You are on page 1of 11

PERKEMBANGAN

DEMOKRASI

“Istilah demokrasi pada hari ini tidak lain hanyalah sebuah komoditas yang sedang ngetrend
digunakan oleh para penguasa dunia untuk mendapatkan kesan bahwa pemerintahannya itu
baik dan legitimate. Padahal kalau mau jujur, pada kenyataannya hampir-hampir tidak ada
negara yang benar-benar demokratis sesuai dengan doktrin dasar dari demokrasi itu
sendiri”.

Kelompok 3
Febe Wulaningtyas (09)
Inna Yusnila Khairani (12)
Jeffri Mars Saputra (13)
Wuryan Dewi Miftahtyas A.(25)

0
PERKEMBANGAN DEMOKRASI

A. Perkembangan Demokrasi di Yunani


Sejarah demokrasi berasal dari sistem yang berlaku di negara-negara kota
(city state) Yunani Kuno pada abad ke 6 sampai dengan ke 3 sebelum masehi.
Waktu itu demokrasi yang dilaksanakan adalah demokrasi langsung yaitu suatu
bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusan politik dan
dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negaranya yang bertindak
berdasarkan prosedur mayoritas hal tersebut dimungkinkan karena negara kota
mempunyai wilayah yang relatif sempit dan jumlah penduduk tidak banyak
(kurang lebih 300 ribu jiwa).
Selain itu, ketentuan-ketentuan menikmati demokrasi hanya berlaku untuk
warga negara yang resmi, sedangkan bagi warga negara yang berstatus budak
belian, pedagang asing, perempuan dan anak-anak tidak dapat menikmatinya.
Robert A. Dahl membagi perkembangan demokrasi menjadi  2 yaitu,
transformasi pertama: demokrasi Yunani kuno pada masa negara-kota dan
transformasi kedua: perkembangan republikanisme, perwakilan dan logika
persamaan.
1. Trabsformasi Pertama : Demokrasi Yunani Kuno
Pada abad kelima sebelum Masehi orang-orang Yunani, terutama
sekali Athena, menyusun sebuah konsep baru tentang kehidupan politik dan
praktik-praktik yang ditimbulkannya di banyak negara-kota. Konsep ini
mereka beri nama sebagai Demokratia atau pemerintahan oleh rakyat, yang
berasal dari kata demos yang berarti rakyat dan kratia yang berarti
pemerintahan.
Menurut orang-orang Yunani, demokrasi setidaknya harus memenuhi
enam persyaratan yaitu:

1
1. Warga negara harus cukup serasi dalam kepentingannya, sehingga
mereka sama-sama memiliki suatu perasaan yang kuat tentang
kepentingan umum dan bertindak atas dasar itu, sehingga tidak nyata-
nyata bertentangan dengan tujuan atau kepentingan pribadi mereka.
2. Mereka harus benar-benar padu dan homogen dalam hal ciri khasnya,
jika tidak akan cenderung menimbulkan konflik politik dan perbedaan
pendapat yang tajam mengenai kepentingan umum. Menurut
pandangan ini, tidak ada negara yang dapat berharap menjadi sebuah
polis yang baik apabila warga-negaranya memiliki perbedaan besar
dalam sumberdaya ekonominya dan jumlah waktu lowong yang mereka
punyai, atau apabila mereka menganut agama yang berbeda-beda, atau
menggunakan bahasa yang berlainan, atau berbeda dalam hal ras,
budaya atau (menurut istilah yang kita gunakan sekarang) kelompok
etnis.
3. Jumlah warga-negara harus sangat kecil, yang secara ideal bahkan
jauh lebih kecil dari 40.000 – 50.000, yang terdapat di Athena di masa
Pericles. Jumlah demos yang kecil itu penting karena tiga alasan, yaitu:
 Untuk menghindari keragaman dan ketidakserasian
 Agar warga mempunyai pengetahuan tentang kota dan saudara-
saudara mereka sesama warga negara.
 Memudahkan dalam berkumpul.
4. Warga-negara harus dapat berkumpul dan secara langsung
memutuskan undang-undang dan keputusan-keputusan mengenai
kebijakan. Demikian kokohnya pandangan ini dipercayai, sehingga
orang Yunani mengalami kesukaran untuk membayangkan adanya
pemerintahan perwakilan, apalagi menerimanya sebagai alternatif yang
sah terhadap demokrasi langsung. Tentu saja, pada waktu-waktu
tertentu dibentuk liga, atau konfederasi dari negara-negara kota itu.
Tetapi sistem yang benar-benar bersifat federal dengan pemerintahan
perwakilan telah gagal berkembang, yang tampaknya untuk sebagian,

2
disebabkan gagasan perwakilan itu tidak dapat berhasil bersaing dengan
kepercayaan yang menonjol dalam keinginan dan legitimasi tentang
pemerintahan langsung dengan majelis-majelis langsung pula.
5. Warga negara berpartisipasi dengan aktif dalam memerintah kota.
Orang memperkirakan bahwa di Athena terdapat lebih dari seribu
jabatan yang harus diisi, sebagian kecil di antaranya dengan pemilihan,
tetapi kebanyakan dengan undian, dan hampir semua dari jabatan ini
untuk jangka waktu satu tahun dan hanya dapat diduduki sekali seumur
hidup. Bahkan dengan jumlah rakyat yang cukup “besar” di Athena,
setiap warga hampir pasti akan menduduki suatu jabatan untuk jangka
waktu setahun, dan sebagian besar akan menjadi anggota dari Dewan
Lima Ratus, yang akan amat penting itu, yang akan menentukan acara
untuk Majelis.
6. Negara-kota harus sepenuhnya otonom. Liga, konfederasi, dan aliansi
kadang-kadang memang penting untuk pertahanan atau perang, tetapi
semuanya itu tidak boleh dibiarkan mengurangi otonomi mutlak dari
negara-kota dan kedaulatan mejelis dalam negara itu. Karena itu pada
prinsipnya setiap kota harus berswasembada, tidak hanya secara politik,
tetapi untuk menghindari ketergantungan yang berlebih-lebihan pada
perdagangan luar negeri, kehidupan yang baik itu sudah pasti pula
suatu kehidupan yang sederhana. Dengan cara begini, demokrasi
dihubungkan dengan sifat-sifat kebajikan hidup sederhana, bukan
dengan kemakmuran.
Namun dalam perkembangannya ke depan, konsep demokrasi demikian
mengalami berbagai perubahan-perubahan sesuai perkembangan
pengetahuan.
2. Transformasi Kedua : Republikanisme, Logika, Persamaan, dan
Perwakilan
Robert A. Dahl menjelaskan bahwa tradisi republiken adalah
sejumlah pemikiran yang sangat tidak sistematis atau terpadu, yang asal-

3
usulnya terdapat bukan pada gagasan dan praktik demokrasi di dunia
Yunani kuno, akan tetapi lebih banyak pada para pengritik demokrasi
Yunani, yang paling terkenal yaitu Aristoteles. Republikanisme tidak
banyak melihat pada Athena yang merupakan sumber dari demokrasi kuno
Yunani melainkan pada Sparta dan Roma serta Venesia. Tradisi
republikanisme mengalami perkembangannya pada abad ketujuh belas dan
kedelapan belas di Amerika Serikat dan Inggris.
Walaupun republikanisme telah menyimpang dari demokrasi Yunani
kuno tetapi masih memiliki beberapa asumsi pemikiran yang sama dengan
demokrasi Yunani yaitu, memandang manusia pada dasarnya merupakan
makhluk sosial dan politik dan memandang setiap orang sejajar di depan
hukum.
Kalangan republiken terbagi menjadi dua kelompok yaitu, kalangan
republiken aristokratis-konservatif dan kalangan republiken demokratis
yang berkembang di abad ketujuh belas dan kedelapan belas, yang dalam
beberapa hal memiliki pemikiran bertentangan dengan kalangan republiken
konservatif.
Salah satu fokus utama pembahasan kaum republiken adalah
mengenai “rakyat” itu sendiri. Republiken aristokratis berpandangan
bahwa, meskipun rakyat memiliki peran yang penting dalam pemerintahan
namun peranan mereka sepentasnya terbatas saja. Bagi kalangan
republiken aristokratis, fungsi rakyat hanyalah memilih pemimpin yang
cukup memenuhi persyaratan untuk menjalankan tugas pemerintahan.
Karena mereka berpandangan bahwa pemimpin yang benar-benar
memenuhi syarat akan menjalankan pemerintahan sesuai dengan
kepentingan rakyat.
Pemikiran tersebut ditolak oleh para republiken demokratis dengan
alasan bahwa kepentingan umum bukanlah mengimbangkan kepentingan
rakyat dan kepentingan golongan minoritas. Yang dimaksud kepentingan
umum adalah kesejahteraan rakyat.

4
Berkaitan dengan pemerintahan yang demokratis kalangan
republiken demokratis mengingatkan kemungkinan-kemungkinan
munculnya dominasi dari golongan-golongan minoritas rakyat yaitu unsur-
unsur aristokrat dan oligarkhi.
Untuk memecahkan persoalan terjadinya dominasi kepentingan
salah satu golongan masyarakat, republiken aristokratis memberikan jalan
keluar berupa dibentuknya dua buah lembaga dewan perwakilan, yaitu
kamar atas atau upper chamber yang berisikan kalangan aristokrat dan
dewan perwakilan rakyat biasa. Namun konsep ini ditolak oleh kalangan
republiken demokratis. Dengan alasan bahwa dalam sebuah republik yang
demokratis, tidak ada satu kelompok pun yang memiliki keistimewaan.
Meskipun kalangan republiken tidak mampu memberikan solusi
untuk menciptakan sebuah pemerintahan campuran untuk menyelesaikan
perbedaan kepentingan antara golongan minoritas (aristokrat dan oligarkhi)
dan golongan mayoritas (rakyat jelata), tapi ada satu gagasan dari kalangan
republiken yang hingga kini tetap dipertahankan yaitu pemikiran Baron de
Montesquieu tentang Trias Politica, pemisahan kekuasaan menjadi tiga
cabang yaitu, legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Gagasan demokrasi Yunani hilang dari dunia Barat ketika Romawi Barat
dikalahkakn oleh suku German dan Eropa Barat memasukkan Abad Pertengahan.
Abad pertengahan di Eropa Barat dicirikan oleh struktur total yang feodal
(hubungan antara Vassal dan Lord). Kehidupan sosial dan spiritual dikuasai Paus
dan pejabat agama lawuja. Kehidupan politiknya ditandai oleh perebutan
kekuasaan antar bangsawan.

B. Perkembangan Demokrasi di Inggris


Perkembangan demokrasi abad pertengahan menghasilkan dokumen
penting yaitu Magna Charta 1215. Dalam Magna Charta ditegaskan bahwa Raja
mengakui dan menjamin beberapa hak dan hak khusus (preveleges) bawahannya.
Selain itu piagam tersebut juga memuat dua prinsip yang sangat mendasar:

5
pertama, adanya pembatasan kekuasaan raja; kedua, hak asasi manusia lebih
penting dari pada kedaulatan raja. Momentum lainnya yang menandai
kemunculan kembali demokrasi didunia barat adalah gerakan renaissance dan
reformasi. Renaissance merupakan gerakan yang menghidupkan kembali minat
pada sastra dan budaya Yunani Kuno. Gerakan ini lahir di Barat karena adanya
kontak dengan dunia Islam yang ketika itu sedang berada pada puncak kejayaan
peradaban ilmu pengetahuan. Para ilmuan Islam pada masa itu seperti Ibn
Khaldun, Al-Razi, Oemar Khayam, Al-Khawarizmi dan sebagainya bukan hanya
mengasimilasikan pengetahuan Parsi Kuno dan warisan klasik (Yunani Kuno),
melainkan berhasil menyesuaikan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang sesuai
dengan alam pikiran mereka sendiri. Dengan kata lain renaissance di Eropa yang
bersumber dari tradisi keilmuan Islam dan berintikan pada pemuliaan akal
pikiran untuk selalu mencipta dan mengembangkan ilmu pengetahuan telah
mengilhami munculnya kembali gerakan demokrasi. Selanjutnya pada abad ke-
19 muncul gerakan demokrasi konstitusional. Dari demokrasi konstitusional
melahirkan demokrasi welfare state. Untuk pertama kali seorang raja berkuasa
mengikatkan diri untuk mengakui dan menjamin beberapa hak bawahannya.
Pemikir-pemikir yang mendukung berkembangnya demokrasi antara
lain: John Locke dari Inggris (1632-1704) dan Mostesquieu dari Perancis (1689-
1755) yang mencetuskan Trias politica atau teori mengenai pemisahan
kekuasaan. Hal ini dilatarbelakangi pemikiran bahwa kekuasaan - kekuasaan
pada sebuah pemerintahan yang berdaulat tidak dapat diserahkan kepada orang
yang sama dan harus dipisahkan menjadi dua atau lebih kesatuan kuat yang
bebas untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa.
Dengan demikian diharapkan hak-hak asasi warga negara dapat lebih terjamin.
Locke berpendapat bahwa kekuasaan negara harus dibagi dalam tiga kekuasaan
yang terpisah satu sama lain; kekuasaan legislatif yang membuat peraturan dan
Undang-Undang; kekuasaan eksekutif yang melaksanakan Undang-Undang dan
di dalamnya termasuk kekuasaan mengadili; dan kekuasaan federatif yang

6
meliputi segala tindakan untuk menjaga keamanan negara dalam hubungan
dengan negara lain (dewasa ini disebut hubungan luar negeri).
Sedangkan Montesquieu membagi kekuasaan dalam pemerintahan menjadi
tiga cabang yang menurutnya haruslah terpisah satu sama lain; kekuasaan
legislatif (kekuasaan untuk membuat Undang-Undang), kekuasaan eksekutif
(kekuasaan untuk melaksanakan Undang-Undang, tetapi oleh Montesquieu
diutamakan tindakan di bidang politik luar negeri), dan kekuasaan yudikatif
(kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang). Hal ini adalah untuk
mewujudkan tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan
berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi
ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa
saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip check and balance.
Teori ini kemudian di kembangkan oleh C.F Strong dalam bukunya Modern
Political Constitution.
Ide pemisahan kekuasaan tersebut, menurut Montesquieu dimaksudkan
untuk memelihara kebebasan politik, yang tidak akan terwujud kecuali bila
terdapat keamanan masyarakat dalam negeri. Montesquieu menekankan bahwa
satu orang/lembaga akan cenderung untuk mendominasi kekuasaan dan merusak
keamanan masyarakat tersebut bila kekuasaan terpusat padanya. Oleh karenanya,
dia berpendapat bahwa agar pemusatan kekuasaan tidak terjadi, haruslah ada
pemisahan kekuasaan yang akan mencegah adanya dominasi satu kekuasaan
terhadap kekuasaan lainnya. (Montesquieu, The Spirit of Laws, edited by David
Wallacea Carrithers, University of California Press, 1977).
Montesquieu juga menekankan bahwa kebebasan akan kehilangan
maknanya, tatkala kekuasaan eksekutif dan legislatif terpusat pada satu orang
atau satu badan yang menetapkan Undang-Undang dan menjalankannya secara
sewenang-wenang. Demikian pula, kebebasan akan tak bermakna lagi bila
pemegang kekuasaan menghimpun kedua kekuasaan tersebut dengan kekuasaan
yudikatif. Seperti yang dikemukakan oleh Montesquieu, akan merupakan

7
malapetaka bila satu orang atau badan memegang sekaligus ketiga kekuasaan
tersebut dalam suatu masyarakat.

C. Perkembangan Demokrasi Amerika


Pada tahun1215, Magna Charta ditandatangani, kemudian terciptalah
Parlemen atau badan pembuat hukum yang menyatakan bahwa hukum tertulis
lebih berkuasa daripada raja. Dengan demikian kekuasaan keluarga kerajaan
mulai dibatasi dan rakyat mulai mendapatkan sebagian kekuasaan. Selanjutnya
kekuasaan parlemen semakin menguat dengan munculnya berbagai peraturan
yang membatasi kakuasaan raja. Semakin kuat parlemen, semakin banyak hak-
hak rakyat untuk menyatakan pendapatnya. Dasar- dasar demokrasi Inggris inilah
yang mengilhami dan memengaruhi pemerintah Amerika Serikat. Filsuf Inggris
John Locke dan seorang filsuf Perancis Jean-Jeacques Rousseau memengaruhi
penguatan nilai-nlai demokrasi walaupun tidak konklusif merujuk langsung pada
demikrasi (Political Dictionary). John Locke dalam bukunya Two Treatises
menyatakan bahwa di bawah “kontak sosial”, tugas pemerintahan adalah untuk
melindungi “hak-hak alamiah”, yang mencakup “hak untuk hidup, kemerdekaan,
dan kepemilikan property”. Kemudian Rousseau memperluas pemikiran tersebut
dalam bukunya The Social Contract (1762). Kedua filsuf ini sangat berpengaruh
dalam mempersiapkan jalan menuju Demokrasi Amerika di zaman modern.
Jalan Menuju Demokrasi Modern
Revolusi Amerika adalah kejadian penting lain dalam sejarah demokrasi.
Deklarasi kemerdekaan tahun 1776, Tohams Jefferson mengakui pengaruh John
Locke dan Rousseau dalam penyusunan dokumen kemerdekaan. Dari Locke
diambil pemikiran tentang semua manusia diciptakan setara, bahwa manusia
mempunyai hak hidup, kemerdekaan, dan mengejar kebahagiaan. Lalu darii
Rousseae diambil pemikiran bahwa rakyat dapat mengadakan perlawanan
menghadapi pemerintah menakala pemerintah tidak meghargai hak- hak tersebut.
Revolusi Perancis membuka jalan pada pemikiran bahwa kemerdekaan terjadi
setelah cabang-cabang pemerintahan legislative, yudikative, dan eksekutif

8
dipisahkan. Rakyat Perancis menggulingkan Raja kemudian menetapkan
“Deklarasi Hak-Hak Manusia” dalam hal kemerdekaan, hak milik, keamanan,
penilakan terhadap penindasan.
Di seluruh dunia revolusi mulai bermunculan melawan pemerintahan
monarki dan pemerintahan demokratis mulai menjamur. Sebelum abad ke 19
berakhir,hampur semua monarki eropa barat telah mngadopsi suatu konstitusi
yang membatasi kekuasaan keluarga kerajaan dan memberikan sebagian
kekuasaan kepada rakyat. Demokrasi menjadi semakin popular. Sampai tahun
1950 hampir setiap negara independent memiliki pemerintahan yang memiliki
beberapa prinsip dan cita-cita demokrasi. Bangsa yang dijadikan model dari
prinsip-prinsip tersebut adalah Amerika Serikat.
Para komentator pada periode 1780 – 1920 secara umum menerima permis
bahwa “yang paling miskinpun’ memiliki hak sesungguhnya untuk bersuara
sebagaimana orang-orang kaya, sekalipun banyak dari antara mereka yang
prihatin bahwa tirani mayoritas akan muncul. Jadi untaian lain pemikiran
demokrasi berargumentasi lebih kepada kesetaran kemampuan, bukan kesetaraan
hak.
Demokrasi Amerika modern adalah suatu demokrasi dalam bentuk republik
demokratik atau demokrasi perwakilan. Suatu demkorasi perwakilan muncul di
Amerika Serikat sebab penduduk baru sudah muak dengan pajak tanpa
perwakilan dan mereka menginginkan sistem yang lebih fair dimana orang bisa
bersuara untuk mengatur negara. Mereka menginginkan demokrasi perwakilan
dimana perwakilan yang dipilih yang akan mengatur pemerintahan. Para
perwkailan tersebut dipilih dengan pemikiran bahwa mereka akan secara tepat
mewakili konstituen mereka, tetapi dalam kejadian di mana hal ini tidak terjadi,
pemerintah Amerika Serikat dibagi menjadi 3 cabang untuk mengawasi
penyelewengan. Ketiganya adalah eksekutif, legislatif dan yudikatif. Tidak ada
satupun yang memiliki kekuasaan absolut. Ketiga cabang pemerintahan tersebut
dimaksudkan sebagai cara untuk menghindari tirani mayoritas.

9
Ada tiga tipe demokrasi modern, yaitu :

1. Demokrasi representatif dengan sistem presidensial

Dalam sistem ini terdapat pemisahan tegas antara badan dan fungsi legislatif
dan eksekutif. Badan eksekutif terdiri dari seorang presiden, wakil
presiden dan menteri yang membantu presiden dalam menjalankan
pemerintahan. Dalam hubungannya dengan badan perwakilan
rakyat (legislatif), para menteri tidak memiliki hubungan
pertanggungjawaban dengan badan legislatif. Pertanggungjawaban para
menteri diserahkan sepenuhnya kepada presiden. Presiden dan para menteri
tidak dapat diberhentikan oleh badan legislatif.

2. Demokrasi representatif dengan sistem parlementer

Sistem ini menggambarkan hubungan yang erat antara badan eksektif dan
legislatif. Badan eksekutif terdiri darikepala negara dan kabinet (dewan
menteri), sedangkan badan legisletafnya dinamakan parlemen. Yang
bertanggung jawab atas kekuasaan pelaksanaan pemerintahan adalah kabinet
sehingga kebijaksanaan pemerintahan ditentukan juga olehnya. Kepala
negara hanyalah simbol kekuasaan tetapi mempunyai hak untuk
membubarkan parlemen.

3. Demokrasi representatif dengan sistem referendum (badan pekerja)

Dalam sistem ini tidak terdapat pembagian dan pemisahan kekuasaan. Hal
ini dapat dilihat dari sistemnya sendiri di mana BADAN eksekutifnya
merupakan bagian dari badan legislatif. Badan eksekutifnya
dinamakan bundesrat yang merupakan bagian
dari bundesversammlung (legislatif) yang terdiri dari nationalrat-badan
perwakilan nasional- danstanderat yang merupakan perwakilan dari negara-
negara bagian yag disebut kanton.

10

You might also like