You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kurikulum merupakan salah satu komponen dalam pendidikan. Komponen ini
merupakan inti dari bidang pendidikan tersebut dan memiliki pengaruh terhadap seluruh
kegiatannya. Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa kualitas pendidikan itu
bergantung pada kualitas dari kurikulum yang diterapkan di dalamnya.
Kurikulum merupakan salah satu komponen dalam pendidikan yang dinamis, fleksibel,
dan senantiasa berkembang. Dalam setiap pergantian kepemimpinan di pemerintahan, dapat
kita amati bahwa pergantian kurikulum pun tidak luput akan terjadi dalam pendidikan. Hal ini
sangat dimaklumi karena memang setiap kepemimpinan akan memiliki kebijakan yang
berbeda.
Masih hangat dalam pikiran kita bagaimana kurikulum satu berganti dengan kurikulum
yang lain. Banyak komentar dan peristiwa menyeruak sehubungan dengan hal ini. Misalnya
saja bagaimana para pelaku kebijakan tersebut terseok-seok (karena saking cepat
bergantinya) mengikuti setiap perubahan yang terjadi. 
Mengingat hal tersebut serta pentingnya peran kurikulum dalam pendidikan pada
khususnya dan kehidupan manusia pada umumnya, maka penyusunan kurikulum tidak dapat
dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan
yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang
mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat
berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dan dengan sendirinya, akan
berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan
utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2) psikologis; (3) sosial-budaya;
dan (4) ilmu pengetahuan dan teknologi. Keempat landasan tersebut memiliki peran
spesifiknya sesuai fokus dari bidang-bidang tersebut. Untuk lebih jelasnya, dalam makalah
ini akan diungkapkan uraian mengenai keempat landasan tersebut.

1
B. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah tentang landasan (pengembangan) kurikulum ini adalah
sebagai berikut:
1. Agar penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya bisa lebih memahami
landasan-landasan atau patokan yang mutlak harus diperhatikan dalam penyusunan
atau pun perevisian kurikulum.
2. Untuk menanamkan pengertian agar penulis dan pembaca lebih bijak dalam
menanggapi segala dinamika yang terjadi di dunia pendidikan terutama terkait
pergantian kurikulum.

C. SISTEMATIKA
Sistematika penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sistematika
BAB II ISI
A. Landasan Filosofis
B. Landasan Psikologis
C. Landasan Sosiologis
D. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
BAB III KESIMPULAN

2
BAB II

ISI

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai pendidikan tertentu. Kurikulum merupakan inti dari bidang
pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat
pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan
kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan
landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang
mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat
berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat
pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan
utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2) psikologis; (3) sosial-budaya;
dan (4) ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan
secara ringkas keempat landasan tersebut.

A. LANDASAN FILOSOFIS
Pendidikan senantiasa berhubungan dengan manusia apakah sebagai subjek, sebagai
objek maupun sebagai pengelola. Berarti dalam pendidikan selalu ada interaksi antar
manusia, dalam interaksinya tentu saja ada tujuan-tujuan atau sasaran yang harus dicapai, ada
materi atau bahan yang diinteraksikan, serta ada proses yang ditempuh dalam
menginteraksikannya dan ada kegiatan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana proses dan
hasil telah tercapai. Untuk merumuskan dan mengembangkan setiap aspek dimensi
kurikulum tersebut diperlukan jawaban-jawaban atau pemikiran yang mendalam, mendasar,
serta menyeluruh, dengan kata lain menggunakan pemikiran filosofis. Karena secara harfiah
filsafat berarti “cinta akan kebijakan”, untuk mencintainya secara bijak tentunya harus
memiliki pengetahuan yang mana pengetahuan itu diperoleh melalui proses berpikir yang
mendalam, logis dan sistematis.

Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum ialah rumusan yang didapatkan


dari hasil berfikir secara mendalam, analitis, logis dan sistematis dalam merencanakan,

3
melaksanakan, membina, dan mengembangkan kurikulum baik dalam bentuk kurikulum
sebagai rencana, terlebih kurikulum dalam bentuk pelaksanaan di sekolah.

a. Filsafat pendidikan
Filsafat pendidikan adalah suatu pemikiran-pemikiran filsafat untuk diterapkan untuk
memecahkan masalah dalam sistem pendidikan. Radja Mudyahardjo (1989)
mengemukakan bahwa pendidikan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh tiga sistem
pemikiran filsafat, yaitu:

- Filsafat idealisme
Para filosof idealisme mengemukakan bahwa realitas hakikatnya bersifat spiritual.
Tujuan pendidikan berdasarkan aliran idealisme ini adalah pengembangan karakter,
pengembangan bakat insani, dan kebajikan sosial. Sedangkan kurikulumnya diorganisasi
menurut mata pelajaran (subject matter) dan berpusar pada materi pelajaran (subject
centered). Metode pendidikan yang digunakan adalah metode dialektik, namun demikian
tiap metode yang mendorong belajar dapat diterima, dan cenderung mengabaikan dasar-
dasar fisiologis untuk belajar. Adapun orientasi pendidikan Idealisme adalah
esensialisme.

- Filsafat realisme
Para filosof realisme umumnya memandang dunia dalam pengertian materi yang hadir
dengan sendirinya dan tertata dalam hubungan-hubungan yang teratur di luar campur
tangan manusia. Tujuan pendidikan berdasarkan aliran realisme ini adalah untuk
penyesuaian diri dalam hidup dan mampu melaksanakan tanggung jawab sosial.
Kurikulum berdasarkan realisme, harus bersifat komperhensif yang berisi sains
matematika, ilmu-ilmu kemanusiaan dan ilmu sosial, serta nilai-nilai. Sedangkan metode
yang digunakan hendaknya bersifat logis dan psikologis. Pembiasaan merupakan metode
utama bagi penganut realisme. Adapun orientasi pendidikan realisme adalah
essensialisme.

- Filsafat fragmatisme
Menurut aliran pragmatisme tujuan pendidikan adalah pertumbuhan sepanjang hayat,
proses rekonstruksi yang berlangsung terus menerus dari pengalaman yang terakumulasi
dan sebuah proses sosial. Tujuan pendidikan tidak ditentukan dari luar dan tidak ada
tujuan akhir pendidikan. Tujuan pendidikan adalah memperoleh pengalaman yang

4
berguna untuk mampu memecahkan masalah-masalah baru dalam kehidupan individual
maupun sosial. Kurikulum menurut pragmatisme berisi pengalaman-pengalaman yang
telah teruji, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, tidak memisahkan
pendidikan liberal dan pendidikan praktis. Kurikulum mungkin berubah, warisan-warisan
sosial dari masa lalu tidak menjadi fokus perhatian. Pendidikan terfokus pada kehidupan
yang baik pada saat ini dan masa datang bagi individu, dan secara bersamaan masyarakat
dikembangkan. Kurikulum bersifat demokratis. Metode yang digunakan mengutamakan
pemecahan masalah, penyelidikan, dan penemuan. Orientasi pendidikan pragmatisme
adalah progresivisme.

b. Filsafat dan tujuan pendidikan


Pandangan hidup manusia yang mendasar yaitu:

- Logika
- Etika
- Estetika
Filsafat menjadi landasan dalam membantu peserta didik dalam mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, tujuan pendidikan yang hendak dicapai
oleh suatu bangsa atau individu dipengaruhi oleh filsafat yang dianutnya.

Lima sumber kajian dalam merumuskan tujuan pendidikan menurut Herbert


Spencer (Nasution 1982)

1) Self – Preservation
2) Securing the necessities of life
3) Rearing of family
4) Maintaining proper social and political relationship
5) Enjoying leisure time
The United State Office of Education (1918) telah menyusun tujuan pendidikan
melalui “Seven Cardinal Principles” yaitu:

1) Health
2) Command of fundamental processes
3) Worthy home membership
4) Vocational efficiency
5) Citizenship

5
6) Worthy use of leisure
7) Satisfaction of religious needs
Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 2 dan 3 filsafat dari pendidikan nasional Indonesia
adalah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945. Selain itu menurut rumusan tersebut pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggungjawab.

c. Manfaat Filsafat Pendidikan


1) Filsafat dapat menjadi petunjuk tenang tujuan pendidikan di sekolah.
2) Filsafat dapat menggambarkan individu yang akan terbentuk dari usaha-usaha
pendidikan.
3) Filsafat menjadikan usaha-usaha pendidikan memilik keterikatan satu sama lain.
4) Tujuan pendidikan memberikan gambaran tentang tingkat keberhasilan usaha
pendidikan.
5) Tujuan pendidikan memberi suatu motivasi dalam kegiatan-kegiatan pendidikan.

d. Kurikulum dan Filsafat Pendidikan


Pada hakikatnya kurikulum dibuat untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Becher
dan Maclure dalam perkembangan kurikulum terdapat enam dimensi pendekatan
nasional, yaitu:

1) Kerangka tujuan yang jelas tentang hubungan antara tujuan pendidikan nasional dan
program pendidikan.
2) Hubungan antara pengembangan kurikulum pendidikan nasional dengan reformasi
social politik Negara.
3) Mekanisme pengawasan dari kebijakan kurikulum yang ditempuh.
4) Mekanisme pengawasan dari pengembangan dan aplikasi kurikulum di sekolah.
5) Metode menuju pembangunan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan.
6) Penelaahan derajat desentralisasi dari implikasi kurikulum sekolah.

6
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya
seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti:
perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam
pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran-aliran filsafat tertentu,
sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.
Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang
isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
a. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan
dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih
penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut
faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat
pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian
pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota
masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap
sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat.
Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
c. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang
hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya
sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia ? Apa pengalaman
itu ?
d. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual,
berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme
merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
e. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada
rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping
menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme,
rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis
dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan
masalah, dan melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar
dari pada proses.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang
mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat
progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi.

7
Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model
Kurikulum Interaksional.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri.
Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat
cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan
berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada
beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan
dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat
rekonstruktivisme.

B. LANDASAN PSIKOLOGIS
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua
bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi
perkembangan dan (2) psikologi belajar.
a) Perkembangan peserta didik dan kurikulum
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat
perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas
perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu,
yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan
kurikulum.
Implikasi dari pandangan tentang anak sebagai makhluk yang unik terhadap
pengembangan kurikulum, yaitu:
1. Setiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat minat dan
kebutuhannya.
2. Disediakan pelajaran pilihan yang sesuai dengan minat anak selain pelajaran umum
yang wajib dipelajari setiap anak didik.
3. Kurikulum disamping menyediakan bahan ajar yang bersifat kejurusan juga
menyediakan bahan ajar yang bersifat akademik.
4. Kurikulum memuat tujuan-tujuan yang mengandung pengetahuan, nilai/sikap, dan
keterampilan yang menggambarkan keseluruhan pribadi yang utuh.
Implikasi dari pengetahuan tentang anak terhadap proses pembelajaran (actual
curriculum), yaitu:

8
1. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu berpusat pada
perubahan tingkah laku peserta didik.
2. Bahan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan.
3. Strategi belajar mengajar yang digunakan harus sesuai dengan taraf perkembangan
anak.
4. Media yang dipakai senantiasa dapat menarik perhatian dan minat anak.
5. Dijalankan secara terus menerus.

b) Psikologi belajar dan kurikulum


Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam
konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar,
serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
Psikologi atau teori belajar yang berkembang pada dasarnya dapat dikelompokan ke
dalam tiga rumpun, yaitu:
1. Teori Daya (Disiplin Mental/Faculty Theory)
Menurut teori ini, sejak lahir (hereditas) anak telah memiliki potensi-potensi atau
daya-daya tertentu yang mesing-masing memiliki fungsi tertentu, seperti potensi
mengingat, daya piker, daya memecahkan masalah dan lain-lain.
2. Teori Behaviorisme
Teori ini berasumsi bahwa individu tidak membawa potensi sejak lahir. Belajar pada
dasrnya merupakan hubungan antara stimulus – respon. Belajar merupakan upaya untuk
membentuk hubungan stimulus – respon sebanyak-banyaknya.
3. Teori Organismik atau Gestalt
Teori ini mengacu pada pengertian bahwa keseluruhan lebih bermakna daripada
bagian, keseluruhan bukan kumpulan dari bagian-bagian. Manusia dianggap sebagai
organism yang melakukan hubungan timbale balik dengan lingkungan secara
keseluruhan, hubungan ini dijalin oleh stimulus dan respon. Teori ini banyak
mempengaruhi praktik pengajaran di sekolah karena memiliki prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a. Belajar berdasarkan keseluruhan
b. Belajar adalah pembentukan keperibadian
c. Belajar berkat pemahaman
d. Belajar berdasarkan pengalaman

9
e. Belajar adalah suatu proses perkembangan
f. Belajar adalah suatu proses berkelanjutan
Masih berkenaan dengan landasan psikologis, Ella Yulaelawati memaparkan teori-
teori psikologi yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dengan mengutip
pemikiran Spencer, Ella Yulaelawati mengemukakan pengertian kompetensi bahwa
kompetensi merupakan “karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan
kausal dengan referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang terbaik dalam
pekerjaan pada suatu situasi“.
Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu :
a) motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan
untuk melakukan suatu aksi.
b) bawaan; yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten berbagai situasi
atau informasi.
c) konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang;
d) pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang; dan
e) keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.
Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber daya
manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih tampak pada
permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi
dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Kompetensi permukaan
(pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan. Pelatihan merupakan hal tepat
untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit
untuk dikenali dan dikembangkan. Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, E.
Mulyasa (2002) menyoroti tentang aspek perbedaan dan karakteristik peserta didik,
Dikemukakannya, bahwa sedikitnya terdapat lima perbedaan dan karakteristik peserta didik
yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu : (1) perbedaan tingkat
kecerdasan; (2) perbedaan kreativitas; (3) perbedaan cacat fisik; (4) kebutuhan peserta didik;
dan (5) pertumbuhan dan perkembangan kognitif.

C. LANDASAN SOSIOLOGIS

Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia yang
berbudaya. Dalam konteks inilah anak didik dihadapkan dengan budaya manusia, dibina, dan

10
dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya, serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi
manusia.
1. Kebudayaan dan Kurikulum
Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam pengembangan
kurikulum dengan pertimbangan:
a) Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap,
pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya. Semua itu dapat diperoleh
individu melalui interaksi dengan lingkungan budaya, keluarga, masyarakat sekitar,
dan tentu sajaa sekolah/lembaga pendidikan. Oleh karena itu, sekolah/lembaga
pendidikan mempunyai tugas khusus untuk memberikan pengalaman kepada para
peserta didik dengan salah satu alat yang disebut kurikulum.
b) Kurikulum dalam setiap masyarakat pada dasarnya merupakan refleksi dari cara
orang berpikir, berasa, bercita-cita, atau kebiasaan-kebiasaan. Karena itu, dalam
mengembangkan suatu kurikulum perlu memahami kebudayaan. Kebudayaan
adalah pola kelakuan yang secara umum terdapat dalam satu masyarakat yang
meliputi seluruh ide, cita-cita, pengetahuan, kepercayaan, cara berpikir, kesenian,
dan lain-lain.
c) Seluruh nilai yang telah disepakati masyarakat dapat pula disebut kebudayaan.
Oleh karena itu, kebudayaan dapat dikatakan sebagai suatu konsep yang memiliki
kompleksitas tinggi. Kebudayaan adalah hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang
diwujudkan dalam tiga gejala, yaitu:
1) Ide, konsep, gagasan , nilai, norma, peraturan, dan lain-lain. Wujud
kebudayaan ini bersifat abstrak dan adanya dalam alam pikiran manusia dan
warga masyarakat di tempat kebudayaan itu berada.
2) Kegiatan, yaitu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Tindakan ini
disebut sistem sosial, aktivitas manusia sifatnya konkrit, bisa dilihat dan
diobservasi. Tindakan berpola manusia tentu didasarkan oleh wujud
kebudayaan yang pertama. Artinya, sistem sosial dalam bentuk aktivitas
manusia merupakan refleksi dari ide, konsep, gagasan, nilai, dan norma yang
telah dimilikinya.
3) Benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan yang ketiga ini ialah seluruh
fisik perbuatan atau hasil karya manusia di masyarakat. Oleh karena itu, wujud
kebudayaan yang ketiga ini adalah produk dari wujud kebudayaan yang
pertama dan kedua.

11
Pendidikan umum yang ada di sekolah pada dasarnya bermaksud mendidik anggota
masyarakat agar dapat hidup berintegrasi dengan anggota masyarakat yang lain. Hal ini
membawa implikasi bahwa kurikulum sebagai salah satu alat mencapai tujuan pendidikan
bermuatan kebudayaan yang bersifat umum pula, seperti: nilai-nilai, sikap-sikap,
pengetahuan, kecakapan, dan kegiatan yang bersifat umum yang sangat penting bagi
kehidupan masyarakat.
Selain pendidikan yang bermuatan kebudayaan yang bersifat umum di atas, terdapat
pula pendidikan yang bermuatan kebudayaan khusus, yaitu untuk aspek-aspek kehidupan
tertentu dan berkenaan dengan kelompok yang sifatnya vokasional. Keadaan seperti itu
menuntut kurikulum yang bersifat khusus pula. Misalnya, untuk pendidikan vokasional,
biasanya berkenaan dengan latar belakang pendidikan, status ekonomi, dan cita-cita tertentu,
sehingga mempunyai batas waktu dan daerah ajar tertentu pula.

2. Masyarakat dan Kurikulum


Masyarakat adalah suatu kelompok individu yang diorganisasikan oleh mereka sendiri
ke dalam kelompok-kelompok yang berbeda. Kebudayaan hendaknya dibedakan dengan
istilah masyarakat yang mempunyai arti suatu kelompok individu yang terorganisir yang
berpikir tentang dirinya sebagai suatu yang berbeda dengan kelompok atau masyarakat
lainnya. Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri. Dengan demikian, yang
membedakan masyarakat yang satu dengan yang lainnya adalah kebudayaan. Hal ini
mempunyai implikasi bahwa apa yang menjadi keyakinan pemikiran seseorang, reaksi
terhadap perangsang sangat tergantung kepada kebudayaan dimana ia dibesarkan.
Menurut Daud Yusuf (1982) menyatakan bahwa sumber nilai yang ada dalam
masyarakat untuk dikembangkan melalui proses pendidikan ada tiga, yaitu: logika, estetika,
dan etika. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan adalah nilai-nilai yang bersumber pada logika
(pikiran). Sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pada
hakikatnya adalah hasil kebudayaan manusia maka kehidupan manusia semakin luas dan
meningkat sehingga tuntutan hidup pun semakin tinggi.
Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup ini sehingga dapat mempersiapkan
anak didik untuk hidup wajar sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat. Dalam
konteks inilah kurikulum sebagai program pendidikan harus dapat menjawab tantangan dan
tuntutan masyarakat. Untuk dapat menjawab tuntutan tersebut bukan hanya pemenuhan dari
segi isi kurikulum saja melainkan juga dari segi pendekatan dan strategi pelaksanaannya.
Oleh karena itu, guru, para pembina, dan pelaksana kurikulum dituntut untuk lebih peka

12
mengantisipasi perkembangan masyarakat, agar apa yang diberikan kepada siswa relevan dan
berguna bagi kehidupan siswa di masyarakat.
Teori, prinsip, dan hukum yang terdapat dalam semua ilmu pengetahuan yang ada
dalam kurikulum tersebut penerapannya harus disesuaikan dengan kondisi sosial budaya di
masyarakat setempat, sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa lebih bermakna dalam
hidupnya. Pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan kebutuhan masyarakat dan
perkembangan masyarakat. Tyler (1946), Taba (1963), Tanner dan Tanner (1984)
menyatakan tuntutan masyarakat adalah salah satu dasar dalam pengembangan kurikulum.
Calhon, Light, dan Keller (1997) memaparkan tujuh fungsi sosial pendidikan, yaitu:
a) Mengajarkan keterampilan
b) Mentransmisikan budaya
c) Mendorong adaptasi lingkungan
d) Membentuk kedisiplinan
e) Mendorong bekerja berkelompok
f) Meningkatkan perilaku etik, dan
g) Memilih bakat dan memberi penghargaan prestasi
Perubahan sosial budaya, perkembangan IPTEK dalam suatu masyarakat akan
mengubah pola kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat juga dipengaruhi oleh kondisi
dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat kota berbeda dari masyarakat desa, masyarakat
tradisional berbeda dari masyarakat modern.
Adanya perbedaan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya sebagian besar
disebabkan oleh kualitas individu-individu yang menjadi anggota masyarakat tersebut. Oleh
karena itu, pengembangan kurikulum yang hanya berdasarkan pada keterampilan dasar saja
tidak akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat modern yang bersifat teknologis dan
mengglobal.
Pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan individu yang
mencakup keterkaitannya dengan lingkungan sosial setempat. Lingkungan sosial budaya
merupakan sumber daya yang mencakup kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan uraian di atas, sangatlah penting memperhatikan faktor kebutuhan masyarakat
dalam pengembangan kurikulum. Salah satu ciri masyarakat adalah selalu berkembang.
Perkembangan masyarakat dipengaruhi oleh falsafah hidup, nilai-nilai, IPTEK, dan
kebutuhan yang ada dalam masyarakat. Perkembangan masyarakat menuntut tersedianya
proses pendidikan yang relevan. Untuk terciptanya proses pendidikan yang sesuai dengan

13
perkembangan masyarakat maka diperlukan rancangan berupa kurikulum yang landasan
pengembangannya memperhatikan faktor perkembangan masyarakat.
Terkait landasan sosiologis ini, terdapat beberapa sumber inti penyusunan kurikulum,
yaitu:
a) Bertolak dari kehidupan dan pekerjaan orang tua
b) Menjadi luas, meliputi semua unsur kebudayaan
c) Bersumber pada anak: kebutuhan, perkembangan, dan minat
d) Berdasarkan pengalaman kurikulum yang sebelumnya
e) Kekuasaan sosial dan politik
Tujuan yang paling umum dari pendidikan adalah menyiapkan generasi muda untuk
menjadi orang dewasa, anggota masyarakat yang produktif. Hal ini menunjukkan adanya
tuntutan individual dan sosial dari orang dewasa. Pendidikan dari masyarakat yang satu
dengan masyarakat yang lain berbeda karena dipengaruhi oleh budaya masing-masing.
Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan, pendidikan merupakan proses pembudayaan.
Pendidikan bersifat pribadi dan sosial. Bersifat pribadi karena hasil akhirnya berupa
pembentukan pribadi individu itu sendiri. Bersifat sosial karena proses pendidikan
berlangsung dalam situasi sosial dan pendidikan diarahkan agar anak mampu bertingkah laku,
berbuat, dan hidup secara baik dalam berbagai situasi dan lingkungan sosial.  
Kaitannya dengan hal di atas, kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan
pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil
pendidikan, dan sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa pendidikan juga
merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat.
Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut
di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun
informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula.
Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi
landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan. Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan
muncul manusia-manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru
melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan
masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan
dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di
masyakarakat.

14
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem sosial budaya tersendiri
yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antaranggota masyarakat. Salah satu aspek
penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara
berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber
dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat
tersebut juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan
perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar
masyarakat.
Israel Scheffer (1958) mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal
peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa
yang akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya
mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial budaya dalam
suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.
Dalam pengembangan kurikulum hendaknya landasan sosiologis ini menjadi satu
pertimbangan atau rambu-rambu agar perubahan-perubahan yang dibuat tidak membuat
pendidikan itu melenceng atau bahkan keluar dari esensi dan tujuan awalnya, berdasarkan
tinjauan aspek sosial budaya. Tidaklah relevan manakala output dari dunia pendidikan itu
hanya memiliki kemampuan akademik tanpa disertai dengan kemampuan hidup dalam
masyarakat.
Lebih jauh lagi, output tersebut haruslah memiliki kemampuan untuk melestarikan serta
mengembangkan kekayaan sosial budaya yang amat melimpah di lingkungan masyarakatnya.
Begitulah, dan bukan malah segala kekayaan itu justru punah setelah diwariskan ke tangan
mereka.

D. LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI


Ilmu Pengetahuan adalah suatu proses pemikiran dan analisis yang rasional, logik,
konsisten, dan tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, yang
selalu dapat diperiksa dan dikontrol dengan kritis oleh setiap orang yang ingin
mengetahuinya.

Teknologi adalah pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu masalah dengan cara
mengerahkan semua alat yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala nilai yang ada.

15
Teknologi adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan ilmiah dan ilmu-ilmu lainnya untuk
memecahkan masalah-masalah praktis.

Dalam mengembangkan kurikulum, salah satu prinsip yang perlu diperhatikan adalah
"sesuai dengan kebutuhan". Kurikulum sebagai salah satu komponen dari sistem pendidikan
selalu mendapat sorotan masyarakat termasuk pejabat, ilmuwan, kalangan industri, orang tua
dan lain-lain yang merasa berkepentingan dengan hasil-hasil pendidikan.

a) Beberapa hal yang melatarbelakangi dijadikannya IPTEK sebagai Landasan Kurikulum :


 Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-alat hasil industri
seperti televisi, radio, video, komputer, dan peralatan lainnya.
 Pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi masa depan

 Perubahan masyarakat & IPTEK yang semakin pesat

b) Tujuan Dijadikannya IPTEK sebagai Landasan Pengembangan Kurikulum


 Membuat pelajar-pelajar di negeri kita dapat bersaing dan mengejar ketertinggalan
dari pelajar di negeri maju tanpa perlu kehilangan nilai-nilai kemanusiaan dan budaya
yang kita miliki.
 Membekali dan mengarahkan peserta didik di jenjang pendidikan dasar guna menuju
masyarakat yang "melek teknologi" yaitu bercirikan mampu mengenal, mengerti,
memilih, menggunakan, memelihara, memperbaiki, menilai, menghasilkan produk
teknologi sederhana, dan peduli terhadap masalah yang berkaitan dengan teknologi.
 Memperkuat kurikulum yang dihasilkan.

 Mengembangkan dan melahirkan IPTEK untuk lebih memajukan peradaban manusia.

Agar perolehan peserta didik menjadi bermakna, maka pendidikan dengan


berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dirancang dengan pendekatan
pembelajaran yang mengutamakan kemampuan memecahkan masalah, mampu berpikir
alternatif, dan mampu menilai sendiri hasil karyanya dengan pendekatan empat pilar belajar,
yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.

(1) learning to know, yaitu peserta didik akan dapat memahami dan menghayati
bagaimana suatu pengetahuan dapat diperoleh dari fenomena yang terdapat dalam
lingkungannya.

16
(2) learning to do, yaitu menerapkan suatu upaya agar peserta didik menghayati proses
belajar dengan melakukan sesuatu yang bermakna,

(3) learning to be, yaitu proses pembelajaran yang memungkinkan lahirnya manusia
terdidik yang mandiri, dan

(4) learning to live together, yaitu pendekatan melalui penerapan paradigma ilmu
pengetahuan, seperti pendekatan menemukan dan pendekatan menyelidik akan
memungkinkan peserta didik menemukan kebahagiaan dalam belajar. Soedijarto
(2000: 69)

Perkembangan dunia iptek yang demikian pesatnya telah membawa manfaat luar
biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Dengan telah ditemukannya formulasi-
formulasi baru aneka kapasitas komputer seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan
otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktivitas manusia. Kemajuan IPTEK yang
telah kita capai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak
kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Perkembangan IPTEK, secara
langsung akan menjadi isi/materi pendidikan. Sedangkan secara tidak langsung memberikan
tugas kepada pendidikan untuk membekali masyarakat dengan kemampuan pemecahan
masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selain itu juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.

c) Dampak positif dan dampak negatif dari perkembangan IPTEK dilihat dari berbagai
bidang: 
1. Bidang Informasi dan komunikasi
Dampak Positif :

a. Kita akan lebih cepat mendapatkan informasi-informasi yang akurat dan terbaru di
bumi bagian manapun melalui  internet.
b. Kita dapat berkomunikasi dengan teman, maupun keluarga yang sangat jauh
hanya dengan melalui handphone.
c. Kita mendapatkan layanan bank dengan sangat mudah.

Dampak Negatif :

b. Pemanfaatan jasa komunikasi oleh jaringan teroris.

17
c. Penggunaan informasi tertentu dan situs tertentu yang terdapat di internet yang
bisa disalah gunakan fihak tertentu untuk tujuan tertentu
d. Kerahasiaan alat tes semakin terancam Melalui internet kita dapat memperoleh
informasi tentang tes psikologi, dan bahkan dapat memperoleh layanan tes
psikologi secara langsung dari internet.
e. Kecemasan teknologi. Kerusakan komputer karena terserang virus, kehilangan
berbagai file penting dalam computer, inilah beberapa contoh stres yang terjadi
karena teknologi.

2. Bidang Ekonomi dan Industri


Dampak Positif :

a. Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi


b. Terjadinya industrialisasi
c. Produktifitas dunia industri semakin meningkat
Dampak Negatif :

a. Terjadinya pengangguran bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai kualifikasi


yang sesuai dengan yang dibutuhkan.
b. Sifat konsumtif sebagai akibat kompetisi yang ketat pada era globalisasi akan juga
melahirkan generasi yang secara moral mengalami kemerosotan: konsumtif, boros
dan memiliki jalan pintas yang bermental “instant”.

3. Bidang Sosial dan Budaya

Dampak Positif :

a. Perbedaan kepribadian pria dan wanita. Banyak pakar yang berpendapat bahwa
kini semakin besar porsi wanita yang memegang posisi sebagai pemimpin, baik
dalam dunia pemerintahan maupun dalam dunia bisnis.
b. Meningkatnya rasa percaya diri. Perkembangan dan kemajuan ekonomi telah
meningkatkan rasa percaya diri dan ketahanan diri  sebagai suatu  bangsa  akan 
semakin  kokoh.  Bangsa-bangsa Barat tidak lagi dapat melecehkan bangsa-
bangsa Asia.

18
c. Tekanan, kompetisi yang tajam di berbagai aspek kehidupan sebagai konsekuensi
globalisasi, akan melahirkan generasi yang disiplin, tekun dan pekerja keras.

Dampak Negatif :

a. Kemerosotan moral di kalangan masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan


pelajar.
b. Kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja semakin meningkat,
semakin lemahnya kewibawaan tradisi-tradisi yang ada di masyarakat, seperti
gotong royong dan tolong-menolong telah melemahkan kekuatan-kekuatan
sentripetal yang berperan penting dalam menciptakan kesatuan sosial.
c. Pola interaksi antar manusia yang berubah. Program internet relay chatting (IRC),
internet, dan e-mail telah membuat orang asyik dengan kehidupannya sendiri.
Melalui program internet relay chatting (IRC), anak-anak bisa asyik mengobrol
dengan teman dan orang asing kapan saja.

4. Bidang Pendidikan
Dampak Positif :

a. Munculnya media massa, khususnya media elektronik sebagai sumber ilmu dan
pusat pendidikan. Dampak dari hal ini adalah guru bukannya satu-satunya sumber
ilmu pengetahuan.
b. Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan siswa
dan guru dalam proses pembelajaran. Sehingga, siswa mampu memahami materi-
materi yang abstrak dengan bantuan teknologi.
c. Sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka.  

Dampak Negatif :

a. Kerahasiaan alat tes semakin terancam. Program tes inteligensi seperti tes Raven,
Differential Aptitudes Test dapat diakses melalui compact disk.. Implikasi dari
permasalahan ini adalah, tes psikologi yang ada akan mudah sekali bocor, dan
pengembangan tes psikologi harus berpacu dengan kecepatan pembocoran melalui
internet tersebut.

19
b. Penyalahgunaan pengetahuan bagi orang-orang tertentu untuk melakukan tindak
kriminal. Contohnya dengan ilmu komputer yang tinggi maka orang akan
berusaha menerobos sistem perbangkan dan lain-lain. 

5. Bidang politik
a. Timbulnya kelas menengah baru. Pertumbuhan teknologi dan ekonomi di kawasan
ini akan mendorong munculnya kelas menengah baru. Kemampuan, keterampilan,
serta gaya hidup mereka sudah tidak banyak berbeda dengan kelas menengah di
negara-negera Barat. Kelas menengah baru ini akan menjadi pelopor untuk
menuntut kebebasan politik dan kebebasan berpendapat yang lebih besar.
b. Proses regenerasi kepemimpinan.
c. Di bidang politik internasional, juga terdapat kecenderungan tumbuh kembangnya
regionalisme. Kemajuan di bidang teknologi komunikasi telah menghasilkan
kesadaran regionalisme. Kesadaran itu akan terwujud dalam bidang kerjasama
ekonomi, sehingga regionalisme akan melahirkan kekuatan ekonomi baru.

20
BAB III

KESIMPULAN
Suatu kurikulum hendaknya mempunyai landasan yang kuat, hal ini penting guna
terwujudnya kurikulum yang baik. Kurikulum yang baik ini jelas akan berimbas pada
pelaksanaan pendidikan yang baik juga. Ada empat landasan utama yang mendasari
terwujudnya suatu kurikulum yang baik, di antaranya landasan filosofis, landasan psikologis,
landasan sosiologis, serta landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Landasan filosofis adalah rumusan yang didapatkan dari hasil berfikir secara
mendalam, analitis, logis dan sistematis dalam merencanakan, melaksanakan, membina, dan
mengembangkan kurikulum baik dalam bentuk kurikulum sebagai rencana, terlebih
kurikulum dalam bentuk pelaksanaan di sekolah. Landasan psikologis berguna sebagai acuan
dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku peserta didik itu harus dkembangkan.
Landasan sosiologis harus dikembangkan dalam menyusun kurikulum berguna menyiapkan
generasi muda untuk menjadi orang dewasa anggota masyarakat yang produktif serta mampu
bertingkah laku, berbuat dan hidup secara baik dalam berbagai situasi dan lingkungan sosial.
Adapun landasan ilmu pengetahuan dan teknologi selain untuk memecahkan masalah
pendidkan yang sering dihadapi juga untuk memebekali peserta didik guna menuju
masyarakat yang ”melek teknologi”.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2009). ” Dampak-Teknologi-Terhadap-Kehidupan-Manusia” (online). Diambil


dari: http://kaltarabloggers.aimoo.com/Artikel-Paper-Karya-Ilmiah-Makalah-Tugas-
Akhir- TA Skripsi-Tesis. [13 Februari 2010]

Subkoordinator MKDP Landasan Pendidikan. 2008. Landasan Pendidikan. Bandung :


Universitas Pendidikan Indonesia

Sudrajat, Akhmad. 2009. “Landasan Kurikulum” (online). Diambil dari:


http://akhmadsudrajat.blogspot.com/Let’s Talk about Education. [7 Februari 2010]

Susilana, Rudi. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Universitas Pendidikan


Indonesia

22

You might also like