termometer laboratorium;
 Pelat kaca ukuran 150 mm x 150 mm x 3 mm;
 Air suling sebanyak 1000 ml;
 Lemari lembab.
16

e. Uji permeabiitas di Laboratorium Bahan Konstruksi Jurusan Teknik Sipil


Universitas Brawijaya Malang. Dengan ketentuan sebagai berikut :
• Alat yang digunakan berupa alat uji permeabilitas buatan Marui
(dimana Alat uji permeabilitas buatan Marui menguji permeabilitas
beton dengan cara uji aliran).
• Benda uji yang digunakan adalah silinder dengan diameter 15 cm,
tinggi 30 cm, dengan lubang memanjang di tengahnya (Gambar 4)
Ukuran diameter lubang tengah standar adalah 1,5 cm, namun ukuran
ini dapat diubah sesuai dengan keperluan.
17

3.3 Diagram Alir Penelitian


Langkah – langkah penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

mulai

Persiapan Peralatan dan Bahan

Agregat Halus Agregat Kasar


Semen Holcim
Semen Gresik
Semen Tiga Roda

Hasil Hasil
Analisa Gradasi Analisa Gradasi
Analisa Berat Satuan Analisa Berat Satuan

Pencampuran

Pasta Pembuatan Benda Uji Silinder Beton

Waktu pengikatan Permeabilitas

Hasil
Percobaan dan
Analisis Data

Pembahasan dan Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian


Selesai

3.4 Metodologi Penelitian


Dalam penelitian ini metode yang dipakai adalah penelitian ekperimental
sungguhan dengan metode rancangan acak lengkap. Adapun peralakuan pada
pada penelitian ini adalah dengan mengunakan variasi semen dari tiga pabrik. Ada
2 penelitian atau pengujian yang dilakukan yaitu :
18

3.4.1 Metode Pengujian Waktu Pengikatan

Gambar alat uji Vicat Test

Langkah-langkah pengujian waktu pengikatan sebagai berikut :


1. Tuangkan dan siapakan volume air suling yang diperlukan untuk mencapai
konsistensi normal sesuai dengan cara yang berlaku;
2. Tuangkan air suling itu ke dalam mangkok pengaduk, kemudian masukkan
pula secara perlahan-lahan 300 gram benda uji semen ke dalam mangkok
pengaduk yang sama, selanjutnya biarkan selama 30 detik;
3. Aduklah campuran air suling dan benda uji selama 30 detik dengan kecepatan
pengaduk 140 ± 5 putaran per menit;
4. Pengadukan dihentikan selama 15 detik, bersihkan pasta semen yang
menempel dipinggir mangkok pengaduk;
5. Aduk kembali pasta semen selama 60 detik dengan kecepatan pengadukan
285 ± 10 putaran per menit;
6. Buatlah pasta semen berbentuk bola dengan tangan, sambil dilemparkan
sebanyak 6 kali dari tangan kiri ke tangan kanan dengan jarak kedua tangan ±
15 cm;
7. Peganglah cetakan benda uji dengan salah satu tangan, kemudian melalui
lubang dasarnya masukkan pasta semen sampai terisi penuh dan ratakan
19

kelebihan pasta pada dasar cincin dengan sekali gerakan telapak tangan;
letakkan dasar cincin pada pelat kaca, ratakan permukaan pasta dengan sekali
gerakan sendok perata dalam posisi miring danhaluskan permukaan pasta
dengan ujung sendok perata, tanpa mengadakan tekanan pada pasta;
8. Letakkan termometer beton di atas benda uji, lalu simpan di dalam lemari
lembab selama 30 menit. Selama percobaan benda uji berada dalam cincin
dan ditahan pelat kaca;
9. Catatlah suhu udara dengan termometer laboratorium dan suhu benda uji
dengan termometer beton;
10. Letakkan benda uji pada alat vicat, sentuhkan ujung jarum vicat pada tengah-
tengah permukaan benda uji dan kecangkan posisi jarum vicat. Letakkan
pembacaan skala pada nol atau catat angka permulaaan dan segera lepaskan
jarum vicat. Catatlah besarnya penetrasi jarum vicat ke dalam benda uji
setelah 30 detik.

3.4.2 Metode Pengujian Permeabilitas


Langkah-langkah pengujian permeabilitas menggunakan alat uji marui
dengan cara uji aliran adalah sebagai berikut :
1. Siapkan beberapa benda uji berupa beton dengan diameter 15 cm, tinggi
30 cm. Benda uji tersebut merupakan ukuran silinder standar untuk uji
kekuatan beton. Ukuran ini dipakai dengan tujuan untuk memudahkan proses
pembuatan benda uji. Benda uji ini kemudian dipotong menjadi tiga bagian,
masing-masing berupa silinder tinggi 10 cm dan diameter 15 cm.
2. Sekeliling beton dibuat kedap air dengan menambahkan lapisan kedap air.
Lapisan ini terbuat dari campuran resin dan katalisnya. Benda uji tersebut
kemudian dimasukkan dalam silinder penahan beton. Celah di antara benda
uji dengan silinder penahan beton ditutup dengan ring karet dan lapisan resin.
Hal ini untuk mencegah kebocoran melalui celah tersebut.
3. Permukaan atas beton diberi air dengan tekanan tertentu selama waktu
pengujian. Air yang menetes ditampung dalam gelas ukur untuk mengetahui
volumenya. Pertambahan volume air setiap satu jam dicatat untuk mengetahui
debit air yang mengalir. Pengujian dihentikan bila telah terjadi debit aliran
20

yang konstan, yaitu pada saat pertambahan volume setiap jam pada gelas ukur
sudah konstan.
4. Hitung koefisien permeabilitas dengan menggunakan Rumus (1). Debit air
yang diambil untuk perhitungan koefisien permeabilitas adalah debit air yang
sudah konstan.
5. Pengujian dilakukan saat beton mencapai umur sedikitnya 28 hari

Gambar Alat uji permeabilitas buatan Marui

Keterangan gambar skematis alat Marui diperlihatkan pada Gambar di atas. Alat
ini juga memiliki tiga bagian utama yaitu:
(1) tabung cadangan air,
(2) tabung penahan beton, dan
(3) tutup bawah.
21

3.5 Variabel Penelitan


Variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas
dan variabel tak bebas.
1. Variabel bebas (independent variable)
Variabel bebas adalah variabel yang perubahannya bebas ditentukan
peneliti. Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel bebas adalah
variabel tiga pabrikan semen.
2. Variabel tak bebas (dependent variable)
Variabel tak bebas adalah variabel yang perubahannya tergantung pada
variabel bebas. Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel tak bebas
adalah hasil uji permeabilitas dan uji waktu pengikatan.

3.6 Metode Pengambilan Data


Pengumpulan data dengan membuat dua jenis benda uji dari ketiga macam
semen yaitu silinder beton untuk uji permeabilitas dan pasta untuk uji waktu
pengikatan. Kemudian dilakukan pengukuran waktu pengikatan pada saat semen
bercampur dengan air sampai uji permeabilitas beton dilakukan pengambilan data
adalah dengan mencatat lama waktu pengikatan dengan menggunakan alat Vicat
test dan timer. Dan besar permeabilitas dengan alat uji buatan marui pada tiap-tiap
tipe pabrikan semen.

3.7 Analisis Statistik


Setelah data-data uji permeabilitas dan waktu pengikatan beton diperoleh,
maka dilanjutkan dengan analisa secara statistik yang bertujuan untuk mengetahui
perbandingan dari ketiga pabrikan semen. Adapun proses analisisnya adalah
sebagai berikut :
Pernyataan hipotesis dinyatakan dengan :
HO1 : µ 1 = µ 2 = µ 3 = µ 4 = µ 5
H11 : µ 1 ≠ µ 2 ≠ µ 3 ≠ µ 4 ≠ µ 5
22

Dengan perhitungan analisis ragam jika FHitung > FTabel berarti Ho ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan dari ketiga pabrikan semen
terhadap waktu pengikatan dan permeabilitas beton. Demikian pula sebaliknya
jika FHitung < FTabel berarti Ho diterima, sehingga dapat disimpukan bahwa tidak
terdapat perbedaan dari ketiga pabrikan semen terhadap waktu pengikatan dan
permeabilitas beton.
Sedangkan untuk menyatakan besar perbedaan variabel bebas terhadap
waktu pengikatan dan permeabilitas beton digunakan analisis regresi. Analisis
regresi mempunyai persamaan umum sebagai berikut :
Y = a Xb
Dimana, Y = variabel tidak bebas (permeabilitas dan waktu pengiktan)
X = variabel bebas ( variasi pabrikan semen )
a,b = konstanta yang dicari
Tingkat ketepatan dari fungi regresi tersebut diukur dengan koefisien
korelasi (r) dan koefisien deteminasi (r2). Koefisien koelasi merupakan suatu nilai
yang menyatakan besarnya derajat keeratan hubungan antar variabel, sedangkan
koefisien determinasi menyatakan keterandalan fungsi regresi tersebut. Besarnya
nilai koefisien korelasi berkisar antara -1 sampai dengan 1, sedangkan besarnya
nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 sampai dengan 1. Jika nilai koefisien
determinasi semakin mendekati 1 maka model yang digunakan semakin tinggi
keterndalannya, jika nilainya mendekati 0 maka keterandalannya model semakin
rendah.
23

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. 2002. SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perencanaan


Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. Bandung: Departemen Pekerjaan
Umum.
Dipohusodo, Istimawan. 1999. Struktur Beton Bertulang. Jakarta : Penerbit
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Amri, Sjafei. 2005. Teknologi Beton A-Z. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia.
Hifni, M. 1990. Analisis Varian dan Penerapannya. Malang : Penerbit Fakultas
Teknik Universitas Brawijaya.
Hifni, M. 1991. Analisis Regresi. Malang : Penerbit Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya.
Hifni, M. 1992. Metode Statistika. Malang : Penerbit Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya.
Sugiharto, Handoko. 2004. Rancang Bangun Alat Uji Permeabilitas Beton.
Surabaya : http://puslit.petra.ac.id/journals/civil.
.

You might also like