You are on page 1of 33

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU A. Pengertiaan Filsafat Ilmu


Kata Filsafat berasal dari bahasa
Yunani, yaitu philosophia yang terdiri
dari dua suku kata yakni philos yang
berarti cinta, atau philia yang berarti
persahabatan, dan kata sophos yang
berarti inteligensi, kebijaksanaan,
keterampilan, pengalaman, dan
pengetahuan.
Imam Bernadib menganggap
bahwa kata filsafat berasal dari bahasa
Yunani, philosophia dan philosophos.
Kata ini terambil dari kata philos dan
sophia atau philos dan sophos. Philos
Oleh:
berarti cinta dan sophia atau sophos
Muhammad : E63207003 berarti kebijaksanaan, pengetahuan dan
hikmah. Seseorang dapat disebut telah
berfilsafat menurut Bernadib, apabila
seluruh ucapan dan perilakunya
FAKULTAS USHULUDDIN mengandung makna dan ciri sebagai
JURUSAN TAFSIR HADITS KELAS orang yang cinta terhadap
AKSELERASI
kebijaksanaan, cinta terhadap
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI SUNAN AMPEL pengetahuan dan cinta terhadap
hikmah.
Menurut Harun Nasution, falsafat
SURABAYA berasal dari bahasa Yunani yang
2010 tersusun dari dua kata, yakni philein
dalam arti cinta dan sophos dalam arti
hikmat (wisdom). Harun mengatakan maka Harun mendefinisikan filsafat
bahwa orang Arab memindahkan kata sebagai:
Yunani philosophia ke dalam bahasa •Pengetahuantentanghikmah;
mereka dan menyesuaikannya dengan •Pengetahuan tentang prinsip atau
tabiat susunan kata-kata Arab, yaitu dasar-dasar;
falsafa dengan pola fa’lala, fa’lalah •Mencari kebenaran; dan
dan fi’lal. Berdasarkan pola kalimat •Membahas dasar-dasar dari apa yang
(kata) tersebut, maka penyebutan kata dibahas.
filsafat dalam bentuk kata benda M. Rasjidi dan Harifuddin
seharusnya falsafah atau filsaf. Cawidu menyatakan bahwa falsafah
Lebih lanjut Harun mengatakan (dalam bahasa Arab) berasal dari
bahwa kata filsafat yang banyak bahasa Yunani yakni dari kata
digunakan dalam bahasa Indonesia, philosophia, yang terambil dari akar
sebetulnya bukan murni berasal dari kata philo atau philein yang berarti
bahasa Arab falsafah dan juga bukan cinta (loving) dan shopia yang berarti
murni dari bahasa Barat philosophy. pengetahuan, kebijaksanaan (hikmah
Akan tetapi, kata filsafat ini atau wisdom). Jadi philosophia artinya
merupakan gabungan dari keduanya cinta kebijaksanaan. Orang yang cinta
(bahasa Arab dan Barat). Kata fil kepada kebijaksanaan atau
diambil dari bahasa Barat dan safah pengetahuan atau kebenaran menurut
dari bahasa Arab. Rasjidi disebut philosophos, dalam
Berfilsafat menurut Harun adalah bahasa Arab disebut failasuf.
berfikir menurut tata tertib (logika) Dengan demikian, philosophos
dengan bebas (tidak terikat pada atau failasuf adalah orang yang
tradisi, dogma dan agama) dan dengan menjadikan pengetahuan sebagai usa
sedalam-dalamnya sampai ke dasar- dan tujuan hidupnya. Dengan kata lain,
dasar persoalan. philosophos atau failasuf adalah orang
yang mengabdikan dirinya kepada
pengetahuan dan kebenaran.
Rasjidi lebih lanjut menyatakan bahwa
Bedasarkan pengertian itulah, meskipun falsafah berasal dari bahasa
Yunani sebagai daerah sumber awal kebijaksanaan.
kegiatan berfalsafah, tetapi dalam Dengan demikian, kata filsafat
bahasa Arab asli terdapat suatu kata secara etimologi menurut Mudhafir
yang mirip dengan makna filsafat, memiliki dua pengertian yang berbeda.
yaitu kata hikmat. Pertama, istilah filsafat dilihat dari asal
Menurut Rasjidi, makna asal dari kata philein dan sophos, maka ia
kata hikmat adalah tali kendali yang berarti mencintai hal-hal yang bersifat
digunakan pada seekor kuda untuk bijaksana (filsafat sebagai kata sifat).
mengekang keliarannya. Juga berarti Kedua, istilah filsafat dilihat dari asal
pengetahuan atau kebijaksanaan. Atas kata philos dan sophia, maka ia berarti
dasar itu, maka diambillah kata hikmat teman kebijaksanaan.
sebagai sinonim dari kata filsafat. Sejarah telah mencatat bahwa
Karena seseorang yang memiliki istilah philosophia digunakan pertama
hikmat (pengetahuan) itu, seharusnya kali oleh Pythagoras pada tahun 572 –
dapat lebih bijaksana dan dapat 497 SM (sekitar abad ke-6 SM). Istilah
membentengi dirinya dari perbuatan philosophia ini muncul berawal ketika
rendah dan hina. Pythagoras ditanya tentang apakah ia
Ali Mudhafir berpendapat termasuk orang yang bijaksana.
bahwa kata filsafat dalam bahasa Pythagoras dengan rendah hati
Indonesia memiliki padanan kata menjawab pertanyaan tersebut bahwa
falsafah (bahasa Arab), philosophy dirinya adalah pencinta kebijaksanaan
(bahasa Inggris), philosophie (bahasa (lover of wisdom).
Jerman, Belanda dan Francis). Tetapi istilah philosophia dan
Menurut Ali Mudhafir, semua kata itu philosophos (falsafah dan failasuf) itu
berasal dari bahasa Yunani sendiri baru menjadi popular dan lazim
philosophia. Sedangkan kata digunakan pada masa Sócrates dan
philosophia itu sendiri terdiri dari dua Plato (sekitar abad ke-5 SM). Plato
suku kata, yakni philein, philos dan (427-384 SM) mendefinisikan filsafat
sophia. Philein berarti mencintai, sebagai ilmu pengetahuan yang
philos berarti teman, sophos berarti berminat mencapai kebenaran yang
bijaksana dan sophia berarti asli. Aristóteles (382-322 SM)
mendefinisikan filsafat sebagai 3. Sampai dimana harapan
pengetahuan yang meliputi kebenaran manusia (dijawab oleh
yang objek kajiannya adalah ilmu agama).
metafísica, logika, retórika, etika, 4. Apa yang dinamakan
ekonomi dan estétika. Selain itu, Al- manusia (dijawab oleh
Farabi (870-950 M) seorang filosof antropologi)
Islam mendefinisikan filsafat sebagai
ilmu pengetahuan tentang alam maujud
dan bagaimana hakekat alam yang Dari pengertian dan definisi
sebenarnya. filsafat yang dikemukakan oleh para
Sedangkan Descartes (1590- ahli an filosof sebagaimana tersebut di
1650 M) mendefinisikan filsafat atas, dapat dipahami bahwa:
sebagai kumpulan ilmu pengetahuan 1. Filasafat adalah usaha spekulatif
yang meliputi pengetahuan tentang yang rasional, sistematik dan
Tuhan, alam dan manusia. Sejalan konseptual untuk
dengan Descartes, Imanuel Kant memperoleh pengetahuan atau
(1724-1804 M) mengasumsikan bahwa pandangan yang selengkap
filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang mungkin mengenai realitas
menjadi pokok dan pangkal dari segala (kebenaran). Tujuannya adalah
pengetahuan. untuk mengungkapkan atau
Berdasarkan asumsi itulah, menggambarkan dengan kata-
maka menurut Kant kata, hakekat realitas akhir
persoalan yang menjadi yang mendasar dan nyata.
pokok kajian filsafat, yaitu 2 Filsafat adalah wacana tempat
1. Apakah yang dapat berlangsungnya penelusuran
manusia ketahui (dijawab kritis terhadap berbagai
oleh metafisika); pernyataan dan asumsi yang
2. Apa yangn seharusnya kita umumnya merupakan dasar
ketahui / dikerjakan suatu pengetahuan.
manusia (dijawab oleh 3 Filsafat adalah wacana tempat
etika). berlangsungnya penelusuran
kritis terhadap berbagai untuk menemukan kebenaran hakiki
pernyataan dan asumsi yang melalui cara berpikir yang sistematis,
umumnya merupakan dasar komprehensif (menyeluruh, meluas),
suatu pengetahuan. dan radikal (sampai ke akar-akarnya).
Berdasarkan uraian yang Melalui berfikir filsafati, diharapkan
dikemukakan di atas, maka dapat manusia menjadi lebih mampu
dipahami bahwa ruang lingkup bersikap.
pembahasan filsafat adalah, pertama,
kajian yang berkenaan dengan
pencarian kebenaran fundamental B.Cabang Filsafat
dengan cara : (a) argumentatif, yakni Dilihat dari kriteria dan sifat
pemaparan pendapat yang rasional berfikir filsafat, maka filsafat dapat
dengan disertai dasar-dasar dibedakan dalam dua jenis pengertian.
penalarannya; (b) non-empirik, yakni Pertama, filsafat sebagai reflective
tidak berdasarkan pemahaman thinking, artinya filsafat sebagai
inderawi. aktivitas pikir murni. Dengan kata lain,
Kedua, penalaran filosofis yang kegiatan akal piker manusia dalam
umumnya sibuk menanyakan serta usahamengerti secara mendalam atas
menelusuri makna dan penyebab dasar segala sesuatu. Dalam hal ini filsafat
dari berbagai pengetahuan tanpa merupakan suatu daya atau
mengenal batas apapun, baik batas kemampuan berpikir yang tinggi dari
alamiah, apalagi batas buatan manusia, manusia dalam usaha memahami
seperti batas ruang, waktu, agama atau kesemestaan. Kedua, filsafat sebagai
kepercayaan, adat istiadat, etnik, ilmu, produk kegiatan berpikir murni dan
dan hal-hal lainnya. Penalaran filosofis terbentuk dalam suatu disiplin ilmu.
yang dimaksud adalah penalaran yang Seiring dengan perkembangan
selalu mengandung ciri-ciri skeptis dan dinamika masyarakat, filsafat
(meragukan), menyeluruh (holistic, kemudian berkembang dan melahirkan
comprehensive), mendasar (radikal), tiga cabang besar dan sekaligus
kritis, dan analitis. sebagai objek kajiannya. Ketiga
Filsafat adalah upaya manusia cabang pemikiran filsafat itu adalah
ontologi, epistemologi, dan aksiologi. apakah sesuai dengan wujud
Dari ketiga cabang filsafat ini penampakannya atau tidak ?”
kemudian berkembang lagi dan
masing-masing melahirkan cabang
tersendiri. Berikut penjelasan ketiga
cabang filsafat tersebut dan Dari teori hakekat (ontologi)
perkembangannya. ini kemudian muncullah bebrapa aliran
dalam filsafat, antara lain :
1. Ontologi 1. Filsafat Dualisme
Ontologi terdiri dari dua suku 2. Filsafat Idialisme
kata, yakni ontos dan logos. Ontos 3. Filsafat Materalisme
berarti sesuatu yang berwujud dan 4. Filsafat Skeptisisme
logos berarti ilmu. Jadi ontologi dapat 5. Filsafat Ognotisisme
diartikan sebagai ilmu atau teori Jujun S. Suriasumantri
tentang wujud hakekat yang ada. menyatakan bahwa pokok
Menyoal tentang wujud hakiki obyek permasalahan yang menjadi objek
ilmu dan keilmuan (setiap bidang ilmu kajian filsafat mencakup tiga segi,
dalam jurusan dan program studi) itu yakni (a) logika (Benar-Salah), (b)
apa ? Objek ilmu atau keilmuan itu etika (Baik-Buruk), dan (c) estetika
adalah dunia empirik, dunia yang dapat (Indah-Jelek). Ketiga cabang utama
dijangkau pancaindera. jadi objek ilmu filsafat ini lanjut Suriasumantri,
adalah pengalaman inderawi. Dengan kemudian bertambah lagi yakni,
kata lain, ontologi adalah ilmu yang pertama, teori tentang ada: tentang
mempelajari tentang hakekat sesuatu hakekat keberadaan zat, hakekat
yang berwujud (yang ada) dengan pikiran serta kaitan antara zat dan
berdasarkan pada logika logika senata. pikiran yang semuanya terangkum
Ontologi sebagai cabang dalam metafisika; kedua, kajian
filsafat yang membicarakan tentang mengenai organisasi sosial /
hakekat benda bertugas untuk pemerintahan yang ideal, terangkum
memberikan jawaban atas pertanyaan dalam politik. Kelima cabang filsafat
“apa sebenarnya realitas benda itu ? ini – logika, etika, estetika, metafisika
dan politik – menurut Suriasumantri, ini mempunyai idea. Idea inilah yang
kemudian berkembang lagi menjadi merupakan hakekat sesuatu dan
cabang-cabang filsafat yang menjadi dasar wujud sesuatu itu. Idea-
mempunyai bidang kajian lebih idea itu berada dibalik yang nyata dan
spesifik lagi yang disebut filsafat ilmu idea itulah yang abadi. Benda-benda
Argumen ontologis ini pertama yang kita lihat atau yang dapat
kali dilontarkan oleh Plato (428-348 ditangkap dengan panca indera
SM) dengan teori ideanya. Menurut senantiasa berubah. karena itu, ia
Plato, tiap-tiap yang ada di alam nyata bukanlah hakekat, tetapi hanya
ini mesti ada ideanya. Idea yang bayangan, kopi atau gambaran dari
dimaksud oleh Plato adalah definisi idea-ideanya. Dengan kata lain, benda-
atau konsep universal dari tiap sesuatu. benda yang dapat ditangkap dengan
Plato mencontohkan pada seekor kuda, panca indera hanyalah khayalan dan
bahwa kuda mempunyai idea atau ilusterasi sajan.
konsep universal yang berlaku untuk Argumen ontologis kedua
tiap-tiap kuda yang ada di alam nyata dimajukan oleh St. Augustine (354 –
ini, baik itu kuda yang berwarna hitam, 430 M). Menurut Augustine, manusia
putih ataupun belang, baik yang hidup mengetahui dari pengalaman hidupnya
ataupun udah mati. bahwa dalam alam ini ada kebenaran.
Demikian pula manusia punya Namun, akal manusia terkadang
idea. Idea manusia menurut Plato merasa bahwa ia mengetahui apa yang
adalah badan hidup yang kita kenal benar, tetapi terkadang pula merasa
dan bisa berpikir. Dengan kata lain, ragu-ragu bahwa apa yang
idea manusia adalah ”binatang diketahuinya itu adalah suatu
berpikir” ( _Êämlãq~1 – Arab). kebenaran. Menurutnya, akal manusia
Konsep binatang berfikir atau mengetahui bahwa di atasnya masih
_Êämlãq~1 ini bersifat universal, ada suatu kebenaran tetap (kebenaran
berlaku untuk seluruh manusia besar- yang tidak berubah-ubah), dan itulah
kecil, tua-muda, lelaki-perempuan, yang menjadi sumber dan cahaya bagi
manusia Eropa, Asia, India, China, dan akal dalam usahanya mengetahui apa
sebagainya. Tiap-tiap sesuatu di alam yang benar. Kebenaran tetap dan kekal
itulah kebenaran yang mutlak. error); akal sehat (common sense);
Kebenaran mutlak inilah oleh prasangka; otoritas (kewibawaan); dan
Augustine disebut Tuhan. pengalaman biasa. Metode ilmiah
adalah cara memperoleh pengeahuan
2. Epistimologi melalui pendekatan deduktif dan
Epistemologi berasal dari kata induktif. Sedangkan metode problem
episteme yang berati pengetahuan dan solving adalah memecahkan masalah
logos yang berarti ilmu. Jadi dengan cara mengidentifikasi
epistemologi adalah ilmu yang permasalahan; merumuskan hipotesis;
membahas tentang pengetahuan dan mengumpulkan data;
cara memperolehnya. Epistemologi mengorganisasikan dan menganalisa
disebut juga teori pengetahuan, yakni data; menyimpulkan dan conlusion;
cabang filsafat yang membicarakan melakukan verifikasi, yakni pengujian
tentang cara memperoleh pengetahuan, hipotesis.
hakekat pengetahuan dan sumber Tujuan utamanya adalah untuk
pengetahuan. . menemukan teori-teori, prinsip-prinsip,
Dengan kata lain, epistemologi generalisasi dan hukum-hukum.
adalah suatu cabang filsafat yang Temuan itu dapat dipakai sebagai
menyoroti atau membahas tentang tata- basis, bingkai atau kerangka pemikiran
cara, teknik, atau prosedur untuk menerangkan, mendeskripsikan,
mendapatkan ilmu dan keilmuan. mengontrol, mengatasi atau
Tata cara, teknik, atau prosedur meramalkan suatu kejadian secara
mendapatkan ilmu dan keilmuan lebih tepat.
adalah dengan metode non-ilmiah,
metode ilmiah dan metode problem 3. Aksiologo
solving. Aksiologi adalah cabang filsafat
Pengetahuan yang diperoleh yang membicarakan tentang orientasi
melalui pendekatan/metode non-ilmiah atau nilai suatu kehidupan. Aksiologi
adalah pengetahuan yang diperoleh disebut juga teori nilai, karena ia dapat
dengan cara penemuan secara menjadi sarana orientasi manusia
kebetulan; untung-untungan (trial and dalam usaha menjawab suatu
pertanyaan yang amat fundamental, kebodohan, keresahan, kemiskinan,
yakni bagaimana manusia harus hidup kesakitan, keterbelakangan, ketidak-
dan bertindak ? Teori nilai atau percayaan, dan lainnya sebagai
aksilogi ini kemudian melahirkan etika dampak mismanagement, misdirection,
dan estetika. Dengan kata lain, mismanipulation, dan lain sebagainya.
aksiologi adalah ilmu yang menyoroti
masalah nilai dan kegunaan ilmu C. Pengertian ilmu dan
pengetahuan itu. pengetahuan.
Secara moral dapat dilihat apakah Data ilmu dan pengetahuan adalah
nilai dan kegunaan ilmu itu berguna dua buah kata yang merupakan kata
untuk peningkatan kualitas majemuk, sehingga dalam
kesejahteraan dan kemaslahatan umat penggunaannya sehari-hari selalu
manusia atau tidak. Nilai (values) dirangkai dan membentuk satu arti,
bertalian dengan apa yang memuaskan yakni ilmu pengetahuan. Namun,
keinginan atau kebutuhan seseorang, apabila dilihat dalam perspektif
kualitas dan harga sesuatu, atau kemuliaan, ternyata kata ilmu dan
appreacitive. Ilmu penegetahuan itu pengetahuan mempunyai arti
hanya alat (means) dan bukan tujuan tersendiri.
(ends). Pengetahuan mempunyaimakna
Substansi ilmu itu bebas nilai yang sama dengan knowledge dalam
(value-free), tergantung pada bahasa Inggris. Dalam hal ini, antara
pemakaianya. Karena itu, sangat pengetahuan dengan ilmu (science –
dihawatirkan dan berbahaya jika ilmu Inggris) memiliki perbedaan makna
dan pengetahuan yang sarat muatan utamanya pada penggunaannya.
negatif itu dikendalikan atau jatuhnya Menurut al-Ghazali sebagaimana yang
ke orang-orang yang berakal picik, dikutip oleh Cecep Sumarna bahwa,
sempit, dan sektarian; berjiwa kerdil, pengetahuan adalah hasil aktivitas
kumuh dan jahat, bertangan besi dan mengetahui, yakni tersingkapnya suatu
kotor. Sekarang coba kita lihat, kenyataan ke dalam jiwa sehingga
dimana-mana terjadi krisis-krisis: tidak ada keraguan di dalamnya.
ketidak-berdayaan, kemerosotan, Pengetahuan merujuk kepada apa
yang kita kenal, ketahui atau fahami Cawidu bahwa: ”pengetahuan yang
atau dapatkan melaui pengalaman, didapat dari pengalaman disebut
penginderaan, penyuluhan, pelatihan, pengetahuan”, sedangkan ”yang
percobaan, belajar, refleksi, intuisi, dan didapat dengan jalan
lainnya. Dengan kata lain, pengatahuan keterangan.disebut ilmu”. Ilmu
adalah apa yang kita ketahui. (science – Yunani; ’Alima – Arab)
Pengetahuan berlangsung dalam secara etimologi berarti tahu atau
dua bentuk dasar yang berbeda. pengetahuan. Tetapi secara terminologi
Pertama, pengetahuan yang berfungsi ilmu atau science adalah pengetahuan
untuk dinikmati dan memberikan rasa yang mempunyai ciri-ciri dan syarat-
puas dalam hati manusia. Kedua, syarat tertentu.
pengetahuan yang patut digunakan
atau diterapkan dalam menjawab Para ahli telah memberikan
kebutuhan praktis. rumusan batasan ilmu pengetahuan
Dari dua bentuk dasar pengetahuan (science) dengan formulasi yang
tersebut, kemudian melahirkan tiga berbeda-beda, antara lain
macam pengetahuan, yakni 1. Ralph Ross dan Ernest Van
pengetahuan tentang sains, filsafat dan Den Haag memberikan batasan
mistik. Pengetahuan selalu memberi defenisi ilmu. Menurutnya,
rasa puas dengan menangkap tanpa ”ilmu adalah yang empiris,
ragu terhadap sesuatu. Pengertian yang rasional, yang umum dan
pengetahuan seperti itulah yang telah kumulatif (bertimbun-timbun)
membedakannya dengan ilmu yang dan keempat-empatnya
selalu menghendaki penjelasan lebih serentak.”
lanjut dari apa yang sekedar dituntut 2. Ashley Montagu: ”Ilmu
oleh pengetahuan. Muhammad Hatta pengetahuan adalah
memberikan pengertian yang berbeda pengetahuan yang disusun
antara pengetahuan dengan ilmu dalam satu sistem yang berasal
pengetahuan. dari pengamatan, studi dan
Menuurut Hatta sebagaimana pengalaman untuk menentukan
dikutip oleh M. Rasjidi dan Harifuddin hakikat dan prinsip tentang hal
yang sedang dipelajari.” cirinya adalah memiliki obyek,
3. Dalam Ensiklopedi Indonesia memiliki metode, memiliki
sebagaimana dikutip Rasjidi sistematika, dapat diuji
dirumuskan bahwa: ”Ilmu kebenarannya. Menurut Quraish
Pengetahuan adalah suatu Shihab, kata ilmu digunakan dalam
sistem dari pelbagai arti proses pencapaian pengetahuan
pengetahuan, yang masing- dan objek pengetahuan. Dari segi
masing mengenai suatu bahasa, kata ilmu berasal dari
lapangan pengalaman tertentu, bahasa Arab, ’ilm yang berarti
yang disusun sedemikian rupa kejelasan. Jadi ilmu adalah
menurut asas-asas tertentu, pengetahuan yang jelas tentang
hingga menjadi kesatuan; suatu sesuatu.
sistem dari pelbagai Quraish Shihab lebih lanjut
pengetahuan yang masing- mengatakan bahwa ilmu itu ada dua
masing didapatkan sebagai macam berdasarkan perspektif al-
hasil pemeriksaan-pemeriksaan Quran. Pertama, ilmu yang diperoleh
yang dilakukan secara teliti tanpa upaya manusia, yang disebut
dengan memakai metode- ilmu ladunni. Kedua, ilmu yang
metode tertentu (induksi, diperoleh karena usaha manusia, yang
deduksi).” disebut ilmu kisbi. Sedangkan
4. Sutari Imam Barnadib: ”Ilmu berdasarkan fungsinya, ilmu-ilmu itu
pengetahuan adalah suatu dapat diklasifikasikan ke dalam empat
uraian yang lengkap dan kelompok yaitu:
tersusun tentang suatu obyek.”
5. Amir Daien Indrakusuma: a. Ilmu untuk
”Ilmu pengetahuan adalah ibadah dalam arti
uraian yang sistematis dan khusus atau ritual
metodis tentang suatu hal atau b. Ilmu untuk
masalah.” mengembangkan
Ilmu adalah cabang pengetahuan pribadi manusia
dengan ciri-ciri tertentu. Ciri- mencapai ahsani
taqwim jauh. Ini menunjukkan bahwa
c. Ilmu untuk hidup kemajuan ilmu pengetahuan tidak
berbudaya dengan hanya dinilai dengan apa yang
sesama manusia dipersembahkannya kepada
d. Ilmu untuk masyarakat, tetapi juga diukur dengan
memelihara, wujudnya suatu iklim yang dapat
mengembangkan mendorong kemajuan ilmu
dan menciptakan pengetahuan itu.”
lingkungan hidup Ilmu (science) merupakan
yang lebih baik. pengetahuan yang menelaah dunia
Malik bin Nabi di dalam empirik, cara perolehannya melalui
kitabnya, Intaj al-Mustasyriqin wa at- observasi, penginderaan, pengkajian,
Saruhu Fi al-Fikriy al-Hadits atau percobaan yang sistematik,
sebagaimana yang dikutip oleh metodis, dan koheren. Objek ilmu
Quraish Shihab ”Ilmu pengetahuan pengetahuan adalah dunia empirik atau
adalah sekumpulan masalah serta alam materi yang diserap melalui
sekumpulan metode yang panca indera yang lugas maupun yang
dipergunakan menuju tercapainya dibantu oleh teknologi modern. Ilmu
masalah tersebut”. Dalam hal ini, adalah dasar untuk peradaban manusia,
Malik bin Nabi tidak membedakan dan perkembangan ilmu diwadahi oleh
antara ilmu dengan pengetahuan., perguruan tinggi. Kita
Lebih lanjut Malik bin Nabi mengembangkan ilmu secermat-
mengatakan: cermatnya untuk mengambil manfaat
“Kemajuan ilmu pengetahuan sebesar-besarnya dalam kehidupan
bukan hanya terbatas dalam bidang- manusia, dalam rangka pengabdian
bidang tersebut, tetapi bergantung pula manusia (sebagai mahluk) kepada
pada sekumpulan syarat-syarat penciptanya (khaliq).
psikologis dan sosial yang mempunyai Ilmu sangat erat kaitannya
pengaruh negatif dan positif sehingga dengan kebenaran. Kita percaya bahwa
dapat menghambat kemajuan ilmu kebenaran mutlak diwahyukan tuhan
pengetahuan atau mendorongnya lebih kepada manusia, sedangkan kebenaran
yang dicapai itu sifatnya relatif, dan tempat dan takaran yang benar.
diantara kebenaran relatif ini dibagi Kemampuan rasio terletak pada
dua, ialah filsafat yang bersifat membedakan (atau menyamakan) dan
‘spekulatif’ dan ilmu atau sains yang menggolongkan (berdasarkan
bersifat ‘positif’. kesamaan itu). Selain itu menyatakan
secara kuantitatif atau kualitatif,
menyatakan hubungan-hubungan dan
Dalam sains (yang tidak mendeduksinya (atau
melandaskan diri kepada tuhan), menginduksinya). Semua kemampuan
sebagai pemula keberadaan sains itu berdasarkan ketentuan atau
ditetapkan dalam empat asumsi dasar, patokan-patokan yang sangat
yaitu: terperinci.
1. Bahwa dunia ini ada Rasio tidak berdusta; dalam
2. Kita bisa keadaan murni ia menyatakan secara
mengetahui dunia tegas ya atau tidak. Kemampuan rasa
3. Kita mengetahui terletak pada kreativitas, yang
dunia melalui panca merupakan kegaiban, karena itu
indera langsung berhubungan dengan tuhan.
4. Fenomena- Kreativitas inilah yang merupakan
fenomena terkait pemula di segala bidang, nalar, ilmu,
dengan kausal etika dan estetika. Sebagai pemula,
Dalam upaya quest for kemampuan ini disebut intuisi. Etika
knowledge manusia menggunakan (love) dan estetika (beauty) seluruhnya
segala akal budinya, ialah rasio dan terletak pada rasa, sehingga tiadanya
rasa. Bila ilmu barat hanya rasa tak mungkin ada etika dan
menyandarkan pada akal atau rasionya estetika. Rasa tidak berpatokan
saja, sedangkan ilmu timur sebagaimana dipunyai oleh rasio.
menekankan pada kalbu dan hanya Patokan ini disebut inferensi. Rasa
sedikit rasio. Akan tetapi kita adalah media kontak manusia dengan
menghendaki untuk menggunakan tuhan. Rasa yang terjaga menjadikan
rasio dan rasa secara seimbang pada manusia berderajad lebih tinggi dari
malaikat, sedangkan rasa yang tidak pikirannya. Hasil dari pemikiran
terjaga dari godaan syeitan menjadikan manusia itulah, kemudian melahirkan
manusia jatuh martabat menjadi lebih berbagai ilmu pengetahuan seperti:
rendah dari binatang sekalipun. ilmu pertanian, perikanan, humaniora,
Daya quest for knowledge kesehatan, ilmu hukum, ilmu bahasa,
(penguasaan ilmu) muslim melemah, Ilmu Pengetahuan Alam, dan lain
ada hubungannya dengan melemahnya sebagainya.
penggunaan akal dan nalar, Sesungguhnya masih banyak
sehubungan dengan pandangan rumusan tentang definisi ilmu
teologis yang terlalu menonjolkan (science) yang dikemukakan oleh para
takdir, yang harus diupayakan adalah ahli ilmu pengetahuan yang tidak dapat
perenungan dalam melakukan nalar. disebutkan semua. Tetapi kalau
Istilah science atau ilmu dalam dicermati dari semua definisi atau
pengertiannya yang lengkap dan batasan yang bermacam-macam itu
menyeluruh adalah serangkaian dapat diketahui bahwa ilmu (science)
kegiatan manusia dengan pikirannya merupakan pengetahuan yang
dan menggunakan berbagai tata cara bercirikan sistematik, rasional, empiris
sehingga menghasilkan sekumpulan dan bersifat kumulatif. Sementara
pengetahuan yang teratur mengenai syarat-syarat sesuatu dapat disebut
gejala-gejala alami, kemasyarakatan sebagai ilmu pengetahuan adalah harus
dan perorangan untuk tujuan mencapai mempunyai:
kebenaran, memperoleh pemahaman, 1. obyek formal sendiri;
dan memberikan penjelasan atau 2. metode penelitian;
melakukan penerapan. 3. sistematika uraian; dan
Ilmu pengetahuan itu timbul 4. tujuan.
disebabkan oleh adanya kebutuhan- Berdasarkan berbagai definisi
kebutuhan dan kemauan manusia dan pembagian ilmu sebagaimana yang
untuk hidup bahagia dan sejahtera. disebutka di atas, maka secara garis
Sehingga dalam mencapai dan besarnya objek ilmu dapat dibagi
memenuhi kebutuhan hidupnya itu, dalam dua bagian pokok, yaitu alam
maka manusia menggunakan akal materi dan nonmateri. Sains mutakhir
yang mengarahkan pandangannya digunakan untuk memperoleh ilmu-
kepada alam materi, menyebabkan ilmu tersebut adalah dengan melalui
manusia membatasi ilmunya pada pendengaran, penglihatan (mata), akal
bidang tersebut. Bahkan sebagian dan hati. Sedangkan trial and error
mereka tidak mengakui adanya realitas (coba-coba), pengamatan, percobaan
yang tidak dapat dibuktikan di alam dan tes-tes kemungkinan (probability)
materi. Karena itu, objek ilmu menurut merupakan cara-cara yang digunakan
mereka hanya mencakup sains ilmuwan untuk meraih pengetahuan
kealaman dan terapannya yang dapat
berkembang secara kualitatif dan D. Hubungan antara Filsafat dan
penggandaan, variasi terbatas, dan Ilmu Serta Objek Kajiannya
pengalihan antar budaya. Dari zaman Plato (348 SM)
Sedangkan ilmuwan muslim sampai masa al-Kindi (1209 M), boleh
menyatakan bahwa objek ilmu dikatakan tidak ada batas antara
mencakup alam materi dan nonmateri. filsafat dan ilmu pengetahuan. Karena
Karena itu, ilmuwan muslim – seorang filosof pada zaman tersebut
kususnya kaum sufi – pasti menguasai semua ilmu. Tetapi
memperkenalkan ilmu untuk dengan adanya perkembangan daya
menggambarkan hirarki keseluruhan pikir manusia yang mengembangkan
realitas wujud yang mereka sebut lima filsafat pada tingkat praktis, sehingga
kehadiran Ilahi, yaitu : ilmu mengalami loncatan
1. Alam materi perkembangan dibandingkan dengan
2. Alam kejiwaan loncatan filsafat. Walaupun
3. Alam ruh sesungguhnya ilmu lahir dari filsafat,
4. Sifat-sifat ilahiyah, dan tetapi dalam perkembangannya dan
5. Wujud zat ilahi dengan didukung oleh kecanggihan
Cara memperoleh ilmu-ilmu teknologi, maka perkembangan ilmu
tersebut ada dua macam sebagaimana pengetahuan telah mengalahkan
yang dikemukakan oleh Quraish perkembangan filsafat. Bahkan
Shihab, yakni dengan ladunni dan wilayah kajian filsafat seolah menjadi
dengan kasbi. Adapun sarana yang lebih sempit dibandingkan dengan
masa awal perkembangannya dari pada sistem pengetahuan manusia yang
wilayah kajian ilmu. Oleh karena telah dihasilkan oleh hasil kerja
itulah, muncul suatu anggapan bahwa filsafat, kemudian dibukukan secara
untuk saat ini, filsafat tidak lagi sistematis dalam bentuk ilmu yang
dibutuhkan bahkan dianggapnya terteorisasi.
kurang relevan lagi dikembangkan. Kebenaran ilmu dibatasi hanya
Sebab manusia saat ini lebih pada sepanjang pengalaman dan
membutuhkan ilmu yang sifatnya sepanjang pemikiran, sedangkan
praktis dari pada filsafat yang filsafat menghendaki pengetahuan
terkadang sulit ”dibumikan”. Lalu yang komprehensif dan itu tidak dapat
pertanyaannya sekarang, benarkah diperoleh dalam ilmu, yakni; yang
demikian ? luas, yang umum dan universal
Kartini Kartono (1996) seperti yang (menyeluruh).
dikutip oleh Cecep Sumarna Dari pandangan dan anggapan
mengemukakan bahwa ilmu telah yang dikemukakan di atas, AM.
menjadi sekelompok pengetahuan Saefuddin justru menyatakan bahwa
yang terorganisir dan tersusun secara filsafat merupakan sesuatu yang
sistematis. Tugas ilmu menjadi lebih dibutuhkan manusia saat ini,
luas, yakni bagaimana ia mempelajari sebagaimana butuhnya manusia
gejala-gejala sosial lewat observasi dan terhadap ilmu pengetahuan. Menurut
eksperimen. AM. Saefuddin, filsafat dapat
Di lain pihak berpendapat ditempatkan pada posisi maksimal
bahwa keinginan-keinginan melakukan pemikiran manusia yang pada tarap
observasi dan eksperimen itu sendiri, tertentu tidak mungkin dapat dijangkau
dapat didorong oleh keinginannya oleh ilmu. Menurutnya, menafikan
untuk membuktikan hasil pemikiran kehadiran filsafat, sama artinya dengan
filsafat yang cenderung spekulatif ke melakukan penolakan terhadap
dalam bentuk ilmu yang praktis. kebutuhan riil dari realitas kehidupan
Dengan demikian, menurut Sony manusia yang memiliki sifat untuk
Kerap ilmu pengetahuan dapat terus maju.
diartikan sebagai keseluruhan lanjutan Di samping itu, ilmu dapat
dibedakan dengan filsafat. Kalau ilmu tentang ciri-ciri berfikir filsafat dan
bersifat pasteriori; yakni ciri-ciri kebenaran ilmiah.
kesimpulannya ditarik setelah Selain itu, filsafat dan ilmu
malakukan pengujian-pengujian secara sama-sama mencari kebenaran. Ilmu
berulang-ulang. Bahkan pada hal bertugas melukiskan, sedangkan
tertentu ilmu menuntut untuk filsafat bertugas untuk menafsirkan
diadakannya percobaan dan kesemestaan. Aktivitas ilmu
pendalaman untuk mendapatkan digerakkan oleh pertanyaan
esensinya. Sedangkan filsafat bersifat ’bagaimana menjawab pelukisan’,
priori; yakni kesimpulan- sedangkan filsafat menjawab atas
kesimpulannya ditarik tanpa pengujian. pertanyaan lanjutan ’bagaimana
Sebab filsafat tidak mengharuskan sesungguhnya fakta itu, dari mana
adanya data empiris, ia bersifat awalnya dan akan ke mana akhirnya’.
spekulatif dan kontemplatif. Dari gambaran yang
Kebenaran filsafat tidak dapat dikemukakan di atas memberikan
dibuktikan oleh filsafat itu sendiri, pemahaman bahwa filsafat di satu sisi
tetapi hanya dapat dibuktikan oleh dapat menjadi pembuka bagi lahirnya
teori-teori keilmuan melalui observasi ilmu pengetahuan, tetapi pada sisi yang
dan eksperimen atau memperoleh lain ia juga dapat berfungsi sebagai
justifikasi kewahyuan. Dengan cara kerja akhir ilmuwan. Tegasnya,
demikian, tidak setiap filosof dapat filsafat sebagai induk ilmu
disebut sebagai ilmuwan. Sebaliknya, pengetahuan dapat menjadi pembuka
tidak semua ilmuwan dapat disebut dan sekaligus pamungkas keilmuan
filosof. Meskipun cara kerjanya sama, yang tidak dapat diselesaikan oleh
yakni sama-sama menggunakan ilmu.
aktivitas berfikir, tetapi aktivitas Filsafat dapat merangsang
berfikir ilmuwan sangat berbeda lahirnya sejumlah keinginan dari
dengan aktivitas berfikir filosof. temuan filosofis melalui berbagai
Penjelasan lebih lanjut mengenai observasi dan eksperimen yang
aktivitas berfikir ilmuwan dan berfikir melahirkan berbagai cabang ilmu.
filosof dapat dilihat pada pembahsan Pada kenyataannya hampir tidak ada
satu cabang ilmupun yang terlepas atau tunduk di bawah peraturan hukum
tidak terkait dengan persoalan filsafat. mekanika ataukah ia tunduk kepada
Bahkan untuk kepentingan suatu rencana, tujuan dan sasaran ?;
perkembangan ilmu itu sendiri, lahir Siapakah manusia itu sesungguhnya ?
suatu disiplin filsafat untuk mengkaji apakah akal yang dimilikinya yang
ilmu pengetahuan yang kemudian selalu berpikir adalah sesuatu yang
dinamakan filsafat ilmu. Dengan berbeda dari benda, ataukah ia hanya
demikian terlihat adanya pola relasi merupakan perpaduan atom-atom
antara filsafat dengan ilmu. Walaupun seperti halnya benda-benda lain ?
pola relasi (hubungan) ini dapat Manusia itu hidup; tetapi apakah hidup
berbentuk persamaan dan atau itu ?, suatu ketika ia akan mati, lalu
perbedaan antara filsafat dan ilmu. apakah kematian itu ? kemana ia pergi
sesudah mati ? Siapakah yang
E. Kedudukan dan Fungsi Filsafat menciptakan alam, manusia,
Bagi Manusia kehidupan dan kematian itu ? Dan
Seperti diketahui bahwa filsafat masih banyak sederetan pertanyaan-
muncul sebagai manifestasi dari pertanyaan yang dapat dikemukakan
kegiatan berpikir manusia yang selalu dalam mengungkap keingintahuan
mempertanyakan, menganalisa, sampai manusia. Tetapi kalau disimpulkan,
ke akar-akarnya tentang hakikat dari maka semua pertanyaan itu akan
realitas yang ada dihadapannya. Naluri berkisar pada tiga persoalan pokok
manusia yang selalu ingin tahu dan yang selalu dibahas manusia, yaitu
selalu mempertanyakan segala sesuatu persoalan alam, manusia dan persoalan
sampai ke radiksnya itulah yang tentang Tuhan. Meskipun ilmu
menimbulkan lahirnya filsafat. Hal-hal pengetahuan dan agama telah berupaya
yang sering menggoda pikiran manusia untuk menjawab persoalan-persoalan
untuk selalu mempertanyakannya, itu, namun manusia dengan naluri
antara lain: Apakah alam itu tanya dan pikirnya tetap
sesungguhnya, apakah hanya ada mempersoalkan hal-hal itu lebih jauh.
dalam pikiran dan tidak mempunya Perbedaan kemampuan,
wujud secara realitas ?, apakah ia lingkungan serta perbedaan ruang dan
waktu, di mana manusia memberikan Memang tidak dapat dipungkiri
jawaban-jawabannya terhadap bahwa persoalan yang dibicarakan oleh
persoalan-persoalan tersebut, filsafat dari dulu hingga kini tetap
menyebabkan terjadinya perbedaan- berkisar pada tiga masalah pokok di
perbedaan jawaban dalam masalah- atas persoalan alam, manusia dan
masalah yang sama. Akhirnya Tuhan Tetapi aspek-aspek filosofis
muncullah aliran-aliran dan konsepsi- dari ketiga persoalan itu, utamanya
konsepsi pemikiran tentang hal-hal tentang alam dan manusia selalu
tersebut di atas. Ada yang saling berkembang dan bervariasi dari masa
bersamaan, ada yang bersinggungan ke masa. Perkembangan itu pulalah
dan tidak sedikit yang saling yang menimbulkan pemikiran-
bertentangan. Karena sifat relatif akal pemikiran dalam bidang filsafat
manusia itulah yang menjadi salah satu semakin banyak dan semakin
penyebab terjadinya perbedaan- bervariasi.
perbedaan itu Di samping itu, filsafat yang
Persoala-persoalan yang semula merupakan induk dari ilmu
dihadapi manusia dari zaman ke zaman pengetahuan, kemudian ditinggalkan
memperlihatkan gejala perkembangan oleh anak-anaknya, kini kembali
ke arah yang semakin kompleks. Kalau merajuk hubungan yang mesra antara
zaman dahulu persoalan manusia keduanya (filsafat dan ilmu
masih sangat sederhana, maka lambat pengetahuan). Hubungan itu terlihat
laun persolan-persoalan itu semakin pada usaha menggunakan filsafat
banyak dan semakin beragam, yang sebagai pisau analisa terhadap disiplin
tentunya mengundang pemikiran yang ilmu yang beragam itu.
beraneka ragam pula. Oleh karena itu, Dalam hal ini filsafat
tidaklah mengherankan dan bukan berkedudukan sebagai mediator untuk
merupakan sesuatu yang aneh kalau mencari hubungan-hubungan yang
pemikiran-pemikiran yang muncul ke dapat merangkum disiplin yang
permukaan semakin banyak, seirama berbeda-beda itu. Dengan kata lain,
dengan perkembangan zaman yang bahwa dalam dunia ilmu pengetahuan,
lebih banyak menimbulkan problema. filsafat sekarang ini berfungsi sebagai
salah satu sarana dan alat pendekatan manusia dapat menjawab problema-
interdisiplin yang akan merangkum problema secara interdisiplin
atau sekurang-kurangnya mencari
hubungan antara berbagai disiplin yang
bermacam-macam, sehingga menjadi
suatu rangkaian yang saling berkaitan.
Dewasa ini terlihat dengan jelas F. Ciri-ciri Berpikir Filsafat dan
filsafat dijadikan sebagai atribut dari Teori Kebenarannya
satu disiplin ilmu tertentu, misalnya: Berfilsafat berarti berpikir,
filsafat ekonomi, filsafat hukum, tetapi tidak semua aktivitas berpikir
filsafat sosial, filsafat politik, filsafat dapat disebut berfilsafat. Menurut
administrasi, filsafat sejarah, dan Cecep Sumarna suatu kerangka
sebagainya. Dari hal-hal seperti berpikir tertentu, baru dapat disebut
tersebut di atas, maka filsafat berfilsafat apabila memenuhi ciri-ciri
merupakan usaha pendalaman lebih sebagai berikut:
lanjut dari ilmu pengetahuan sebagai a. Radikal (radix –
suatu hasil berpikir yang mendalam. Yunani), arti
Karen filsafat berusaha mencari dasarnya adalah
jawaban dari berbagai persoalan hidup akar. Jadi
manusi yang tidak mampu dijawab berpikir radikal
oleh ilmu pengetahuan, maka filsafat berarti berpikir
sangat penting kedudukannya bagi sampai ke akar-
manusia. Dengan demikian, filsafat akarnya, tidak
tidak hanya berada di awang-awang tanggung-
seperti yang diduga oleh sebagian tanggung, tidak
orang, tetapi ia memiliki nilai praktis ada sesuatu yang
dan manfaatnya dapat dirasakan secara terlarang untuk
kongkrit oleh manusia pada umumnya. dipikirkan
Sebab filsafat itu sesungguhnya b. Sistemik,
membimbing manusia untuk berpikir artinya berpikir
secara utuh dan bulat, sehingga logis, step by
step, penuh itu dengan aspek-aspek
kesadaran, lainnya. Ia ingin
berurutan dan mengetahui kaitan ilmu
penuh tanggung dengan moral dan
jawab kaitan ilmu dengan
c. Universal, agama. Ia ingin
artinya berpikir meyakini apakah ilmu
secara yang diketahuinya itu
menyeluruh, dapat membawa
tidak terbatas manfaat atau tidak.
pada bagian- b. Sifat berpikirnya
bagian tertentu, mendasar. Seorang
tetapi mencakup filosof tidak percaya
keseluruhan begitu saja kebenaran
aspek, baik yang ilmu yang
kongkrit diperolehnya. Ia selalu
maupun yang ragu dan
abstrak. mempertanyakannya;
Sedangkan menurut Jujun S. Mengapa ilmu dapat
Suriasumantri bahwa cirri-ciri berpikir disebut benar ?
filosofis adalah: Bagaimana proses
a. Sifat berpikirnya penilaian berdasarkan
menyeluruh. Seorang kriteria tersebut
filosof tidak puas dilakukan ? Apakah
mengenal ilmu hanya kriteria itu sendiri
dari perspektif ilmu itu benar ? Lalu benar itu
sendiri, tetapi ia ingin sendiri apa ? Seperti
melihat hakikat ilmu sebuah lingkaran dan
itu dalam perspektif pertanyaan-pertanyaan
yang lain. Ia ingin pun selalu muncul
menghubungkan ilmu secara berkelindan.
c. Sifat berpikirnya dan pengalaman. Mereka yang
spekulatif. Seorang mendasarkan kebenaran pada rasio
filosof melakukan dalam perkembangannya melahirkan
spekulasi terhadap paham rasionalisme. Sedangkan
kebenaran. Sifat mereka yang mendasarkan diri pada
spekulatif itu pula pengalaman yang dalam
seorang filosof terus perkembangannya melahirkan paham
melakukan uji coba empirisme. Kedua paham inilah yang
lalu melahirkan sebuah menjadi landasan lahirnya ilmu
pengetahuan dan dapat pengetahuan di Barat Moderen. Tetapi
menjawab pertanyaan jika ditelusuri lebih jauh melalui karya
terhadap kebenaran filosof skolastik , Islam
yang dipercayainya. memperkenalkan sumber pengetahuan
Berdasarkan ciri-ciri filsafat di lain (selain rasionalisme dan
atas, maka dapat disimpulkan bahwa empirisme) yaitu, intuisi dan wahyu.
berfilsafat adalah suatu aktivitas yang Dengan demikian, dapat disimpulkan
menggunakan potensi akal seluas- bahwa sumber pengetahuan adalah
luasnya dan sebebas-bebasnya tanpa rasionalisme, empirisme serta intuisi
dibatasi oleh sesuatu apapun secara dan wahyu. Berikut penjelasan
radikal, tersistematis, universal dan mengenai sumber pengetahuan
menyeluruh serta bersifat spekulatif tersebut
dan mendasar dalam mengungkap a. Rasionalisme
hakikat suatu kebenaran. Menurut penganut rasionalisme
bahwa dalam setiap benda terdapat
G. Ilmu Pengetahuan: Sumber dan ide-ide terpendam (innate ideas) dan
Teori Kebenarannya proposisi-proposisi umum (general
1. Sumber Pengetahuan proposition) yang kemudian disebut
Dalam konteks filsafat Barat sebagai proposisi keniscayaan
Moderen, ada dua sumber pengetahuan (necessary atau a priori) yang dapat
yang dianggap melahirkan ilmu dibuktikan sebagai kebenaran dalam
pengetahuan bagi manusia, yakni rasio kesempurnaan atau keberadaan
verifikasi empiris. rasionalis ini adalah Rene Descartes
Paham rasional menganggap (1596-1650), Baruch Spinoza (1632-
bahwa ilmu lahir dari induk produk 1677) dan Gottfried Leibniz (1646-
sebuah rangkaian penalaran. 1716).
Kelompok rasionalis ini mendasarkan b. Empirisme
diri pada cara kerja deduktif dalam Empirisme adalah sebuah
menyusun pengetahuannya. Premis- paham yang menganggap bahwa
premis yang digunakan dalam pengetahuan manusia didapatkan lewat
membuat rumusan keilmuan harus pengalaman yang kongkrit, bukan
jelas dan dapat diterima. Menurutnya, penalaran rasional yang abstrak.
ide-ide bukanlah ciptaan manusia, Paham ini beranggapan bahwa seluruh
tetapi itu sudah ada sebelum manusia ide yang datang dari pengalaman
memikirkannya. Paham ini sering juga (experience) dan tidak ada proporsi
disebut idealisme atau realisme. tentang suatu benda dalam kenyataan
Sistem kefilsafatan kaum yang dapat diketahui sebagai
rasionalis menganggap bahwa dengan kebenaran yang independen dari
sesuatu atau cara lain, ada hal-hal yang pengalaman.
adanya terdapat di dalam dan tentang Gejala alamiah menurut
dirinya sendiri dan yang hakikatnya empirisme bersifat kongkrit dan dapat
tidak terpengaruh oleh seseorang. dinyatakan lewat tangkapan
Paham ini menganggap bahwa pancaindera manusia. Pengetahuan itu
eksistensi objek tergantung pada merupakan kumpulan fakta-fakta.
diketahuinya objek tersebut. Penganut Paham empirisme ini pada
paham rasionalis mampu membedakan perkembangan selanjutnya melahirkan
antara ”apakah sesuatu itu yang ideologi baru yang disebut naturalisme
senyatanya” atau ”bagaimanakah yang menganggap bahwa hanya alam
tampaknya barang sesuatu itu”. otentik yang dapat dipercaya. Tokoh
Menurutnya, kebenaran itu diukur dari empirisme adalah Jhon Locke (1632-
apakah gagasan itu benar-benar 1704), George Barkeley (1685-1753)
memberikan pengetahuan kepada dan David Hume (1711-1776).
manusia atau tidak. Tokoh paham c. Intuisi dan Wahyu
Selain kedua cara di atas, pengetahuan dan sekaligus menjadi
terdapat pula cara lain sebagai sumber sumber keyakinan. Eksistensi intuisi
pengetahuan yang disebut intuisi dan ini oleh kaum filosof Barat-Moderen
wahyu. Ilmu pengetahuan yang sebenarnya baru diakui di akhir abad
diperoleh dengan cara intuisi tidak ke 20, setelah produk rasional dan
melalui proses penalaran tertentu. Ia empiris melahirkan sekularisme yang
secara tiba-tiba menemukan jawaban mekanistik mengenai relitas, dan
dari permasalahan yang dihadapinya. ketika sama sekali tidak ada tempat
Menurut Maslow intuisi sebagai bagi ruh atau nilai dalam pengetahuan
pengalaman puncak (peak experience), manusia.
sementara Nietzsche menyebutnya 2. Teori Kebenaran Pengetahuan
sebagai sumber ilmu yang paling Dalam menentukan suatu
tinggi. Namun, menurut Nietzsche kebenaran, tidak semua manusia
intuisi sifatnya sangat personal dan memiliki persyaratan yang sama.
tidak dapat ditransformasi kepada Paradigma kebenaran akan terasa
manusia lain. Dengan demikian sangat berbeda antara teori satu dengan
lanjutnya, intuisi tidak dapat teori lainnya karena sangat bergantung
diandalkan. Ia hanya dapat dijadikan terhadap sasaran objek kebenaran itu
hipotesis yang membutuhkan analisis sendiri. Untuk mencapai kebenaran itu
lanjutan. menurut konteks filsafat, paling tidak
Lain halnya dengan wahyu. Ia ada tiga teori yang dapat digunakan
merupakan pengetahuan yang untuk mengukur kebenaran itu. Ketiga
diperoleh manusia melalui pemberian teori yang dimaksud adalah; koherensi,
Tuhan secara langsung kepada hamba korespondensi dan pragmatisme.
pilihan-Nya. Agamalah yang menjadi Berikut penjelasan mengenai ketiga
kata kunci dalam wahyu. Ia memberi teori tersebut.
tahu tentang kehidupan manusia saat a. Teori Koherensi
ini dan proses selanjutnya yang akan Teori koherensi secara teoritis
diarungi manusia setelah pertama kali dicetuskan oleh Benediet
kehidupannya di dunia. Dengan Spinoza dan George Hegel. Meskipun
demikian, ia merupakan sumber demikian, menurut Titus, Smith dan
Nolan bahwa bibit-bibit teori ini menikah” adalah pernyataan yang
sebenarnya sudah ada sejak zaman pra benar pula. Karena pernyataan kedua
Socrates. Spinoza kemudian (2) konsisten dengan pernyataan yang
mematangkan teorinya ini dan terus pertama (1). Sifat koheren atau
dikembangkan oleh penganut aliran ini konsisten dengan pernyataan-
seperti Francis Herbert Bradly, Brand pernyataan sebelumnya itulah yang
Blanshard, Edgar Sheffied Brightman dianggap benar, dan inilah yang
dan Rudolph Carnap. Teori ini dianut menjadi ciri khas dari teori kebenaran
oleh kaum rasionalis dan idealis. Teori ini.
koherensi ini memandang bahwa b. Teori Korespondensi
kebenaran adalah sebuah sistem dan Teori korespondensi ini dianut
seperangkat proposisi yang saling oleh kaum realis dan mulai
berhubungan secara koheren. Sebuah berkembang sejak zaman Aristoteles –
pernyataan dianggap benar apabila Yunani Kuno, kenudian dikembangkan
pernyataan itu dapat dimasukkan oleh Ibnu Sina dan Thomas Aquinas di
(incorporated) dengan cara yang tertib abad Skolastik. Menurut teori ini,
dan konsisten dengan perangkat kebenaran adalah kesetiaan terhadap
proposisi. realitas objektif (fidelity to objektive
Sebab, menurutnya, alam ini reality), yaitu adanya kesesuaian antara
konsisten dan koheren. Oleh karena pernyataan tentang fakta, atau
itu, suatu pernyataan dianggap benar pertimbangan (judgement) dengan
apabila pernyataan itu dilaksanakan situasi yang dilukiskan oleh
atas pertimbangan konsistensi dan pertimbangan itu. Artinya, suatu
pertimbangan-pertimbangan lain yang pernyataan baru dianggap benar
telah diterima kebenarannya. Suatu apabila materi pengetahuan yang
contoh, (1) ”semua manusia yang dikandung oleh pernyataan itu
normal pasti akan menikah”. berkoherensi (berhubungan) dengan
Pernyataan ini adalah benar. Oleh objek yang dituju oleh pernyataan
karena itu, jika pernyataan yang tersebut. Dengan kata lain, menurut
menyebutkan bahwa (2) ”Dessy adalah teori ini bahwa suatu pernyataan itu
gadis yang normal, dan pasti ia akan dapat dikatakan benar jika
berkorespondensi dengan realitas. Jhon Dewey. Menurut mereka, suatu
Apabila sebuah gagasan selaras pernyataan dianggap benar apabila
dengan pasagannya (counterpart) melalui pengukuran diketahui ada atau
dalam dunia realitas, maka gagasan itu tidak adanya fungsi kebenaran itu
menjadi benar. Suatu contoh, jika terhadap kehidupan praktis. Dengan
seseorang menyatakan bahwa kata lain, suatu pernyataan menjadi
”Soeharto adalah Presiden Republik benar atau konsekwensi pernyataan itu
Indonesia yang kedua, setelah benar apabila mempunyai manfaat
Soekarno, maka pernyataan itu benar (kegunaan) praktis dalam kehidupan
sesuai dengan objek yang bersifat manusia.
faktual. Seandainya ada pernyataan Menurut penganut teori
yang menyebutkan bahwa ” ”Soeharto pragmatisme ini, gagasan yang benar
adalah Presiden Republik Indonesia adalah gagasan yang dapat diasimilasi,
yang pertama, maka pernyataan itu dapat diuji validitasnya, berkolaborasi
pasti salah, sebab pernyataan itu tidak dan mampu dilakukan verifikasi.
sesuai dengan realitas fakta, karena Kebenaran terjadi pada suatu gagasan,
Presiden Republik Indonesia yang dan gagasan menjadi benar atau dibuat
pertama adalah Soekarno. benar oleh suatu peristiwa. Oleh
c. Teori Pragmatisme karena itu, kebenaran menurutnya
Teori pragmatisme ini adalah partikular, sebab banyak
termasuk teori kebenaran yang paling kebenaran individual.
baru. Teori ini muncul dengan 3. Ilmu Sebagai Sarana
background telah berkembangnya Pengembangan Daya Fikir
kemajuan ilmu pengetahuan pada abad Secara garis besarnya, ilmu
ke-19, terutama setelah adanya teori pengetahuan itu dapat dilihat dari dua
evolusi yang dikembangkan oleh sisi. Pertama, ilmu sebagai hasil atau
Charles Darwin yang menempati posisi produk berpikir (ilmu sebagai kata
signifikan dalam percaturan ilmu benda). Kedua, ilmu sebagai kegiatan
pengetahuan. Tokoh-tokoh teori dan pengembangan daya pikir (ilmu
pragmatisme ini adalah Charles sebagai kata kerja). Sebagai hasil atau
Sanders Peirce, William James dan produk berpikir, maka ilmu merupakan
sekumpulan pengetahuan yang disusun dalam suatu produk ilmu pengetahuan.
secara sistematis, bermetode dan Kebenaran ilmu pengetahuan
kebenaran serta ketepatannya dapat tidak bersifat absolut, sehingga terbuka
diuji secara empiris, dapat diriset dan peluang bagi setiap orang dan setiap
dieksperimen. Inilah yang lazim saat untuk memperbaiki dirinya. Di
disebut ilmu pengetahuan yang sinilah peranan daya pikir manusia
mempunyai objek materi dan objek untuk terus menerus mengembangkan
formal. dan menghasilkan ilmu pengetahuan
Dari segi materinya, maka baru dalam rangka memenuhi hajat
sasaran ilmu pengetahuan adalah alam, atau keinginannya yang semakin
manusia dan Agama (Tuhan). berkembang dan beraneka ragam pula.
Meskipun persoalan agama ini masih Dilihat dari sisi ilmu sebagai
terkadang diperselisihkan oleh para sarana pengembangan daya pikir,
cendekiawan sebagai salah satu maka ilmu mencerminkan aktivitas dan
sasaran ilmu pengetahuan. Ilmu kegiatan berpikir yang dinamis dan
pengetahuan membahas sasaran- tidak statis. Oleh karena itu, setiap
sasarannya itu dengan meninjau dari kegiatan dalam mencari pengetahuan
berbagai aspek atau sudut pandang tentang apapun, selama berdasarkan
yang disebut objek formal. pada objek empiris dan menggunakan
Objek formal inilah yang metode keilmuan yang telah
membedakan antara suatu ilmu dipersyaratkan, maka itu sah dan layak
pengetahuan dengan ilmu pengetahuan disebut sebagai ilmu pengetahuan. Di
lainnya. Dan objek formal ini pulalah sinilah urgensinya ilmu sebagai sarana
yang menjadikan suatu pengetahuan atau alat pengembangan daya pikir
menjadi disiplin ilmu pengetahuan manusia, karena berpikir ilmiah
tersendiri. Selain sebagai hasil produk bukanlah berpikir biasa, tetapi berpikir
berpikir, ilmu juga dapat dilihat yang teratur, berdisiplin, bermetode,
sebagai alat atau sarana pengembangan dan bersistem, di mana idea dan
daya pikir. Karena ilmu sebagai konsep yang sedang dipikirkan tidak
produk akal manusia yang sifatnya dibiarkan berkelana tanpa arah dan
relatif, sehingga tidak ada kata final tujuan. Berpikir ilmiah selalu terarah
pada suatu tujuan, yaitu pengetahuan. umum (universal)
4. Metode Berpikir Ilmiah dan Ciri- kemudian atas dasar itu
ciri Kebenarannya ditetapkan hal-hal yang
Untuk sampai kepada bersifat khusus
kebenaran yang dituju diperlukan suatu (individual).
jalan atau cara. Jalan atau cara inilah Lain halnya dengan Sri
yang disebut metode. Dalam Kamus Soeripto, menurutnya seperti yang
Paedagogik sebagaimana dikutip oleh dikutip Cecep Sumarna bahwa metode
M. Rasjidi disebutkan bahwa ”metode berarti langkah-langkah yang diambil,
adalah cara bekerja yang tetap yang menurut urutan tertentu, untuk
dipikirkan dengan seksama guna mencapai pengetahuan yang benar
mencapai tujuan”. Bermacam-macam yaitu suatu tatacara, teknik atau jalan
cara atau metode yang ditempuh dalam yang ditempuh dan dipakai dalam
proses mencapai kebenaran ilmiah, proses memperoleh pengetahuan jenis
tergantung kepada objek atau sifat dan apapun, baik pengetahuan humanistik
jenis ilmu itu sendiri. Tetapi secara dan historik maupun pengetahuan
garis besarnya, metode ilmiah biasanya filsafat dan ilmiah. Jadi metode ilmiah
terbagi kepada dua macam yaitu : menurut Sri Soeripto adalah suatu
a. Metode Induktif, yakni suatu cara prosedur yang mencakup berbagai
penganalisaan ilmiah yang tindakan pemikiran, pola kerja, cara,
bergerak dari hal-hal yang teknis dan tata langkah untuk
bersifat khusus (individual) memperoleh pengetahuan baru atau
menuju kepada hal-hal yang mengembangkan pengetahuan yang
bersifat umum (universal). sudah ada.
Metode ini berdasarkan fakta- Kaidah keilmuan senantiasa
fakta yang dapat diuji mendasarkan pemikirannya pada
kebenarannya. penalaran yang rasional dan empiris.
b. Metode Deduktif, yakni Ilmu selalu melakukan observasi dan
suatu cara penganalisaan penjelajahan baru terhadap masalah
ilmiah yang bergerak dari yang dihadapi dari pra anggapan,
hal-hal yang bersifat hipotesis dan pengujiannya melalui
studi dilapangan. Ia selalu mencari arti berdasarkan premis-premis dari
terhadap hakikat permasalahan sambil pengetahuan ilmiah yang telah
terus melakukan antisipasi yang diketahui sebelumnya. Adanya
mungkin akan terjadi. penyusunan hipotesis ini, menjadikan
Metode ilmiah ini mencoba metode ilmiah sebagai proses
menggabungkan cara berpikir deduktif perkawinan yang berkesinambungan
dengan cara berpikir induktif dalam antara deduksi dan induksi (proses
membangun sebuah tubuh logico – hypo – tesico – verifikasi).
pengetahuan. Dalam metode ilmiah, Berpikir deduktif memberikan
diperlukan proses berpikir dengan sifat rasional kepada pengetahuan
menggunakan analisa. Dengan kata ilmiah dan bersifat konsisten dengan
lain, perlu prosedur berpikir ilmiah pengetahuan yang telah dikumpulkan
yang dimulai dari hipotesis sebagai atau ditentukan sebelumnya.
pemandu jalan pikiran ke arah tujuan Penjelasan rasional dengan kebenaran
yang ingin dicapai, sehingga hasil yang koherensi tidak dapat memberikan
hendak dicapai tepat pada sasaran. kesimpulan final karena hanya bersifat
Setelah hipotesis tersusun, maka pluralistik, sehingga memberi
langkah selanjutnya adalah menguji kemungkinan untuk menyusun
hipotesis itu dengan berbagai penjelasan terhadap suatu
mengkomunikasikan atau objek pemikiran tertentu. Untuk itu,
mengkonfirmasikannya dengan dunia dalam metode ilmiah diperlukan cara
fisik yang nyata. Proses pengujian ini kerja berpikir induktif yang mendasari
lazimnya disebut sebagai pengumpulan kriteria kebenarannya pada teori
data atau fakta yang relevan dengan korespondensi.
hipotesis yang diajukan Teori ini menyatakan bahwa
Menguji kebenaran melalui suatu pernyataan itu benar apabila
metode ilmiah harus secara empirik. materi yang terkandung dalam
Sebab seluruh penjelasan rasional yang pernyatanan itu sesuai dengan objek
diajukan, statusnya hanya bersifat faktual yang dituju oleh pernyataan
hipotesis (sementara). Hipotesis tersebut. Berikut bagan langkah-
disusun secara deduktif dengan langkah dalam melakukan pengujian
berdasarkan metode ilmiah. pengetahuan. Adapun cabang
Langkah-langkah / Prosedur dari filsafat adalah ontologi
Berpikir Ilmiah yang membicarakan tentang
wujud hakikat sesuatu objek;
Kesimpulan epistemologi yang mengkaji

Dari uraayan diatas dapat diambil tentang metode atau tata cara

kesimpulan bahwa: memperoleh pengetahuan,

1. Filsafat secara etimologi hakikat pengetahuan dan

berasal dari bahasa Yunani, sumbernya; dan aksiologi yang

yaitu philosophia yang terdiri membahas tentang nilai dan

dari kata philos yang berarti kegunaan suatu pengetahuan,

cinta, atau philia yang berarti dalam arti kebermanfaatannya

persahabatan, dan sophos yang terhadap kemaslahatan hidup

berarti inteligensi, manusia.

kebijaksanaan, keterampilan, 2. Ciri-ciri berpikir filsafat adalah

pengalaman, dan pengetahuan. radikal, tersistematis, universal

Jadi filsafat adalah cinta kepada dan menyeluruh serta bersifat

kebijaksanaan. Berfilsafat spekulatif dan mendasar dalam

berarti berfikir menurut tata mengungkap hakikat suatu

tertib (logika) dengan bebas kebenaran.

(tidak terikat pada tradisi, 3. Ilmu dalam arti science adalah

dogma dan agama) dan dengan pengetahuan, yakni

sedalam-dalamnya sampai ke pengetahuan yang mempunyai

dasar-dasar persoalan. Objek ciri-ciri dan syarat-syarat

kajian filsafat adalah persoalan- tertentu; memiliki objek,

persoalan yang berkaitan metode, sistematika dan tujuan

dengan alam, manusia dan serta kebenarannya dapat

Tuhan. Filsafat merupakan dibuktikan secara empirik.

sumber dari segala ilmu Sedangkan pengetahuan dalam

pengetahuan. Dengan kata lain, arti knowledge adalah apa yang

filsafat adalah induknya ilmu kita ketahui melalui


penginderaan, pengalaman, menjadi ilmu untuk ibadah
intuisi, percobaan, penyuluhan, dalam arti khusus atau ritual;
pelatihan, dan lain-lain. ilmu untuk mengembangkan
Sumber pengetahuan adalah pribadi manusia mencapai
rasionalisme, empirisme dan ahsani taqwim; ilmu untuk
intuisis dan wahyu. Sedangkan hidup berbudaya dengan
teori kebenarannya adalah teori sesama manusia; dan ilmu
koherensi, teori korenpondensi untuk memelihara,
dan teori pragmatis. Adapun mengembangkan dan
metode berpikir ilmiah adalah menciptakan lingkungan hidup
dengan deduktif dan induktif. yang lebih baik. Ditinjau dari
Kebenaran ilmu pengetahuan segi essensialnya, ilmu
merupakan kebenaran relatif dibedakan menjadi teoritical
tidak absolut, sehingga science dan applied science /
memungkinkan manusia practical science. Ditinjau dari
mengembangkan daya pikirnya segi objeknya ilmu dibagi
untuk memenuhi hasrat dan menjadi Natural Science dan
naluri keingintahuannya Social Science. Ditinjau dari
tentang sesuatu yang segi prosesnya ilmu dibedakan
diketahuinya sebelumnya. menjadi Historical Science dan
Karena itu, ilmu pengetahuan Experimental Science. Kalau
di samping sebagi hasil produk ditinjau dari segi pengalaman
berpikir, juga sebagai sarana ilmu dibagi menjadi Empirical
kegiatan pengembangan daya Science dan Pure Science.
pikir manusia. Sedangkan apabila ditinjau dari
4. Ilmu pengetahuan dilihat dari segi agama ilmu dapat
cara memperolehnya dapat dibedakan menjadi ilmu
dibedakan menjadi ilmu duniawi dan ilmu ukhrawi.
ladunni dan ilmu kisbi. Dilihat 5. Filsafat dan ilmu sama-sama
berdasarkan fungsinya, ilmu- mencari kebenaran. Ilmu
ilmu itu dapat diklasifikasikan bertugas melukiskan,
sedangkan filsafat bertugas dalam bentuk persamaan dan
untuk menafsirkan ataupun perbedaan.
kesemestaan. Aktivitas ilmu
digerakkan oleh pertanyaan
’bagaimana menjawab DAFTAR PUSTAKA
pelukisan’, sedangkan filsafat
menjawab atas pertanyaan Ahmadi, H. Abu dan Nur Uhbiyati.
lanjutan ’bagaimana Ilmu Pendidikan. Cet. II; Jakarta:
sesungguhnya fakta itu, dari PT. Rineka Cipta, 2001.
mana awalnya dan akan ke Daradjat, Zakiah, dkk. Materi
mana akhirnya’. Hal ini dapat Pokok Dasar-dasar Agama Islam.
dipahami bahwa filsafat di satu Jakarta: Univ. Terbuka, 1999.
sisi dapat menjadi pembuka Departemen Agama RI. Islam
bagi lahirnya ilmu untuk Disiplin Ilmu Pendidikan:
pengetahuan, tetapi pada sisi Buku Daras Pendidikan Agama
yang lain ia juga dapat Islam pada Perguruan Tinggi
berfungsi sebagai cara kerja Umum Fakultas /Jurusan / Program
akhir ilmuwan. Filsafat sebagai Studi Pendidikan. Jakarta: tp.,
induk ilmu pengetahuan dapat 2000.
menjadi pembuka dan Gie, The Liang. Sejarah Ilmu-ilmu
sekaligus pamungkas keilmuan dari Masa Kuno samapi Zaman
yang tidak dapat diselesaikan Modern. Yogyakarta: Sabda
oleh ilmu. Filsafat dapat Persada, 2003.
merangsang lahirnya sejumlah Hanafi, A. Ihktisar Sejarah Filsafat
keinginan dari temuan filosofis Barat, Jakarta: Pustaka alhusna,
melalui berbagai observasi dan 1981.
eksperimen yang melahirkan Nasution, Harun. Falsafat Agama.
berbagai cabang ilmu. Dengan Cet. VIII; Jakarta: Bulan Bintang,
demikian terlihat bahwa antara 1991.
filsafat dengan ilmu terdapat Rasjidi, M. dan Harifuddin
pola relasi (hubungan), baik Cawidu.ϖ Islam untuk Disiplin
Ilmu Filsafat. Jakarta: Bulan
Bintang, 1988.
Suriasumantri, Jujun S.ϖ Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Popular.
Cet. XVIII; Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2005.
Semarna, Cecep.ϖ Filsafat Ilmu
dari Hakekat Menuju Nilai.
Bandung: Pustaka Bani Quraisy,
2004.
Semiawan, Conny dkk.ϖ
Panorama Filsafat Ilmu Landasan
Perkembangan Ilmu Sepanjang
Zaman. Jakarta: Teraju, 2005.
Shihab, M. Quraish.
Membumikan al-Quran: Fungís
dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat. Cet.
XVIII; Bandung: Mizan, 1998.
----------------- Wawasan al-
Quran: Tafsir Maudhu’i atas
Pelbagai Persoalan Amat. Cet. III;
Bandung: Mizan, 1996.
Undang-undang No. 20 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Pasal
1 ayat 1 tahun 2003.

You might also like