You are on page 1of 13

Karakteristik Warga Negara Yang Demokrat

Oleh : Vilya Lakstian

PENDAHULUAN
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki keanekaragaman yang begitu
kompleks dari suku, agama, budaya hingga sumber daya alam yang melimpah. Tentu
dengan keanekaragaman ini membuat mereka harus menjalin persatuan dan kesatuan
yang baik di tanah kelahiran mereka. Selain itu dari pengalaman masa lalu dimana
perjuangan para pahlawan dari berbagai daerah yang menjadi latar belakang mengapa
persatuan dan kesatuan harus tetap dijaga. Hal ini membuat Indonesia membuat suatu
undang-undang sebagai dasar dalam melaksanakan berbagai aktifitas dalam
masyarakat. Undang Undang Dasar 1945 telah membuktikan bahwa konstitusi ini
tidak mudah goyah dalam perkembangan jaman meskipun mengalami berbagai
pengaruh dan masalah baik luar atau dalam. Undang Undang Dasar 1945 tetap
menjadi pilihan yang terbaik untuk menjadi pegangan masyarakat. Kita telah
mengetahui seberapa pentingkah undang-undang bagi negara. Maka, diperlukan suatu
sistem pemerintahan yang bertujuan untuk mewujudkan undang-undang yang berjalan
dengan baik. Dari sistem pemerintahan, dunia dapat mengetahui, menganalisa dan
menyimpulkan bagaimanakah negara kita? Dan seberapa baik dan pentingkah negara
tersebut dalam peranannya didunia?

Belajar dari sejarah


Kelemahan dan tidak sesuainya sistem pemerintahan pada masa lampau
terhadap masyarakat Indonesia yang plural seperti liberalisme dan komunisme telah
membuat Indonesia belajar dan mengambil pilihan yang terbaik. Lalu, Indonesia
memilih demokrasi sebagai sistem dan ideologi dalam berbangsa dan bernegara.
Demokrasi yang berasal dari kata demos yaitu rakyat dan kratein yang berarti
pemerintahan sehingga memiliki arti sebagai pemerintahan rakyat yang begitu cocok
diterapkan di Indonesia. Demokrasi sering dikatakan sebagai pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dimana sebetulnya negara dipimpin oleh rakyat
melalui wakil-wakil rakyat dan pemerintah sebagai pelaksana amanat itu dan menjaga
agar tujuan rakyat berjalan dengan baik. Oleh sebab itu, Indonesia memiliki Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai
pengontrol pemerintah. Presiden bertanggung jawab kepada MPR sehingga ada suatu
pembatasan bagi penguasa agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan tidak
lepas dari undang-undang yang ada. Begitu juga pembatasan agar penguasa tidak
menjadi otoriter. Penguasa memiliki tanggung jawab dihadapan rakyat dimana dia
bertugas sebagai pembimbing, pengarah dan penuntun rakyatnya sehingga tercipta
masyarakat yang sejahtera dan tidak disalahgunakan untuk kepentingan memperkaya
diri sendiri.
Indonesia telah mengalami berbagai tahap dalam demokrasi yang dibagi
menjadi 3 tahap yaitu Masa Republik Indonesia I, II dan III.
Masa Republik Indonesia I diawali pada masa 1945-1959 dimana pada masa
ini lebih menonjolkan peran parlemen serta partai-partai. Sehingga masa ini disebut
sebagai Demokrasi Parlementer. Sistem ini ternyata tidak berjalan dengan baik karena
dengan adanya koalisi partai besar dan partai-partai kecil dapat menimbulkan
parlemen yang jatuh bangun. Partai yang tidak sependapat dengan koalisinya tidak
segan-segan untuk menarik dukungannya sewaktu-waktu. Disisi lain akibat masalah
ini, timbul berbagai pergolakan didaerah yang membahayakan stabilitas bangsa dan
perpecahan. Posisi partai oposisi hanya memberi nilai negatif tanpa memberikan
solusi yang tepat karena adanya kepentingan kelompok yang besar.
Masa berikutnya, Masa Republik Indonesia II dimana Indonesia saat itu
menganut Demokrasi Terpimpin pada tahun 1959-1965. Masa ini mengalami banyak
penyimpangan dari demokrasi konstitusionil yang menjadi landasan formal dan
sebagai penunjuk aspek demokrasi rakyat. Apalagi dengan adanya Ketetapan MPRS
No.III/1963 yang mengangkat Ir.Soekarno sebagai presiden seumur hidup telah
melanggar Undang-Undang Dasar 1945 yang memberi kesempatan kepada presiden
untuk menjabat selama 5 tahun (UUD memungkinkan presiden untuk dipilih
kembali). Tentu hal ini mengurangi kebebasan rakyat karena telah mengarah menuju
pemerintahan otoriter dan menjauhi trias politica karena lembaga-lembaga
pemerintahan telah dipegang oleh satu orang yaitu presiden sehingga seperti sudah
tidak memiliki arti lagi bagi rakyat.
Belajar dari pengalaman masa sebelumnya, mulai tahun 1965 Indonesia
menganut Demokrasi Pancasila yang merupakan demokrasi konstitusionil yang
menonjolkan sistem presidensiil. Setelah dibatalkannya Ir.Soekarno sebagai presiden
seumur hidup, lembaga-lembaga pemerintahan mulai dihidupkan kembali dan
memberikan rakyat untuk dapat berpartisipasi.
Tokoh-tokoh negara saat itu telah mempersiapkan secara matang untuk
menyambut Indonesia. Kemudian usaha mereka didukung oleh warga negaranya
seperti mengikuti setiap ada rapat akbar, pidato presiden dan musyawarah daerah
yang semuanya guna untuk mendukung kelancaran proses demokrasi dan tahap lanjut
dari kemerdekaan baik itu rakyat atau pemerintah. Maka untuk mencapai demokrasi
yang baik didalam suatu negara, timbulah suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan
warga negara yang demokrat sebagai dasar atau acuan masyarakat untuk mengetahui
bagaimanakah sikap yang harus mereka lakukan untuk mendukung berjalannya
demokrasi. Adanya pendidikan kewarganegaraan dan pancasila yang mengajarkan
kepada pemuda bangsa agar dapat mengetahui arti dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara adalah penting untuk menciptakan rasa cinta tanah air, tanggung jawab,
nasionalisme, dan responsif atas apa saja yang terjadi di negara.
Budaya politik yang dikatakan dalam buku “Sistem Politik Era Reformasi”
karya Budi Winarno mengatakan bahwa budaya politik adalah sebagian dari
pencerminan dan budaya masyarakat. Ada beberapa hal seperti budaya politik
partisipan dimana masyarakat sadar akan pentingnya politik sehingga baik pemerintah
maupun masyarakat mampu melaksanakan dan responsif dalam berpolitik. Kesadaran
masyarakan yang menjunjung peraturan dan undang-undang adalah arti penting dalam
budaya politik partisipan.

MASALAH
Di era yang semakin maju seperti saat ini kita semakin dihadapkan dengan
masalah-masalah yang begitu banyak dan kompleks. Dunia kini syarat dengan
globalisasi yang memungkinkan menipisnya batas-batas pemisah satu sama lain dan
semakin mudahnya akses dari luar atau keluar. Sehingga kita harus waspada akan
banyaknya pengaruh dari luar yang akan memicu terjadinya disintegrasi suatu bangsa.
Bisa dibayangkan bila disintegrasi itu akan terjadi kekacauan dalam masyarakat.
Kekacauan itu tentu saja dalam hal hubungan manusia dan manusia lain, lebih
besarnya sampai masyarakat dan negara. Oleh sebab itu harus dicarikan pemikiran
yang langsung bisa diaplikasikan dalam masyarakat sebagai suatu tatanan kehidupan.
Hal ini berguna untuk mencapai suatu keteraturan sehingga apabila masyarakat teratur
maka negara juga akan teratur juga karena bagian-bagian yang ada didalamnya
mampu menjalankan prisip-prinsip kewarganegaraan dengan baik dan benar. Untuk
mencapai keteraturan sosial berbangsa dan bernegara memang tidak berjalan cepat.
Tetapi melalui proses-proses yang saling berhubungan. Semua dimulai dari lingkup
yang paling kecil seperti keluarga, kampung, daerah, provinsi, pusat hingga nasional.

Masyarakat Demokratif
Hal tersebut diatas tentu tidak akan terjadi apabila rakyat memiliki sikap
egalitarianisme, adil dan manusiawi. Tiga hal tersebut ternyata disebut-sebut sebagai
poin-poin yang akan membangun suatu masyarakat yang demokratis karena prinsip
dari demokrasi adalah pemerintahan tertinggi berada ditangan rakyat dan rakyat
memiliki kekuasaan penuh dalam pemerintahan. Hal ini membuat rakyat Indonesia
yang masyarakatnya yang terdiri dari berbagai latar belakang budaya, agama,
pendidikan, suku dan lain-lain harus dapat memiliki suatu tujuan yang pasti sehingga
kekuasaan yang penuh dipegang oleh rakyat dapat berjalan dengan baik. Pancasila
yang menjadi pedoman bangsa telah mengakar pada rakyat sejak jaman nenek
moyang dan hal itu perlu ditingkatkan agar nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang
memiliki sikap arif, bijaksana, toleransi, religius dan damai dapat diaplikasikan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Egalitarianisme yang menjadi faham dimana semua orang adalah sama dan
tidak ada yang derajatnya lebih tinggi ataupun sebaliknya akan memberikan suatu
cara yang mudah agar semua membaur dan bersatu. Konflik yang sering terjadi bisa
saja terjadi karena ada rasa egois, sombong, angkuh dan tak acuh pada sekitar.
Padahal lingkunganlah yang akan membantu mereka agar hidup dapat berjalan
harmonis. Mungkin paham inilah yang menjadi dasar atau yang harus dicapai pertama
kali oleh bangsa yang pluralistik. Karena pada hakikatnya manusia adalah sama
dimata Tuhan Yang Maha Esa. Di Indonesia, pesamaan manusia ini begitu tampak
seperti peringatan hari besar agama sebagai hari libur nasional, adanya lembaga-
lembaga yang mampu menampung aspirasi rakyat dari berbagai lapisan, lembaga-
lembaga penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan lain-lain.
Keadilan merupakan hal yang begitu didambakan masyarakat dari masa ke
masa. Mereka yang berada didalam pemerintahan sangat diharapkan untuk memiliki
sikap adil, yaitu adil dalam kebijakan yang tidak memandang siapa yang bisa
menjalankan atau tidak dan kepada siapa kebijakan itu ditujukan. Begitu juga adil
dalam pendistribusian hak rakyat yang secara material meliputi pendapatan negara.
Semua harus mendapatkan fasilitas baik pendidikan, teknologi, fasilitas umum dan
lain-lain. Itu sebagai timbal balik atas apa yang telah dilakukan rakyat karena memilih
mereka-mereka yang duduk dikursi pemerintahan sebagai orang-orang yang dapat
dipercaya. Hal ini juga bisa sebagai rasa terima kasih manusia kepada Tuhan yang
telah memberikan berbagai macam kebutuhan dan berkah kepada kita. Manusia yang
sebagai mahluk yang menerimanya, diberi amanat untuk membaginya kepada
semuanya khususnya yang membutuhkan. Konsep ini menjadi dasar dalam
pembentukan demokrasi yang religius karena kita semua tentu tidak dapat dipisahkan
oleh partisipasi Tuhan. Disisi lain, keadilan juga menjadi salah satu factor dalam
membentuk suatu kehidupan yang sejahtera. Tentu, kehidupan sejahtera merupakan
tujuan dari negara. Keadilan memberikan semangat psikologis kepada rakyat dalam
melaksanakan kesehariannya. Pemerintah akan begitu dihormati oleh rakyat karena
mereka telah mengetahui bagaimana usaha keras pemerintah dalam memberikan rasa
adil kepada masyarakat.
Semua hal tersebut akan dibarengi dengan sikap manusiawi yaitu
penerapannya melalui keikhlasan dan tanggung jawab sebagai mahluk sosial
bermasyarakat. Manusiawi telah tumbuh didalam hati manusia sejak lahir dan tinggal
penerapan secara nyata didalam masyarakat. Paham ini juga sebagai kebutuhan
psikologis manusia yang membuktikan kalau tidak ada manusia yang tertindas. Sikap
tulus yang diberikan dari seseorang kepada lainnya akan semakin memupuk rasa
persaudaraan sebagai mana yang dikatakan dalam pancasila sila ke 3 yaitu “persatuan
Indonesia”
Itu semua adalah ciri masyakat demokratif yang diperlukan sebagai solusi
kehidupan bernegara. Kehidupan demokratis yang diidam-idamkan rakyat baik di
Indonesia maupun di dunia yang menginginkan adanya keterbukaan dan kebebasan
yang bertanggung jawab.

PEMBAHASAN
Kemudian munculah apa yang dikatakan sebagai ciri dan karakteristik warga
negara yang dikatakan sebagai warga negara yang demokratis sebagai dasar atau
pedoman bagi anggota masyarakat dalam melaksanakan aktifitas berbangsa dan
bernegara yang baik. Memang tidak ada bentuk baku yang mendasarinya, para filsuf
pun memberikan pendapatnya yang berbeda-beda tetapi semua itu tidak jauh dari
benang merah demokrasi yang menekankan pada perilaku kerakyatan.
Proses negara demokrasi tidak akan berjalan tanpa adanya kejujuran. Jujur
adalah suatu sikap yang dimiliki individu untuk melakukan sesuatu yang dilandasi
dengan penuh tanggung jawab. Dapat kita lihat kebanyakan konflik yang terjadi
dimasyarakat adalah akibat lemahnya sikap jujur ini. Seperti kasus korupsi di
pemerintahan, kebijakan-kebijakan tersembunyi atau pemberian kesaksian palsu yang
akan menimbulkan dua atau lebih opini masyarakat sehingga memperbesar potensi
untuk terjadinya konflik yang menjadi suatu hal yang harus kita hindari. Kejujuran
begitu diperlukan dalam demokrasi karena paham ini menekankan pada sikap saling
keterbukaan. Hal-hal yang tidak ditutup-tutupi akan memberikan kepercayaan pada
masyarakat sehingga kehidupan akan berjalan lancar, dari sinilah akan timbul
demokrasi yang akan memberikan manfaat lanjut untuk berikutnya karena keselarasan
dan keharmonisan hubungan antar warga negara telah terbentuk. Kejujuran politik
menciptakan kesejahteraan warga negara yang ingin dicapai dari politisi yang
dipilihnya dan ketidakjujuran politik adalah politisi yang hanya mencari keuntungan
bagi dirinya sendiri atau untuk partainya tanpa melihat apa saja yang terjadi pada
rakyat apakah mereka tertindas atau tersiksa.
Sikap terbuka ternyata merupakan bentuk penghargaan terhadap kebebasan
sesama manusia. Ini mungkin juga benar karena dalam Pancasila juga menunjukkan
adanya kebebasan khususnya dalam musyawarah berpendapat. Seperti dalam sila
“kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan”. Pada sila ini mengatakan bahwa rakyat memperoleh kebebasan dalam
memberikan masukan dan pendapat melalui wakilnya yakni DPR pada pusat dan
DPRD pada daerah. Keputusan yang diambil haruslah keputusan yang bijaksana
sesuai dengan apa yang dibutuhkan rakyat. Wakil rakyat ini kemudian menyampaikan
pada orang-orang yang duduk di pemerintahan dan dimusyawarahkan sehingga
menghasilkan suatu kebijakan yang diharapkan dapat memenuhi aspirasi rakyat.
Semua kebijakan yang ada harus adil yaitu memberikan manfaat bagi seluruh
warga masyarakat. Baik itu pemerintah atau rakyat sebagai penghuni tanah air. Semua
menjadi prioritas utama dan tidak ada yang diremehkan guna mencapai kesejahteraan
nasional. Keadilan mendukung paham egalitarianisme yang setuju akan kesetaraan
manusia dan Hak Asasi Manusia (HAM). Ketidakadilan adalah pelanggaran HAM
dan semua manusia berhak untuk memperoleh keadilan.
Ada yang menarik dari sejarah HAM ini. Pada awalnya dia adalah right of
man yang mengantikan natural right (hak natural/alamiah manusia) yang
dikemukakan oleh John Locke (1632-1704). John Locke berpendapat bahwa
kehidupan asli manusia yang asli sebelum bernegara (state of nature) adalah hak-hak
dasar perseorangan yang alami. Apakah hak-hak dasar alami itu ? Mereka adalah hak
untuk hidup, hak kemerdekaan dan hak milik.

Hak dasar alami


Hak hidup memang menjadi hal yang utama. Kita ingin hidup di negara yang
mampu membimbing dan memberikan kebutuhan hidup dalam keseharian. Negara
menuntun kita dalam kehidupan. Tentu menuntun dalam menuju kesejahteraan
bersama. Tentu hadirnya negara memberikan rasa aman kepada rakyat karena mereka
telah merdeka.
Dahulu, negara-negara terjajah ingin melepaskan diri dari belenggu penjajah
agar mereka dapat hidup bebas dan berhenti dari tekanan-tekanan yang ada sehingga
mereka melakukan segala hal agar penjajah angkat kaki dari tanah airnya. Seperti
yang dilakukan Indonesia yang menerapkannya baik dalam hal fisik atau pendidikan
berorganisasi. Setelah melalui berbagai proses perlawanan fisik, para pahlawan kita
sadar bahwa jika mereka berperang menggunakan fisik mereka akan kalah karena
musuh memiliki peralatan perang yang lebih maju. Semakin diserang musuh akan
semakin memperketat perlawanan dan pertahanannya.. Akhirnya, muncul gagasan
tentang perlawanan melalui jalur diplomasi yang menggunakan akal dan pikiran yang
berdasarkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan semakin digunakan akan semakin
membuat bangsa menjadi lebih pintar dalam mengatasi masalah dan segala hal
lainnya. Mereka yang dahulu mendapat kesempatan untuk sekolah diluar negeri
memanfaatkan ilmunya untuk membantu para pejuang mencapai kemerdekaan.
Setelah kemerdekaan berhasil diraih, mereka dapat menentukan arah hidup negaranya
sendiri dan segala sumber daya didalamnya dapat dimanfaatkan untuk rakyat.
Hak milik dapat didapatkan individu jika mereka mendapatkan persetujuan
hak milik yang ditandatangani oleh pemerintah pusat sehingga sumber daya
disekitarnya adalah menjadi haknya dan agar dapat digunakan dengan baik. Tentu
negara akan menjamin hak milik karena sesungguhnya semua yang ada di alam
Indonesia adalah milik rakyat. Memang, harus ada timbal balik antara rakyat dan
pemerintah agar semua bermanfaat dan tidak sia-sia. Seperti seseorang yang telah
memiliki hak milik setiap tahun akan membayar pajak, pajak yang diterima
pemerintah berikutnya akan memperpanjan hak miliknya sekaligus pemerataan dan
peningkatan seluruh fasilitas public. Seseorang ini dapat menggunakan fasilitas public
yang ada seperti listrik, air, tanah, komunikasi dan lain-lain untuk memanfaatkan hak
miliknya. Ada satu contoh seperti orang yang punya usaha disektor industri, setelah
membayar pajak, dia bisa menggunakan listrik, tanah dan air untuk menunjang
kegiatan produksinya sehingga setelah dia sukses dengan usahanya sebagian dari
pendapatannya akan menjadi sumber pendapatan negara yang berupa pajak
penghasilan. Apabila pendapatan negara semakin meningkat negara akan menjadi
kaya dan kekayaan tersebut akan digunakan kembali oleh rakyat.
Setelah bernegara, hak-hak dasar itu tidak lenyap tetapi justru harus dijamin
dalam kehidupan bernegara. Karena istilah right of man tidak mencakup right of
women, maka Eleeanor Roosevelt mengganti istilah human right yang lebih universal
dan netral.

KESIMPULAN
Indonesia yang memiliki beribu pulau yang dipisahkan oleh perairan, memiliki
banyak penduduk yang dimana negara kita termasuk dalam 10 besar negara yang
padat penduduknya memang tidak mudah untuk menggerakkan kelompok besar
manusia ini menuju keteraturan nasional. Para pendahulu kita sudah menyadari hal
itu, undang-undang yang telah kita ketahui sekarang dapat menjadi acuan dalam
segala tindakan masyarakat dan menggerakkan mereka untuk dapat menjalaninya
bersama yang pada akhirnya kitalah sebagai rakyat yang akan merasakan nikmatnya
hidup berdemokrasi sehat dimana demokrasi dapat berjalan dengan baik dari tingkat
atas, yaitu pusat hingga tingkat bawah, yaitu lingkungan masyarakat yang lebih
spesifik. Undang-undang, ideologi dan dasar-dasar negara kita disusun atas dasar
kepribadian dan budaya bangsa Indonesia agar rakyat dengan mudah dapat
menyesuaikannya apalagi dengan disesuaikannya hal-hal tersebut dengan budaya
Indonesia sehingga sesuai dengan kehidupan rakyat yang ada.
Berdemokrasi memang sebagai suatu paham yang mengacu dalam studi
kehidupan bersama. Tetapi individu yang bergabung didalamnya juga harus memiliki
sikap kemandirian. Jika dia hanya menggantungkan pada sikap bersama maka akan
menjadi pasif dan hanya orang intelektual saja yang akan bergerak. Dan juga
masyarakat akan mudah dipengaruhi oleh luar ataupun dalam yang memiliki
keinginan tersembunyi karena didunia ini ada saja orang yang tidak bertanggung
jawab atas dasar uang, jabatan dan kekuasaan. Sikap kemandirian dalam
penerapannya mampu menepis hal-hal yang tidak kita inginkan tersebut. Individu
dapat berfikir dan melakukan tindakan-tindakannya sendiri untuk menjalani
demokrasi. Tindakan ini merupakan hasil dari buah pikir individu yang paling dalam.
Ini menjadi apa yang disebut dengan demokrasi individu. Pemerintah juga harus
terbuka dengan ini karena dari pemikiran dan tindakan individu inilah negara akan
menjadi lebih hidup dan ada perkembangan-perkembangan baru yang akan muncul
sehingga suatu negara tidak stagnan.
Dalam demokrasi individu juga harus didasari sikap tanggung jawab agar
tidak ada agenda tersembunyi yang terselip dalam tindakannya itu. Begitu juga
dengan pemerintahnya. Segala kebijakan juga harus didasari dengan hal yang sama
agar dapat dipertanggung jawabkan. Dimana kebijakan itu meliputi politik dan
ekonomi yang menjadi tugas pokok dalam pemerintahan.

Masyarakat madani
Demokrasi dikatakan sebagai awal menuju suatu masyarakat yang madani
dimana setiap anggota masyarakat memiliki kemandirian dan berpartisipasi aktif
dalam segala aktifitas berbangsa dan bernegara. Kemandirian dalam masyarakat
madani adalah seperti kemandirian dihadapan penguasa dan negara, adanya ruang
public (public sphere) dalam mengemukakan pendapat dan kemandirian lembaga-
lembaga yang dapat menyalurkan aspirasi masyarakat.
Menurut Nurcholis Madjid, bahwa ada keterkaitan antara demokratisasi dan
masyarakat madani. Menurutnya, masyarakat madani merupakan tempat tumbuhnya
demokrasi. Partisipasi aktif masyarakat dalam bernegara seperti memberikan
pendapat dalam pembentukan kebijakan pemerintah dan menjalankan tata tertib
dengan baik dan benar adalah wujud dari demokrasi itu. Pemilu yang langsung,
bersih, jujur dan bersih adalah sebagai simbol pelaksanaan demokrasi. Yang menjadi
syarat terciptanya masyarakat madani adalah partisipasi peran masyarakat dalam
proses-proses pengambilan keputusan yang dilakukan negara dan pemerintah.
Masyarakat madani juga mensyaratkan adanya keterlibatan masyarakat (civil
engagement) dalam asosiasi-asosiasi sosial. Dari adanya sikap civil engagement ini
sangat memungkinkan terjadinya perilaku terbuka, toleransi dan sikap saling percaya.
Dimana demokrasi dianggap sebagai hasil dinamika masyarakat yang menghendaki
adanya pastisipasi dan mereka (masyarakat madani dan demokrasi) adalah dua hal
yang tidak dapat dipisahkan seperti yang dikatakan oleh Ernest Gellner. Dan menurut
M. Dawam Rahadjo, bagaikan dua sisi mata uang. Keduanya bersifat ko-eksistensi
atau saling mendukung. Hanya dalam masyarakat madani yang kuatlah demokrasi
dapat ditegakkan dengan baik dan hanya dalam suasana demokratislah masyarakat
madani dapat berkembang secara wajar.
DAFTAR PUSTAKA

Bima. Materi PPKn 8 Kewarganegaraan. http:bima.ipb.ac.id


Demokrasi. http:id.wikipedia.org
Kurniawati, Puji. Karakteristik Warga Negara Yang Demokrat.
http:pujikurniawati.blogspot.com
Madjid, Nurcholis. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan.1987.Bandung: Mizan
Radea. Mobokrasi dan Pilar Demokrasi. http:www.radea.web.id/2009/02/24
Winarno. Isu Global Dalam Civic Education. http:staff.fkip.uns.ac.id/files/2009/10
Winarno, Budi. Sistem Politik Era Reformasi. 2007. Jakarta: Media Press
Karya Tulis
Karakteristik Warga Negara Yang Demokrat

Disusun oleh :
Nama : Vilya Lakstian Catra Mulia
Prodi : Sastra Inggris
NIM : 26.09.6.1.015

You might also like