Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh:
PIPIN SRI MULYANINGSIH
NIM. 0801898
2010
ABSTRAK
i
PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN IPS
MELALUI METODE KERJA KELOMPOK
(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelas V SD Negeri 2 Cadassari Kecamatan
Tegalwaru Kabupaten Purwakarta Tahun Pelajaran 2009/2010)
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Strata 1 PGSD UPI
Kampus Purwakarta
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya bagi Allah SWT, karena atas berkat rahmat-Nya penulis
akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tanpa halang rintang yang
cukup berarti. Tidak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW.
Skripsi yang mengambil judul “Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui
Metode Kerja Kelompok” ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Daerah Purwakarta.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada segenap pihak yang telah
mendukung penyusunan skripsi ini, khususnya kepada:
1. Ayah Bunda tercinta, dan segenap keluarga atas do’a restu dan
dukungannya sepanjang hayat.
2. Drs. Burhanudin T. R., M.Pd. dan Drs. Daim, M.Pd., yang telah
membimbing sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini.
3. Drs. Nahrowi Aji, A.Pd., M.Pd., Ketua Program Strata 1 PGSD UPI
Kampus Purwakarta.
4. H. Endis Bahrudin, Kepala SD Negeri 2 Cadassari Tegalwaru –
Purwakarta, dan seluruh stafnya.
5. Rekan-rekan dan semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu yang
telah membantu dan mendukung hingga rampungnya skripsi ini.
Penulis sadar, bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun besar
harapan penulis, meski dalam ketidaksempurnaan tapi mampu memberikan
sumbangan yang cukup berarti dalam memperkaya khazanah keilmuan masa kini,
khususnya di dunia Pendidikan Agama Islam.
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi
LAMPIRAN-LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR GRAFIK
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program pendidikan selalu berkembang dan maju dengan berbagai inovasi agar
arah dewasa. Pengembangan jiwa seseorang tidak dapat diamati, yang dapat
diamati adalah tingkah lakunya. Inti dari pendidikan itu adalah pengembangan
1
2
peserta didik untuk bertahan hidup serta menyesuaikan diri dan berhasil dalam
kehidupan.
subjek dan sentral dalam pembelajaran, Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
nasional, karena saat ini kesejahteraan tidak hanya mengandalkan pada sumber
daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual
sosial, ekonomi, budaya dan kewrganegaraan sehingga tumbuh generasi yang kuat
dan berakhlak.
kehidupan secara terpadu. Adapun rumusan batasan tujuan pendidikan IPS untuk
sosiologi, idologi negara dan agama yang diorganisasikan secara ilmiah dan
3
pendidikan IPS merupakan suatu disiplin ilmu. Oleh karena itu, pendidikan IPS
kemampuan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa serta
Tujuan kedua berorientasi pada pengembangan diri peserta didik dan kepentingan
pribadi peserta didik baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat maupun ilmu.
IPS.
Salah satu metode pembelajaran IPS adalah metode kerja kelompok, yaitu
4
belajar mengajar yang memiliki kadar siswa aktif yang tinggi. Metode kerja
kelompok dipandang sebagai suatu kesatuan tersendiri untuk mencari satu tujuan
Dalam metode kerja kelompok, peserta didik dalam satu kelas dipandang
perbedaan minat dan bakat, perbedaan jenis kegiatan, perbedaan wilayah tempat
isi, bahan, pelajaran yang tepat dan sesuai dengan tuntutan kurikulum dan
bagaimana pula pendekatan strategi dan metode serta teknik mengajar yang harus
ternyata kurang bermakna, masih ada peserta didik yang pasif dalam setiap
Purwakarta)
ini sengaja menjadi bahan penelitian agar guru tidak hanya memakai atau
sosial, karena dalam metode kerja kelompok siswa dilibatkan secara langsung
sehingga akan menimbulkan kegiatan belajar yang aktif dan diharapkan dapat
terjadi meningkatkan dalam segi perolehan nilai serta perubahan sikap sesuai
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
D. Manfaat Penelitian.
informasi baru tentang kemajuan prestasi siswa pada mata pelajaran IPS melalui
Negeri 2 Cadassari.
E. Kerangka Teori
Kerja kelompok merupakan salah satu metode belajar mengajaryang meiliki kadar
siswa aktif yang tinggi. Kerja kelompok menuntut persiapan yang jauh berbeda
penelitian ini, tentu ada beberapa landasan dari beberapa teori yang telah
dikuasai seorang guru antara lain: metode, media, dan sumber belajar. Maka dari
dasarnya metode mengajar ini merupakan cara atau teknik yang digunakan guru
berlangsung.
mana individu yang belajar terdapat lebih dari satu orang melalui kerja sama
“Metode kerja kelompok adalah dimana anak didik dalam suatu kelompok
dipandang sebagai suatu kesatuan tersendiri untuk mencari satu tujuan pelajaran
F. Metode Penelitian
metode yang dianggap tepat adalah metode penelitian tindakan kelas (class action
research), yakni studi sistematis yang dilakukan dalam upaya perbaikan praktik-
praktik pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan
pelaksanaan pembelajaran tidak hanya cukup satu kali saja, melainkan diperlukan
berulang-ulang.
siswa yang sedang menimba ilmu di SD Negeri 2 Cadassari, yaitu sebanyak 295
orang peserta didik, terdiri dari 145 orang siswa laki-laki dan 150 orang
Tabel 1.1
Keadaan Siswa SD Negeri 2 Cadassari
Tahun Pelajaran 2009/2010
A. Pengertian Pembelajaran
potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan
Terdapat tiga atribut pokok belajar, yaitu: proses, perilaku, dan pengalaman
adalah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi kognitif
belajar mengajar, metode, media, sumber belajar, dan evaluasi. Yang menjadi
melaksanakan suatu proses pembelajaran, hal yang harus dirumuskan pertama kali
11
12
pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi
pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga
psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan
hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan
Tujuan utama belajar adalah bahwa apa yang dipelajari itu berguna di
kemudian hari, yakni membantu anak didik untuk dapat belajar terus dengan cara
yang lebih mudah. Apa yang dipelajari dalam situasi tertentu harus
dengan kegiatan anak didik itu sendiri. Anak didik bukanlah bejana yang harus
1. Fase informasi, yaitu fase dimana anak didik memperoleh informasi yang
untuk kemudian diubah ke dalam bentuk yang lebih konseptual agar dapat
3. Fase evaluasi, yaitu fase penilaian apakah informasi yang didapat dan telah
1. Perubahan akibat belajar dapat terjadi dalam berbagai bentuk perilaku, dari
semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti
Perubahan yang segera terjadi umumnya tidak dalam bentuk perilaku, tapi
naluriah.
14
5. Perubahan akan lebih mudah terjadi bila disertai adanya penguat, berupa
tersebut.
6. Perasaan bangga dalam diri karena dapat mengerti dan paham akan apa
yang dipelajari.
Tu’u (2004:75) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang
dicapai peserta didik ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan
pembelajaran di sekolah.
sesuatu yang dicapai oleh peserta didik sebagai perilaku belajar yang berupa hasil
Prestasi belajar peserta didik ini biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau
angka.
pembelajar/peserta didik.
15
hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari
adanya perubahan perilaku tahap-demi tahap, baik dalam ranah kognitif, afektif,
Seseorang yang telah melakukan proses belajar akan terlihat perubahan dalam
bahwa tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan
belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau
bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam
membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi
sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih
baik.
16
1. Faktor internal
normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir.
Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera,
anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar
beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur,
b. Faktor Psikologis
segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang
dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan
Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang,
2. Faktor Eksternal
belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa
disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi
siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang
meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari penyebab-
Hasil belajar anak didik dapat dilihat dengan melakukan kegiatan evaluasi.
suatu tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan evaluasi pendidik juga
hasil belajar siswa dilakukan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan
Bukan hanya seperti di katakan di atas saja pengertian evaluasi, tetapi ada
beberapa istilah yang serupa dengan evaluasi itu, yang intinya masih mencakup
data berupa skor mengenai prestasi yang telah dicapai siswa pada periode
tertentu dengan menggunakan berbagai tekhnik dan alat ukur yang relevan.
2. Tes, secara harfiah diartikan suatu alat ukur berupa sederetan pertanyaan
akan dibahas yaitu apa yang menjadi bahan evaluasi, bagaimana proses evaluasi,
Secara garis besar, proses evaluasi terbagi menjadi di awal (pretest) dan
evaluasi yang diadakan untuk melihat tercapainya tujuan dan dijadikan sebagai
lingkungan sekitar. Realisme dari metode ini lebih dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
E. Metode Pembelajaran
Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode
diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan
tertentu. Sedangkan kata pembelajaran berarti segala upaya yang dilakukan oleh
menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses
belajar pada diri siswa dalam upaya mencapai tujuan. Sedangkan Winataputra
digunakan guru dalam membelajarkan siswa agar terjadi interaksi dalam proses
21
mengajar ialah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan
bagaimana cara guru menyampaikan materi ajar kepada siswa. Sedangkan tujuan
penggunaan metode mengajar yang tepat ialah agar tercipta proses belajar pada
diri siswa.
menekankan pada proses belajar siswa secara aktif dalam upaya memperoleh
dalam pemilihan metode yang tepat, yaitu: tujuan yang hendak dicapai, materi
dipandang sebagai suatu kesatuan tersendiri untuk mencari atau tujuan pelajaran
bahwa kerja kelompok merupakan format belajar yang menitik beratkan kepada
kerja kelompok adalah format belajar mengajar yang menitik beratkan kepada
interaksi antara anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan
tugas-tugas belajar secara bersama-sama. Karena itu guru dituntut untuk mampu
Dalam metode kerja kelompok, siswa dalam satu kelas dipandang sebagai
perbedaan minat dan bakat, perbedaan jenis kegiatan, perbedaan wilayah tempat
5. Jenis kelamin,
7. Lotre/random.
keterampilan berdiskusi.
lebih efisien.
1. Segi penyusunan.
b. Peserta didik yang ditetapkan oleh guru telah dianggap homogen, serta
mencukupi.
25
Permana, 1992:149).
diberikan mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi. Ada tiga hal yang
sering membingungkan kita, yaitu: ilmu sosial, studi sosial, dan ilmu pengetahuan
sosial.
1. Ilmu sosial
sosial yang bertaraf akademis dan biasanya dipellajari pada tingkat perguruan
bahwa ilmu sosial adalah bidang-bidang keilmuan yang mempelajari manusia dan
seperti aspek ekonomi, aspek sikap mental, aspek budaya, aspek hubungan sosial
psikolog mempelajari kejiwaan. Semua aspek itu berada dalam ruang lingkup
yang sama, yaitu manusia dalam konteks sosial atau manusia sebagai anggota
masyarakat.
2. Studi Sosial
bahwa studi sosial tidak selalu bertaraf akademis universiter, bahkan dapat
dari beberapa sudut sambil mencari logika dari hubungan-hubungan yang ada satu
bidang terori, melainkan lebih kepada bidang praktis dalam mengkaji atau
mempelajari gejala dan masalah sosial di masyarakat. Pada taraf dan tingkat yang
lebih rendah pendekatan studi sosial ini lebih bersifat multidimensional, dalam
arti meminjam suatu gejala sosial dari berbagai dimensi (segi, sudut, aspek)
kehidupan.
disebut Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS dan Studi Sosial adalah sama, artinya
tidak ada perbedaannya. IPS menjadi salah satu bidang studi sejak di
IPS tidak hanya memberikan peserta didik dengan pengetahuan IPS, melainkan
lebih jauh lagi yaitu berupaya membina dan mengembangkan mereka menjadi
sebagai warga negara yang memiliki perhatian serta kepedulian sosial yang
hakekat IPS.
sebagai kemampuan dapat berkembang pada diri peserta didik, khususnya untuk
Pengajaran IPS pada saat sekarang ini mempunyai dua ciri khusus, yaitu:
a. Yang menjadi tujuan utama yaitu menjadi warga negara yang baik.
keterampilan dasar untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi peserta didik
masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga sekarang sehingga peserta didik
IPS berupa fakta, konsep dan generalisasi dengan memanfaatkan lingkungan yang
ada.
praktis menyangkut dunia diri peserta didik dan kehidupan peserta didik sesuai
dengan tingkat perkembangan usia peserta didik dan kemampuan belajarnya serta
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.
metode yang dianggap tepatpada penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan
Kelas (Class Action Researh), yakni studi sistematis yang dilakukan dalam upaya
refleksi diri yang secara kolektif dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk
meningkatkan penalaran dan keadilan praktek pendidikan dan sosial mereka, serta
pemahaman mereka mengenai praktek ini dan tahap situasi tempat dilakukan
praktek-praktek ini.
penelitian tindakan kelas merupakan study yang sistematis yang dilakukan dalam
30
31
pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat
tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan
Tindakan yang secara sengaja dimunculkan tersebut diberikan oleh guru atau
berdasarkan arahan guru yang kemudian dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini arti
Kelas tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang
lebih spesifik, yaitu kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama,
menekankan kegiatan uji coba suatu ide ke dalam praktek atau situasi nyata
dalam skala yang lebih kecil (kelas) agar dapat memperbaiki dan meningkatkan
tindakan kelas tidak banyak menyita waktu sebab peneliti melakukan penelitian
memecahkan masalah, penelitian ini merupakan suatu proses dinamis mulai dari
siswa yang sedang menimba ilmu di SD Negeri 2 Cadassari, yaitu sebanyak 295
orang peserta didik, terdiri dari 145 orang siswa laki-laki dan 150 orang
Tabel 3.1
Keadaan Siswa SD Negeri 2 Cadassari
Tahun Pelajaran 2009/2010
C. Definisi Operasional
1. Hasil Belajar
latihan melainkan adanya perubahan perilaku tahap-demi tahap, baik dalam ranah
kognitif, afektif, ataupun psikomotor, yang lambat laun terintegrasi menjadi suatu
perubahan dalam salah satu atau beberapa ranah tingkah laku tersebut.
dalam mata pelajaran yang mengkaji seperangkat Peristiwa, fakta, konsep dan
mana individu dalam hal ini siswa yang belajar terdapat lebih dari satu orang
Metode kerja kelompok adalah dimana anak didik dalam suatu kelompok
dipandang sebagai suatu kesatuan tersendiri untuk mencari atu tujuan pelajaran
(Suryana, 2008:157)
”Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan, atau bakat yang dimiliki secara individu maupun kelompok.
35
Segala hal yang terjadi selama kegiatan pembelajaran dicatat dalam suatu lembar
metode kerja kelompok. Lembar observasi dan tes ini digunakan di setiap siklus
penelitian.
Untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti melakukan analisis data dari
melalui tes.
1. Triangulasi Data
sesuatu yang lain untuk keperluan pengecekan atau pembandingan terhadap data
36
itu (Moelong, 2004:330). Analisis data dengan cara membandingkan data hasil
2004:338).
3. Member check
maupun non-formal. Yang dicek adalah seluruh anggota yang terlibat meliputi
F. Prosedur Penelitian
berikut:
1. Perencanaan Tindakan
diskusi tentang metode yang sudah ditentukan. Berdasarkan hasil pendataan yang
sudah terdokumentasi, seperti daftar nilai ataupun nilai rapot peserta didik pada
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, terlihat masih banyak yang memperoleh nilai
rendah.
37
2. Pelaksanaan Tindakan
ingin dicapai, maka fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan harus sudah
3. Observasi
merekam, dan mengdokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang
dicapai (perubahan yang terjadi) baik yang ditimbulkan oleh tindakan yang
pelaksanaan proses pembelajaraan dan hasil pembelajaran yang telah dicapai oleh
peserta didik.
4. Refleksi
evaluasi atas informasi yang diperoleh dari hasil obsevasi pada pelaksanaan
tindakan. Data yang telah terkumpul dalam kegiatan observasi harus segera di
analisis dan diinterpretasi. Inilah inti dari penelitian tindakan, yaitu ketika guru
dirasakan sudah berjalan baik dan bagian mana yang belum. Apabila guru
pelaksana juga berstatus sebagai pengamat, maka refleksi dilakukan terhadap diri
sendiri. Untuk menjaga obyektifitas tersebut seringkali hasil refleksi ini diperiksa
ulang atau divalidasi oleh orang lain, misalnya guru/teman sejawat yang diminta
mengamati, kepala sekolah atau nara sumber yang menguasai bidang tersebut.
Jadi pada intinya kegiatan refleksi adalah kegiatan evaluasi, analisis, pemaknaan,
selanjutnya.
39
PRA PENELITIAN :
• Menentukan permasalahan
• Mengumpulkan data awal tentang hasil belajar kognitif
dan psikomotorik siswa sebagai studi awal
Pelaksanaan
Tindakan
Observasi
Pelaksanaan
Tindakan
Observasi
Rencana Tindakan
Refleksi Siklus III
Pelaksanaan
Tindakan
Observasi
Indikator tercapai
Selesai
HASIL PENELITIAN
Negeri Cilangkap 02. Setelah adanya otonomi daerah, Desa Cilangkap berubah
2. Karakteristik Siswa
berdasarkan jeis kelamin, prestasi akademik, komposisi siswa yang aktif dan
khususnya yang berhubungan dengan prestasi anak dan aktivitas peserta didik di
dalam kelas. Data di peroleh dari dokumen guru pada semester pertama tahun
2009/2010.
40
41
Tabel 4.1
1 I 23 29 52
2 II 33 28 61
3 III 27 23 50
4 IV 28 29 57
6 VI 17 28 45
30 orang yang terdiri dari 17 laki-laki dan 13 perempuan. Dari data hasil ulangan
Parhan Alawi, Iwan, dan Sihab Ali Patah. Sedangkan peserta didik yang menonjol
di bidang Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu: Siti Hindun, Ending, Fahrul, dan Ina.
Dan siswa yang kurang aktif yaitu: Cecep, Ma’mun, dan Mudripin.
3. Karakteristik Guru
pembelajaran. Hal ini lebih terasa pada kelas-kelas rendah dimana tingkat
kelas guru seyogyanya memiliki peran yang paling utama dibandingkan dengan
memadai sebagai tenaga pengajar. Sebagian besar tenaga pendidik di sekolah ini
sekolah ini.
Tabel 4.2
4. Sumber Belajar
berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik
kompetensi tertentu.
Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1)
pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2)
orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan
lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku, transparansi, film, slides,
gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan
VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik,
debat, talk show dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang kelas, studio,
perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.
Sumber belajar yang dominan dipakai di sekolah ini adalah alam sekitar
dan buku cetak yang terbit pada tahun 2004/2005. Untuk mata pelajaran Ilmu
belajar yang memadai, diantaranya: luas tanah 378,3 m2, yang terdiri dari
Lapangan Upacara, Bangunan 2 Unit dengan Ruang Kelas 6 Unit, dan Ruang
Kantor 1 Unit.
yang terdiri dari dua unit bangunan permanen yang cukup baik, berada di tengah
perumahan warga dan lingkungan yang cukup kondusif dengan udara yang cukup
bersih karena tidak terlalu dekat dengan jalan raya namun terjangkau oleh
kendaraan bermotor.
Kondisi fisik bangunan cukup baik dan layak dipergunakan oleh warga
sekolah terutama siswa untuk belajar. Unit pertama terdiri dari tiga lokal
digunakan oleh siswa / siswi kelas I, II dan III. Luas kelas masing-masing adalah
4 x 6 meter². Unit kedua terdiri dari tiga lokal digunakan oleh siswa / siswi kelas
IV,V dan VI dengan luas kelas yang sama yaitu 4 x 6 meter². Selain itu terdapat
45
juga ruang guru yang cukup memadai, dengan berbagai fasilitas kantor yang
mendukung.
menjadi 6 rombongan belajar, yaitu kelas I, kelas II, kelas III, kelas IV, kelas V,
dan kelas VI. Yang didukung dengan sarana kegiatan lainnya seperti perangkat
Di setiap kelas tertata rapi meja dan kursi murid serta meja dan kursi guru,
serta hiasan dengan aneka hasil kreasi siswa yang diletakkan di dinding dan
didepan kelas. Selain itu, di depan kelas di lengkapi pula dengan pot bunga
kegiatan untuk melihat tingkat penguasaan materi. Lalu guru menyuruh peserta
didik membuka buku IPS dan dilanjutkan dengan mencatat hal-hal yang penting
dan mendeskripsikan.
46
Atas dasar itulah guru memberikan soal evaluasi untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan, soal yang telah disiapkan
guru berupa LKS yang dibagikan kepada siswa secara kelompok. Sebagai tindak
lanjut, guru menyuruh siswa belajar di rumah dengan membaca kembali materi
Tabel 4.3
Rincian Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Pengetahuan Sosial
di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Cadassari
Kegiatan siswa hanya 12,50%, itupun lebih banyak pasif. Sedangkan sisanya 25%
karena siswa bersifat pasif akibat guru hanya menyampaikan materi melalui
kesempatan belajar secara aktif, padahal materi yang dibahas dapat diterapkan
1. Tindakan Pertama
a. Perencanaan
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Hari/Tanggal
Nama
a) Standar Kompetensi
b) Kompetensi Dasar
c) Hasil Belajar
49
d) Indikator
e) Langkah-langkah Pembelajaran
f) Penilaian
2) Pembentukan Kelompok
kelamin, prestasi belajar, dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehari-
hari. Dari jumlah siswa sebanyak 30 orang dibagi menjadi tujuh kelompok.
3) Perumusan Masalah
yang akan dikaji oleh siswa pada siklus I adalah sebagai berikut:
b. Pelaksanaan Tindakan
- 09.30. Proses pembelajaran dimulai dengan kegiatan berdo’a yang dipimpin oleh
ketua kelas. Selesai berdoa siswa mengucapkan salam dan dijawab oleh guru.
Tabel 4.4
Nilai Tes Awal Siswa
No Nama Nilai No Nama Nilai
1 Ujang Junaedi M 50 16 Egi Apandi 70
2 Ahmad Nasrudin 40 17 Heri Heriyanto 40
3 Encep Supriatna 60 18 Indriani 40
4 Ergat Aril 60 19 Muh. Tri Bayu 40
5 Jajang Supyan 50 20 N. Sinta Sopiah 30
6 Aan Nurjaman 60 21 Nifah Nurlatifah 50
7 Ahmad Saepudin 50 22 Ricky C. Anwar 40
8 Anjar Nugraha 60 23 Riani 60
9 Ayi B. S. Anwar 70 24 Reni Susilawati 70
10 Aris Sirojudin 50 25 Ahmad Ridwan 30
11 Ai Nurhalimah 50 26 Siti Rokoyah 50
12 Arni 70 27 Yudi Hidayat 60
13 Cecep Abdillah 50 28 Yayan Supyan 40
14 Dalha Khadijah 70 29 Zulfa Nurhasanah 60
15 Dede I. Sri Ayu 60 30 Rusmana 60
Batas Lulus/KKM 70
Dari hasil tes awal yang dapat dinyatakan lulus, hanya 6 orang (20%),
yang lainnya sebanyak 24 orang (80%) masih jauh dibawah nilai batas lulus. Nilai
kelompok disusun oleh guru berdasarkan tingkat kecerdasan siswa. Siswa nampak
Setelah beberapa menit, ada beberapa siswa yang kelihatan mulai tidak
aktif. Pada kegiatan akhir, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil
memberikan tes akhir secara individu dan penilaian proses secara berkelompok.
52
Tabel 4.5
Nilai Tes Akhir Siswa Tindakan Pertama
sebanyak 14 orang (47%). Sedangkan siswa yang belum lulus sebanyak 16 orang
(53%). Nilai rata-rata yang diperoleh dari hasil tindakan pertama adalah 65.
53
Tabel 4.6
Nilai Kerja Kelompok Tindakan Pertama
No. Kelompok Nilai Keterangan
1. I 60
2. II 80
3. III 70
4. IV 80 Batas Lulus = 70
5. V 70
6. VI 60
7. VII 60
Jumlah 480
empat kelompok (57%) dan tiga kelompok sisanya (43%) masih dinyatakan
belum lulus.
Aktivitas kelompok sebagian besar didominasi oleh ketua kelompok dan beberapa
saja, sebagian siswa belum memiliki tanggung jawab dan kerjasama dalam
kelompoknya.
54
Dari segi hasil ada peningkatan, namun masih belum mencapai jumlah
maksimal. Dari jumlah siswa sebanyak 30 orang, baru 14 orang saja yang
dinyatakan lulus.
pada tindakan pertama ini, maka perlu mengadakan perbaikan bagi pembelajaran
berikutnya, yaitu:
jelas dan mengarahkan kembali pada aturan tata tertib belajar. Seorang
guru harus mampu menumbuhkan disiplin pada diri peserta didik, terutama
yang diberikan.
pekerti agar siswa selain memilki sikap mencintai dan mengakui kebesaran
2. Tindakan Kedua
a. Perencanaan
kecerdasan dan keaktifan siswa. Jumlah anggota tetap sama seperti pada
tersebut:
3) Andaikan hutan disekitar kita musnah (rusak akibat ditebangi). Apa yang
b. Pelaksanaan Tindakan
pelajaran berupa appersepsi dengan mengarahkan siswa pada pokok bahasan yaitu
membacakan anggota dari tiap-tiap kelompok yang telah disusun pada tahap
perencanaan.
tampak dalam mengajak dan menegur anggotanya yang kurang aktif atau main-
menjelaskan sikap yang baik dalam memelihara alam, seperti tidak merusak alam,
suka menanam dan memelihara tumbuhan. Penanaman nilai yang paling utama
yaitu penanaman keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Tabel 4.7
Nilai Tes Akhir Siswa Tindakan Kedua
Berdasarkan tabel di atas, siswa yang lulus pada tindakan kedua 26 orang
(87%), tidak lulus 4 orang atau 13%, dengan nilai rata-rata 74.
58
Tabel 4.8
Nilai Kelompok Tindakan Kedua
No Kelompok Nilai Keterangan
1. 1 70
2. 2 60
3. 3 80
4. 4 70 Batas Lulus = 70
5. 5 80
6. 6 80
7. 7 60
Jumlah 500
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa baru lima kelompok yang
terlihat merata, tinggal beberapa siswa saja yang belum bisa beradaptasi dengan
Dari segi hasil ada peningkatan yang cukup drastis. Dari jumlah siswa
3. Tindakan Ketiga
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan Tindakan
materi pelajaran. Pemberian materi pelajaran diikuti pemberian contoh soal dan
Tabel 4.9
Berdasarkan tabel diatas, siswa yang dinyatakan lulus pada tindakan ketiga
sebanyak 29 orang (97%), sedangkan siswa yang dinyatakan tidak lulus hanya
satu orang (3%). Dari seluruh nilai siswa diperoleh nilai rata-rata 76.
61
Tabel 4.10
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa seluruh kelompok dinyatakan lulus
berikut ini:
Grafik 4.1
80
70
60
50
40 Nilai Rata-Rata
30 Siswa Lulus
20 Siswa Tidak Lulus
10
0
I II III
kerja kelompok dapat menjadi alternatif dalam pemecahan yang dialami peserta
didik, guru, maupun sekolah sebagai lembaga. Guru tidak akan mengalami
pendekatan ini sudah begitu akrab dengan para guru. Yang perlu diperhatikan
metode ceramah, tetapi dengan metode dengan kerja kelompok peserta didik akan
menerus oleh guru dan peserta didik. Pendekatan ini memiliki kolerasi yang nyata
dalam proses pembentukan kerjasama, tampilan, sikap, peran, dan fungsi peserta
Cadassari, terbukti dapat menjadi metode yang efektif dalam proses belajar
kepada peserta didik tentang keberadaan peserta didik dalam kelompok serta
bahwa semakin baik kinerja guru, maka akan baik hasil belajar peserta didik.
BAB V
A. Kesimpulan
yang dilaksanakan sebanyak tiga kali tindakan, dapat disimpulkan bahwa sasaran
Nilai rata-rata yang diperoleh hanya 53. Melalui metode kerja kelompok
Hal ini tergambar dari nilai evaluasi yang terus meningkat dari tindakan
nilai rata-rata sebesar 65, dengan 14 siswa (47%) lulus dan 16 siswa (53%)
tidak lulus. Pada tindakan kedua, berhasil diperoleh nilai rata-rata sebesar
74, dengan 26 siswa (87%) lulus dan 4 siswa (13%) tidak lulus. Dan pada
64
65
3. Hasil belajar siswa untuk bidang studi IPS yang menggunakan metode
Hal ini dapat tergambar dari terus meningkatnya nilai rata-rata hasil
siswa yang tidak lulus dari siklus pertama hingga ketiga sebagaimana telah
disebutkan di atas.
B. Saran
belajar mengajar serta peningkatan prestasi belajar IPS, khususnya pokok bahasan
para ahli, salah satunya adalah metode kerja kelompok. Selain itu guru pun
Dukungan dan perhatian dari kepala sekolah terhadap tugas mengajar guru
kompetensi. Untuk hal tersebut perlu ada pemikiran untuk meningkatkan upaya
profesionalisme guru.
DAFTAR PUSTAKA
67
Supartini. (2008). Hubungan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa di SMK
Al-Hidayah 1 Jakarta Selatan. Skripsi Sarjana Pendidikan STKIP
Purnama Jakarta: Tidak diterbitkan.
Surya, Hendra. (2004). Kiat Mengajak Anak Belajar dan Berprestasi. Jakarta:
Gramedia.
Sutikno, M. S., (2008). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.
Syah, Muhibbin. (2008). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tafsir, Ahmad. (2008). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Tu’u, Tulus. (2004). Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:
Grasindo.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: BP. Panca Usaha
Usman, Uzer., Lilis S. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Winataputra, Udin S. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas
Terbuka
Wahyudin, Dinn. (2008). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
68
LAMPIRAN-LAMPIRAN