Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh :
AGUNG YURIANDI
NIM. 030200058
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ekonomi pasar, aktivitas produsen dan konsumen tidak direncanakan oleh sebuah
lembaga sentral, melainkan secara individual oleh para pelaku ekonomi. Dan
sehat adalah persekongkolan dalam tender, yang merupakan salah satu bentuk
atas uang, kompetisi yang efektif dan terbuka, negosiasi yang adil, akuntabilitas
yang berasal dari instansi pemerintah maupun dari Badan Usaha Milik Negara
(BUMN). Kita bisa lihat dalam kasus proyek listrik swasta di PT. PLN (Persero),
1.
Adiwarman Karim, Ekonomi Islam dalam Pandangan Adam Smith,
http://www.hudzaifah.org/modules.php?op=modload&name=News&file=article&sid=17
1. 2007. h. 1.
2
kerja sama perusahaan swasta dengan PT. PERTAMINA (Persero), proyek-
yang tidak sehat dalam usaha memenangkan tender proyek tersebut. Persaingan
yang tidak sehat ini membuka peluang terjadinya monopoli orang atau
pada gilirannya merugikan masyarakat umum. Proyek listrik swasta dari PLN,
Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) diatur dalam beberapa
1995 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden No. 16 Tahun 1994 tentang
Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden No. 16 Tahun 1994
Nasional/ Ketua BAPPENAS No. KEP-122/ KET/ 7/ 1994 tentang Tata Cara
2.
Abdul Hakim G. Nusantara dan Benny K. Harman. Analisa dan Perbandingan Undang-
Undang Anti Monopoli. PT. Gramedia, Jakarta, 1999. h. 21.
3.
Ibid.
3
Produk hukum pertama dan kedua di atas berlaku untuk departemen,
Ketentuan ini dibuat agar pengelolaan uang atau kekayaan negara, baik yang
disebut UU No. 5 Tahun 1999). Pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1999 yang efektif
diharapkan dapat memupuk budaya berbisnis yang jujur dan sehat sehingga dapat
terus menerus mendorong dan meningkatkan daya saing diantara pelaku usaha.
Tidak dapat disangkal bahwa agar suatu aturan hukum dapat ditegakkan
secara baik, diperlukan organ penegak hukum yang memadai. Suatu aturan
hukum, betapapun baiknya secara substantif, tidak akan berjalan dengan baik
apabila tidak didukung oleh sistem penegak hukum yang baik pula.5
bisa dimengerti apabila di banyak negara yang telah memiliki hukum persaingan
4.
Ibid. h. 22.
5.
Arie Siswanto. Hukum Persaingan Usaha. Ghalia Indonesia. Jakarta. 2002. h. 49.
4
penegakan hukum persaingan usaha. Dengan kewenangan yang dimiliki, organ-
hukum persaingan di satu sisi dan di sisi lain sekaligus menjaga supaya iklim
ke dalam praktek, maka dibutuhkan suatu badan yang tugas pokoknya adalah
usaha.
Maka dari itu, UU No. 5 Tahun 1999 telah membentuk apa yang disebut
jawab langsung kepada Presiden RI. Karena itu, KPPU memperoleh sumber
susunan organisasi, tugas, dan fungsi Komisi yang ditetapkan melalui Keputusan
Presiden.
6.
Ningrum Natasya Sirait. Hukum Persaingan di Indonesia. Pustaka Bangsa Press. Medan.
2004. h. 108 – 109.
5
3. melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan
tidak sehat.
berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
Tahun 1999.
mengadakan tender mengenai Perbaikan Bangsal pada rumah sakit tersebut tetapi
tender dengan Walikota, Wakil Walikota, Pelaksana Kepala RSU dan Panitia
(tiga ratus delapan puluh satu juta empat ratus empat puluh ribu rupiah).7
masalah persaingan usaha tidak sehat dan atau persekongkolan tender tersebut
7.
KPPU, Putusan Perkara No. : 06 / KPPU-L / 2006 Tentang Perbaikan Bangsal RSU Kota
Pematang Siantar Tahun Anggaran 2005.
6
Untuk melakukan analisis yang lebih komprehensif dan dapat
B. Perumusan Masalah
adalah apa yang menjadi masalah pokok penelitian tersebut. Berdasarkan uraian
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi
syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
peseta tender sesuai dengan ketentuan pengadaan barang dan jasa Instansi
Pemerintah.
7
2. Untuk mengetahui mengenai permasalahan yang timbul dalam pengadaan
barang dan jasa instansi Pemerintah yang berkaitan dengan kegiatan yang
Manfaat Penulisan
D. Keaslian Penulisan
dalam skripsi ini belum pernah dijadikan judul maupun pembahasan dalam
skripsi yang sudah ada terdahulu, sehingga penulis tertarik mengangkat judul di
atas serta permasalahannya sebagai judul dan pembahasan dalam skripsi ini.
8
E. Tinjauan Kepustakaan
undang-undang.8
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) adalah semua perusahaan dalam bentuk apapun yang modalnya untuk
F. Metode Penulisan
1. Tipe Penelitian
didasarkan pada bahan hukum primer dan sekunder yaitu inventarisasi peraturan-
8.
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja. Seri Hukum Bisnis Anti Monopoli.PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta. 1999. h. 53.
9.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia. Pedoman Pasal 22 Tentang
Larangan Persekongkolan dalam Tender. KPPU. Jakarta. 2005. h. 7.
10.
Syamsul Rizal. Analisis Yuridis dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN). USU Digital
Library. Medan. 2003.
11.
Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. UI Press. Jakarta. 1986. h. 9-10.
9
sebagai lembaga yang mengawasi persaingan usaha. Selain itu, juga
dikaitkan dengan penelitian hukum empiris dimana penelitian ini berupaya untuk
2. Jenis Data
Bahan atau data yang dicari berupa data sekunder yang terdiri dari12 :
yang relevan.
(KPPU).
3. Lokasi Penelitian
12.
Ibid. h. 51 – 52.
13.
Ibid. h. 24.
10
a. Studi Kepustakaan, yaitu mempelajari dan menganalisis secara
yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya
dianalisis secara kulaitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas
G. Sistematika Penulisan
tujuannya.
Tulisan ini terdiri dari 5 (lima) bab yang akan diperinci lagi dalam sub
14.
Ibid.
11
1. BAB I : PENDAHULUAN
BUMD.
persekongkolan tender dalam UU No. 5 Tahun 1999, serta peranan dan fungsi
SUMATERA UTARA
Bab ini merupakan pembahasan dari permasalahan yang ada dalam skripsi
12
lembaga pengawas terhadap penegakan hukum UU No. 5 Tahun 1999, kemudian
tender di rumah sakit siantar, dan terakhir dibahas mengenai peranan KPPUD
Bab ini adalah bab terakhir yang merupakan kesimpulan dan saran dari
penulisan skripsi ini. Dimana dalam bab ini ditemukan jawaban atas
13
BAB II
untuk membeli atau mendapatkan barang dan atau jasa, atau menyediakan barang
suatu pekerjaan;
atau jasa;
3. Tawaran mengajukan harga terbaik untuk membeli suatu barang dan atau
jasa;
4. Tawaran mengajukan harga terbaik untuk menjual suatu barang dan atau
jasa.
barang/ jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat di antara penyedia
barang/ jasa yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode dan tata cara
tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang terkait secara
15.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Guideline Tender. Jakarta. 2007.
16.
Ibid.
17.
Ibid.
14
Definisi tersebut merupakan bentuk operasional pelaksanaan Pasal 22
UU. No. 5 Tahun 1999 yang ada di lapangan. Dari definisi tersebut, pengertian
antara lain seperti pembatasan akses pasar (barrier to entry),18 kolusi, dan
yang dapat berakibat kepada terjadinya persaingan usaha tidak sehat adalah
tender.19
menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang
dipertanggungjawabkan;
3. Terbuka dan bersaing berarti pengadaan barang/ jasa harus terbuka bagi
persaingan yang sehat di antara penyedia barang/ jasa yang setara dan
18.
Ningrum Natasya Sirait. Op cit. h. 100.
19.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Op cit. h. 7.
20.
Pasal 3 Keppres. No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/
Jasa Pemerintah.
15
memenuhi syarat/ kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur
terbuka bagi peserta penyedia barang/ jasa yang berminat serta bagi
semua calon penyedia barang/ jasa dan tidak mengarah untuk memberi
keuntungan pada pihak tertentu dengan cara dan atau alasan apapun;
baik namun masih banyak pengaturan pemenang tender yang dapat ditemukan
pada pelaksanaan pengadaan barang dan atau jasa yang dilaksanakan oleh
dan perusahaan swasta. Untuk itu Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 tidak hanya
16
mengadakan barang-barang atau untuk menyediakan jasa. Dalam hal ini tidak
disebut jumlah yang mengajukan penawaran (oleh beberapa atau oleh satu pelaku
UU No. 5 Tahun 1999 adalah tender atau tawaran mengajukan harga yang dapat
dilakukan melalui22 :
1. Tender terbuka;
2. Tender terbatas;
4. Pelelangan terbatas.
penunjukan langsung yang merupakan bagian dari proses tender/ lelang juga
pelarangan, yaitu :
21.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Loc cit.
22.
Ibid.
23.
Ibid.
17
Pasal 22 di atas dapat diuraikan kedalam beberapa unsur, antara lain24 :
“Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha baik yang
berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui
perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang
ekonomi”.
2. Unsur bersekongkol;
pihak lain atas inisiatif siapapun dan dengan cara apapun dalam upaya
Pihak lain adalah para pihak (vertikal dan horizontal) yang terlibat dalam
proses tender yang melakukan persekongkolan tender baik pelaku usaha sebagai
peserta tender dan atau subjek hukum lainnya yang terkait dengan tender
tersebut.
para pihak yang terlibat dalam proses tender secara bersekongkol yang bertujuan
untuk menyingkirkan pelaku usaha lain sebagai pesaingnya dan/ atau untuk
memenangkan peserta tender tertentu dengan berbagai cara. Pengaturan dan atau
penentuan pemenang tender tersebut antara lain dilakukan dalam hal penetapan
sebagainya.
24.
Ibid.
18
5. Unsur persaingan usaha tidak sehat.
Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha.
barang dan jasa pemerintah diatur dengan UU No. 18 Tahun 2000, yaitu25 :
1. Perencanaan Pengadaan;
barang dan jasa pemerintah yang bertujuan untuk membuat Rencana Pengadaan
mengenai target, lingkup kerja, SDM, waktu, mutu, biaya, dan manfaat dari
pengadaan barang & jasa untuk keperluan pemerintah, yang dibiayai dari dana
APBN maupun BLN. Rencana Pengadaan akan menjadi acuan utama dalam
25.
Komaruddin Hidayat. Tool Kit Anti Korupsi dalam Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah. http://kormonev.org/data/toolkitbarang.pdf. ADB Project Public Relations
Activities in Support of Government’s Anticoruption Efforts. Jakarta. 2005. h. 15 – 22.
26.
Moedjiono. Seluruh Departemen Mulai Pakai E-Procurement. www.depkominfo.go.id.
Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Jakarta. 2007.
27.
Loc cit. h. 15 – 22.
19
2. Pembentukan Panitia Lelang;
pemenang; dan
3. Prakualifikasi Perusahaan;
menjaring calon yang sanggup melaksanakan pekerjaan. Dalam tahap ini panitia
28.
Komaruddin Hidayat. Op cit. h. 15 – 22.
20
pada prinsip keterbukaan, kejujuran, transparansi, kemandirian, dan
profesionalisme.29
menentukan secara teknis dan rinci dari pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh
pihak penyedia jasa, mulai dari lingkup pekerjaan, mutu, jumlah, ukuran, jenis,
waktu pelaksanaan, dan metoda kerja dari keseluruhan pekerjaan yang akan
5. Pengumuman Lelang;
29.
Ibid.
30.
Ibid.
31.
Ibid.
21
6. Pengambilan Dokumen Lelang;
para peminat, secara lengkap dengan cuma-cuma maupun dengan biaya yang
telah ditentukan, dalam waktu yang sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
dapat dibagi menjadi dokumen tetap dan tidak tetap. Isi dokumen adalah instruksi
Perkiraan Sendiri;
32.
Ibid.
33.
Ibid.
22
pekerjaan yang akan dilelangkan, harga pasar yang berlaku, dan
perusahaan jasa;
8. Penjelasan Lelang;
yang dalam hal ini diwakili oleh Panitian Pengadaan dihadap keseluruhan calon
peserta pelelangan Penjelasan dan tanya jawab dilakukan tentang hal teknis
a. Kegiatan ini harus bersifat terbuka dan dibuat berita acaranya oleh
panitia;
lelang;
memenuhi syarat administrasi dan teknis, serta dialamatkan seperti yang telah
ditentukan penyerahan harus dapat dibuktikan dan tanda terima dari petugas.
34.
Ibid.
35.
Ibid.
23
c. Pembukaan, pemberian tanda, penelitian dokumen utama
terhadap dokumen.
teknis dari peserta pelelangan, dalam rangka untuk memperoleh validasi atau
pembuktian terhadap harga penawaran yang benar, tidak terjadi kekeliruan sesuai
dengan persyaratan teknis yang telah ditentukan. Adapun kegiatan itu adalah36 :
alokasi dana atau pemilik proyek. Calon pemenang diurutan pertama akan
36.
Ibid.
24
disyahkan sebagai pemenang pelelangan, setelah masa sanggah selesai dengan
Kantor proyek;
berkurang;
masyarakat benar;
37.
Ibid.
38.
Ibid.
25
c. Pemerintah harus memberikan sanksi administratif yakni
panitia.
kontrak pelaksanaan pekerjaan. Perjanjian tentang nilai harga pekerjaan, hak dan
kewajiban kedua belah pihak, serta waktu pelaksanaan pekerjaan yang ditentukan
secara pasti.40
39.
Ibid.
40.
Ibid.
26
pemeliharaan selesai. Setelah penyerahan final selesai, tanggung jawab penyedia
jasa masih belum berakhir. Penyerahan barang dan jasa dianggap memenuhi
Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) diatur
Presiden No. 24 Tahun 1995, yang menjadi hukum positif dalam hal
41.
Ibid.
42.
Abdul Hakim G. Nusantara dan Benny K. Harman. Op cit. h. 21 – 22.
27
Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa
Ketentuan ini dibuat agar pengelolaan uang atau kekayaan negara, baik yang
Dalam Keppres No. 9 Tahun 1984 ditentukan bahwa tender melalui pengadaan
langsung adalah proyek yang bernilai sampai dengan Rp. 5 juta, sementara dalam
Keppres No. 16 Tahun 1994 nilai itu dinaikkan. Dalam Keppres yang lama,
Pasal 21 – Pasal 29. Pengaturan secara rinci mengenai tender dalam Keppres No.
43.
Ibid. h. 22 – 23.
28
Penggunaan Produksi Dalam Negeri, Lampiran III mengenai Ketentuan Tentang
sehat44 :
bernilai di atas Rp. 50 juta. Secara umum, proses tender yang dilakukan dengan
cara pelelangan umum dan pelelangan terbatas ini lebih terbuka dibandingkan
b. Pemilihan Langsung
Dalam cara pemilihan langsung ini calon peserta tender dijaring oleh
pemilik proyek melalui undangan langsung. Dalam Lampiran I, Nomor IV, angka
44.
Ibid. h. 23.
29
pemilihan langsung sesuai dengan ketetapan yang berlaku pada Nomor II, angka
2, huruf a, b, c, d, dan e, 1 kecuali Nomor II, angka 2, huruf d, butir 2.2. Ini
berarti penawaran tender tidak diumumkan secara terbuka dan meluas seperti
langsung adalah proyek yang nilainya berkisar antara Rp. 15 juta sampai dengan
Lampiran I, Nomor IV, angka 4, nilai proyek di atas Rp. 50 juta ditenderkan
1). Pekerjaan yang tidak bisa ditunda berhubung adanya bencana alam
2). Pekerjaan lanjutan dari bangunan yang telah ada yang secara teknis
persaingan tidak sehat, karena proyek ditenderkan secara tidak terbuka. Ini
tentang tender proyek secara merata. Hal ini membatasi peserta lain yang
30
Penentuan calon peserta tender juga bisa mengandung kolusi dan
ini menjadi monopoli orang yang mempunyai kedekatan khusus dengan pimpinan
proyek atau panitia pelelangan. Bisa saja, informasi mengenai proyek tersebut
yang tidak sehat ini pada akhirnya mengakibatkan terjadinya inefisiensi pada
pelaksanaan kegiatan.
c. Pengadaan Langsung
2. Perlakuan Khusus
beberapa BUMN/ BUMD, yaitu PT. PLN/ Perusahaan Listrik Daerah, PT.
31
Telkom, PT. Perusahaan Gas Negara, PDAM (Perusahaan Daera Air Minum),
Perum Perumnas, Perum Percetakan Negara, dan PT. Penerbitan dan Percetakan
Balai Pustaka. Untuk proyek-proyek yang bernilai di atas Rp. 50 juta (lima puluh
juta rupiah) yang berkaitan dengan barang/ jasa yang ditawarkan BUMN/ BUMD
pengadaan barang/ jasa tertentu yang dapat langsung ditunjuk rekanannya adalah
telepon oleh PT. Telkom, pemasangan gas oleh PT. Perusahaan Gas Negara,
pemasangan saluran air minum oleh PDAM, pembangunan rumah dinas oleh
Perum Perumnas, percetakan oleh Perum Percetakan Negara, PT. Penerbitan dan
tidak sehat. Bahkan, ketentuan ini memberikan hak monopoli kepada BUMN/
BUMD tersebut.
Dalam Lampiran II, Nomor III, angka 1 sampai 4 dinyatakan bahwa untuk
pengadaan barang dan jasa (baik untuk kebutuhan sendiri maupun pelaksanaan
32
jasa hasil produksi dalam negeri dan kontraktor nasional. Dalam pelaksanaan
kebutuhan. Bila bahan baku barang tersebut ada yang diimpor, wajib memilih
Bila sifat dan ruang lingkup kegiatannya terlalu besar, maka dalam tahap
antar kontraktor nasional seperti konsorsium atau bentuk kerja sama lainnya. Bila
jenis keahliannya tidak bisa dipenuhi kontraktor nasional, tenaga ahli asing bisa
dan jasa) dan membatasi penggunaan produk asing. Pembatasan seperti ini
Keputusan Presiden No. 16 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan APBN dan secara
ayat (4) dinyatakan bahwa pengadaan konsultan dengan nilai sampai dengan Rp.
50 juta (lima puluh juta rupiah), dilakukan melalui pemilihan langsung serta
45.
Ibid. h. 29.
33
Surat Perintah Kerja (SPK) dengan membandingkan sekurang-kurangnya tiga
dengan rekanan yang diundang sebagaimana diatur dalam ayat (5) (d) dan (e).
tidak sehat. Dalam hal ini, proyek-proyek yang ditenderkan melalui penunjukan
langsung kemungkinan besar hanya jatuh kepada orang yang dekat dengan
pimpinan proyek.
34
pimpinan instansi46 dan masyarakat yang mengetahui tentang jalannya suatu
tender pemerintah. Apabila ada suatu perbuatan yang melanggar hukum maka
KPPU48. Para peserta tender itu sendiri juga saling mengawasi satu sama lain
Tahun 1999 maka upaya penegakan hukum persaingan usaha yang dilakukan
Buah dari investigasi inilah yang akan dipergunakan guna menetapkan terjadi
46.
Pasal 48 Ayat (4) Keppres. No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah, menyebutkan bahwa : instansi pemerintah wajib
melakukan pengawasan terhadap pengguna barang/ jasa dan panitia/ pejabat pengadaan
di lingkungan instansi masing-masing, dan menugaskan kepada aparat pengawasan
fungsional untuk melakukan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
47.
Pasal 48 Ayat (5) Keppres. No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah, menyebutkan bahwa : Unit pengawasan intern pada
instansi pemerintah melakukan pengawasan kegiatan/ proyek, menampung dan
menindaklanjuti pengaduan masyarakat yang berkaitan dengan masalah atau
penyimpangan dalam pelaksanaan pengadaan barang/ jasa, kemudian melaporkan hasil
pemeriksaannya kepada menteri/ pimpinan instansi yang bersangkutan dengan tembusan
kepada Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
48.
Murman Budijanto. KPPU Awasi Tender. www.pikiranrakyat.com. Jakarta. 2005.
49.
Pasal 48 Ayat (6) Keppres. No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah, menyebutkan bahwa : pengguna barang/ jasa wajib
memberikan tanggapan yang berada dalam batas kewenangannya kepada peserta
pengadaan/ masyarakat yang mengajukan pengaduan atau yang memerlukan penjelasan.
35
atau tidaknya pelanggaran hukum persaingan usaha, tentunya pelaksanaan
kriminal dan investigasi KPPU amat berbeda, namun tujuan dari investigasi ini
pada pokoknya sama, yaitu mengumpulkan data dan informasi yang tepat. Oleh
karenanya dari para penyelidik dan penyidik inilah kita dapat mempelajari teknik-
teknik investigasi yang efektif dan tentunya teknik investigasi dalam dunia
1. Observasi;
2. Surveillance;
3. Interview;
4. Undercover;
5. Penggunaan informan.
terhadap tersangka dan objek lainnya, sehingga dari kegiatan observasi ini
dilakukan secara dinamis yaitu dengan cara membuntuti tersangka atau objek
50.
Farid F. Nasution. Teknik Investigasi di KPPU. www.kppu.go.id. Jakarta. 2007.
36
yang tidak tertangkap oleh penglihatan, misalnya peristiwa-peristiwa yang telah
surveillance.
tepat sehingga keterangan yang diperoleh dari sang interview adalah data dan
menjadi orang lain guna mendekati sasaran dan menggali keterangan dari yang
kegiatan atau peristiwa tertentu. Informan dalam perkara persaingan usaha pada
umumnya adalah karyawan atau mantan karyawan dari suatu pelaku usaha yang
tengah diinvestigasi.
penyidik. Informan dalam perkara persaingan usaha lebih bersifat sebagai saksi
memperoleh keterangan mengenai dua hal, yaitu conduct dan effect. Conduct
51.
Ibid.
37
personal, sedangkan effect adalah dampak yang diakibatkan oleh conduct tersebut
lebih diarahkan pada berkas dan bukti-bukti tertulis lainnya dan observasi pasar.
Melalui pembelajaran pada berkas dan bukti-bukti tertulis dapat kita ketahui
kronologis suatu kegiatan korporasi, tujuan yang hendak dicapainya, sumber daya
dapat mengidentifikasi pergerakan harga barang dan atau jasa, trend penjualan
atau pembelian dari suatu pelaku usaha dalam kurun waktu tertentu, sehingga
dapat kita identifikasi kausalitas antara effect yang terjadi di pasar dengan
52.
Ibid.
53.
Ibid.
54.
Ibid.
55.
Ibid.
38
Teknik investigasi dengan cara interview sering digunakan karena dapat
pelaku usaha atau karyawan suatu perusahaan tentang suatu kasus KPPU.
apabila seluruh bukti-bukti telah dimusnahkan oleh pelaku usaha tersebut maka
yaitu :
1. Wawancara;
3. Observasi pasar.
teknik wawancara dapat dilakukan dengan para pelaku usaha yang terlibat
56.
Ibid.
39
keadaan pasar dengan cara melihat stok barang, permintaan pasar, lalu harga.
Apabila stok barang sedikit di pasar dan permintaan meningkat maka harga akan
naik dengan tujuan untuk mengambil keuntungan yang besar. Namun sebaliknya
apabila stok barang banyak di pasar dan permintaan sedikit maka harga akan
turun dengan tujuan untuk menghabiskan/ mengganti stok lama dengan stok
baru.
40
BAB III
undang yang dilahirkan atas desakan dari International Monetary Fund (IMF)
sebagai salah satu syarat agar pemerintah Indonesia dapat memperoleh bantuan
dari IMF guna mengatasi krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Tujuan adanya
usaha yang tidak sehat yang terjadi di Indonesia pada zaman pemerintahan Orde
Baru, dimana praktek monopoli dan/ atau persaingan usaha tidak sehat tersebut
para ekonom Indonesia pada akhir tahun 80-an, yang apabila disahkan dapat
persaingan usaha yang sehat yang terjadi pada waktu itu. Namun sayangnya,
karena adanya tekanan dari penguasa, RUU Antimonopoli tersebut tidak pernah
41
dibahas oleh pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk menjadi
Undang-Undang.57
diharapkan agar dapat menegakkan hukum secara lebih baik. Komisi tersebut
negara. Misalnya di USA, di tingkat federal, bahkan ada 2 (dua) agency yang
dan
dan ketentuan umum dari penegakan hukum, khususnya yang berkenaan dengan
57.
Destivano Wibowo dan Harjon Sinaga. Hukum Acara Persaingan Usaha. Raja Grafindo
Persada. Jakarta. 2005. h. 1 – 2.
58.
Munir Fuady. Hukum Anti Monopoli. Citra Aditya Bakti. Bandung. 1999. h. 117.
59.
Ibid. h. 118.
42
yang berkepentingan, seperti juga pihak ketiga, mempunyai hak untuk
didengar.
8. Pihak yang dirugikan oleh tindakan yang diambil oleh Menteri dapat
(onrechtmatigedaad).60
Untuk penegakan hukum anti monopoli di Indonesia perlu kerja keras dan
60.
Pasal 1365 KUH Perdata, yang menyebutkan bahwa : tiap perbuatan melanggar hukum,
yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.
43
hukum anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat ini. Kesungguhan tersebut
mesti ada pada semua pihak yang terlibat. Apakah dia pejabat pengusutan
(polisi), penuntutan (jaksa) ataupun pihak peradilan. Mereka semua harus dapat
dalam UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat (UU No. 5 Tahun 1999). Sama dengan undang-undang di
berbagai negara lainnya, maka UU No. 5 Tahun 1999 dalam Pasal 30 – Pasal 37
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Saat ini berbagai badan independen yang
merupakan Self Regulatory Independent Body adalah suatu fenomena baru dalam
sistem ketatanegaraan, hal ini dilihat dari berbagai komisi independen yang telah
terbentuk misalnya Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (KOMNAS HAM) yang
saat ini telah resmi dibubarkan, Komisi Pemilihan Umum (KPU) diatur dalam
UU No. 3 Tahun 1999, Komnas Perempuan diatur dalam UU No. 181 Tahun
1999, Komnas Anak diatur dalam Keppres No. 12 Tahun 2001 dan Komisi
Penyiaran Indonesia.62
Yang lebih penting lagi, kiprah yang diharapkan dari Komisi Pengawas
Persaingan Usaha. Karena komisi ini merupakan ujung tombak dari penegakan
61.
Munir Fuady. Loc cit. h. 118.
62.
Ningrum Natasya Sirait. Op cit. h. 106.
44
hukum anti monopoli, maka kapabilitas, kejujuran dan keseriusan dari anggota
komisi ini sangat menentukan bagaimana warna dan irama dari berjalannya
hukum anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dalam prakteknya.63
KPPU memiliki tugas dan wewenang yang cukup luas sebagaimana yang
diatur dalam UU No. 5 Tahun 1999 dan Keppres. No. 75 Tahun 1999. Mengingat
wewenang komisi yang luas ini, maka dalam melaksanakan tugasnya KPPU
1. Independensi;
suatu perusahaan;
bersangkutan;
63.
Ibid. h. 118.
64.
Keputusan KPPU No. 6/ KPPU/ Kep./ XI/ 2000 Tentang Kode Etik dan Mekanisme
Kerja KPPU.
45
3) Mempunyai hubungan yang patut diduga akan
2. Kerahasiaan; dan
berkepentingan; dan
3. Moralitas.
a. Setiap unsur Komisi harus bebas dari praktek korupsi, kolusi, dan
nepotisme;
pengambilan keputusan;
46
Jika setiap anggota Komisi memegang teguh kode etik yang tersebut di
atas maka kinerja seluruh anggota Komisi dapat maksimal. Setelah dibahas
mengenai kode etik KPPU maka selanjutnya akan dibahas peranan dan fungsi
KPPU di daerah.
tetap memberikan laporan secara berkala kepada KPPU yang ada di pusat. Jadi,
Tugas Komisi Pengawas Persaingan Usaha telah diatur secara rinci dalam
Pasal 35 UU No. 5 Tahun 1999, yang kemudian diulangi dalam Pasal 4 Keppres
luar negeri; melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan/ atau tindakan
pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/ atau
terjadinya praktek monopoli dan/ atau persaingan usaha yang tidak sehat, yang
Dengan demikian, pada prinsipnya fungsi dan tugas utama Komisi Pengawas
47
kegiatan usaha, dan penyalahgunaan posisi dominan yang dilakukan pelaku usaha
atau sekelompok pelaku usaha. Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap UU No. 5
Tahun 1999, dimana pelaku usaha atau sekelompok pelaku usaha telah membuat
Tugas lain dari KPPU yang tidak kalah penting adalah memberikan saran
monopoli dan/ atau persaingan usaha tidak sehat dan menyusun pedoman dan/
atau publikasi atau sosialisasi yang berkaitan dengan praktek monopoli dan/ atau
persaingan usaha tidak sehat. Terakhir, secara berkala atas hasil kerjanya kepada
berkaitan dengan praktek monopoli dan/ atau persaingan usahat tidak sehat.
Seandainya pasal-pasal yang ada dalam UU No. 5 Tahun 1999 tidak memadai
untuk menunjang tugas dan wewenangnya, KPPU dapat mengajukan saran dan
mendukung tugas dan wewenangnya. Demikian pula KPPU juga harus membuat
65.
Rachmadi Usman. Op cit. h. 105 – 106.
66.
Ibid. h. 106.
48
pedoman (guidelines)67 atau aturan main yang jelas, baik bagi diri sendiri
KPPU dan apakah ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UU No. 5 Tahun 1999
cukup memadai. Jika tidak memadai, KPPU harus membuat sendiri pedoman
beracara tersebut.68
Komisi karena melihat kewenangan yang diberikan atau diperoleh dari Article 85
Guidelines.69
Bila bunyi Pasal 35 huruf f UU No. 5 Tahun 1999 kita baca secara
dalam rangka pelaksanaan yang berkaitan dengan hukum persaingan usaha. Hal
ini berarti pedoman maupun peraturan yang akan dibuat Komisi Persaingan
Usaha tidak hanya berlaku secara internal saja, tetapi juga berlaku secara
eksternal, yakni baik terhadap KPPU maupun pelaku usaha serta instansi lainnya
67.
Op cit. Guideline Tender.
68.
Ayudha D. Prayoga et al. Op cit. h. 134.
69.
Ibid.
49
yang terkait dengan pelaksanaan hukum persaingan usaha di Indonesia.
Dasar Hukum
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dengan Kepres. No. 75 Tahun 1999
Untuk pertama kali anggota KPPU ditetapkan dengan Kepres No. 162/ M Tahun
2000 tertanggal 7 Juni 2000, yang terdiri dari 11 (sebelas) anggota selama 5
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Terlepas dari pengaruh dan
kekuasaan pemerintah serta pihak lain, KPPU berfungsi menyusun Peraturan dan
tersebut serta memberi putusan mengikat dan menjatuhkan sanksi terhadap para
pelanggarnya.71
Struktur Organisasi
2. Sekretariat.
70.
Destivano Wibowo dan Harjon Sinaga. Op cit. h. 2 – 3.
71.
Ibid. h. 4.
72.
Pasal 8 dan Pasal 9 Keppres. No. 75 Tahun 1999 Tentang Komisi Pengawas Persaingan
Usaha.
50
Dalam hal pengangkatan maupun pemberhentian, anggota Komisi diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden atas persetujuan DPR atas dasar usulan pemerintah
dimana masing-masing anggota dapat diangkat kembali 1 (satu) kali untuk masa
jabatan berikutnya.73
dan teknis operasional dari Komisi. Sekretariat Komisi dipimpin oleh seorang
Bagian Kepegawaian.
73.
Ningrum Natasya Sirait. Op cit. h. 112.
74.
Ibid. h. 113.
51
untuk membantu Direktur Eksekutif memproses laporan (pengaduan),
Monitoring.
Alur Kerja
konsumen atau pelaku usaha, atau artikel tentang konsumen atau masalah
75.
Ibid. h. 10.
52
Sebelum kita membahas mengenai tata cara penanganan perkara di
KPPU, perlu kita ketahui siapa yang dimaksud dengan pelaku usaha, saksi atau
pihak lain. Seperti kita ketahui, pelaku usaha, saksi atau pihak lain adalah pihak-
pihak yang diperiksa dan diselidiki oleh KPPU dalam kaitannya dengan suatu
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Namun demikian, hanya
Antimonopoli.76
bahwa :
“Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan
dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum
Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam bidang ekonomi”.
pihak lain ini. Namun, apabila kita baca UU Antimonopoli dengan seksama,
pihak lain dapat diartikan sebagai saksi dan dapat diartikan sebagai pelaku usaha
lain. Definisi pihak lain ini tidak jelas karena tidak menjelaskan kapan pelaku
usaha tertentu disebut sebagai pihak lain, dan kapan saksi ditetapkan sebagai
pihak lain. Ketidakjelasan di dalam definisi ini pada akhirnya menyulitkan KPPU
76.
Ibid. h. 13.
77.
Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Prakek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
53
karena untuk dapat menyatakan pelaku usaha tertentu bersalah dan melanggar
bahwa seluruh unsur dari pasal yang dituduhkan harus terbukti, termasuk siapa
Apabila salah satu saja unsur dari suatu pasal UU Antimonopoli tidak
terbukti, pelaku usaha tidak dapat dihukum. Di satu sisi, ketidakjelasan mengenai
siapa yang dimaksud dengan “pihak lain” ini dipandang sebagai suatu kelemahan
karena KPPU akan sulit untuk dapat membuktikan bahwa unsur-unsur suatu
pasal terpenuhi. Akan tetapi, di sisi lain, ketidakjelasan mengenai istilah pihak
lain ini dipandang sebagai suatu halangan di dalam penegakan hukum persaingan
usaha.79
baik dengan adanya laporan maupun berdasarkan atas inisiatif KPPU sendiri dari
hasil penelitian para staff KPPU. Sebelum langkah selanjutnya, KPPU dapat
78.
Destivano Wibowo dan Harjon Sinaga. Loc cit. h. 14.
79.
Ibid.
80.
Ningrum Natasya Sirait. Op cit. h. 115 – 116.
81.
Pasal 12 – Pasal 26 Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No. 1 Tahun 2006
Tentang Tata Cara Penanganan Perkara di KPPU.
54
b. Tahap Pemeriksaan Pendahuluan;
memeriksa apakah suatu Laporan dinilai perlu atau tidak untuk dilanjutkan
hanya laporan yang diperiksa, namun pemeriksaan yang dilakukan atas dasar
Pendahuluan.83
82.
Pasal 27 – Pasal 41. Ibid.
83.
Pasal 42 – Pasal 50. Ibid.
84.
Pasal 47 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, menyebutkan bahwa :
(1). Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif terhadap
pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-Undang ini;
(2). Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa : huruf
(a). penetapan pembatalan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sampai
dengan Pasal 13, Pasal 15, dan Pasal 16; dan atau
(b). perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi vertikal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14; dan atau
(c). perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang terbuka
menimbulkan praktek monopoli dan atau menyebabkan persaingan usaha tidak
sehat dan atau merugikan masyarakat; dan atau
(d). perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan penyalahgunaan posisi
dominan; dan atau
(e). penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha dan
pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28; dan atau
55
administratif dalam bentuk-bentuk pembatalan perjanjian, perintah
penetapan pembayaran ganti rugi dan denda. Bila pihak terlapor tidak
Menurut penulis, peraturan yang begitu cermat dan rapi dibuat oleh KPPU
diharapkan agar semua pihak dapat mengerti mengenai tata cara KPPU dalam
dambaan banyak pihak seiring kelahiran UU No. 5 Tahun 1999 dan KPPU
sebagai pelaksananya. Hal ini terlihat dari banyaknya laporan KPPU yang
laporan kepada KPPU berjumlah 182 buah, dibandingkan dengan 7 buah laporan
di luar persaingan usaha yang menjadi substansi laporan, yang menempati sekitar
Dari kasus yang ditangani KPPU sampai tahun 2000, diketahui bahwa
tidak sehat dalam bentuk pengaturan oleh para pelaku usaha, juga terdapat
(f). penetapan pembayaran ganti rugi; dan atau huruf (g) pengenaan denda
serendah-rendahnya Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) dan setinggi-
tingginya Rp. 25.000.000.000,00 (dua puluh lima milyar rupiah).
85.
Pasal 51 – Pasal 67. Loc cit.
86.
Kompetisi. Upaya Perbaikan Sistem Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah. Edisi III.
Jakarta. 2006. h. 7.
87.
Ibid.
56
indikasi penyalahgunaan wewenang aparat yang menjadi panitia tender (vertical
biaya tinggi akibat mark up oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pengaturan.
180 Laporan
160
Penanganan Perkara
140 (+ inisiatif)
120
100
80
60
40
20
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Dalam penanganan perkara seperti ini, maka tugas KPPU berhenti pada
tender. Sementara nuansa korupsi yang terungkap dalam kasus tersebut menjadi
bukti awal yang akan dilimpahkan KPPU kepada lembaga penegak hukum
korupsi (KPK).
Pada tahun 2006 kasus yang masuk ke KPPU berjumlah 376 laporan,
diantara pengaduan itu baru 54 perkara yang sudah ditangani KPPU dengan 25
88.
Ibid.
89.
Soy Martua. Persekongkolan Tender di Tahun 2006 Masih Marak.
www.tempointeraktif.co.id. Jakarta. 2006.
57
Persekongkolan tender merupakan kasus terbesar yang masuk ke KPPU
dan dinyatakan sebagai rule of reason, yaitu bahwa suatu tindakan memerlukan
usaha yang sehat. Untuk itu, dalam persekongkolan tender perlu diketahui apakah
proses tender tersebut dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum
pemberi kerja membayar harga yang lebih mahal dari pada yang sesungguhnya,
barang atau jasa yang diperoleh seringkali lebih rendah mutu dan jumlahnya, dan
Dampak lainnya adalah nilai proyek untuk tender pengadaan jasa menjadi
lebih tinggi akibat mark up yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bersekongkol.
biaya tinggi.92
Sanksi-Sanksi
dan para pelaku usaha pada khususnya, UU No. 5 Tahun 1999 inipun dilengkapi
dengan berbagai macam aturan mengenai saksi-sanksi yang dapat dikenakan bagi
90.
Pande Raja Silalahi. Menyoal Persaingan Tidak Sehat. www.fokusonline.co.id. Jakarta.
2007.
91.
Ibid.
92.
Ibid.
58
Macam-macam sanksi yang dapat dikenakan secara garis besar di dalam
1) Perjanjian untuk menguasai produksi dan atau pemasaran barang dan jasa
2) Perjanjian yang menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang
yang sama;
dengan harga yang berbeda dari harga yang harus dibayar oleh pembeli
jasa tidak akan menjual atau memasok kembali barang dan atau jasa yang
telah diterimanya, dengan harga yang lebih rendah daripada harga yang
93.
UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat.
94.
Ibid.
59
telah diperjanjikan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan
melakukan usaha yang sama, baik untuk tujuan pasar dalam negeri
8) Perjanjian dengan maksud untuk menolak menjual setiap barang dan atau
produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa, yang dapat
tidak sehat;
60
11) Perjanjian yang bertujuan untuk secara bersama-sama menguasai
barang dan atau jasa dalam pasar yang bersangkutan, yang dapat
tidak sehat;
12) Perjanjian yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang
dan atau jasa hanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang
dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada tempat tertentu;
13) Perjanjian yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang
dan atau jasa tertentu harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain
14) Perjanjian yang memberikan harga atau potongan harga tertentu atas
barang dan atau jasa, dengan syarat bahwa pelaku usaha yang menerima
a. Harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha
pemasok; atau
b. Tidak akan membeli barang dan atau jasa yang sama atau sejenis dari
pelaku usaha lain yang menjadi pesaing dari pelaku usaha pemasok.
15) Perjanjian yang dibuat dengan pihak lain di luar negeri yang memuat
61
sebagian perusahaan kepada pelaku usaha lain, atau perubahan bentuk
rangkaian produksinya yang dilarang oleh ketentuan Pasal 14; dan/ atau
tertentu dan bukan kegiatan usaha pelaku usaha secara keseluruhan; dan/
atau
dan/ atau
f. Pembayaran ganti rugi kepada pelaku usaha dan kepada pihak lain yang
milyar rupiah).
tertentu yang melanggar ketentuan UU No. 5 Tahun 1999 juga dikenakan sanksi
yang bertujuan untuk menghalangi kegiatan usaha dari pelaku usaha lain,
62
Pasal 11 mengenai pengaturan produksi, Pasal 12 mengenai pembentukan
harga di bawah harga pasar, Pasal 8 tentang penentuan batas atau patokan
95.
Ibid.
96.
Ibid.
63
5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah), atau pidana kurungan pengganti
Di luar sanksi pidana pokok yang dikenakan dalam Pasal 48 ayat (1)
4. Pengecualian-Pengecualian
Selain pengecualian yang secara khusus diatur dalam Pasal 5 ayat (2)
97.
Ibid.
98.
Ibid.
99.
Pasal 50. Ibid.
64
b. Perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual seperti
lisensi, paten, merek dagang, hak cipta, desain produk industri, rangkaian
c. Perjanjian penetapan standar teknis produk barang dan atau jasa tidak
untuk memasok kembali barang dan atau jasa dengan harga yang lebih
Indonesia; atau
g. Perjanjian dan atau perbuatan yang bertujuan untuk ekspor yang tidak
anggotanya;
pokok, kebutuhan sarana produksi termasuk kredit dan bahan baku, serta
65
tidak mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat.
kegiatan serah terima jabatan Kantor Perwakilan Daerah KPPU di Medan dari
informasi satu sama lain, dari hari kehari semakin menunjukkan kedekatan
100.
Kompetisi. Upaya Perbaikan Sistem Pengadaan Barang/ Jasa. Op cit. h. 19.
101.
Kompetisi. The 2nd Asean Conference on Competition Policy and Law. Edisi II. Jakarta.
2006. h. 21.
66
1. Monitoring;
(price fixing cartel) yang dibuat oleh para pelaku usaha pesaing yang sering
IPPHAMI Sumut, Kartel oleh DPD Asosiasi Aspal Beton Indonesia (AABI)
perilaku penetapan harga adalah perjanjian zaman dahulu yang dilakukan oleh
menjadi prioritas KPD Medan, beberapa perkara yang sedang dalam tahap
Dalam upaya untuk terus melakukan sosialisasi KPPU, KPD Medan terus
dan Perdagangan Sumut, Badan Pembangunan Daerah Sumut. Selain itu juga
102.
Kompetisi. Anggota KPPU. KPPU. Edisi VIII. Jakarta. 2007. h. 21 – 22.
103.
Ibid. 22.
67
melalui berbagai acara talk show interaktir yang khusus membahas persaingan
usaha aktual telah dilakukan diantaranya yaitu dengan City Radio 95,9 FM dan
KPPU); Ir. Nurlisa Ginting (Wakil Kepala Bainprom Sumut); S. IS. Sihotang
(Kadin Sumatera Utara). Acara tersebut dibuka oleh Erwin Syahril (Anggota
sebagai upaya shock therapy bagi dunia usaha guna upaya perbaikan pengadaan
104.
Kompetisi. Upaya Perbaikan Sistem Pengadaan Barang/ Jasa. Op cit. h. 19.
105.
Kompetisi. Anggota KPPU. Loc cit. h. 22.
106.
Ibid.
68
struktur pasar dan turut mempengaruhi perilaku para pelaku usaha dalam pasar,
oleh karena itu, harmonisasi kebijakan mutlak diperlukan agar setiap kebijakan
persaingan usaha yang diemban oleh KPPU. KPD KPPU Medan memfasilitasi
KPPU dipercaya untuk mengisi salah satu sesi dalam Forum Jasa Konstruksi
Tema yang diusung dalam forum tersebut adalah Industri Jasa Konstruksi dan
masalah persaingan usaha di sektor jasa konstruksi. Beberapa hal yang menurut
dijadikan sebagai upaya untuk menghambat secara strategis pelaku usaha lain.
Hal seperti ini memang tidak lepas dari konflik kepentingan, karena sebagian
pengurus LPJK dan asosiasi haruslah orang yang profesional dan mewakili dunia
usaha, bukan mewakili sebagian atau golongan pelaku usaha tertentu saja. Acara
107.
Ibid.
69
ini dihadiri oleh 150 orang dari unsur pengguna jasa konstruksi, penyedia jasa
Kerjasama KPD KPPU Medan dengan dunia kampus dapat terjalin berkat
dukungan dan dorongan dari Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH, M.Li.,
sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU)
dan Prof. Dahlan, SH, MH, sebagai Guru Besar Fakultas Hukum Universitas
Syiah Kuala (Unsyiah) Propinsi NAD. Sebagai awalan pemberian kuliah umum
dunia akademis.109
Rp. 102 miliar (seratus dua miliar rupiah) di PT. PLN (Persero) Proyek Induk
permasalahan ritual tahunan yang tidak kunjung mendapatkan solusi yang baik.
108.
Ibid.
109.
Ibid.
110.
Ibid. h. 19.
70
Permasalahan lemahnya fungsi pengawasan distribusi lebih dominan
Sumut – Aceh – Riau senilai Rp. 102 miliar (seratus dua miliar rupiah), KPD
persaingan usaha yang sehat sebagaimana diatur di dalam UU No. 5 Tahun 1999
persaingan usaha tidak sehat dalam segenap proses tender tersebut, merupakan
Utara yang dibacakan pada 13 Maret 2006, ketujuh pelaku usaha yang dijatuhi
terkait dengan perkara kartel kesepakatan dan pembagian wilayah pelaku usaha
aspal beton di Sumatera Utara yang tergabung dalam AABI Sumut, ditetapkan
hal, diantaranya adanya kesediaan dari para pihak yang melakukan kesepakatan
111.
Ibid.
112.
Ibid.
71
untuk melakukan perubahan perilaku dengan melakukan pencabutan terhadap isi
kesepakatan.113
persaingan usaha yang sehat, kemudian secara resmi dicabut oleh mereka yang
para fumigator masih senilai dengan besaran tarif kesepakatan 18 April 2006.
Informasi ini sedang terus didalami, sehingga apabila terbukti benar dapat
hukum.114
Salah satu perkara yang diterima dan diteruskan oleh KPD KPPU Medan
Perbaikan Bangsal di rumah sakit tersebut. Adapun tahapan perkara tersebut akan
113.
Ibid.
114.
Ibid.
72
BAB IV
antara dua pihak atau lebih yang secara bersama-sama melakukan tindakan yang
UU No. 5 Tahun 1999 adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih dalam rangka
115.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Op cit. h. 10.
116.
Ibid.
73
B. Jenis-jenis Persekongkolan dalam Tender
Persekongkolan Horizontal
penyedia barang dan jasa dengan sesama pelaku usaha atau penyedia barang dan
PERSEKONGKOLAN
Persekongkolan Vertikal
pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan panitia tender atau panitia
lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan.
117.
Ibid.
118.
Ibid.
74
Persekongkolan ini dapat terjadi dalam bentuk dimana panitia tender atau panitia
lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan
PERSEKONGKOLAN
pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan dengan pelaku
usaha atau penyedia barang dan jasa. Persekongkolan ini dapat melibatkan dua
atau tiga pihak yang terkait dalam proses tender. Salah satu bentuk
persekongkolan ini adalah tender fiktif, dimana baik panitia tender, pemberi
pekerjaan, maupun para pelaku usaha melakukan suatu proses tender hanya
119.
Ibid.
120.
Ibid.
75
Panitia Pengadaan / Panitia Lelang Barang /
Pengguna Barang atau Jasa / Pimpinan Proyek
PERSEKONGKOLAN
No. 5 Tahun 1999 sebagaimana diatur dalam Pasal 22 sampai dengan Pasal 24.
121.
Rachmadi Usman. Hukum Persaingan Usaha di Indonesia. PT. Gramedia. Jakarta. 2004.
h. 79.
76
Dalam Pasal 22 dinyatakan bahwa pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan
pihak lain untuk mengatur dan/ atau menentukan pemenang tender, sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat. Pihak lain disini
tidak terbatas hanya pemerintah saja, bisa swasta atau pelaku usaha yang ikut
tidak bisa diatur dan bersifat rahasia (walaupun ada tender yang dilakukan secara
terbuka).123
rahasia perusahaan atau yang dikenal dengan sebutan rahasia dagang. 124 Sebutan
“trade secret”, atau “know how”. Rahasia dagang tidak boleh diketahui umum,
karena selain mempunyai nilai teknologi, ia juga mempunyai nilai ekonomis yang
pemiliknya.125
122.
Pasal 22 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
123.
Ayudha D. Prayoga et al. Persaingan Usaha dan Hukum yang Mengaturnya di
Indonesia. Proyek ELIPS. Jakarta. 2000. h. 122.
124.
Pasal 23, UU No. 5 Tahun 1999. Loc cit.
125.
Racmadi Usman. Op cit. h. 80.
77
dijumpai dalam UU No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang. Pengertian
rahasia dagang dikemukakan dalam Pasal 1 angka (1) UU No. 30 Tahun 2000
Berarti rahasia dagang di sini tidak terbatas hanya pada rahasia bisnis atau
dagang belaka, melainkan termasuk informasi industrial know how. Hal ini juga
dapat dilihat dari lingkup perlindungan rahasia dagang yang diatur sebagaimana
pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/ atau
bisnis yang memiliki nilai ekonomis dan tidak diketahui masyarakat umum.
2000, bahwa rahasia dagang yang akan mendapat perlindungan terbatas pada
yang memuat ukuran kewajaran, kelayakan, dan kepatutan yang harus dilakukan.
praktek umum yang berlaku di tempat-tempat lain dan/ atau yang dituangkan ke
dalam ketentuan internal perusahaan itu sendiri. Demikian pula dalam ketentuan
internal perusahaan yang diterapkan bagaimana rahasia dagang itu dijaga dan
126.
Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang.
78
berdasarkan Pasal 3 tersebut suatu informasi akan dianggap termasuk rahasia
dan
pemasaran atas produk. Dalam Pasal 24 tersebut dinyatakan bahwa pelaku usaha
dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk menghambat produksi dan/ atau
pemasaran barang dan/ atau jasa pelaku usaha pesaingnya dengan tujuan barang
dan/ atau jasa yang ditawarkan atau dipasok di pasar bersangkutan menjadi
Berdasarkan ketentuan Pasal 24 ini jelas bahwa pelaku usaha dilarang untuk
bersekongkol dengan pihak lain untuk menghambat pelaku usaha pesaing dalam
atau barang dan jasa dengan maksud agar barang, jasa, atau barang dan jasa yang
127.
Rachmadi Usman. Op cit. h. 82.
79
dan pemasaran barang, jasa, atau barang dan jasa yang sebelumnya sudah
Perbaikan Bangsal di Unit Kerja Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Pematang
Siantar Tahun Anggaran 2005 yang diikuti oleh 31 (tiga puluh satu) perusahaan
Lelang.130
milyar lima ratus dua juta tujuh ratus lima puluh tujuh ribu rupiah);
128.
Ibid. h. 82 – 83.
129.
KPPU, Putusan Perkara No. : 06 / KPPU-L / 2006 Tentang Perbaikan Bangsal RSU Kota
Pematang Siantar Tahun Anggaran 2005.
130.
Ibid.
131.
Ibid.
80
6. CV. SHT dengan harga penawaran Rp. 1.503.470.000,00 (satu milyar
lima ratus tiga juta empat ratus tujuh puluh ribu rupiah);
(satu milyar enam ratus tujuh belas ribu tujuh ratus enam puluh dua ribu
rupiah);
(satu milyar delapan ratus delapan puluh empat juta seratus sembilan
11. CV. Sumber Mulya dengan harga penawaran Rp. 1.894.227.000,00 (satu
milyar delapan ratus sembilan puluh empat juta dua ratus dua puluh tujuh
ribu rupiah).
kepada Plt. Kepala RSU. Kota Pematang Siantar selaku Pengguna Barang atau
132.
Ibid.
81
1. Pemenang adalah CV. Risma Karya dengan harga penawaran
Rp.1.502.757.000,00 (satu milyar lima ratus dua juta tujuh ratus lima
penawaran Rp. 1.617.762.000,00 (satu milyar enam ratus tujuh belas ribu
Pematang Siantar dan mengarahkan agar dilakukan evaluasi ulang dan yang
dipilih sebagai pemenang adalah Pemenang Cadangan II, yaitu CV. Kreasi Multy
Poranc.133
atas dasar arahan dari Walikota dan Wakil Walikota tersebut dengan
mengeluarkan Surat No. 12/ PAN-RSU/ XI/ 2005 tertanggal 30 November 2005,
dan mengusulkan134 :
1. Pemenang adalah CV. Kreasi Multy Poranc dengan harga penawaran Rp.
puluh delapan juta delapan ratus lima puluh dua ribu rupiah); dan
133.
Ibid.
134.
Ibid.
82
3. Pemenang Cadangan II adalah CV. Sumber Mulya dengan harga
puluh empat juta dua ratus dua puluh tujuh ribu rupiah).
selaku Wakil Direktur II CV. Kreasi Multy Poranc yang beralamat di Jl. Gereja
terhadap pelapor dan kemudian laporan dinyatakan sebagai laporan yang lengkap
dan jelas.137
135.
Ibid.
136.
Ibid.
137.
Ibid.
83
Setelah laporan dinyatakan lengkap dan jelas maka Rapat Komisi pada
Pendahuluan. 138
keterangan dari Pelapor dan para Terlapor maka ditemukan adanya indkasi kuat
bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999, dalam
3. Walikota dan Wakil Walikota melakukan intervensi yang diakui oleh Plt.
Kepala RSU. Kota Pematang Siantar dan Panitia Tender sebagai indikasi
138.
Pasal 27 – Pasal 41 Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No. 1 Tahun 2006
Tentang Tata Cara Penanganan Perkara di KPPU.
139.
KPPU, Putusan Perkara No. : 06 / KPPU-L / 2006 Tentang Perbaikan Bangsal RSU Kota
Pematang Siantar Tahun Anggaran 2005.
140.
Ibid.
84
Pada Pemeriksaan Lanjutan, Plt. Kepala RSU. Kota Pematang Siantar dan
Panitia Tender, Walikota dan Wakil Walikota, Pelapor, para Terlapor, dan para
terdapat unsur kolusi, korupsi dan nepotisme. KPPU bisa membatalkan tender
dan mengulangnya. Peserta tender yang melanggar bisa dikenai denda minimum
pemerintah lainnya.
dengan Kegiatan Perbaikan Bangsal rumah sakit tersebut. Selanjutnya yang akan
dibahas adalah mengenai peranan KPPU dalam pelaksanaan tender di RSU. Kota
141.
Ibid.
142.
Ibid.
85
E. Peranan KPPUD dalam Pelaksanaan Tender di Rumah Sakit Umum
pendahuluan yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa, yaitu : Erwin Syahril (Ketua),
Pande Radja Silalahi dan Moh. Iqbal (anggota). Setelah dilakukan pemeriksaan
CV. Kreasi Multy Poranc, PT. Pembangunan Delima Murni, dan CV.
3. Intervensi Walikota dan Wakil Walikota yang diakui oleh Plt. Kepala
RSU dan Panitia sebagai indikasi adanya pengaturan CV. Kreasi Multy
143.
Ibid.
144.
Ibid.
86
menetapkan Ir. RE. Siahaan (Walikota), Drs. Imal Raya Harahap (Wakil
temuan, yaitu146 :
pemenang tender kepada Plt. Kepala RSU. Kota Pematang Siantar. Pada tanggal
29 November 2005, Plt. Kepala RSU. Kota Pematang Siantar bersama Panitia
melakukan perubahan calon dari CV. Risma Karya menjadi CV. Kreasi Multy
Poranc atas perintah Walikota, Wakil Walikota, dan Plt. Kepala RSU. Kota
melaksanakan tugasnya;
Perubahan usulan calon pemenang tanpa adanya evaluasi ulang yang dilakukan
oleh Panitia akibat campur tangan Walikota, Wakil Walikota, dan Plt. Kepala
Pakta Integritas.
145.
Ibid.
146.
Ibid.
87
Menurut Plt. Kepala RSU. Kota Pematang Siantar, penerbitan Keputusan
Walikota Pematang Siantar No. 027/ 1496/ WK-Tahun 2005 tanggal 19 Oktober
Bangsal di Unit Kerja Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Pematang Santar Tahun
Anggaran 2005 adalah karena status Iswan Lubis, SH pada saat itu sebagai Plt.
Pada saat ada usulan calon pemenang tender dari Panitia, Plt. Kepala
RSU. Kota Pematang Siantar selaku pengguna barang/ jasa melakukan pelaporan
kepada Wakil Walikota pada tanggal 29 November 2005 dengan alasan yang
pemenang tender.
Pada tanggal 21 Desember 2005, Plt. Kepala RSU. Kota Pematang Siantar
II/ TU-RSU/ BDB/ XII/ 2005 pada tanggal 21 Desember 2005 dengan pihak CV.
menunjukkan sikap tidak konsisten yang dilakukan oleh Plt. Kepala RSU. Kota
pemenang; dan
88
Pada tanggal 29 November 2005, Panitia telah mengusulkan CV. Risma
Karya sebagai calon pemenang kepada Plt. Kepala RSU. Kota Pematang Siantar
RSU. Kota Pematang Siantar dan Panitia, Wakil Walikota berkomunikasi melalui
telepon dengan Walikota mengenai calon pemenang lelang/ tender, dan kemudian
Wakil Walikota memerintahkan merubah calon pemenang dari CV. Risma Karya
pemenang tanpa melakukan evaluasi ulang, dari semula CV. Risma Karya
menelpon Ketua Panitia dengan menggunakan handphone milik Plt. Kepala RSU
Kota Pematang Siantar, agar Panitia menetapkan CV. Kreasi Multy Poranc
sebagai pemenang dan meminta persetujuan dari Walikota, Wakil Walikota dan
Plt. Kepala RSU. Kota Pematang Siantar yang dituangkan dalam bentuk
disposisi.
89
bahwa Walikota sudah mengetahui sejak awal adanya permasalahan dalam
untuk PT. Pembangunan Delima Murni dan CV. Sumber Mulya, penyusunan
perusahaan tersebut, tidak diakui kebenarannya oleh Kantor Akuntan Drs. Biasa
berkomunikasi dengan Wakil Walikota, serta pengakuan Plt. Kepala RSU. Kota
RSU. Kota Pematang Siantar dan Ketua Panitia, agar memenangkan CV. Kreasi
Multy Poranc.
mengikuti tender perbaikan bangsal RSU. Kota Pematang Siantar yang dilakukan
90
persaingan semu antara CV. Kreasi Multy Poranc, PT. Pembangunan Delima
Perubahan calon pemenang dari CV. Risma Karya ke CV. Kreasi Multy
ratus delapan puluh satu juta empat ratus empat puluh ribu rupiah) dan RSU.
diajukan oleh CV. Kreasi Multy Poranc lebih mahal Rp. 381.440.000,00 (tiga
ratus delapan puluh satu empat ratus empat puluh ribu rupiah) merupakan
dilanggar, yaitu :
1. Pelaku Usaha;
Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan
Bahwa yang dimakud dengan pelakuusaha dalam perkara ini adalah CV.
147.
Pasal 1 Angka (5) UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
148.
KPPU, Putusan Perkara No. : 06 / KPPU-L / 2006 Tentang Perbaikan Bangsal RSU Kota
Pematang Siantar Tahun Anggaran 2005.
91
2. Bersekongkol;
pihak lain atas inisiatif siapapun dan dengan cara apapun dalam upya
sesama peserta tender dengan pihak lain, dalam hal ini Panitia Tender, Plt.
Kepala RSU. Kota Pematang Siantar, Wakil Walikota, dan Walikota Pematang
CV. Kreasi Multy poranc, PT. Pembangunan Delima Murni, dan CV.
Sumber Mulya;
Walikota;
149.
KPPU. Pedoman Pasal 22 Tentang Larangan Persekongkolan dalam Tender. Op cit. h.
8.
150.
KPPU, Putusan Perkara. Loc cit.
92
f. Panitia Tender mengubah usulan calon pemenang lelang atas perintah
Siantar; dan
g. Tindakan Plt. Kepala RSU. Kota Pematang Siantar dan Panitia Tender
3. Pihak Lain;
Pihak Lain adalah para pihak yang terlibat dalam proses tender yang
melakukan persekongkolan tender baik pelaku usaha sebagai peserta tender dan
Yang dimaksud pihak lain pada perkara ini adalah PT. Pembangunan
Delima Murni, CV. Sumber Mulya, Walikota, Wakil Walikota, Plt. Kepala RSU.
PAN-RSU/ X/ 2005 yang dimaksud dengan tender dalam perkara ini adalah
151.
KPPU. Pedoman Pasal 22 Tentang Larangan Persekongkolan dalam Tender. Op cit.
152.
KPPU. Putusan Perkara. Op cit.
153.
KPPU. Pedoman Pasal 22 Tentang Larangan Persekongkolan dalam Tender. Loc cit.
154.
KPPU. Putusan Perkara. Loc cit.
93
Hasudungan Nainggolan mempersiapkan dokumen penawaran CV. Kreasi
Multy Poranc, PT. Pembangunan Delima Murni, dan CV. Sumber Mulya. Surat
penawaran tersebut mempunyai kesamaan format dan bahasa dan mengatur harga
penawaran CV. Kreasi Multy Poranc lebih rendah dari PT. Pembangunan Delima
Murni dan CV. Sumber Mulya untuk memenangkan CV. Kreasi Multy Poranc. Ia
juga merubah Akta CV. Kreasi Multy Poranc dengan tujuan hanya untuk
Walikota dan Wakil Walikota memerintahkan Plt. Kepala RSU. Kota Pematang
Siantar dan Panitia Tender untuk mengubah usulan calon pemenang dan
menetapkan CV. Kreasi Multy Poranc sebagai pemenang dan arahan dari
Walikota dan Wakil Walikota dilaksanakan oleh Plt. Kepala RSU. Kota
Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antara pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha.156
Nainggolan adalah perbuatan curang dan tidak jujur dalam rangka bersaing
155.
Ibid.
156.
Pasal 1 Angka (6) UU No. 5 Tahun 1999. Op cit.
157.
KPPU. Putusan Perkara. Op cit.
94
Tindakan meminjam perusahaan melanggar ketentuan Keppres. No. 80
delapan puluh satu juta empat ratus empat puluh ribu rupiah);
Akta Notaris untuk mengikuti tender seperti yang dilakukan oleh CV.
Kreasi Multy Poranc, PT. Pembangunan Delima Murni, dan CV. Sumber
Mulya adalah perilaku yang tidak sesuai dengan Keppres. No. 80 Tahun
4. Tindakan Plt. Kepala RSU. Kota Pematang Siantar dan Panitia Tender
Walikota.
158.
Ibid.
159.
Ibid.
160.
Ibid.
95
1. Meminta kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk
Rp. 381.440.000,00 (tiga ratus delapan puluh satu juta empat ratus empat
hukum;
bendera);
sanksi administratif kepada Plt. Kepala RSU. Kota Pematang Siantar dan
5. Meminta kepada atasan langsung dari Plt. Kepala RSU. Kota Pematang
Siantar dan Panitia agar tidak menjatuhkan sanksi kepada Plt. Kepala
96
6. Menyatakan bahwa Terlapor I, Iswan Lubis, SH selaku Plt. Kepala RSU.
RSU. Kota Pematang Siantar, dan Terlapor VII, Drs. Imal Raya Harahap
Tahun 1999;
Tahun 1999;
9. Menghukum Terlapor III, CV. Kreasi Multy Poranc, Terlapor IV, PT.
(dua) tahun anggaran sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap;
dan
Kota Pematang Siantar selama 1 (satu) tahun anggaran sejak putusan ini
negara sebesar Rp. 75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah) yang
97
Departemen Keuangan Direktoran Jenderal Perbendaharaan Kantor
Jl. Ir. H. Juanda No. 19, Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan
atas tender pengadaan barang/ jasa dengan kegiatan perbaikan bangsal RSU. Kota
Pematang Siantar.
98
BAB V
A. Kesimpulan
Dari penjelasan bab demi bab pada skripsi ini maka penulis
menyimpulkan bahwa :
berlangsung sia-sia.
3. Dari kasus-kasus yang diterima oleh KPPU hanya segelintir yang dapat
masuk ke KPPU tidak bisa terselesaikan karena perkara yang masuk lebih
99
Demikianlah kesimpulan atas skripsi yang berjudul Peranan dan Fungsi
B. Saran
sebagai berikut :
pada KPPU.
undangan yang ada. Apabila dipatuhi saja maka tidak ada yang
100
menyimpang dan setiap tender yang dilaksanakan menjadi lebih jujur dan
Demikianlah saran yang penulis ajukan untuk kiranya agar dapat menjadi
101
DAFTAR PUSTAKA
Fuady, Munir. Hukum Anti Monopoli. Citra Aditya Bakti. Bandung. 1999.
Hidayat, Komaruddin. Tool Kit Anti Korupsi dalam Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah. http://kormonev.org/data/toolkitbarang.pdf. ADB Project
Public Relations Activities in Support of Government’s Anticoruption
Efforts. Jakarta. 2005.
Keputusan KPPU No. 6/ KPPU/ Kep./ XI/ 2000 Tentang Kode Etik dan
Mekanisme Kerja KPPU.
Kompetisi. The 2nd Asean Conference on Competition Policy and Law. Edisi II.
Jakarta. 2006.
102
Martua, Soy. Persekongkolan Tender di Tahun 2006 Masih Marak.
www.tempointeraktif.co.id. Jakarta. 2006.
Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No. 1 Tahun 2006 Tentang Tata
Cara Penanganan Perkara di KPPU.
Rizal, Syamsul. Analisis Yuridis dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN). USU
Digital Library. Medan. 2003.
103
Subekti, R., dan R. Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Pradnya Paramita. Jakarta 1979.
Wibowo, Destivano dan Harjon Sinaga. Hukum Acara Persaingan Usaha. Raja
Grafindo Persada. Jakarta. 2005.
Yani, Ahmad dan Gunawan Widjaja. Seri Hukum Bisnis Anti Monopoli.PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta. 1999.
104