Professional Documents
Culture Documents
TIM PENGEMBANG
PUSAT KURIKULUM
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
Jakarta, 2008
ABSTRAK
Kurikulum Inovatif Pendidikan Anak Usia Dini
Formal dan Nonformal
A. Rasional 4
B. Tujuan 4
C. Lingkup Pengembangan Model Kurikulum PAUD 5
1
A. Rasional
urikulum merupakan seperangkat konsep yang mengatur tentang isi, tujuan dan
proses pendidikan yang akan dilaksanakan. Konsep yang diatur dalam
K kurikulum bersifat tidak kaku dan stagnan melainkan suatu gagasan yang
dinamis dan progresif, terutama dalam memenuhi kebutuhan perkembangan
anak pada berbagai aspek, kondisi perubahan sosio-antropologis dan ilmu
pengetahuan serta teknologi, khususnya dalam bidang ilmu pendidikan dan/atau
pembelajaran. Atas dasar itu, perlu diupayakan pemahaman dan sosialisasi
perlunya pengembangan model kurikulum inovatif yang dapat memenuhi kebutuhan
pendidik anak usia dini yang menyelenggarakan pendidikan pada berbagai lingkungan
pendidikan keluarga (informal), masyarakat (nonformal) dan sekolah (formal).
Pengembangan model kurikulum inovatif diarahkan untuk membantu pendidik anak usia
dini dalam merancang model kurikulum, khususnya pada proses pelaksanaan kegiatan
pembelajaran yang memenuhi kebutuhan dan karakteristik perkembangan anak. Melalui
upaya ini diharapkan akan memberikan pencerahan pada pendidik anak usia dini untuk
mengembangkan variasi proses pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan anak
memperoleh sejumlah pengalaman belajar secara langsung (real learning), bermakna
(meaningfull) dan konstruktif.
B. Tujuan
engembangan model kurikulum inovatif ini hanya dibatasi sebagai contoh model
dari komponen penyelenggaraan kegiatan pendidikan (standar proses
P
pembelajaran). Komponen ini dianggap merupakan komponen penting dan ruh
dari suatu proses pendidikan dimana pendidik dapat memperlihatkan pemahaman
konsep filosofis, prinsip dan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan
kerangka model yang dijadikan acuan. Inovasi dimaknai sebagai pembaharuan
atau perubahan dengan ditandai adanya hal yang baru. Inovasi adalah pemikiran
cemerlang yang diharapkan untuk memecahkan persoalan yang timbul dan
memperbaiki suatu keadaan. Melalui kegiatan inovatif akan ditemukan berbagai kegiatan
dan hasil yang dapat dipergunakan untuk memecahkan berbagai persoalan yang muncul
seperti menemukan alat sederhana untuk menyaring air kotor, membuat alat permainan
sendiri dari bahan alam (contoh: daun dan pelepah pisang).
Ciri Inovasi dalam proses pembelajaran untuk anak usia dini diantaranya :
1. Memiliki kekhasan/khusus dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk hasil
yang diharapkan
2. Memiliki ciri atau unsur kebaharuan
3. Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana
4. Memiliki tujuan termasuk arah dan strategi untuk mencapai suatu tujuan.
2
ingkungan alam merupakan salah satu komponen terpenting dalam
pengembangan tujuan, isi dan proses pendidikan pada anak usia dini. Esensi
L tujuan pendidikan pada anak usia dini diantaranya adalah membantu anak
memahami dan menyesuaikan diri secara kreatif dengan lingkungannya.
Lingkungan yang dimaksud memiliki konotasi pemahaman yang luas mencakup
segala sumber yang ada dalam lingkungan anak (termasuk dirinya sendiri),
lingkungan keluarga dan rumah, tetangga (tetangga pedagang, tetangga dokter,
tetangga peternak, dan petani), lingkungan yang berwujud makanan, minuman serta
pakaian, gedung atau bangunan, kebun, persawahan dan lain-lain.
Folosofis pembelajaran yang berbasis lingkungan alam sebenarnya telah digagas pertama
kali oleh Jan Lightghart pada tahun 1859. Tokoh ini menyajikan suatu bentuk model
pendidikan yang dikenal dengan ‘pengajaran barang sesungguhnya’. Konsep ini menjadi
salah satu akar munculnya konsep pendidikan yang berbasis pada alam atau back to nature
school. Ide dasarnya adalah pendidikan pada anak dilakukan dengan mengajak anak dalam
suasana sesungguhnya melalui belajar pada lingkungan alam sekitar yang nyata. Bentuk
pengajaran ini dilakukan sebagai upaya menentang bentuk pengajaran yang cenderung
intelektualisme dan verbalistik. Menurut Jan Lightghart, Sumber utama bentuk pengajaran
ini adalah lingkungan di sekitar anak. Melalui bentuk pengajaran ini akan tumbuh
keaktifan anak dalam mengamati, menyelediki serta mempelajari lingkungan. Kondisi
lingkungan yang sesungguhnya juga akan menarik perhatian spontan anak sehingga anak
memiliki pemahaman dan kekayaan pengetahuan yang bersumber dari lingkungannya
sendiri. Bahan-bahan pengajaran yang ada pada lingkungan sekitar anak akan mudah
diingat, dilihat dan dipraktikan sehingga kegiatan pengajaran menjadi berfungsi secara
praktis.
Inti pengajaran barang sesungguhnya adalah mengajak anak pada kondisi lingkungan
sesungguhnya. Semua bahan yang ada di lingkungan sekitar anak dapat dipakai sebagai
pusat minat atau pusat perhatian anak. Bahan pengajaran dari lingkungan oleh Jan
Lighthart dikelompokan dalam tiga kategori, yaitu lingkungan alam (sebagai bahan
mentah), lingkungan produsen atau lingkungan pengrajin (pengolah dan penghasil bahan
mentah menjadi bahan jadi) serta lingkungan masyarakat pengguna bahan jadi
(konsumen). Bahan ini dapat terdiri dari tanaman, tanah, batu-batuan, kebun, sungai dan
ladang, pengarajin kayu, rotan dan pasar atau toko sebagai pusat jual beli bahan-bahan jadi
tersebut. Berdasarkan pusat minat anak (tema) ini maka langkah pengajaran dilaksanakan.
Landasan filosofis kedua dapat ditelaah dari filsafat pendidikan naturalisme romantik yang
dikemukakan Rousseau. Filosof ini berusaha mengembangkan konsep pendidikan Emile
yang dilakukan secara naturalistik atau alami. Ia mengemukakan filosofisnya bahwa : (1)
pendidikan harus mengembangkan kemampuan-kemampuan alami atau bakat/pembawaan
anak dan (2) pendidikan yang berlangsung dalam alam. Sesuai dengan pandangan di atas,
Model Pembelajaran Berbasis Alam PAUD Formal & Non-Formal - 2007 3
maka pendekatan untuk mendidik anak bukanlah dengan mengajar anak secara formal atau
melalui pengajaran langsung, akan tetapi dengan memberi kesempatan kepada mereka
belajar melalui proses eksplorasi dan diskoveri.
Landasan filosofis ketiga adalah konsep filosofis yang disampaikan oleh Decroly (1897).
Filosof pendidikan ini mengemukakan beberapa ide filosofis bahwa :
1. Sekolah harus dihubungkan dengan kehidupan alam sekitar.
2. Pendidikan dan pengajaran agar didasarkan pada perkembangan anak.
3. Sekolah harus menjadi laboratorium bekerja bagi anak-anak.
4. Bahan-bahan pendidikan/pengajaran yang fungsional praktis.
Dari ketiga landasan filosofis pendidikan tersebut diharapkan akan menjadi rumusan
pijakan untuk mengembangkan pembelajaran yang berbasis alam untuk memberikan
pembelajaran yang bermakna bagi anak-anak. Deskripsi analisis filosofis tersebut dapat
dirangkum sebagai berikut:
Filosofis dasar yang terkait dengan pendidikan (pembelajaran) yang berbasis alam adalah
pandangan bahwa kegiatan pendidikan (sekolah atau kurikulum) harus dapat membantu
anak mengembangkan berbagai potensi perkembangan yang dipergunakan untuk
beradaptasi secara kreatif dengan lingkungan alam. Atas dasar pandangan filosofis
tersebut, kegiatan pendidikan seharusnya menggunakan lingkungan alam dengan berbagai
variasi untuk memenuhi kebutuhan perkembangan anak usia dini. Sebagai lembaga sosial,
sekolah harus menyajikan kehidupan nyata dan penting bagi anak sebagaimana yang
terdapat di dalam rumah, di lingkungan sekitar, atau di lingkungan masyarakat luas.
(Dewey dalam Krogh, 1994). Pandangan ini mempertegas bahwa sekolah (kurikulum :
pembelajaran yang dilaksanakan) harus mampu membantu anak usia dini mengelaborasi
dan mengeksplorasi lingkungan alam sebagai sumber belajar. Kegiatan pendidikan seperti
ini sekaligus sebagai upaya memenuhi kebutuhan anak usia dini dalam masa-masa
bermain, bereksplorasi dan bereksperimen.
Filosofis pendidikan berikutnya adalah bahwa kegiatan pembelajaran yang berbasis pada
lingkungan alam akan membantu menumbuhkan otoaktivitas atau Autoactivity (aktivitas
yang tumbuh dari dalam diri) anak sehingga dimungkinkan terjadi proses active learning
(belajar secara aktif). Filosofis ini akan membantu pendidik merancang dan
mengembangkan berbagai aktivitas yang memungkinkan anak terlibat secara aktif penuh
(penuh keaktivitas) dalam interaksi pendidikan. Anak akan terlibat secara aktif dalam
belajar melalui proses mengamati, mencari, menemukan, mendiskusikan, menyimpulkan,
mengkomunikasikan dan membuat laporan sendiri tentang suatu fokus pembelajaran.
Proses belajar seperti ini akan membantu anak memperoleh sejumlah keterampilan proses
yang sangat dibutuhkan dalam mengembangkan life skill.
Filosofis ketiga dalam pembelajaran berbasis alam adalah pandangan bahwa lingkungan
alam akan memberikan sejumlah pengalaman belajar langsung (real learning) dan/atau
pembelajaran secara nyata (real instructions). Dalam istilah Jan Ligtghart ini dikenal
dengan istilah pengajaran barang yang sesungguhnya. Konsep pendidikan seperti ini akan
membantu anak mengembangkan proses berpikir komprehensif dalam situasi yang nyata
tentang berbagai aspek kehidupan dalam lingkungan alam.
Filosofis keempat, konsep pembelajaran berbasis alam akan memberikan suasana atau
kesempatan pada anak untuk mengembangkan kepekaan, kepedulian atau sensitivitas
terhadap berbagai kondisi lingkungan alam. Kegiatan ini sekaligus tidak hanya
membangun kecerdasan naturalis anak saja tetapi juga kecerdasan intra dan interpersonal,
kecerdasan spiritual dan berbagai kecerdasan lainnya. Kepekaan yang berkembangan pada
anak terhadap lingkungan alam secara konseptual disebut sebagai perhatian spontan
Perhatian spontan anak akan muncul ketika anak-anak berinteraksi dengan berbagai objek
dan kondisi lingkungan alam, baik secara individual maupun kelompok.
Model Pembelajaran Berbasis Alam PAUD Formal & Non-Formal - 2007 4
Filosofis kelima, konsep pembelajaran berbasis alam akan membantu anak memperoleh
proses dan hasil belajar yang bermakna (meaningfull learning) serta pembelajaran yang
fungsional praktis (practical and functional intruction). Melalui pembelajaran berbasis
alam, anak dapat menemukan, memahami dan menerapkan secara langsung proses belajar
pada berbagai aspek dalam kehidupan secara nyata. Dengan demikian, anak dapat
memaknai bahwa belajar tentang berbagai hal akan memiliki makna dalam kehidupan kini
maupun di masa yang akan datang.
3
Proses pembelajaran berbasis alam perlu memperhatikan sejumlah prinsip yang
mendasarinya. Prinsip-prinsip yang dimaksud diantaranya adalah :
1. Berpusat pada perkembangan anak dan optimalisasi perkembangan
Keberhasilan pendidikan dapat diukur pada sejauh mana pendidikan berhasil
mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengoptimalkan potensi setiap anak sesuai
dengan karakteristik perkembangannya. Oleh karena itu, keberhasilan proses
pembelajaran berbasis alam terletak pada peningkatan optimalisasi seluruh potensi
perkembangan anak dengan menjadi lingkungan alam sebagai sumber belajar yang
utama.
2. Membangun kemandirian anak
Proses pembelajaran yang berbasis alam diharapkan dapat membangun dan
mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri (kemandirian), kedisiplinan dan
sosialisasi agar terbentuk karakter kemandirian yang kuat. Dalam pembelajaran
yang berbasis alam, anak akan terbiasa dihadapkan pada sejumlah persoalan kehidupan
secara faktual. Anak dapat berusaha memecahkan persoalan tersebut, baik secara
individual maupun bekerja sama dengan teman-temannya.
3. Belajar dari lingkungan alam sekitar
Proses pembelajaran berbasis alam akan memaksimalkan pemanfaatan kekayaan
alam yang ada, sebagai sumber ilmu pengetahuan, sehingga memiliki ketajaman
berpikir dan wawasan keilmuan yang aplikatif.
4. Belajar dan bermain dari lingkungan sekitar
Melalui bermain, memungkinkan anak untuk terlibat dalam lingkungannya, melalui
konflik internal maupun eksternal sehingga anak belajar melalui berbagai pengalaman
dengan objek, orang, kegiatan yang ada di sekitarnya. Pembelajaran yang dialami
anak akan menjadi lebih menarik, menyenangkan (fun learning), bermakna dan tidak
membosankan.
5. Memanfaatkan sumber belajar yang mudah dan murah
Dengan memanfaatkan lingkungan sekitar, anak dapat mempelajari banyak hal dari
lingkungan terdekatnya (lingkungan alam, lingkungan fisik, lingkungan sosial, kultur
budaya, dll) sehingga sumber belajar tidak harus sengaja dirancang dengan
mengeluarkan biaya yang mahal.
6. Pembelajaran menggunakan pendekatan tematik
Pembelajaran tema adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang didasarkan atas
ide-ide pokok/sentral tentang anak dan lingkungannya. Melalui pembelajaran tema
dapat memberikan pengalaman langsung tentang objek yang riil bagi anak untuk
menilai dan memanipulasinya, menumbuhkan cara berpikir yang komprehensif.
7. Membangun kebiasaan berpikir ilmiah sejak usia dini
Berpikir ilmiah yang dimaksud pada prinsip ini adalah memperkenalkan dan
membiasakan anak untuk menemukan berbagai permasalahan yang ada di
Model Pembelajaran Berbasis Alam PAUD Formal & Non-Formal - 2007 6
lingkungannya dan berpikir untuk menemukan cara memecah-kannya. Kegiatan
berpikir seperti ini dapat dilakukan melalui eksplorasi berbagai hal yang terjadi/ada
dari lingkungannya, dari hal yang mudah/sederhana ke arah yang lebih
kompleks/sukar.
8. Pembelajaran inspiratif, menarik, kreatif dan inovatif
Anak adalah subjek dalam pembelajaran. Kegiatan-kegiatan pembelajaran perlu
disiapkan untuk membangun rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir
kritis dan menemukan hal-hal yang baru.
9. Memberikan ruang bagi anak untuk belajar secara aktif (active learning).
Dengan belajar dari sumber lingkungan sekitar dan lingkungan lain yang mendukung
akan mendorong anak untuk menunjukkan aktivitas belajarnya. Anak akan berusaha
mengamati, mencari dan menemukan berbagai pengetahuan dan konsep yang penting
berkaitan dengan berbagai bidang perkembangan.
4
A. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Alam
P diibaratkan sebagai penggunaan suatu kaca mata dalam melihat atau memandang
suatu keadaan. Jika yang digunakan kacamata hijau maka pemandangan yang
dilihat akan serba hijau. Jika kacamata yang dipergunakan biru maka
pemandangan yang terlihat akan serba biru. Cara pandang dalam suatu
pendekatan pembelajaran akan membantu guru menyusun dan mengembangkan
kerangka berpikir atau mind set tentang berbagai unsur dalam pembelajaran. Jika guru
mengembangkan pendekatan abstrak maka seluruh proses pembelajaran dalam strategi
pembelajaran juga akan digiring ke arah proses pembelajaran yang abstrak. Demikian juga
jika guru menganut pendekatan ekspositori maka cara melaksanakan kegiatan
pembelajaran akan diarahkan ke arah proses yang lebih banyak atau didominasi oleh
kegiatan menjelaskan atau menyampaikan materi. Guru yang mengembangkan pendekatan
berpusat pada guru (teacher centre) maka kegiatan pembelajaran akan sepenuhnya berada
ditangan guru sedangkan murid menjadi pasif dan tidak kreatif.
Dengan demikian, apa yang diyakini guru dalam memilih pendekatan akan memberikan
dampak yang kuat pada pengembangan strategi pembelajaran.
Salah satu konsep pokok utama yang perlu menjadi perhatian guru dalam memilih
dan mengembangkan strategi pembelajaran adalah pemahaman dan penggunaan konsep
pendekatan pembelajaran (learning approach). Seperti halnya batasan strategi
pembelajaran, pendekatan pembelajaran juga merupakan bagian dari pemperoleh kerangka
berpikir atau mind set guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran agar berdaya guna
(efisien) dan berhasil guna (efektif) yang tinggi. Pendekatan pembelajaran pada dasarnya
adalah cara pandang atau cara berpikir guru tentang berbagai komponen dalam sistem
pembelajaran. Cara pandang ini dapat dianggap berada dalam dua ujung titik kontinum
yang saling berlawanan. Sebagai contoh, cara pandang guru dalam melaksanakan
pembelajaran ada yang berada paling ujung yang child centered atau berpusat pada anak
dan guru yang berada di ujung teacher centered atau berpusat pada guru. Dengan
demikian ke arahmana cara pandang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
dapat diukur derajat child centered-nya atau derajat teacher centered-nya dengan
memperhatikan berbagai aspek dan indikator yang berada pada keduanya.
Beberapa pendekatan yang dapat dijadikan rujukan dalam pembelajaran yang berbasis
alam dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut :
1. Pendekatan pedosentris versus materiosentris
Pendekatan pedosentris (Paedos berarti kesanggupan atau kemampuan anak, sentries
artinya berpusat) sering dikenal dengan learner centered yakni cara memandang
kegiatan pembelajaran yang bertumpu atau bertitik tolak dari kesanggupan atau
kemampuan anak sebagai individu yang belajar. Melalui pendekatan ini, guru akan
Model Pembelajaran Berbasis Alam PAUD Formal & Non-Formal - 2007 8
berusaha untuk memikirkan dan menelaah seberapa kesanggupan atau kemampuan
anak menguasai suatu proses dan bahan atau materi pembelajaran. Bahan atau materi
pembelajaran dapat diperoleh anak dari sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar.
Dengan demikian, tingkat kesanggupan anak untuk menyelesaikan suatu tahapan
perkembangan dapat diamati dan digambarkan secara individual. Hal ini berbeda
dengan cara pandang dari materiosentris (Matero berarti materi atau bahan
pembelajaran) yang menganggap bahwa segala pusat kegiatan pembelajaran harus
dimulai dengan materi atau bahan pembelajaran. Cara pandang ini akan mengarahkan
guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggiring seluruh aktivitas
anak untuk menguasai materi atau bahan pembelajaran. Bagi guru, hal terpenting
adalah bagaimana materi atau bahan pembelajaran selesai dilaksanakan dan anak-anak
dapat menguasainya. Guru tidak perlu memikirkan anak yang lambat, sedang atau cepat
dalam menangkap materi atau bahan pembelajaran.
2. Pendekatan Child Centered versus teacher centered
Pendekatan child centered atau student centered merupakan suatu cara pandang yang
menganggap bahwa pusat kegiatan pembelajaran bertitik tolak pada aktivitas anak
(murid). Cara pandang ini meyakini bahwa murid atau anak memiliki kemampuan
sendiri melalui berbagai aktivitas dalam mencari, menemukan, menyimpulkan serta
mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai. Tugas
guru yang utama menurut pandangan ini adalah menyusun dan menciptakan berbagai
situasi dan fasilitas yang memungkinkan anak belajar. Pendekatan ini dapat
dipergunakan dalam pembelajaran berbasis alam yang memungkinkan pendidik
mengajak anak menggunakan berbagai sumber belajar lingkungan sekitar secara aktif.
Cara pandang ini berada satu titik vertikal dengan pendekatan pedosentris. Pada sisi
yang berlawanan, cara pandang teacher centered menekankan pusat kegiatan
pembelajaran berada pada aktivitas guru dalam menguasai serta menyampaikan materi
pembelajaran. Seluruh proses pembelajaran akan diwarnai dan didominasi oleh
keaktivitan guru dalam menguasai kelas dan materi pembelajaran. Cara pandang ini
berada dalam satu titik vertikal dengan pendekatan materiosentris.
3. Pendekatan Discovery (penemuan) versus Ekspositori (penyajian)
Pendekatan Discovery dikenal juga dengan istilah pendekatan penemuan. Pendekatan
ini mempunyai cara pandang yang memusatkan kegiatan pembelajaran pada upaya atau
aktivitas anak didik untuk menemukan sendiri berbagai aspek pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai melalui berbagai pengalaman yang dirancang dan
diciptakan guru. Melalui cara pandang ini, guru akan berusaha memikirkan bagaimana
menciptakan situasi belajar mengajar dengan ragam komponennya agar anak didik mau
dan bisa mencari serta menemukan sendiri berbagai aspek pengetahuan, keterampilan
dan nilai-nilai. Pendekatan ini berada dalam satu titik vertikal dengan pedosentris
(berpusat pada kesanggupan atau kemampuan anak) dan child centered (berpusat pada
anak). Adapun pendekatan ekspositori lebih memandang aktivitas pembelajaran
sebagai kegiatan guru melakukan ekspose atau penyampaian pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai.
4. Pendekatan Proses versus Pendekatan hasil
Pendekatan proses dalam pembelajaran berbasis alam mengisyaratkan bahwa kegiatan
pembelajaran lebih mengedepankan pentingnya proses belajar sebagai proses
pemerolehan berbagai ragam pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan oleh anak
sendiri. Adapun pendekatan hasil lebih menekankan pentingnya hasil belajar tanpa
begitu mempedulikan proses yang dilalui oleh anak dalam belajar.
Matriks ini berguna untuk memetakan keseluruhan hubungan antara tema dan
standar kompetensi pada bulan atau satu semester program. Proses ini sekaligus akan
memberikan gambaran progress pembelajaran terintegrasi sebagai berikut :
5
Pembelajaran berbasis alam dapat memanfaatkan media dan sumber belajar secara
bervariasi serta mendukung kegiatan pembelajaran yang optimal dan kondusif. Media dan
sumber belajar akan membantu mendekatkan jarak pemahaman antara anak dan pendidik
tentang suatu konsep dan proses yang dipelajari. Pendidik dapat menemukan dan
mengembangkan media serta sumber belajar yang berbasis alam sekitar sehingga
mendorong dan memudahkan anak untuk menemukan sendiri tentang konsep dan proses
yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Media dan sumber belajar yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian
utama, yaitu :
1. Lingkungan Alam
Lingkungan alam adalah objek-objek dan benda-benda yang ada di alam yang sudah
tersedia yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar.
Jenis-jenis sumber belajar meliputi :
1. Tanaman
2. Binatang
3. Hutan
4. Kebun
5. Kolam
6. dll
2. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik adalah objek yang terdapat di sekitar anak berupa bangunan atau
benda yang dibuat/dibangun oleh masyarakat sekitar.
Jenis-jenis sumber belajar meliputi :
1. Masjid
2. Kantor pos
3. Kantor Polisi
4. Perpustakaan
5. Rumah sakit
6. Supermarket
7. dll
3. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah objek, kegiatan, peristiwa yang terjadi di masyarakat/
lingkungan sekitar yang dapat dijadikan sumber belajar.
Jenis-jenis sumber belajar meliputi :
1. Tokoh Masyarakat
2. Pasar
3. Banjir
4. Kebakaran
5. Kultur/ budaya
Model Pembelajaran Berbasis Alam PAUD Formal & Non-Formal - 2007 14
Media pembelajaran yang dapat digunakan dalam memfasilitasi pembelajaran berbasis
alam meliputi:
1. Media Visual: yang hanya dapat dilihat melalui indera penglihatan, seperti media
gambar.
2. Media Audio: yang mengandung pesan auditif (hanya dapat didengar) yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan pemahaman untuk mempelajari bahan
ajar.
3. Media Audio Visual: merupakan kombinasi audio dan visual yang biasa disebut media
pandang dengar
4. Media Objek: merupakan media tiga dimensi yang menyampaikan informasi tidak
dalam bentuk penyajian melainkan melalui ciri fisik nya sendiri seperti: ukuran,
bentuk, berat, susunan, warna, fungsi dsb. Media ini dapat dibagi dalam 2 kelompok:
media objek alami dan media objek buatan
5. Media Sederhana: media yang mudah dibuat dan mudah diperoleh bahan-bahannya.
6
Pengorganisasian pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan pendidik
untuk menciptakan suatu situasi atau iklim pembelajaran yang kondusif dan
menyenangkan pada anak sesuai dengan model pembelajaran berbasis alam.
Pengorganisasian ini dimaksudkan untuk memudahkan pendidik dan anak berinteraksi
dalam berbagai situasi pembelajaran (baik in classroom maupun outdoor activity). Dalam
pengorganisasian pembelajaran pendidik perlu memperhatikan beberapa komponen
penting sebagai berikut :
1. Pemilihan dan pengembangan tema
Pengembangan tema dilakukan dengan menggunakan sejumlah kriteria dan prinsip
sebagaimana dikemukakan pada konsep pengembangan tema dan jaringannya. Salah
satu yang menjadi perhatian pendidik dalam menggunakan pengembangan tema adalah
prinsip kedekatan, kebermaknaan dan kepraktisan dilihat dari sisi anak didik. Adapun
contoh pengembangan tema adalah :
b. Kegiatan kelompok
Model Pembelajaran Berbasis Alam PAUD Formal & Non-Formal - 2007 17
Dalam satu satuan waktu tertentu terdapat beberapa kelompok anak melakukan
kegiatan yang berbeda-beda. Pemilihan kegiatan menjadi penting agar anak dapat
menyelesaikan kegiatn dalam waktu yang hampir bersamaan. Umumnya kegiatan
kelompok digunakan untuk pengorganiisasian anak pada saat kegiatan inti
c. Kegiatan individual
Setiap anak dimungkinkan memilih kegiatan sesuai dengan minat dan kemampuan
massing-masing.
d. Kegiatan di dalam ruangan
Kegiatan yang dirancang untuk dilaksanakan di dalam ruangan. Ruangan yang
dimaksud tidak dibatasi oleh dinding kelas
e. Kegiatan di luar ruangan
Kegiatan yang dirancang untuk dilaksanakan di luar ruangan berupa lingkungan
alam, lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Pengorganisasian anak dapat dilakukan berdasarkan pemilihan pelaksanaan kegiatan :
• Rutin
kegiatan pembiasaan yang dilakukan secara rutin dan berulang-ulang oleh setiap
anak
Umumnya kegiatan berupa; doa harian, kegiatan menolong dan melayani diri
sendiri, circle time.
• Khusus
kegiatan yang dilakukan secara khusus oleh seluruh anak dalam satu kelas secara
klasikal maupun kelompok dalam satu satuan waktu pada kegiatan yang sama
Umumnya kegiatan kelompok digunakan untuk pengorganisasian anak pada saat
kegiatan inti
• Terintegrasi
Kegiatan yang dilakukan Terintegrasi
4. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pembelajaran berbasis alam secara umum menggunakan 5 langkah pokok yang secara
kreatif dapat dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
penyelenggara pendidikan anak usia dini. Kelima langkah pembelajaran yang
dimaksud adalah :
Pertama, menentukan sesuatu yang menjadi pusat minat anak.
Pusat minat anak ditentukan berdasarkan bahan-bahan pengajaran yang terdapat pada
lingkungan di sekitar anak. Penentuan pusat ini sebaiknya ditentukan berdasarkan
lingkungan yang paling dekat dengan diri anak itu sendiri kemudian berangsung-
angsur ke lingkungan yang terjauh. Misalnya ditentukan pusat minat tanaman
(singkong, umbi dan kentang).
Kedua, melakukan perjalanan sekolah.
Setelah ditentukan pusat minat dan anak diberikan penjelasan tentang pusat minat
tersebut maka anak bersama guru melakukan perjalanan sekolah pada kondisi yang
menjadi pusat minat tersebut. Selama penjalanan sekolah, anak diajak untuk
melakukan berbagai pengamatan pada kondisi sesungguhnya ditempat itu. Pada
kondisi inilah keaktifan dan perhatian spontan anak akan muncul, mungkin secara tiba-
tiba ada seekor kupu-kupu hingga pada setangkai bunga kemudian secara spontan anak
bertanya “ mengapa kupu-kupu itu hinggap pada bunga itu ?” Spontanitas anak ini
sudah tentu akan mengundang dialog dan interaksi positip antara anak dengan guru
atau antara anak itu sendiri. Dari sinilah pengembangan bahasa dan pengembangan
intelektual dapat secara bersama-sama dilakukan.
Model Pembelajaran Berbasis Alam PAUD Formal & Non-Formal - 2007 18
Ketiga, Pembahasan hasil pengamatan.
Berbagai bahan lingkungan yang telah diamati anak kemudian dibicarakan lagi dalam
kelas. Pembahasan dilakukan dengan menggunakan gambar tentang berbagai aspek
penting yang mewakili lingkungan yang telah diamati anak (Jan Lighthart
menggunakan 24 gambar lingkungan). Dalam suasana interaksi ini dibahas masing-
masing hal yang dilihat dan ditemukan anak dari hasil pengamatannya dengan
menggunakan bantuan gambar-gambar.
Keempat, Menceritakan lingkungan yang diamati
Untuk menanamkan perilaku positip anak pada lingkungan guru hendaknya
menceritakan berbagai kondisi lingkungan yang diamati serta dihubungkan dengan
peritistiwa atau kondisi lain yang relevan, terutama dengan tindakan dan sikap orang
terhadap lingkungan tersebut.
Kelima, Kegiatan ekspresi
Agar anak lebih menghayati kondisi lingkungan yang telah diamati, guru menugaskan
anak untuk mengekpresikan hal-hal yang ada pada lingkungan dengan jalan mewarnai,
menggambar, membuat sesuatu, menirukan gerak-gerik orang yang diamati melalui
berbagai bentuk permainan dan nyanyian.