You are on page 1of 3

Pada bab ini penulis akan mengemukakan tentang dasar teoritis dari konsep dasar penyakit gastritis akut

yang meliputi pengertian, etiologi,


patofisiologi, gejala-gejala/tanda, penatalaksanaan dan komplikasi serta dasar teoritis dari asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, tindakan keperawatan, serta evaluasi.
2.1 Konsep dasar gastritis akut
2.1.1 Pengertian
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila
kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis. Penyakit yang dijumpai di klinik, sebagai akibat samping pemakaian obat, sebagai
penyulit penyakit-penyakit lain atau karena sebab yang tidak diketahui.
Perjalanan penyakit biasanya ringan, walaupun demikian kadang-kadang dapat menyebabkan kedaruratan medis, yakni perdarahan saluran cerna
bagian atas.
2.1.2 Etiologi
Gastritis akut dapat timbul tanpa diketahui penyebabnya. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah :
a. Obat analgesik-antiinflamasi, terutama aspirin dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung.
b. Bahan kimia misalnya lisol.
c. Alkohol.
d. Stress fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal pernafasan, gagal ginjal, dan kerusakan susunan saraf pusat.
e. Refluks usus-lambung.
f. Endotoksin
2.1.3 Patofisiologi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung. Faktor-faktor itu adalah :
a. Kerusakan mukosa barier sehingga difusi balik ion H meninggi.
b. Perfusi mukosa lambung terganggu.
c. Jumlah asam lambung merupakan faktor yang sangat penting.
faktor-faktor tersebut tidak berdiri sendiri, misalnya stress fisis akan menyababkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul
daerah-daerah infark kecil. Disamping itu, sekresi asam lambung juga terpacu. Mucosa barier pada penderita stress fisis biasanya tidak terganggu. Hal itu yang
membedakannya dengan gastritis erosif karena bahan kimia atau obat. Pada gastritis refluks, gastritis karena bahan kimia, obat, mucosa barier rusak sehingga
difusi balik ion H meninggi. Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung akan mempecepat kerusakan mucasa barier oleh cairan usus.
Mukosa barier dari lambung yang normal melindungi otot dari pergerakan otot itu sendiri, proses pembentukannya sendiri dengan asam disebut
autodigestion. Prostaglandin juga turut melindungi mukosa barier dalam lambung. Ketika mukosa barier bereaksi, maka lambung memberikan respon. Setelah
mukosa barier rusak terjadi luka dan lebih parah karena interaksi dari histamin dan stimulasi nervus cholinergik.
Asam hydrochloric dapat berdifusi kembali ke mukosa dan karena ada luka yang mengakibatkan oedema, perdarahan dan erosi pada dinding
lambung. Alkohol, aspirin dan refluks duodenum diketahui dapat mengubah menjadi penghalang difusi barier.
Pengganti patologik terjadi pada gastritis akut termasuk vaskuler kongesti, oedema, sel yang terinfiltrasi meradang akut dan pergantian
degeneratif dalam superficial epithelium. Manifestasi awal dari patologis gastritis akut adalah perubahan merah pada mukosa membran dengan promonent
rugae atau terlipat sejalan dengan proses penyakit, dinding dan garis perut menjadi tipis dan atropi. Atropi lambung progresif akibat dari luka pada mukosa
yang kronik makin memperburuk fungsinya yang penting dari parietal sel.
Dari uraian tersebut dapat dibuatkan suatu skema seperti di bawah ini :
Terdapat gangguan keseimbangan faktor

Agresif Defensif

- Asam lambung - Mukus

- Pepsin,Antiinflamasinonsteroid - Bikarbonas mukosa

- Empedu - Prostaglandin

- Infeksi virus

- Infeksi bakteri Helicobacter pylory

- Bahan korosif :Asam dan basa kuat

Menimbulkan lesi pada mukosa


2.1.4 Tanda dan gejala klinis
Sebagian penderita datang berobat karena muntah darah. Sering penderita-penderita tersebut tidak mempunyai keluhan tertentu sebelumnya dan
sebagian besar penderita hanya mempunyai keluhan yang ringan saja, seperti nyeri epigastrium yang tidak hebat, kadang-kadang disertai nausea dan atau
muntah, kembung.
Pemeriksaan fisis sering tidak membantu. Kadang-kadang didapati nyeri tekan yang ringan saja pada daerah epigastrium, jika lanjut ditemukan
perdarahan saluran cerna berupa hematemesis melena kemudian disusul anemia pasca perdarahan.
2.1.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu :
a. Faktor utama adalah menghilangkan penyebabnya.
b. Diet lambung dengan porsi kecil tapi sering.
c. Pemberian obat-obatan H2 blocking, antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain yang ditujukanuntuk mengatur sekresi asam lambung.
d. Endoskopi.
Pada pemeriksaan endoskopi akan tampak erosi multipel yang sebagian biasanya tampak berdarah dan letaknya tersebar. Kadang-kadang dapat
dijumpai erosi multipel yang mengelompok pada suatu daerah. Mukosa umumnya tampak merah, kadang-kadang dijumpai daerah erosif yang
ditemukan pada mukosa yang tampak normal. Pada saat pemeriksaan dapat dijumpai lesi yang terdiri dari semua tingkatan perjalanan
penyakitnya. Akibatnya pada saat itu terdapat erosi yang masih baru baersama-sama dengan lesi yang sudah mengalami penyembuhan.

2.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi ialah :
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis. Kadang-kadang perdarahannya cukup banyak sehingga dapat
menyebabkan kematian.
b. Terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat.
c. Perforasi.
d. Anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12.
2.2 Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode sistematik dimana secara ilmiah perawat bersama klien secara bersama menentukan masalah keperawatan
sehingga membutuhkan asuhan keperawatan, membuat rencana dan implementasi serta mengevaluasi hasil (Laode jumadi gaffar,S.Kp, Pengantar
Keperawatan profesional). Asuhan keperawatan menggunakan proses keperawatan meliputi :
1. Pengkajian.
2. Diagnosa keperawatan.
3. Rencana tindakan keperawatan.
4. Tindakan keperawatan/implementasi.
5. Evaluasi.

Untuk dapat menerapkan proses keperawatan, orang memerlukan kecakapan dan keterampilan proses keperawatan melalui :
1. Kecakapan intelektual seperti pengetahuan tentang kehidupan yang merupakan pengetahuan dasar dan memungkinkan
perawat untuk mampu menggali masalah keperawatan.
2. Pengelompokan data
Data yang dikumpulkan, selanjutnya dikelompokkan dengan melakukan metode pengelompokan data menurut urgensinya.
3. Menganalisa data
Data yang telah dikelompokkan segera dianalisis sehingga didapat suatu kesimpulan yang dirumuskan kedalam bentuk diagnosa
keperawatan.
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Tujuan pengkajian adalah memberikan suatu gambaran yang terus menerus
mengenai kesehatan klien.
Pengkajian keperawatan terdiri dari tiga tahap yaitu pengumpulan data, pengelompokan data atau pengorganisasian data, sereta menganalisa dan
merumuskan diagnosa keperawatan.
Pengumpulan data bisa digunakan dengan menggunakan metode observasi, wawancara. Pemeriksaan fisik, dokumentasi dari catatan medis,
status klien, dan hasil pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, radiologi.
Pemeriksaan fisik adalah cara pengumpulan data melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi(Laode Jumadi Gaffar,S.Kp,Pengantar
Keperawatan Profesional)
Berikut pengertian cara pengumpulan data melalui inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi menurut Laode Jumadi Gaffar,S.Kp.
1. Inspeksi adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien seperti inspeksi kesimetrisan pergerakan dinding dada, penggunaan
otot bantu nafas, inspeksi adanya lesi pada kulit dan sebagainya.
2. Palpasi adalah jenis pemeriksaan dengan cara meraba klien.
3. Auskultasi adalah cara pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop.
4. Perkusi adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetukkan jari tangan ke jari tangan lainnya untuk mengetahui normal/tidaknya suatu organ
tubuh.
Berdasarkan teori menurut Susan Martin Tucker pengkajian pada klien dengan gastritis dimulai dari riwayat atau adanya faktor resiko seperti :
1. Riwayat garis pertama keluarga tentang gastritis.
2. Penggunaan kronis obat yang mengiritasi mukosa lambung seperti aspirin, steroid atau indometasin.
3. Perokok berat
4. Riwayat makan yang tidak teratur.
5. Pemajanan pada stress emosi kronis.
Pada pengkajian dengan klien gastritis ditemukan adanya nyeri epigastrium kiri ke midepigastrik dapat menjakar ke punggung, ini merupakan
gejala yang paling menonjol selama periode eksaserbasi. Nyeri dapat digambarkan sebagi nagging, tumpul, sakit atau rasa terbakar. Ini sering hilang dengan
makanan dan meningkat dengan merokok dan stress emosi. Selama remisi, klien asimtomatik, penurunan berat badan, perdarahan sebagai hematemesis atau
melena.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan langkah kedua dari proses keperawatan setelah pengkajian data. Diagnosa keperawatan merupakan formulasi
kunci dari proses keperawatan karena merupakan “client responses by health problem” atau respon klien terhjadapo masalah kesehatan. Oleh karena itu
diagnosa keperawatan berorientasi pada kebutuhan dasar manusia berdasar teori kebutuhan dasar abraham Maslow, memperlihatkan respon individu/klien
terhadap penyakit dan kondisi yang dialaminya.
Diagnosa keperawatan menurut Carpenito Lynda Juall adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap proses
kehidupan/masalah kesehatan yang aktual atau potensial.
Manfaat diagnosa keperawatan adalah sebagai pedoman dalam pemberian asuhan keperawatan karena menggambarkan status masalah
kesehatan serta penyebab adanya masalah tersebut, membedakan diagnosa keperawatan dan diagnosa medis serta menyamakan kesatuan bahasa antar perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan secara konfrehensif.
Diagnosa keperawatan dibagi sesuai dengan masalah klien yang sering terjadi yaitu :
1. Aktual yaitu diagnosa keperawatan yang menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai data klinis yang ditemukan.
2. Resiko terjadi yaitu diagnosa keperawatan yang menjelaskan bahwa masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi
keperawatan, saat ini masalah keperawatan belum ada tapi etiologi sudah ada.
3. Possible yaitu diagnosa keperawatan yang menjelaskan bahwa perlu data tambahan untuk memastikan data tambahan.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Susan Martin Tucker pada klien dengan gastritis akan ditemukan tiga masalah keperawatan yaitu :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rasa tidak nyaman anoreksia, mual, muntah.
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi dan disrupsi mukosa lambung.
3. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan rumah dan status nutrisi.
2.2.3 Perencanan
Rencana keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan. Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat
perencanaan intervensi keperawatan dan aktivitas keperawatan. Rencana pelayanan keperawatan dipandang sebagai inti atau pokok proses keperawatan yang
memberikan arah pada kegiatan keperawatan. Tujuan perencanaan adalah mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien. Tahapan
perencanaan keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Menentukan prioritas.
2. Merumuskan tujuan/sasaran dari perumusan kriteria hasil yang diinginkan.
3. Menentukan rencana intervensi.
4. Menuliskan rencana intervensi.
Adapun perencanaan berdasarkan diagnosa yang mungkin timbul pada klien gastritis yaitu :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan rasa yang tidak nyaman, anoreksia, mual, muntah.
Rencana tindakan :
1.1 Buat tujuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi tubuh.
1.2 Kaji porsi makan dan nafsu makan klien.
1.3 Beri makanan sedikit tapi sering dan berikan makanan tambahan yang tepat.
1.4 Tawarkan makanan yang disukai.
1.5 Atur jadwal penimbangan berat badan .
1.6 Ciptakan lingkungan perawatan yang nyaman.
1.7 Beri penjelasan tentang pentingnya nutrisi yang adekuat.

2. Nyeri yang berhubungan dengan iritasi dan dierupsi lambung.


Rencana tindakan :
2.1 Catat keluhan nyeri, lokasi, lamanya, dan intensitas dengan skala nyeri 0-10.
2.2 Tanyakan pada klien hal-hal yang memperberat dan meperingan nyeri.
2.3 Catat petunjuk nyeri non verbal.
2.4 Kali tanda vital
2.5 Beri posisi klien senyaman mungkin.
2.6 Ajarkan teknik relaksasai nafas dalam.
2.7 Beri buli-buli panas pada daerah epigastrium.
2.8 Kolaborasi untuk pemberian analgetik denan tim dokter.
3. Kurang pengetahuan yang berhubungan denagn kurangnya informasi tentang perawatan rumah dan status nutrisi.
3.1 Dekati klien dan beri penjelasan kepada klien klien tentang prose penyakitnya.
3.2 Tanyakan penyebab kurang pengetahuan klien.
3.3 Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya.
3.4 Beri bantuan penyelesaian masalah.
3.5 Beri support mental.
2.2.4 Implementasi
Menurut Budi Anna Keliat ,S.Kp, Implementasi adalah pelaksananan perencananan keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal yang harus
diperhatikan ketika melakuka implementasi adalah intevensi dilakukan sesuai rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal,
intelektual, dan teknikal, intevensi harus dilakukan secara cermat dan efisien pada situasi yang tepa, keamanan fisik dan fisiologi dilindungi dan dokumentasi
keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.
Ada tiga fase implementasi keperawatan yaitu :
1. Fase persiapan meliputi pengetahuan tentang rencana , validasi rencana, pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan rencana,
persiapan klien dan lingkungan.
2. Fase operasional merupakan puncak implementasi dengan berorientasi pada tujuan. Implementasi dapat dilakukan dengan intervensu independen
atau madiri, dependen atau tidak mandiri, intedependent atau sering disebut dengan tindakan kolaborasi.
3. Fase interminasi, merupakan terminasi perawat dengan klien setelah implementasi dilakukan.
Implementasi yang diharapkan pada klien gastritis harus sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.2.5 Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan,
kelengkapan, dan kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah klien, serta pencapaian tujuan serta ketepatan intervensi keperawatan.
Tujuan evaluasi adalah untuk memberiakn umpan balik rencana keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan melalui
perbandingan pelayanan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan terlebih dahulu. Kemudahan atau
kesulitan evaluasi dipengaruhi oleh kejelasan tujuan dan bisa tidaknya tujuan tersebut diukur. Disamping evaluasi yang dilakukan oleh perawat yang
bertanggung jawab pada klien, pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien dapat dinilai juga oleh klien sendiri, teman kerja perawat. Evaluasi
menunjang tanggung gugat pelayanan keperawatan serta menentukan tindakan yang efektif dan yang tidak efektif.
Evaluasi hasil yang diharapkan dari diagnosa satu perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu klien dapat mentoleransi diet tanpa rasa
tidak nyaman nan dapat mempertahankan keseimbangan asupan dan haluaran serta berat badan dapat dipertahankan.
Evaluasi hasil yang diharapkan dari diagnosa dua nyeri berhubungan dengan iritasi dan diserupsi mukosa lambung yaitu klien dapat melaporkan
terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri.
Evaluasi yang diharapkan dari diagnosa tiga kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan rumah dan status
nutrisi yaitu klien mengekspresikan pemahaman tentang hubungan penyebab antara makanan tertentu dengan rasa yang tidak nyaman, memperagakan aturan
tentang diet.

You might also like