Professional Documents
Culture Documents
1. Pengertian
flame), chemical, or electrical agents”. Pengertian luka bakar adalah luka yang
disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia
dan radiasi, juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah (frost-bite). Luka bakar ini
dapat mengakibatkan kematian, atau akibat lain yang berkaitan dengan problem
2. Etiologi
Luka bakar disebabkan oleh kontak langsung antara anggota tubuh dengan
faktor penyebab luka bakar seperti api, listrik, bahan kimia ataupun radiasi ( Effendi.
C, 1999 ).
sampai syok, yang dapat menimbulkan asidosis, nekrosis tubular akut dan disfungsi
serebral. Kondisi ini dapat dijumpai pada fase awal/akut/syok yang biasanya
berlangsung sampai 72 jam pertama. Kehilangan kulit sebagai sawar tubuh membuat
luka mudah terinfeksi selain itu kehilangan kulit yang luas menyebabkan penguapan
cairan tubuh yang berlebihan disertai dengan pengeluaran protein dan energi sehingga
Jaringan nekrosis yang ada melepas toksin (burn toxin, suatu lipid protein
kompleks) yang dapat menimbulkan SIRS bahkan sepsis yang menyebabkan disfungsi
dan kegagalan fungsi organ seperti paru dan hepar yang berakhir dengan kematian.
Reaksi inflamasi yang berkepanjangan menyebabkan kerapuhan jaringan dan struktur
Luka
Bakar
Permebilitas Kapiler
Penurunan Albumin
Oedema Dibawah LUBAK
Tekanan Osmotik
Ion K Sel Rusak
Volume Darah
Ion K dalam darah
4. Gambaran klinis
tampak merah muda terang sampai merah dengan edema minimal dan putih
pengelupasan kulit.
lama dan tersengat arus listrik. Melibatkan semua lapisan kulit, gejala tidak
terasa nyeri, syok, (hematuria ada dalam urin) dan kemungkinan hemolisis
(destruksi sel darah merah), kemungkinan terdapat luka masuk atau keluar
fungsi kulit. Pada fase yang lebih berat dapat terjadi amputasi pada daerah
Perhitungan luas luka bakar antara lain berdasarkan Rule Of Nine dari
Wallace (1951) :
1) Kepala dan Leher : 9%
Rumus tersebut tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas relatif
permukaan kepala jauh lebih besar dan relatif permukaan kaki lebih kecil
digunakan rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 dari lund dan browder untuk
anak. Dasar presentasi yang digunakan dalam rumus-rumus tersebut diatas adalah
4) Umur klien.
Beberapa indikasi klien dengan luka bakar yang harus menjalani rawat
1) Penderita syok atau terancam syok bila luas luka bakar>10% pada anak atau >
e. Pemeriksaan diagnostik.
3) Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
5. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan luka bakar adalah dengan menutup lesi sesegera mungkin,
pencegahan infeksi dan mengurangi rasa sakit. Pencegahan trauma pada kulit yang
vital dan elemen didalamnya dan pembatasan pembentukan jaringan parut ( Mansjoer
Arif, 2000).
Pada saat kejadian, hal yang pertama harus dilakukan adalah menjauhkan
korban dari sumber trauma. Padamkan api dan siram kulit yang panas dengan air.
Pada trauma dengan bahan kimia, siram kulit dengan air yang mengalir. Proses
koagulasi protein pada sel di jaringan yang terpajan suhu yang tinggi berlangsung
terus menerus walau api telah dipadamkan, sehingga destruksi tetap meluas. Proses
mempertahankan suhu dingin pada jam pertama setelah kejadian. Oleh karena itu,
merendam bagian yang terkena selama lima belas menit pertama sangat bermanfaat.
Tindakan ini tidak dianjurkan untuk luka bakar >10%, karena akan terjadi hipotermia
3) Bila dijumpai obstruksi jalan napas, buka jalan napas dengan pembersihan jalan
napas (suction dan lain sebagainya), bila perlu lakukan trakeostomi atau intubasi.
4) Berikan oksigen.
5) Pasang intravena line untuk resusitasi cairan, berikan cairan ringer laktat untuk
mengatasi syok.
7) Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik.
9) Periksa cedera seluruh tubuh secara sistematis untuk menentukan adanya cedera
inhalasi, luas dan derajat luka bakar. Dengan demikian jumlah dan jenis cairan
dapat yang diperlukan untuk resusitasi dapat ditentukan. Terapi cairan lebih
diindikasikan pada luka bakar derajat 2 dan 3 dengan luas >25%, atau pasien
tidak dapat minum. Terapi cairan dapat dihentikan bila masukkan oral dapat
a) Cara Evans.
Separuh dari jumlah (1), (2) dan (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya
setengah dari hari pertama. Pada hari ketiga berikan cairan setengah dari hari
b) Cara Baxter.
Jumlah cairan hari pertama dihitung dengan rumus = %luka bakar x BB (kg)
x 4cc. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua di berikan setengah dari
6. Komplikasi
a. Neurologis
Trauma listrik dengan arus rendah akan menyebabkan satu atau lebih
gejala neurologis pada seluruh kasus, sementara arus tinggi menyebabkan defisit
1. Pengkajian
1997).
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan
secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data/informasi tentang klien dikumpulkan
diagnosa keperawatan.
Berdasarkan sumber data, data pengkajian dibedakan atas data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari klien tentang
kondisi klien. Artinya data tersebut dapat diperoleh walaupun klien tidak sadar
sehingga tidak dapat berkomunikasi. Misalnya data tentang kebersihan diri, data
tentang status kesadaran dan sebagainya terlepas dari lengkap tidaknya data yang
terkumpul. Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari klien. Seperti dari
perawat, dokter, ahli gizi, ahli fisioterapi, catatan keperawatan, pemeriksaan
Adapun pengkajian yang ditemukan pada klien dengan luka bakar menurut
a. Aktifitas/istirahat :
Tanda :
Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit;
b. Sirkulasi :
c. Integritas ego:
Gejala:
Tanda :
d. Eliminasi :
Tanda :
Haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20%
e. Makanan/cairan :
Tanda :
f. Neurosensori:
Gejala:
Tanda:
Perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada
cedera ekstremitas.
g. Nyeri/kenyamanan :
Gejala :
Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara ekstern sensitif untuk
disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang
derajat kedua sangat nyeri; sementara respon pada luka bakar ketebalan derajat
kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h. Pernafasan :
Gejala :
Tanda :
sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin
terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengi
gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam
(ronkhi).
i. Keamanan:
Tanda:
Kulit umum :
Destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan
dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak terbakar
Cedera Api :
intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong, mukosa
hidung dan muluit kering, merah; lepuh pada faring posterior; edema lingkar
Adapun pengkajian yang ditemukan pada klien dengan luka bakar menurut
penyakitnya - Disritmia
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan (Carpenito, L. J., 2002)
kesehatan klien :
b. Resiko Tinggi, diagnosa yang menjelaskan bahwa masalah kesehatan nyata akan
terjadi jika tidak dilakukan intervensi keperawatan, saat ini masalah belum ada
itu, dengan menentukan atau menyelidiki etiologi masalah akan dapat dijumpai faktor
yang menjadi kendala atau penyebabnya. Dengan menggambarkan tanda dan gejala
a. Resiko tinggi terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
kompresi jalan nafas thoraks dan dada atau keterbatasan pengembangan data.
traumatik)
hipermetabolik.
3. Perencanaan Keperawatan
keperawatan.
Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan
penentuan apa yang ingin dilakukan untuk membantu klien. Untuk menmenuhi
berhubungan dengan situasi yang tidak gawat dan situasi yang tidak mengancam
rendah berhubungan secara langsung dengan keadaan sakit atau prognosis yang
yang dapat dicapai, diinginkan oleh klien atau pemberi asuhan dan dapat dicapai
Time (waktu). Kriteri Hasil merupakan tujuan kearah mana perawatan kesehatan
3) Hasil, menunjukkan respon fisiologis, psikologis dan gaya hidup yang diharapkan dari
4) Kriteria, mengukur kemajuan klien dalam mencapai hasil dan menunjukkan tingkatan
5) Target waktu, menunjukkan periode waktu tertentu yang diinginkan untuk mencapai
kriteri hasil, dengan adanya batasan dalam waktu akan membantu perawat dalam
mengevaluasi tahap dalam memastikan apakah Kriteria hasil dapat dicapai dalam periode
waktu tertentu.
prioritas kebutuhan dari Maslow ( fisiologi, rasa aman, cinta dan mencintai, harga diri
dan aktualisasi diri). Selain itu dapat juga digunakan standar prioritas seperti ancaman
potensial.
a) Tujuan
Tujuan adalah hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi diagnosa masalah
keperawatan. Dengan kata lain, tujuan merupakan sinonim dari Kriteria hasil. Secara
umum, tujuan ditulis dengan singkat, jelas dapat dimengerti, spesifik, dapat diukur,
merupakan standar evaluasi yang merupakan gambaran tentang faktor – faktor yang
dapat memberi petunjuk bahwa tujuan teal tercapai dan digunakan dalam membuat
pertimbangan
b) Instruksi Perawatan
melakukan tindakan pada klien tertentu. Perawatan dan pengobatan dirancang untuk
membantu pencapaian satu atau lebih dari tujuan perawatan sehingga dapat
Adapun perencanaan yang dilakukan pada klien luka bakar menurut Doenges,
1. Resiko tinggi terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kompresi
Rencana Tindakan :
Rasionalisasi : Penyebab lama terpajan, terjadi dalam ruang tertutup atau terbuka
1.3 Auskultasi paru, perhatikan adanya stridor, mengi, penurunan bunyi nafas, batuk
rejan.
Rasionalisasi : obtruksi jalan nafas/distress pernafasan dapat terjadi sangat cepat atau
lambat.
1.4 Perhatikan adanya pucat atau warna buah ceri muda pada kulit yang cedera
1.7 Tingkatkan istirahat suara tapi kaji kemampuan untuk berbicara atau menelan secret
menunjukkan peningkata edema trakeal dan dapat mengindikasikan kebutuhan untuk intubasi
Rasionalisasi : Data dasar penting untuk pengkajian lanjut status pernafasan dan pedoman
untuk pengobatan
Rencana Tindakan :
2.1 Kaji tanda – tanda vital, CVP, perhatikan pengisian kapiler dan
2.2 Awasi haluaran dan berat jenis urin. Observasi warna dan hemates
sesuai indikasi
haluaran urine.
komplikasi
random)
- Diuretic
- Kalium
- Antasida
Rasionalisasi :
dari debris
(jaringan traumatik)
Kriteria hasil :
Rencana Tindakan :
3.1 Tempatkan pasien dengan teknik isolasi yang tepat sesuai indikasi
resiko kontaminasi
resiko infeksi
3.3 Gunakan skort, sarung tangan, masker dan teknik aseptik selama
perawatan luka
terhadap pengunjung.
Rasionalisasi : Mencegah kontaminasi silang dari pengunjung
3.5 Periksa area yang tidak terbakar (seperti lipat paha, lipatan leher,
3.7 Ganti balutan dan bersihkan area terbakar dalam bak hidroterapi.
3.8 Bersihkan jaringan nekrotik / yang lepas dengan gunting / forcep dan
intervensi
kulit/jaringan.
Tujuan : Rasa nyeri berkurang
Rencana Tindakan :
4.1. Kaji tingkat nyeri, perhatikan lokasi / karakter dan intensitas (skala 0 –
10)
klien.
4.2. Berikan tempat tidur yang nyaman dan suhu lingkungan yang nyaman
4.3. Ubah posisi dengan sering dan rentang gerak pasif dan aktif sesuai
indikasi
luka bakar
4.4. Lakukan penggantian balutan dan debridement setelah klien diberi obat
debridemen.
control.
4.6. Berikan tindakan kenyamanan dasar, misalnya pijatan pada area yang
tidak sakit
rasa nyeri
Rencana Tindakan :
5.1 Kaji warna, sensasi, gerakan nadi perifer dan pengisian kapiler pada
5.3 Dorong latihan rentang gerak aktif pada bagian tubuh yang tidak sakit.
jantung/perfusi jantung.
jaringan.
dan kalsium
jaringan.
hipermetabolik.
Rencana Tindakan :
bakar.
pemasukan.
jaringan.
tahanan
- Tidak kontraktur
Rencana Tindakan :
7.1 Pertahankan posisi tubuh tepat dengan dukungan atau belat untuk luka
sendi
terjadinya kontraktur
penyembuhan
7.4 Lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, diawali dg pasif –
aktif
perawatan
terhadap aktivitas.
7.9 Masukkan aktivitas sehari – hari dalam terapi fisik, hidroterapi dan
Asuhan Keperawatan
Rencana Tindakan :
Pre operasi
8.2 Berikan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan kontrol
infeksi.
Post Operasi
luka bakar
graft.
8.6 Evaluasi warna sisi graft dan donor : perhatikan ada/ tidaknya
penyembuhan
Rencana Tindakan :
kapanpun memungkinkan
pada keluarga.
Rencana Tindakan :
kehilangan
Tujuan :
pengobatan
aktivitas normal.
memutuskan pulang.
11.3 Kaji ulang perawatan luka baker, graft kulit, dan luka. Identifikas
bahannya.
lama
istirahat
kalori/protein.
11.8 Kaji ulang pengobatan, temasuk tujuan, dosis, rute, dan efeksamping.
akurat.
potensial komplikasi.
mendukung kemandirian.
4. Pelaksanaan
interpersonal, intelektual, dan teknikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik, dan psikologi dilindungi dan
keperawatan yang telah direncanakan. Pada tahap ini ada beberapa yang perlu
rencana.
c. Menghilangkan nyeri.
d. Mencegah komplikasi.
5. Evaluasi
kesehatan klien dengan hasil yang diharapkan. Evaluasi hasil yang di harapkan pada
klien dengan luka bakar berdasarkan diagnosa keperawatan (Brunner & Suddarth,
2002).
tekanan baji (wedge presure) yang tetap berada dalam batas-batas yang
direncanakan.
minimal
yang dipreskripsikan.
1) Mempertahankan kulit yang secara umum tampak utuh dan bebas dari infeksi,
dirumah sakit.
terapeutik, kehilangan.
yang terjadi akibat luka bakar dan rencananya untuk masa depan.