You are on page 1of 44

Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah di TPA

Suwung terhadap Lingkungan Sekitar

Tugas Pengetahuan Lingkungan Hidup

Oleh:

PUTU RUSDI ARIAWAN (0804405050)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT-JIMBARAN BALI
2010
ABSTRAK

Permasalahan sampah bukanlah hal baru lagi, bahkan sampah telah


menjadi problem hampir di semua kota, terutama kota dengan jumlah penduduk
yang padat. Ditambah lagi dengan budaya masyarakat kita yang konsumtif
menyebabkan volume sampah kian hari kian bertambah. Untuk mengatasinya
permasalahan tersebut, pemerintah menetapkan salah satu daerah sebagai tempat
penangkaran sampah.
TPA Suwung merupakan salah satu tempat penangkaran sampah yang ada
di Bali. Sebagai masyarakat Bali, kita harus berbangga karena TPA suwung adalah
TPA yang menjadi contoh bagi seluruh TPA di seluruh Indonesia. Tetapi ternyata
dalam prakteknya TPA Suwung menyimpan permasalahan, terutama masalah
lingkungan, dari sistem pengelolaan sampah yang selama ini diterapkan. Adapun
sistem pengelolaan sampah yang diterapkan di TPA ini adalah incenerator
(pembakaran), sanitary landfill (penimbunan) dan open dumping (penumpukan).
Untuk mendapatkan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi dalam
penanganan sampah di kota maka dalam pengelolaannya harus disertai dengan
upaya pemanfaatan sehingga mempunyai keuntungan berupa nilai tambah. Untuk
itu maka perlu pemilihan cara dan teknologi yang tepat, partisipasi aktif dari
masyarakat sumber sampah berasal dan kerjasama antar lembaga pemerintah yang
terkait. Disamping itu juga perlu aspek legal untuk dijadikan pedoman berupa
peraturan-peraturan mengenai lingkungan demi menanggulangi pencemaran
lingkungan yang diakibatkan oleh sampah.

PUTU RUSDI ARIAWAN 2


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Laporan ini ditulis
untuk mengaplikasikan dan menerapkan teori yang telah diperoleh di bangku
kuliah dan pada nantinya akan sangat berguna pada penulisan laporan-laporan
lainnya.

Dalam penulisan laporan penelitian ini, penulis memilih judul “Pengaruh


Sistem Pengolahan Sampah di TPA Suwung terhadap lingkungan sekitar”
Sebagai manusia biasa, penulis menyadari betul adanya kekurangan-kekurangan
dalam penulisan paper ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran maupun kritik
dari para pembaca sehingga dapat diperoleh hasil yang diharapkan bagi semua
pihak.

Dengan selesainya laporan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
 Ibu Ir. I A Dwi Giriantari, M.Eng.Sc, PhD selaku Ketua Program studi Teknik
Elektro.
 Bapak Ir.I.B.Alit Swamardika, M.Erg. selaku dosen Pengetahuan Lingkungan
Hidup.
 Kepada teman–teman di lingkungan kampus Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Udayana.
Akhir kata penulis memohon maaf bila ada penulisan kata-kata ataupun
penulisan nama yang salah sehingga dapat menyinggung perasaan pembaca.
Penulis juga berharap agar paper ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca.

Denpasar , April 2010

Penulis

PUTU RUSDI ARIAWAN 3


DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ......................................................................................... 1


ABSTRAK …………………………………………………………………...2
KATA PENGANTAR .................................................................................... 3
DAFTAR ISI .................................................................................................. 4
DAFTAR TABEL …………………………………………………………..5
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... 6
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 8
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 9
1.3 Tujuan ........................................................................................... 9
1.4 Manfaat ......................................................................................... 9
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah ........................................... 9
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Sampah ........................................................................ 11
2.1.1 Sumber-sumber Sampah ..................................................... 11
2.1.2 Penggolongan Sampah ……………………………………...12
2.2 Permasalahan Sampah …………………………..……………….. 12
2.3 Tata Cara Pemusnahan Sampah …………………………………..12

BAB III METODE


3.1 Tempat dan Waktu Penelitiaan ..................................................... 14
3.2 Data ................................................................................................ 14
3.2.1 Sumber Data ......................................................................... 14
3.2.2 Jenis Data ............................................................................. 14
3.3 Analisis Data .................................................................................. 15
3.4 Alur Analisis ................................................................................ 16

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengelolaan Sampah Perkotaan .................................................... 17
4.1.1 Kondisi Fisik dan Lingkungan TPA Suwung ……………...17

PUTU RUSDI ARIAWAN 4


4.1.2 Tinjauan Aspek Hukum Lingkungan ………………………21
4.1.3 Tinjauan Aspek Sosial dan Ekonomi ………………………22
4.2 Dampak Negatif Lingkungan sekitar TPA Suwung …………….. 23
4.2.1 Incenerator (Pembakaran) ………………………………… 24
4.2.2 Sanitary Landfill (Penimbunan) ……………………………26
4.2.3 Open Dumping (Penumpukan) …………………………… 28
4.3 Cara Meminimalisir Dampak Negatif Lingkungan
sekitar TPA Suwung ……………………………………………. 33

BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ....................................................................................... 42
5.2 Saran .............................................................................................. 42

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 43

PUTU RUSDI ARIAWAN 5


DAFTAR TABEL

TABEL 4.2 Prediksi jumlah sampah basah perhari


pada TPA Suwung ……………………………………………….23

PUTU RUSDI ARIAWAN 6


DAFTAR GAMBAR

Gambar IV.1 Gerbang Masuk TPA Suwung ………………………………….....17


Gambar IV.2 Kandang babi milik penduduk asli sekitar ……………………….. 18
Gambar IV.3 Pemukiman penduduk asli 1 ……………………………………....19
Gambar IV.4 Pemukiman penduduk asli 2 ………………………………………20
Gambar IV.5 Salah satu penduduk membuat makanan ternak …………………..23
Gambar IV.6 Tungku pembakaran sampah ……………………………………...26
Gambar IV.7 Pengolahan sampah dengan teknik Sanitary Landfill 1……………27
Gambar IV.8 Pengolahan sampah dengan teknik Sanitary Landfill 2……………28
Gambar IV.9 Salah satu kegiatan pemulung 1 …………………………………...29
Gambar IV.10 Salah satu kegiatan pemulung 2 ………………………………….29
Gambar IV.11 Salah satu kegiatan pemulung 3 ………………………………….30
Gambar IV.12 Truk-truk pengangkut sampah 1 …………………………………31
Gambar IV.13 Sampah yang dibuldoser …………………………………………32
Gambar IV.14 Truk-truk pengangkut sampah 2 …………………………………32
Gambar IV.15 Tempat pengolahan pupuk ……………………………………...34
Gambar IV.16 Pengolahan pupuk dari sampah organik …………………………34
Gambar IV.17 Pupuk hasil olahan ……………………………………………….35
Gambar IV.18 Tempat pengolahan pupuk kerjasama
dengan TPA Suwung …………………………………………….36
Gambar IV.19 Truk pupuk perusahaan Bokashi …………………………………36
Gambar IV. 20 Proses Penimbangan Sampah 1 ………………………………….38
Gambar IV. 21 Proses Penimbangan Sampah 2 ………………………………….39

PUTU RUSDI ARIAWAN 7


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Denpasar merupakan daerah aktivitas manusia dari berbagai bidang.
daerah dan jumlah penduduknya mengalami perkembangan terus-menerus sesuai
dengan perkembangan jaman. Dari semua kegiatan yang dilakukan masyarakat sehari-
hari seperti rumah tangga, perusahaan, perkantoran, pasar, dll, lambat laun dan secara
otomatis akan menghasilkan dampak terhadap lingkungan. Salah satu dampak dari
segala kegiatan manusia adalah sampah.
Sampah merupakan bahan yang terbuang dari aktivitas manusia dan dapat
berakibat pada lingkungan kita. Bila tidak mendapat penanganan yang cermat dapat
mencemari air, udara dan tanah. Kita tidak dapat bisa memandang sebelah mata
terhadap polusi tersebut karena memberikan dampak yang buruk terhadap alam dan
manusia itu sendiri. Mungkin bila sampah yang dibuang dalam skala yang kecil, tidak
akan terlalu mempengaruhi kehidupan tapi bila seluruh sampah dari kota Denpasar
dan Kabupaten Badung dikumpulkan, maka sampah dengan skala besar tersebut akan
sangat mengganggu, apalagi tidak ada tempat untuk membuangnya.
Permasalahan sampah tidak dapat kita selesaikan hanya melalui wacana,
namun diperlukan tindakan yang nyata di lapangan. Penanganan masalah sampah
bukan hanya menjadi tanggung jawab sekelompok orang, melainkan diperlukan kerja
sama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat. Pemikiran inilah yang
memprakasai pemeintah kota Denpasar yang bekerja sama dengan Dinas Kebersihan
Kota untuk menyediakan lokasi tempat pembuangan sampah yang memadai dan
memenuhi persyaratan ambang batas lingkungan .
Mengambil lokasi di desa Suwung tepatnya di kawasan Bay Pass Ngurah
Rai, TPA Suwung didirikan. Dengan lahan 22 hektar TPA Suwung dianggap lokasi
yang tepat sebagai tempat pembuangan akhir sisa-sisa bahan buangan atau sampah–
sampah dari kota Denpasar dan Kabupaten Badung serta wilayah sekitarnya.
Tetapi masalah sampah belum selesai sampai di situ. Setelah ditampung
timbul masalah lain seperti sudah tepatkah cara penanganan sampah sesuai dengan
jenisnya (organik/anorganik/jenis sampah berbahaya). Serta apakah lokasi
pembuangan sudah memenuhi syarat kesehatan lingkungan. Hal itulah yang menjadi
latar belakang penulisan laporan ini.

PUTU RUSDI ARIAWAN 8


1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahannya sebagai
berikut :
a. Bagaimana kondisi ekologi di sekitar TPA Suwung ?
b. Dalam penanganannya, apakah dampak negatif yang ditimbulkan sampah
terhadap lingkungan sekitar TPA Suwung ?
c. Bagaimana cara meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan sampah
terhadap lingkungan sekitar TPA Suwung ?
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari pembahasan pengaruh sampah terhadap
lingkungan di sekitar TPA Suwung adalah untuk dapat mengetahui akibat yang
ditimbulkan dari penumpukan sampah pada TPA Suwung terhadap masyarakat
sekitar.
1.4 Manfaat
Dari pembahasan pengaruh sampah terhadap lingkungan hidup di sekitar
TPA Suwung hendaknya diperoleh suatu data ilmiah yang nantinya dapat dijadika
pertimbangan dalam penanganan sampah.
1.5 Batasan Masalah
Luasnya permasalahan yang mengenai sampah dalam pembahasan nanti
akan dibatasi pada :
a. Penanganan sampah yang terdapat pada TPA Suwung.
b. Cara pemusnahan sampah yang ditangani dengan penumpukan
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat, batasan masalah, metode penulisan
serta sistematika penulisan.
BAB II DASAR TEORI
Dalam bab ini diuraikan mengenai dasar teori yang menunjang pembuatan
paper ini.
BAB III METODE
Berisikan cara atau metode yang dipakai dalam penulisan ini.

PUTU RUSDI ARIAWAN 9


BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai pembahasan masalah lingkungan yang
terjadi akibat cara penanggulangan sampah yang tidak tepat di TPA
Suwung.
BAB IV PENUTUP
Dalam bab terakhir ini dijelaskan mengenai kesimpulan dari pembahasan
sebelumnya.

PUTU RUSDI ARIAWAN 10


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampah


Sampah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang berwujud padat baik
berupa zat organik mupun zat anorganik yang bersifat dapat terurai maupun tidak
dapat teruarai dan dianggap tidak berguna lagi sehingga di buang ke lingkungan
(Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2003)
Penguraian sampah disebabkan oleh aktifitas mikroorganisme-
Pembusukan sampah ini akan menghasilkan gas metana (CH 4 dan H2S) yang bersifat
beracun bagi tubuh makluk hidup. Sampah yang tidak dapat membusuk adalah
sampah yang memiliki bahan dasar plastik, logam, gelas, karet. Untuk
pemusnahannya dapat dilakukan pembakaran tetapi dapat menimbulkan dampak
lingkungan. Peningkatan jumlah sampah disebabkan karena bertambahnya jumlah
penduduk, keadaan sosial ekonomi dan kemajuan teknologi.

2.1.1 Sumber-sumber sampah


Beberapa tempat aktivitas manusia dapat menjadi sumber-sumber yang
menghasilkan sampah. Mulai dari kegiatan sehari-hari sampai dengan kegiatan yang
bersifat insidental. Sumber-sumber sampah antara lain:
a. Rumah tangga, tempat kehidupan kita sehari-hari baik mulai dari memasak
sampai dengan membersihkan rumah tinggal.
b. Pertanian, usaha bercocok tanam dan memelihara ternak menghasilkan sampah
organik.
c. Perkantoran, aktivitas perkantoran dalam mengurus administrasi cendrung
menyisakan bahan yang tidak berguna lagi.
d. Perusahaan, dalam kinerja produksi untuk merealisasikan barang dan jasa
menghasilakan sampah baik organik maupun anorganik.
e. Rumah sakit, pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas untuk menangani
penyakit.
f. Pasar, kegiatan jual beli barang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
dihasilkan sisa bahan yang tidak dapat dimanfaatkan lagi dan tidak memiliki
nilai ekonomis.

PUTU RUSDI ARIAWAN 11


2.1.2. Penggolongan sampah
Secara garis besar sampah dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
a. Sampah organik atau basah, jenis sampah ini merupakan sampah yang dapat
mengalami pembusukan secara alami.
b. Sampah anorganik atau kering, jenis sampah yang tidak dapat mengalami
pembusukan secara alami.
c. Sampah berbahaya, sampah yang secara langsung maupun tidak langsung
membahayakan manusia maupun hewan seperti batterai, botol racun nyamuk,
jarum suntik bekas dan lain-lain.

2.2. Permasalahan Sampah


Secara umum pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan
lingkungan akan dapat mengakibatkan:
a. Tempat berkembang dan sarang dari serangga dan tikus.
b. Menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air dan udara.
c. Menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang membahayakan
kesehatan

2.3 Tata cara pemusnahan sampah


Beberapa cara pemusnahan sampah yang dapat dilakukan atau biasa
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Penumpukan / Open Dumping. Dengan metode ini, sebenarnya sampah tidak
dimusnahkan secara langsung, namun dibiarkan membusuk menjadi bahan
organik. Metode penumpukan bersifat murah, sederhana, tetapi menimbulkan
resiko karena berjangkitnya penyakit menular, menyebabkan pencemaran,
terutama bau, kotoran dan sumber penyakit.
b. Pengkomposan. Cara pengkomposan merupakan cara sederhana dan dapat
menghasiikan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi. Teknologi komposting
yang menghasilkan kompos untuk digunakan sebagai pupuk maupun penguat
struktur tanah.
c. Pembakaran.Metode ini dapat dilakukan hanya pada sampah yang dapat
dibakar habis. Teknologi pembakaran (Incinerator),dengan cara ini
dihasilkan produk samping berupa logam bekas (skrap) dan uap yang
dapat dikonversikan menjadi energi listrik.

PUTU RUSDI ARIAWAN 12


d. Sanitary landfill. Metode ini hampir sama dengan penumpukan, tetapi
cekungan yang telah penuh terisi sampah ditutupi tanah, namun hal ini
memerlukan areal khusus yang sangat luas. Secara umum Sanitary Landfill
terdiri atas elemen sebagai berikut :
- Lining System, berguna untuk mencegah atau mengurangi kebocoran
leachate ke dalam tanah yang akhirnya bisa mencemari air tanah.Biasanya
lining system terbuat dari compacted clay, geomembran atau campurn tanah
dengan bentonite.
- Leachate Collection System dibuat di atas lining system dan berguna untuk
mengumpulkan leachate dan memompa keluar sebelum leachate
menggenang di lining system yang akhirnya akan menyerap ke dalam tanah.
Leachate yang dipompa keluar melalui sumur yang disebut leachate
Extraction system yang biasanya dikirim ke wastewater untuk diproses
sebelum pembuangan akhir.
- Cover atau Cau system, berguna untuk menguranggi cairan akibat hujan
yang masuk ke dalam landfill. Dengan berkurangnya cairan yang masuk
akan mengurangi leachate.
- Gas Ventilation System berguna unntuk mengendalikan aliran dan
konsentrasi di dalam landfill, dengan demikian mengurangi resiko gas
mengalir di dalam tanah tanpa terkendali yang akhirnya dapat menimbulkan
peledakan.
- Monitoring System, bisa dibuat di dalam atau di luar landfill sebagai
peringatan dini kalau terjadi kebocoran atau bahaya kontaminasi di
lingkungan sekitar.
e. Controlled Landfill System ( Sistem timbun terkendali ) merupakan peralihan
antara open dumping dengan Sanitary Landfill dimana sampah dari TPS di
buang ke TPA dan pada suatu waktu ditimbun dengan tanah.
f. Teknologi daur ulang. Pada umumnya barang-barang yang dapat didaur ulang
adalah bahan anorganik seperti plastik, kertas, kaca, karet, dan logam.
Umumnya setelah diolah barang-barang tersebut dapat menghasilkan sampah
potensial, yang bentuknya tidak jauh berbeda dari bentuk asalnya.

PUTU RUSDI ARIAWAN 13


BAB III
METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Dalam menyelesaikan paper dengan judul penyusun melakukan survey
langsung ke TPA Suwung Denpasar. Waktu survey dilakukan pada tanggal 17
Oktober 2004 dan pengambilan foto dilakukan pada tanggal 12 November 2004.
3.2 Data
Data-data yang didapat berupa:
Data volume sampah basah Sarbagita yang ditampung di TPA Suwung setiap
harinya
Gambar-gambar tentang keadaan lingkungan di sekitar TPA Suwung
Gambaran singkat tentang metode-metode yang dilakukan dalam proses
pengolahan sampah di TPA Suwung
Catatan-catatan singkat tentang pengolahan sampah

3.2.1 Sumber Data


Data-data pada laporan ini didapat dari hasil wawancara kepada penduduk
sekitar TPA Suwung, Petugas TPA dan responden dari luar TPA Suwung.Selain itu
data juga didapat dari catatan-catatan / arsip pada kantor DKP Denpasar, referensi
buku serta internet.

3.2.2 Jenis Data


Penyusun menggunakan jenis data sebagai berikut :
a. Data Primer
Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung kepada subyek
pengamatan, seperti hasil wawancara kepada responden dalam dan luar TPA
Suwung.
b. Data Skunder
Data ini juga diperoleh melalui arsip dari kantor DKP, berbagai referensi
buku dan internet. Keseluruhan merupakan data yang didapat bukan langsung
dari subjek pengamatan.

PUTU RUSDI ARIAWAN 14


c. Data Kualitatif
Data ini diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap objek pengamatan
seperti: melihat langsung kondisi sampah dan pemukiman-pemukiman di
sekitar TPA.

3.3 Analisis Data


Dalam penelitian ini, data-data dianalisis secara deskriptip. Data-data yang
ada diperoleh dari hasil studi pustaka dan pengamatan dilapangan. Semua data dalam
literatur dibahas, dikaji ulang serta dianalisis untuk mendapatkan data yang valid dan
akurat.

PUTU RUSDI ARIAWAN 15


3.4 Alur Analisis
Alur analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Mulai

Persiapan

Pemilihan Bahan

Tidak
Apakah bahan

ada?

Ya
Mempelajari Bahan

Menyusun Laporan
Penelitian

Apakah ada
kesalahan?
Tidak

Ya
Memperbaiki kesalahan

Selesai

PUTU RUSDI ARIAWAN 16


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Tinjauan Ekologis TPA Suwung


4.1.1 Kondisi Fisik dan Lingkungan TPA Suwung
a. Letak dan Kondisi Wilayah
Manajemen pengelolaan sampah yang diterapkan di kota Denpasar terdiri
atas penyapuan, pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Kegiatan
pembuangan akhir sampah ditetapkan di lokasi Tempat Pembuangna Akhir (TPA)
Suwung yang berada di wilayah Desa Suwung Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan.
Lokasi TPA Suwung dengan sumber sampah berada dalam jangkauan jarak 9 km
dengan batas-batas sebagai berikut :
- Sebelah utara : sawah
- Sebelah timur : Jalan ke pulau Serangan
- Sebelah selatan : Hutan bakau
- Sebelah barat : Lokasi Penggaraman
Wilayah TPA Suwung merupakan wilayah / kawasan tertutup bagi umum.
Hal ini dilakukan atas kebijakan Dinas Kebersihan Kota Denpasar. Bila ada pihak
atau instalansi yang berkepentingan melakukan peninjauan ke lokasi pembuangan
sampah, harus memiliki ijin tertulis demi berjalannya prosedur kerja.
Foto :

Gambar IV.1 Gerbang Masuk TPA Suwung

PUTU RUSDI ARIAWAN 17


b. Keadaan Penduduk
Pesatnya perkembangan Pulau Bali khususnya kota Denpasar yang
merupakan salah satu kota besar di Indonesia merupakan daya tarik tersendiri bagi
penduduk luar daerah. Sejak terjadinya krisis moneter paeda tahun 1997 terjadi
peningkatan urbanisasi yang cukup signifikan. Gejala ini juga diikuti oleh
terdapatnya peningkatan jumlah pendatang yang mendirikan perumahan liar di
sekitar TPA. Umumnya pendatang luar yang mendirikan gubug-gubug liar
berprofesi sebagai pemulung. Mereka memanfaatkan lokasi di pinggir tempat
pembuangan yang belum terisi sampah untuk membangun bedeg-bedeg tempat
tinggal.Hal ini sangat menguntungkan mereka, karena letaknya yang dekat dengan
lokasi lapangan, dan tanah yang mereka gunakan adalah milik pemerintah sehingga
mereka tidak perlu membayar uang sewa.
Selain pemulung yang tinggal di kawasan itu ada beberapa rumah milik
penduduk asli Bali yang dibangun di sana. Umumnya mereka merupakan penduduk
asli Desa Suwung tetapi memiliki tanah yang berhimpitan dengan lokasi
pembuangan. Rumah penduduk asli merupakan rumah permanen yang sudah
ditembok. Penduduk asli inipun mengambil banyak keuntungan dari berdirinya TPA
Suwung, tidak sedikit dari mereka yang mendirikan kandang babi dan memelihara
babi di lokasi TPA.
Foto :

Gambar IV.2 Kandang babi milik penduduk asli sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 18


Kondisi lingkungan di TPA Suwung cukup sembrawut, karena banyaknya
pemulung yang mendirikan rumah gubug yang bahannya sebagian besar berasal dari
sampah, lokasi tempat tinggal mereka tampak seperti perumahan kumuh. Hal ini
diperburuk dengan musibah kebakaran yang menimpa 80 bedeng pemulung di
lokasi pemukiman tersebut pada tanggal 22 September 2004. Informasi
menunjukakan kerugian sekitar 300.000 sampai 2000.000 rupiah menimpa para
pemulung yang menempati bilik dengan ukuran rata-rata 2x2 M itu.
Foto :

Gambar IV.3 Pemukiman penduduk asli 1

PUTU RUSDI ARIAWAN 19


Gambar IV.4 Pemukiman penduduk asli 2

c.Tempat Pemusnahan Akhir Sampah


Dengan menggunakan tiga system cara pemusnahan sampah yaitu :
pembakaran (incerator), sistem Sanitary Landfill dan sistem Open Dumping TPA
Suwung diharapkan dapat menampung atau memusnahkan sampah yang masuk
dari wilayah Denpasar dan Badung. Tetapi apabila dilihat faktanya, proses yang
dilakukan hanyalah Open Dumping , yaitu sampah hanya diletakkan di lapangan
terbuka tanpa adanya proses lebih lanjut, sehingga semakin hari sampah semakin
menumpuk dan memerlukan lahan yang lebih luas.
Berdasarkan data, luas lahan TPA Suwung adalah 22 Ha dan mulai di operasikan
untuk melayani sampah sejak tahun 1986. Sampai saat ini metode pengolahannya
masih sama dan dikhawatirkan akan diperlukannya lahan baru untuk
mengantisipasinya. Belum lagi adanya rencana penampungan sampah
“SARBAGITA” (Denpasar,Badung,Gianyar,Tabanan) yang disinyalir akan sangat
memberatkan. Lokasi TPA yang dinilai terlalu sempit tidak akan mampu
menampung volume sampah yang sangat besar dari empat daerah tesebut.

PUTU RUSDI ARIAWAN 20


Hal ini ditambah dengan berbagai penyimpangan yang terjadi akibat
perbedaan teori dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Berdasarkan teori
sampah yang masuk TPA diseleksi dan dilakukan larangan untuk sumber sampah
seperti :
- Sampah Medis (RS)
- Sampah dari barang pecah belah
- Sampah dari bahan daging,ikan, dan sejenisnya
- Sampah ban bekas, karet bekas, dan barang-barang yang mudah terbakar
- Segala macam bangkai
- Tinja
Tetapi kenyataannya semua jenis sampah di atas dapat kita lihat sehari-hari di TPA.

4.1.2 Tinjauan Aspek Hukum Lingkungan


Pembangunan dan pengelolaan TPA Suwung secara umum telah
mengikuti peraturan yang terkait dengan lingkungan hidup. Sedangkan secara
operasional terdapat peraturan yang juga perlu dijadikan acuan yaitu keputusan
Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Pemukiman Departemen
Kesehatan No.281 tahun 1989 tentang Persyaratan Pengelolaan Sampah yaitu :
1. Pengelolaan sampah yang baik dan memenuhi syarat kesehatan merupakan
salah satu upaya untuk mencapai derajat ksehatan yang mendasar.
2. Masyarakat perlu dilindungi dari kemungkinan gangguan kesehatan kibt
pengelolaan sampah sejak awal hingga tempat pembuangan akhir
Dalam lampiran Keputusan Dirjen tersebut dijelaskan pula persyaratan
kesehatan pengelolaan sampah untuk pembuangan akhir sampah yang dinyatakan
antara lain :
1. Lokasi untuk TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Tidak merupakan sumber bau,asap, debu, bising, lalat, binatang pengerat
bagi pemukiman terdekat ( minimal 3 Km )
b. Tidak merupakan pencemar bagi sumber air baku untuk minum dan jarak
sedikitnya 200 meter dan perlu memperhatikan struktur geologi setempat.
c. Tidak terletak pada daerah banjir
d. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan airnya tinggi.
e. Tidak merupakan sumber bau, kecelakaan serta memperhatikan aspek
estetika.

PUTU RUSDI ARIAWAN 21


f. Jarak dari bandara tidak kurang dari 5 Km.

2. Pengelolaan Sampah di TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :


a. Diupayakan agar lalat, nyamuk, tikus, kecoa, tidak berkembang biak dan
tidak menimbulkan bau.
b. Memiliki drainase yang baik dan lancar.
c. Leachate harus diamankan sehingga tidak menimbulkan masalah
pencemaran.
d. TPA yang digunakan untuk membuang bahan beracun dan berbahaya,
lokasinya harus diberi tanda khusus dan tercatat di kantor Pemda.
e. Dalam hal tertentu jika populasi lalat melebihi 20 ekor per blok gril atau
tikus terlihat pada siang hari atau nyamuk Aedes, maka harus dilakukan
pemberantasan dan perbaikan cara-cara pengelolaan sampah.
3. TPA yang sudah tidak digunakan :
a. Tidak boleh untuk pemukiman.
b. Tidak boleh mengambil air untuk keperluan sehari-hari.

4.1.3 Tinjauan Aspek Sosial dan Ekonomi


Krisis moneter memberikan efek terhadap TPA Suwung. Sampah menjadi
sumber ekonomi alternatif bagi masyarakat urban. Tumbuhnya perumahan liar di
sekitar TPA menimbulkan permasalahan yang perlu disikapi.Berdasarkan
pengamatan, MCK penduduk masih jauh dari kriteria sehat, karena jarak sumur
dengan kakus cukup dekat, walaupun ada beberapa rumah yang menggunakan
sumur bor sebagai sumber air bersih. Bagi pemukim yang menyadari kebersihan
lingkungan,mereka lebih memilih membeli air minum dari depot isi ulang, tetapi
ada beberapa pemukim yang tetap memanfaatkan air yang ada sebagai air minum
agar lebih murah.
Masyarakat di sekitar TPA mengambil kesempatan memilah sampah
organik dan anorganik. Bagi para pemulung sampah anorgnik seperti plastik, kaleng
bekas, botol, kaca merupakan barang bekas yang dapat didaur ulang dan
mempunyai nilai ekonomi bagi mereka. Sedangkan bagi penduduk asli lebih
memilih sampah organik yang dapat mereka manfaatkan untuk makanan babi yang
mereka ternakkan di sekitar TPA Suwung, hal ini pun sangat berguna bagi para
pemilik ternak karena dapat menghemat biaya pembelian pangan babi.

PUTU RUSDI ARIAWAN 22


Foto :

Gambar IV.5 Salah satu penduduk membuat makanan ternak

4.2. Dampak Negatif Lingkungan sekitar TPA Suwung.


Seperti kita ketahui, persoalan sampah bukan masalah baru lagi, bahkan
mungkin sudah hadir sejak manusia ada. Sampah telah menjadi problem kita semua.
Sampah perlu penanganan yang serius melalui suatu proses pengolahan yang baik
agar tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap lingkungan air, udara, maupun
tanah.
Tabel 4.2 Prediksi jumlah sampah basah perhari pada TPA Suwung
Volume
No. Nama Daerah
(m3)
1 Kotamadya Denpasar 1.842
2 Kabupaten Badung 300
3 kabupaten Gianyar 538
4 Kabupaten Tabanan 688
TOTAL 3.368
Sumber : PT. Heliawan Elang Perkasa

Dari tabel di atas, dapat dilihat jumlah volume sampah yang sangat besar.
Jika pengelolaan sampah pada TPA Suwung tidak dilakukan secara maksimal, maka

PUTU RUSDI ARIAWAN 23


jumlah volume sampah seperti tersebut di atas tidak dapat dikatakan sebanding
dengan daya tampung TPA Suwung. Hal ini menimbulkan masalah yang cukup
signifikan.
Setelah melalui pengamatan, secara garis besar dapat diambil beberapa
catatan penting tentang dampak yang ditimbulkan sampah di TPA yaitu:
1. Timbulnya pencemaran udara akibat meningkatnya konsentrasi gas serta
timbulnya bau, baik yang ditimbulkan pada tahap operasi penimbunan dan
pemadatan sampah maupun setelah selesainya tahap operasi.
2. Terjadinya perubahan pada aliran dan volume tanah yang ditimbulkan akibat
adanya pembuatan lapisan kedap air di sekitar lokasi. Dengan terjadinya
perubahan pada aliran dan volume air tanah di sekitar lokasi maka kemungkinan
akan mengganggu kepentingan dan fungsi dari sumur-sumur yang selama ini
dipergunakan penduduk sekitar lokasi.
3. Secara geologi akan terjadi perubahan struktur lapisan tanah sebagai akibat
dilakukannya pembersihan lahan, pematangan tanah maupun pelapisan oleh
sampah atau tanah itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan
angka permeabilitas tanah, berkurangnya daya dukung tanah dan berkurangnya
kesuburan tanah karena hilangnya humus penyubur tanah.
4. Perubahan struktur flora dan fauna akibat dilakukannya pembersihan. Ekosistem
tertentu akan punah dan akan muncul suatu ekosistem baru, terutama setelah
tahap operasi. Lahan akan menjadi tandus, suatu pemandangan yang tidak baik
akan muncul bila ditinjau dari segi estetika.
Proses pengolahan sampah yang sedang berjalan saat ini di TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) Suwung menggunakan tiga sistem yaitu sistem pembakaran
(incerator), sistem Sanitary Landfill dan sistem Open Dumping. Walaupun ketiga
sistem ini dianggap dapat menjawab semua permasalahan penanganan sampah,
ternyata cara-cara tersebut juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkumgan
di sekitar TPA Suwung.

4.2.1 Incenerator (Pembakaran)


Untuk mempercepat proses pengolahan sampah di TPA Suwung, sejak
tahun 1992 telah dibangun sebuah tungku pembakaran (Incenerator) di tengah-tengah
lokasi pembuangan sampah. Tetapi setelah diteliti ternyata fasilitas tersebut dapat
menimbulkan dioksin yang sangat beracun akibat tidak tercapainya tingkat suhu yang

PUTU RUSDI ARIAWAN 24


diharapkan dalam pembakaran yaitu pada suhu 11000 C yang dapat menimbulkan
berbagai jenis kanker.
Selain itu, penggunaan Incenerator juga memiliki kelemahan-kelemahan sebagai
berikut:
- Dihasilkan abu (± 15%) dan gas yang memerlukan penanganan lebih lanjut.
Selain itu gas yang dihasilkan dari pembakaran dengan menggunakan alat
ini dapat mengandung gas pencemar berupa : NOx., SOx dan lain-lain
yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
- Dapat menimbulkan air kotor saat proses pendinginan gas maupun proses
pembersihan Incenerator dari abu maupun terak. Kualitas air kotor dari
instalasi ini menyebabkan COD meningkat dan pH menurun.
- Memerlukan biaya yang besar dalam menjalankan Incenerator, tetapi hasil
yang diharapkan tidak dapat tercapai. Karena kapasitas alat yang belum
maksimal,maka jumlah sampah yang dapat dibakar masih terbatas. Dengan
alat yang ada hanya mampu membakar maksimal satu truk sampah per hari.
- Butuh keahlian tertentu dalam penggunan alat ini. Sebagai contoh pada
penanganan sampah di TPA Suwung, tehnologi ini sudah digunakan sejak
tahun 1992, namun tanpa didukung dengan kualitas sumber daya manusia
yang memahami filosofi alat ini, akibatnya terjadi kerusakan. Hal ini tentu
menambah beban dalam perolehan dana bagi perbaikannya. Belum lagi
sampah yang akan menumpuk dengan tidak berfungsinya alat ini.
- Penggunaan Incenerator ini tidak dapat berdiri sendiri dalam pemusnahan
sampah, tetapi masih memerlukan landfill guna membuang sisa pembakaran.
Foto :

PUTU RUSDI ARIAWAN 25


Gambar IV.6 Tungku pembakaran sampah

4.2.2 Sanitary Landfill (Penimbunan)


Sistem Sanitary Landfill adalah metode pembuangan akhir limbah dengan
teknik tertentu. Sistem ini lebih aman dan tidak menimbulkan pencemaran dan tidak
membahayakan kesehatan. Dapat dikatakan Sanitary Landfill merupakan system
pengolahan yang paling efektif dari sistem-sistem pengolahan yang ada di TPA
Suwung. Namun, sistem Sanitary Landfill ini juga dapat memberikan dampak negatif
akibat dari Sanitary Landfill yang tidak memenuhi kriteria yaitu dapat menimbulkan
polusi air yang menyebabkan bau, uap zat kimia beracun, bahan organik dan
anorganik beracun serta timbulnya bibit penyakit.
Pada penimbunan dengan sistem anaerobik landfill akan timbul leachate
di dalam lapisan timbunan dan akan merembes ke dalam lapisan tanah di bawahnya.
Leachate ini sangat merusak dan dapat menimbulkan bau tidak enak, selain itu
dapat menjadi tempat pembiakan bibit penyakit seperti : lalat, tikus dan lainnya
(Sidik, etal, 1985).

PUTU RUSDI ARIAWAN 26


Pembuangan dengan cara sanitary landfill, walaupun dapat mencegah
timbulnya bau, penyakit dan lainnya, tetapi masih memungkinkan muncul
masalah lain yakni :
- Timbulnya gas yang dapat menyebabkan pencemaran udara. Gas-gas yang
mungkin dihasilkan adalah : methan, H2S, NH3 dan lainnya. Gas H2S dan NH3
walaupun jumlahnya sedikit, namun dapat menyebabkan bau yang tidak enak
sehingga dapat merusak sistem pernafasan tanaman dan membuat tanaman
kekurangan gas oksigen dan akhirnya mati.
- Pada proses penimbunan, sebaiknya sampah diolah terlebih dahulu dengan cara
dihancurkan dengan tujuan untuk memperkecil volume sampah agar memudahkan
pemampatan sampah. Untuk melakukan ini tentunya perlu tambahan pekerjaan
yang berujung pada tambahan dana.
Di TPA Suwung, sistem ini sempat dipergunakan untuk beberapa waktu,
tetapi karena keterbatasan dana maka sistem ini diberhentikan. Sanitary landfill
memerlukan banyak biaya dalam penimbunan sampah, karena sampah harus ditimbun
lapis demi lapis dengan tanah, sedangkan harga tanah urug cukup mahal sehingga hal
tersebut tidak memungkinkan untuk terus dilakukan.
Foto :

Gambar IV.7 Pengolahan sampah dengan teknik Sanitary Landfill 1

PUTU RUSDI ARIAWAN 27


Gambar IV.8 Pengolahan sampah dengan teknik Sanitary Landfill 2

4.2.3 Open Dumping (Penumpukan)


Pembuangan dengan sistem open dumping dapat menimbulkan
beberapa masalah besar bagi tempat pembuangan akhir (TPA) karena system ini
hanya cocok bagi kota yang masih mempunyai banyak lahan yang tidak
terpakai. Apalagi bila kota menjadi semakin bertambah jumlah penduduknya,
maka sampah akan menjadi semakin bertambah banyak baik jumlah maupun
jenisnya. Hal ini akan semakin bertambah juga luasan lahan bagi TPA.
Sistem Open Dumping, sistem ini biasa digunakan karena murah dan
mudah, tapi dapat memberikan efek negatif terhadap kualitas lingkungan. Dengan
sistem Open Dumping, sampah hanya di letakkan saja di lapangan terbuka tanpa
adanya proses lebih lanjut, sehingga semakin hari sampah semakin menumpuk dan
memerlukan lahan yang lebih luas.
Foto :

PUTU RUSDI ARIAWAN 28


Gambar IV.9 Salah satu kegiatan pemulung 1

Gambar IV.10 Salah satu kegiatan pemulung 2

PUTU RUSDI ARIAWAN 29


Gambar IV.11 Salah satu kegiatan pemulung 3

Berdasarkan data, jumlah pengiriman sampah Kota Denpasar ke TPA


(Tempat Pembuangan Akhir) mencapai 2000 m3 per harinya, ini berarti sampah di
Denpasar melampaui ambang batas. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung
relatif terbatas dan tidak mampu lagi untuk menampung sampah, terutama sampah
anorganik yang susah hancur dan bertahan lama. Volume sampah yang meningkat dan
tidak memenuhi persyaratan ambang batas lingkungan hidup sudah tentu dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan air,udara maupun tanah., tetapi menimbulkan
resiko karena berjangkitnya penyakit menular, menyebabkan pencemaran, terutama
bau, kotoran dan sumber penyakit. Jumlah timbunannya yang semakin lama
semakin meningkat, dikhawatirkan dapat menimbulkan berbagai masalah sosial
dan lingkungan, diantaranya :
- Dapat menjadi lahan yang subur bagi pembiakan jenis-jenis bakteri serta bibit
penyakit lain.
- Dapat menimbulkan bau tidak sedap yang dapat tercium dari puluhan bahkan
ratusan meter.
- Dapat mengurangi nilai estetika dan keindahan lingkungan.

PUTU RUSDI ARIAWAN 30


Akibat peningkatan volume sampah secara periodik yang tak diimbangi
sistem pegolahan secara baik maka akan memberikan peluang bagi sampah, atau lindi
atau leachate (senyawa toksin hasil degradasi sampah oleh mikroba) yang sangat
membahayakan air sungai dan air tanah dangkal (sumur) sehingga dapat
menimbulkan racun pada air tanah. Dan yang sangat perlu mendapat perhatian dari
masalah di atas adalah masalah pencemaran bau sampah yang mencemari udara di
sekitar lingkungan TPA Suwung tersebut. Hal ini bisa terjadi selain karena sampah
yang menumpuk di TPA Suwung, bisa juga diakibatkan karena pengangkutan sampah
dari TPS ke TPA yang berjalan sangat lambat sehingga menyebabkan terjadinya
polusi di TPS dan di jalan-jalan tersebut. Pencemaran dapat menurunkan kualitas
lingkungan baik dari segi estetika (keindahan), faktor fisik, kimia dan biologi serta
timbul konflik sosial di masyarakat sekitarnya.
Foto :

Gambar IV. 12 Truk-truk pengangkut sampah 1

PUTU RUSDI ARIAWAN 31


Gambar IV. 13 Sampah yang dibuldoser

Gambar IV. 14 Truk-truk pengangkut sampah 2

PUTU RUSDI ARIAWAN 32


Dapat dikatakan sampah adalah barang buangan, tapi dapat bermanfaat,
namun juga dapat menimbulkan efek negatif bagi masyarakat karena dapat
menimbulkan perasaan menjijikan dan merusak pandangan mata. Hal ini tidak dapat
dipungkiri lagi. Keindahan lingkungan akan hilang, timbulnya dampak penyakit serta
dapat menggangu kenyamanan dan kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup
di sekitarnya adalah pengaruh negatif dari sampah.

4.3. Cara Meminimalisir Dampak Negatif Lingkungan sekitar TPA Suwung


Kendala yang terjadi di sekitar TPA Suwung, dikarenakan sistem
pengelolaan sampah yang tidak efektif dan maksimal. Selama ini sistem pengelolaan
sampah yang digunakan di TPA Suwung Denpasar selain open dumping, Sanitari
Landfill,dan Incenerator antara lain :
a. Sampah di TPA diangkut oleh pemulung (sampah anorganik)
b. Proses composting, melalui dua cara :
- Cara konvensional : Sebelum diolah sampah organik harus bersih dari sampah
anorganik. Pada proses ini digunakan alat Bantu berupa segitiga memanjang
dengan ukuran 50x50x50 Cm sepanjang 2 meter. Kemudian sampah ditumpuk
pada pada segitiga memanjang dengan tinggi 1,5 meter lalu disiram dan
dibolak-balik agar terjadi pembusukan. Hal ini dilakukan selama 3 hari sekali
sampai 42 hari sampai sampah menjadi busuk. Setelah sampah menjadi
compos maka akan dikarungkan dan dijual.

PUTU RUSDI ARIAWAN 33


Foto :

Gambar IV. 15 Tempat pengolahan pupuk

Gambar IV. 16 Pengolahan pupuk dari sampah organik

PUTU RUSDI ARIAWAN 34


Gambar IV. 17 Pupuk hasil olahan

- Cara bogasi : Menggunakan alat Bantu dan bahan seperti drum dengan dimeter
50 cm dan tinggi 60-70 Cm. Sampah organic yang sudah bersih dicincang dan
dimasukkan ke dalam drum lalu dicampur dengan gula merah, dedak, air dan
beberapa tetes materi EM4 dan diaduk rata. Lalu bolak balik campuran sambil
disiram air setiap hari selama 2-3 minggu.
Dalam membuat kompos jenis ini TPA Suwung bekerjasama dengan
perusahaan Pak Oles, yang memiliki lokasi terpisah dengan tempat pembuatan
kompos milik TPA Suwung. Pak Oles melakukan proses pembuatannya
dengan mengambil bahan pupuk dari lokai TPA Suwung. Setelah kompos
siap pakai, maka kompos tersebut juga dikomersilkan dibawah label
perusahaan Pak Oles.
Foto :

PUTU RUSDI ARIAWAN 35


Gambar IV.18 Tempat pengolahan pupuk kerjasama dengan TPA Suwung

Gambar IV. 19 Truk pupuk perusahaan Bokashi

PUTU RUSDI ARIAWAN 36


Permasalahan sampah ini tidak akan pernah selesai apabila tidak dicari
jalan keluarnya. Sebagai langkah awal pemerintah dapat melakukan langkah-
langkah kebijakan antara lain,memberikan penyuluhan kesadaran linngkungan di
masyarakat lewat pendekatan psikologis. Instalansi pemerintah yang mengurusi
masalah lingkungan sudah semestinya diberi kewenangan yang memadai. Pada
pemberian penyuluhan hendaknya pemerintah mulai gencar memperkenalkan 4R
yaitu :
- Reduce : Menguranggi penggunaan pembelian bahan-bahan yang berpotensi
menjadi sampah, terutama bahan yang biodegradable ( bahan yang tidak dapat
terurai secara alamiah )
- Reuse : Memakai kembali barang-barang yang masih bisa digunakan.
- Recycle : Mendaur ulang barang-barang yang sudah tidak terpakai menjadi
barang baru yang bermanfaat.
- Replace : Mengganti barang-barang yang biasa digunakan dengan barang lain.
Hal itu adalah salah satu cara untuk menekan volume sampah dari
masyarakat kita yang kebanyakan menganut gaya hidup konsumtif.Selain cara-
cara meminimalisir dampak negatif yang dijelaskan di atas, juga dapat dilakukan
hal-hal berikut :
- mengumpulkan sampah yang akan dibuang atau dimanfaatkan dalam suatu
wadah, sehingga memudahkan pengangkutan.
- Pemisahan sampah sebelum dibuang menurut jenis, yaitu organik dan
anorganik,untuk memudahkan pembakaran sekaligus memilah sampah yang
dapat dimanfaatkan.
- Pembakaran sampah organik dapat mengurangi volume sampah yang diangkut
ke TPA
- Komposisasi yang mengolah sampah organik untuk buat pupuk

Untuk mencapai hal tersebut di atas harus dilakukan beberapa usaha,


diantaranya :
1. Perlu perubahan paradigma dari tujuan membuang menjadi memanfaatkan kembali
untuk mendapatkan keuntungan;
2. Perlu perbaikan dalam sistem manajemen pengelolaan sampah secara keseluruhan.
Untuk mencapai keberhasilan, maka perlu didukung oleh faktor-faktor input berupa

PUTU RUSDI ARIAWAN 37


sarana, prasarana dan kelembagaan produksi, distribusi, pemasaran, pengolahan
dan lainnya.
3. Pemanfaatan bahan kompos untuk taman kota dalam bentuk kampanye
penghijauan dengan contoh-contoh hasil nyata sebagai upaya promosi pada
masyarakat luas;
4. Upaya pemasaran bahan kompos bagi taman hiburan yang memerlukannya.
Misalnya kebun binatang, kebun raya, taman buah dan sebagainya.
5. Sampah anorganik sebagai bahan baku industri. Budaya daur ulang sampah di Bali
sebenarnya sudah berlangsung sejak lama, namun masih harus terus
dikembangkan, baik dari segi infrastruktur, teknologi maupun dari segi sistem
organisasinya. Hal ini penting untuk dapat meningkatkan harkat dan martabat dari
para pemulung. Selama ini pemulung hanya dianggap masyarakat tingkat bawah
dan keberadaannya masih dipandang negatif. Padahal bila mereka diandalkan
dalam pengumpulan barang-barang bekas untuk didaur ulang, mereka cukup
berpotensi.
Foto :

Gambar IV. 20 Proses Penimbangan Sampah 1

PUTU RUSDI ARIAWAN 38


Gambar IV. 21 Proses Penimbangan Sampah 2

6. Perlu dibuat aturan hukum yang bersifat mengikat yang berlaku bagi
masyarakat agar dapat mengikuti aturan-aturan bagi terlaksananya pengelolaan
sampah terpadu. Hal ini untuk membiasakan mentalitas masyarakat sebagai
pemroduksi sampah.
7. Menerapkan system pengelolaan sampah terpadu, karena system tersebut memiliki
keuntungan yang sangat besar bagi pihak TPA Suwung dan masyarakat sekitarnya.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari sistem pengelolaan sampah
terpadu ini, diantaranya :
- Biaya pengangkutan dapat ditekan karena dapat memangkas mata rantai
pengangkutan sampah.
- Tidak memerlukan lahan besar untuk TPA.
- Dapat menghasilkan nilai tambah hasil pemanfaatan sampah menjadi barang
yang memiliki nilai ekonomis.
- Dapat lebih mensejahterakan petugas pengelola kebersihan.
- Bersifar lebih ekonomis dan ekologis.
- Dapat menambah lapangan pekerjaan dengan berdirinya badan usaha yang

PUTU RUSDI ARIAWAN 39


mengelola sampah menjadi bahan yang bermanfaat.
- Dapat lebih memberdayakan masyarakat dalam mengelola kebersihan kota.
Selain itu ada empat tahapan kegiatan yang senantiasa harus dilakukan
secara simultan dan berkelanjutan dengan melibatkan semua stakeholder yang terkait
dalam pengelolaan sampah ini, yakni :
1. Studi Penelitian Terpadu
Kegiatan ini diawali dengan melibatkan lembaga peneliti, pemerhati dan
praktisi guna mencari data sedetail mungkin mengenai sampah, sehingga akan
keluar suatu hubungan korelasi antara input dengan output yang pada akhirnya
akan memudahkan perencanaan sistem penanganan dan investasi yang mengacu
pada data/kondisi yang ada.
2. Diseminasi
Dalam hal ini perlu penyelenggaraan kampanye secara rutin melalui
kegiatan penyuluhan, pelatihan pemanfaatan sampah, informasi melalui media
TV, radio, majalah dan lain - lain mengenai dampak dari sampah yang
tidak terolah, dan penyelenggaraan forum-forum informasi daerah dengan
melibatkan masyarakat dan lembaga non pemerintah (ornop/LSM/KSM)
sebagai organisasi yang langsung bersentuhan dengan masyarakat
(partisipatoris).
3. Law Enforcement
Perlunya dibangun suatu penegakan hukum secara mandiri dengan
sanksi yang berjenjang mulai dari peringatan dan pemungutan kembali sampah
yang dibuang, kompensasi pembayaran denda, penayangan di media cetak,
hingga penegakan hukum lingkungan bagi pelanggar lingkungan.
4. Kebijakan Politik
Pemerintah Daerah diharapkan dapat melakukan kebijakan politik
khususnya mengenai pengelolaan sampah dan hendaknya didukung penuh
oleh pemerintah pusat dengan melibatkan seluruh stakeholder dalam teknis
perencanaan, penyelenggaraan dan pengembangannya. Hal ini diperlukan
karena sampah pada dasarnya bukan sekedar permasalahan Pemda atau Dinas
Kebersihan setempat, namun lebih dari itu merupakan masalah bagi setiap
individu, keluarga, organisasi dan akan menjadi masalah negara bila sistem
perencanaan dan pelaksanaannya tidak dilakukan dengan terpadu dan
berkelanjutan. Aparat terkait sebaiknya tidak ikut terlibat secara teknis, hal ini

PUTU RUSDI ARIAWAN 40


untuk menghindari meningkatnya anggaran biaya penyelenggaraan, selain
itu keterlibatan aparat terkait dikhawatirkan akan membentuk budaya
masyarakat yang bersifat tidak peduli. Pemerintah dan aparat terkait
sebaiknya memposisikan kewenangannya sebagai fasilitator dan konduktor dan
setiap permasalahan persampahan sebaiknya dimunculkan oleh
masyarakat atau organisasi sosial selaku produsen sampah. Hal ini
diharapkan terciptanya sikap masyarakat selaku individu, keluarga dan
organisasi.
Walaupun upaya-upaya tersebut tidak bisa dilakukan secara instant, tetapi pihak TPA
Suwung dan Dinas Kebersihan Kota telah berusaha untuk mencari alternatif lain
selama upaya-upaya tersebut belum terealisasi. Karena system pengelolaan sampah
yang sedang berjalan hanya Open Dumping dan composing maka pihak TPA
mempunyai cara khusus untuk menyiasati banyaknya lalat yang berkembang biak di
lokasi pembuangan sampah. Mereka menciptakan ekosistem baru dengan sengaja
menyebar benih jenis burung Kokoan yang merupakan pemangsa alami lalat-lalat
tersebut. Untuk menjaga kelestarian ekosistem burung tersebut maka pihak TPA
membuat larangan khusus bagi para tangan-tangan jail untuk berburu burung tersebut.
Selain cara tersebut pihak TPA juga memiliki cara lain untuk mengantisipasi bau
busuk yang ditimbulkan oleh sampah di lokasi pembuangan. Dalam jangka waktu
tertentu secara berkala, pihak TPA akan nenyiramkan air laut ke timbunan sampah.
Cara ini dilakukan karena air laut memiliki kadar garam yang sangat tinggi dianggap
mampu membunuh kuman-kuman yang ada dalam sampah sehingga mengurangi bau
busuk yang ditimbulkan.
Tetapi kedua cara tersebut masih dianggap kurang efektif, terutama di musim hujan.
Menurut pengakuan penduduk yang tinggal di sekitar lokasi, bau busuk masih sering
tercium apalagi bila angin yang berhembus cukup keras. Bila hujan turun cukup deras
maka lokasi pembuangan akan banjir dan bau busuk akan lebih menyengat dan
jumlah lalat akan dua kali lebih banyak dari biasanya.

PUTU RUSDI ARIAWAN 41


BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan tersebut adalah :
1. Strategi pengelolaan sistem lama yang mengandalkan pada sistem pengangkutan,
pembuangan dan pengolahan menjadi bahan urugan perlu diubah karena dirasakan
sangat tidak ekonomis (cost center). Disamping memerlukan biaya operasional
dan lahan bagi pembuangan akhir yang besar juga menimbulkan banyak dampak
yang kurang menguntungkan bagi lingkungan masyarakat di sekitat TPA Suwung
dan dapat menumbuhkan masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungannya.
2. Sistem pengelolaan sampah di TPA Suwung kurang dilaksanakan secara
maksimal, dari ketiga cara hanya open dumping yang terealisasi, walaupun
sanitary landfill dan pembakaran sempat dipraktekkan namun kedua cara tersebut
mengalami kemacetan dan mempunyai dampak yang buruk terhadap lingkungan
bila tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh.
3. Pendekatan yang paling tepat untuk masa mendatang dalam penanganan sampah
melalui sistem pengelolaan sampah terpadu,daur ulang dan composing diharapkan
dapat merubah paradigma dari cost center menjadi profit center dengan cara
memaksimalkam peran serta masyarakat dan pemanfaatan sampah menjadi bahan
yang mempunyai nilai.

5.2 Saran
1. Dalam pengolahan sampah sebaiknya TPA Suwung dapat saja memaksimalkan
sistem / tata cara pengolahan sampah yang telah ada, yaitu : sanitary landfill, open
dumping, dan incenerator agar rencana SARBAGITA dapat terealisasi. Hanya
saja semua system tersebut harus ramah lingkungan dan tidak mengganggu
masyarakat di sekitar TPA.
2. Pihak DKP dan TPA Suwung harus bersikap tegas pada masyarakat atau pemulung
yang tinggal di kawasan TPA, yang merupakan tanah pemerintah. Hal tersebut
demi kebaikan kedua belah pihak untuk mengantisipasi apabila tanah tesebut
tercemar dan mengotori sumber air minum.

PUTU RUSDI ARIAWAN 42


DAFTAR PUSTAKA

Daniel, T. S., Hasan, P. dan Vonny, S. 1985. Tehnologi Pemanfaatan Sampah


Kota dan Peran Pemulung Sampah : Suatu Pendekatan Konseptual.
PPLH ITB.Bandung.
Sidik, M. A., Herumartono, D. dan Sutanto, H. B. 1985. Tehnologi Pemusnahan
Sampah dengan Incinerator dan Landfill. Direktorat Riset Operasi
Dan Manajemen. Deputi Bidang Analisa Sistem Badan Pengkajian Dan
Penerapan Teknologi. Jakarta.
Nawawi. S. Ir. 2003. Studi Khusus Pengolahan Sampah Secara Tuntas di
Sarbagita-Bali. PT. Heliawan Elang Perkasa. Surabaya.
MAESTRO edisi XV tahun 1999
http://www.denpasar.go.id

PUTU RUSDI ARIAWAN 43


BIODATA PENULIS

Nama : Putu Rusdi Ariawan

TTL : Denpasar. 19 April 1990

Agama : Hindu

Mahasiswa Teknik Elektro Unv. Udayana

Email : turusdi.info@gmail.com

www.facebook.com/turusdi

PUTU RUSDI ARIAWAN 44

You might also like