Professional Documents
Culture Documents
BESI (Fe)
OLEH:
LALU SHAFWAN HADI EL-WATHAN (G1C 007 013)
HISMAWADI (G1C 007 0 )
MARATUL HUSNA RAMADHANI (G1C007 018)
MEGA PUTRI NURMANTIKA (G1C 007 021)
NENENG KHAERUNNISA (G1C 007 026)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… ii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………………. iv
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………………….. 1
BAB II
SIFAT FISIK DAN KIMIA BESI………………………………………………………. 4
BAB III
MINERALOGI BESI…………………………………………………………………… 7
BAB IV
EKSPLORASI DAN PENGOLAHAN BESI……………………………………………. 11
BAB V
APLIKASI DAN PEMANFAATAN BESI SERTA EFEK NEGATIF DARI
PERTAMBANGANNYA……………………………………………………………..... 30
BAB VI
PENUTUP………………………………………………………………………………… 33
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………. 34
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu bahan tambang yang banyak terdapat di bumi dan sampai saat ini telah
banyak dimanfaatkan dalam berbagai keperluan adalah besi. Besi paling banyak dimanfaatkan
sebagai campuran utama baja (alloy). Penghasil utama besi adalah bijih besi karena besi
sangat jarang ditemukan dalam keadaan bebas. Besi merupakan unsur yang ditemukan
berlimpah di alam. Selain itu, besi juga ditemukan di matahari dan bintang lainnya dalam
jumlah yang seadanya. Inti atomnya sangat stabil.
Besi merupakan bahan galian yang paling banyak dan beragam kegunaannya karena
disebabkan oleh kelimpahan besi di kerak bumi sangat besar dan juga pengolahannnya relatif
murah dan memerlukan biaya yang cukup murah. Selain itu juga besi mempunyai sifat-sifat
yang menguntungkan (mempunyai banyak manfaat) dan dapat dengan mudah dimodifikasi.
Inti bumi dengan radius 2.150 mil, terdiri dari besi dengan 10 persen hidrogen teroklusi.
Besi merupakan unsur keempat yang berlimpah ditemukan di kerak bumi. Bijih besi yang
umum adalah hematit, yang sering terlihat sebagai pasir hitam sepanjang pantai dan muara
aliran sungai. Besi merupakan logam kedua yang paling banyak di bumi ini. Karakter dari
endapan besi ini bisa berupa endapan logam yang berdiri sendiri namun seringkali ditemukan
berasosiasi dengan mineral logam lainnya. Kadang besi terdapat sebagai kandungan logam
tanah (residual), namun jarang yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Endapan besi yang
ekonomis umumnya berupa Magnetite, Hematite, Limonite dan Siderite. Kadang kala dapat
berupa mineral: Pyrite, Pyrhotite, Marcasite, dan Chamosite.
Besi bersifat keras, rapuh, dan umumnya mudah dicampur, dan digunakan untuk
menghasilkan alloy lainnya, termasuk baja seperti yang dikatakan sebelumnya. Besi tempa
yang mengandung kurang dari 0.1% karbon, sangat kuat, dapat dibentuk, tidak mudah
bercampur dan biasanya memiliki struktur berserat. Baja karbon adalah alloy besi dengan
sedikit Mn, S, P, dan Si. Alloy baja adalah baja karbon dengan tambahan seperti nikel, krom,
vanadium dan lain-lain. Besi relatif murah, mudah didapat, sangat berguna dan merupakan
logam yang sangat penting sehingga sampai saat ini telah dilakukan banyak cara untuk
mendapatkan besi dari alam.
Penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi di Indonesia sudah banyak dilakukan oleh
berbagai pihak, sehingga diperlukan penyusunan pedoman teknis eksplorasi bijih besi.
Pedoman dimaksudkan sebagai bahan acuan berbagai pihak dalam melakukan kegiatan
1
penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi primer, agar ada kesamaan dalam melakukan
kegiatan tersebut diatas sampai pelaporan.
Tata cara eksplorasi bijih besi primer meliputi urutan kegiatan eksplorasi sebelum
pekerjaan lapangan, saat pekerjaan lapangan dan setelah pekerjaan lapangan. Kegiatan
sebelum pekerjaan lapangan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai prospek
cebakan bijih besi primer, meliputi studi literatur dan penginderaan jarak jauh. Penyediaan
peralatan antara lain peta topografi, peta geologi, alat pemboran inti, alat ukur topografi, palu
dan kompas geologi, loupe, magnetic pen, GPS, pita ukur, alat gali, magnetometer,
kappameter dan peralatan geofisika.
Dalam sejarahnya, teknologi pembuatan besi yang kemudian berkembang dengan
semakin meningkatnya kemampuan tanur peleburan untuk melebur logam pada temperatur
yang semakin tinggi oleh sebab ditemukannya kokas batubara, memberi manfaat dengan
ditemukannya baja. Karena baja dikenal sangat tangguh, kuat, keras, dan tidak mudah patah
serta mudah dibentuk, membuat logam ini dengan cepat mengisi peradaban manusia secara
luas. Selain untuk peralatan tempur dan persenjataan, pada jaman kekaisaran roma telah
dicatat pemakaian besi dan baja untuk pembuatan transport air dalam jarak ratusan mil,
penguat jembatan disekeliling istana, serta sistem pembuangan limbah untuk publik. Selain itu
di berbagai belahan dunia lainnya baja juga digunakan untuk penguat bangunan serta
komponen alat transportasi seperti kereta kuda.
Salah satu perusahaan penambangan besi yang terkenal di dunia adalah Baffinland Iron
Mines Corporation. Kegiatan utama dari perusahaan ini adalah eksplorasi mineral dan
pengembangan bijih besi. Perusahaan ini memiliki tiga pertambangan sewa di Sungai Mary
Area, Baffin Island, Nunavut, Kanada. The Group explores and develops minerals with a sole
focus on the advancement of its Mary River Property, which consists of four high-grade
hematite/magnetite deposits. Perusahaan inilah yang mengeksplorasi dan mengembangkan
mineral-mineral dengan fokus untuk memajukan Properti Sungai Marianya, yang terdiri dari
empat kelas tinggi deposito bijih besi/magnetit.
Terjadinya peningkatan kebutuhan yang sangat pesat akan baja pada 500 tahun sebelum
Masehi didaratan Eropa, Afrika utara dan hampir seluruh wilayah Asia,mendorong
pengembangan teknik pertambangan bijih besi. Saat itu pencarian sumberdaya mineral besi
relatif mudah, terdapat ketersediaannya dalam jumlah yang cukup besar serta lokasi yang
mudah dijangkau, namun demikian tuntutan akan produktifitas, kemudahan pengambilan serta
faktor keamanan menuntut pengembangan metoda penambangan bijih besi secara sistematik.
Besar kemungkinan pengaruh aktifitas penambangan terhadap lingkungan belum mendapat
2
perhatian yang cukup serius, meskipun telah dicatat pemakaian pompa untuk menghindari
terjadinya banjir akibat aktifitas penambangan tersebut. Namun demikian umumnya dipercaya
bahwa mulai saat itulah metoda penambangan yang menjadi dasar metoda penambangan
modern mulai seperti misalnya perencanaan tambang berdasarkan perkiraan penyebaran bijih,
penerapan jenjang serta penirisan air tambang.
Di Indonesia banyak limbah dari pabrik-pabrik besi yang tidak dimanfaatkan sehingga
dapat menjadi pencamar yang merugikan. Namun bukan berarti tidak dilakukan usaha-usaha
yang bertujuan untuk memanfaatkan limbah-limbah tersebut. Telah dilakukan banyak
penelitian salah satunya adalah pemanfaatan limbah pasir besi sebagai bahan campuran beton
dalam pembuatan aspal beton pada jalan. Hasil penelitian membuktikan bahwa pemakaian
limbah pasir besi sebagai campuran sebesar 9% pada agregat halus (pasir) mampu
meningkatkan stabilitas campuran aspal beton sebesar 10% dan beberapa keuntungan lainnya.
3
BAB II
SIFAT FISIK DAN KIMIA BESI
2.1 Sifat Fisik
Dalam suhu kamar besi berwujud padat dengan massa jenis 7,86 g/cm2. Besi akan
melebur pada suhu 1538oC dan pada saat lebur tersebut besi mempunyai kerapatan sekitar
6,98 g/cm2. Titik didih besi sangat tinggi hampir dua kali titik leburnya yaitu sebesar 2861oC.
Besi bersifat keras, rapuh, dan umumnya mudah dicampur, dan digunakan untuk
menghasilkan alloy lainnya, termasuk baja seperti yang dikatakan sebelumnya. Besi tempa
yang mengandung kurang dari 0.1% karbon, sangat kuat, dapat dibentuk, tidak mudah
bercampur dan biasanya memiliki struktur berserat. Besi relatif murah, mudah didapat, sangat
berguna dan merupakan logam yang sangat penting sehingga sampai saat ini telah dilakukan
banyak cara untuk mendapatkan besi dari alam.
Berikut tabel sifat-sifat fisika dari logam besi:
Fase padat
Tekanan uap
Ciri-ciri atom
Bilangan oksidasi 2, 3, 4, 6
(oksida amfoter)
6
BAB III
MINERALOGI BESI
Bijih besi adalah batuan dan mineral dari mana logam besi dapat diekstraksi secara
ekonomis. Bijih biasanya kaya besi oksida dan mempunyai warna yang bervariasi muali dari
abu-abu gelap, kuning terang, ungu, dan berkarat merah. Besi itu sendiri biasanya ditemukan
dalam bentuk magnetit (Fe3O4), bijih besi (Fe2O3), goethite (FeO(OH)), limonit (FeO(OH), dan
siderite (FeCO3). Bijih besi juga dikenal sebagai "bijih alam" dimana nama ini mengacu pada
tahun-tahun awal pertambangan besi. Bijih besi merupakan bahan baku yang digunakan untuk
membuat besi babi, yang merupakan salah satu bahan baku utama untuk membuat baja.
Dari semua besi, 98% dari bijih besi yang ditambang digunakan untuk membuat baja.
Sesungguhnya, telah dinyatakan sebelumnya bahwa bijih besi adalah bagian terbesar dari
integral ekonomi global dibandingkan dengan komoditi lainnya, kecuali mungkin minyak.
Logam besi hampir tidak dikenal di permukaan bumi kecuali sebagai besi-nikel paduan dari
meteorit dan sangat langka dalam bentuk mantel xenoliths. Oleh karena itu, semua sumber zat
besi yang digunakan oleh industri manusia dieksploitasi dari besi oksida mineral yang
merupakan bentuk utama yang digunakan dalam industri yang bijih besi.
Proses terbentuknya bahan galian sangatlah kompleks yaitu lebih dari satu proses
bekerja bersama-sama. Meskipun dari satu jenis bahan galian logam, apabila terbentuk oleh
proses yang berbeda-beda, maka akan menghasilkan tipe endapan yang berbeda pula.
Beberapa proses pembentukan bijih besi antara lain:
1. Diferensiasi magmatik
7
2. Larutan hidrotermal
3. Proses sedimentasi
4. Proses pelapukan
Dari proses di atas, tiap-tiap proses akan menghasilkan endapan bijih besi yang berbeda
dalam hal mutu, besar cadangan, maupun jenis mineral ikutannya. Dengan mengetahui proses
pembentukan besi di atas, maka akan sangat membantu dalam pencarian, penemuan, ataupun
pengembangannya.
Terkonsentrasi dalam media cair yang bergerak (air) Placer aluvial atau sungai
Placer pantai
9
terakumulasi sebagai batas yang jelas dan membentuk lapisan. Perlapisan menunjukkan
urutan terbalik dari ukuran dan berat partikel, dimana lapisan dasar berukuran halus dan/ atau
kaya akan mineral berat dan ke bagian atas berangsur menjadi lebih kasar dan/atau sedikit
mengandung mineral berat.
Placer pantai (beach placer) terjadi pada kondisi topografi berbeda yang disebabkan
oleh perubahan muka air laut, dimana zona optimum pemisahan mineral berat berada pada
zona pasang-surut dari suatu pantai terbuka. Konsentrasi partikel mineral/bijih juga
dimungkinkan pada terrace hasil bentukan gelombang laut. Mineral-mineral terpenting yang
dikandung jenis cebakan ini adalah : magnetit, ilmenit, emas, kasiterit, intan, monazit, rutil,
xenotim dan zirkon.
Mineral ikutan dalam endapan placer
Suatu cebakan pasir besi selain mengandung mineral-mineral bijih besi utama tersebut
dimungkinkan berasosiasi dengan mineral-mineral mengandung Fe lainnya diantaranya : pirit
(FeS2), markasit (FeS), pirhotit (Fe1-xS), chamosit [Fe2Al2 SiO5(OH)4], ilmenit (FeTiO3),
wolframit [(Fe,Mn)WO4], kromit (FeCr2O4); atau juga mineral-mineral non-Fe yang dapat
memberikan nilai tambah seperti : rutil (TiO2), kasiterit (SnO2), monasit [Ce,La,Nd, Th(PO4,
SiO4)], intan, emas (Au), platinum (Pt), xenotim (YPO4), zirkon (ZrSiO4) dan lain-lain.
Endapan besi yang ekonomis umumnya berupa Magnetite, Hematite, Limonite dan Siderite.
Kadangkala dapat berupa mineral: Pyrite, Pyrhotite, Marcasite, dan Chamosite.
Dari mineral-mineral bijih besi, magnetit adalah mineral dengan kandungan Fe paling
tinggi, tetapi terdapat dalam jumlah kecil. Sementara hematit merupakan mineral bijih utama
yang dibutuhkan dalam industri besi. Mineral-mineral pembawa besi dengan nilai ekonomis
dengan susunan kimia, kandungan Fe dan klasifikasi komersil dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini.
10
BAB IV
EKSPLORASI DAN PENGOLAHAN BESI
4.1 Eksplorasi Besi
Penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi di Indonesia sudah banyak dilakukan oleh
berbagai pihak, sehingga diperlukan penyusunan pedoman teknis eksplorasi bijih besi.
Pedoman dimaksudkan sebagai bahan acuan berbagai pihak dalam melakukan kegiatan
penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi primer, agar ada kesamaan dalam melakukan
kegiatan tersebut diatas sampai pelaporan.
Tata cara eksplorasi bijih besi primer meliputi urutan kegiatan eksplorasi sebelum
pekerjaan lapangan, saat pekerjaan lapangan dan setelah pekerjaan lapangan. Kegiatan
sebelum pekerjaan lapangan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai prospek
cebakan bijih besi primer, meliputi studi literatur dan penginderaan jarak jauh. Penyediaan
peralatan antara lain peta topografi, peta geologi, alat pemboran inti, alat ukur topografi, palu
dan kompas geologi, loupe, magnetic pen, GPS, pita ukur, alat gali, magnetometer,
kappameter dan peralatan geofisika.
Kegiatan pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah penyelidikan geologi meliputi
pemetaan; pembuatan paritan dan sumur uji, pengukuran topografi, survei geofisika dan
pemboran inti.
Kegiatan setelah pekerjaan lapangan yang dilakukan antara lain adalah analisis
laboratorium dan pengolahan data. Analisis laboratorium meliputi analisis kimia dan fisika.
Unsur yang dianalisis kimia antara lain: Fe total, Fe2O3, Fe3O4, TiO2, S, P, SiO2, MgO, CaO,
K2O, Al2O3, LOI. Analisis fisika yang dilakukan antara lain: mineragrafi, petrografi, berat
jenis (BD). Sedangkan pengolahan data adalah interpretasi hasil dari penyelidikan lapangan
dan analisis laboratorium.
Tahapan eksplorasi adalah urutan penyelidikan geologi yang umumnya dilakukan
melalui empat tahap sebagai berikut: Survei tinjau, prospeksi, eksplorasi umum, dan
eksplorasi rinci. Survei tinjau, tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang
berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala regional. Prospeksi, tahap eksplorasi dengan
jalan mempersempit daerah yang mengandung endapan mineral yang potensial. Eksplorasi
umum, tahap eksplorasi yang rnerupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang
teridentifikasi.
11
Eksplorasi rinci, tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalarn 3 dimensi
terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohhan singkapan, paritan, dan
lubang bor, shafts dan terowongan.
Penyelidikan geologi adalah penyelidikan yang berkaitan dengan aspek-aspek geologi
diantaranya: pemetaan geologi, parit uji, dan sumur uji. Pemetaan adalah pengamatan dan
pengambilan contoh yang berkaitan dengan aspek geologi dilapangan. Pengamatan yang
dilakukan meliputi: jenis litologi, mineralisasi, ubahan dan struktur pada singkapan,
sedangkan pengambilan contoh berupa batuan terpilih.
Penyelidikan Geofisika adalah penyelidikan yang berdasarkan sifat fisik batuan, untuk
dapat mengetahui struktur bawah permukaan, geometri cebakan mineral, serta sebarannya
secara horizontal maupun secara vertikal yang mendukung penafsiran geologi dan geokimia
secara langsung maupun tidak langsung.
Pemboran inti dilakukan setelah penyelidikan geologi dan penyelidikan geofisika.
Penentuan jumlah cadangan (sumberdaya) mineral yang mempunyai nilai ekonomis adalah
suatu hal pertama kali yang perlu dikaji, dihitung sesuai standar perhitungan cadangan yang
berlaku, karena akan berpengaruh terhadap optimasi rencana usaha tambang, umur tambang
dan hasil yang akan diperoleh.
Dalam hal penentuan cadangan, langkah yang perlu diperhatikan antara lain:
1) Memadai atau tidaknya kegiatan dan hasil eksplorasi.
2) Kebenaran penyebaran dan kualitas cadangan berdasarkan korelasi seluruh data
eksplorasi seperti pemboran, analisis contoh, dll.
3) Kelayakan penentuan batasan cadangan, seperti Cut of Grade, Stripping Ratio,
kedalaman maksimum penambangan, ketebalan minimum dan sebagainya
bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi dan sebaran bijih besi bawah
permukaan.
4) Tata cara eksplorasi pasir besi meliputi urutan kegiatan eksplorasi pasir besi mulai
dari kegiatan sebelum pekerjaan lapangan, saat pekerjaan lapangan dan setelah
pekerjaan lapangan yang dilakukan untuk mengetahui potensi pasir besi.
5) Kegiatan sebelum pekerjaan lapangan seperti:
a) Studi Literatur yang dilakukan meliputi: pengumpulan dan pengolahan data
serta laporan kegiatan sebelumnya.
b) Studi Penginderaan Jarak Jauh dengan jenis data yang dapat digunakan
dalam studi ini meliputi: data Citra Landsat MSS TM/Tematic mapper,
SLAR, Spot image dan foto udara. Dengan data penginderaan jarak jauh ini
12
dapat dilakukan interpretasi gejala–gejala geologi yang berguna sebagai
acuan dalam eksplorasi pasir besi.
c) Studi Geofisika dengan Eksplorasi Bijih Besi (Iron Ore) Menggunakan
Metode Magnetik
Eksplorasi Geofisika
Ekplorasi merupakan penyelidikan awal di bidang pertambangan yang bertujuan untuk
mengetahui potensi mineral atau bahan galian di suatu wilayah penelitian. Hasil sebuah
ekplorasi biasanya berupa karakteristik bahan tambang, sebaran mineral, atau jumlah
cadangan mineral.
Di dalam eksplorasi geofisika biasanya digunakan beberapa metode seperti metode
geolistrik (geoelectric), metode magnetik, metode gravitasi dan seismik. Masing-masing
metode diterapkan sesuai dengan objek bahan galian yang akan diselidiki. Misalnya, metode
geolistrik sangat cocok untuk mengetahui potensi air tanah (ground water). Metode ini juga
dapat diterapkan untuk eksplorasi mineral seperti bijih besi dan mangan. Namun, akurasinya
rendah dikarenakan nilai resistivitas skala laboratorium untuk beberapa jenis mineral berbeda
dengan skala lapangan. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh struktur batuan.
Contoh lainnya adalah metode magnetik, cocok digunakan untuk eksplorasi mineral magnetis
seperti bijih besi seperti magnetit dan hematit. Metode ini didasarkan pada nilai anomali
medan magnet bumi di suatu kawasan survei. Sebagaimana kita ketahui bahwa bumi memiliki
sifat seperti magnet (dwi kutub) yaitu kutub utara dan selatan.
Dalam makalah ini akan diulas secara singkat mengenai eksplorasi mineral dengan
metode magnetik atau biasa juga disebut sebagai metode geomagnetik. Untuk memahami
metode geomagnetik, ada baiknya diulas secara ringkas beberapa teori dasar tentang
kemagnetan dan beberapa kajian yang berkaitan dengannya.
Kegiatan Pekerjaan Lapangan
1) Pemetaan Geologi dalam penyelidikan pasir besi meliputi pemetaan batas pasir
pantai dengan litologi lainnya, sehingga dapat diperoleh gambaran sebaran
endapan pasir besi.
2) Pengukuran Topografi dilakukan untuk menggambarkan morfologi pantai dan
perencanaan penempatan titik-titik lokasi pemboran dan sumur uji serta lintasan
geofisika.
Urutan kegiatan yang dilakukan dalam pengukuran topografi adalah sebagai berikut:
a) Penentuan koordinat titik awal pengukuran pada punggungan sand dune.
b) Pembuatan garis sumbu utama (base line, dan
13
c) Pengukuran siku-siku untuk garis lintang (cross line).
Garis sumbu utama diusahakan searah dengan garis pantai dan garis-garis lintang yang
merupakan tempat kedudukan titik bor, arahnya dibuat tegak lurus terhadap sumbu utama
dengan interval jarak tertentu.
Geofisika (Geomagnetik) metode geofisika yang digunakan dalam studi ini adalah
metode geomagnetik yang meliputi: aeromagnetic dan groundmagnetic, namun jarang
diterapkan. Tujuan dari penerapan metode ini adalah untuk mencari sebaran anomali
magnetik daerah pantai yang dieksplorasi.
Pemboran ini dimaksudkan untuk mengambil contoh-contoh pasir besi pantai baik yang
ada diatas permukaan laut maupun yang berada dibawahnya. Pekerjaan pemboran pasir besi
dilakukan dengan menggunakan bor dangkal baik yang bersifat manual (Doormer) maupun
bersifat semi mekanis. Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Penentuan lokasi titik bor,
2) Setting alat bor,
3) Pembuatan lubang awal dilakukan dengan menggunakan mata bor jenis Ivan
sampai batas permukaan air tanah,
4) Setelah menembus lapisan air tanah, pemboran dilakukan dengan menggunakan
casing yang didalamnya dipasang bailer,
5) Pemboran dihentikan sampai batas batuan dasar.
Pengambilan contoh pasir besi yang terletak di atas permukaan air tanah diambil dengan
sendok pasir (sand auger) jenis Ivan berdiameter 2,5 inchi, sedangkan contoh pasir yang
berada di bawah permukaan air tanah dan bawah permukaan air laut diambil dengan bailer
yang dilengkapi ball valve. Contoh-contoh diambil untuk setiap kedalaman 1,5 meter atau
setiap satu meter dan dibedakan antara contoh dari horizon A, contoh horizon B dan contoh
dari horizon C.
Pola pemboran dan interval titik bor yang digunakan pada pekerjaan ini disesuikan
dengan tahapan survei, sebagai contoh pada tahapan eksplorasi rinci digunakan pola
pemboran dengan interval 100 m x 20 m.
Pembuatan Sumur Uji, pada umumnya dilakukan pada pasir besi undak tua yang telah
mengalami kompaksi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengambil contoh-contoh pasir besi
pantai sampai pada kedalaman tertentu sampai mencapai permukaan air dan untuk
mengetahui profil/penampang tegak perlapisan pasir besi.
Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Penentuan lokasi sumur uji.
14
2) Penggalian dengan luas bukaan sumur 1m x 1m atau 1,5m x 1,5m.
3) Bila terjadi runtuhan maka dibuat penyangga.
4) Pembuatan sumur dihentikan apabila telah mencapai permukaan air atau telah
mencapai batuan dasar.
5) Pengambilan contoh pasir besi dari sumur uji diambil dengan interval setiap satu
meter menggunakan metode channel sampling, dengan ukuran 5 cm x 10 cm.
6) Preparasi Contoh, proses preparasi di lapangan untuk contoh bor dan sumur uji
dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu: increment atau Riffle splitter. Contoh
yang diambil harus homogen dari setiap interval kedalaman. Dengan pengambilan
yang cukup representatif akan menjamin ketelitian dalam analisa kimia,
perhitungan sumber daya atau cadangan dari endapan pasir besi pantai.
Pengambilan contoh-contoh tersebut didasari oleh prosedur baku dalam eksplorasi
endapan pasir besi pantai.
Kegiatan yang dilakukan dalam proses preparasi dengan metode increment mengacu
pada Japan Industrial Standard (J.I.S), yaitu:
1) Contoh pasir hasil pemboran atau sumur uji ditampung pada suatu wadah dan
diaduk hingga homogen.
2) Contoh tersebut di atas dimasukkan dalam kotak increment, diratakan dan dibagi
dalam garis kotak- kotak.
3) Contoh direduksi dengan menggunakan sendok increment dari kotak increment,
dari tiap-tiap kotak ditampung dalam kantong contoh.
4) Contoh hasil reduksi kemudian dikeringkan.
5) Contoh yang sudah dikeringkan dari tiap – tiap interval dibagi menjadi 3 bagian.
Satu bagian untuk contoh individu, satu bagian untuk contoh komposit dan satu
bagian untuk duplikat.
6) Satu bagian contoh dari tiap interval digabungkan dengan interval lainnya menjadi
contoh komposit.
Kegiatan yang dilakukan dalam proses preparasi dengan metode riffle splitter, yaitu:
1) Contoh pasir hasil pemboran atau sumur uji ditampung pada suatu wadah dan
diaduk hingga homogen, kemudian dikeringkan.
2) Contoh yang telah kering direduksi dengan riffle splitter hingga mendapatkan
berat yang diinginkan (+ 3 kg).
15
3) Contoh yang sudah mengalami splitting dari tiap – tiap interval dibagi menjadi 3
bagian. Satu bagian untuk contoh individu, satu bagian untuk contoh komposit
dan satu bagian untuk duplikat.
4) Satu bagian contoh dari tiap interval digabungkan dengan interval lainnya menjadi
contoh komposit.
Penentuan Persentase Kemagnetan (MD), diawali dengan pemisahan mineral magnetik
dengan non-magnetik, sebagai berikut:
1) Hasil preparasi contoh dilapangan sebanyak 1 kg, direduksi hingga + 100 gr
menggunakan splitter (contoh hasil reduksi).
2) Contoh hasil reduksi ditaburkan dalam suatu tempat secara merata.
3) Pemisahan dilakukan dengan menggerak-kan magnet batang 300 gauss berulang-
ulang minimal 7 kali di atas selembar kaca setebal 2 mm yang dibawahnya
tertabur contoh pasir untuk mendapatkan contoh konsentrat yang cukup bersih.
Jarak antara magnet batang dengan lapisan pasir harus dibuat tetap untuk
menghindari perbedaan kuat medan magnet.
4) Konsentrat yang diperoleh dari pemisahan magnet, ditimbang dalam satuan gram.
Dengan membandingkan berat konsentrat dan berat contoh hasil reduksi, maka
didapat harga persentase magnetik dengan rumus:
= 100%
16
Analisa fisika yang dilakukan antara lain analisa mineral butir, analisa ayak, analisa
sifat magnetik dan berat jenis. Analisa mineral butir dilakukan untuk mengetahui jenis dan
persen berat mineral baik untuk fraksi magnetik maupun nonmagnetik contoh yang dianalisa
mineral butir berasal dari contoh komposit, yang mewakili wilayah/blok pemboran. Analisa
ayak dimaksudkan untuk mengetahui ukuran butiran pasir besi yang dominan. Analisa ayak
dilakukan terhadap contoh pilihan berasal dari bagian-bagian blok interval dalam bentuk
contoh komposit berat 500 gram yang dibagi menjadi 6 fraksi, yakni:
1) butiran yang lebih besar + 2 mm atau + 10 mesh,
2) butiran antara –2 + 1mm atau –10 + 18 mesh,
3) butiran antara –1 + ½ mm atau –18 + 35 mesh,
4) butiran antara –1/2 + ¼ mm atau –35 + 72 mesh,
5) butiran antara –1/4 + 1/8 atau –72 + 150 mesh, dan
6) butiran yang lebih kecil dari –1/8 mm.
Masing-masing fraksi jumlahnya dinyatakan dalam persen berat yang dapat
digambarkan dalam bentuk diagram balok sehingga sebaran fraksi pasir besi yang dominan
dapat diketahui. Analisa berat jenis dimaksudkan untuk mengetahui berat jenis pasir besi.
Analisa dilakukan dengan cara contoh asli (crude sand) seberat 100 gram dimasukkan ke
dalam air yang diketahui volumenya di dalam gelas ukur. Untuk memudahkan perhitungan
ditetapkan volume 200 cc, apabila kenaikan air menjadi A cc, maka volume pasir yang
dimasukkan = A – 200 cc.
Jadi berat jenis = 100 / (A-200) gram /cc.
Pengolahan Data dari hasil pengamatan dan analisa laboratorium diolah dan ditafsirkan
secara seksama untuk memberikan gambaran tentang kondisi geologi daerah penelitian yang
berkembang dari aspek genetik, posisi, hubungan serta distribusinya.
Data hasil analisa MD dan pemboran dibuat profil penyebaran endapan pasir besi
terhadap sumbu panjang (sejajar pantai) dan sumbu pendek (tegak lurus pantai) dan isograde.
Lokasi-lokasi pengambilan contoh diplot dalam peta topografi hasil pengukuran (Peta Lokasi
Pengambilan Contoh dan Peta Isograde).
Peta-peta yang dihasilkan bertujuan untuk keperluan penambangan, misalnya: peta
isograde dan peta topografi serta penampang tegak sebaran bijih besi ke arah kedalaman baik
sejajar garis pantai maupun yang memotong tegak lurus garis pantai. Bentuk–bentuk gumuk
pasir baik yang front maupun back dunes dipetakan secara rinci.
Perhitungan sumber daya secara manual dilakukan dengan beberapa metode, antara
lain:
17
1) Metode daerah pengaruh dengan rumus :
C = (L x t) X MD x SG
Dimana: C = Sumber daya dalam ton
L = Luas daerah pengaruh dalam m2
t = Tebal rata-rata endapan pasir besi dalam meter
MD = prosentase kemagnetan dalam %
SG = Berat Jenis dalam ton/m3
2) Metode Geostatistik
Metode ini digunakan untuk membantu dalam perhitungan estimasi sumber
daya/cadangan endapan bahan galian dimana nilai contoh merupakan realisasi
fungsi acak (statistik spasial). Pada hipotesis ini, nilai contoh merupakan suatu
fungsi dari posisi dalam cebakan, dan posisi relatif contoh dimasukkan dalam
pertimbangan. Kesamaan nilai-nilai contoh yang merupakan fungsi jarak contoh
serta yang saling berhubungan ini merupakan dasar teori statistik spasial. Metode
ini jarang dilakukan dalam perhitungan estimasi sumber daya /cadangan pasir
besi.
Untuk mengetahui sejauh mana hubungan spasial antara titik–titik di dalam
cebakan, maka harus diketahui fungsi strukturalnya yang dicerminkan oleh model
semivariogramnya.
Menetapkan model semivariogram merupakan langkah awal dalam
perhitungan geostatistik, selanjutnya dengan perhitungan varian estimasi, varian
dispersi, varian kriging, dll.
Metode geostatistik yang digunakan dalam eksplorasi pasir besi adalah
varian estimasi. Pada metode ini estimasi suatu cadangan dicirikan oleh suatu
ekstensi/pengembangan satu atau beberapa harga yang diketahui terhadap daerah
sekitarnya yang tidak dikenal. Suatu harga yang diketahui (diukur pada contoh
inti, atau pada suatu blok) diekstensikan terhadap bagian-bagian yang diketahui
pada satu endapan bijih.
Ada beberapa cara estimasi yang sudah dikenal pada kegiatan pertambangan
antara lain:
a) Estimasi kadar rata-rata suatu cadangan bijih berdasarkan rata-rata
suatu kadar yang didapat dari analisis contoh pemboran/sumur uji.
b) Estimasi endapan bijih pada suatu tambang atau blok-blok
penambangan dengan menggunakan sistem poligon sebagai daerah
18
pengaruh, yang antara lain didasari oleh titik-titik pengamatan
berikutnya, pembobotan secara proporsional yang berbanding terbalik
dengan jarak dan lain-lain.
Tujuan dari penggunaan metode ini antara lain untuk memperoleh gambaran
tiga dimensi dari bentuk endapan pasir besi. Pada penerapannya untuk
perhitungan dalam geostatistik umumnya memerlukan bantuan komputer.
Geoplan merupakan perangkat lunak yang diperlukan dalam paket perhitungan
variogram. Selain itu juga digunakan perangkat lunak program KRIG3D yang
merupakan paket program kriging, varian estimasi dan varian dispersi.
19
ini. Komposisi kimia besi yang dihasilkan bergantung pada jenis bijih yang digunakan. Jenis
bijih besi yang lazim digunakan adalah hematit, magnetit, siderit dan himosit.
Hematit (Fe2O3) adalah bijih besi yang paling banyak dimanfaatkan karena kadar
besinya tinggi, sedangkan kadar kotorannya relatif rendah. Meskipun pirit (FeS2) banyak
ditemukan, jenis bijih ini tidak digunakan karena kadar sulfur yang tinggi sehingga diperlukan
tahap pemurnian tambahan.
Karena di alam ini besi berbentuk oksida dan karbonat, atau sulfida sehingga hampir
semua proses produksinya diawali dengan reduksi dengan gas reduktor H2 atau CO.
Proses Reduksi Tidak Langsung (Indirect Reduction)
Pada proses ini menggunakan tungku tanur tinggi (blast furnace) dengan porsi 80%
diproduksi dunia. Besi kasar dihasilkan dalam tanur tinggi. Diameter tanur tinggi sekitar 8m
dan tingginya mencapai 60 m. Kapasitas perhari dari tanur tinggi berkisar antara 700 – 1600
Megagram besi kasar. Bahan baku yang terdiri dari campuran bijih, kokas, dan batu kapur,
dinaikkan ke puncak tanur dengan pemuat otomatis, kemudian dimasukkan ke dalam hopper.
Untuk menghasilkan 100 Megagram besi kasar diperlukan sekitar 2000 Megagram bijih besi,
800 Megagram kokas, 500 Megagram batu kapur dan 4000 Megagram udara panas. Bahan
baku tersebut disusun secara berlapis-lapis.
Udara panas dihembuskan melalui tuyer sehingga memungkinkan kokas terbakar secara
efektif dan untuk mendorong terbentuknya karbon monoksida (CO) yang bereaksi dengan
bijih besi dan kemudian menghasilkan besi dan gas karbon dioksida (CO2). Dengan
digunakannya udara panas, dapat dihemat penggunaan kokas sebesar 30% lebih. Udara
dipanaskan dalam pemanas mula yang berbentuk menara silindris, sampai sekitar 500oC.
Kalor yang diperlukan berasal dari reaksi pembakaran gas karbon monoksida yang keluar dari
tanur. Udara panas tersebut memasuki tanur melalui tuyer yang terletak tepat di atas pusat
pengumpulan besi cair.
Batu kapur digunakan sebagai fluks yang mengikat kotoran-kotoran yang terdapat
dalam bijih-bijih, dan membentuk terak cair. Terak cair ini lebih ringan dari besi cair dna
terapung diatasnya dan secara berkala disadap. Besi cair yang telah bebas dari kotoran-
kotoran dialirkan kedalam cetakan setiap 5 – 6 jam.
Disamping setiap Megagram besi dihasilkan pula 0,5 Megagram terak dan 6 Megagram
gas panas. Terak dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan (campuran beton) atau sebagai
bahan isolasi panas. Gas panas dibersihkan dan digunakan untuk pemanas mula udara, untuk
membangkitkan energi atau sebagai media pembakar dapur-dapur lainnya. Komposisi besi
20
kasar dapat dikendalikan melalui pengaturan kondisi operasi dan pemilihan susunan
campuran bahan baku.
27
Dapur busur cahaya
Dapur ini berdasarkan prinsip panas yang memancar dari busur api,
dapur ini juga dikenal dengan sebutan dapur busur nyala api. Dapur ini
merupakan suatu tungku yang bagian atasnya digantungkan dua batang
arang sebagai elektroda pada arus bolak-balik atau dengan tiga buah
elektroda arang yang dialirkan arus putar. Misalnya pada dapur Stassano
busur api terjadi antara tiga ujung elektroda arang yang berada di atas baja
yang dilebur melalui ujung elektroda itu dengan arus putar. Pada dapur
Girod, arus bolak balik mengalir melalui satu elektroda yang membentuk
busur api di antara kutub dan baja cair selanjutnya dikeluarkan melalui
enam buah elektroda baja yang didinginkan dengan air ke dasar tungku.
Pada dapur Heroult menggunakan dua elektroda arang dengan arus
bolakbalik dan dapat juga menggunakan tiga buah elektroda pada arus putar.
Arus listrik membentuk busur nyala dari elektroda kepada cairan dan
kembali dari cairan ke elektroda lainnya.
Dapur induksi
Dapur induksi dapat dibedakan atas dapur induksi frekuensi rendah
dan dapur induksi frekuensi tinggi. Pada dapur induksi dibangkitkan suatu
arus induksi dalam cairan baja sehingga menimbulkan panas dalam cairan
baja itu sendiri sedangkan dinding dapurnya hanya menerima pengaruh
listrik yang kecil saja.
Dapur induksi frekuensi rendah, bekerja menurut prinsip
transformator. Dapur ini berupa saluran keliling teras dari baja yang beserta
isinya dipandang sebagai gulungan sekunder transformator yang
dihubungkan singkat, akibat hubungan singkat tersebut di dalam dapur
mengalir suatu aliran listrik yang besar dan membangkitkan panas yang
tinggi. Akibatnya isi dapur mencair dan campuran-campuran tambahan
dioksidasikan.
Dapur induksi frekuensi tinggi, dapur ini terdiri atas suatu kuali yang
diberi kumparan besar di sekelilingnya. Apabila dalam kumparan dialirkan
arus bolak-balik maka terjadilah arus putar didalam isi dapur. Arus ini
merupakan aliran listrik hubungan singkat dan panas yang dibangkitkan
sangat tinggi sehingga mencairkan isi dapur dan campuran tambahan yang
lain serta mengkoksidasikannya. Hasil akhir dari dapur listrik disebut baja
28
elektro yang bermutu sangat baik untuk digunakan sebagai alat perkakas
misalnya pahat, alat tumbuk dan lain-lainnya.
8) Proses Dapur Aduk
Dapur aduk merupakan cara pembuatan baja yang konvensional dengan cara
melebur besi kasar di dalam dapur nyala api bersama-sama dengan terak (FeO)
untuk mendapatkan zat asam. Dengan cara mengaduk-aduk dengan batang besi
dan ke bawah permukaan dimasukkan udara maka terjadilah suatu masa lunak
dari baja yang banyak mengandung terak. Apabila gumpalan-gumpalan yang
dibuat dalam dapur telah mencapai kirakira 60 kg dikeluarkan, maka langkah
selajutnya adalah mengeluarkan terak dengan jalan menempanya atau dipres.
Dalam proses aduk ini lebih banyak melibatkan pekerjaan tangan serta kapasitas
produksi yang kecil maka cara ini dipandang tidak efisien dan jarang digunakan
pada pabrik-pabrik baja.
Perbedaan Besi dan Baja
Perbedaan besi dan baja terletak pada kandungan paduan karbon (C) yang akan
menentukan sifat-sifat lain dari besi dan baja tersebut. Paduan baja yang mengandung lebih
banyak karbon dari nilai komersialnya dapat dinamakan besi. Kandungan karbon pada
beberapa jenis baja mencapai 0,04 persen sampai 2,0 persen. Besi tuang, besi tuang maleable,
pig iron mengandung jumlah karbon sekiar 2-4 persen. Tetapi ada juga besi yang tidak
mengandung karbon yaitu white-heart malleable iron.
Pembuatan bahan baku besi dan baja dapat dilakukan dalam blast furnace yang
menghasilkan pig iron. Pembuatan langsung juga dapat dilakukan dengan alat revolving kiln
yang menghasilkan spong iron.
Paduan baja dan besi dapat dikelompokan dalam ferroalloys. Paduan ini dapat
menghasilkan jenis-jenis baja. Jumlah paduan yang diunakan dalam pembuatan besi dan baja
bervariasi hingga mengandung 20 sampai 80 persen dari elemen paduan. Paduan ini seperti
Mangan, Silikon , dan Kromium.
29
BAB V
APLIKASI DAN PEMANFAATAN BESI SERTA EFEK NEGATIF DARI
PERTAMBANGANNYA
31
Perairan yang mengandung besi sangat tidak diinginkan untuk keperluan rumah tangga,
karena dapat menyebabkan bekas karat pada pakaian, porselin, dan alat–alat lainnya serta
menimbulkan rasa yang tidak enak pada air minum pada konsentrasai diatas kurang lebih 0.31
mg/L. Sifat kimia perairan dari besi adalah sifat redoks. pembentukan kompleks, metabolisme
oleh mikroorganisme, dan pertukaran dari besi antara fasa dan fase padat yang mengandung
besi karbonat, hidroksida dan sulfite.
Air tanah yang mengandung Fe (II) mempunyai sifat yang unik. Dalam kondisi tidak
ada oksigen air tanah yang mengandung Fe (II) jernih, begitu mengalami oksidasi oleh
oksigen yang berasal dari atmosfer ion ferro akan berubah menjadi ion Ferri dengan reaksi
sebagai berikut:
4Fe2+ + O2 + 10 H2O ——-> 4 Fe(OH)3 8 H+
Dan ini menyebabkan air menjadi keruh. Pada pembentukan besi (III) oksidasi terhidrat
yang tidak larut menyebabkan air berubah menjadi abu–abu.
Jika konsentrasi besi di dalam air relatif besar, akan memberikan dampak yaitu
menimbulkan penyumbatan pada pipa disebabkan secara langsung oleh deposit (tubercule)
yang disebabkan oleh endapan besi:
1) Secara tidak langsung, disebabkan oleh kumpulan bakteri besi yang hidup di
dalam pipa, karena air yang mengandung besi, disukai oleh bakteri besi.
2) Selain itu kumpulan bakteri ini dapat meninggikan gaya gesek (losses) yang juga
berakibat meningkatnya kebutuhan energi. Selain itu pula apabila bakteri tersebut
mengalami degradasi dapat menyebabkan bau dan rasa tidak enak pada air.
3) Besi dalam konsentrasi yang lebih besar dan beberapa mg/L, akan memberikan
suatu rasa pada air yang menggambarkan rasa logam, atau rasa obat.
Pencemaran oleh besi juga dapat kita lihat secara langsung dalam kehidupan sehari-
haari yaitu: Meninggalkan noda pada bak-bak kamar mandi dan peralatan lainnya (noda
kecoklatan disebabkan oleh besi). Pada ion exchanger endapan besi yang terbentuk, seringkali
mengakibatkan penyumbatan atau menyelubungi media pertukaran ion (resin), yang
mengakibatkan hilangnya kapasitas pertukaran ion. Menyebabkan keluhan pada konsumen
(seperti kasus “red water”) bila endapan besi dan yang terakumulasi di dalam pipa,
tersuspensi kembali disebabkan oleh adanya kenaikan debit atau kenaikan tekanan di dalam
pipa/system distribusi (http://id.wikipedia.org/wiki/Besi(III)_klorida).
32
BAB VI
PENUTUP
Besi merupakan kekayaan alam (mineral) yang pemanfaatannya sangat besar dalam
kehidupan manusia. Sejak zaman dahulu besi telah dimanfaatkan sebagai bahan dasar
perkakas untuk keperluan sehari-hari seperti alat pemotong, wadah, dan berbagai alat-alat
lainnya. Pada zaman purba, besi telah mengalihkan pemakain batu sebagai alat-alat keperluan
sehari-hari sehingga zaman itu dikenal dengan nama zaman besi. Teknik pembuatan peralatan
dari besi sejak zaman dahulu menggunakan sistem cor yaitu bijih besi dilelehkan kemudian di
cetak dengan cetakan yang biasanya terbuat dari gerabah karena gerabah mempunyai titik
leleh yang cukup tinggi dibandingkan besi.
Hingga saat ini telah banyak usaha untuk mengeksplorasi bahan galian ini karena
pemanfaatannya yang sangat besar dan sebagian besar sebagai alloy pada baja. Baja
merupakan alloy yang paling banyak digunakan untuk berbagai keperluan manusia di dunia
ini. Pemanfaatan besi sebagai alloy pada baja lebih besar daripada besi murninya. Ini
disebabkan baja mempunyai beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh besi murni salah
satunya adalah besi budah mengalami oksidasi sehingga mudah berkarat sedangkan baja lebih
sulit.
Teknik pengeksplorasian besi sangat beragam tergantung dari tujuan yang ingin dicapai.
Untuk mendapatkan besi yang kasar metode eksplorasi yang digunakan berbesa dengan
metode untuk mendapatkan besi yang halus. Begitupula dengan teknik pengolahannya,
metode yang digunakan berbeda-beda tergantung dengan tujuan akhir dari pengolahan
tersebut.
Namun, disamping banyak kegunaan dan manfaat dari pertambangan besi ini, ada
beberapa efek negatif atau bahaya yang ditimbulkan. Salah satunya adalah pencemaran
lingkungan disekitar pabrik pengolahan atau pertambangan besi. Kadar besi yang tinggi baik
itu pada air maupun tanah dapat membuat air maupun tanah tersebut tercemar. Besi memang
diperlukan tanah sebagai unsur anorgaik yang dibutuhkan untuk kesuburannya. Namun
dengan konsentrasi yang berlebih malah akan membuat tanah tersebut tidak subur. Pada air
misalnya sungai, dengan konsentrasi tinggi besi akan membuat warna air menjadi keruh.
33
DAFTAR PUSTAKA
Cotton, F. Albert. 2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
http://www.tekmira.esdm.go.id/HasilLitbang/?p=80
http://findarticles.com/p/articles/mi_m0ISW/is_244/ai_111271899/
http://pubs.acs.org/doi/abs/10.1021/ac50051a056
http://www.corporateinformation.com/Company-Snapshot.aspx?cusip=C124NCB00
http://www.corporateinformation.com/Company-Snapshot.aspx?cusip=C124THR10
http://www.springerlink.com/content/u8680ul8n5l71755/
http://www.ias.ac.in/currsci/feb25/articles9.htm
http://www.sciencedirect.com/science?_ob=ArticleURL&_udi=B6VBN-48DYXC7-
5G&_user=10&_coverDate=05%2F31%2F1987&_rdoc=1&_fmt=high&_orig=searc
h&_sort=d&_docanchor=&view=c&_searchStrId=1275262563&_rerunOrigin=goog
le&_acct=C000050221&_version=1&_urlVersion=0&_userid=10&md5=6c506a68a
00821b676b42e4482a99682
http://query.nytimes.com/mem/archive-
free/pdf?_r=1&res=9D0DEFD7153EE333A25752C2A9679C94679ED7CF
http://id.wikipedia.org/wiki/Besi
Kneip and fried berg, 1986., Removal of Heavy Metals from the Environment by Biosorption.
Technical Engineering in Life Sciences. Univ. of Iasi, Romania, Vol 4 No 3, p 219-
232, 2004. Di unduh dari (www. Technologi dan pencemaran.co.id/blogpress/5612
html)
Tim Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral. 2005. Pedoman Teknis Eksporasi Pasir
Besi. Jakarta: Pusat Sumber Daya Geologi.
34