You are on page 1of 12

DISUSUN OLEH :

LAPORAN PRAKTIKUM
EKA MUKTHI F 07632010
HILMI YULIANTO 07632004
FISIKA DASAR

I. PERCOBAAN I MENEMUKAN HUKUM HOOKE

1. Diketahui g = 9.8 m/s2

Tabel data percobaan hukum hooke


Massa panjang panjang
Gaya tarik penambahan
beban pegas awal pegas
(Newton) panjang (m)
(gram) (cm) akhir (cm)
52.23 0.511854 6.7 7.5 0.008
110.8 1.08584 6.7 10 0.033
221.79 2.173542 6.7 15.2 0.085

Dibawah ini adalah kurva gaya F terhadap pertambahan panjang pegas Δx

F thd Dx

2.5

0.085; 2.173542
2

1.5
Gaya (N)

F thd Dx
0.033; 1.08584
1

0.5 0.008; 0.511854

0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1
Pertambahan panjang pegas (m)

2. Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan tabel dan grafik percobaan diatas
adalah, besarnya gaya “F” yang bekerja terhadap suatu benda dengan masa “m”
kilogram yang digantungkan pada pegas dengan panjang awal “x” cm, berbanding
lurus (linier) dengan pertambahan panjang pegas yang terjadi. Hal ini terbukti dari
kurva F terhadap Δx yang merupakan kurva linier.

12
DISUSUN OLEH :
LAPORAN PRAKTIKUM
EKA MUKTHI F 07632010
HILMI YULIANTO 07632004
FISIKA DASAR

II. PERCOBAAN II GERAK HARMONIK SEDERHANA

1. Data percobaan

Tabel 2
amplitudo 5 cm
masa beban 10T sekon T sekon Tsqr
53.49 4.62 0.462 0.213444
108.85 6.3 0.63 0.3969
110.93 6.32 0.632 0.399424

Dari tabel 2 diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa periode getaran akan dipengaruhi
oleh pertambahan masa. Hal ini sesuai dengan hukum gerak harmonik sederhana yaitu
:

1 2 m
T    2
f  k

Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa suatu masa m yang lebih besar,
dengan inersianya yang lebih besar pula, akan memiliki percepatan yang lebih kecil,
bergerak lebih lambat, dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk satu siklus
sempurna. Sebaliknya, pegas yang lebih kaku (dengan nilai konstanta gaya k lebih
besar), yang memberikan gaya lebih besar pada deformasi (pertambahan panjang) x
tertentu, menyebabkan percepatan lebih besar, laju lebih besar, dan waktu T lebih
pendek persiklusnya.

2. Data percobaan
Tabel 3
masa 110.93 gram
amplitudo 10T sekon T sekon
3 6.36 0.636
4 6.26 0.626
5 6.31 0.631
6 6.2 0.62

Terdapat dua persamaan dalam gerak harmonik sederhana yaitu :

1 2 m  1 k
T    2 dan f  
f  k 2 2 m

12
DISUSUN OLEH :
LAPORAN PRAKTIKUM
EKA MUKTHI F 07632010
HILMI YULIANTO 07632004
FISIKA DASAR
Dari dua persamaan di atas menunjukkan bahwa periode dan frekuensi pada gerak
harmonik sederhana sepenuhnya ditentukan oleh masa m dan konstanta gaya k. Pada
gerak harmonik sederhana periode dan frekuensi tidak bergantung pada amplitudo A.
Untuk nilai-nilai m dan k tertentu, waktu yang diperlukan untuk satu osilasi sempurna
adalah sama entah amplitudonya kecil maupun besar. Nilai A yang lebih besar berarti
bahwa masa mencapai nilai x (perpindahan) yang lebih besar dan mengalami gaya
pemulih yang juga lebih besar. Hal ini akan meningkatkan laju rata-rata benda selama
satu siklus sempurna, ini berlaku sebagai penyeimbang bagi benda yang berjalan pada
jarak yang lebih besar, sehingga sebetulnya terjadi waktu total yang sama.

III. PERCOBAAN III HUKUM OHM

1. Data percobaan
Tabel percobaan 3
data tegangan (V) kuat arus (mA)
1 0.11 1.11
2 0.18 1.79
3 0.235 2.5
4 1.5 15
5 2.27 22.7

Kurva tegangan V terhadap kuat arus I

Curve V thd I

25
2.27; 22.7

20
Tegan gan

15 1.5; 15

Curve V thd I
10

0.235; 2.5
0.18; 1.79
0.11; 1.11
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Kuat arus

12
DISUSUN OLEH :
LAPORAN PRAKTIKUM
EKA MUKTHI F 07632010
HILMI YULIANTO 07632004
FISIKA DASAR
Kesimpulan :

a. Bahwa pada rangkaian seri nilai arus pada rangkaian bernilai sama,
I 1  I R1  I RX  I TOTAL
b. Jumlah total dari tegangan pada rangkaian sama dengan nol.
VS  V R1  V RX
c. Besar nilai arus yang mengalir berbanding terbalik dengan nilai hambatan
V
I 
R

Nilai tahanan Rx yang digunakan adalah sebesar 102.1Ω dan sumber tegangan 3 Volt.

2. Nilai hambatan resistor R1 (rheostat) pada setiap percobaan :

1. VS  V R1  V RX 4. VS  V R1  V RX
3 V = X + 0.11 V 3 V = X + 1.5 V
X = 3 – 0.11 X = 3 – 1.5
= 2.89 Volt = 1.5 Volt
R1 = VR1 / I TOTAL R1 = VR1 / I TOTAL
= 2.89 Volt/1.11 mA = 1.5 Volt/15 mA
= 2604Ω = 100Ω
2. S V R1  V RX
V 
5. VS  V R1  V RX
3 V = X + 0.18 V
3 V = X + 2.27 V
X = 3 – 0.18
X = 3 – 2.27
= 2.82 Volt
= 0.73 Volt
R1 = VR1 / I TOTAL
R1 = VR1 / I TOTAL
= 2.82 Volt/1.79 mA
= 0.73 Volt/22.7 mA
= 1575Ω
= 32.16Ω
3. VS  V R1  V RX
3 V = X + 0.235 V
X = 3 – 0.235
= 2.765 Volt
R1 = VR1 / I TOTAL
= 2.765 Volt/2.5 mA
= 1106Ω

12
DISUSUN OLEH :
LAPORAN PRAKTIKUM
EKA MUKTHI F 07632010
HILMI YULIANTO 07632004
FISIKA DASAR
IV. PERCOBAAN IV PENGUKURAN DAN BESARAN

1. Data alat ukur

data alat ukur


alat ukur nilai skala terkecil nilai ketidakpastian
mistar 0.5 mm 1 mm
jangka sorong 0.5 mm 0.05 mm
mikrometer sekrup 0.5 mm 0.01 mm

Hasil pengukuran

alat ukur mistar


besaran yang diukur nilai terukur dilaporkan lengkap
panjang balok 21 mm 21 ± 1 mm
lebar balok 17 mm 17 ± 1 mm
tinggi balok 15 mm 15 ± 1 mm

alat ukur jangka sorong


besaran yang diukur nilai terukur dilaporkan lengkap
panjang balok 21.10 mm 21.10 ± 0.05 mm
lebar balok 17.75 mm 17.75 ± 0.05 mm
tinggi balok 15.15 mm 15.15 ± 0.05 mm

alat ukur mikrometer sekrup


besaran yang diukur nilai terukur dilaporkan lengkap
panjang balok 21.35 mm 21.35 ± 0.01 mm
lebar balok 17.36 mm 17.36 ± 0.01 mm
tinggi balok 15.20 mm 15.20 ± 0.01 mm

2. Kesimpulan dari percobaan diatas adalah, bahwa semakin kecil nilai ketidak
pastian suatu alat ukur, maka akan semakin akurat hasil pengukuran yang diambil.
Dalam hal ini, hasil pengukuran dengan mistar akan menghasilkan data dengan
tingkat kesalahan yang lebih besar (± 1 mm) dibandingkan dengan data hasil
pengukuran jangka sorong (± 0.05 mm) dan micrometer sekrup (± 0.01 mm)

12
DISUSUN OLEH :
LAPORAN PRAKTIKUM
EKA MUKTHI F 07632010
HILMI YULIANTO 07632004
FISIKA DASAR
V. PERCOBAAN V KINEMATIKA

Diketahui jari-jari roda = 20.5 cm dan keliling lingkaran roda = 1.2874 m

1. Pada 5 detik pertama, roda melakukan gerak rotasi dengan percepatan konstan.
Dimana nilai kecepatan sudut dari roda adalah :

ω = 10 putaran / 5 detik = 2 putaran / detik = 12.56 rad/s

percepatan sudut roda dapat kita hitung dengan menggunakan persamaan:

   0  t

12.56 rad/s = 0 + α5
α = 2.512 rad/s

2. Pada 5 detik kedua, roda bergerak melambat hingga berhenti. Pada saat ini roda
dikatakan mengalami perlambatan. Dengan kecepatan sudut awal = 12.56 rad/s
dan kecepatan sudut akhir = 0 rad/s, maka dapat kita hitung nilai perlambatan roda
tersebut, dalam 5 detik kedua.

   0  t

0 rad/s = 12.56 rad/s + α5


α = -2.512 rad/s

Tanda negatif menunjukkan bahwa roda mengalami perlambatan.

Kelajuan linier dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

s  r
= 0.205 x 10л
= 6.437 m

12
DISUSUN OLEH :
LAPORAN PRAKTIKUM
EKA MUKTHI F 07632010
3. Grafik
HILMI YULIANTO percobaan
07632004
FISIKA DASAR
14

5, 12.56
12

10 4, 10.048 6, 10.048
Kecepatan sudut

8
3, 7.536 7, 7.536
Series1
6
2, 5.024 8, 5.024
4

1, 2.512 9, 2.512
2

0 0, 0 10, 0
0 2 4 6 8 10 12
Waktu

Grafik kecepatan sudut terhadap waktu


4. Kesimpulan: Pada benda tegar semua titik berotasi melalui sudut yang sama pada
waktu yang sama. Karena itu pada setiap saat, setiap bagian dari benda tegar yang
berotasi memiliki kecepatan sudut yang sama. Maka pada saat percepatan sudut
konstan kecepatan sudut mengalami perubahan dengan laju yang homogen
berdasar pada persamaan :

   0  t

Dalam gerak rotasi, sudut yang dinyatakan dalam θ mendeskripsikan posisi


berotasi dari benda dalam radian. Radian adalah sudut pada pusat lingkaran yang
dibentuk oleh busur yang panjangnya sama dengan jari-jari lingkaran. Nilai sudut
(dalam radian) adalah sama dengan s (busur yang terbentuk /kelajuan linier)
dibagi dengan r (jari-jari). Dari definisi tersebut maka didapatkan bahwa dalam
satu putaran penuh (3600 ) terdapat 2л (sekitar 6.28) radian.

1 rev/s = 2л rad/s dan 1 rad ≈ 10 rpm

12
DISUSUN OLEH :
LAPORAN PRAKTIKUM
EKA MUKTHI F 07632010
HILMI YULIANTO 07632004
FISIKA DASAR
VI. PERCOBAAN VI DINAMIKA BENDA TEGAR

1. Dinamika rotasi membahas lebih mendalam lagi tentang apa yang menyebabkan
sebuah benda yang berputar (berotasi), memiliki percepatan sudut? Pada gerak
rotasi beraturan yang dibahas hanyalah tentang tarikan dan dorongan, padahal
untuk menghasilkan gerak rotasi, dibutuhkan juga usaha melingkar atau memutar.
Beberapa hal itu diantaranya adalah torsi dan momentum.
2. Keseimbangan benda tegar adalah suatu kondisi benda dimana penjumlahan
vektor dari gaya-gaya yang bekerja padanya sama dengan nol dan jumlah torsi
disetiap titik adalah nol. Dalam keadaan tersebut benda berada dalam keadaan
diam (tidak ada gerak lurus maupun berputar). Benda seperti ini disebut berada
dalam keseimbangan statik (static equilibrium). Dimana terdapat dua syarat
yang harus dipenuhi agar tercapai kondisi ini yaitu pertama, jumlah vektor gaya-
gaya yang bekerja padanya sama dengan nol,  F  0 . Dan syarat kedua adalah
jumlah torsi akibat seluruh gaya luar yang bekerja pada benda harus sama dengan
nol,    0 .

Kesimpulan dari percobaan:

Titik perpotongan kedua garis normal yang kita buat saat menggantungkan kertas di
dua titik yang berbeda merupakan pusat grafitasi dari kertas. Pusat grafitasi (center of
grafity) dapat didefinisikan sebagai titik dimana torsi dari gaya akibat berat benda
terkonsentrasi. Pada kehidupan nyata, pusat grafitasi digunakan untuk menentukan
letak titik penopang (suspensi) dari suatu benda. Dimana semakin semakin besar
daerah penopang (semakin jauh titik suspensi dari pusat grafitasi), semakin sulit
benda terbalik. Letak ketinggian pusat grafitasi pun dapat mempengaruhi
kesetimbangan benda. Dimana semakin rendah letak pusat grafitasi terhadap bumi,
semakin sulit benda untuk terbalik.

12
DISUSUN OLEH :
LAPORAN PRAKTIKUM
EKA MUKTHI F 07632010
HILMI YULIANTO 07632004
FISIKA DASAR
VII. PERCOBAAN VII SUHU DAN PENGUKURAN

1. Menentukan kalor jenis logam

Pertama kali kita harus mencari nilai air (kapasitas kalor kalorimeter) dengan
menggunakan rumus kekekalan kalor :

Kalor dilepas = Kalor diterima


Qairpanas  Qairdingin  Qkalorimeter
Q  m  c  (T2  T1 )
m p  c p  (T p  Ts )  (C a  C km )(Ts  Ta )

Data-data percobaan :

menentukan kapasitas kalor


kalorimeter
c air 1 kal/g degC
m air dingin 69.5 g
m air panas 65.5 g
T air dingin 26 degC
T air panas 94 degC
T akhir sistem 1 54 degC
m kalori meter 108 g

Dari data tersebut dapat dihitung nilai air kalori meter

65.5 gr . 1 kal/g 0C . (94 0C - 54 0C) = (69.5 gr . 1 kal/g degC + C) (54 0C - 26 0C)

C = 674/28
= 24.07 kal/ 0C

c = 24.07/108
= 0.223 kal/g 0C  kalor jenis kalori meter ≈ kalor jenis alumunium

Dari percobaan pertama didapatkan nilai air kalori meter = 24.07 kal/ 0C. Bila
mengacu pada tabel nilai kalor jenis bahan, maka nilai kalor jenis calorimeter
hampir sama dengan nilai kalor jenis alumunium. Dan memang kalorimeter
terbuat dari bahan alumunium dan beberapa bahan lain sebagai aksesorisnya.
Sebagi referensi, tabel kalor jenis beberapa bahan dapat dilihat dibawah.

12
DISUSUN OLEH :
LAPORAN PRAKTIKUM
EKA MUKTHI F Mencari
07632010 kalor jenis logam
HILMI YULIANTO 07632004
FISIKA DASAR
Data-data percobaan :

menentukan kalor jenis logam


c air 1 kal/g degC
m air dingin 45.67 gr
m logam 6.03 gr
T air dingin 27 C
T logam 68 C
T akhir sistem 2 27.4 C

Dari data-data percobaan dan perhitungan nilai kapasitas kalor kalorimeter maka
nilai kalor jenis logam, dapat kita cari :

6.03 g . c . (68 0C – 27.4 0C) = (45.67 g . 1 kal/g 0C + 24.07 kal/0C) (27.4 0C - 27


0
C)

c = 27.896/244.818
= 0.113 kal/g 0C  kalor jenis logam ≈ kalor jenis besi

2. Nilai kalor jenis logam percobaan hampir mendekati nilai kalor jenis besi. Sebagai
referensi lihat tabel kalor jenis beberapa bahan dibawah ini.

Tabel nilai kalor jenis beberapa bahan


Bahan c (kal/gr 0C) Bahan c (kal/gr 0C)
alumunium 0.215 kuningan 0.092
tembaga 0.0924 kayu 0.41
emas 0.0308 gelas/kaca 0.2
0
besi 0.107 es (-5 C) 0.5
timbal 0.0305 alkohol 0.58
perak 0.056 air raksa 0.033
0
silikon 0.056 air (-5 C) 1

3. Pemuaian benda pejal dan berongga.

a. Jika kedua benda tebuat dari bahan yang sama dengan ukuran yang sama,
maka benda pejal akan mengalami pemuaian volume sedangkan benda
berongga akan mengalami pemuaian luas.

12
DISUSUN OLEH :
LAPORAN PRAKTIKUM
EKA MUKTHI F 07632010Tetapi
HILMI YULIANTO 07632004
FISIKAsetiap
meskipun demikian, DASAR
benda padat, baik yang berongga
maupun tidak, memiliki luas dan volume. Jika kedua benda diperhitungkan
pemuaian volumenya, maka hasilnya akan sama. Hal ini disebabkan
kedua benda tersebut terbuat dari bahan yang sama, dengan koefisien
muai volume yang sama. Pada pemuaian yang diperhitungkan adalah
kenaikan temperatur yang dialami benda dan koefisien muai benda.
Sedangkan bentuk benda tidak diperhitungkan dalam hal ini.

b. Rongga pada benda akan bertambah besar. Karena pada pemuaian benda
berongga, arah pemuaiannya adalah keluar. Hal ini dapat dibuktikan
dengan melakukan percobaan silinder Gravesande. Pada benda berongga
pemuaian yang diperhitungkan adalah pemuaian luasnya (meskipun setiap
benda padat yang memiliki luas, pasti memiliki volume juga). Dimana luas
awal benda akan lebih kecil dibandingkan dengan luas akhir setelah
pemuaian (pemuaian positif). Hal ini akan menyebabkan rongga didalam
benda bertambah besar, linier terhadap perubahan luasan benda. Dibawah
ini adalah hubungan antara koefisien muai panjang, luas dan volume suatu
bahan.

3
    3
2

Dimana
γ = koefisien muai volume
β = koefisien muai luas
α = koefisien muai panjang

12
DISUSUN OLEH :
LAPORAN PRAKTIKUM
EKA MUKTHI
VIII. FPERCOBAAN
07632010
HILMI YULIANTO 07632004
FISIKA DASAR
VIII KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

1. Data hasil percobaan

data percobaan
jari-jari gotri tinggi oli waktu kecepatan
4.43 mm 16 cm 0.61 s 0.262295 m/s
4.43 mm 23.5 cm 0.91 s 0.258242 m/s
4.43 mm 27 cm 1.03 s 0.262136 m/s

Dengan nilai η oli sebesar 40x10-3 Ns/m2 Besar gaya stokes untuk masing-masing
percobaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

F  6    r  v

2. Hasil perhitungan
menunjukkan Gaya stokes percobaan 1 8.76x10-3 N besar gaya stokes
yang bekerja Gaya stokes percobaan 2 8.62x10-3 N pada gotri hampir
sama besar Gaya stokes percobaan 3 8.75x10-3 N untuk setiap
percobaan. Hal ini disebabkan oleh
nilai viskositas oli yang dipakai dalam setiap percobaan adalah sama. Sehingga
meskipun tinggi permukaan oli dari setiap percobaan berbeda-beda, tetapi gotri
akan mengalami gaya hambatan viskositas yang sama. Sehingga mengakibatkan
gotri mengalami kelajuan yang hampir sama dalam setiap percobaan, yang
akhirnya menghasilkan besar gaya stokes yang mendekati sama satu sama lain.
Gaya hambatan viskositas dan gaya keterapungan fluida akan melawan gaya berat
benda. Jika resultan ketiga gaya yang bekerja bernilai nol, maka benda akan
mencapai laju akhir (sampai didasar tabung).

3. Nilai rata-rata gaya stokes dapat kita cari dengan menjumlahkan ketiga hasil
percobaan dan membaginya dengan jumlah percobaan yang dilakukan.

(8.76x10-3 N + 8.62x10-3 N + 8.75x10-3 N) : 3 = 8.71x10-3 N

Jadi nilai rata-rata gaya stokes oli adalah 8.71x 10-3 N

12

You might also like