Professional Documents
Culture Documents
Sosok kyai muda ini sering kali muncul di acara televisi secara langsung yang selalu dihadiri
oleh ribuan massa menjadi ciri khas dan fenomena tersendiri. Beliau adalah K.H. Abdullah
Gymnastiar atau biasa dipanggil Aa Gym, pimpinan pesantren Daarut Tauhid Bandung. Aa
Gym memulai pendidikan formal awal di SD Damar sebuah SD swasta yang kini sudah
dibubarkan. Sekolah ini cukup jauh dari rumahnya, sekitar tiga kilometer. Masa itu, pilihan
satu-satunya ke sekolah adalah berjalan kaki. Menjelang naik ke kelas 3 SD, pindah ke
KPAD Gegerkalong. Aa Gym pun pindah sekolah ke SD Sukarasa 3. Bakat saya mulai
berkembang dan nilai prestasi sekolah pun cukup bagus. Terbukti ketika tamat, beliau terpilih
menjadi ranking terbaik II di sekolah dengan selisih satu nilai saja dibandingkan ranking I. Di
bidang seni, bakat beliau juga berkembang, seperti menggambar dan menyanyi. Sejak itu
pula Aa Gym sering ditunjuk menjadi ketua kelas dan aktif dalam gerakan Pramuka. Jiwa
dagang Aa Gym sudah terbentuk sejak TK, terbawa-bawa hingga di Sekolah Dasar.
Misalnya, beliau pernah menjual petasan yang memang pada waktu itu belum dilarang
seperti sekarang. Alhasil, beliau pernah mendapat teguran dan pengurus DKM masjid.
Namun, pada waktu itu beliau belum begitu mengerti ilmu agama dengan baik. Setelah lulus
SMA dan memasuki kuliah Aa Gym tidak lulus tes Sipenmaru. Aa Gym mencoba daftar ke
Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan (PAAP) Universitas Padjadjaran, yaitu sebuah
program D3 di Fakultas Ekonomi. Alhamdulillah beliau diterima. Namun, kuliah di sini hanya
bertahan selama tahun. Beliau lebih sibuk berbisnis daripada mengikuti kuliah. Teman-teman
kuliah pun lebih mengenal beliau sebagai “tukang dagang”. Selepas PAAP, beliau masuk ke
Akademi Tekhnik Jenderal Abmad Yani (ATA, sekarang Unjani). Kampusnya waktu itu sangat
sederhana karena menumpang di SD Widyawan atau kadang di PUSDIKJAS. Maklum,
karena pemiliknya adalah Yayasan Kartika Eka Paksi milik Angkatan Darat. Selama kuliah di
ATA, beliau mengontrak sebuah kamar di pinggir sawah karena benar-benar ingin melatih
hidup mandiri. Soal prestasi, banyak yang telah diraih. Beliau mengikuti lomba menggambar,
mencipta lagu, baca puisi, sampai lomba pidato. Allhamdulillah, beliau selalu meraih juara,
walaupun yang mengadakannya adalah senat mahasiswa dan kebetulan beliau sendirilah
ketuanya. Selain menjadi ketua senat, beliau juga menjadi komandan resimen mahasiswa
(Mlenwa) di ATA, maklumlah saingan di kala itu sedikit. Kegiatan berbisnis masa kuliah juga
semakin menggebu. Beliau pernah membuat usaha keset dan perca kain. Beliau juga jadi
penjual baterai dan film kamera kalau ada acara wisuda. Aa Gym juga sempat menjadi supir
angkot jurusan Cibeber-Cimahi sekedar menambah pemasukan. Inti dari semua ini, memang
Aa Gym sangat senang untuk membiayai kebutuhan sendiri tanpa menjadi beban siapa pun.
Selain itu, beliau juga melatih diri untuk tidak dibelenggu oleh gengsi dan atribut pengekang
lainnya. Aa Gym telah menyelesaikan program sarjana muda di ATA walaupun belum
mengikuti ujian negara. Berarti, beliau memang tak berhak menyandang gelar apa pun.
Bahkan, sampai saat ini ijazahnya pun belum beliau ambil dari kampus. Memang sesudah itu
ada upaya untuk melanjutkan kuliah sampai S1, terutama karena dorongan teman-teman dan
beberapa dosen yang baik hati. Beberapa kegiatan perkuliahan pun diikuti. Akan tetapi,
setelah menelusuri hati, ternyata hanya sekedar untuk mencari status belaka, dan hal itu tak
cukup kuat untuk memotivasi menyelesaikan kuliah. Mungkin hikmahnya untuk memotivasi
orang yang belum dan tak punya gelar agar tetap optimis untuk maju dan sukses.
Untuk menyempurnakan ibadah dan melaksanakan sunnah, Aa Gym pun menikah. Tepat
dua belas Rabiul Awal tahun 1987 adalah salah satu titik sejarah bagi kehidupan beliau
dengan diucapkannya ijab kabul. Gadis yang menjadi pilihan beliau adalah Ninih
Muthmainnah. Pernikahan yang dilaksanakan di Pesantren Kalangsari, Cijulang,ini dihadiri
oleh banyak ulama karena memang berada di lingkungan pesantren. Beliau menikah dengan
resepsi ala kadarnya. Bahkan, untuk menghemat jamuan bagi tamu, digunakan niru
(nampan) sehingga satu niru bisa menjamu 8 orang sesudah menikah, kami tinggal di rumah
orang tua di Kompleks Perumahan Angkatan Darat (KPAD) Gegerkalong, Bandung. Aa Gym
bertekad untuk memberi nafkah kepada keluarga dengan uang yang jelas kehalalannya.
Jelas tak mungkin rumah tangga akan berkah dan bahagia jika ada makanan atau harta
haram yang dimiliki. Untuk itu, beliau mulai merintis usaha kecil-kecilan. Usaha-usaha yang
beliau rintis antara lain :
1. Buku. Setiap pagi beliau berjualan buku di Masjid al-Furqon, IMP Bandung. Sambil
belajar tafsir dan ilmu hadits di sana, beliau memikul kardus berisi buku-buku agama untuk
dijual. Jadi, sambil menuntut ilmu juga mencari rezeki. Alhamdulillah, usaha kecil inilah yang
menjadi cikal bakal toko buku dan sekarang berkembang menjadi supermarket yang saat ini
sudah dikelola dan diserahkan kepada Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Daarut
Tauhid.
2. Handicraft. Sambil mengajar di madrasah KPAD, beliau membuat hasil kerajinan
bersama anak-anak pada sore harinya. Usaha ini terus berkembang hingga bisa membeli
mesin gergaji. Sejak itu kami banyak menerima order plang nama serta order sablonan. Dari
usaha sederhana inilah kemudian berkembang menjadi usaha percetakan dan penerbitan
buku. Subhanallah, benar-benar semuanya dimulai dari hal yang kecil.
3. Konveksi. Mengingat istri beliau punya keterampilan menjahit, maka untuk menambah
penghasilan keluarga, beliau menabung agar bisa membeli mesin jahit bekas. Alhamdulillah,
order jahitan berkembang dan bisa mengajak beberapa muslimah untuk ikut bergabung.
Kadang seminggu sekali kami berbelanja untuk membeli kain yang dijual kiloan.. Dari
kegiatan dan perjuangan inilah cikal bakal lahirnya usaha konveksi.
4. Mie Baso. Menjual mie baso, inilah pekerjaan yang paling mengesankan. Beliau
mengelola usaha warung baso kecil-kedilan di Perumnas Sarijadi, bekerja sama dengan
pamannya selaku pemilik rumah. Setiap pukul empat subuh beliau sudah pergi ke Pasar
Sederhana untuk mencari tulang karena kuah yang enak harus dicampur dengan sumsum
tulang. Aktivitas berikutnya dilanjutkan dengan menggiling daging untuk bahan baso, dan
pukul sembilan pagi beliau baru bisa melayani pembeli. Karena beliau tak mau ketinggalan
shalat berjamaah, setiap kali adzan, warung baso beliau tinggalkan. Beliau pergi shalat
berjamaah di sebuah masjid yang letaknya agak jauh dari warung, sementara pembeli beliau
tinggalkan dan dipersilahkan memasukkan uang bayarannya ke tempatnya. Memang
tampaknya seperti mengajak pada kejujuran, tapi hasilnya pembeli banyak yang bingung
justru yang sering datang adalah yang mau berkonsultasi. Akibatnya, tak jarang saya baru
bisa pulang ke rumah sekitar jam sembilan malam. Lelah sekali rasanya sementara hasilnya
pun tak seberapa. Rupanya masyarakat tak terbiasa dengan cara baru ini. Belum lagi badan
yang selalu bau baso karena seharian bergulat dengan baso. Yang menyedihkan, ternyata
istri agak mual dan kurang suka mencium bau baso. Akhirnya, tutuplah warung baso ini
dengan segudang pengalamannya.
Menurut Aa Gym seorang wirausahawan sejati sangat dipengaruhi oleh masa kecilnya.
Kalau masa kecilnya selalu dimanja, selalu dimudahkan urusan, selalu ditolong, maka
bersiap-siaplah menuai anak yang tidak berdaya. Oleh karena itu, bagi yang masih muda
jangan bercita-cita melamar pekerjaan, tapi berpikirlah untuk menjadi wirausahawan. Dan
bagi orang tua, tanamkan kepada anak-anak kita jiwa wirausaha sejak dini. Didik anak-anak
agar mandiri sejak kecil. Latih anak-anak kita untuk selalu bertanggung jawab terhadap apa
yang dia lakukan. Orang tua yang memanjakan anak-anak mereka dengan memberikan
segala keinginannya maka akibatnya akan kembali juga kepada orang tua. Beliau pun
sempat berjualan semenjak di bangku TK dengan menjual jambu tetangga. Begitu juga ketika
di bangku SD dan SMP. Dengan demikian, ketika selesai kuliah, sudah hafal bagaimana cara
“bangkrut efektif”, bagaimana “tertipu optimal”, dan bagaimana usaha bisa remuk. Selesai
kuliah, ijazah tidak diambil sehingga sampai sekarang saya tidak tahu ijazah saya seperti
apa. Namun, dengan izin Allah tidak kurang rezeki sampai sekarang. Mencoba mengurus
pesantren dengan jiwa wirausaha jadilah pesantren Daarut Tauhid seperti sekarang ini. Hal
ini benar-benar membuat sebuah keyakinan bahwa jikalau jiwa kewirausahaan tertanam
sejak awal pada diri kita, kita tidak akan pernah takut dengan apa pun. Karena itu, kalau saja
bangsa ini dikelola oleh orang-orang yang berjiwa wirausaha, tidak ada satu pun yang perlu
kita takuti dan krisis ini. Hal yang paling tak enak didengar beliau adalah kalau ada yang
bertanya, “Berapa sih tarifnva kalau manggil Aa Gym ceramah?” Duh, rasanya sedih sekali
dengan pertanyaan seperti itu. Alhamdulillah, bagi beliau berdakwah adalah panggilan
kewajiban atas amanah ilmu yang ada. Bisa menyampaikan ilmu saja sudah merupakan
rezeki yang luar biasa. Kalaupun ada yang berterima kasih, itu karunia Allah yang tak
diharapkan, mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi banyak pihak. Itulah sebabnya beliau
berusaha sekuat tenaga agar memiliki penghasilan sendiri. Apalagi sesudah regenerasi di
Yayasan Daarut Tauhid sehingga beliau lebih leluasa dan sungguh-sungguh untuk
membangun MQ Corporation, usaha pribadi yang beliau harapkan menjadi sumber rezeki
yang halal serta mencukupi untuk keluarga dan biaya dakwah, sehingga dapat menghindari
fitnah dan tak menjadi beban bagi umat. Selain itu juga bisa membuktikan bahwa bisnis
berbasis moral sangat memungkinkan untuk maju, bermutu, dan bermanfaat banyak. Hal ini
juga menjadi laboratorium saya untuk berlatih mengelola bisnis yang profesional sebagai
bahan untuk berdakwah dan tentunya juga membuat lapangan kerja yang lebih luas bagi
masyarakat, khususnya para tetangga, kaum dhuafa, dan orang-orang cacat. Bagi beliau
usaha yang ditekuni adalah sarana bagi teman-teman yang memiliki rezeki berlebih dan ingin
usaha yang halal dan maslahat, untuk bergabung dalam sistem bagi hasil. Oleh karena itu,
dan setiap keuntungan, selain disisihkan untuk zakatnya juga dikeluarkan biaya pendidikan
bagi saudara kita yang dhuafa agar bisa maju bersama-sama. Alhamdulillah dengan
didukung oleh tim yang berakhlak baik, konflik menjadi minimal dan kebocoran pun nyaris
nihil. Bahkan, sesudah kemampuan pengelolanya dikembangkan, kinerja perusahaan kian
baik dan professional. Dulu beliau berpikir pas-pasan, yaitu pas butuh ada. Tapi kini beliau
berpikir sebaliknya. Beliau ingin menjadi orang kaya yang melimpah rezekinya serta halal dan
berkah. Mudah-mudahan menjadi contoh bagi orang yang mau kaya dengan tetap taat
kepada Allah. Dan juga supaya orang tak memandang sebelah mata karena menganggap
kita butuh terhadap kekayaan mereka. Di samping itu juga diharapkan bisa sedikitnya
memberi contoh bagaimana memanfaatkan kekayaan di jalan Allah. Semoga terpelihara dari
fitnah dunia karena memang luas dunia ini amat menggoda dan melalaikan.
Kebanyakan orang selalu meributkan modal berupa finansial, padahal menurut beliau
modal itu adalah: Pertama, keyakinan kepada janji dan jaminan Allah. Kedua, kegigihan
meluruskan niat dan menyempurnakan ikhtiar. Ketiga, menjadi orang yang terpercaya
(kredibel). Kredibel berarti sikap yang selalu jujur dan terpercaya, selalu berusaha melakukan
yang terbaik dan memuaskan, serta selalu berusaha mengembangkan ilmu, pengalaman,
wawasan, sehingga bisa tampil kreatif, inovatif dan solutif. Percayalah bahwa sebelum kita
lahir, rezeki sudah lengkap disiapkan oleh Allah Yang Mahakaya. Kita hanya disuruh
menjemputnya, bukan mencarinya. Yang harus diperoleh justru keberkahan dari jatah kita.
Dan semua itu akan datang kalau kita bekerja di jalan yang diridhoi oleh Allah Swt. Adapun
keuntungan bukan hanya berupa uang, harta, kedudukan, atau aksesoris duniawi lainnya.
Bagi beliau, keuntungan itu adalah ketika bisnis yang dilakukan ada di jalan Allah, bisnis kita
jadi amal shaleh yang disukai Allah, dan menjadi jalan mendekat kepada-Nya. Nama baik kita
terjaga, bahkan menjadi personal guarantie. Dengan bisnis kita bertambah ilmu, pengalaman,
dan wawasan, dengan bisnis bertambahnya saudara dan tersambungnya silaturahmi, dan
dengan bisnis kita semakin banyak orang yang merasa beruntung.
Jadi, walaupun keuntungan finansial tak seberapa didapat atau bahkan tak
mendapatkannya, apabila keuntungan seperti di atas sudah didapatkan, beliau tetap merasa
sangat beruntung. Beliau yakin pada saatnya Allah akan memberikan keuntungan dunia yang
sesuai dengan waktu dan jumlahnya dengan kadar kebutuhan dan kekuatan iman beliau.
Berbisnis bagi Aa Gym bukan sekedar urusan duniawi. Jika bisnis dijalankan dengan
cara yang salah hanya akan melahirkan kerakusan dan ketamakkan manusia. Sebaliknya
bisnis yang dijalankan dengan niat dan cara yang benar adalah ibadah yang besar sekali
pahalanya, karena dengan mengokohkan harga diri bangsa. Seperti disampaikan beliau
dalam sebuah kesempatan, bahwa perekonomian yang kuat akan berimbas pada tingkat
kesehatan yang baik, sehingga akan meningkatkan kemampuan untuk berkarya dengan
mengakses ilmu lebih banyak, hingga melahirkan sebuah bangsa yang cerdas.
Visi Aa Gym dalam membantu Pesantren Daarut Tauhid sekaligus dengan beragam
kegiatan bisnisnya, tidak lepas dari konsep dasar pendidikan di pesantren ini menyatukan
antara dimensi dzikir, fikir dan ikhtiar. Dimensi dzikir ini sangat menekankan pada keikhlasan
dan penyerahan diri kepada Tuhan. Hal ini merupakan sisi penyeimbang hidup, dimana kita
dituntut untuk senantiasa menyempatkan waktu, untuk berkontemplasi dan menjadikan setiap
detik kehidupan kita bergantung kepada Tuhan. Dimensi fikir menegaskan pentingnya
rasionalitas dalam setiap tindakan kesehatian kita, sehingga setiap langkah merupakan
bagian dari perencanaan yang matang. Sementara dimensi ikhtiar menunjukkan pentingnya
etos kerja, melalui hidup penuh kesungguhnya dan kerja keras tanpa kenal putus asa. Ketika
dimensi tersebut jika dilakukan secara sinergis akan melahirkan pribadi yang unggul dan
tangguh dengan tetap dilandasi oleh nilai kearifan.
Kunci kesuksesan Aa Gym dalam menjalankan roda bisnis di pesantrennya, hingga
telah berkembang menjadi 24 bidang usaha dalam 12 tahun, terletak pada pembangunan
kredibilitas para pengelolanya yang meliputi tiga aspek utama yaitu, nilai kejujuran,
kecakapan (profesionalisme), dan inovatif. Nilai kejujuran yang diajarkan meliputi ketepatan
dalam menepati janji, manajemen waktu, memiliki fakta dan data yang jelas, terbuka,
kemampuan mengevaluasi, rasa tanggung jawab dan pantang putus asa.
Kecakapan dalam berbisnis ini selain diperlukan pendidikan yang penting juga
adalah pelatihan nyata. Seperti ditulis oleh Syafi’i Antonio dalam artikelnya yang
menceritakan tentang riwayat Rasulullah yang telah mendapat pendidikan entrepreneurship
sejak usia 12 tahun, ketika bersama pamannya Abu Thalib melakukan perjalanan bisnis.
Pada usia 17 tahun Beliau telah diberi tanggung jawab untuk mengurus seluruh bisnis
pamannya, dan mulai merasakan persaingan dengan para pedagang yang lebih professional.
Menginjak usia 25 tahun Beliau mendapatkan dukungan finansial dari konglomerat setempat
Siti Khadijah yang kemudian menjadi istri Beliau.
Nilai yang ketika yang dikembangkan Daarut Tauhid yang juga dikenal dengan
bengkel akhlak ini adalah inovatif. Beberapa aspek pendidikannya antara lain melatih jiwa
progressive, dengan menjadikan perubahan ke arah yang lebih baik sebagai kewajiban
massal, mengadakan studi banding, melakukan pelatihan-pelatihan dan senantiasa
memberikan rangsangan untuk melahirkan sikap kreatif dan inovatif.
Ketiga nilai tersebut telah dilakukan secara integral di Daarut Tauhid. Bisnis bagi Aa
Gym akan terasa hambar jika nilai-nilai moral dikesampingkan, hanya akan menjadi materi
sebagai dewa yang dikejar dan diagung-agungkan, dan akhirnya akan melahirkan jiwa-jiwa
Brutus di setiap pelaku bisnis.
Aspek-aspek modal dalam bisnis sebetulnya telah diajarkan oleh Rasul jauh 15 abad
yang lalu, lewat sifat-sifat kerasulan yang dimiliki Beliau yaitu sidiq (benar), amanah
(terpercaya), fathonah (cerdas) dan tabligh (komunikasi). Nilai-nilai moral ini bersifat general
truth, melintasi batas waktu, agama dan budaya. Jika disinergikan dengan strategi bisnis
yang tepat akan mampu membangun kepercayaan konsumen yang kuat. Kepercayaan
konsumen ini merupakan aset yang tidak ternilai.
Kepemimpinan yang berkembang umum di kalangan pesantren pada umumnya
masih tradisional, kyai sentries, komando tunggal, dan iklim demokrasi kurang berkembang
sehingga seringkali timbul blind faith di kalangan santri. Fungsi manajemen yang dijalankan
pun kurang mendapat sentuhan bahkan cenderung diabaikan. Pola kepemimpinan Darut
Tauhid tidak lagi menempatkan figur sebagai sentral. Aa Gym sebagai pemimpin pesantren
hadir hanya karena nilai khusus yang dimilikinya. Meminjam istilah Max Webber, pola
kepemimpinan yang lahir seperti ini karena otoritas karismatik. Kepemimpinan di Daarut
Tauhid telah menerapkan system pendelegasian kerja, sebagai pengalihan wewenang formal
manajer kepada bawahannya. Pemimpin diajarkan untuk memiliki sikap rendah hati dan mau
melayani, seperti pernah dikemukakan oleh A.M. Mangunhardjana SJ. Bahwa pada intinya
pemimpin adalah tugas pengabdian mereka menjalankan the golden rule of leadership yaitu
knows the way, shows the way and goes the way. Dari sisi manajemen Daarut Tauhiid telah
menerapkan system lebih dari hanya sekedar menerapkan sistem manajemen modern.
Dimana sistem manajemen modern. Dimana sistem manajemen yang berkembang saat ini
tidak menjadikan manusia hanya objek pelaku agar materi dan kapital semakin produktif, tapi
juga telah melahirkan aspek-aspek spiritual dan emosi dalam pemikiran manusia. Covey
sendiri dalam hal ini telah melakukan terobosan baru dengan mengemukakan gagasannya
tentang manajemen berbasis kepentingan yang kental dengan nuansa religius.
Daarut Tauhid sendiri menerapkan inti manajemen dan kepemimpinan sekaligus
dalam konsep Manajemen Qolbu (MQ) yang ditawarkannya. Dalam MQ hati adalah fakultas
utama dalam diri manusia yang sangat menentukan kualitas manusia itu sendiri, jika
dimanajemeni dan dipimpin dengan benar akan melahirkan manusia paripurna dalam
kehidupan dunia dan akhirat.
Dalam kesehariannya Daarut Tauhid tidak pernah merengek-rengek meminta
sumbangan, apalagi dengan menjaring dana di pinggir jalan. Dilihat dari fasilitas dan asset
Daarut Tauhid termasuk pesantren yang maju dalam waktu singkat. DT pada awalnya hanya
dikenal sebagai bengkel akhlak tetapi sekarang lebih menonjol di bidang ekonomi. “Memang
kami memiliki strategi tersendiri, oleh karena itu visi dan misi Daarut Tauhid sendiri harus
dikenali dahulu. Secara garis besar kami ingin membentuk SDM yang memiliki keunggulan
dalam zikir, fikir dan ikhtiar, suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan,” demikian penuturan
Abdullah Gymnastiar.
Dzikir, fikir dan ikhtiar ini merupakan konsep dasar dari MQ yang diajarkan sehari-
hari melalui hal-hal kecil. Untuk menerapkan Daarut Tauhid sendiri memiliki lima aturan dasar
pelatihan kepada para santrinya yang juga merupakan bagian dari roda perekonomian Daarut
Tauhid. Pertama, seorang santri dilatih untuk berfikir keras, mengenal diri dan potensinya
sehingga ia mampu mengenal kekurangan diri lalu memperbaikinya dan menempat dirinya
secara optimal. Kedua, mereka dilatih untuk mengenal situasi lingkungannya sehingga bisa
mendapatkan manfaat dari lingkungannya secara optimal sekaligus memberikan manfaat
balik kepada lingkungan secara professional. Ketika, mereka dilatih untuuk membuat suatu
perencanaan yang matang, sehingga segala sesuatunya berjalan dalam jalur yang telah
disepakati. Keempat, mereka dilatih untuk mengevaluasi setiap hasil karya mereka,
bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan dan senantiasa meningkatkan kinerja
mereka. Kelima, ciri SDM yang akan dibentuk adalah yang unggul dalam berikhtiar.
Kombinasi ibadah yang bagus, strategi hidup yang tepat dan ikhtiar dengan bersungguh-
sungguh akan menjadikan hidup sebagai mesin penghasil karya.
Pola MQ sampai sejauh ini telah menghasilkan SDM yang unggul, hal ini terbukti
dari berkembangnya perekonomian di lingkungan Daarut Tauhid dan meningkatnya
kepercayaan masyarakat terhadapnya, diantaranya dengan kepercayaan untuk mengadakan
pelatihan dan pendidikan manajemen untuk para eksekutif di PT Telkom, BNI, IPTN dan PT
Kereta Api Indonesia. Mereka tertarik dengan konsep manajemen Daarut Tauhid karena
diyakini mampu meningkatkan etos kerja dan menurunkan tingkat penyelewengan kerja,
seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
ALIM MARKUS
PENEMBAK BURUNG GRUP MASPION
Maspion dan Alim Markus adalah dua nama yang tak terpisahkan. Di Jawa Timur,
orang mengenal nama Maspion sebagai kelompok usaha besar, yang menjamah berbagai
bidang usaha: industri peralatan rumah tanga, elektronik, perbankan, real estate hingga
perbisida. Sedangkan Alim Markus dikenal sebagai Presiden Direktur Grup Maspion, yang
mampu melambungkan nama Maspion sebagai salah satu kelompok usaha yang paling
bersinar di Jawa Timur. Perkembangan Grup Maspion yang makin pesat belakangan ini
memang tidak lepas dari sentuhan tangan dan kegigihan Alim Markus. Pria berperawakan
sedang ini rela mengorbankan pendidikan dan masa kecilnya untuk mulai berkiprah di dunia
bisnis. “Saya hanya mengenyam pendidikan sampai kelas dua SMP karena keburu
membantu usaha orang tua,” menurut Markus. Ya, pada usia 15 tahun, sebagai anak tertua
Alim Markus, lelaki yang kini berusia 44 tahun itu diminta untuk membantu bisnis
keluarganya, PT Logam Djawa – produsen peralatan rumah tangga sederhana yang terbuat
dari alumunium, seperti panci dan wajan. Mulailah Remaja cilik Markus meninggalkan
pendidikan formal di Sekolah, dan memasuki ajang pendidikan yang lebih luas: dunia bisnis.
Ia keluar masuk pasar dan toko untuk menjajakan barangnya. Bertemu dengan berbagai
macam orang, dengan karakternya yang beragam. Dari pergaulan itulah ia menimbah ilmu
yang tidak pernah diajarkan di Sekolah. Selain itu, karena merasa pendidikan formalnya
kurang, Markus pun mau bersusah payah menambah ilmu di sela-sela kesibukannya
menjalankan roda usaha. Ia mengambil berbagai kursus. “Pengetahuan saya dari Sekolah
kan sangat minim, mau nggak mau saya harus belajar sendiri,” ujarnya. Maka, ia pun sibuk
belajar akuntansi, bahasa Inggris dan Jepang – belakangan ia juga belajar bahasa Korea dan
Jerman. Karena perusahaannya masih kecil, Markus pun kemudian menjelajah berbagai
aspek dalam pengelolaan usaha. Selain menangani pemasaran dan distribusi, ia pernah
menjadi kasir, pemegang buku, dan pekerjaan lainnya. “Karena saya membantu perusahaan
sejak kecil sampai besar, maka saya mengalami semua seluk beluk perusahaan,” kata
Markus. Berkat gemblengan masa lalunya, hingga kini Markus selalu ingin mengetahui
bagaimana perkembangan bisnisnya. Jadi, misalnya, ketika berjalan-jalan di pabrik, ia bisa
tahu berbagai proses produksi yang dijalani. Ia memang ingin mengetahui segala sesuatunya
secara rinci. “Kita harus mengetahui dan menguasai semua bidang pekerjaan,” kata Markus.
Tapi, itu tidak berarti dengan mengetahui secara mendalam semuanya lalu Markus
mengerjakan sendiri. “Sebagai pimpinan kita harus bisa Mendelegasikan wewenang,”
tuturnya. Cuma ia punya sikap yang jelas, Mendelegasikan wewenang adalah suatu
keharusan, tapi dia tetap harus tahu secara rinci. “Kan banyak pengusaha yang bersikap,
‘Ngapain saya tahu secara detail, saya serahkan saja kepada orang sudah cukup.’ Nah, yang
seperti itu bukan pengusaha betul. Kita boleh mengetahui, tapi jangan dikerjakan sendiri.
Kalau dikerjakan sendiri, kapan selesainya dan kapan memimpin orang lain.” Agaknya,
keterlibatan total Markus dalam pekerjaannya itulah yang membuat perusahaan keluarga
Alim terus berkembang. Keinginan Markus untuk maju juga kian menggebu-gebu. Seiring
dengan perkembangan usaha, Markus makin rajin menimbah ilmu dari berbagai sumber:
mulai dari kursus-kursus (kalau perlu ke luar negeri) hingga berbagai seminar, dan pergaulan
dengan kalangan bisnis. Ia pun kerap menyerap gagasan dari berbagai buku yang
dibacanya. Kenapa Markus demikian bersemangat menempah diri? “Orang yang tanpa
pengetahuan tidak akan menjadi profesional,” kata Markus. Tapi, pengetahuan saja dianggap
tidak cukup. Profesional saja masih kurang. Harus ada faktor lain, yakni punya kemauan
keras, disiplin, dan ketekunan. “Kalau punya kemauan keras tapi gampang putus asa, itu
tidak betul, harus tekun dan langgeng. Kemauan keras tapi tidak disiplin, itu juga salah. Dan
yang tak kalah penting kemampuan membawahkan (leadership),” kata Markus,
membeberkan kiatnya memimpin Maspion. Belajar sambil berbisnis itulah yang
menempahnya hingga cepat matang. Tak heran jika dalam usia yang masih cukup muda, 30
tahun, Alim Markus pun tampil sebagai Presdir Grup Maspion, menggantikan posisi ayahnya
pada 1980. Ketika itu, nama Logam Djawa tidak lagi “berbunyi”, karena sejak 1971 Markus
bersama ayahnya mendirikan PT Maspion Plastic & Metal Manufacturing. Sejak itu nama
Maspion berkibar, dikenal sebagai produsen alat-alat rumah tangga yang terbuat dari plastik
dan alumunium. Di industri plastik, yang dihasilkan Maspion bukan Cuma rantang atau
termos dan berbagai macam peralatan rumah tangga lainnya, tapi juga pipa PVC. Bahkan
lebih ke hulu lagi, masuk ke produk bijih plastik. Demikian pula di alumunium, yang dihasilkan
bukan lagi panci-panci sederhana, tapi dengan bahan yang lebih baik, stainless steel dan
peralatan rumah tangga berlapis Teflon, serta aluminium untuk konstruksi. Kini, puluhan
perusahaan bernaung di bawah bendera Maspion – kepanjangan nama Mas Pionir.
Karyawannya yang tersebar di tiga lokasi pabrik (Maspion Unit I, II dan III) ada 20.000 orang.
Untuk memimpin perusahaan sebesar itu, Markus dibantu adik-adiknya: Alim Mulia Sastra,
Alim Satria, dan Alim Prakasa. Seperti diketahui, Grup Maspion dibagi dalam beberapa divisi.
Dan di setiap divisi, Markus berduet dengan salah satu adiknya. Misalnya, di Indal
Alumunium Industry, penghasil peralatan rumah tangga dan berbagai jenis produk alimunium
lainnya, Markus bersama Prakasa tampil sebagai pemimpin. “Kalau saya tidak ada, misalnya
sedang keluar negeri, maka yang menangani perusahaan ya Pak Markus,” kata Prakasa.
Saudaranya yang lain hanya sebatas pemegang saham. “Saham yang dimiliki sama
besarnya, hanya saya yang lebih tinggi 5% di bandingkan adik-adik saya untuk setiap
perusahaan Grup Maspion,” kata Markus. Dengan pembagian wewenang seperti itu, proses
pengambilan keputusan bisa cepat. Misalnya, kalau ada usul untuk mengembangkan usaha
di Indal, maka yang berbicara cukup Markus dengan Prakasa. Jika keduanya sepakat,
rencana pun dijalankan. Jika tidak, maka perbedaan yang muncul di bawa ke rapat setiap
Senin. Rapat yang diselenggarakan di kantor pusat Grup Maspion ini – di Jalan Kembang
Jepun, Surabaya – juga dihadiri oleh pemegang saham mayoritas (50%) Grup Maspion, Alim
Husein. Di situlah keluarga Alim (Alim Husein, Alim Markus, Alim Mulia Sastra, Alim Satria,
Alim puspita dan Alim Prakasa) membicarakan berbagai hal penting yang menyangkut
perkembangan Maspion. Bagi Prakasa, peran paling penting dari Markus dalam
pengembangan bisnis Maspion adalah penataan sistem manajemennya yang dilakukan pada
tahun 1980-an. “Pak Markus sangat memperhatikan penataan ini, mulai dari sistemnya
hingga pengadaan perangkat komputer pada tahap awal pengembangan perusahaan,” kata
Prakasa, yang baru terjun ke bisnis setelah meraih gelar MBA dari Kanada. Dalam
mengembangkan usaha, Markus sangat selektif memilih mitra bisnis. “Kami selalu memilih
mitra bisnis yang terbaik di bidangnya,” kata Markus. Umpamanya, Maspion menggandeng
Du Pont (Amerika Serikat) yang memiliki teknologi Teflon – kemudian melebar ke industri
agrokimia. Dan bermitra dengan Samsung (Korea Selatan) Maspion masuk ke industri
elektronik dan electric home appliance, seperti kipas angin dan Setrika. Contoh lain, Raksasa
Marubeni diajak bermitra untuk menghasilkan produk antikarat. Ketika membidik industri
melamin, Maspion memilih mitra dari Thailand. “Peralatan makan melamin yang dihasilkan
perusahaan Thailand itu paling tinggi mutunya di dunia,” kata Markus. Dengan memilih mitra
yang paling menonjol prestasi teknologi atau penguasaan pasarnya, Maspion akhirnya
mampu menghasilkan produk dengan kualitas tinggi. Itu sebabnya, pesanan dari
mancanegara mengalir ke Maspion. Sebuah jaringan toserba di AS, misalnya, memesan
peralatan masak yang khusus dipasarkan di Negara Paman Sam itu – Master Cuisine 9000.
Maspion kini sudah besar. Dan itu terjadi karena strategi ekspansi yang diterapkan
Markus cukup mengena. “Kami menganut falsafah kalau kami menanam padi, hasilnya pun
padi. Kalau kami menanamnya banyak, hasilnya juga banyak,” kata Markus. Jelas, bahwa di
bawah kepemimpinan Markus, Maspion akan terus melakukan ekspansi, baik yang masih
berkaitan dengan bisnis yang kini ditangani, atau sama sekali bidang usaha baru. Jangan
tanyakan apa bisnis inti Grup Maspion. Sebab, bagi Markus, “Core business adalah bisnis
yang bisa dikuasai.” Jadi, semua usaha yang dimasuki Maspion adalah bisnis inti. “Konsep
saya lain. Kalau kami bisa bersaing dengan orang lain, itulah bisnis inti kami. Jadi, tak berarti
saya hanya terjun ke satu industri, tanpa mengembangkan yang lain,” tuturnya serius.
“Namanya usaha, ya segala bidang kami masuki,” ujarnya lagi. Bagi Markus, pengembangan
usaha adalah hal yang perlu terus menerus dilakukan. Ibarat menanam pohon, kalau hanya
bisa menanam lima pohon, lima itulah yang dipelihara sehingga manjadi besar. Setelah
berbuah, tanam lagi pohon lain agar pohon yang ada di lahan usahanya bisa berkembang
terus. “Dan di bidang itu kami harus menjadi market leader,” katanya. Itu dibuktikan dengan
penguasaan pasar plastik peralatan rumah tangga nasional sebesar 30%, pipa PVC 40%,
dan alumunium sheet 80%. Namun Markus juga sangat menekankan bahwa dalam
pengembangan bisnis tidak perlu serakah. Sebab, kalau serakah, bisa diibaratkan, “Kita ingin
menanam pohon sebanyak-banyaknya, tapi kewalahan menyirami dan memupuknya,
sehingga hasilnya menjadi jelek.” Dalam menangkap peluang bisnis. Markus
mengumpamakan seperti memburuk burung. Dan sebagai pemburu peluang, senjata utama
pengusaha adalah permodalan. “Tanpa modal, kan tidak mungkin menjalankan usaha. Modal
ini pun harus diakumulasikan, karena dengan modal kecil, usaha yang bisa dimasuki juga
kecil,” kata Markus. Sedangkan kemampuan manajemen diibaratkan sebagai kemahiran
menembak. “Kita harus aktif. Peluang usaha adalah burung yang harus dikejar,” ujarnya.
Nah, dalam memburu peluang itu, ketepatan waktu juga penting. Sebab, kalau tidak tepat,
misalnya membidik terlalu lama, bisa saja tiba-tiba burung tersebut terbang dan kesempatan
pun menghilang. “Harus punya keberanian untuk menembak pada saat yang tepat,” kata
Markus. Dalam bekerja, semangat efisiensi sangat mewarnai gaya kerja dan penampilan
Markus. Ruang kerjanya, misalnya, tidak terlalu besar dan transparan dengan dinding dari
kaca tebal. Orang yang lalu lalang di depanya akan mengetahui apakah Markus ada di
ruangan atau tidak. Apalagi pintu ruang kerjanya selalu terbuka. Semangat keterbukaan?
Tidak persis dimaksudkan begitu. Yang diutamakan efisiensi. “You buka pintu saja sudah
kehilangan waktu sekian detik. Kan sayang. Biarkan saja pintu terbuka, toh tidak ada
nyamuknya,” kata Markus. Ia pun tidak khawatir gerak-geriknya terlihat oleh bawahannya.
“Kalau sama karyawan tidak apa-apa. Tamu kan tidak akan nyelonong begitu saja karena
sudah sering di bawah. Sekretaris saya pun bisa menghadap orang sembarangan,” kata
Markus. Kepercayaan Markus pada “filternya” memang tidak belebihan. Begitu masuk ke
kantor pusatnya di lantai pertama, orang akan segera berhadapan dengan petugas yang
akan menanyakan maksud kedatangan orang itu. Jika diizinkan bertemu dengan bos
Maspion, tinggal naik tangga ke lantai dua, dan akan berhadapan dengan empat, ya empat
sekretaris Alim Markus. “Sekretaris saya memang empat. Tapi semuanya efisien, bekerja
penuh. Coba you lihat kalau masuk ke kantor saya, tidak ada orang yang membaca koran.
Semua bekerja,” kata Markus. Tidakkah pekerjaan para sekretaris itu bertabrakan satu sama
lain? “Tidak. Pekerjaan kami terbagi dalam beberapa masalah. Apalagi Maspion kan
perusahaan besar, ada puluhan perusahaan, sehingga permasalahan pun banyak,” kata
Wati, yang mengurus bidang umum. Sedangkan untuk urusan jadwal kegiatan Markus,
Catherine yang mengatur. Begitulah, jika di luar kantor, atau sedang melaju di atas mobilnya,
Markus tinggal mengecek kepada Catherine, apakah ada orang yang mencarinya. Jika ada,
ia tinggal menghubunginya. Atau menanyakan persoalan yang mesti diselesaikan pada
sekretaris lain jika menyangkut bidang usaha yang dibawahinya. Soal real estate, misalnya,
akan langsung berhubungan dengan Setyowati.
Markus, efisien menggunakan waktunya. Setiap hari, bangun pukul 5.00, lalu segera
meluncur ke lapangan golf. Dari tempat olah raga, ia tidak balik ke rumah. “Saya mandi dan
sarapan di tempat golf, dan langsung ke kantor,” kata Markus. Sebelum pukul 08.00 Markus
sudah tenggelam dalam urusan kantor hingga sore hari. Karena itu, sepulang kerja, waktunya
dicurahkan untuk keluarga. Markus pantang membawa pekerjaan ke rumah. Demikian pula
isterinya, Srijanti, sama sekali tidak pernah menjamah atau merecoki pekerjaan suaminya
atau urusan kantor. Jadi, setelah pulang dari kantor, di rumah waktu Markus dihabiskan untuk
keluarga, dengan sang isteri dan dua anaknya yang masih kecil. Lima anaknya yang lain
bersekolah di Singapura. Praktis rumah di atas lahan seluas 1.800 meter persegi luas
bangunannya sekitar 250 meter persegi yang ditata apik itu terasa lengang. Dengan 47
pabrik dan 20.000 karyawan, sebenarnya Maspion dan keluarga alim sudah boleh disebut
sukses. Toh, Alim Markus masih merasa bisa mengembangkan kelompok usahanya untuk
menjadi lebih besar lagi. Di benaknya sudah tergambar “peta” perkembangan yang akan
ditempuh dalam 5 – 10 tahun mendatang. “Jika disituasi ekonomi dan politik tetap stabil
seperti sekarang, kami bisa terus berkembang dan menampung tenaga kerja sampai 50.000,”
ujarnya. Impian yang cukup “berani”. Soalnya, jangankan mengurus karyawan puluhan ribu,
mengelola karyawan yang jumlahnya ratusan saja bisa bikin kelenger.- apalagi kalau muncul
aksi mogok. Maspion pun pernah merasakan bagaimana kacaunya situasi ketika para
pekerja mogok pada tahun 1993 lalu.
Jika di perusahaan lain tuntutan utama pemogokan biasanya menyangkut
penyesuaian upah atau gaji, di Maspion lain, karena tingkat upah di kelompok perusahaan ini
memang selalu di atas upah minimal yang ditetapkan Pemerintah. Justru karena upahnya
yang sudah lumayan itulah, Maspion terhindar dari pemogokan. Ketika aksi mogok merebak
di Surabaya, seorang pejabat di sana menunjuk Maspion sebagai contoh perusahaan besar
yang tak pernah dilanda pemogokan, dan meminta pengusaha di Surabaya mencontoh
Maspion. Markus ingat persis omongan pejabat itu diucapkan pada bulan Juni 1993. “Eh, tak
tahunya pada bulan Juli karyawan Maspion mulai mogok,” kata Markus. Yang menyulut
pemogokan, menurut Markus, karena persoalan normatif. Para karyawan meminta agar
pimpinan pabrik salah satu unit usahanya dipecat. Alasannya, kepala pabrik tersebut terlalu
singkat memberi waktu istirahat, Cuma 39 menit, yang dinilai para karyawan tidak cukup
untuk dipakai makan siang dan sembahyang. Apalagi jika hari Jum’at, karyawan harus
pontang-panting makan dan sholat Jum’at. Telat sedikit, mereka disemprot pimpinan, lengkap
dengan ancaman pemecatan. Situasi itulah yang membuat karyawan mangkir kerja. Markus
akhirnya mencopot pimpinan pabrik yang sok kuasa itu, dan memutasikannya ke bagian lain.
Ternyata kejadian itu diikuti oleh karyawan bagian lain. Mereka merasa mendapat angin
mogok dan meminta pimpinan yang tidak disukai dipecat. Sialnya, ketika aksi mogok digelar
terjadi kebakaran di tiga pabrik, “Di Maspion unit 1 kan ada 15 pabrik, yang mogok itu empat
pabrik,” kata Markus. Permintaan para karyawan untuk memecat atasannya masing-masing
di pabrik kedua, ketiga, dan keempat, ditampik Markus. Ia meminta supaya perselisihkan
antara karyawan dan pimpinannya diselesaikan secara hukum. “Siapa yang merasa
dirugikan, silakan melapor ke Depnaker atau melalui kepolisian dan ke pengadilan,” kata
Markus. Kejadian itu memberi hikmat kepada Markus untuk lebih memperhatikan aspek
nongaji karyawannya. Markus, kini setiap Sabtu sore 200 – 300 karyawan Maspion Unit 1
diangkut untuk berolahraga; senam atau lari atau pertandingan antarpabrik. “Mereka
berolahraga dan kami menghitung waktu olahraga itu sebagai lembur,” kata Markus. Saat
berolahraga itulah, kebersamaan karyawan dengan pimpinannya digalang. Energi para
karyawan yang masih muda-muda pun tersalur secara positif.
APA YANG DIPERLUKAN UNTUK MENGHADAPI
KEGAGALAN
”Tidak ada apapun di dunia ini yang bisa menggantikannya. Bakatpun tidak;
Banyak sekali orang berbakat yang tidak sukses. Kejeniusanpun tidak; Jenius
yang tidak sukses sudah hampir menjadi olok-olokan. Pendidikanpun tidak;
dunia ini penuh dengan orang terpelajar. Hanya kemauan dan ketabahan saja
yang paling ampuh.”
”Saya tidak gagal, tetapi menemukan 9994 cara yang salah dan hanya satu
cara yang berhasil. Saya pasti akan sukses karena telah kehabisan percobaan
yang gagal.”
Ray Meyer, pelatih bola basket legendaris di DePaul University telah memimpin
timnya memenangkan 37 musim, kompetisi. Saat timnya kalah, setelah
kemenangannya yang ke-29, dia ditanya bagaimana perasaannya. “Luar biasa!”
katanya. “Sekarang kami dapat mengkonsentrasikan diri bagaimana memenangkan
permainan daripada memikirkan kekalahan ini.”
Kegagalan, jangan biarkan sebagai sesuatu yang final. Entrepreneur sejati,
memandang kegagalan sebagai awal, batu loncatan untuk memperbaharui kinerja
bisnis mereka di masa mendatang. Pemimpin tidak menghabiskan waktunya
memikirkan kegagalan.
Untuk memicu kesiapan mental Anda, kita belajar dari cerita tentang seorang
eksekutif IBM yang memiliki prospek cerah. Ia baru saja melakukan kesalahan
transaksi yang merugikan perusahaan jutaan dollar. Thomas J. Watson, pendiri IBM,
memanggil eksekutif muda itu ke kantornya. Spontan eksekutif itu berkata.
***
Perusahaan seperti milik kami harus menciptakan suasana di
mana orang-orang tidak takut mengalami kegagalan. Ini berarti
kami menciptakan sebuah organisasi dimana kegagalan tidak
hanya ditoleri tetapi ketakutan dikritik karena menyampaikan
gagasan bodoh juga dihilangkan. Jika tidak, maka banyak orang
yang merasa cemas dan tidak nyaman. Dan gagasan-gagasan
brilian yang sangat potensial tak akan pemah terucapkan dan tak
akan pemah terdengar. Kegagalan masih bisa ditolerir selama itu
tidak menjadi kebiasaan.
Michael Eisner, Walt Disney Corp.
Jadi? Ya, gagal bukan kiamat bisnis, tapi jangan kelewatan. Apalagi menjadi
“kebiasaan”. Kerjakan yang mampu dilakukan, semakin terbatas sumber dana, Anda
patut semakin bijaksana. fahami, kapan harus meminimalisasi kerugian.
”Bagi saya pribadi, krisis Asia telah berakhir pada saat dimulainya
persaingan untuk mendapatkan hotel Regent Bangkok pada bulan
Maret 1999. Setelah melewati masa-masa sulit selama dua tahun
sebelumnya, mendadak saya memutuskan mengikuti lomba balap
Ferari di Perancis serta bersaing di ring dengan Goldman Sachs
Co., salah satu bank investasi terbesar dunia.”
William E. Heinecke, konglomerat Thailand
“Ini adalah persaingan dimana saya harus mengeluarkan segala strategi dan
kemampuan yang telah saya pelajari : mempercayai intuisi, menggunakan jaringan
kerja kontrak yang mapan, menggunakan sejumlah pakar dan merencanakan
strategi-strategi dalam situasi yang selalu berubah cepat jika diperhatikan,
persaingan ini merupakan mikrokosmos semua strategi. Saya berusaha menguji
kemampuan saya dengan lawan-lawan yang benar-benar tangguh. Goldman Sachs,
salah satu grup investasi terkuat di dunia ini, merupakan pemegang saham individu
terbesar Regent Bangkok, tapi itu tidak berarti bahwa mereka bisa berbuat sesuka
hatinya. Saya kira bagi seorang yang tidak lulus perguruan tinggi, hasil seperti ini
sudah cukup memuaskan”.
Saat gagal menimpa, kendati lelah dan kecewa berat, jangan matikan energi
kreatif Anda. Tetaplah berpikir kreatif. Sempurnakan produk yang ada, atau hasilkan
produk baru atau usaha baru yang mungkin belum terpikirkan.
Jangan terpaku pada karier dan keterampilan yang dimiliki, yang terlalu lama
bersandar pada lingkungan di mana kita dibesarkan atau selama ini bergulat. Kadang
kala apabila seseorang gagal setelah berusaha dengan tabah dan mengerahkan
sepenuh tenaga untuk sekian lama, mungkin tiba saatnya ia mengkaji kembali
bidang yang digeluti dan menilai apakah ia mampu untuk mendapatkan apa yang
dinginkannya di bidang tersebut.
Banyak cara untuk mencapai tujuan hidup. Sebagian lebih cepat atau lebih
lambat daripada yang lain. Sebagian kurang berisiko tetapi lebih lambat daripada
yang lain.
Saran kami, janganlah terlalu kaku mengatakan bahwa Anda tidak bisa berubah.
Kami sendiri, kerap berubah seiring dengan perkembangan in put dan stimulasi
kondisi di sekitar kami. Tanpa itu, bagaimana mungkin kami menyusun sebuah buku,
memberi pencerahan bagi banyak orang?
Kadang kala dalam kehidupan kita terpaksa menekuni bidang usaha yang
berlainan dan kita mesti menyesuaikan segala keterampilan dan bakat yang tidak
kita peroleh dari bidang-bidang usaha di masa lalu. Lalu? Salurkan kekuatan itu di
bidang usaha yang baru. Mungkin, kita dipaksa mempelajari keterampilan baru,
sebagai konsekuensi menghadapi tantangan serba-baru itu.
Pernahkah Anda bertanya bagaimana orang Jepang bangkit kembali dari
kehancuran PD II untuk menjadi pengusaha ekonomi yang unggul saat ini? Dulu,
produk Jepang sempat dinilai murahan, tidak berkualitas, dan stigma jelek lainnya.
Tapi sekarang, sulit bagi kita untuk hidup tanpa barang-barang buatan Jepang di
dalam rumah kita. Ini tidak hanya berlaku di Negara kita saja, tetapi bahkan di
seluruh dunia.
Orang-orang Jepang tidak menciptakan mobil. Tidak juga kamera, kulkas,
televisi, AC, mesin cuci, penghisap debu, film atau system perangkat audio
berkualitas tinggi. Mereka tidak menciptakan banyak benda. padahal yang mereka
lakukan ”hanyalah” meniru.
Hakikat :peniruan ala Jepang”, sarat pesan penting bagi calon entrepeneur. Di
sana ada proses penyempumaan tanpa kenal lelah, sampai akhirnya ”tiruannya”
lebih baik dari aslinya! Mereka menggunakan ”kreativitas” untuk menyempumakan
barang yang sudah ada. Tak ada yang membantah, Jepang meraih suksesnya. Kultur
entrepreneurship tumbuh subur di sana, menyebar menguasai dunia.
Jika Anda menyadari bahwa Anda tidak berhasil mencapai tujuan Anda pada
suatu pekerjaan di mana Anda telah dilatih untuk melakukannya, latihlah atau
lengkapi diri Anda dengan pekerjaan yang memberi peluang meraih yang lebih baik
di masa depan. Janganlah gantungkan diri Anda pada satu keterampilan saja.
Sebagai manusia, Tuhan memberi kita kemampuan untuk mempelajari keterampilan
baru dan menerjuni bidang usaha lain. Jangan ”hidup-mati” Anda gantungkan pada
satu bidang saja. Orang lain bisa sukses. Anda tentu juga bisa. hanya saja, ada yang
lekas tercapai, ada yang masih berliku.
Tengok kiri-kanan Anda. Produk Cina, membanjiri negeri ini. Bayangkan, seperti
apa sepuluh atau duapuluh tahun yang akan datang? Akankah ini kita terima sebagai
”keharusan ekonomi”? Tidakkah Anda mulai berpikir hal yang sebaliknya? Anda bisa!
ARIFIN PANIGORO
RAJA MINYAK YANG AKTIF DI POLITIK
Aristoteles Onassis dilahirkan pada tanggal 20 Januari 1906 di Simyrna, sebuah kota
Yunani yang makmur di pantai Barat Turki. Di antara kesepuluh orang kaya kita, Aristotle
Onassis memiliki kekayaan luar biasa, yang dihitung dalam miliaran, bukannya jutaan.
Kemasyhuran namanya masih ditambah lagi dengan hubungannya yang penuh gejolak
dengan Maria Callas, penyanyi opera yang terkenal, dan kemudian dengan Jacquiline
Bouvier Kennedy. Dan seperti lazimnya, berbagai kisah yang dilebih-lebihkan atau setengah
dongeng telah beredar, mengenai dia, terutama mengenai asal-usulnya yang sederhana.
Konon, ia lahir dari sebuah keluarga miskin, yang hidupnya selalu kekurangan. Konon,
ayahnya adalah penjaja dagangan buatan sendiri dari pintu ke pintu, dan ibunya pembantu
rumah tangga. Onassis tidak pernah mencoba meluruskan pendapat orang banyak tentang
masa lalunya, sekurang-kurangnya dimuka umum, karena kisah-kisah seperti itu biasanya
malah menambah cemerlang aura misteri yang mengelilingi dirinya. Ia selalu menyadari
pentingnya citra diri seseorang dalam meraih sukses, suatu hal yang akan kita bicarakan lagi
nanti.
Dalam kenyataan, ayah Onassis adalah seorang pedagang grosir yang
berkecukupan dan mempunyai nama sebab ia juga menjabat presiden sebuah bank dan
rumah sakit setempat. Namun Onassis bukan ahli waris kekayaan ayahnya, dan ia menjadi
kaya karena kekayaan keluarganya. Seperti yang akan kita lihat, ia pergi ke Amerika Serikat
ketika terjadi pertikaian keluarga selagi ia berumur 17 tahun. Ia membawa bekal $450 dalam
sakunya, itu pun hanya $250 adalah uang dari keluarganya. Ayahnya dengan enggan
memberikan uang sebanyak itu yang baru diberikan pada saat akan terpisah, sebab ia tidak
setuju dengan kepergiannya. Ayah dan anak memang tidak pernah akrab, suatu hal yang
aneh di antara keluarga Yunani di tanah air. Ayah Onassis yang dibesarkan pada sebuah
pertanian dengan susah payah mengumpulkan kekayaan.
Wataknya sangat disiplin dan keras. Walaupun selalu sadar akan rasa tanggung-
jawab, ia bukanlah seorang yang dapat disebut hangat dan menarik.
Segera Onassis memberontak terhadap setiap bentuk disiplin. Sejak anak sampai
remaja ia banyak menimbulkan keributan dan geger, duri di mata ayahnya. Hubungan
mereka bertambah rumit lagi karena suatu kenyataan lain. Ibunya, Penelope, meninggal
ketika Onassis baru berumur enam tahun. Hanya 18 bulan sesudah itu ayahnya menikah lagi
dengan seorang wanita bernama Helen. Onassis memandang ibu tirinya sebagai orang lain
yang menyelundup, dan karenanya wanita ini tidak mendapat tempat sedikit pun di hatinya.
Di sekolah, ia bodoh dan suka mencari perkara, mengikuti contoh banyak orang
kaya. Tidak aneh kalau ia diusir dari beberapa sekolah. Ia paling sering menduduki ranking
terbawah di kelasnya. Salah seorang gurunya berkata:
Teman-teman sekelas memuja dia, tetapi gara guru dan keluarganya berputus asa.
Selagi ia masih muda, dengan mudah orang dapat melihat bahwa dia akan menjadi seorang
di antara mereka yang akan menghancurkan diri sama sekali atau sukses secara gilang-
gemilang.
Walaupun raport Ari di sekolah jauh dari bagus, bakatnya untuk berdagang dan
mencari uang telah tampak sejak dini. Mungkin anekdot berikut dapat menerangkan. Salah
seorang temannya yang telah merancang sebuah kitiran kecil, sebuah mainan sederhana
yang terdiri atas baling-baling kertas berpasak jarum yang ditancapkan pada sepotong kayu.
Bangga atas prestasinya, anak itu dengan berani membuat beberapa buah dan mencoba
menjualnya.
“Mau kau jual berapa kitiranmu ini?” tanya Onassis. “Eh…saya tidak tahu.
Bagaimana kalau seharga jarum .
“Dasar bodoh!” bentak Onasiss. “Kau minta satu jarum sedang yang kau jual satu
jarum, tambah baling-baling, tambah kayu, belum lagi kau hitung waktu yang kau perlukan
untuk membuatnya.”
Teman Onassis mengambil kesimpulan: “Inilah pelajaran saya yang pertama tentang
arti keuntungan.” Pada waktu itu tidak terpikir olehnya bahwa ia sedang mendengarkan
pelajaran dari seorang jago uang masa mendatang. Sebuah kisah lain menggambarkan
bakat bisnis Onasis pada masa mudanya. Pada suatu hari, suatu kebakaran terjadi di gudang
sekolah di kota tempat kelahirannya. Onasiss membeli seonggok pinsil bekas kebakaran itu
dengan harga murah. Ia menanamkan sedikit modal dengan membeli dua ala peruncing
pinsil. Ia, berdua dengan temannya, mulai membersihkan bagian-bagian pinsil yang hangus.
Kemudian ia menjual pinsil-pinsil itu kembali kepada teman-teman di sekolah dengan harga
sangat murah, namun tetap memberikan untung cukup besar. Mungkin contoh ini biasa-biasa
saja, tetapi justru pekerjaan seperti inilah kelak bisnis besar Onassis. Ia memperbaiki kapal-
kapal laut yang rusak dan membuatnya layak melaut, dan menjualnya dengan harga yang
jauh lebih tinggi, tentu saja. Di sekolah, waktu berjalan terus, tetapi Onassis tidak bertambah
maju. Tahun 1922 mulai tidak menyenangkan. Banyak teman sekelasnya pergi untuk
menuntut ilmu di universitas-universitas besar di Eropa. Tetapi Onassis sendiri tidak lulus.
Masa depan tampak suram baginya. Beberapa hari setelah upacara penyerahan ijazah, salah
seorang temannya melihat Onassis berjalan tanpa tujuan di taman kota. Ia mencoba
menghibur hati Onassis.
“Jangan khawatir, Aristotle, kau lihat nanti, semua akan beres. Kau coba sekali lagi
tahun depan. Kau pasti lulus. “Goblok,” jawab Onassis. “Kau kira saya akan tinggal saja
selamanya di sini? Dunia ini sempit. Saya tidak perlu ijazah. Pada suatu hari kau akan heran
akan apa yang saya lakukan.” Waktu membuktikan bahwa omongan Onasis bukanlah lelucon
belaka.
Pada tahun 1922, invasi Turki menimbulkan bayangan gelap pada masa remaja
Onassis yang penuh gejolak. Smyrnba diduduki dan warga kota dibabat habis tanpa belas
kasih. Ayah Onassis, seorang tokoh yang terkenal luas, dipenjarakan dan Ari menjadi kepala
rumah tangga pada usia 16 tahun. Ini masa yang sulit baginya. Dan pada masa ini ia
menerapkan kehebatannya sebagai diplomat dan kemampuannya untuk bertahan dalam
keadaan apa pun. Masa yang sulit ini justru merupakan pengalaman yang tepat untuk
membentuk wataknya. Sesudah malapetaka Smyrna berlalu, Ari adalah Ari yang lain dari
sebelumnya. Segala sesuatu yang dialaminya tidak pernah hilang dari ingatannya; kenangan-
kenangan itu disertai suatu kesadaran akan kemampuannya untuk bertahan. Ia telah
mempertaruhkan diri dan menang. Dewi fortuna memihak pada kaum yang berani dan ia
pusatkan visinya tentang dunia atas pengetahuan tersebut.
Onasis yang memetik manfaat dari pendudukan Turki untuk berbisnis. Ia
menyelundupkan minuman keras ke Tentara Turki, dengan maksud merebut hati para
jenderal agar mau membebaskan ayahnya, yang bagaimana pun harus meringkuk dalam
penjara selama setahun.
Sukses Onassis sangat tergantung pada daya tarik pribadi dan kemampuannya
mengadakan hubungan dengan umum. Beberapa orang sebayanya menyebut dia si bunglon.
Memang ia pandai sekali menyesuaikan diri dengan semua orang yang dijumpainya. Pada
umumnya, kalau kita membuat apa-apa menjadi mudah bagi orang lain, mereka akan
bersimpati kepada kita, demikian pendapat Onassis.Pernah Onassis mengaku kepada
Winston Churchill salah seorang kenalannya yang berjabatan tinggi, yang pada waktu itu
sedang menjadi tamu di atas, kapalnya Christina, mengenai teori pribadinya tentang
“keharusan sejarah” yang tercipta pada masa sulit. Pengalamannya telah mengajar dia
bahwa bila alam memberikan suasana yang cocok dan makanan berlimpah, ia tidak
mempunyai banyak energi dan kurang berinisiatif. Sebaliknya, orang yang didesak-desak
“minggu” dan harus berjuang keras untuk tetap bertahan, dalam keadaan sulit akan lebih
mungkin mampu menyesuaikan diri dengan segala keadaan. Dengan demikian ia akan tetap
berhasil selagi orang lain mati karena adanya rancangan untuk bertahan. Demikianlah,
menurut Onassis, kesulitan dan kemelaratan sering kali mendorong orang untuk menemukan
sumber dayanya sendiri, yang tak diduga adanya sebelumnya, dan dengan demikian
membuat dia maju dengan mendobrak hambatan dan keterbatasan pribadinya. Kisah hidup
Onassis adalah sebuah gambaran yang baik sekali tentang prinsip tersebut. Socrates, ayah
Onassis, tidak mau mengakui jasa anaknya dalam peranan yang dimainkannya selama masa
pendudukan, dan tidak membiarkan dia meneruskan peranannya sebagai penanggung jawab
keluarga. Onassis sangat sakit sekali karena perlakuan ayahnya ini dan, menurut
pengakuannya, sampai berbulan-bulan sesudah itu sering kali dilanda rasa marah yang tanpa
daya. Sikap ayahnya tak berterima kasih dan berkesan disingkirkan dari keluarganya
memotivasi keputusannya untuk mencoba keberuntungannya di Amerika Selatan. Mula-mula,
tentu saja ia berpikir untuk pergi ke Amerika Serikat, tetapi mendapatkan visa tidaklah
mudah. Onassis mengalihkan perhatiannya ke Argentina: ia mendengar berita bahwa banyak
orang Yunani sudah menjadi kaya di sana.
Onassis mendarat di Buenos Aires pada tanggal 21 September 1923. Bawaannya
sebuah koper tua dan uang sebanyak $450. Tetapi di dalam dirinya ia membawa bekal yang
lebih berharga: tekad keras untuk membuktikan kepada ayahnya bahwa ia mampu menjadi
kaya tanpa bantuan ayahnya. Rasa percaya diri ini akan dibawanya sepanjang hayatnya.
Tanpa diploma, tanpa pekerjaan, uang dan koneksi orang berpengaruh, Onassis
terpaksa mulai dengan melakukan aneka pekerjaan kasar. Ia menjadi kenek tukang batu, kuli
pengangkut bata pada suatu proyek pembangunan, tukang cuci piring di restoran, dan
akhirnya menjadi magang instalator listrik di River Plate United Telepchone Co. Bagi
seseorang dengan ego yang sehat seperti dia, ini bukan prestasi yang pantas.
Beberapa bulan sesudah memulai pekerjaan ini, Onassis minta dipindah ke giliran
malam, dengan dalih bahwa ia harus mengerjakan beberapa hal di siang hari. Dengan
ambisinya yang besar, Onassis tidak berniat menghabiskan banyak waktu untuk belajar
menyolder kabel.
Pada masa itu, tembakau Yunani terkenal baik, bahkan diklasifikasikan di antara
tembakau-tembakau paling enak oleh para ahli. Namun, karena masalah pengimporan dan
penyediaan, barang ini menjadi sukar didapat. Onassis menulis kepada ayahnya minta
kiriman. Socrates setuju dan mengapalkan kiriman pertama sebagai sampel. Mula-mula
hasilnya tidak menggembirakan. Onassis membawa sampelnya ke beberapa pabrik, dan
minta agar ia dihubungi.
Beberapa minggu berlalu tanpa berita. Kini Onassis mengerti bahwa seharusnya
tidak membuang-buang waktu dengan mendatangi pabrik-pabrik kecil, tetapi harus datang ke
yang besar sekalian. Untuk itu ia harus menemui Juan Gaona, kepada salah satu firma
tembakau terbesar di Argentina. Selama 15 hari berturut-turut, Onassis tampak bersandar
pada dinding gedung Gaona, untuk mengamati datang dan perginya bos itu. Akhirnya Gaona
merasa tergoda juga oleh perilaku orang muda ini, dan ia mengundang Onassis ke
kantornya. Onassis menyampaikan tawarannya dengan sebaik-baiknya. Gaona rupanya
terkesan dan Onassis disuruh menghadap manajer persediaannya. Dengan memanfaatkan
nama Gaona, Onassis berhasil membujuk orang itu untuk meneken kontrak pembelian
tembakau seharga $10.000 dengan komisi biasa sebesar lima persen. Kelak, Onassis sering
menyatakan bahwa uang komisinya yang sebesar $500 itu merupakan batu sendi
kekayaannya besar. Ia tidak menggunakan uang itu untuk apa-apa, tetapi menabungnya di
bank untuk jaga-jaga, ibarat sedia payung sebelum hujan. Dengan sikapnya yang hemat dan
bijak, Onassis mencukupi hidupnya dengan hasil yang diperolehnya di perusahaan telepon,
dan semua uang yang tersisa disimpannya, sehingga ia dapat terjun ke dunia bisnis tanpa
meminjam uang kepada siapa pun.
Onassis kadang-kadang terpaksa berutang sementara menunggu pembayaran dari
pelanggan. Tetapi ia jarang meminjam lebih dari $3.000 dan selalu melunasinya secepat
mungkin. Kelak, tentu saja, setelah menemukan gunanya uang Orang Lain (UOL), suatu hal
yang akan kita bicarakan nanti, Onassis akan meneken kontrak pinjaman sampai sebesar
beberapa juta dolar, dengan jadwal pengembalian sesudah beberapa tahun. Tetapi, adalah
satu prinsip utama bila orang memulai suatu bisnis adalah mengembalikan utang secepat
mungkin. Onassis membangun kepercayaan beberapa bank kepadanya: suatu hal yang akan
sangat dia butuhkan pada tahun-tahun mendatang.
Setelah bekerja pada giliran malam selama setahun, Onassis minta keluar dari
United Telephone, dengan menyatakan bahwa ada suatu gagasan yang akan diikutinya.
Impian barunya ialah membuat pabrik rokok. Untuk itu ia mempunyai modal $25.000 hasil
tabungannya dengan tambahan pinjaman dari bank sebanyak itu pula. Kepercayaan bank
sudah mulai tampak manfaatnya. Ia mempekerjakan 30 orang imigran Yunani. Usahanya
dengan cepat bertambah besar tetapi tidak memberikan keuntungan yang diharapkanya.
Segera Onassis menutup usahanya. Wirausahanya yang pertama gagal. Onassis tidak
kehilangan semangat. Bahkan sebaliknya. Ia bertambah gigih. Sementara itu bisnis import
tembakaunya masih tetap berjalan dengan keuntungan lumayan.
Selama musim panas tahun 1929, pemerintah Yunani menaikkan pajak dalam
beberapa bidang, termasuk untuk tembakau. Onassis memutuskan untuk menggunakan
kesempatan ini untuk kembali ke Yunani untuk mencoba mendekati pihak yang berwenang.
Mula-mula Menteri yang bersedia menerima dia memperhatikan kukunya sendiri daripada
mendengarkan permintaan pedagang muda itu. Akhirnya ia potong kata-kata Onassis dan
tiba-tiba saja ingin menghentikan pembicaraan itu.
Onasis sangat. Ia menjawab:
Terima kasih. Kalau kita kapan-kapan bertemu lagi, saya harap Anda lebih tertarik
akan tawaran saya. Saya pikir Anda mempunyai banyak pekerjaan, tetapi tampaknya kuku-
kuku jari Anda sudah cukup menyibukkan. Tangan Anda rupanya lebih penting daripada
ekspor negeri kita.
Kata-kata onassis ternyata mengena. Sang Menteri tampak terkesan, dan ia mulai
berbicara secara serius dengan Onassis. Sesudah itu, negosiasi antara Yunani dan Argentina
di buka kembali.
Akhir tahun 1922 menandai suatu keputusan besar bagi kehidupan Onassis.
Kegagalan pertamanya sebagai pemilik kapal tidak membuat ia mundur untuk tetap
menanamkan uang dalam sektor itu. Ia sudah gandrung akan perkapalan. Ia tergerak oleh
keyakinan batin bahwa kapal sajalah yang akan membawa dia ke jenjang sukses. Maka,
dikumpulkannya semua uang miliknya, yang waktu itu sudah lumayan, lalu berangkat ke
London. Ia baru berusia 26 tahun. Ia telah dikenal karena reputasinya sebagai seorang
usahawan yang berani, apalagi setelah penunjukannya sebagai Konsul Jenderal Yunani di
Buenos Aires. Namun fungsi diplomatik ini tidaklah menyita banyak waktunya.
Pasar, yang menderita berat akibat jatuhnya pasar modal Wall Street tahun 1929,
memberikan kesempatan baik bagi para penanam modal. Kapal-kapal menjadi murah, jauh di
bawah harga semula. Langkah paling baik adalah membeli kapal-kapal berusia 10 tahunan.
Kapal sebesar sembilan ton yang semula harganya $1.000.000, kini hanya laku dijual
$20.000, kira-kira seharga sebuah Rolls-Royce. Apa yang dilakukan Onassis selagi masih
kanak-kanak kini akan terulang, tetapi barang bekasnya adalah kapal.
Walaupun kini bisnisnya di London. Onassis membeli kapal pertamanya, dua buah
kapal tua masing-masing seharga $20.000, di Montreal. Kedua kapal yang bernama Miller
dan Spinner, diganti namanya menjadi Onassis Socrates dan Onassis Penelope, sebagai
tanda penghormatan kepada kedua orang tuanya. Untuk mendapatkan untung dalam bisnis
perkapalan, pentinglah memperhatikan turun naiknya biaya muatan dan membuat keputusan
yang tepat. Onassis mampu dalam hal ini.
Lebih dari itu, ia seorang optimis yang tak pernah mundur. Dengan sifat petualang
dan keberaniannya, ia segera menonjol di antara pemilik-pemilik kapal Yunani lain yang
berpangkalan di London, karena tidak seperti mereka, ia tidak mempunyai pemikiran tentang
krisis ekonomi. Mereka, ia tidak takut menanamkan uangnya.
Kegesitan dan diplomasi bawaannya dengan cepat mengantar dia ke kalangan
masyarakat kelas tinggi. Tidak boleh dilupakan, salah satu pelicin jalan dalam kenaikannya
ke kelas elit adalah hubungan dengan salah satu wanita simpanannya yang pertama, si
cantik dari Norwegia Ingeborg Dedichen, putri seorang pemilik kapal yang terkenal.
Sifat lain yang memudahkan jalan Onassis adalah kemampuannya mendengarkan
orang. Memang, keluwesan dan kefasihan bicara memainkan peranan penting dalam
membujuk orang dan mendesak orang agar menerima gagasan kita serta kita sendiri. Tetapi
tidak banyaklah orang yang tahu benar cara mendengarkan orang lain. Kebanyakan orang
kaya dalam buku ini telah belajar keahlian tersebut, sehingga mereka tidak hanya selalu
mengerti apa yang diketahui oleh lawan bicaranya, tetapi juga menyesuaikan diri dengan
mereka. Demikianlah, agar mampu mempengaruhi orang dan mendapat jaminan bahwa
mereka akan menolong dalam perjalanan menuju sukses, orang harus mulai dengan
mengetahui siapakah orang yang dihadapinya. Onassis adalah seorang pakar dalam
keahlian mendengarkan. Lord Moran, yang menulis buku The Great Onassis, mungkin
karena dia sendiri tidak menggunakan keahlian ini, tidk menyebut-nyebut kemampuan
Onassis untuk mendengarkan orang lain. Padahal semua orang yang pernah berhubungan
dengan Onassis terkesan oleh kelebihan ini. Bila mereka berhadapan dengan Onassis, ia
memberikan kesan bahwa mereka adalah manusia paling penting di dunia.
Karena kemampuan ini, Onassis sebenarnya bisa menjadi ahli politik yang baik.
Bakat ini dimanfaatkan benar oleh Onassis, seperti disaksikan oleh si cantik dari Norwegia
dalam buku catatannya:
Lelaki muda penuh pesona yang dapat menyesuaikan diri dengan segala keadaan
ini meniru orang yang menjadi lawan bicaranya dengan begitu sempurna. Ada sementara
orang yang menafsirkan kemahiran ini sebagai kecerdikan, orang lain menyebutnya sebagai
kemunafikan dan menganggapnya kepandaian membunglon belaka. Tetapi saya percaya
kepandaian mendengarkan adalah suatu cara khusus memberikan perhatian tulus kepada
orang lain dan seluruh dunia. Kebetulan, selama hidupnya Onassis mempunyai rasa haus
yang tak terpuaskan akan pengetahuan di samping daya ingatnya yang kuat. Ia mempunyai
daya konsentrasi yang telah sangat berkembang.
Kemampuan mendengarkan orang lain adalah salah satu ciri khas yang vital bagi
setiap salesman yang baik. Itulah sebabnya Onassis adalah seorang salesman yang luar
biasa. Walter Saunders, yang jelas bukan seorang yang naif karena dia adalah penasihat
pajak bagi metropolitan Life, menggambarkan kesannya tentang pemilik kapal Yunani ini:
Ada perasaan pada diri saya bahwa orang yang penuh semangat ini mampu menjual
alat pendingin kepada orang Eskimo. Tetapi saya pun berperan bahwa setiap detail sudah
dipersiapkan secara tuntas sebelumnya. Kebanyakan orang yang bertemu dengan Onassis
merasakan pengaruh daya persuasifnya dan merasa bahwa Onassis tidak berimprovisasi
dalam langkah-langkahnya, tetapi sudah mengetahui segala sesuatu dalam berkas
catatannya sampai ke detail-detailnya.
Pada penghujung tahun 1947, Onassis melewati ambang lain dalam kariernya yang
gemilang. Untuk pertama kali dalam hidupnya ia akan mulai secara sistematis menerapkan
prinsip yang dikenal sebagai OPM (Other People’s Money, Uang Orang Lain UOL), dengan
meminjam kepada Metropolitan Life Insurance Company sebesar $40 juta untuk membangun
kapal-kapal baru. Sebagai siasat ia menggunakan sebuah perusahaan minyak sebagai mitra.
Onassis akan mengangkut minyak mereka dan kontraknya akan tetap berlaku sampai
habisnya batas waktu utang. Karena perusahaan minyak pada waktu itu sangat terandalkan,
meminjam atas nama perusahaan itu sangat mudah. Dalam arti tertentu, badan keuangan
meminjamkan uang kepada perusahaan minyak, bukan kepada Onassis. Onassis sering
mengingat masa itu dengan berbangga diri. Dikatakannya bahwa perusahaan minyak yang
kaya itu dalam hubungan dengan kapal-kapal Onassis adalah ibarat seorang penyewa
dengan rumah yang dihuninya dengan membayar uang sewa. Kalau yang menyewa adalah
Rockefeller, tidak menjadi soal apakah atapnya bocor atau bergenting emas. Kalau
Rockefeller menyanggupi membayar uang sewanya, siapa saja bersedia memberikan
pinjaman untuk mengurusi rumah itu. Keadaan itu berlaku pula untuk kapal-kapal Onasssis.
Prinsip ini sekarang lumrah sekali. Prinsip inilah dasar segala investasi
pembangunan real-estate. Bila seorang meminjam uang untuk suatu bangunan bisnis, bank
sebenarnya meminjamkan uangnya kepada penyewa bangunan itu. Merekalah yang akan
mengembalikan uangnya, terkecuali bangunan itu milik seorang penanam modal. Prinsip ini
pada zaman Onassis tergolong revolusioner, dan keorisinal gagasan Onassis patut dipuji
karena sebagian besar pemilik kapal Yunnai pada waktu itu berpegang pada prinsip: Mau
dapat kapal, bayar uang kontan.
Walaupun ia seorang inovator sejauh ia tidak menggunakan metode-metode para
pesaingnya, ia bukanlah penemu OPM, walaupun mungkin ia menyatakan begitu. Konsep ini
lahir dari otak Daniel Ludwig, seorang usahawan Amerika yang kaya. Dia telah mulai
menanamkan uang dalam kapal armadanya bahkan jauh lebih unggul daripada milik Onassis
dan kemudian beralih ke usaha real estate. Sudah sejak tahun 1930-an Ludwig
mengembangkan apa yang kelak menjadi praktek biasa di mana-mana. Gagasan itu muncul
dalam benaknya setelah sebuah Bank menolak permintaannya untuk meminjam uang yang
akan digunakannya untuk membeli kapal dan merombaknya menjadi kapal tangki. Onassis
meninggal pada tanggal 15 Maret 1975, tapi dalam menjelang akhir hayatnya ia minta
kepada salah satu akuntannya apakah ia dapat mengatakan besarnya keuntungan yang
dimilikinya secara cepat dengan pembulatan ke angka sepuluh dolar.
BAMBANG NURYATNO RACHMADI
MR. TONNY McDONALD’S INDONESIA
"One thing I love about this [decade] is this is a period where the
reality is driving the expectation."
William Henry Gates III lahir pada tahun 1955, anak kedua dari tiga bersaudara dalam
keadaan sosialnya terkemuka di Seattle, Washington. Ayahnya seorang pengacara dengan
perusahaan yang punya banyak koneksi di kota, dan ibunya seorang guru, yang aktif dalam
kegiatan amal. Bill seorang anak yang cerdas, tetapi dia terlalu penuh semangat dan
cenderung sering mendapatkan kesulitan di sekolah. Ketika dia berumur sebelas tahun,
orang tuanya memutuskan untuk membuat perubahan dan mengirimnya ke Lakeside School,
sebuah sekolah dasar yang bergengsi khusus bagi anak laki-laki.
Di Lakeside itulah pada tahun 1968 Gates untuk pertama kalinya diperkenalkan
dengan dunia komputer, dalam bentuk mesin teletype yang dihubungkan dengan telepon ke
sebuah komputer pembagian waktu. Mesin ini, yang disebut ASR-33, keadaannya masih
pasaran. Pada pokoknya ini sebuah mesin ketik yang kedalamnya siswa bisa memasukkan
perintah yang dikirimkan kepada komputer; jawaban kembali diketikkan ke gulungan kertas
pada teletype. Proses ini merepotkan, tetapi mengubah kehidupan Gates. Dia dengan cepat
menguasai BASIC, bahasa pemograman komputer, dan bersama dengan para hacker yang
belajar sendiri di Lakeside, dia melewatkan waktu ber-jam-jam menulis program, melakukan
permainan, dan secara umum mempelajari banyak hal tentang komputer. “Dia adalah
seorang ‘nerd’ (eksentrik),” sebagaimana salah seorang guru memberikan Gates julukan itu.
Sekitar tahun 1975 ketika Gates bersama Paul Allen sewaktu masih sekolah
bersama-sama menyiapkan program software pertama untuk mikro komputer. Seperti cerita
di Popular Electronics mengenai “era komputer di rumah-rumah” dan mereka berdua yakin
software adalah masa depan. Inilah awal Microsoft. Komunikasi yang sederhana: Paul dan
Gates membicarakan coke dan pizza. Tidak ada orang yang memperhatikan sungguh-
sungguh pendapat kami. Semuanya berubah dalam dua dekade terakhir.
Gates masih tetap menyukai junk food, tetapi ia juga menghabiskan waktu dua jam
sehari membaca dan menjawab electronic mail yang dikirim 15.000 karyawan Microsoft.
Selain itu banyak sekali email dari dari luar Microsoft.
Pertanyaan beragam, mulai dari bagaimana pengalaman orang berkeluarga
(menyenangkan!), film apa yang saya sukai (Schindler’s List dan Shadowlands), sampai
pertanyaan rumit yang harus membuka dulu buku untuk bisa menjawabnya (dan kebetulan
saja juga menulis buku!).
Persoalannya, Gates menghabiskan waktu sepanjang hari menjawab email dan
berceramah atau mengelola perusahaanya.
Gates mencoba menjalankan keduanya, tetapi ia tidak berkesempatan banyak
berkomunikasi dengan kelompok yang beragam dan banyak sekali email yang tidak sempat
dijawab.
Gates senang sekali menulis karena melalui tulisan ini membuatnya bisa
berkomunikasi dengan kelompok yang lebih beragam tanpa harus teredit hingga terpotong-
potong atau tersaring oleh persepsi seseorang.
Kenyataannya tidak semua pertanyaan diajukan melalui email.
Kadang orang mencegat Gates di Bandar udara atau mendesaknya untuk
menjawab pertanyaan di pameran-pameran komputer atau anak Sekolah mengirim surat
kepadanya.
Seorang mahasiswa baru-baru ini menanyakan satu pertanyaan yang penting untuk
dia. Yang ingin diketahuinya bukanlah sesuatu yang sangat filosofis, seperti yang mungkin
anda duga misalnya mengenai ekonomi pasar bebas.
Ia hanya ingin tahu, “apakah Gates sudah terlambat terjun ke industri software dan
membangun sebuah perusahaan kemudian menjadi kaya?”.
Gates senang mendapat pertanyaan itu dan jawabannya selalu sama, “Inilah
saatnya terjun ke bisnis software.”
Gates tidak mengatakan Anda bisa membangun Microsoft lainnya. Tetapi paling
tidak Anda bisa mendapatkan omset penjualan dua juta dollar setahun dengan menjual
10.000 kopi produk senilai 200 dolar AS.
Cukup lumayan dan bisa terjadi kapan saja.
Karena Gates ingat bagaimana menariknya memulai sebuah perusahaan software,
ia juga menikmati cerita keberhasilan orang lainnya.
Perusahaan software yang kecil selalu perlahan-lahan mulainya.
Perusahaan dimulai seseorang yang memiliki gagasan. Ia, pria atau wanita, mencari
beberapa teman yang tahu bagaimana membuat program dan mereka kemudian menelorkan
sebuah produk.
Banyak sekali karya kesenian yang mereka lakukan karena mereka peduli dengan
pekerjaan itu.
Biasanya mereka membuat produk untuk satu pelanggan dan karena hasilnya
memuaskan, mereka segera mendapat pembeli lainnya.
Jika Anda ingin memulai sebuah perusahaan, strategi utamanya temukan
lingkungan sosial yang pas.
Lupakan keinginan menciptakan program pengolah kata untuk menulis, atau
program spreadsheet untuk menganalisis keuangan, atau produk utama lainnya yang
saingannya sudah banyak.
Sebaliknya, ciptakan produk yang bisa menolong penggunanya mengerjakan
pekerjaan spesifik atau bisa memberikan informasi praktis dalam bidang seperti obat-obatan,
asuransi, akunting, arsitektur atau bidang pemerintahan.
Software seperti itu mendatangkan peruntungan yang kecil-kecilan.
Jika Anda tidak puas dengan peruntungan yang kecil-kecilan itu, Anda harus sampai
pada tahapan peralihan generasi. Kali ini mahal dan berisiko.
Setiap beberapa tahun satu generasi teknologi memberikan jalan baru. Ingat
munculnya IBM PC di awal tahun 1980-an.
Microsoft bertaruh IBM PC akan menjadi penting. Kemudian Microsoft menciptakan
sistem operasi MS-DOS untuk IBM PC.
Hasilnya Microsoft menjadi pelopor dalam software sistem operasi.
Tidak ada yang pernah mendengar mengenai Lotus sampai satu pemikiran
cemerlang melaksanakan perubahan generasi menciptakan Lotus 1-2-3 spreadsheet
pertama yang dirancang khusus untuk IBM PC.
Apple’s Macintosh dan Microsoft Windows adalah sang pemenang selanjutnya,
ketika dunia menginginkan pengolahan grafik dan meninggalkan program lama yang hanya
menampilkan teks.
Untuk mendapatkan kemenangan besar, anda pun harus mengkonsentrasikan diri
pada perubahan generasi, sesuatu yang diabaikan perusahaan besar. Dan taruhannya mahal
sekali.
Baru-baru ini sejumlah wiraswastawan berspekulasi software yang bisa digunakan
pemakai komputer dengan cara menulis dengan tangan – bukan lagi menekan pada huruf –
akan menjadi generasi baru software pengolah kata ada spreadsheet.
Mereka memulai menciptakan produk baru yang mereka pikir akan memenangkan
persaingan. Mereka salah. Suatu spekulasi besar. Apa yang harus saya anjurkan pada
seorang mahasiswa yang ingin menjadi wiraswastawan software?
Pelajari untaian sebuah perusahaan yang sudah ada.
Carilah lingkungan sosial anda sendiri.
Berhubunganlah dengan modal ventura.
Temukan orang yang cerdas.
Dan jangan lupakan coke dan pizza.
Percayalah, akan ada banyak pekerjaan di malam yang larut.
BOB SADINO
Dalam kata pembukaan biografi yang ditulis Whitney Bolton, salah seorang teman,
Conrad Hilton menyatakan: Tidak mungkinlah seseorang memulai suatu usaha dalam hidup
ini tanpa mengetahui arah mana yang akan ditujunya. Sejauh yang saya ingat…saya
termasuk mempunyai sifat antusiasme. Dengan antusiasme yang terus mendorongku dan
doa yang melindungiku, saya dapat mengatakan bahwa saya menyukai apa yang telah saya
lakukan dalam hidup ini. Tak dapat tidak, dengan modal seperti itu, sulitlah orang tidak hidup
dengan aktif, kaya, dan lebih-lebih lagi, bahagia. Kalau seseorang mempunyai ambisi yang
mendorong dia, kepercayaan yang menuntunnya, dan kesehatan untuk menerapkan segala
kemampuannya, tidak mungkin tidak ia akan mencapai sukses, entah dengan cara apa.
Kelihatannya sukses yang digambarkan oleh Hilton di atas ini mulai pada usia sangat muda.
Ia mencapai ketenaran dan kekayaan bukan berkat bakat administrasi yang dibutuhkan untuk
menjalankan suatu usaha hotel mewah, melainkan berkat ketajaman bisnisnya. Ia menguasai
keahlian keuangan dan menjadi seorang yang pandai bernegosiasi, sangat cerdas dalam
segala transaksi. Lebih dari itu, ia memiliki suatu indera keenam sangat peka yang
memungkinkan dia memilih waktu dengan tepat, dan bermata jeli untuk melihat kesempatan
dalam investasi yang menguntungkan. Di samping itu, Hilton sering menggunakan prinsip
dasar sebagai berikut: Pilihlah orang-orang yang kompeten, tempatkan mereka pada posisi
kunci dan secara implisit pada keputusan hati mereka.
Hilton dilahirkan pada 25 Desember 1887 di San Antonio, New Mexico. Ia anak
kedua dari delapan bersaudara, dan anak lelaki pertama. Ayahnya, Augustus Hover Hilton,
yang secara akrab dipanggil “Gus” dilahirkan di Oslo tahun 1854 dan telah berpindah ke
Amerika Serikat pada tahun 1960-an. Beberapa lama Gus Hilton tinggal di Fort Dodge, Iowa,
tempat kelahiran istrinya, Mary Laufersweiler, seorang keturunan Jerman. Ia terpesona oleh
banyaknya kesempatan di Barat, dan karenanya ia menetap di Sorocco, New Mexico, dan
kemudian di San Antonio. Ia mengerti kebutuhan para penambang batu bara dan orang-
orang yang bepergian pulang-balik melintasi perbatasan Mexico, dan hal ini mendorong dia
untuk membangun suatu toko serba ada.
Hilton memimpin 185 hotel di Amerika Serikat dan 75 di seberang lautan ketika ia
meninggal pada usia 91, bulan Januari 1979. Sebelum mengambil keputusan-keputusan
yang penting. Hilton berhari-hari meneliti dan menimbang-nimbang segala implikasinya. Ia
mempelajari segala sesuatu. Bila Hlton tidak dapat membeli sebuah hotel, ia menyewa. Bila
ia tidak dapat menyewa, ia membangunnya. Lelaki jangkung mengesankan yang tampak
segar bugar ini makan dan tidur di hotel; ia mimpi tentang hotel di malam hari.
Karier Hilton bermula ketika ia menjawab dengan tenang: Mengapa tidak
menggunakan lima atau enam kamar di rumah kita dan mengubahnya menjadi ruang tidur,
seperti hotel. Kota ini membutuhkan hotel. Mungking mula-mula kita tidak mempunyai
pelanggan, tetapi ceritanya akan tersebar dan semua akan berjalan sendiri. Anak-anak
perempuan dan Ibu dapat mengurusi dapur dan saya akan mengurusi bawaan para tamu.
Dengan mudah tiap kamar dapat menampung beberapa tamu. Dengan ongkos $2,50 sehari,
saya pikir kita akan cukup beruntung. Sudah jelas, masalahnya adalah bagaimana menarik
pelanggan. Inilah awal sutu masa kerja keras bagi Hilton. Ibu dan saudara-saudara
perempuannya mengurusi hotelnya sendiri sedangkan dia dan ayahnya tetap bekerja di toko.
Tetapi begitu toko tutup pada pukul 6 sore, Hilton makan malam sedikit, dan langsung tidur.
Pada tengah malam ia bangun untuk menjemput orang-orang yang turun dari kereta api pada
jam 1 dini hari. Ia mengurusi barang-barang mereka, mendaftar mereka, mengecek apakah
segala kebutuhan mereka telah tersedia, seperti selimut, sabun dan handuk, mencatat
sarapan yang mereka inginkan di pagi hari dan jam berapa mereka minta dibangungkan. Ia
mengirimkan catatan tersebut kepada ibu, lalu kembali ke station untuk menyambut kereta
jam 3 pagi. Bila penumpang terakhir telah mendapat penginapan, Hilton dapat tidur lagi,
sekurang-kurangnya sampai jam 7 pagi. Pada jam itu ia bangun, mengurusi para tamu, lalu
membuka toko mereka jam 8 pagi. Hanya dalam waktu enam minggu penginapan San
Antonio sudah dikenal seluruh daerah itu, bahkan sampai sejauh di Chicago. “Kalau kamu
harus singgah,” begitu kata orang, “pergilah ke San Antonio dan menginaplah di penginapan
Hilton.” Suatu pelajaran penting telah didapatkan Conrad Hilton. Ia selalu bekerja keras dan
lama untuk berhasil. Sampai kematiannya, ia berkata bahwa ia tidak mau dibayar sejuta dolar
sebagai tukaran segala sesuatu yang telah dipelajarinya selama ini.
Keberhasilan “hotel” pertama Hilton memungkinkan dia menuntut pendidikan di New
Mexico School of Mines pada tahun 1907. masa ini menandai suatu titik balik dalam
hidupnya. Dalama waktu dua tahun, Gus sudah bangkit lagi. Ia mulai sibuk dalam usaha real
estate di Hot Spring, New Mexico. Ia bermimpi tentang membuka sebuah bank, dan ia telah
membeli tanah untuk membangun rumah. Tanah itu terletak di Sorocco, tempat berdirinya
Chool of Mines. Hilton membenci kota itu. Ayahnya memberi dia pilihan untuk tetap di San
Antonio dengan mengurusi toko, sementara seluruh keluarga berpindah ke Sorocco. Hilton
tahu bahwa saudara-saudara perempuannya akan lebih mungkin berhasil di kota itu, maka ia
setuju. Inilah awal masa magangnya dalam dunia bisnis. Tunjukkan sikap hormat kepada
siapa saja yang anda hadapi. Prinsip ini membantu dia dalam menghadapi pemerintah Puerto
Rico, yang telah menghubungi tujuh hotel Amerika untuk meminta mereka membuka satu
hotel mewah di San Juana. Tidak satu pun hotel itu yang tertarik, dan menjawab dengan
surat bisnis yang pendek tanpa keramahan dalam bahasa Inggris, Hilton memberikan
jawabannya dalam bahasa Spanyol yang sempurna. Tentu saja suasana jadi sangat
berbeda. Maka lahirlah rangkaian hotel Caribe-Hilton. Dalam urusan bisnisnya di luar negeri
pun, Hilton menerapkan tiga prinsip seperti di dalam negeri: Tanamkan modal sendiri,
Perlakukan bankir-bankir sebagai teman, Berikan pada manajer saham dalam perusahaan.
Formula ini mencapai hasil yang baik ke mana pun ia pergi, karena cara ini tidak
mengundang rasa tidak senang orang yang dihadapi di luar negeri. Hilton lebih suka
menawarkan kemitraan kepada para investor luar dalam hotel-hotelnya. Mereka dibebani
membeli tanahnya dan membiayai pembangunannya. Hilton memberikan bantuan teknis dan
membantu pengoperasian hotel. Lalu kedua pihak menandatangani kontrak sewa bersama
atau kontrak manajemen bersama. Personil, yang disaring dan dipilih dengan teliti dari
tenaga setempat, diundang untuk meningkatkan kemahiran mereka di hotel-hotel Hilton di
Amerika Serikat.
Hotel-hotel muncul di mana-mana di luar negeri. Maka didirikanlah Hilton
International Corporation pada tahun 1948. Badan ini berdiri sendiri, terpisah dari badan
induknya, tetapi Hilton memegang pimpinan sebagai presiden dan ketua direksi. Operasi
hotel Hilton di luar negeri memenuhi dua cita-cita Hilton: pertama membantu orang Amerika
berhubungan dengan bagian dunia yang lain sehingga membuat mereka lebih bertoleransi,
dan kedua, dan kedua, hotel-hotel ini memungkinkan dunia lain mengenal Amerika dan
warganya. Tokoh-tokoh terkenal membantu penyediaan dana bagi Hotel Hilton yang terdapat
di mana-mana di luar negeri. Shah Iran dengan Yayasan Pahlavinya memiliki sebuah Hotel
Hilton. Howard Hughes juga mempunyai hubungan dengan hotel itu lewat Trans World
Airlines. Pada bulan Mei 1967, Hilton International menjadi suatu cabang TWA. Pada waktu
itu, Hilton telah mengundurkan diri dari bisnis yang telah dibangunnya dengan modal
seadanya.
Hilton akhirnya mempunyai waktu untuk menikmati hidup dengan keluarga dan
sahabat-sahabatnya di rumahnya di California. Walaupun ia tidak lagi menghendaki
perjalanan keliling untuk melakukan pengawasan. Ia tidak pernah melewatkan perayaan
inaugurasi. Di luar negeri, Hilton yang selalu menghormati tradisi setempat itu
memberlakukan kebijaksanaan agar peristiwa-peristiwa gala ini mencakup adat naional dan
cerita rakyat negara setempat. Walaupun dalam bisnis sangat sukses, dalam kehidupan
pribadinya Hilton tidaklah begitu bahagia. Ia dan istri pertamanya, Mary Barron, mempunyai
tiga anak laki-laki, Nick, Barron, dan Eric. Ketika anak terkecil lahir pada tahun 1933, Hilton
sedang kehabisan tenaga akibat beban kerja keras. Perkawinannya berantakan. Selanjutnya
ia kawin dengan Zsa-Zsa Gabar, tetapi perkawinan ini tak berumur panjang. Perkawinan
ketiganya lebih tenang. Pada tahun 1976, pada usia 89 tahun, ia menikah dengan Mary
France Kelly. Wanita itu berumur 20 tahun di bawah dia dan merupakan sahabat sejak lama.
Pria yang mempunyai visi ini telah mengukir namanya dalam sejarah. Pada tahun
1965, usaha perhotelan Hilton memiliki 61 buah hotel di 19 negara; dengan kata lain, usaha
itu mencapai 40.000 kamar dan tenaga karyawan mencapai 40.000 orang. Hilton sendiri
menguasai 30 persen dari penerimaan besar yang diperkirakan mencapai $500.000 juta
lebih. Inilah gambaran jelas tentang prinsip Hilton : Percayalah kepada cita-cita Anda, tujuan
Anda dan kepada Tuhan. Formula di atas merupakan ringkasan dari karier hebat Conrad
Hilton, salah seorang raja perhotelan paling besar dan paling kaya di dunia.
DEWI MOTIK PRAMONO
PUTRI AYU BISNIS INDONESIA
Tahun 1991 adalah tahun penuh arti bagi Dewi Motik. Betapa
tidak, tahun inilah dia mendapatkan cobaan yang cukup berat dan
sulit. Oleh seorang warga Amerika, ia dituduh anti kenaikan upah
buruh. Tuduhan yang diberikan kepadanya, tidak tanggung-
tanggung bertanya, fotonya disebar-luaskan di seluruh penjuru
dunia sebagai profil wanita penekan buruh dari Indonesia. Akhir-
akhir ini Dewi Motik sering menjadi sorotan pembicaraan masyarakat. Selain hal semacam di
atas, ia memang termasuk tokoh yang acap kali menjadi pembicara di berbagai forum, juga
aktif di berbagai kepanitiaan secara akbar semacam Festival Istiqlal. Yayasan Putri Ayu yang
dipimpin dan didirikannya sejak tahun 1981, menjadi perdebatan nasional. Sampai sekarang
pemilihan putri ayu sudah terlaksana 11 kali memperebutkan piala Ibu Tien Suharto.
Pemerintah pun seperti tidak keberatan kalau Yayasan Putri Ayu, mengirim pemenang tahun
1991 (gadis keturunan Suku Dayak – Kalimantan) pada acara Miss Universe ke Bangkok.
Disamping itu, belakangan ini juga, Dewi Motik berhasil melakukan ekspansi bisnisnya. Dia
bekerjasama dengan Departemen Transmigrasi membuka areal seluas 5000 ha di Sumatera
Selatan. Di sana mereka membuka lahan PIR yang diperbaharui dengan dana dari Bank
Dunia. Kesuksesan lain: tahun 1991, Dewi Motik berhasil merampungkan pembangunan
IWAPI berlantai 4 di Kali Pasir, Jakarta, sebagai perwujudan perjuangannya
mengembangkan ketrampilan kaum wanita Indonesia. Semua itu dilakukannya demi
kesejahteraan kaum hawa itu secara khusus, dan kesejahteraan bangsa secara umum.
Banyak hal yang terjadi pada diri Dewi Motik. Semua itu merupakan hasil dari
deposito pengalaman dan perjuangannya bekerja keras sejak masih Remaja. Kesuksesan itu
juga, membawa Implikasi tertentu, kasus tuduhan Amerika di atas tadi sebagai salah satu
Contohnya. Lepas dari itu semuanya, banyak hal yang perlu dipelajari dari diri seorang wanita
Indonesia super aktif ini, setidaknya, sebagai bahan perbandingan bagi Remaja putri
khususnya, dan bagi generasi muda umumnya. Sejak umur 14 tahun, Dewi Motik (Sri puspa
Dewi Motik) sudah terbiasa mempunyai uang sendiri. Banyak cara yang dilakukannya untuk
mendapat uang. Contohnya, main sulap. Ketika beliau masih Sekolah Dasar di Menteng,
Jakarta Pusat, bersama teman-teman sebayanya, sangat menggemari main sulap yang
dilakukan oleh seseorang Om dekat sekolah mereka. Om pemain sulap itu di mata Dewi
Motik, luar biasa. “Sudah disenangi orang dapat duit lagi,” katanya mengenang masa-masa
indah itu.
Dewi Motik mendatangi rumah Om itu dan meminta diajari main sulap. Rahasia om
itu merubah sapu tangan menjadi kucing, bunga jadi uang, akhirnya dengan mudah diketahui
Dewi Motik. Dari permainan sulap ini, Dewi Motik yang lahir 10 Mei 1949 itu, bisa
menyenangkan orang sambil mendapat uang. “Orang tua saya tidak melarang main sulap,
asal kegiatan saya itu tidak melanggar kaidah agama dan tidak menentang norma
masyarakat,” ujarnya. Masa Remaja Dewi Motik penuh dengan kegembiraan dan
kebahagiaan. Bukan saja karena orang tuanya termasuk kelas menengah saat itu, tetapi
lebih karena apa saja yang dilakukannya tidak mendapat pengawasan yang berlebihan dari
orang tua. Keinginannya untuk mengetahui bermacam-macam hal, termasuk main sulap di
atas, menyebabkan banyak temannya menyebutkan over acting.
Sejak usia itu, Dewi Motik memang sudah memperlihatkan jiwa kepemimpinan dan
kepeloporan di tengah teman-temannya. Ia disenangi karena ia bisa memperjuangkan
kepentingan teman-temannya, juga karena ia relatif bisa meminjamkan uang atau mentraktir
kawan-kawannya itu. Tidak sedikit yang membencinya, namun alasan membencinya itu,
terutama karena Dewi Motik punya banyak kelebihan. Termasuk kelebihannya meraih
simpatik banyak teman pria sekelasnya. Seringkali sikap Dewi Motik tidak perduli dengan
keadaan, ia melihat laki-laki itu sama saja dengan perempuan, mempunyai otak, punya
tenaga, dan berperasaan. Bukan hanya kaum wnita yang sering kalah bersaing dengan dia,
tetapi juga teman-teman prianya. Apalagi, Dewi Motik sebagai keturunan orang Palembang,
mempunyai kulit putih yang mulus. Sosoknya yang tinggi semampai disertai dengan geraknya
yang menarik dan tidak berkelebihan, menjadikannya pusat perhatian orang setiap kali ia
hadir dalam sebuah pertemuan. Kecantikannya semakin lengkap dengan rambut panjangnya
yang sampai sekarang dipelihara dengan baik. Itulah sebabnya Ikatan Mahasiswa Jakarta
pada tahun 1968, memilih Dewi Motik sebagai Ratu Luwes. Wajar kalau kemudian banyak
pria yang dekat dan menjajal kemampuan merebut hatinya. Namun, baginya, sikap teman-
teman pria itu merupakan peluang emas yang perlu dimanfaatkan. Lalu, ia menawari mereka
melakukan kegiatan-kegiatan yang positif. Tentu saja, banyak di antara mereka yang patuh.
Kendati mereka termasuk keluarga kaya, namun ayahnya ingin melihat anaknya
hidup mandiri. Bisa melakukan apa saja yang bersifat positif. Ayah Dewi Motik bernama
Basyaruddin Rahman Motik, seorang pengusaha ekspor impor yang terkenal di zamannya. Ia
tidak melarang Dewi Motik mencari duit. Ia sangat mendukung segala macam kegiatan Dewi
Motik asal berkaitan dengan kemajuan dan kemandirian. Praktek semacam inilah yang
banyak memberi warna pada diri Dewi Motik, anak ke-4 dari 9 bersaudara itu. Ketika Dewi
Motik belajar Bahasa Inggris di Kedutaan Perancis, ayahnya senang sekali. Itulah kelebihan
Dewi Motik, di masa remajanya, mampu bicara dalam bahasa Inggris, Walau pengucapannya
masih banyak yang salah.
Belajar dari sikap ayahnya itu, Dewi Motik tidak setuju pada orang tua yang
melarang anaknya cari duit. “Apa salahnya, sambil Sekolah, juga mencari uang?” Menurut
Dewi Motik, anak-anak akan berkembang cepat apabila bidang yang dipilihnya itu sangat
disenangi. Ia menyarankan, orang tua sebaiknya memilih bidang kegiatan yang juga
disenangi anak-anak mereka. Tatkala Dewi Motik berumur 17 tahun, ia mendapat kiriman
majalah Remaja “Seventeen” dari kakaknya (Kemala Motik) yang lagi belajar di Amerika
Serikat. Dalam majalah itu, Dewi Motik melihat satu disain sepatu yang sangat menarik.
Timbul ide untuk membuatnya, lalu, ia pun mencari tukang sepatu. Kebetulan di belakang
gedung SMA-nya (SMA Teladan Setia Budi) ada tukang sepatu. Setelah mengetahui berapa
biaya yang diperlukan. Dewi Motik mengambil tabungannya dan memberi modal kepada
tukang sepatu itu. Dengan modal Ro. 2.500 sepasang, Dewi Motik sukses menjual puluhan
sepatu itu kepada teman-temannya dengan harga Rp. 5.000 sepasang. Ia gembira, karena
disain yang dipilihnya disenangi teman-teman SMA-nya. Ia bangga karena perhitungannya
tepat dan mendapat untung yang lumayan pula.
Di rumah, Dewi Motik suka membantu ibunya memasak. Mereka memasak kue
bersama. Ibu Dewi Motik sering ketemu dengan istri-istri pegawai kedutaan, terutama
kedutaan Amerika Serikat. Dari ibu-ibu itu, Ibu Dewi Motik mendapatkan pengalaman dan
juga mendapat sebagian bahan-bahan kue yang enak. Suatu ketika, orang Kedutaan minta
dibuatkan kue yang enak, Dewi Motik memanfaatkan kesempatan itu. Setelah mendapat
modal, ia pun membuatnya. Hasilnya Dewi Motik mendapat uang. Ibunya tidak marah.
Kegiatan masak memasak ini dilakukannya terus menerus. Ini pula yang menyebabkan Dewi
Motik terpilih sebagai Ketua Sub Konsorsium Usaha Jasa Boga dan Memasak Depdikbud
(1984 – 1987 ; 1987 – 1990). Selanjutnya, pada tahun yang hampir bersamaan Dewi Motik
terpilih sebagai Ketua Umum Ikatan Ahli Boga Indonesia Pusat (1987 – 1999). Kebiasaan
Dewi Motik untuk bekerja dan mencari uang sendiri, terus berkembang. Ketika pekan raya
Jakarta yang kedua, ia menjadi penjaga salah satu stan di pekan raya itu. Orang tuanya
membolehkannya.
Pada tahun 1970, Dewi Motik mulai kuliah di IKIP Rawamangun. Ia memilih jurusan
pendidikan, karena baginya profesi guru itu adalah profesi yang mulia. Apalagi ayahnya
pernah menjadi guru di Taman Siswa. Saat itu guru sangat terhormat di masa masyarakat. Di
kampusnya, kebiasaan Dewi Motik tak pernah ketinggalan. Ia menjual kue dan sepatu
kepada penghuni dan pengunjung kampus. Setelah menyelesaikan sarjana mudanya, Dewi
Motik memperdalam ilmunya ke Amerika Serikat. Ia mengambil Jurusan Seni Rupa Florida
International University, Miami, USA (1971 – 1974). Ia merantau ke negeri orang dengan
modal take and give. Kalau nggak ada uang cukup dengan memberi perhatian atau sapaan.
Ketemu Satpam, tak ada salahnya kalau di beri sapaan. Dari Indonesia, Dewi Motik
membawa sejumlah souvenir sebagai hadiah kepada roang-orang disana. Ia merasa bahwa
ia orang asing di Negara Paman Sam itu. Souvenir yang dibawahnya antara lain: patung Bali,
perhiasan dari tulang, manik-manik. Teman-temannya se-asrama sangat suka dan ingin
mendapatkan hadiah-hadiah itu. Dibeli dengan harga berapa pun mereka mau. Keinginan
orang-orang Bule itu merupakan peluang bagi Dewi Motik. Otaknya mulai berputar. Dia jalan-
jalan ke toko-toko yang menjual barang-barang asal Asia yang mirip perhiasan dari
Indonesia. Ia melihat di tempat penjualan souvenir Philipina dan Thailand, banyak yang mirip.
Dewi Motik membeli barang-barang itu, lalu merubah bentuknya sedikit sehingga mirip dari
Indonesia, lalu di jualnya kepada para bule-bule yang “gila” perhiasan Indonesia itu.
Di kampusnya ia buka pameran barang-barang perhiasan. Disebutnya “Oriental
Bazar” . Pengunjungnya membludak, order banyak yang masuk. Acara itu sangat sukses.
Dari pameran dan bazaar ini Dewi Motik tentu saja mendapatkan banyak uang.
Ketika musim libur tiba. Dewi Motik mencari kesibukannya, dia menjadi pelayan di
salah satu keluarga di Amerika Serikat. Ia ingin merasakan bagaimana caranya menjadi
pelayan itu. Seumur-umur ia selalu ditemani pembantu. Sekali-sekali ada keinginannya
merasakan bagaimana menjadi pelayan. Ia bekerja sebagai baby sitter di salah satu keluarga
di sana.
Disamping itu Dewi Motik juga pernah menjadi waitress di Howard Johson Restoran.
Di situ ia mendapatkan pengalaman bagaimana cara orang Amerika menyiapkan makanan.
Makanan apa yang sangat mereka gemari, menjadi pengalaman berharga buat Dewi Motik.
Lebih dari itu, ia juga mendapat duit. Dengan duit itu, liburan ke Eropa (sesuai anggaran dari
Ayahnya), bisa diperpanjang sampai ke Mexico. Ketika ayahnya tahu hal itu, ayahnya tentu
saja kaget.
Ada cerita menarik ketika Dewi Motik menjadi pekerja sebagai waitress di Howard
Johnson Restoran itu. Ia tidak memiliki Social Security Number (SSN). Mendapatkan itu
harus ditest lebih dahulu. Dewi Motik malas mengikuti prosedur itu karena masih diperlukan
biaya dan juga belum tentu lulus. Dengan modal postur tubuhnya yang tinggi dan warna
kulitnya yang putih ia mencoba membaur di barisan orang-orang Cuba yang mirip dengan
dirinya. Orang-orang Cuba dianggap yang berpengalaman dan pasti sudah punya SSN, itulah
yang menyebabkan Dewi Motik lolos dari pemeriksaan, bisa kerja dan mendapat dolar yang
lumayan.
Dewi Motik sempat 4 tahun di AS, ia menimba banyak ilmu di sana, ia juga
mendapat banyak pengalaman yang berharga. Selang waktu inilah yang banyak memberi
pengaruh pada hidupnya sesudah itu. Tahun 1974 ia kembali ke Tanah Air. Ia membantu
ayahnya, meneruskan usaha ekspor-impor. Dewi Motik untuk pertama kali menjadi pedagang
semen. Saat itu belum ada pabrik semen di Indonesia. Ia juga menjadi agen mobil Merk
Datsun dan agen sepeda.
Tahun 1974-1975, Dewi Motik menjadi agen semen. Untuk mengambil semennya, ia
mondar mandir menjumpai Pak Onggok dari PT Ratu Salju ke Pluit. Denga pakaian blue
jeans dan mengendarai mobil pick up, Dewi Motik masuk ke daerah penjualan semen yang
asal Korea itu. Rata-rata yang kesana adalah keturunan Cina. Dewi Motik dianggap Cina. Ia
juga memang pura-pura jadi orang Cina. Karena ia pada bulan Ramadhan melakukan ibadah
puasa, maka ia dipanggil Mualaf Cina yang masuk Islam. Saat itu ia agak sedih mendengar
istilah itu.
Dalam kegiatannya sebagai pedagang itu, Dewi Motik masih menyempatkan dirinya
ikut kegiatan persatuan Wanita Indonesia. Juga ikut kadin. Ayahnya kemudian meninggalkan
bisnis ekspor-impor, berpindah ke bisnis sewa menyewa rumah. Sehingga Dewi Motik mesti
lebih konsentrasi pada bidang eksport-impor itu.
Rupanya kegiatan di atas belum cukup buat Dewi Motik, ia juga menyisihkan
waktunya untuk mengajar di lembaga pendidikan milik Ikaran Sarjana Wanita Indonesia.
Belakangan, di beberapa tempat lain ia juga mengajar. “Sayang kalau ilmu ini tidak dibagi-
bagi buat orang lain,” ujarnya.
Dampak dari pikiran dan sikapnya itu. Dewi Motik diminta sebagai pembicara
dibanyak forum. Ratusan kali ia menjadi pembicara di berbagai seminar. Ia biasanya
mengulas masalah kewiraswastaan, kemandirian, etika berbusana, dll. Bahkan pernah sekali
ia diminta oleh Kedutaan Belanda untuk menghadiri seminar di Curasao, Amerika latin, bekas
jajahan Belanda. Mereka berangkat kesana selama 36 jam perjalanan. Capek sekali. Tiba di
Curasao pukul lima pagi waktu setempat.
Sehubungan dengan penampilan Dewi Motik di berbagai forum sebagai speaker,
mengharuskan ia memakai pakaian dengan model-model menarik dan maju. Akibatnya ia jadi
panutan. Sebelum itu, pada tahun 1974, Dewi Motik pernah dinobatkan sebagai Top Model of
The Year oleh sebuah Yayasan pengembangan mode.
Tahun 1976, Dewi Motik bersama kakaknya Kemala Motik, melakukan sebuah
terobosan yang sangat penting bagi kaumnya. Mereka mendirikan wadah bagi pengusaha
wanita. Mereka sebut Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI). Melalui lembaga ini,
mereka ingin menjalin kerjasama antara sesama pengusaha wanita Indonesia. Di samping
itu, mereka juga mencoba meningkatkan ketrampilan mereka sebagai pengusaha, sambil
mengajak lebih banyak lagi wanita lainnya untuk bekerja dan mencari nafkah serta berusaha
memperluas kesempatan kerja bagi orang lain.
Kesibukannya sebagai pengusaha, keaktifannya sebagai pengajar, dan tugasnya
sebagai pimpinan organisasi, mengharuskan Dewi Motik selalu berusaha mempersiapkan
sesuatu sebelum acara atau peristiwa terjadi. Mulailah ia terbiasa membuat skedul kerja,
membuat rencana kerja, membuat tulisan makalah dan penjelasan tertulis. Kebiasaan baru
ini, mengantar beliau untuk menjadi seorang penulis. Maka dari tangannya, keluarlah sebuah
karya tulis. Yang pertama; Cintaku Tuhanku (kumpulan sajak). Kedua, Yang sopan yang
santun. Etika berbusana dan pergaulan pada umumnya, adalah bukunya yang ketiga.
Ia mengaku bahwa rampungya tulisan itu, sangat dibantu oleh dua rekan wartawati,
Titi Juliasih dari Mutiara dan Mary Zein dari Kompas. Baginya, wartawan sangat bermakna. Ia
adalah ibarat ajinomoto dalam makanan kita. Tanpa wartawan dengan karya-karya tulis
mereka rasanya kehidupan belum pas. Atas komentarnya, ia mendapat kiriman 1 karung
ajinomoto. Dewi Motik masih mampu menyisihkan waktunya untuk menulis di banyak media,
di Pelita, Surabaya Post, Famili, Femina dan beberapa media lainnya.
Aktivitasnya sebagai pengusaha, sebagai guru dan penceramah, aktifis organisasi,
penulis buku dan kolumnis beberapa media, menyebabkan Dewi Motik dikenal secara luas
oleh seluruh lapisan masyarakat. Beberapa tahun kemudian, sebuah lembaga
menobatkannya sebagai Wania Karir Ideal tahun 1977. Empat tahun sesudah itu, ia
dinobatkan sebagai wanita popular. Kesenangannya memakai busana yang baik dan sopan
setiap hari, mendorong dia menulis etika berbusana di atas, dan karena kegiatan itu pula ia
terpilih sebagai wanita berbusana terbaik tahun 1983. Enam tahun sesudah itu. Dewi Motik
terpilih sebagai wanita executive berbusana terbaik.
Dewi Motik amat menjaga tata kesopanan, ia tahan kerja keras dari pagi hari sampai
tengah malam. Kalau sudah capek, ia juga bisa tidur dimana saja, sepanjang tidak
mengganggu situasi. Ia mengaku bisa tidur pulas bila sedang dalam penerbangan dari
Amsterdam-Singapur.
Kini, ia bersama suaminya tercinta sangat bahagia dengan dua putera puteri
mereka. Anak pertama bernama Moza kelas III SMA sedang anak yang kedua adalah
Adimza kelas I SMP Al Azhar. Suaminya, Pramono Soekasno, dikenalnya sejak mereka
masih SMA, lewat acara Pesta Dansa Barata. Pria kekar turunan Solo itu bekerja di
Pertamina. Mereka pacaran selama 9 tahun dan akhirnya kawin 9 Mei 1975.
Tahun 1977, Dewi Motik menjadi Ketua Iwapi Jaya. Kiatnya memimpin wanita
pengusaha di DKI adalah dengan pendekatan kebawah. Kalau ada pengurus dan anggota
yang sakit. Dewi Motik mengajak yang lain untuk membesuk. Demikian juga kalau ada acara
pribadi pengurus dan anggota, yang lain mesti datang. Pendekatan selanjutnya adalah
melakukan rapat di rumah atau di tempat usaha pengurus atau anggota. Hal ini penting, yang
di datangi mendapat kehormatan karena orang datang ke rumahnya atau ke tempat
usahanya. Pengurus langsung mendapat laporan tentang perkembangan dan kelemahan
usaha anggotanya. Keuntungan lain: biaya pertemuan tidak masuk beban organisasi.
Pada umurnya yang ke 33, tahun 1982. Dewi Motik terpilih sebagai Ketua Umum
IWAPI. Dalam memimpin organisasi, ia tidak suka marah, tapi sangat sedih kalau generasi
muda itu tidak mau belajar dan sukanya santai saja. Banyak generasi muda di mata Dewi
Motik agak kurang memberi perhatian untuk merancang masa depan mereka.
Sebagai contoh, ia sedih pada generasi muda yang bekerja sebagai pemborong
gedung IWAPI berlantai 4 itu. Gedung bernilai 750 juta itu tidak dikerjakan dengan baik.
Tehelnya nggak lurus, plafonnya juga banyak yang bengkok. Sudut-sudut betonnya terlihat
kurang rapi, catnya tidak merata.
“Padahal gedung ini merupakan pusat kegiatan IWAPI, pusat pendidikan dan latihan
IWAPI, juga tempat beroperasi koperasi IWAPI. Kalau mereka tidak sukses mengerjakan
gedung ini, bagaimana orang lain bisa mempercayakan mereka membangun gedung baru
lagi,” tambah Dewi Motik agak emosi.
Setelah tamat dari IKIP tahun 1985, Dewi Motik langsung ambil S2 tahun 1988 ia
terpilih sebagai Wakil Ketua Umum Kadin Pusat. Dia satu-satunya wanita disitu. Ia tidak
merasa risih, karena baginya pria atau wanita sama saja. Nilai ini juga berlaku dalam
keluarga mereka, posisi laki-laki sama dengan wanita. Tokoh wanita yang jadi idolanya tidak
ada. Yang ia kagumi hanya Nabi Muhammad. Kalau pun ada tokoh Kartini, kehebatannya
sebetulnya hanya pada penalarannya, ujar Dewi Motik. Menurutnya, Kartini mempunyai
kelebihan untuk memprediksi apa yang akan terjadi jauh ke depan, seperti Alvin Tofler si
peramal dari Amerika Serikat itu.
Peristiwa penting dalam sejarah kewiraswastaan Dewi Motik, terjadi tatkala
Rombongan Delegasi Perdagangan Indonesia berangkat ke Eropa. Dalam rombongan yang
dipimpin oleh Menteri Prof. Dr. Soemarlin, Dewi Motik ikut melihat pabrik garment di kota
Manchester, Inggris. Ia melihat bahan pabrik garmen seperti itu bisa juga dibuat di Indonesia.
Sekembalinya dari sana ia langsung membangun pabrik garment di tanah mereka yang
kosong di Pulo Gadung (1981), PT Arrish Rulan. Perusahaan yang memproduksi jeans dan
2
jacket ini berdiri di atas tanah seluas 5.000 m , mempekerjakan karyawan 700 orang.
Tujuh tahun kemudian ia juga bersama keluarganya yang lain membangun pabrik
garment yang kedua di Tanjung Priok (PT Fauzi Dewi Motik). PT ini memiliki karyawan 300
orang. Bangunannya adalah gudang yang tidak dimanfaatkan sebelumnya. Luas tanahnya
2
5000 m .
Atas kegiatan usahanya itu, dibarengi dengan keaktifannya sebagai pembicara di
berbagai forum, dan tulisan-tulisannya. Presiden RI Jenderal (purn) Soeharto, atas nama
pemerintah menyerahkan penghargaan kepada Dewi Motik sebagai “Orang Muda Yang
Berkarya”. Tepat pada Upacara puncak HUT Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1988 di Balai
Sidang Jakarta.
Makin banyak usahanya, makin intensif kegiatannya, ia juga mendapat untung yang
semakin banyak, tapi ia merasa ada yang belum beres. Ia berpikir kurang bagus kalau hanya
menerima saja, sebaiknya memberi juga diintensifkan. Lalu, pada HUT yang ke 40 tahun
1989, Dewi Motik mendirikan De Mono. Sebuah lembaga pendidikan ketrampilan dan
kewiraswastaan yang komplit.
Bersama Arleen Djohan wirawan, SH menyiapkan semua keperluan sekolah itu.
Tepat hari ulang tahunnya, 10 mei 1989, Gedung De Mono yang berlantai IV itu diresmikan
oleh Menteri Perdagangan RI, DR Arifin Siregar. Saat itu banyak pengusaha terkenal hadir,
seperti Bob Sadiro, dll. Artis juga banyak yang hadir, acaranya sendiri dipandu Koes
Hendratmo. Tentu saja, sebagian besar pengurus IWAPI datang.
Mata pelajaran pada lembaga pendidikan ini antara lain: kerja praktek dalam merintis
pembukaan usaha di bidang perdagangan dan ekonomi, kepemimpinan, kewiraswastaan,
pemasaran, perpajakan, perbankan, psikologi, dll. Mata pelajaran itu, diteruskan acara tatap
muka dengan pengusaha nasional terkemuka dan pimpinan bank-bank pemerintah dan
swasta.
Nama De Mono adalah singkatan dari namanya dan nama suaminya. De-wi Motik
dan Pra-mono. Dan istilah De Mono ini adalah nama Dewi Motik dalam surat cintanya setiap
kali mengirim kepada mantan pacarnya Pramono puluhan tahun yang lalu.
Ide pendirian De Mono pada awalnya timbul karena sebelumnya Dewi Motik sering
mendapat surat cinta. Banyak sarjana yang minta pekerjaan padanya. Bahkan banyak orang
tua yang suka nitip anaknya dicarikan pekerjaan. Awalnya senang bisa bantu cari kerja.
“Namun lama-lama nggak enak lagi, kewalahan,” uangkapnya kesal.
Dewi Motik pernah memberi ceramah di tengah-tengah 200 sarjana pengangguran.
“Saat itu saya tergerak untuk mencari pekerjaan buat mereka, tapi pekerjaan apa, dan
mereka bisa apa?” gumam Dewi Motik dalam hati. Di Iwapi punya pengalaman mendidik ibu-
ibu untuk menjadi pengusaha kecil. “Kalau ibu-ibu RT saja bisa, masa sih sarjana tak bisa?”
bisik Dewi Motik memperkuat sikapnya mendirikan sekolah kewiraswastaan.
De Mono kini telah melepaskan hampir 1000 orang alumninya. Sebagian besar telah
berhasil pula membuka usahanya. Mereka sering mengundang Dewi Motik untuk
meresmikan pembukaan usaha mereka itu. “Adalah kebahagiaan tersendiri bagi saya ketika
saya sedang meresmikan usaha rintisan alumni De mono,” ungkap Dewi Motik penuh
kebanggan.
Kunci untuk bisa sukses sebagai seorang wiraswasta menurut Dewi Motik, harus
mampu merubah mental lebih dulu. Sesudah itu, berani mengambil risiko. Lalu, risiko itu
diperkecil. Untuk itu, secara terus menerus harus mencari peluang, dan Action “Bila pipi kiri
benjol, kasih pipi kanan. Kalau sudah lihat tembok jangan benturkan kepala. Kalau juga mau,
itu namanya goblok,” ujar Dewi Motik. Memulai sesuatu dengan positivie thinking dan
mempunyai keyakinan sukses adalah nilai-nilai yang selalu diajarkan Dewi Motik kepada
anak didiknya.
Akhir September 1991 yang lalu, Dewi Motik diminta oleh Panitia Peringatan HUT
HP PLSM yang ke XIV untuk berbicara di depan para pimpinan PLSM di Gedung YTKI.
Menurut Dewi Motik, inti kewiraswastaan ada dua. Pertama, harus mempunyai jati diri, yakin
akan kemampuan sendiri, tahu ke arah mana mau dituju, tidak malas, tidak cepat marah, dan
kerja keras. Kedua, inovasi/kreatif, harus berani memulai, mampu menghasilkan yang baru.
Kalau sudah memiliki kedua inti kewiraswastaan itu, kata Dewi Motik dalam
ceramahnya yang dimoderatori oleh Ketua Umum HP PLSM itu, maka turutilah pedoman di
bawah ini. Buatlah program yang sederhana, praktis dan jelas. Persiapkan semua strategi
dan kiat-kiat. Action secepatnya. Jangan lupa kerjasama dengan orang lain. Sekali-sekali jadi
anak buah, mau mendengar orang lain. Learning by doing. Antisipasi semua gejala
perubahan, jangan statis. Disiplin diri, konsisten. Untuk memecahkan masalah, berfikirlah
secara bergantian dari mikro ke makro atau sebaliknya.
Dalam perjalanan hidupnya. Dewi Motik selalu merasakan kesenangan dan
kesedihan silih berganti. “Itulah kehidupan,” katanya. Ia mengaku banyak sekali problem yang
ia jumpai sehari-hari. Ia selalu mengambil sikap tenang. Lalu berfikir mencari pemecahan
yang paling baik. Tapi sehebat-hebatnya risiko yang ia hadapi ia tak pernah gentar, ia hanya
takut sama Tuhan.
Ketika ia masih SD, secara terpaksa ia harus membawa jenazah yang berdarah-
darah. Karena familinya itu mati dalam kecelakaan perjalanan semobil dengannya. Ia hadapi
situasi itu, dan ia sendiri lolos dari musibah itu. Pengalaman yang cukup mencekam itu
sangat membekas dalam ingatannya. Dalam situasi apa saja dan dimana saja, sesuatu yang
fatal bisa terjadi pada diri kita, katanya. “Yang iri, yang benci, yang marah dan yang ingin
mencelakakan kita kemungkinan ada, tapi kalau kita sudah menyerahkan diri kepada Tuhan,
mengapa kita mesti takut?” tanya Dewi Motik. Toh kehidupan kita, kemampuan kita ini,
adalah pinjaman dari Tuhan, ungkap Dewi Motik agar berkhotbah. “Kalau ada masalah,
segera lapor Tuhan dan cepat mengambil keputusan, itulah kebiasaan yang baik,” ujarnya.
Dua tahun lalu, kuota ekspor garment dilarang masuk AS, ia menderita kerugian.
Lalu bersama pengusaha garment lainnya mereka bekerjasama dengan pemerintah mencari
pemecahannya. Sekarang sudah tak ada masalah kuota lagi. “Untuk meraih sukses, kita
harus kreatif, lalu menyusun konsep sederhana dan praktis, terus action,” ujar Dewi Motik
mengungkapkan kitanya mencapai keberhasilan. “Jangan bikin ruwet, capek, jangan lama-
lama, peluang bisa hilang,” pesannya kepada orang yang menanyakan apa yang dibutuhkan
untuk memulai berusaha.
Peristiwa yang baru menghadangnya, adalah terbitnya post card dengan kata-kata
yang sangat merugikan dirinya. Fotonya ditaruh di post card itu, dituduh sebagai anti
kenaikan upah buruh oleh seorang Amerika. Menghadapi ini, Dewi Motik mengambil sikap
tenang. Sebab, ia sendiri tidak paham apa maksud orang Amerika itu. Apakah ini persoalan
politik global atau persoalan pribadi, tak jelas. Sampai sekarang, Dewi Motik belum bisa
mengetahui apa tujuan pembuatan post card itu, dan siapa yang merekayasanya. Banyak
pihak yang menganjurkannya ke pengadilan. Namun, Dewi Motik masih mengambil sikap
tenang. “Ini bukan peluang bisnis, jadi tidak perlu actionnya cepat,” ujarnya memberi
keterangan.
Akhirnya ia membawa persoalan itu ke pengadilan setelah dipikirkan secara matang.
Banyak pejabat mau berdiri di belakangnya namun, karena si Amerikanya minta maaf, Dewi
Motik merencanakan pembatalan tuntutan itu. “Orang yang minta maaf perlu dimaafkan,” kata
Dewi Motik sambil mengutip ucapan seorang nabi.
Satu-satunya yang paling membahagiaan dalam hidup Dewi Motik adalah
melahirkan anak. “Itulah puncak kebahagiaan yang pernah saya rasakan,” ujarnya.
Dewi Motik adalah pribadi yang suka pragmatis, senang yang praktis. Ia kini sedang
menggeluti S2 Program Strategi di UI. Dalam kaitannya sebagai praktisi ia berkeinginan
mempelajari konsep-konsep yang praktis. Perang gerilya misalnya sebuah konsep keilmuan
di bidang militer yang sangat praktis, tidak terlalu teoritis. Sering melakukan Hit and Run.
Teman-temannya kuliah, berpangkat Letkol dan Kolonel dari angkatan bersenjata. Tak usah
heran kalau kini Dewi Motik bergelut dengan buku-buku Mao Tse Tung, Buku Pak Nasution
tentang Perang Gerilya.
Prinsip Dewi Motik, kalau melihat orang lain punya kelebihan jangan iri. “Kita harus
belajar untuk bisa mendapatkan; seperti yang mereka dapatkan. Sistem pendidikan di
departemen Hankam misalnya, memberi hasil yang baik. Mayoritas pimpinan terbaik bangsa
ini lahir dari pendidikan militer. Kita jangan iri. Kita buat yang sama, kita kerja keras dan
tingkatkan disiplin,” ujarnya. Pernyataan Dewi Motik memang ada benarnya. Kalau
diperhatikan, sistem rekruitmen kepemimpinan nasional, memang banyak muncul dari
kalangan militer. Kelebihan mereka antara lain, tidak neko-neko, mampu berpikir sistematis,
punya visi, daya tahan fisik cukup kuat, dan memiliki sense of joke (rasa humor). Hari-hari
Dewi Motik yang penuh dengan kesibukan itu, selalu diawali dengan baca koran di pagi hari.
“Saya gelisah kalau tak baca koran di pagi hari,” ujarnya. Hobby lain: nonton TV dan
berenang. Kalau musim libur, Dewi Motik sekeluarga sering berlibur ke luar negeri. Bila ada
rapat atau konferensi di Bali misalnya, Dewi Motik juga sering mengajak keluarga ke sana,
sekalian liburan.
Dewi Motik mengaku suaminya cukup pengertian. Baginya, sesibuk-sibuk istri, bila
selalu menghargai suami dan memberi pengertian, tidak akan ada masalah. Kendati
demikian, tokoh wanita yang paling sering muncul di media massa itu, mengungkapkan: tidak
ada suami istri yang cocok 100%.
Antara segala macam kegiatan dengan masalah keluarga, sering bertolak belakang.
Kadangkala, setiap orang diharuskan untuk menentukan pilihan. Bila kenyataan yang sama
ditemui Dewi Motik dalam kehidupannya sehari-hari, ia melakukan dengan skala prioritas.
Sebagai contoh, ketika ada pertemuan penting di kantornya, padahal, pada saat yang sama
ibunya dikabarkan sakit, dan akan dioperasi, aktivis Muhammadiyah ini harus memilih
meninggalkan pertemuan penting menyangkut kariernya itu. Sebab, posisi orang tua baginya
adalah segala-galanya. Sedangkan pertemuan tadi masih bisa terulang, atau resikonya tidak
separah kalau ia tidak membesuk ibunya.
Sebaliknya, ketika anaknya sakit, padahal ia harus memimpin delegasi Indonesia
yang menghadiri pertemuan pengusaha wanita di India, Dewi Motik memilih Berangkat ke
pertemuan yang dibuka oleh Perdana Menteri India, Almarhum Indira Gandhi itu. Bukan
karena tega atau tidak sayang anak, tapi hal ini didiskusikan dulu dengan suaminya, setelah
setuju ia lalu pergi menunaikan tugas negara dalam memperluas cakrawala pengusaha
wanita Indonesia itu.
Alasan Dewi Motik kenapa menekuni dunia pendidikan – mengajar, berceramah,
menulis – dan dunia wiraswasta, karena Bangsa Indonesia sangat tertinggal bila dibanding
dengan negara maju, dalam berbagai bidang, “Persaingan semakin ketat, dunia pengetahuan
dan teknologi berkembang dengan pesatnya. Kita harus berlari semakin cepat,” ujarnya.
Caranya menurut Dewi Motik: pendidikan ditingkatkan dan harus dibuat gratis, agar
strata pendidikan masyarakat kita relatif merata. Akhirnya mereka bisa mencari nafkah sendiri
tanpa harus menyandang gelar pengangguran lebih dulu, tambahnya. Untuk mengatasi
pengangguran, katanya, sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dunia wiraswasta
harus digiatkan terus menerus. Rakyat mesti dianjurkan menciptakan lapangan kerja bagi
dirinya sendiri dan bagi orang lain, tambah Dewi Motik. Menurutnya, membangun
perekonomian dari sebuah bangsa lebih baik dimulai dari yang kecil, lalu didorong menjadi
yang besar. Itu semua, lanjut Dewi Motik, sangat tergantung pada political will pemerintah.
Dewi Motik mengambil contoh AS dan Jepang, mereka itu sangat berkepentingan
membantu pengusaha kecil mereka, baik bantuan modal, perlindungan hukum dan berbagai
insentif lainnya. Dewi Motik mengaku bahwa Indonesia mempunyai kebijakan yang sama,
Kredit Usaha Kecil (KUK) misalnya, namun hal itu, harus ada perbaikan dan konsistensinya.
Terpilihnya Indonesia sebagai Pelaksana Konferensi Tingkat Tinggi negara-negara
Non Blok, menurut Dewi Motik merupakan pertanda bahwa Indonesia termasuk negara aman
di Asia Tenggara. Katanya: itu adalah peluang, sebab banyak negara luar tidak begitu kenal
Indonesia, boro-boro mau berinvestasi. Setiap investasi memerlukan perencanaan
menyeluruh, selain faktor keamanan di atas, potensi sumber daya alam, pasar, tenaga kerja,
dll juga perlu diperhatikan. “Tenaga kerja atau buruh adalah merupakan kekuatan dari
sebuah badan usaha atau industri,” ujar Dewi Motik. Karena itu, lanjutnya, buruh harus diberi
perhatian seperlunya, kalau tidak perusahaan tempat buruh itu bekerja bisa rusak
programnya.
Dewi Motik memang luar biasa sibuk. Dalam kapasitasnya, sebagai Direktur Utama
Restoran Manari – restoran theaterical pertama dan terbesar di Jakarta – dengan
pengalaman jasa boga sebelumnya. Dewi Motik terpilih sebagai Ketua Umum IKABOGA
periode 1990 – 1993. Dalam Festival Istiqlal yang baru lalu, Dewi Motik termasuk salah
seorang panitia perancang dan pelaksananya. “Nafas Islam adalah nafas yang paling
mendasar dalam memberi pengaruh pada pembangunan di Indonesia,” katanya memberi
alasan keterlibatannya pada festival itu. Kegiatan bernafaskan Islam memang menjadi bagian
kegiatan yang digeluti Dewi Motik sehari-hari. Bahkan, ia juga termasuk pimpinan Yayasan
Motik – sebuah Yayasan yang mengelola Sekolah Al Rahman (TK dan SD Islam di
Kuningan). Tujuan Yayasan ini: Syariah Islam di bidang pendidikan bagi bangsa dan negara.
Dalam rangka meningkatkan pendidikan Remaja putri, sekaligus mengembangkan
sektor pariwisata dan dunia usaha lainnya. Dewi Motik sejak 1981, mendirikan Yayasan Putri
Ayu. Yayasan yang dipimpinnya ini, telah menyelenggarakan 11 kali lomba putri ayu yang
memperebutkan piala Ibu Tien Suharto. Pemenang yang ke 11, tahun 1991 ini, adalah
seorang mahasiswa sebuah institut ternama di Jakarta. Tahun depan, kalau tidak ada halang
melintang, gadis keturunan Dayak itu – suku pedalaman Kalimantan – akan mengikuti Miss
Universe di Bangkok.
Sambil menjalankan semua itu, ekspansi dibidang usaha, sebagai praktisi
wiraswasta, Dewi Motik terus melaju mencari peluang usaha, mencari uang dan memperluas
lapangan kerja. Tahun 1991, Dewi Motik bekerjasama dengan Departemen Transmigrasi
mengelola Agro Bisnis di Sumatera Selatan, asal leluhurnya. Bisnis yang dibiayai oleh Bank
Dunia ini, mengelola PIR dalam bentuk yang diperbaharui seluas 5000 Ha. Dewi Motik terus
berlari, mendidik, mencari peluang bisnis, memberi peluang kerja bagi orang lain, buat
pengabdiannya bagi ibu pertiwi. Selamat buat BU DEWI.
FADEL MUHAMMAD
Sebagai kepala sebuah perusahaan bernilai $16,2 milyar yang bertanggung jawab
atas 26.000 orang karyawan, Andrew Grove, pejabat eksekutif kepala Intel Corporation,
masih mempunyai pandangan sebagai wirausahawan. “Hal yang paling baik adalah membuat
keputusan yang tepat. Membuat keputusan yang salah juga oke-oke saja. Hal yang paling
buruk untuk dilakukan adalah melindungi diri sendiri dari kemungkinan menderita kerugian.
Tindakan seperti itu adalah kegagalan.
Intel tidak pernah melindungi diri sendiri dari kemungkinan merugi atau takut
mengambil risiko. Sejak awal berdirinya perusahaan ini dengan gigih maju terus memasuki
wilayah baru. Pada tahun 1968, ketika Gorden Moore dan Robert Noyce meninggalkan
keamanan sebuah perusahaan besar yang sudah mapan untuk memulai perusahaan mereka
sendiri, rencana mereka adalah memabrikkan satu produk yang belum mereka ciptakan:
sebuah chip semikonduktor mini dengan kemampuan yang sama untuk menyimpan memori
komputer dengan inti magnetis besar yang digunakan dalam komputer mainframe. Di bawah
pimpinan Moore dan Noyce, para insinyur Intel mulai mengemas semakin banyak
kemampuan komputer dalam chip yang semakin kecil. Pada tahun 1971 mereka membuat
sekeping chip yang bisa aktif dalam operasi komputer. Mikroprosesor, sebagaimana benda
itu kemudian disebut, adalah sebuah alat yang sekarang sama peringkatnya dengan mesin
pemanen McCormick dan jalur perakitan Henry Ford sebagai tonggak pengukur dalam
sejarah penciptaan.
Dengan membuat kompak daya komputer 3.000 kaki persegi ke dalam sekeping
chip yang ukurannya lebih kecil daripada kuku jari tangan, mikroprosesor Intel memungkinkan
bisa dibuatnya komputer pribadi (PC). Sementara revolusi PC mendapat momentum pada
awal tahun 1980, Robert Noyce (yang meninggal tahun 1990) memberikan komentar bahwa
“perubahan yang ditimbulkan oleh intel terjadi dalam masyarakat kita.”
Penciptaan mikroprosesor barulah permulaannya. Intel, pemimpin teknologi awal,
melakukan upaya sekuat tenaga untuk mempertahankan kepemimpinannya. Dengan bantuan
Andrew Grove, manajer kinetik dan ahli pikir organisasi, perusahaan berhasil tetap berada di
depan calon pesaing selama dua puluh tahun. Bahkan setelah memantapkan pembuatan
mikroprosesor, yang diproduksi dalam pabrik yang modern di seluruh dunia, sebagai industri,
Intel terus beroperasi sebagai lembaga penelitian. Dalam tahun-tahun belakangan anggaran
tahunannya untuk penelitian dan pengembangan memuncak menjadi $1 milyar.
Penekanan yang berat pada penelitian dijelaskan dengan dua komentar yang dikutip
secara meluas masing-masing oleh Gordon Moore dan Andrew Grove. Yang pertama, yang
sekarang dikenal sebagai “hukum Moore,” adalah bahwa “kekuatan dan kerumitan chip
silicon akan meningkat dua kali lipat setiap delapan belas bulan. Yang kedua, yang
menjelaskan dorongan Intel untuk berada di depan setiap kali chip silicon mencapai
kemanjuan, bisa disebut “pernyataan Grove”: “hanya orang yang paranoid saja yang akan
lestari.”
Gordon Moore dibesarkan di sebuah kota pantai kecil di selatan San Francisco,
tempat ayahnya menjadi deputy sheriff dan ibunya mengelola toko. Dia pergi meninggalkan
kampung halamannya untuk menuntut pendidikan yang diselesaikannya pada tahun 1954
dengan gelar Ph.D. dalam kimia dan fisika dari Institut Teknologi California. Pada tahun 1956,
setelah dua tahun bekerja di Laboratorium Fisika. Terapan di Johns Hopkins, Moore kembali
ke California, tempat dia mengambil pekerjaan sebagai ahli kimia penelitian di Shockley
Semiconductor. Salah satu rekan kerjanya adalah Robert Noyce, tamatan Perguruan tinggi
Grinnell dengan gelar Ph.D. dalam enjiniring. Dari Institut Teknologi Massachusetts. Shockley
Semiconductor seharusnya merupakan tempat kerja yang menarik; ini adalah kelompok
penelitian dengan dana cukup yang dioperasikan oleh William Shockey, yang memenangkan
hadiah Nobel pada tahun 1956 untuk perannya dalam menciptakan transistor. Dengan
mengalirkan impulses melalui “semikonduktor” yang dipres di antara dua kepingan, transistor
menggantikan tabung hampa udara dalam elektronik, merintis jalan untuk pembuatan radio
yang lebih kecil ukurannya. Terobosan ini akhirnya akan merintis jalan menuju pembuatan
komputer pribadi.
Pada tahun 1956-57, para ilmuwan di Shockley Semiconductor melakukan
eksperimen dengan kemungkinan yang berada di luar jangkauan transistor, menyelidiki
efisiensi penggunaannya dalam pembuatan mesin dan alat elektronik kecil lainnya. Tetapi
mereka menderita di bawah pemerintahan tirani Shockley. Ketika Noyce, Moore, dan
setengah lusin orang lainnya sangat kecewa dengan administrasi Shockley, mereka
berusaha minta bantuan kepada Arthur Rock, seorang bankir investasi yang berkantor di San
Francisco. Dia mengusahakan agar mereka berhubungan dengan Fairchild Camera dan
Instrumental Corporation, sebuah perusahaan besar di New York, yang setuju memulai satu
divisi baru yang dibaktikan kepada penelitian semikonduktor. Ketika Fairchild Semiconductor
dibuka pada tahun 1957 di mountain View, California, dengan Noyce sebagai manajer divisi
dan Moore sebagai manajer enjiniring, itu merupakan kelompok penelitian semikonduktor
yang kedua di kawasan yang kemudian dikenal dengan nama Lembah Silikon.
Noyce adalah seorang pencipta yang cemerlang, pada tahun 1959 dia berhasil
menguji satu sirkuit terpadu: dia menguji satu sirkuit terpadu: dia menggabungkan seluruh
jalur elektris banyak transistor pada sekeping chip silicon. Dalam waktu yang tidak terlalu
lama, sirkuit terpadu Fairchild Semiconductor menggantikan sakelar elektromekanis yang
menjalankan komputer dan mesin-mesin lainnya. Dengan mengandaikan bahwa ini baru
merupakan awal dari pengurangan skala yang luas, Gordon Moore membayangkan
kemungkinan baru yang tidak ada habis-habisnya. Kalau sirkuit transistor bisa dibuat agar
pada pada chip silicon, dia mempertimbangkan, banyak cara yang bisa ditemukan untuk
melipatgandakan kemampuan sekeping chip-dan kemungkinan melipatgandakan kembali.
Intel didirikan sebagai sebuah perusahaan pada tanggal 18 Juli 1968, dengan nama
NM Electronics (NM adalah singkatan untuk “Noyce” dan “Moore”). Rock menjadi Pimpinan
Dewan Direksi, Noyce menjabat sebagai presiden direktur dan CEO, dan Moore sebagai
wakil presiden direktur eksekutif. Mereka mendirikan bengkel di Mountain View, California,
hanya di ujung jalan dari Fairchild Semiconductor, dan Universitas Stanford. Setelah
merekrut kira-kira setengah lusin karyawan dari Fairchild, termasuk Andrew Grove, mereka
mulai mengisi satu sudut kecil tetapi akhirnya menciptakan sebuah industri baru. “Bisnis
memori semikonduktor tidak ada,” kata Noyce. “Itu adalah kunci menuju kelestarian hidup
sebuah perusahaan yang masih muda. Kita berusaha memasuki bisnis yang kurang
penduduknya atau tidak berpenduduk sama sekali.”
Walaupun produk pertama merupakan keberhasilan besar, para manajer Intel
menyadari bahwa perusahaan masih jauh dari merealisasi tujuannya mencapai pemasukan
tahunan sebesar $25 juta. “Banyak hal mungkin dicapai secara teknologis, tetapi hanya
produk yang mampu meraih keberhasilan ekonomi saja yang akan menjadi realita,” kata
Noyce.
Sejak awal, pemabrikan chip silicon sangat rumit. Pada awal tahun tujuh puluhan
pabrik akan mengurangi satu rancangan melalui fotografi, dan kemudian mencetaknya pada
sekeping kecil silicon. Proses ini diulangi berkali-kali untuk mengepak ribuan transistor pada
sekeping chip. Produksi chip sangat mahal, dan terobosan teknologi akan lesu kalau Intel
tidak merancang cara, pada setiap tahap, untuk memproduksi chip pada laju kecepatan yang
mampu dicapai.
Grove, yang dalam pikirannya mempunyai organisasi industri, diberi tugas
memimpin produksi dan membantu pengarahan eksperimentasi awal perusahaan dengan
jalur perakitan. “Kawasan pemabrikan ini kelihatan seperti pabrik Willy Wonka, dengan slang,
kabel dan jaringan perangkat yang berjalan dengan bunyi berdegup-degup,” Grove teringat.
Tahun-tahun awal Intel hanya merupakan pendahuluan menuju terobosan yang
akan meluncurkan pertumbuhan perusahaan dan penyebaran komputer pribadi-pada tahun
1970-an. Ciptaannya adalah mikroprosesor, yang disebut Gorden Moore “salah satu produk
paling revolusioner dalam sejarah umat manusia.” Penemuan ini bukan peristiwa yang
diperhitungkan, tetapi hanya satu langkah yang logis dalam upaya Intel yang terus-menerus
untuk membuat chipnya lebih cerdik dan mengurangi ukuran alat yang memberikan kekuatan
kepada kemampuan fungsi komputer.
Pada tahun 1969 sebuah perusahaan Jepang meminta kepada Intel agar
memproduksi rangkaian chip yang akan memungkinkan kalkulator genggam bisa melakukan
hitungan rumit yang hanya bisa dilakukan oleh mesin hitung atau komputer yang lebih besar.
Bukannya memasang bebarapa chip berdampingan, insinyur Intel Ted Hoff kebetulan
mendapatkan gagasan menggunakan empat chip yang saling berhubungan, dengan satu
chip yang kuat di tengah-tengahnya. Dalam proses ini, Hoff merancang satu metode untuk
menempatkan seluruh “cental processing unit” (CPU) pada satu chip tunggal. Dan satu chip
tunggal ini satu pemecahan yang tidak terduga-duga untuk memenuhi permintaan dari
seorang pelanggan menjadi mikroprosesor Intel 4004.
Dalam sebuah ilustrasi grafis hukum Moore, Intel 4004-yang tidak lebih besar
daripada seekor ulat pipih dengan kaki logam-dipak dengan 2.300 transistor dan berisi
kekuatan fungsi komputer sebanyak ENIAC 1946, komputer elektronik pertama, yang
memenuhi tempat seluas 3.000 kaki persegi. Chip yang berharga $200 ini, yang
diperkenalkan pada tahun 1971, bisa menyelesaikan 60.000 operasi yagn menakjubkan
hanya dalam waktu satu detik.
Produk elektronik konsumen seperti Altair dan TRS-80 menjadi popular dengan
seketika, dan masing-masing menggunakan sekeping chip Intel. Sampai tahun 1978, setelah
perusahaan memperkenalkan chip 8086, pemasukan Intel hampir sebesar $400 juta.
Tahun 1970-an mengubah Intel menjadi raksasa. Pemasukan meningkat dari $4,2
juta pada tahun 1970 menjadi $661 juta pada tahun 1979, satu tahun ketika perusahaan
memegang 40 persen pasar mikroprosesor yang bernilai $820 juta. Sampai tahun 1980
sahamnya meningkat 10.000 persen dari harga penawaran aslinya $32,50 per lembar. Tanpa
utang jangka panjang dan posisi dominan dalam pasar yang dibantu terciptanya, Intel
merasakan tempatnya dalam industri aman. Namun para pemimpin perusahaan merasa
bahwa mereka baru mulai menyadari kemungkinan teknologi ini. Dengan memasukkan
semakin banyak kemampuan fungsi komputer ke dalam kepingan silicon, mereka
berkeyakinan bahwa satu chip tunggal akan bisa memegang kekuatan yang sama dengan
mainframe, komputer kerja yang besar, yang terutama diproduksi oleh IBM, yang mendorong
sebagian besar usaha bisnis skala besar.
Walaupun demikian para pionir Intel yang berani ini akan menghadapi tantangan
yang tidak terduga-duga. Ukuran maupun tradisi tidak akan menjamin masa depan
perusahaan dalam pasar komputer yang dengan cepat bergeser. Sebagaimana yang ditulis
oleh Howard Rudnitsky dalam Forbes tentang industri semikonduktor pada tahun 1980:
“masih kompetitif tanpa kenal ampun tetapi semakin padat modal dan rumit, bukan lagi bisnis
tempat Anda bisa memulai dalam garasi dengan modal $100.000 atau bermain di tempat lain
secara besar-besaran-bahkan seandainya Anda seorang Intel, dengan $66 juta setahun
dalam litbang dan $150 juta dalam pengeluaran modal.”
Diperkenalkannya komputer pribadi IBM mengubah dunia komputer. Dengan
dukungan perusahaan raksasa sepergi “Big Blue,” komputer pribadi-mesin dengan “otak” dan
memori-dengan cepat menjadi produk yang panas bagi individu maupun bisnis. IBM-PC
seketika menetapkan chip 8086 Intel sebagai standar industri. Karena IBM tidak
mengembangkan banyak teknologi khusus yang berhubungan dengan PC, perusahaan-
perusahaan bisa meniru PC tanpa terlalu banyak kesulitan.
Walaupun Moore dan Noyce tetap berada di puncak tangga perusahaan Intel,
Andrew Grove merupakan daya pendorong di belakang perluasan perusahaan yang kuat,
setelah diangkat menjadi presiden direktur dan pejabat operasi kepala pada tahun 1979.
Grove yang sikapnya tegas dan mempunyai dorongan kuat yang luar biasa ini dberi nama
julukan “Jenderal Prusis.” Dia dikenal sebagai orang yang menyimpan daftar pekerja yang
datang sesudah pukul delapan pagi; dan pada tahun 1981, ketika perusahaan mengalami
kesulitan dalam masa resesi, dia menghasilkan “pemecahan 125 persen”. Semua karyawan
professional dipaksa bekerja seminggu lima puluh jam tanpa peningkatan upah.
Intel mempunyai kesulitan dalam mempertahankan dominasinya pada tahun 1980-
an. Karena rintangan untuk memasuki industri mikroprosesor sangat tinggi, perusahaan-
perusahaan yang berusaha merampas sudut pasar Intel yang luas biasa menguntungkan
adalah perusahaan-perusahaan besar dengan kantong tebal: Texas Instruments, Motorola,
dan semakin banyak perusahaan Jepang.
Penyelamatan Intel datang – seperti yang selalu terjadi – melalui terciptanya satu
produk baru yang membuat standarnya sendiri sebelumnya, dan standar semua pesaing,
terasa tidak cukup cepat lagi. Pada bulan Oktober 1985 Intel memperkenalkan mikroprosesor
386, yang mengembangkannya makan biaya lebih dari $ 100 juta. “Sebagai mukjIzat
miniaturisasi, mikroprosesor ini berukuran ¼ inci persegi, namun melakukan untuk kerja
dengan kekuatan dan kecepatan yang sama dengan banyak komputer ukuran penuh,”
Forbes melaporkan pada bulan Juni 1986.
HARI DHARMAWAN
LEGENDA BISNIS “MATAHARI”
Satu hari yang sangat indah untuk main golf. Pada musim semi
yang indah itu, tidak ada awan di langit di Martha’s Vineyard. Dua
orang laki-laki mengitari ruang manicure (perawatan tangan dan
kuku), di bawah siraman matahari sambil bercakap-cakap. Mereka
tampak begitu bahagia dapat bebas dari kantor mereka, jauh dari
berbagai rutinitas yang melelahkan. Bukan hanya udara segar dan
matahari yang membantu mereka melupakan berbagai kecemasan, tetapi juga kemenangan
yang memuaskan melawan pasangan pemain golf lainnya. Mereka orang-orang yang
membenci kekalahan-dalam hal apapun. Sepintas, tampaknya tidak ada yang luar biasa; dua
orang setengah baya keluar bersama. Yang satu cukup tinggi dengan rambut abu-abu dan
agak gemuk; sementara yang lainnya sedikit lebih pendek dan tampak satu decade lebih tua.
Mungkin mereka teman atau kolega, atau mungkin sepasang salesman bermain hookey
selepas kerja. Tetapi bagi mereka yang cermat, apa yang mereka lihat lebih dari sesuatu
yang biasa. Dua orang laki-laki berotot berpakaian rapi berdiri dengan anehnya, sambil
berbicara pelan melalui walkie talkie. Mereka tampak aneh di lapangan rumput yang hijau itu,
seperti aktor yang main di film yang salah. Tetapi kehadiran mereka jelas-jelas
mengindifikasikan bahwa pertandingan golf itu bukan sekadar pertandingan biasa.
Sebenarnya, duo itu sangat berpengaruh di bumi ini. Laki-laki yang lebih tua adalah John
Francis Welch jr., pimpinan dan CEO General Electric. Sedangkan yang berbadan lebih
besar adalah William Jefferson Clinton, presiden AS ke-40. Golf adalah olah raga kesukaan
Welch. Pada bulan Mei 1995, Welch mengalami operasi jantung dan segera sembuh.
Sekarang, ia banyak kehilangan kesempatan yang ia peroleh, seringkali dalam sehari hanya
bermain 36 hole. (Pada musim semi tahun 1996, ia mengantongi 70 hole untuk pertama
kalinya; dengan 69 hole ia memenangi kejuaraan klubnya di Sankaty Head health Club di
Nantucket.) Sekalipun Welch dan Clinton telah menyelesaikan 18 hole, mereka sepakat untuk
bermain lagi. Saat bersantai dan saat yang penuh kebebasan merupakan saat langkah bagi
mereka. Mereka belum siap untuk mengakhiri saat-saat seperti itu. Mereka berharap hari ini
tidak berakhir. Lawan main mereka adalah Ben Heineman, Jr., penasihat General Electric,
dan pengacara Vernon Jordan, salah satu teman terdekat Clinton. Senang melihat Welch
dan sang presiden bekerja sama dengan sangat baik, Heineman diam-diam memuji dirinya
karena telah mengusulkan kepada Jordan agar mereka berdua, yang sama-sama sedang
belibur di Vineyard, bermain bersama dalam satu tim golf. Mereka berempat menyelesaikan
sembilan hole lagi. Kali ini, Welch dan Clinton kalah, tetapi kekalahan itu pun tidak
mengurangi kebahagiaan mereka pada hari ini. Mereka siap melanjutkan permainan, tetapi
Heineman harus mengejar ferry, karena itu akhirnya mereka menyelesaikan permainan. Dua
hari kemudian gambar Wech dan Clinton yang sedang santai dan tersenyum dengan tongkat
golf mereka, muncul di New York Times.
Walch memiliki banyak alasan untuk tersenyum. Dia pimpinan perusahaan yang
paling berharga di muka bumi ini, eksekutif bisnis yang paling luar biasa dan mengagumkan
di Amerika Serikat. Memang benar, media lebih memperhatikan Bill Gates (Microsoft) dan
Andy Groves (Intel), tetapi Jack Welch tidak peduli siapa yang menjadi bintang panggung.
Pada kenyataannya, Welch merupakan pimpinan eksekutif yang paling sukses di Amerika;
dia tidak membutuhkan validasi dari Koran ataupun majalah untuk apa yang telah dia raih.
Gates, Grove dan perusahaan mereka mungkin memang lebih cemerlang tetapi Welch
memimpin sebuah bisnis yang mempunyai sedikit pesaing dalam ukuran dan tidak satupun
yang bermasalah. Sekalipun Welch tidak mengakuinya, Welch sangat bangga dengan fakta
bawa setiap pesaing cemburu pada General Electric. Sekalipun Welch memiliki banyak hal
yang dapat dibanggakan, dia bukan jenis orang yang suka menyombongkan diri. Adakah
orang lain, yang telah demikian sukses dalam dunia bisnis, akan mengatakan seperti
dikatakannya apda bulan Desember 1977, “Saya tidak cukup puas dengan kondisi kami saat
ini.” Tidak sadarkah dia bahwa dia telah meningkatkan kinerja General Electric dan
mengubahnya menjadi perusahaan yang paling dinamis di AS? Apakah ini hanya sekadar
wujud dari kerendahan-hati? Sama sekali bukan. Yang dia maksud adalah sebagai berikut:
Saya tidak dapat puas dengan apa yang telah saya dapatkan. Jika saya puas dengan yang
telah saya raih, saya mati!
Pada awal musim panas, General Electric menduduki peringkat pertama dari daftar
100 Perusahaan Top di Business Week berdasarkan Nilai Pasar untuk yang kedua kalinya,
dengan nilai pasar $198,08 milyar. Daftar tersebut bukan hanya daftar perusahaan-
perusahaan Amerika, tetapi perusahaan-perusahaan di seluruh dinia. Peringkat kedua
diduduki oleh Coca-cola ($169 milyar), NTT dari Jepang ($151 milyar), dan Microsoft Bill
Gates ($148 milyar). General Electric, yang sejak tahun 1993 menduduki peringkat pertama
dalam hal nilai pasar AS, pada 31 Desember 1997 memiliki nilai pasar sebesar $ 240milyar, $
50 milyar lebih besar dari perusahaan kedua terbesar, Royal Dutch/Shell. Pada Maret 1998,
nilai pasar General Electric meningkat menjadi $250 milyar. Lagi pula, ranking General
Electric hampir menduduki puncak daftar perusahaan paling profitable di AS. Laba kuartal
pertama tahun 1996 mencapai $1,67 milyar, lebih besar dari laga General Electric selama
tahun 1981 ($1,65 milyar), tahun saat Welch mengambil alih kepemimpinan General Electric.
Laba General Electric kuartal ketiga adalah $2,01 milyar, jauh lebih besar dari perusahaan-
perusahaan Amerika, seperti Exxon ($1,82 milyar) dan Intel ($1,574 milyar). Tahun 1996
merupakan tahun yang terbaik bagi General Electric. Pendapatan General Electric naik
sampai $79,2 milyar, 13 persen lebih tinggi dibandingkan pendapatan tahun lalu. Laba tahun
1996 mencapai $7,28 milyar, 11 persen lebih tinggi dibandingkan laba tahun lalu. Kembali
bekerja pada bulan September, Welch dengan hati-hati memonitor inisiatif terbarunya, satu
program perusahaan yang dirancang untuk meningkatkan kualitas proses dan produk
General Electric dan menghemat milyaran dollar. Welch sangat bangga dengan inisiatif
tersebut, bangga karena 270.000 karyawannya dengan antusias terlibat dalam program
tersebut, bangga karena manfaat program ini jauh lebih besar dari yang dia duga. Dia tidak
menanamkan konsep mengenai kualitas bisnis, tetapi jika kita mendengarkan apa yang dia
katakan, kita akan berpikir bahwa dia memiliki konsep tentang kualitas bisnis. Jika Welch
menyukai suatu ide, dia akan menerima ide tersebut seperti seorang pemuka agama
menyebarkan yang diyakininya. Welch menyukai suatu ide, maka ide tersebut akan menjadi
idenya. Pada akhir Oktober, Welch makan malam di Gedung Putih, sebagai tamu undangan
pada acara makan malam kenegaraan untuk menyambut presiden Cina, Jiang Zemin. Ketika
melihat kehadiran Welch di penerimaan tamu, Bill Clinton memperkenalkan Welch sebagai
“guru golf favorit saya.” Clinton dan Welch menyukai tawa yang hangat. Mereka berdua
diam-diam mengenang acara golf mereka pada Agustus lalu di Vineyard. Undangan presiden
kepada pimpinan General Electrik untuk hadir di Gedung Putih bukan semata-mata karena
sosial. Undangan tersebut merupakan cara Clinton untuk mengakui pertumbuhan peran
General Electric di Cina; dan untuk memperkenalkan Welch sebagai salah seorang yang
paling sukses-dan paling berkuasa. (Survai majalah Time pada bulan Juni 1996 memilih
Welch sebagai orang keenam yang paling berpengaruh di AS, dan Clinton menduduki
peringkat pertama).
Pada tanggal 19 November 1997, Welch mencapai usia 62 tahun, dan dengan tegas
menyatakan bahwa tiga tahun lagi dia akan berhenti dari kepemimpinan General Electric.
Bagaimana hal itu bisa terjadi ? Bagaimana bisa seorang laki-laki yang bermain golf dengan
presiden, yang mengelola perusahaan paling kuat di dunia ini, dan yang tampak sangat sehat
saat ini, akan keluar dari bisnis pada tahun 2000. Jawabannya terletak pada kebijakan
General Electrik untuk menghentikan CEO pada saat mereka mencapai usia 65 tahun.
Tetapi, setiap orang yang bertemu dengan Jack Welch pada musim gugur ini akan
mengambil kesimpulan, hanya dengan melihat caranya berjalan dan mendengar nada
suaranya, bahwa pimpinan General Electrik itu masih sangat segar, masih jauh dari saat
untuk meninggalkan dunia bisnis. Sekalipun Welch telah menjalani operasi jantung dua tahun
yang lalu, semangat CEO General Electric tersebut masih luar biasa. Ya, kerutan di wajahnya
semakin banyak, dan sebagian rambutnya yang beruban menyatakan usianya yang
sebenarnya. Akan tetapi, tubuhnya yang bidang dan berotot, dengan tinggi badan 1,9 m, dia
maih tampak seperti dulu ketika masih menjadi pemain hoki. Jika kehidupan Jack Welch
dibuat film, barangkali orang akan memilih aktor Hoolywood Robert Duvall sebagai pemain
utama. Wajah Welch mengekspresikan berbagai karakter, wajah yang hangat, dan senyum
kegirangan ketika dia mendengar apa yang dia suka, atau wajah yang marah dengan tatapan
mata yang tajam ketika ada seseorang yang mengatakan hal-hal yang konyol (salah satu
frase favorit Welch). Wajah kekanak-kanakan hampir-hampir tidak pernah muncul; hanya
sesekali, biasanya ketika Welch sangat marah. Sekalipun Welch telah mengalami operasi
jantung, ia tetap menghabiskan hari-harinya dengan bekerja di kantor, menelpon
karyawannya, mengunjungi bisnis General Electric di seluruh dunia, duduk dengan analis
keuangan, anggota dewan direksi, dan wartawan (termasuk pangarang buku ini). Dialah
orang terakhir di kantor pusat General Electric, Fairfield, Connecticut, yang paling banyak
dibicarakan untuk mengarahkan General Electric.
Pimpinan bisnis yang besar, menurut keyakinan Welch, harus memiliki energi yang
besar. Lebih penting lagi, pimpinan bisnis yang besar harus mengetahui bagaimana
menggunakan energi tersebut untuk membangkitkan energi orang lain. Seperti pembina tim
sepak bola, Welch bergerak dari pertemuan ke pertemuan, menyampaikan pesar termasuk
sekian banyak pesan-pesan yang lain, dan sebagian dari pesan-pesan tersebut telah menjadi
merek dagang Welch: Bisnis itu simple, Jangan menjadikan bisnis terlalu rumit, Hadapilah
kenyataan, Jangan takut terhadap perubahan, Berjuanglah melawan birokrasi, Manfaatkan
pikiran karyawan Anda, Temukan mereka yang memiliki ide yang terbaik, dan aplikasikan ide
tersebut
JACOB OETAMA
Saya memproduksi sebuah jam yang berjalan mundur, yang kami buat justru untuk
orang-orang yang berpikir maju. Kami juga sekarang telah memiliki sebuah VCD yang isinya
mengajak siapa saja untuk berpikir merdeka. Karena dasar dari terbentuknya jiwa yang
inovatif dan kreatif itu adalah kemerdekaan, tanpa kemerdekaan tak akan ada keberanian.
Ketika Joger didirikan, banyak entrepreneur yang dilibatkan. Jadi bukan saya saja
yang menjadi entrepreneur, namun semua karyawan saya juga entrepreneur. Di saat yang
sama saya juga membuat mereka sebagai pemilik Joger juga. Di Joger tidak ada sentralisasi,
Cuma memang kebetulan untuk masalah disain tim kreatifnya terdiri dari lima orang, dan
untungnya kelimanya ada dalam diri saya, sehingga si Joger tidak pernah terjadi keributan.
Hal ini saya lakukan karena pernah saya memiliki banyak ahli, namun belakangan mereka
jauh lebih banyak berdebat ketimbang bekerja.
Lalu menyikap dispromotion, dalam sebuah forum saya mengutarakan kata ini,
banyak yang tidak setuju dengan kata itu, apalagi kemudian banyak juga yang menanyakan
atas kapasitas apa bisa mengatakan kata itu. Oleh karena itu saya membuat sendiri gelar
saya yaitu BAA dan BSS kepanjangan dari Bukan Apa-Apa dan Bukan Siapa-Siapa. Lalu
saya balik bertanya kepada mereka, apakah tidak boleh bagi “orang baru” seperti saya ini
untuk menyatakan sebuah kebenaran.
Di Joger ternyata saya lebih berani membuat istilah-istilah baru, yang akhirnya diterima.
Seperti kata dispromotion yang pada awalnya ditolak akhirnya diterima. Dispromotion itu
adalah konsep berpromosi yang tidak bermaksud untuk menaikkan jumlah omzet, karena
saat ini jika ada orang yang ingin membeli kaos Joger dalam jumlah banyak selalu saya tolak.
Ternyata hal ini melahirkan nilai baru, dan sayangnya kembali dicurigai sebagai taktik kami
dalam menaikkan jumlah omzet, saya membantahnya dengan mengatakan, secara jujur,
ramah dan bermanfaat saya melakukan dispromotion ini. Jadi dispromotion sama sekali tidak
ditujukan untuk mempertinggi keuntungan yang saya terima.
Akar persoalan itu bisa saja menjadi masalah yang perlu dipecahkan atau menjadi
menghancurkan. Contoh belum lama ini saya membaca 7000 karyawan pabrik sandal di PHK
kemudian ada salah seorang diantara mereka yang menemui dan meminta Joger menolong
mereka dalam memasarkan sandal itu. Joger mau saja membantu namun Joger tidak akan
menjual sandal yang “biasa-biasa saja”, sandal itu harus lain dari yang lain. Kemudian kami
melihat ada peluang untuk menjual sandal dalam jumlah yang besar. Strategi penjualan yang
kami terapkan adalah kami hanya menjual sandal sebelah kiri saja, dan jika membeli sebelah
kiri akan mendapatkan bonus sebelah kanan. Harganya pun kami bagi dua, jadi masing-
masing seharga Rp. 16.500. Ternyata menjual sandal yang biasa dengan cara yang berbeda
ini sudah menimbulkan suatu permintaan baru, saat ini pabrik sudah kewalahan. Sekarang
ada kekosongan di Bali karena orang merasa wajib membeli yang begini karena hal ini telah
menjadi cerita. Kini orang kalau ke Bali khusus ke Joger karena orang tahu kita adalah
tempat yang selalu hadir dengan ide-ide baru.
Kalau kini Joger menjadi besar bukan karena keinginan kami, namun lebih banyak
karena keinginan masyarakat. Dan semenjak 1987 Joger tidak lagi Profit Oriented
(berorientasi kepad akeuntungan) tetapi Happiness Oriented (berorientasi kepada
kebahagiaan).
Di Joger juga ada kebebasan untuk melanggar aturan asalkan demi konsumen.
Sehingga saya mengatakan bahwa kalau Anda bikin susah boss itu bahaya besar, tapi kalau
bikin susah konsumen itu bahayanya jauh lebih besar.
Sebetulnya dalam bisnis yang berbasis kreatifitas dan inovasi tidak mengenal persaingan,
karena jika kita melukis dan ada yang hanya menyukai lukisan kita, maka berapa pun
harganya, dan betapapun lebih bagusnya lukisan yang lain, orang akan tetap mencari dan
membeli lukisan tersebut. Kami di Joger memang memilih untuk lebih leluasa menciptakan
konsep, kami tidak mau memproduksi sendiri dan kalau saya masuk diproduksi kelihatannya
untuk besar dan resikonya nanti terlalu cepat kaya. Dan sejak kami di luar Joger dan ini salah
satu cara yang dicurigai sebagai taktik, padahal tidak. Dan saya pernah ditanya di Universitas
Airlangga apakah saya punyak taktik atau punya strategi, sebetulnya kami tidak punya
strategi dan tidak punya taktik kami hanya punya sikap dan komitmen yang kami jalankan
secara konsisten dan konsekuen.
KOLONEL HARLAND SANDERS
Kolonel Harland Sanders, lahir pada tanggal 9 September 1890. Mulai aktif
dalam mewaralabakan (franchise) bisnis ayamnya pada usia 65 tahun.
Saat ini, usahanya yang dikenal dengan Kentucky Fried Chicken atau
KFC® telah tumbuh menjadi salah satu yang terbesar dalam sistem
makanan siap saji di dunia. Sosok Kolonel Sanders, pionir dalam restoran
siap saji menjadi simbol dari semangat kewirausahaan.
Lebih dari satu miliar ayam goreng hasil resep Kolonel dinikmati setiap
tahunnya. Dan itu tidak hanya di Amerika Utara. Bahkan tersedia hampir di
80 negara di seluruh dunia.
Pada umur 6 tahun, ayahnya meninggal dunia. Ibunya sudah tidak bisa bekerja lagi, dan
Harland muda sudah harus menjaga adik laki-lakinya yang baru berumur 3 tahun dan suster
bayinya. Dengan kondisi ini ia harus memasak untuk keluarganya. Pada umur 7 tahun ia
sudah pandai memasak di beberapa tempat memasak. Pada usia 10 tahun ia mendapatkan
pekerjaan pertamanya didekat pertanian dengan gaji 2 dolar sebulan. Ketika berumur 12
tahun ibunya kembali menikah dan ia meninggal rumah tempat tinggalnya dekat Henryville,
Ind., untuk mendapatkan pekerjaan di pertanian di daerah Greenwood, Ind. Dia berganti-ganti
pekerjaan selama beberapa tahun, pertama sebagai tukang parkir pada usia 15 tahun di New
Albany, Ind., dan kemudian sebagai pada usia 16 tahun menjadi tentara yang dikirim selama
6 bulan di kuba.
Setelah itu ia menjadi petugas pemadam kebakaran, belajar ilmu hukum melalui
korespondensi, praktik dalam pengadilan, asuransi, operator kapal feri, penjual ban, dan
operator bengkel. Pada usia 40 tahun Kolonel mulai memasak untuk orang yang yang
bepergian yang singgah di bengkelnya di Corbin, Ia belum punya restoran pada saat itu,
tetapi ia menyajikan makanannya pada meja makannya di ruang makan di bengkelnya.
Semakin banyak orang yang datang ke tempatnya untuk makan, akhirnya ia pindah ke
seberang jalan dekat penginapan dan restoran yang kapasitasnya 142 orang. Selama hampir
9 tahun ia menggunakan resep yang dibuatnya dengan teknik dasar memasak hingga saat
ini.
Citra Sander semakin baik. Gubernur Ruby Laffoon memberi penghargaan Kentucky Colonel
pada tahun 1935 atas kontribusinya bagi Negara bagian cuisine. Dan pada tahun 1939,
Keberadaannya pertama kali terdaftar di Duncan Hines "Adventures in Good Eating."
Pada awal tahun 1950 jalan raya baru antar negara bagian direncanakan melewati kota
Corbin. Melihat akan berakhir bisnisnya, Kolonel menutup restorannya. Setelah membayar
sejumlah uang, ia mendapatkan tunjangan sosial hari tuanya sebesar $105.
Percaya diri dengan kualitas ayam gorengnya, Kolonel meyakinkan dirinya untuk membuka
usaha waralaba yang dimulai tahun 1952. Ia pergi jauh menyeberangi Negara bagian dengan
mobil dari satu restoran ke restoran lainnya, memasak sejumlah ayam untuk pemilik restoran
dan karyawannya. Jika reaksi yang terlihat bagus, ia menawarkan perjanjian untuk
mendapatkan pembayaran dari setiap ayam yang laku terjual. Pada tahun 1964, Kolonel
Sanders mempunyai lebih dari 600 outlet waralaba untuk ayam gorengnya di seluruh Amerika
dan Kanada. Pada tahun itu, ia menjual bunga dari pembayarannya untuk perusahaan
Amerika sebanyak 2 juta dolar kepada sejumlah grup investor termasuk John Y. Brown Jr.,
yang kemudian menjadi Gubernur Kentucky dari tahun 1980 sampai 1984. Kolonel
mengingatkan untuk menjadikan terbuka perusahaannya bagi publik. Pada tahun 1976,
sebuan survey independen memberi peringkat kedua dunia sebagai selebriti yang terkenal di
dunia.
Dibawah pemilik baru, perusahaan Kentucky Fried Chicken tumbuh dengan cepat. Kemudian
menjadi perusahaan terbuka pada 17 Maret 1966, dan terdaftar pada New York Stock
Exchange pada 16 Januari 1969. Lebih dari 3,500 waralaba dan restoran yang dimiliki
perusahaan beroperasi hampir di seluruh dunia ketika Heublein Inc. mengakusisi perusahaan
KFC pada 18 Juli 1971 seharga $285 million.
Kentucky Fried Chicken menjadi anak perusahaan dari R.J. Reynolds Industries, Inc.
(sekarang RJR Nabisco, Inc.), semenjak Heublein Inc. diakuisisi oleh Reynolds pada tahun
1982. KFC diakuisisi pada Oktober 1986 dari RJR Nabisco, Inc. oleh PepsiCo, Inc., seharga
kurang lebih 840 juta dolar.
Pada Januari 1997, PepsiCo, Inc. mengumumkan spin-off restoran cepat sajinya -- KFC,
Taco Bell dan Pizza Hut – menjadi perusahaan restoran independen, Tricon Global
Restorans, Inc. Pada Mei 2002, perusahaan mengumumkan menerima persetujuan pemilik
saham untuk merubah nama perusahaan menjadi Yum! Brands, Inc. Perusahaan, yang
dimiliki oleh A&W All-American Food Restorans, KFC, Long John Silvers, Pizza Hut dan Taco
Bell restorans, adalah perusahaan restoran terbesar di dunia dalam kategori unit system
dengan jumlah mendekati 32,500 di lebih dari 100 negara dan wilayah.
Sampai akhirnya ia terserang penyakit leukemia pada tahun 1980 di usia 90 tahun, Kolonel
telah melakukan perjalanan 250,000 mil dalam satu tahun kunjungan restoran KFC
mengelilingi dunia.
Dan itu semua dilakukan oleh seorang laki-laki berusia 65 tahun yang menggunakan uang
jaminan sosialnya untuk memulai usaha.
Impian untuk sukses tidak harus impian masa kecil, bisa juga saat usia sudah senja.
Inilah kegigihan Kolonel Sanders pendiri waralaba ayam goreng terkenal KFC. Dia
memulainya di usia 66 tahun, pensiunan angkatan darat dari negara adidaya, tidak memiliki
uang sepeser pun kecuali dari tunjangan hari tuanya, yang semakin menipis. Dia memiliki
keahlian dalam memasak, dia tawarkan resep masakannya ke lebih dari 1.000 restoran di
negaranya. Akhirnya restoran yang ke-1008, menerima resepnya tersebut dan kini kita dapat
menikmatinya di Indonesia, Kentucky Fried Chicken.
Mungkin impian Kolonel Sanders sangat sederhana, ingin memiliki uang yang layak untuk
hidup di hari tuanya yang tinggal sebentar lagi.
LIEM SIOE LIONG (SOEDONO SALIM)
MEMBANGUN KERAJAAN DAGANG DUNIA
Kalimat pendek yang cenderung merupakan ungkapan dalam sastra Indonesia itu,
sebenarnya gambaran prinsip mereka berdagang di Indonesia sampai merembes ke kancah
Internasional. Dengan grup yang ia pimpin, Soedono Liem Salim kelahiran Fukien, 1916 yang
bermula bersama kakaknya: Liem Sioe Hie, membantu paman mereka berdagang minyak
kacang di Kudus-Jawa Tengah, anak kedua dari tiga bersaudara ini bisa menggaji 25 ribu
tenaga kerja. Dari Eksekutif Senior sampai sopir truk yang jumlahnya tak kurang dari 3000
armada termasuk pengangkut semen perusahaan Liem Cs.
Terkaya di Indonesia, memiliki 40 perusahaan, Liem Sioe Liong dengan para kamradnya
menghasilkan omset bisnis tak kurang dari US$ 1 milyar setahun. Konon kekayaan pribadi
Liem sendiri, ada yang menyebutkan, sekitar US$ 1,9 milyar = Rp. 1,2 triliun.
Di kalangan pedagang Tionghoa Indonesia dia terkenal dengan sebutan “Liem botak”.
Sejarah orang bernama Liem Sioe Liong (60 tahun) dimulai di sebuah pelabuhan kecil.
Fukien di bilangan Selatan Benua Tiongkok. Dia dilahirkan di situ pada tahun 1918.
Kakaknya yang tertua Liem Sioe Hie – kini berusia 77 tahun – sejak tahun 1922 telah lebih
dulu beremigrasi ke Indonesia – yang waktu itu masih jajahan Belanda – kerja di sebuah
perusahaan pamannya di kota Kudus. Di tengah hiruk pikuknya usaha ekspansi Jepang ke
Pasifik, dibarengi dengan dongeng harta karun kerajaan-kerajaan Eropa di Asia Tenggara,
maka pada tahun 1939, Liem Sioe Liong mengikuti jejak abangnya yang tertua. Dari Fukien,
ia Berangkat ke Amoy, dimana bersandar sebuah kapal dagang Belanda yang membawanya
menyeberangi Laut Tiongkok. Sebulan untuk kemudian sampai di Indonesia. Sejak dulu, kota
Kudus sudah terkenal sebagai pusat pabrik rokok kretek, yang sangat banyak membutuhkan
bahan baku tembakau dan cengkeh. Dan sejak jamam revolusi Liem Sioe Liong sudah
terlatih menjadi supplier cengkeh, dengan jalan menyelundupkan bahan baku tersebut dari
Maluku, Sumatera, Sulawesi Utara melalui Singapura untuk kemudian melalui jalur-jalur
khusus penyelundupan menuju Kudus. Sehingga tidak heran dagang cengkeh merupakan
salah satu pilar utama bisnis Liem Sioe Liong pertama sekali, disamping sektor tekstil. Dulu
juga dia, banyak mengimpor produksi pabrik tekstil murahan dari Shanghai.
Untuk melicinkan semua usahanya dibidang keuangan, dia punya beberapa buah bank
seperti Bank Windu Kencana dan Bank Central Asia. Di tahun 1970-an Bank Central Asia ini
telah bertumbuh menjadi bank swasta kedua terbesar di Indonesia dengan total asset
sebesar US$ 99 juta.
Salah satu peluang besar yang diperoleh Liem Sioe Liong dari Pemerintah Indonesia adalah
dengan didirikannya PT. Bogasari pada bulan Mei 1969 yang memonopoli suplai tepung
terigu untuk Indonesia bagian Barat, yang meliputi sekitar 2/3 penduduk Indonesia, di
samping PT. Prima untuk Indonesia bagian Timur.
Hampir di setiap perusahaan Liem Sioe Liong dia berkongsi dengan Djuhar Sutanto alias Lin
Wen Chiang yang juga seorang Tionghoa asal Fukien.
Bogasari sebuah perusahaan swasta yang paling unik di Indonesia. Barangkali hanya
Bogasarilah yang diberikan pemerintah fasilitas punya pelabuhan sendiri, dan kapal-kapal
raksasa dalam hubungan perteriguan bisa langsung merapat ke pabrik.
Begitu perkasanya dia di bidang perekonomian Indonesia dewasa ini, mungkin menjadi titik
tolak majalah Insight, Asia’s Business Mountly terbitan Hongkong dalam penerbitan bulan Mei
tahun ini, menampilkan lukisan karikatural Liem Sioe Liong berpakaian gaya Napoleon
Bonaparte. Dadanya penuh ditempeli lencana-lencana perusahaannya. Perusahaan holding
company-nya bernama PT Salim Economic Development Corporation punya berbagai
macam kegiatan yang dibagi-bagi atas berbagai jenis divisi; masing-masing adalah: (1) divisi
perdagangan, (2) divisi industri, (3) divisi bank dan asuransi, (4) divisi pengembangan (yang
bergerak dibidang hasil hutan dan konsesi hutan), (5) divisi properti yang bergerak dibidang
real estate, perhotelan, dan pemborong, (6) divisi perdagangan eceran dan (7) divisi joint
venture. Setiap divisi membawahi beberapa arah perusahaan raksasa, berbentuk perseroan-
perseroan terbatas.
Kakek enam cucu ini mulai berbisnis tekstil pada 1958. Dua tahun kemudian ia pindah ke
Jakarta. Pada 1962 ia membuka pabrik pembuatan polekat--bahan sarung--yang pertama di
Jakarta. Kemudian pada 1967 ia bisa mendirikan perusahaan batik dan selanjutnya
membuka pabrik penyelupan. Pada 1972, Sinivasan membeli pabrik batik di Batu, Jawa
Timur.
Di Serang pulalah pabrik alat berat dan mesin Texmaco dipusatkan. Salah satu produknya,
truk Perkasa, dipesan 800 unit oleh TNI. Di Karawang, sebelah timur Jakarta, Texmaco juga
membangun kompleks pabrik tekstil seluas 250-an hektare. Produk tekstilnya, merek Simfoni
dan Texana, dikenal luas, selain untuk kebutuhan dalam negeri juga banyak dipesan
beberapa perusahaan terkenal, seperti Mark & Spencer dari Inggris atau Tomy Helfinger dari
Amerika Serikat.
Sinivasan memang termasuk salah seorang pengusaha nasional yang sangat sukses.
Penggemar membaca ini masih menempati rumah kontrakan di Jalan Pasuruan 4 Menteng,
Jakarta Pusat. Rumah bertingkat dua itu ditinggalinya bersama istrinya. Sementara itu,
rumahnya sendiri di Jalan Tulungagung, tak jauh dari rumah kontrakannya, tidak ditempati.
Tidak jelas apa alasannya. Di garasi rumah yang lumayan besar itu, terparkir tiga Mercedez
Benz tipe 300 E dan satu BWM seri 740 iL. Sinivasan lebih suka mengendarai Volvo 960
hitam nomor B1142NO ketimbang empat mobil lainnya itu.
Ada kebiasaan menarik dari keseharian Sinivasan: ia harus tidur minimal enam jam sehari.
"Kalau kurang tidur, konsentrasi saya menurun," katanya. Rupanya, kebiasaan itu sudah
"bawaan" sejak remaja. Bahkan, dulu lebih dahsyat lagi. Lelaki yang kini memimpin 30-an
perusahaan ini biasa tidur sampai delapan jam sehari. Toh, ia tidak pernah kekurangan waktu
untuk menyelesaikan pekerjaannya. "Kuncinya adalah memanfaatkan jam kerja sebaik
mungkin," katanya. Pukul 7.30, ia sudah asyik di ruang kerja dan baru pulang setelah larut
malam.
Berbagai predikat negatif sudah diberikan kepadanya. Sebut saja pengusaha hitam,
pengusaha edan, tukang suap, kriminal, pendiri pabrik rongsokan, dan sebagainya. Tapi,
Marimutu Sinivasan, CEO Texmaco Group tampak tetap tegar. Dia tidak terlalu ambil pusing
atas berbagai penilaian itu. Karena dia merasa apa yang dia buat adalah untuk kepentingan
bangsa dan negara. Sinivasan berobsesi membangun industri enjiniring demi kemajuan
bangsa dan negara. Pengusaha yang tak sempat main golf dan tenis ini yakin, suatu saat,
bisnis enjiniring yang dibangunnya akan menjadi andalan.
Industri enjiniring, khususnya otomotif di tanah iir adalah killing field. Manakala Indonesia
ingin membangun industri otomotif nasional selalu dibantai. Seperti halnya sedan Timor yang
sempat menurunkan harga mobil, tapi dibantai kiri-kanan. Meski ladang pembantaian,
Sinivasan tak surut. Jika Jepang dan Korsel mampu mandiri dalam bidang industri barang
modal dan otomotif, Indonesia juga bisa. Indonesia tak perlu inferior. “Bung Karno bilang, kita
bukan bangsa tempe, dan saya ingin mewujudkan kebenaran pandangan itu,“ ujar ayah
enam anak yang merintis usaha dari nol sejak 39 tahun silam.Tanpa tedeng aling-aling,
pengusaha yang tetap tampak energik itu menanggapi berbagai penilaian buruk kepadanya.
Utang Texmaco yang berjumlah Rp 16,5 triliun itu, awalnya sekitar Rp 7 triliun. Karena
pinjaman diperoleh dalam dolar pada kurs Rp 2.400 per dolar AS. Waktu itu, bunga pinjaman
dolar sekitar 11 persen, sedang rupiah sekitar 22 persen.
Ketika terjadi krisis ekonomi, sebagian pinjaman dolar ditukar pada kurs Rp 10.000 dan Rp
12.000 oleh bank kreditor. Dengan melemahnya nilai rupiah, maka utang Texmaco
membengkak menjadi Rp 16,5 triliun. Kredit itu berjangka waktu 7-8 tahun. Tapi, konsultan,
yang ditunjuk oleh BPPN, menilai bahwa kredit ini dapat dibayar kembali dalam waktu 11
tahun. Acuan restruksturisasi adalah cash flow perusahaan. Semua aset Texmaco sudah
diserahkan ke BPPN.
Marimutu merasa heran kenapa ada yang mengaku pengamat ekonomi terlalu memandang
negatif terhadap Texmaco. Namun dia mengagumi ekonom senior seperti Sumitro
Djojohadikusum, Mohammad Sadli, Frans Seda, dan Emil Salim. Karena komentar mereka
tentang suatu masalah ekonomi bersih dari unsur kepentingan. Kedekatan dengan Pak Harto
dan BJ Habibie. Bahkan bisa merebut simpati Gus Dur dan Megawati. Marimutu tidak merasa
ada perlakuan khusus dari para pemimpin itu. “Kalau saya diberi hak monopoli, kemudahan
mendapat dana, pembebasan dari proses hukum, dan sebagainya, itu baru namanya
perlakuan khusus,” katanya. Tapi, silakan teliti,mana ada bisnis tekstil yang monopoli? Begitu
memasuki bisnis enjiniring, apakah Texmaco meminta hak monopoli? “Kami memasuki bisnis
dengan kesadaran penuh untuk menghadapi persaingan dan pasar bebas,” ujarnya.
Mengenai kedekatan dengan Soeharto? Apakah Texmaco mendapat hak monopoli selama
32 tahun seperti sejumlah perusahaan milik konglomerat tertentu?
“Saya mendapatkan kredit lewat prosedur biasa. Tidak ada unsur KKN dalam proses
mendapatkan kredit. Toh, selain dari Bank domestik, Texmaco mendapat pinjaman sekitar
1,3 miliar dollar AS dari lembaga keuangan asing. Pinjaman dari lembaga keuangan asing itu
tak bisa diperoleh dengan KKN, tapi berdasarkan pertimbangan bisnis murni,” tegasnya.
Sebelum krisis, 1997, Texmaco sudah menjadi nasabah BNI selama lebih dari 30 tahun.
Selama kurun waktu itu, tidak pernah terjadi default pembayaran bunga maupun angsuran.
Bahkan Texmaco membayar kembali 500 juta dollar AS kreditnya kepada BNI dan BRI.
Setelah pengembalian uang tersebut, Texmaco memasuki bidang enjiniring dengan
mengajukan 1 miliar dolar AS kredit untuk enjiniring dari BNI, BRI dan beberapa bank lainnya
dalam suatu konsorsium. Permohonan itu disetujui karena track-record Texmaco dinilai patut
dan layak menerima kredit tersebut.
Texmaco hanya mendapatkan penjadwalan ulang. Itu wajar, karena sesuai dengan skala
usaha Texmaco dan hasil due diligence pihak ketiga . Lagi pula, sebelum krisis, Texmaco
mendapat grace period sekitar dua tahun dan pembayaran kembali 5-6 tahun.
Selain itu, pemerintah kini menguasai 70 persen Texmaco (Newco). Pihak BPPN sudah
menjelaskan, porsi kepemilikan 70 – 30 persen di Newco di maksudkan untuk memberikan
voting rights kepada pemerintah dalam mengamankan aset-aset Texmaco. Dengan
menguasai mayoritas, maka tak ada penjualan aset Texmaco yang diluar persetujuan BPPN.
Pola restrukturisasi utang Texmaco lebih tepat disebut rescheduling atau penjadwalan ulang.
Bukan debt to equity swap. Dan itu sangat wajar, mengingat krisis ekonomi yang begitu
dalam – yang antara lain disebabkan oleh kebijakan pemerintah – melipatgandakan jumlah
utang. Dengan penjadwalan ulang, utang tetap utang, dan untuk melunasi utang itu
diterbitkan exchangeable bonds.
Kwik Kian Gie saat menjabat Menko Ekuin pernah menudingnya dengan kata pengusaha
hitam. Marimutu menanggapinya dingin. Menurutnya, kata pengusaha hitam itu lebih
berkonotasi rasial. “Apa karena kulit saya ini hitam, maka dibilang pengusaha hitam? Mereka
kerap menyebut saya pengusaha keturunan India. Padahal, saya sudah generasi ketiga di
Indonesia dan sungguh-sungguh merasa sebagai orang Indonesia. tak mode lagi kita bicara
soal SARA. Pengusaha hitam dalam arti moral, saya tak mengerti. Karena kita tak bisa
dengan mudah menilai moral seorang, apalagi hanya berdasarkan isu,” katanya.
Texmaco dinilai piawai dalam melobi sehingga selalu survive dalam setiap rezim, mulai dari
rezim Soeharto, Habibie, Gus Dur hingga Megawati.
“Kalau kami jago melobi, maka takkan ada pers yang ngerjain Texmaco. Saya akan melobi
konglomerat pers, Jakob Oetama, dan para pimpinan media massa terkemuka di negeri ini,”
kata Sinivasan. Dia pun mengingatkan kata-kata Goobels, menteri penerangan dan
propaganda masa Hitler. Goobels bilang, kebohongan yang digulirkan terus menerus, suatu
saat, akan dirasakan sebagai kebenaran. Begitu juga berita bohong tentang Texmaco.
Pabrik enjiniring Texmaco dibilang barang rongsokan. Stir dan rem truk Perkasa diisukan
berkualitas jelek. Mereka tak paham atau pura-pura tak paham bahwa truk Perkasa
menggunakan rem angin atau air brakes dan stirnya sudah menggunakan power steering,
dan semua mengunakan lisensi dari jerman dan Inggris. Truk Perkasa sudah masuk kategori
Euro I dilihat dari emisi gasnya, dan pada tahun depan menjadi Euro II. Banyak truk dan
kendaraan di Indonesia saat ini masih belum masuk Euro I dalam hal polusinya.
“Mereka menyebut saya tukang suap. Ada juga berita yang menyebutkan, Rizal Ramli itu
konsultan Texmaco dan Taufik Kiemas pernah menjadi komisaris Texmaco. Sejumlah media
terus-menerus menghembus isu pengusaha hitam. Malah sebuah majalah berita mingguan
dalam opininya menyatakan, Sinivasan adalah kriminal. Perlu ada poster ‘wanted’ lengkap
dengan foto yang disebarkan ke seluruh pelosok negeri.
Opini media itu menyatakan saya tak kooperatif. Padahal, tak pernah satu kalipun saya
menolak panggilan Kejakgung. Dan saya juga tak meminta pengampunan utang. Utang
bukan dosa, dan kami bersedia membayar semua utang itu. Itu semua adalah trial by the
press yang dilakukan dengan sistematis oleh pers yang berkolaborasi dengan kelompok
kepentingan tertentu yang menghendaki Texmaco hancur.
Sejak muda, saya sangat terkesan dengan pemikiran para founding father kita. Bung Karno
berupaya membangkitkan harga diri bangsa dengan menancapkan pandangan bahwa “ kita
bukan bangsa tempe “. Bung Hatta menekankan pentingnya upaya meningkatkan
kemampuan ekonomi rakyat, antara lain, lewat koperasi. Sedang Bung Sjahrir
mengemukakan pentingnya industrialisasi, modernisasi, dan mekanisasi mulai dari desa-
desa.
Saya berupaya melaksanakan gagasan para founding father dengan mengembangkan
intellectual capital serta membangun industri engeneering terpadu. Saat ini, ada sekitar 3.000
sarjana yang bekerja di Texmaco. Para sarjana itu mampu mendesain, membuat mesin-
mesin yang digerakkan oleh komputer yang seluruh produk elektroniknya dirancang dan
dibangun di Indonesia. Mereka bisa membuat 80 persen mesin industri otomotif, traktor,
diesel, transmisi, industri tekstil, alat-alat industri baja dan sebagainya. Semua itu dikerjakan
putra Indonesia. Mungkin hanya sekitar 20 persen komponen yang masih diimpor.
Berapa besar aset intelektual yang sudah diciptakan Texmaco?
Mereka mampu membuat mesin tekstil, mesin perkakas berstandar dunia, dan rancang
bangun. Kini mereka juga mulai membuat aneka mesin, komponen otomotif, motor, traktor,
truk, hingga mobil penumpang. Inilah intangible assets atau aset maya yang tak ternilai
harganya.
MARIUS "C59" WIDYARTO
Tentu sebagian besar dari Anda pernah mendengar nama kaus bermerk C59.
Kesuksesan C59 tidak lepas dari kepiawaian penggagasnya, Marius Widyarto atau yang
akrab dipanggil Mas Wiwied. Bermula dari rasa gusarnya melihat teman-temannya yang
memamerkan kaos bergambar kota mancanegara buah tangan dari orang tuanya usai
bepergian dari luar negeri, Wiwied kemudian tertantang untuk membuat sendiri kaus
bergambar patung Liberty dan kota New York dan sesumbar bahwa omnya juga baru datang
dari luar negeri,sejak saat itulah ia semakin dikenal sebagai orang yang piawai membuat
kaus, sampai-sampai, ketika ia bekerja di sebuah perusahaan kontraktor, ia lebih sering
didatangi orang untuk urusan pesanan kaus daripada untuk pekerjaannya.
Wiwied yang sejak kecil menyukai pekerjaan prakarya memulai usahanya dari
2
rumahnya yang berukuran 60 m di Gang Caladi 59, yang akhirnya menjadi nama merk
kausnya dengan modal awal dari hasil penjualan kado pernikahannya dengan Maria Goreti
Murniati. Mental entrepreneur Wiwied banyak ditempa ketika ia ikut seorang pengusaha
keturunan di Bandung yang memperlakukannya secara keras.Pada awalnya Wiwied
menjalankan usahanya dari order kanan kiri, ia juga ikut mendesain,memilih bahan,
memotong,menjahit, menyablon sampai finishing disamping juga mencari order.
Wiwied kemudian juga merambah bidang retail yang bermula dari menjual sisa order
yang tidak memenuhi syarat yang ternyata juga diminati orang. Setelah usahanya meningkat,
pada tahun 1992, ia kemudian pindah ke Jalan Tikukur no.10 yang kemudian memborong
rumah di sekitarnya yakni no.4,7,8,9 yang kemudian ia jadikan kantor dan showroom
produknya. Selain itu ia juga membuka showroom di daerah lain,seperti Balikpapan,
Bali,Yogya dan kota lain sehingga kini ia memiliki sekitar 600 outlet di Indonesia dengan
mempekerjakan sekitar 4000 karyawan.
Filosofi bisnis Wiwied sendiri terinspirasi dari burung Caladi yang berasal dari bahasa
Sunda yang berarti burung pelatuk. Wiwied mengartikan Caladi sebagai 5 citra dan 9 cita-
cita, lima citra itu menggambarkan karakter sumberdaya manusia yang dimiliki C59 yakni,
cakap, cerdik, cermat, cepat, dan ceria.Sedangkan 9 cita-citanya adalah
customersatisfaction, company profit, confident working atmosphere, control, collaboration,
clear mind, creativity, dan consultative. Wiwied juga ingin seperti burung pelatuk Woody
Woodpecker yang tidak mau kalah dari pesaingnya, dan bila kita perhatikan burung pelatuk
selalu fokus ketika mematuk pohon, Wiwied pun ingin selalu fokus di bidang garmen.
Salah satu kunci sukses Wiwied juga terletak pada penggalian ide desain yang tidak
pernah berakhir, baginya riset desain sangatlah penting karena kekuatan produknya ada
pada rancangan,apalagi industri t-shirt cepat berganti tren. Karyawannya pun mendapat
kesempatan jalan-jalan untuk mencari ide-ide segar, bahkan ia membiarkan karyawannya
untuk tidak masuk asalkan ketika ia masuk ia sudah membawa ide bagus.
Setiap desain yang akan dikeluarkan harus dipresentasikan lebih dulu, kemudian
setelah terpilih, baru dilanjutkan dengan prosesi produksi, pemilihan bahan,teknik
cetak,warna, dan sebagainya.
Mochtar Riady sudah bercita-cita menjadi seorang bankir di usia 10 tahun. Ketertarikan Riady
yang dilahirkan di Malang pada tanggal 12 mei 1929 ini disebabkan karena setiap hari ketika
berangkat sekolah, dia selalu melewati sebuah gedung megah yang merupakan kantor dari
Nederlandsche Handels Bank (NHB) dan melihat para pegawai bank yang berpakaian
parlente dan kelihatan sibuk. Riady adalah anak seorang pedagang batik. Pada tahun 1947,
Riady ditangkap oleh pemerintah Belanda dan di buang ke Nanking, Cina, di sana ia
kemudian mengambil kuliah filosofi di University of Nanking .Namun, karena ada perang,
Riady pergi ke Hongkong hingga tahun 1950 dan kemudian kembali ke Indonesia.
Riady masih sangat ingin menjadi seorang bankir, namun ayahnya tidak mendukung karena
profesi bankir menurut ayahnya hanya untuk orang kaya, sedangkan kondisi keluarga mereka
saat itu sangat miskin.
Pada tahun 1951 ia menikahi seorang wanita asal jember, oleh mertuanya, Riady
diserahi tanggungjawab untuk mengurus sebuah toko kecil. Dalam tempo tiga tahun Riady
telah dapat memajukan toko mertuanya tersebut menjadi yang terbesar di kota Jember. Cita-
citanya yang sangat ingin menjadi seorang bankir membuatnya untuk memutuskan pergi ke
Jakarta pada tahun 1954, walaupun saat itu dia tidak memiliki seorang kenalan pun di sana
dan ditentang oleh keluarganya. Riady berprinsip bahwa jika sebuah pohon ditanam di dalam
pot atau di dalam rumah tidak akan pernah tinggi, namun akan terjadi sebaliknya bila ditanam
di sebuah lahan yang luas.
Untuk mencari relasi, Riady bekerja di sebuah CV di jalan hayam wuruk selama
enam bulan, kemudian ia bekerja pada seorang importer, di waktu bersamaan ia pun
bekerjasama dengan temannya untuk berbisnis kapal kecil. Sampai saat itu,Riady masih
sangat ingin menjadi seorang bankir, di setiap kali bertemu relasinya, ia selalu mengutarakan
keinginannya itu. Suatu saat temannya mengabari dia jika ada sebuah bank yang lagi terkena
masalah dan menawarinya untuk memperbaikinya, Riady tidak menyia-nyiakan kesempatan
tersebut walau saat itu dia tidak punya pengalaman sekalipun. Riady berhasil meyakinkan
Andi Gappa, pemilik Bank Kemakmuran yang bermasalah tersebut sehingga ia pun ditunjuk
menjadi direktur di bank tersebut.
Di hari pertama sebagai direktur, Riady sangat pusing melihat balance sheet, dia
tidak bisa bagaimana cara membaca dan memahaminya, namun Riady pura-pura mengerti di
depan pegawai akunting. Sepanjang malam dia mencoba belajar dan memahami balance
sheet tersebut,namun sia sia, lalu dia meminta tolong temannya yang bekerja di Standar
Chartered Bank untuk mengajarinya, tetapi masih saja tidak mengerti.
Akhirnya dia berterus terang terhadap para pegawainya dan Pak Andi Gappa, tentu
saja mereka cukup terkejut mendengarnya. Permintaan Riady pun untuk mulai bekerja dari
awal disetujuinya, mulai dari bagian kliring, cash, dan checking account. Selama sebulan
penuh Riady belajar dan akhirnya ia pun mengerti tentang proses pembukuan, dan setelah
membayar seorang guru privat ia akhirnya mengerti apakah itu akuntansi. Maka mulailah dia
menjual kepercayaan, hanya dalam setahun Bank Kemakmuran mengalami banyak
perbaikan dan tumbuh pesat. Setelah cukup besar, pada tahun 1964, Riady pindah ke Bank
Buana, kemudian di tahun 1971, dia pindah lagi ke Bank Panin yang merupakan gabungan
dari Bank Kemakmuran, Bank Industri Jaya, dan Bank Industri Dagang Indonesia.
Mochtar Riady hampir selalu sukses dalam mengembangkan sebuah bank, dia
memiliki filosofi tersendiri yang ia sebut sebagai Lie Yi Lian Dje. Lie berarti ramah, Yi memiliki
karakter yang baik, Lian adalah kejujuran sedangkan Dje adalah memiliki rasa malu. Visi dan
pandangan Riady yang jauh ke depan seringkali membuat orang kagum, dia dapat dengan
cepat membaca situasi pasar dan dengan segera pula menyikapinya.
Salah satu contohnya ketika dia berhasil menyelamatkan Bank Buana tahun 1966.
Saat itu Indonesia sedang mengalami masa krisis karena Indonesia berada pada masa
perubahan ekonomi secara makro, ketika itu Riady sedang berkuliah malam di UI, disitu dia
dikenalkan dengan beberapa pakar ekonomi seperti Emil Salim, Ali Wardhana,dkk. Riady
segera sadar dan segera mengubah arah kebijakan Bank Buana.
Pertama, dia menurunkan suku bunga dari 20 % menjadi 12 %, padahal pada waktu
itu semua bank beramai-ramai menaikkan suku bunganya. Karena suku bunga yang rendah
tersebut maka para nasabah yang memiliki kredit yang belum lunas segera membayar
kewajibannya. Sedangkan para usahawan yang akan meminjam diberi syarat ketat
khususnya dalam hal jaminan, namun karena bunga yang ditawarkan Bank Buana sangat
rendah dibanding yang lain maka banyak debitur yang masuk dan tak ragu untuk
memberikan jaminan. Dengan cara itu Bank Buana menjadi sehat padahal pada waktu itu
banyak klien dan bank yang bangkrut. Dengan otomatis orang mengenal siapa Mochtar
Riady.
Mochtar Riady yang lahir di Malang, Jawa Timur 12 Mei 1929 adalah pendiri Grup
Lippo, sebuah grup yang memiliki lebih dari 50 anak perusahaan. Jumlah seluruh
karyawannya diperkirakan lebih dari 50 ribu orang. Aktivitas perusahaannya tidak hanya di
Indonesia, tetapi juga hadir di kawasan Asia Pasifik, terutama di Hong Kong, Guang Zhou,
Fujian, dan Shanghai.
Sejarah Grup Lippo bermula ketika Mochtar Riady yang memiliki nama Tionghoa, Lie
Mo Tie membeli sebagian saham di Bank Perniagaan Indonesia milik Haji Hasyim Ning pada
1981. Waktu dibeli, aset bank milik keluarga Hasyim telah merosot menjadi hanya sekitar Rp
16,3 miliar. Mochtar sendiri pada waktu itu tengah menduduki posisi penting di Bank Central
Asia, bank yang didirikan oleh keluarga Liem Sioe Liong. Ia bergabung dengan BCA pada
1975 dengan meninggalkan Bank Panin.
Di BCA Mochtar mendapatkan share sebesar 17,5 persen saham dan menjadi orang
kepercayaan Liem Sioe Liong. Aset BCA ketika Mochtar bergabung hanya Rp 12,8 miliar.
Mochtar baru keluar dari BCA pada akhir 1990 dan ketika itu aset bank tersebut sudah di atas
Rp 5 triliun.
Samuel Moore Walton adalah sejenis pria kota kecil. Dia hidup di
lingkungan yang sama di Bentonville, Arkansas, selama empat
puluh tahun. Dia bangun setiap pagi, sarapan bersama kelompok
orang banyak yang sama di hotel setempat, dan kemudian,
kecuali pada hari Minggu, dia pergi ke kantor. Hanya satu hal
yang menggodanya untuk membolos, dan itu adalah kesempatan
untuk berburu ayam hutan. Walton adalah jenis orang yang lebih
suka pinjam surat kabar daripada mengeluarkan uang setalen untuk mendapatkannya. Tetapi
dia juga suka mengundang suatu keluarga miskin untuk makan bersamanya.
Sam Walton tinggal di kota-kota kecil, kira-kira sebanyak 1.800, melalui toko serba
ada diskon Wal-Mart miliknya. Dalam era restoran franchise, pusat perbelanjaan yang ada di
mana-mana, dan penjualan eceran formula, Wal-Mart dibangun dalam menghormati individu.
Itu adalah kualitas yang terpancar langsung dari pendirinya.
Dengan menguasai kira-kira 20% saham Wal-Mart, Sam Walton tampil di puncak
daftar Forbes 400, dengan nilai bersih 2,8 milyar pada tahun 1985 (pemilikan ini sekarang
hampir sepuluh kali lipat nilainya). Dari semua inovasinya yang membantunya menjadi
milyarder, inovasinya yang terbesar sebagai CEO mungkin adalah kenyataan bahwa dia
sendiri tidak berubah.
“Rahasianya adalah bekerja, bekerja, bekerja. Saya mengajarkan kepada anak-
anak bagaimana cara melakukannya,” kata Thomas Walton tentang dua anak laki-lakinya,
Sam dan James (“Bud”). Walton adalah seorang penaksir harga ladang sebagai jaminan
pinjaman, pekerjaan yang tidak seberapa hasilnya selama tahun dua puluhan di Oklahoma,
tempat Sam dilahirkan pada tahun 1918. Thomas bekerja dalam jam-jam yang panjang,
tetapi dia dan istrinya, Nan, akhirnya memindahkan keluarganya ke sebelah kota kecil di
Missouri. Si ayah mengganti karirnya menjadi menjual real estate dan asuransi, dan si ibu
memulai bisnis produk susu kecil-kecilan, sedangkan anak-anak membantu orang tua
mereka mencukupi kebutuhan keluarga, dengan menjual keanggotaan langganan majalah,
memerah sapi, dan mengantarkan surat kabar.
Sam Walton menuntut pelajaran di Universita Missouri di Columbia, dan mendapat
gelar sarjana muda dalam bisnis pada tahun 1940. Dia berpikir ingin kuliah tingkat sarjana di
Timur, tetapi dia menerima satu kedudukan sebagai manajer magang di toko J.C. Penney di
Des Moines, Iowa. Pemuda yang dikenal dengan sebutan “Hustler” Walton ketika kuliah ini
mula-mula ingin segera terjun ke bisnis penjualan eceran. Tetapi dia terkesan oleh toko
Penney, terutama oleh falsafahnya tentang pelayanan pelanggan.
“Saya tidak memulai karir sebagai bankir atau investor, atau melakukan apa saja
selain melayani pelanggan,” Walton kemudian menulis dalam majalah karyawan perusahaan,
Wal-Mart World. “Banyak orang yang menjalankan perusahaan besar yang belum pernah
menderingkan mesin hitung, dan mereka juga belum pernah melayani pelanggan, maka saya
selalu menghargai apa artinya menjadi pelayan toko dan sebesar apa seorang salesman bisa
mempengaruhi pelanggan dalam hubungan bisnis.”
Tiga tahun sebelum Wal-Mart yang pertama dibuka, Sam dan Helm Walton membeli
tanah seluas dua puluh akre di luar Bentonville dan memberikan tugas kepada seorang
arsitek yang terkemuka untuk membangun sebuah rumah modern di atas anak sungai.
Rumah ini memerlukan biaya $100.000 pada tahun 1959-jumlah yang besar sekali, tetapi itu
adalah rumah terakhir yang pernah dibeli oleh pasangan ini. Keluarga Walton tidak pernah
menggunakan uang dengan mencolok.
Mungkin cocok bagi seorang penjual eceran dengan diskon untuk bersifat agak kikir.
Pada puncak kekayaannya yang luar biasa, S.S. Kresge biasa memasukkan kardus ke dalam
sepatunya untuk menutup lubangnya. Dia bahkan berhenti main golf pada ronde pertama
setelah kehilangan sebuah bola. Sam Walton tidak sepelit itu, tetapi dia mempunyai rekor
hidup sederhana, untuk orang yang kaya. Dia terbang di kelas satu hanya sekali dalam
hidupnya (dalam penerbangan panjang dari Amerika Selatan ke Afrika); dalam perjalanan
bisnis bersama karyawan lainnya, dia siap mengikuti kebijaksanaan perusahaan menginap
berdua sekamar di hotel. Mobil perusahaannya bukan limusin. Bernard Marcus, pimpinan dan
pembantu pendiri Home Depot, teringat pergi ke luar untuk makan siang bersama Walton
setelah pertemuan di Bentonvolle: “Saya masuk ke mobil pick-up Sam yang berwarna merah.
Tidak ada AC, Tempat duduknya berbekas kopi. Dan pada waktu saya sampai ke restoran,
baju saya basah kuyup. Dan itulah Sam Walton-tidak suka pamer, tidak sombong.”
Pada tahun 1970, Wal-Mart membuat penawaran saham kepada publik. Dana yang
terkumpul kira-kira $5 juta untuk membantu enam buah toko lagi dan menyelesaikan pusat
distribusi perusahaan yang pertama. Dengan uang ini dan penawaran saham sesudahnya,
momentum akhirnya meningkat dan sesuai dengan rencana Walton: Setelah membangun
tiga puluh sembilan buah toko dalam dasawarsa pertama, Wal-Mart membangun 452 toko
pada tahun tujuh puluhan dan 1.237 toko pada tahun delapan puluhan. Dari tahun 1970
sampai tahun 1990, saham Wal-Mart bukan hanya mengalahkan semua saham lainnya di
pasar, tetapi juga mengalahkan impian paling gila mereka yang membelinya. Seratus lembar
saham, yang dibeli pada tahun 1970 seharga $1.650, nilainya menjadi $2,6 juta pada tahun
1992.
Pada tahun 1973, embargo minyak Arab menyebabkan harga energi melambung.
Bagi Wal-Mart, ini merupakan kemunduran yang tidak tepat waktunya. Seperti kebanyakan
orang dalam bisnis distribusi, Walton merasa seakan-akan dia seorang sandera bagi inflasi
harga yang tidak rasional. Peristiwa ini mengubah caranya menjalankan bisnis. Sesudah
krisis minyak, toko-toko Wal-Mart hanya dibangun dalam jarak dua belas jam bermobil dari
pusat distribusi yang terdekat. Karena lokasinya berkelompok, maka toko-toko bisa dipasok
secara efisien, mengurangi efek keseluruhan dari kenaikan harga bensin. “Pengecer lainnya
membangun gudang untuk melayani saluran yang ada,” Forbes melaporkan kemudian, pada
tahun 1982, “tetapi Walton menempuh arah yang berlawanan. Dia memulai dengan sebuah
gudang raksasa, dan kemudian memunculkan toko-toko di sekelilingnya. “Dan demikianlah,
Wal-Mart tidak “menjadi nasional” seketika; rencananya adalah membuat kemajuan yang
tetap, satu pusat distribusi pada satu ketika, menjadi wilayah baru.
Metode Wal-Mart yang paling disukai adalah melibatkan diri dalam seluruh proses
pemabrikan. Pada tahun 1984, Bill Clinton, yang ketika itu menjabat sebagai gubernur
Arkansas, menghubungi Wal-Mart meminta bantuan untuk pabrik pakaian di negara bagian
itu yang akan kehilangan pelanggannya yang terbesar karena direbut oleh pesaing dari luar
negeri. “Kita akan melihat apakah kita bisa melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan
sebelumnya,” kata Walton kepada Clinton, setelah membicarakan persoalan ini dnegan para
eksekutifnya. Wal-Mart bersiap-siap untuk menyerahkan kepada pabrik lokal ini seluruh
persyaratan untuk membuat kemeja flannel, sebuah pesanan yang sebelumnya dibeli dari
Timur Jauh.
Pusat distribusi Wal-Mart menjadi faktor menonjol lainnya dalam sistem Wal-Mart.
Gudang itu sendiri merupakan bagian dibelakang layanan yang membosankan dari bisnis
penjualan eceran. Tetapi pusat distribusi Wal-Mart direkayasa untuk melakukan lebih dari
sekedar mengumpankan produk ke toko-toko; gudang dirancang untuk menurunkan
biayanya.
Pada tahun 1991, Wal-Mart memberikan sebuah hadiah kepada Walton,
keberhasilan yang tidak pernah terpikirkan sebelum terjadinya: Wal-Mart mengalahkan Sears
sebagai penjual eceran terbesar di seluruh negara. Sepuluh tahun sebelumnya, Wal-Mart
mengumpulkan uang penjualan yang tidak seberapa sebesar $2,6 milyar, berbanding dengan
penjualan Sears sebesar $20 milyar. Namun pada tahun 1991 penjualan Wal-Mart $32,6
milyar, langsung melampaui penjualan Sears sebesar $32 milyar.
SOICHIRO HONDA
(Montir tangguh yang menjadi bos industri mobil Jepang)
Ayahnya bernama Gihei Honda seorang tukang besi yang beralih menjadi pengusaha
bengkel sepeda, sedangkan ibunya bernama Mika, Soichiro anak sulung dari sembilan
bersaudara, namun hanya empat yang berhasil mencapai umur dewasa. Yang lain meninggal
semasa kanak-kanak akibat kekurangan obat dan juga akibat lingkungan yang kumuh.
Walaupun Gihei Honda miskin, namun ia suka pembaharuan. Ketika muncul pipa
sigaret modal Barat, ia tidak ragu-ragu mengganti pipa cigaret tradisionalnya yang bengkok,
tidak peduli para tetangganya menganggapnya aneh. Rupanya sifat itu dan juga
keterampilannya menangani mesin menurun pada anak sulungnya.
Sebelum masuk sekolah pun Soichiro sudah senang, membantu ayahnya di bengkel
besi. Ia juga sangat terpesona melihat dan mendengar dengum mesin penggiling padi yang
terletak beberapa kilometer dari desanya.
Di sekolah prestasinya rendah. Honda mengaku ulangan-ulangannya buruk. Ia tidak
suka membaca, sedangkan mengarang dirasakannya sangat sulit. Tidak jarang ia bolos.
“Sampai sekarang pun saya lebih efisien belajar dari TV daripada dari membaca. Kalau saya
membaca, tidak ada yang menempel di otak,” katanya.
Ketika sudah kelas lima dan enam, bakat Soichiro tampak menonjol di bidang sains.
Walaupun saat itu baru belasan tahun, namun dalam kelas-kelas sains di Jepang sudah
dimunculkan benda-benda seperti baterai, timbangan, tabung reaksi dan mesin. Dengan
mudah Soichiro menangkap keterangan guru dan dengan mudah ia menjawab pertanyaan
guru.
Beberapa waktu sebelum itu, untuk pertama kalinya Soichiro melihat mobil. “Ketika
itu saya lupa segalanya. Saya kejar mobil itu dan berhasil bergayut sebentar di belakangnya.
Ketika mobil itu berhenti, pelumas menetes ke tanah. Saya cium tanah yang dibasahinya.
Barangkali kelakuan saya persis seperti anjing. Lalu pelumas itu saya usapkan ke tangan dan
lengan. Mungkin pada saat itulah di dalam hati saya timbul keinginan untuk kelak membuat
mobil sendiri. Sejak saat itu kadang-kadang ada mobil datang ke kampung kami. Setiap kali
mendengar deru mobil, saya berlari ke jalan, tidak peduli pada saat itu saya sedang
menggendong adik.”
Soichiro hanya mengalami duduk di bangku sekolah selama sepuluh tahun.
Sesudah lulus SD, anak nakal itu dikirim ke sekolah menengah pertama di Futumata yang
tidak jauh dari kediamannya. Lulus dari sekolah menengah itu ia pulang ke rumah ayahnya.
Gihei Honda sudah beralih dari pandai besi menjadi pengusaha bengkel sepeda. Gihei
Honda memiliki majalah The World of Wheels yang dibaca Soichiro dengan penuh minat.
Di majalah itu sebuah bengkel mobil dari Tokyo memasang iklan mencari karyawan.
Soichiro buru-buru melamar dan ia diterima. Walaupun ayahnya khawatir, namun Soichiro
diantar juga ke kota besar itu.
Honda hampir tidak percaya pada telinganya Honda merasa saat menunggu
dipanggil belajar menjadi montir itu benar-benar merupakan ujian ketabahan yang paling
berat, yang pernah dihadapinya seumur hidupnya. Di masa-masa setelah itu ia sudah tidak
takut lagi menghadapi rintangan apa pun berkat ketabahan yang diperolehnya selama
menjadi kacung.
Honda yang selama kariernya tidak tahu banyak mengenai uang, Cuma mendapat
keuntungan sedikit sekali tahun pertama itu. Tetapi Honda merasa beruntung karena
bengkelnya sukses. Ia memutuskan untuk menabung dan memperkirakan selama masa
kerjanya akan mampu mengumpulkan sampai 1.000 yen.
Selama hidupnya Honda terkenal sebagai penemu. Ia memegang hal paten lebih
dari 100 penemuan pribadi. Yang pertama, ditemukannya ialah teknik pembuatan jari-jari
mobil dari logam. Ketika itu mobil-mobil di Jepang memakai jari-jari kayu yang mudah
terbakar. Perusahaan-perusahaan Jepang segera mengekspor jari-jari logam itu sampai ke
India. Pada umur 25 tahun ia memperoleh keuntungan 1.000 yen sebulan.
Perusahaan juga menghargai orang-orang muda dan selalu merekrut orang-orang
muda untuk memberi “darah baru” dan gagasan segar. Ketika Honda mengundurkan diri
tahun 1973, yang dipilihnya sebagai pengganti ialah Kyoshi Kawashima, kepala bagian riset
perusahaan Honda. Selama sejarahnya, perusahaan Honda hanya pernah mengalami
pemogokan sekali pada tahun 1954. Ketika itu Honda dan manajemen di satu pihak
menghadapi pekerja-pekerja dan adik Honda di Pihak lain. Tetapi sebagai layaknya
perusahaan di Jepang semuanya itu diselesaikan dengan musyawarah.
Sejak tahun 1973 Honda pindah ke pasaran kendaraan beroda empat untuk bisa
tetap mengembangkan jumlah penghasilan perusahaan. Stafnya yang pada masa Honda
bertambah 10% setiap tahun. Kalau mereka bertambah tua, artinya beban perusahaan akan
bertambah berat. Padahal Honda menghadapi persaingan berat di pasaran dalam negeri dan
luar negeri. Untuk bisa tetap menciptakan pasaran baru mereka harus selalu mencari teknik
yang unik dan efisien serta menjual produk dengan harga bersaing.
Namun ketika Honda dan Fujisawa mengundurkan diri pada musim gugur tahun
1973, Honda berkata, “Saya bisa mundur tanpa perasaan khawatir, karena saya yakin
perusahaan akan terus maju dengan penuh semangat, menanggulangi pelbagai kesulitan
dan luwes, tanpa kehilangan kesegarannya.”
“Terus terang saya merasa muda dalam hal mental maupun fisik,” kata Honda.
“Saya kira kalian tidak bisa menang dari saya. Namun saya mesti mengakui sekarang saya
sering merasa iri hati pada orang muda. Saya diberi tahu bahwa di Amerika pemimpin umum
perusahaan berumur 40-an dan perusahaan yang dipimpin orang berusia 60-an tahun sering
mengalami stagnasi. Kita sekarang memang memasuki zaman baru yang memerlukan nilai-
nilai baru. Walaupun saya dan wakil pemimpin umum merasa kami masih muda, kami kira
umur kami sudah lewat untuk memimpin.”
Kalau saya menengok kembali ke belakang, saya lihat bahwa yang saya buat tidak
lain daripada kesalahan, serentetan kegagalan dan serentetan sesalan,” kata Honda. “Tetapi
saya juga bangga untuk keberhasilan saya. Walaupun saya sering membuat kesalahan dan
kegagalan, namun semua itu tidak pernah disebabkan oleh hal sama. Saya tidak pernah
mengulangi kesalahan dan saya selalu berusaha sekuat mungkin untuk memperbaiki diri.
Dalam hal itu saya berhasil.
“Ia tetap memegang saham terbesar di perusahaannya. Ketika mengundurkan diri
tahun 1973 penghasilannya mendekati 1,7 miliar dolar. Walaupun sudah pensiun
omongannya masih didengar. Katanya, masa depan industri Jepang bukan ditentukan oleh
untuk cepat, tetapi oleh mutu barang yang kita buat dan pengaruhnya terhadap kepentingan
sesama manusia. Kalau kita membuat barang yang menyebabkan banyak polusi
kemungkinan kita akan untung, tetapi hanya sebentar, sesudah itu bangkrut. Kami di
perusahaan Honda sering bergurau: Enak juga ada perusahaan-perusahaan besar yang
kerjanya hanya memikirkan untung besar saja. Akibatnya perusahaan kecil seperti Honda
mendapat kesempatan untuk membuat barang yang baik.
STEVE JOBS
Lahir pada tahun 1955 Los Altos California; Bersama dengan Steve
Wozniak, pendiri perusahaan Apple Komputer dan telah menjadi multi-
jutawan sebelum berumur 30 tahun. Dimulai dengan perusahaan NeXT
untuk membuat sistem pendidikan dengan harga yang terjangkau,
menemukan bahwa menjual software lebih baik dari pada menjual
hardware.
Pada February 1955, Jobs tidak merasa senang bersekolah di Mountain View, jadi
keluarganya pindah ke Los Altos, California, dimana Steven melanjutkan ke sekolah tinggi Homestead.
Guru elektroniknya di sekolah tinggi Homestead, Hohn McCollum, memanggilnya sebagai "something
of a loner" dan "always had a different way of looking at things."
Setelah selesai sekolah, Jobs melanjutkan mengajar di perusahaan elektronika Hewlett-
Packard di Palo Alto, California. Disana dia direkrut sebagai karyawan selama musim panas.
Karyawan lain di Hewlett-Packard adalah Stephen Wozniak seorang yang drop-out dari University of
California di Berkeley. Seorang insinyur whiz dengan kemampuan elektronika seperti gadgets,
Wozniak pada waktu itu mengenalkan "blue box," hasil karyanya, sebuah telepon genggam ilegal yang
dapat digunakan untuk komunikasi sambungan langsung jarak jauh. Jobs membantu Wozniak menjual
beberapa nomor kepada pelanggan.
Steve Jobs bekerja untuk Atari setelah lulus dari Reed College, Jobs menemukan temannya
Steve Wozniak. Dua desainer komputer game dan telepon "blue box", mendapatkan lebih banyak
keahlian mereka dari klub komputer Homebrew. Memulai kerja di sebuah garasi milik keluarganya,
mereka mengatur usahanya ketika toko Byte di Mountain View membeli lima puluh komputer
assembling mereka. Dari sinilah dimulainya perusahaan komputer Apple didirikan. Nama ini
berdasarkan nama buah favorit Job dan logonya dipilih untuk mempresentasikan nama perusahaan dan
kata-kata bitnya. Menjelang awal tahun 1980 Jobs mengkontrol langsung bisnis perusahaan, dengan
sukses memilih presiden yang akan mengambil alih organisasi supaya lebih tinggi lagi. Dengan latar
belakang tahun 1985 Jobs melepaskan kekuatannya kepada John Sculley, setelah mendapat pendanaan
baru untuk melanjutkan perusahaan NeXT.
Steve Jobs melakukan inovasi ide tentang personal komputer sehingga merevolusi industri
hardware and software komputer. Ketika Jobs berumur 21 tahun, dia dan temannya, Wozniak,
membuat personal komputer yang disebuat Apple. Apple merubah ide orang tentang komputer dari
kotak besar yang penggunaan hanya oleh perusahaan besar dan pemerintah menjadi kotak kecil yang
digunakan orang biasa. Tidak ada perusahaan yang melakukan demokratisasi komputer untuk
pengguna yang lebih mudah lagi dari komputer buatan perusahaan Apple. Software buatan Jobs
melakukan riset untuk Macintosh yang mengenalkan tampilan windows dan teknologi mouse yang
dibuat standar untuk semua aplikasi pada software.
Dua tahun setelah membuat Apple I, Jobs memperkenalkan Apple II. Apple II adalah personal
komputer untuk rumah dan usaha kecil selama kurang lebih 5 tahun. Ketika Macintosh dikenalkan pada
tahun 1984, yang dipasarkan untuk usaha menengah dan besar. Macintosh mengambil langkah yang
pertamanya dalam mengadaptasi personal komputer untuk kebutuhan kerja perusahaan. Pekerja di
kantor mendapatkan kemudahan pengetahuan komputer dalam aktifitas harian melalui tampilan
Macintosh yang mudah digunakan. Steve Jobs menyadari sebagai orang muda yang brilian di Silicon
Valley, karena dia melihat permintaan masa depan dari industri komputer. Dia merasa mampu
membuat personal komputer untuk pasar dari produknya. "Personal komputer dibuat berdasarkan
revolusi hardware pada tahun 1970 dan perubahan dramatis berikutnya akan datang pada revolusi
software," kata Jobs. Ide inovasinya dengan penggunaan yang mudah untuk Macintosh merubah desain
dan fungsi dari tampilan software untuk komputer. Tampilan Macintosh memungkinkan orang untuk
berinteraksi lebih mudah dengan komputer, karena mereka menggunakan mouse untuk mengklik pada
display obyek pada screen untuk melakukan fungsi perintah tertentu. Macintosh mendapatkan perintah
komputer yang memudahkan orang dalam menggunakan komputer. Setelah berhenti dari perusahaan
Apple, Jobs akan melanjutkan tantangan dirinya untuk membuat komputer dan software untuk riset dan
pendidikan dengan memulai membangun perusahaan baru seperti komputer NextStep.
SUKAMDANI SAHID G
SI RAJA HOTEL YANG AMBISIUS
84
Pertimbangan ini mendorong dia memberatkan menerima pekerjaan itu. Pada tahun
1920, Disney akhirnya memasuki dunia animasi kartun. Ia akan segera menciptakan sebuah
nama bagi dirinya di bidang itu, dan tokoh-tokoh perannya akan menjadi populer di seluruh dunia.
KC Film Ac Company memegang tanggung jawab atas segala aspek iklan film dan tak
berapa lama menyadari kemampuan kartunis muda ini. Tak lama sesudah mulai, Walt diberi
tugas membuat poster seorang pria yang mengenakan topi menurut mode mutakhir. Walt
menggambar poster itu, tetapi hidung orang itu digantikan dengan gambar bohlam! Ketika poster
itu ditampilkan di layar, bos berseru: “akhirnya muncul sesuatu yang baru di tempat ini: Saya
sudah bosan dengan wajah-wajah cantik ini.”
Keorisinilan dan visi Walt tentang barang-barang di sekelilingnya membuat beberapa
teman dan atasan kurang senang. Mereka sebenarnya iri dan menganggap dia pengacau. Oleh
sebab itu, mereka tidak mau membiarkan dia mencoba suatu teknik baru untk menyempurnakan
kartun-kartunnya. Ia mempunyai gagasan cemerlang membuat beberapa lukisan dan seluloid,
lalu memotretnya dan menumpuknya dan akhirnya memfilmkannya. Pimpinan tidak mau
mendengar hal semacam itu. Mereka merasa bahwa cara kerja mereka yang lama sudah cukup
memberikan hasil sampai saat itu. Mereka tidak melihat alasan untuk mengubah teknik-teknik
mereka, karena dengan cara itu pun para pelanggan sudah puas. Walt Disney tahu bahwa dia
benar. Setelah berbulan-bulan membujuk bosnya, Walt akhirnya diperbolehkan membawa pulang
salah satu kamera perusahaan untuk melakukan beberapa percobaan. Sejak saat itu, Walt
Disney tidak pernah lagi berpaling ke belakang.
Di sebuah garasi kosong yang sudah dirombak jadi studio, ia mulai membuat film-film
animasi pendek dengan menggunakan teknik hasil rekaannya. Ia kemudian memperlihatkan
hasilnya kepada seorang pemimpin bisokop terkenal. Orang itu sangat terkesan. Sketsa-sketsa
dan teknik film Walt sangat berbeda dengan yang sudah-sudah. Film kartunnya yang pertama
segera diputar di bioskop-bioskop.
Pada mulanya kartun-kartun ini dimaksudkan untuk menggantikan iklan-iklan agar
penonton terus menikmati apa yang muncul di layar selama selang waktu. Walt menyebut film-
film itu “Laugh-O-Grams.” Film-film kartun Walt disenangi penonton dan sejak itu di Kansas City
Walt Disney tidak lagi diejek sebagai si orang muda eksentrik” tetapi disegani. Gajinya naik.
Dalam waktu singkat Disney menjadi orang terkenal di kota itu.
Ia mengembalikan kamera yang dipinjamnya dan membeli kamera sendiri dengan uang
simpanannya. Film-film kartun menjadi semakin populer. Walt Disney menyewa ruang kantor
yang lebih luas untuk usaha kecilnya, Laugh-O-Grams Corporation dengan modal awal sebesar
$15.000. Ia mempekerjakan beberapa magang dan seorang salesman untuk mempromosikan
Laugh-O-Grams di New York City. Impiannya untuk mandiri menjadi kenyataan pada waktu ia
baru berumur 20 tahun.
85
Ia kemudian memutuskan untuk keluar dari KC Film untuk bekerja sendiri sepenuhnya.
Tetapi sukses tidak terjadi dengan sendirinya. Biaya produksi tinggi dan sikap perfeksionis Walt
Disney (yang membuat dia menanamkan kembali semua uang hasilnya untuk memperbaiki
hasilnya), disamping pasaran yang sangat terbatas, segera mengakibatkan kebangkrutan.
Ini merupakan masa suram dalam hidupnya; ia telah beranggapan bahwa masa sulitnya
akhirnya berlalu. Ia tidak beruang sedikitpun dan terpaksa tinggal di bengkel dengan makan dan
tidur di sebuah bangku kecil, satu-satunya perabot yang dia miliki. Lebih jelek lagi, sekali
seminggu ia harus pergi ke stasiun kereta api untuk mandi.
Akhirnya ia berhasil mendapatkan kontrak pembuatan kartun animasi untuk mendidik
anak-anak pentingnya menyikat gigi. Pada suatu malam, dokter gigi yang memesan kartun ini
datang menemuinya dan mengajak dia ke kantornya. “Tidak bisa,” jawab Disney. “Mengapa?”
tanya dokter itu. “Karena saya tidak punya sepatu. Satu-satunya sepatuku ada di tempat tukang
sepatu untuk direparasi, dan saya tidak punya uang untuk mengambilnya.”
Walaupun menghadapi keadaan yang serba menyusahkan. Walt Disney tidak putus asa.
Ada sebuah gagasan di otaknya. Pada suatu malam bulan Juli 1923, dengan membawa semua
uang di dalam saku baju setelan tuanya dari kain minyak berwarna abu-abu, pemuda kurus
kering ini naik kereta api menuju Hollywood. Ia bertekad kuat untuk menjadi orang penting dalam
dunia perfilman.
Ketika tiba di Hollywood, Walt Disney hanyalah satu di antara banyak orang yang
mengharapkan mewujudkan cita-citanya. Kakaknya Ray telah tinggal di California beberapa
waktu lamanya, dan ia dengan senang hati mengundang adiknya tinggal di rumahnya. Walt mulai
mengunjungi studio-studio film satu per satu. Ia bersedia bekerja apa saja asal ada hubunganya
dengan berfilman.
Untuk maju dalam suatu bidang keahlian khusus, orang harus masuk ke dalamnya apa
pun pengorbanannya. Disney segera menyadari betapa sulitnya masuk ke studio-studio film
Hollywood. Banyak orang lain sebelum dia telah melamar kerja, tetapi ditolak. Walt Disney tidak
menjadi patah semangat karenanya. Kalau ada orang lain yang berhasil masuk, mengapa ia
tidak? Di matanya, ada dua macam orang: Mereka yang merasa kalah dan terlantar bila mereka
tak dapat menemukan pekerjaan dan mereka yang dapat mencari penghasilan dengan cara apa
pun dalam masa sulit. Disney selalu berusaha keras agar termasuk dalam golongan kedua.
Pengalaman mengajar dia bahwa orang harus sepenuhnya mengandalkan diri sendiri. Ia
kembali ke papan gambar dengan kemauan keras untuk mencari tempat bagi dirinya. Ia
menggambar film-film komik dengan maksud dijual kepada pengusaha bioskop. Ia hanya
menggunakan kembali pengalaman yang sudah diperolehnya di Kansas City dengan Laugh-O-
Grams. Ada seorang pemilik gedung bioskop yang begitu tertarik sehingga ia membeli berseri-
seri film komik. Ia bahkan memesan rangkaian cerita Alice in Wonderland yang telah mulai dibuat
oleh Walt Disney di Kansas. Kepada Disney ditawarkan uang $1.500. Jumlah sebesar itu jauh
86
lebih besar daripada yang diharapkan. Rangkaian seri Alice in Wonderland ini diputar berurutan
sampai tiga tahun. Dengan hasil penjualannya Walt Disney bisa membeli rumah dan bahkan
membangun studio filmnya sendiri. Sesudah film-film Alice in Wonderland, Walt ingin
menciptakan sesuatu yang baru dan yang benar-benar orisinil. Maka lahirlah makhluk kecil cerdik
yang disebutnya “Mickey Mouse”, nama yang diberikan oleh istri Disney, Lillian Bounds. Mickey
Mouse dengan cepat menjadi bintang tenar di seluruh dunia, dan bahkan lebih terkenal daripada
banyak bintang Hollywood. Walaupun demikian, pada mulanya para produser menyambut
kedatangan Mickey dengan kurang bersemangat.
Kira-kira pada waktu itu, film berbicara mulai muncul dan orang mulai memboikot film
bisu. Disney pun bereaksi. Dengan kelompok pembantunya, ia memperkenalkan suatu metode
baru untuk mensikronkan suara dan animasi. Walt terus mencari teknik-teknik baru untuk
memperbaiki kemahirannya. Ia menerapkan pula proses: “teknikolor” yang baru. Dengan teknik
baru ini ia tidak perlu lagi menggunakan kombinasi dua warna. Dalam film Bambi, ia
menggunakan 46 rona warna hijau untuk hutannya. Kartun berwarnanya yang pertama, Silly
Symphony, membuat para penggemar film kegirangan.
Disney makin menyadari bahwa kalau ia mau terus berkarya dengan skala yang lebih
besar, ia harus membangun suatu kelompok berotak cerdar, artinya ia harus mengelilingi dirinya
dengan asisten-asisten orang pintar yang mampu menawarkan produk bermutu. Untuk
memantapkan diri, kami tahu bahwa kami harus melatih sendiri para asisten.
Disney merasa bahwa para kartunis yang bekerja padanya terlalu sering menggunakan
cara-cara tipu daya kuno. Ia tahu bahwa satu-satunya cara mengubah keadaan ini adalah
dengan mengadakan kursus-kursus latihan bagi mereka. Tujuannya sederhana: memperbaiki
mutu lukisan dan teknik animasi. Ketika perusahaannya terus bertambah besar, ia memutuskan
pada tahun 1930 untuk mendirikan sekolahnya sendiri, tempat ia akan mengajarkan segala
teknik animasi kartun kepada calon-calon kartunis. Sekolah itu segera mulai tampak seperti
kebun binatang. Soalnya, untuk membuat tokoh-tokoh kartunnya lebih realistic Disney telah
mengubah ruang kelasnya menjadi laboratorium biologi kehidupan nyata dengan berbagai
binatang yang diamati oleh para siswa dalam aneka perilaku dan sikapnya selagi tidur, jaga,
makan, dan lain-lain. Pengamatan ini akan membantu dia pula untuk membuat film-film
dokumenter tentang keajaiban alam pada waktu yang akan datang. Pada tahun 1938, Disney
memperkenalkan film animasi panjang tajuk karangannya yang pertama, Snow white. Untuk
membuat film ini ia membutuhkan waktu dua tahun penuh kerja keras. Film tersebut merupakan
salah satu karya besarnya.
Tidak lama sesudah itu, ia membangun studio film modern di Burbank, California. Di
tempat itu ia akan mempekerjakan sebanyak 1.500 orang. Sampai di situ ia tampaknya telah
mencapai apa yang diimpikannya. Setahap demi tahap ia menjadi apa yang diinginkannya
dahulu. Saya hanya bekerja dengan baik kalau ada hambatanm yang harus kuatasi. Saya
87
khawatir bila segala sesuatu berjalan dengan terlalu lancar karena saya takut terjadinya
perubahan mendadak dalam situasi ini.
Setelah Perang Duinia II, Ray dan Walt Disney menerima beberapa kontrak dari
ketentaraan untuk membuat film dokumenter dan poster perang. Begitu perang selesai, bisnis
makin sibuk bagi Disney Studios, dan Walt semakin mencurahkan perhatiannya pada keahlian
seninya. Ia sering bekerja sampai larut malam. Konon, ia sering membongkar-bongkar keranjang
sampah kertasnya untuk melihat isinya. Pada keesokan harinya ia akan menyuruh aistennya
untuk meneliti apa yang ditemukannya; katanya, potongan-potongan kertas ini sering kali
mengandung gagasan besar. Pada masa itulah Walt Disney menciptakan kebanyakan film
besarnya, antara lain Cinderella, Peter Pan dan Bambi.
Pada tahun 1950-an, impian fantasmagorik Walt Disney-Disneyland mulai berkembang.
Pada waktu itu, semua temannya, terutama bankir-bankirnya, menyatakan bahwa proyek ini gila-
gilaan. Sekali lagi, Disney akan menunjukkan bahwa impian manusia dapat menjadi kenyataan.
Gagasan menciptakan Disneyland muncul, ketika ia berjalan-jalan di taman dengan
kedua putrinya, Sharon dan Diana. Ia membayangkan sebuah taman wisata sangat luas tempat
anak-anak dapat bertemu dengan tokoh kartun yang mereka sayangi. Ketika Walt Disney
akhirnya memutuskan untuk proyek tersebut, tidak ada seorang pun atau apa pun dapat
mengubah keputusannya.
Disneyland akhirnya terwujud di Anaheim, California, pada tahun 1955. Hari itu hari
besar bagi Walt Disney. Ia berkata: Andaikata saya mendengarkan saya sendiri, tamanku ini
tidak akan selesai. Inilah, akhirnya, sesuatu yang dapat saya sempurnakan terus-menerus. Pada
tahun 1985, Disneyland menyambut pengunjungnya yang ke-250 juta. Ketika Walt Disney
meninggal pada tahun 1966, bioskop kehilangan salah seorang penciptanya yang paling besar.
Dua prinsip penting telah memotivasi seluruh hidupnya: melakukan apa yang dia nikmati dan
percaya akan gagasan-gagasannya. Tanpa prinsip-prinsip ini, ia tak akan pernah menjadi Walt
Disney yang besar: penerima 900 tanda kehormatan, 32 Oscar, lima Emmy, dan lima doktor
honoris causa, perintis sejarah animasi dan salah seorang manusia terkaya di dunia. Ia telah
mewujudkan impian-impiannya jauh melebihi harapannya yang paling muluk.
88