You are on page 1of 11

A.

PENGERTIAN DARAH

Darah adalah jaringan cair yang terdsiri darai dua bagian, yakni bahan interseluler dan
sejumlah bahan organik. Volume dari darah secara keseluruhan sekitar satu perdua belas dari
berat badan atu lima liter, 55 persennya adalah cairan, sedangkan sisanya adalah sel darah.
Plasma darah terdiri dari :

a. Air : 91 %

b. Protein : 8 % (albumin, globulin, protrombin, dan fibrinogen)

c. Mineral : 0,9 % (natrium khlorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor,
magnesium dan besi)

d. Gas (Oksigen dan Karbondioksida)

e. Hormon-hormon

f. Enzim dan Antigen

g. Sejumlah bahan organic (glucose, lemak, urea, asam urat, kreatinin, cholesterol dan
asam amino).

Volume darah konstan jika tubuh dakam keadaan sehat da diatur oleh tekanan osmotic
dalam pembuluh darah dan dalam jaringan sampai batas tertentu.Sel darah terdiri dari tiga jenis
yakni sel darah merah, sel darah putih dan butir pembeku. Jumlah normal darah atau jumlah sel
setiap milimeter kubikdarah adalah kira-kira :

Sel Darah Merah 4.500.000 sampai 5.500.000 Rata-rata 5.000.000

Sel Darah Putuh 6.000 sampai 10.000 Rata-rata 8.000

Dengan susunan sebagai berikut :

Persen persen

Sel netrofil ……………………………………… 60 sampai 70 66

Sel eosinofil ……………………………………… 1 sampai 4 3

Sel basofil…………………………………………sampai 2 1

Limfosit (besar dan kecil)………………………… 20 sampai 30 25

Monosit…………………………………………… 4 sampai 8 5

Jumlah 100

Trombosit 250.000 sampai 500.000 Rata-rata 8.000


B. FUNGSI DARAH

Darah dalam tubuh mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :

1. Bekerja sebagai sistem transport dari tubuh, mengantarkan semua bahan kimia, oksigen
da nzat makanan yang diperlukan untuk tubuh supaya fingsi normalnya dapat dijalankan,
dan menyingkirkan karbon dioksida dan hasil buangan yang lain.

2. Sel darah merah mengantarkan oksigen ke jaringan dan menyingkirkan sebagian dari
karbod dioksida.

3. Sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung dan karena berakan fagisitosis
dari bebrapa sel maka melndungi tubuh terhadap serangan bakteri.

4. Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan : menyegarkan


cairan jaringan karena melalui cairan ini semua sel tubuhmenerima makanannya.
Merupakan kendaraan untuk mengangkut bahan buangan ke berbagai organ exkretorik
untuk dibuang.

5. Hormon dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantaraan darah.

Semua jaringan memerlukan persediaan darah yang memadai, yang tergantung pada
tekanan darah arteri normal yang dipertahankan. Dalam keadaan duduk atau berdiri, darah yang
menuju ke otak harus dipompa ke atas, namun dalam keadaan keadaan rebahan tekanan darah
adalah normal. Bila otak tidak menerima darah selama lebih dari 3 sampai 4 menit, maka akan
terjadi perubahan-perubahan yang tidak dapat pulih kembali dan beberapa sel otak akan mati.

C. SUSUNAN SEL DARAH

Sel darah terdiri atas empat jenis yakni sebagai berikut :

1. Sel Darah Merah atau Eritrosit

Berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, nampak seperti dua buah bulan
sabit yang saling bertolak belakang jika dilihat dari samping. Berwarna kuning tua pucat jika
dilihat satu per satu, namun berwarna merah jika dilihat dalam jumlah besar dan inilah yang
memberi warna merah pada darah strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau stroma,
berisi massa hemoglobin. Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Jmlah
hemoglobin dalam sel darah merah adalah kira-kira 15 gram setisp 100 ml darah.

Sel darah merah dibentuk alam sum-sum tulang terutama dai tulang pendek, pipih dan tak
beraturan dari jaringan konselus pada ujung pipa dan sumsum dalam batang iga-iga dan dari
sternum. Perkembangan sel darah merah dalam sumsum tulang melalui berbagai tahap
yakni :

1. Mula-mula besar dan berisi nucleus tetapi tidak ada hemoglobin.


2. Mulai diiisi oleh hemoglobin.
3. Kehilangan nukleusnya dan baru diedarkan ke dalam sirkulasi darah.
Rata-rata panjang hidup darah merah kira-kira 115 hari. Sel menjadi usang dan dihancurkan
dalam sistema retikulo-endotelial, terutama dalam limpa dan hati bila terjadi pendarahan maka sel
darah merah dan hemoglobinnya sebagai pembawa oksigen akan hilang.

2. Sel Darah Putih atau Lekosit

Bentuknya lebih besar daripada sel darah merah, nam,un jumlahnya lebih sedikit daripada
sel darah merah. Rupanya bening dan tidak berwarna. Terdapat 6.000 sampai 10.000 (rata-
rata 8.000) sel darah putih dalam setiap millimeter.hampir 70 persen dari jumlah sel darah
pitih merupakan granulosit atau sel polimorfonuklear. Terbentuk dalam sumsum merah
tulang. Sel ini berisi sebuah nucleus yang berbelah banyak dan protoplasmanya berbulur,
karena inilah disebut sel berbulir atau granulosit. Sel darah putih dikenal menurut sifatnya
dalam pewarnaan yakni :

1. Sel netrofil, Paling banyak dijumpai. Sel golongan inimewarnai dirinya dengan pewarna
netral, atau campuran pewarna asam dan basa, dan tampak berwarna ungu.

2. Sel eonisofil, Hanya sedikit dijumpai. Sel ini menyerap pewarna yang bersifat asam
(eosin) dan kelihatan merah.

3. Sel basofil, Menyerap pewarna basa dan menjadi biru.

4. Limfosit, Membentuk 25 persen dari seluruh jumlah sel darah putih sel ini tidak
memiliki gerak seperti amuba. Sel ini dibagi lagi dalam bentuk sel besar dan kecil.

Dengan kekuatan amubodinya sel darah putih dapat bergerak bebas di dalam dan dapat keluar
pembuluh darah dan berjalan mengitari seluruh tubuh, sehingga dengan cara ini sel darah putih
dapat :

1. Mengepung daerah yang terkena infeksi atau cidera.


2. Menangkap organisme hidup dan menghancurkannya.
3. Menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran, serpihan kayu, benang jahitan
(catgut) dsb dengan cara yang sama.
4. Sebagai tambahan granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein yang
memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya.
5. Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhan
dimungkinkan.
3. Butir Pembeku atau Trombosit

Sel kecil kira-kira sepertiga ukuran sel darah merah. Terdapat 300.000 trombosit dalam setiap
millimeter kubik darah. Peranannya penting dalam penggumpalan darah. Penggumpalan (koagulasi)
darah dipercepat oleh :

a. Panas yang sedikit lebih tinggi dari suhu badan.

b. Kontak dengan bahan kasar seperti pinggiran yang kasar dari pembuluh darah yang rusak.

Penggumpalan (koagulasi) darah dipercepat oleh :

a. Dingin.

b. Kalau disimpan dalam tabung berlapis lilin di sebelah dalamnya, sebab darah
memerlukan kontak dengan permukaan yang dapat menjadi basah oleh air sebelum
dapat bergumpal, sedangkan paraffin tidak memiliki permukaanyang dapat basah oleh
air.

c. Dengan ditambah kalium sitrat atau natrium sitrat yang menyingkirkan garam kalsium
yang dalam keadaan normal ada.

4. Plasma Darah

Yang di maksud dengan plasma darah atau cairan darah adalah darah tanap sel-sel darahnya.
Warna dari plasma darah kekuning-kuningan, kira-kira 90% terdiri dari air. Bagian lainnya ialah zat-zat
yang larut di dalamnya, sebagian bersifat organik sebagian bersifat anorganik. Bagian ini merupakan
bagian tetap dari cairan darah. Kecuali itu, masih ada zat-zat makanan, gas oksigen, karbondioksida, dan
lain-lain yang ada untuk sementara waktu.

D. Patologi atau Kelainan pada Darah


a. Hemofilia, adalah kelainan perdarahan yang diturunkan yang disebabkan adanya
kekurangan faktor pembekuan. Hemofilia dikenal dengan du jenis yaitu hemofilia A
yang timbul jika ada defek gen yang menyebabkan kurangnya faktor pembekuan VIII
(FVII) sedangkan hemofilia B disebabkan kurangnya faktor pembekuan IX (FIX). hemofilia
A dan B tidak dibedakan karena mempunyai tampilan klinis yang mirip dan pola
pewarisan gen yang serupa.

b. Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan dimana jumlah sel darah
merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah
berada dibawah normal. Penyebab umum dari anemia:

- Perdarahan hebat

- Berkurangnya pembentukan sel darah merah

- Meningkatnya penghancuran sel darah merah


- Anemia Aplasti adalah jenis anemia yang tergolong langka dan muncul lantaran
adanya gangguan pada pabrik sel darah merah, yakni sumsum tulang belakang

- Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala


terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau
serangan jantung.
c. Leukemia merujuk kepada satu kelompok penyakit darah yang ditandai dengan kanker
pada jaringan-jaringan yang memproduksi darah. leukemia dilihat sebagai satu penyakit
mematikan tunggal yang homogen, ditandai oleh penampakan sampel darah yang putih
(leuko-).
 Leukemia akut: penghasilan pesat sel darah muda. Ini menyebabkan tulang
sumsum gagal menghasilkan sel darah dewasa. Boleh terjadi pada kanak-kanak
dan orang muda. Jika tidak dirawat segera, pesakit boleh meninggal dalam masa
beberapa bulan ataupun minggu.
 Leukemia kronik: penghasilan banyak sel darah dewasa yamg tak normal.
Biasanya mengambil masa beberapa bulan hingga tahun. Biasanya terjadi pada
orang tua, tapi tidak mustahil pada orang muda. Selalunya diawasi untuk suatu
tempoh sebelum dirawat untuk keberkesanan rawatan yang
maksimum.Perawatan umum dari leukemia adalah kemoterapi, kadangkala
dengan penambahan terapi radiasi.Bila kasusnya parah, transplantasi sumsum
tulang kadang kala dibutuhkan. Sebuah alternatif dari transplantasi sumsum
tulang adalah transplantasi darah tali pusat dengan menggunakan sel dari tali
pusat untuk menggantikan sel yang rusak oleh terapi leukemia.
d. Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi yang bersifat akut, menyeluruh dan bisa menjadi
berat. Anafilaksis bisa tejadi sebagai respon terhadap berbagai alergen.
Penyebab yang sering ditemukan adalah: Gigitan/sengatan serangga , Serum kuda
(digunakan pada beberapa jenis vaksin) , Alergi makanan , Alergi obat.
Serbuk sari dan alergen lainnya jarang menyebabkan anafilaksis. Anafilaksis mulai
terjadi ketika alergen masuk ke dalam aliran darah dan bereaksi dengan antibodi IgE.
Reaksi ini merangsang sel-sel untuk melepaskan histamin dan zat lainnya yang terlibat
dalam reaksi peradangan kekebalan..
Histamin menyebabkan pelebaran pembuluh darah (yang akan menyebabkan
penurunan tekanan darah) dan perembesan cairan dari pembuluh darah ke dalam
jaringan (yang akan menyebabkan penurunan volume darah), sehingga terjadi syok.
Cairan bisa merembes ke dalam kantung udara di paru-paru dan menyebabkan edema
pulmoner. Gejala-gejala yang bisa ditemui pada suatu anafilaksis adalah:
- kaligata
- gatal di seluruh tubuh
- hidung tersumbat
- kesulitan dalam bernafas
- batuk
- kulit kebiruan (sianosis), juga bibir dan kuku
- pusing, pingsan
- kecemasan
- berbicara tidak jelas
- denyut nadi yang cepat atau lemah
- jantung berdebar-debar (palpitasi)
- mual, muntah , diare
- nyeri atau kram perut , bengek
- kulit kemerahan.

e. Aneurisma adalah suatu penonjolan (pelebaran, dilatasi) pada dinding suatu arteri,
biasanya pada aorta. Aneurisma aorta terutama merupakan akibat dari arteriosklerosis,
yang menyebabkan lemahnya dinding aorta sehingga tekanan di dalam mendorong
dinding menggembung keluar.
Di dalam aneurisma sering terbentuk bekuan darah (trombus) dan bisa tersebar di
sepanjang dinding aorta. Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang cenderung
menderita aneurisma:
- Kelainan bawaan (kelemahan pada dinding pembuluh darah)
- Cedera atau luka tembak
- Infeksi jamur atau bakteri pada dinding arteri
- Peradangan pada aorta
- Penyakit jaringan ikat turunan (misalnya sindroma Marfan)
- Sifilis.
f. Arteriosklerosis merupakan istilah umum untuk beberapa penyakit, dimana dinding
arteri menjadi lebih tebal dan kurang lentur.
Penyakit yang paling penting dan paling sering ditemukan adalah aterosklerosis, dimana
bahan lemak terkumpul dibawah lapisan sebelah dalam dari dinding arteri.
g. Hipotensi Ortostatik adalah penurunan tekanan darah yang berlebihan ketika seseorang
sedang berdiri, yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak dan pingsan.
Hipotensi ortostatik bukankah suatu penyakit yang spesifik tetapi merupakan
ketidakmampuan untuk mengatur tekanan darah dengan segera. Hipotensi ortostatik
memiliki banyak penyebab:
- Pengaruh gaya gravitasi bumi,
- Pengaruh obat-obatan
- Perdarahan atau kehilangan cairan yang berlebihan
- Gangguan pada sistem sensor
- Pengaruh penyakit tertentu
h. Septikemia, Keracunan darah, suatu keadaan yang paling serius dimana bahan-bahan
yang beracun langsung kedalam aliran darah, dan dengan jalan ini racun-racun tersebut
tersebar ke seluruh tubuh.
i. Lekositosis, Jumlah sel darah putih melebihi jumlah normal
j. Lekopeni, jumlah leukosit di bawah normal karena infeksi kuman penyakit terentu
k. Talasemia, merupakan penyakit keturunan yang di tandai dengan gaguan dan ketidak
mampuan memproduksi hemoglobindan eritrosit, dengan akibat animea. Talasemia
terjadi pada suatu atau lebih gen yang membentuk rantai polipeptida α , β , γ rantai
polipeptida ini merupakan bagian dari molekul hemoglobin. Gejalanya bervariasi, bisa
berupa anemia, pembesaran limpa. Bentuk tulang jadi abnormal karena tulang belakang
hiperakti f juga terjadi ganguan pertumbuhan.

E. Pengertian Limfa
Cairan Limfa adalah salah satu perlengkapan untuk pengaliran cairan tubuh dan jaringan tubuh
ke aliran darah dengan cara-cara khusus dimana pembulu limfe yang demikian permeabel sehingga
partikel-partikel yang besar ukuran molekulnya dan molekul protein yang di jaring dapat melaluinya.
Semua cairan limfa berasal dari daerah kepala, leher, dada, paru-paru, jantung,dan lengan sebelah
kanan, di kumpulkan di pembuluh-pembulu limfa dan bersatu menjadi pembulu limfa kanan atau duktus
limfatikus dekster. Sistem limfa sangat berhubungan erat denga sirkulasi darah, sistem ini
merupakansalah satu jalan utama untuk absorbsi bahan gizi dari traktus gastrointestine yang
bertanggung jawa dalam absorbsi lemak dan salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Pembulu limfa kecil-kecil yang meny tu menjadi besar disana-sini memiliki katup, sehingga aliran cairan
limfe menuju kesatu arah yaitu ke vena subklavia.

Cairan limfa memiliki komposisi yang sama dengan plasma darah tapi dengan kadar protein yang
lebih kecil dan mengandung sejumlah besar limfosit yang mengalir disepanjang pembuluh untuk masuk
ke dalam pembuluh darah.

F. Fungsi Limfa
Limfa berasal dari plasma darah yang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya.
Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan
dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi.

Limpa adalah alat tubuh kecil berwarna merah seperti merah hati. Letaknya di bawah lambung atau
vertikulus. Dan limpa ini ber fungsi antara lain:

a. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan kedalam sistem peredaran darah.
b. Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah.
c. Untuk membawa lemak yang sudah di buat emulsi dari usus ke peredaran darah. Saluran limfa
yang melaksanakan fungsi ini adalah saluran lateral.
d. Kelenjarntuk limfe menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk menghindarkan
penyebaran organisma itu dari tempat masuknya kedalam jaringan, ke bagian lain tubuh.
e. Bila idak ada infeksi, kelenjar limfa menghasilakan zat antibodi untuk melindungi tubuh dari
kelanjutan infeksi.
G. Patologi Limlimfatik

1. Limfadenitis TB merupakan peradangan kelenjar getah bening yang disebabkan species


Mycobacterium tuberculosis sehingga dikatakan Limfadenitis Spesifik. Limfadenitis TB ciri
mikroskopis tampak kumpulan sel epiteloid dikelilingi oleh limfosit membentuk tubercle (soft
maupun hard tubercle) disertai necrosis caseosa pada daerah tengah dari soft tubercle.
Terdapat sel datia langhans(tapal kuda) dan banyak infiltrasi sel-sel radang mononuklear (MN).
Neoplasma limfoid, pada beberapa kasus perbedaan di antara kategorinya mungkin samar.
Skema klasifikasi terdahulu yang didasarkan morfologi dan gambaran klinis tidak menyertakan
gambaran imunofenotipe dan sitogenetik; kemudian keduanya terbukti penting untuk
mendefinisikan entitas tertentu. Skema klasifikasi yang terbentuk, yang disebut Revised
European, American Classification of Lymphoid Neoplasms (sering disingkat sebagai REAL),
mempertimbangkan morfologi, asal sel (ditentukan dalam praktik dengan penentuan
imunofenotipe), gambaran klinis, dan genotipe (kariotipe, adanya genom virus) dan entititas.
Klasifikasi tersebut mencakup semua neoplasma limfoid, termasuk leukemia dan mieloma
multipel, dan membagi-bagi neoplasma berdasarkan asal menjadi tiga kategori besar (1) tumor
sel B, (2) tumor sel T dan sel NK, serta (3) limfoma Hodgkin.

2. Limfoma Non Hodgkin merupakan neoplasma limfoid (tumor primer) dengan ciri
mikroskopisnya tampak sel yang uniform, tidak ada liomfoid folikel, tidak reed stenbergs sel.

3. Lymphoma Hodgkin, seperti NHL, adalah suatu gangguan yang terutama mengenai jaringan
limfoid. Limfoma ini hampir selalu berasal dari satu nodus atau serangkaian kelenjar getah
bening dan biasanya menyebar ke kelenjar di sekitarnya. Limfoma Hodgkin dibedakan dengan
NHL karenan beberapa alasan. Kelainan ini ditandai secara morfologis dengan adanya sel
raksasa neoplastik khas yang disebut sel Reed-Sternberg (RS) bercampur dengan infiltrat sel
radang reaktif noninflamatorik yang jumlahnya bervariasi. Sine qua non untuk diagnosis
histologik limfoma Hodgkin adalah sel RS. Sel ini terutama dibedakan berdasarkan nukleus yang
multilobular atau multinukleus dengan nukleolus yang besar, bulat, dan menonjol. Yang
terutama khas adalah dua nukleus atau lobus nukleus yang membentuk bayangan cermin,
masing-masing mengandung nukleolus asidofilik besar (mirip badan inklusi) dikelilingi oleh zona
jernih yang jelas; secara keseluruhan timbul gambaran mata burung hantu. Membran inti sel
tampak jelas. Tampak jelas bahwa limfoma Hodgkin memperlihatkan pola histologik yang sangat
beragam dan bahwa bentuk tertentu, dengan fibrosis, eosinofil, neutrofil, dan sel plasma, dapat
sangat mirip dengan proses reaktif peradangan. Oleh karena itu, diagnosis histologik limfoma
Hodgkin bersandar pada identifikasi sel RS atau variannya dengan latar belakang sel reaktif.

4. Lymphangioma merupakan penyakit yang mirip tumor, yang predileksinya pada jaringan sub
kutan, terutama di kepala, kulit dan leher, Kalo di leher disebut dengan higroma cystik, dapat
pula pada organ dalam, seperti jaringan ikat viscera.Lymphangioma ada yang biasa (kapiler) dan
ada yang kavernosa (higroma kistik)

5. Lymphangioma cavernosa ciri mikroskopisnya terdiri atas jalinan rongga berlapiskan endotel,
dipastikan limfatik karena tidak ada eritrosit dan rongga rongga berdilatasi, kistik dengan sedikit
stroma. Rangsangan infeksi dan peradangan nonmikroba tidak hanya menyebabkan leukositosis,
tetapi juga melibatkan kelenjar getah bening, yang berfungsi sebagai sawar pertahanan. Infeksi
yang menyebabkan limfadenitis sangat banyak dan bervariasi. Pada sebagian besar kasus,
gambaran histologik di kelenjar getah bening sama sekali nonspesifik, sehingga disebut adenitis
non-spesifik akut atau kronis.
6. Limfadenitis Nonspesifik Akut bentuknya terbatas pada sekelompok kelenjar getah bening yang
mendrainase suatu fokus infeksi, atau mungkin generalisata apabila terjadi infeksi bakteri atau
virus sistemik. Secara histologis, tampak pusat germinativum besar yang memperlihatkan
banyak gambaran mitotik. Apabila keadaan ini disebabkan oleh organisme piogenik, di sekitar
folikel dan di dalam sinus limfoid ditemukaqn infiltrat neutrofilik. Pada infeksi yang parah, pusat
germinativum mengalami nekrosis sehingga terbentuk abses. Apabila infeksi tekendali, kelenjar
getah bening akan kembali tampak normal atau terjadi pembentukan jaringan parut apabila
destruktif.

7. Hiperplasia folikel berkaitan dengan infeksi atau proses peradangan yang mengaktifkan sel
B. Sel B dalam berbagai tahap diferensiasi berkumpul di dalam pusat germinativum besar
yang bulat atau oblong (folikel sekunder). Hiperplasia limfoid parakorteks ditandai dengan
perubahan reaktif di dalam regio sel T kelenjar getah bening. Sel T parafolikel mengalami
proliferasi dan transformasi menjadi imunoblas yang mungkin menyebabkan lenyapnya
folikel germinativum. Temuan yang menunjang diagnosis hiperplasia folikel adalah :

- dipertahankannya arsitektur kelenjar getah bening dengan jaringan limfoid


normal di antara pusat germinativum;

- nodus limfoid yang ukuran dan bentuknya sangat bervariasi;

- populasi campuran limfosit pada tahap diferensiasi yang berbeda; dan

- aktivitas fagositik dan mitotik yang menonjol di pusat germinativum.

8. Leukemia/Limfoma Limfoblastik Sel B dan Sel T Prekursor, tumor agresif ini dibentuk oleh
limfosit imatur (limfoblas) terutama terjadi pada anak dan dewasa muda. Tumor limfoblastik
pra-T sering bermanifestasi sebagai massa mediastinum yang mengenai timus, tempat
diferensiasi sel T dini normal. Tumor limfoblastik pra-B dan pra-T biasanya memberikan
gambaran klinis leukemia limfoblastik akut (LLA). Penelitian morfologik dan kinetika sel
menunjukkan bahwa pada leukemia akut (apakah limfoblastik atau mieloblastik) terjadi
hambatan pada diferensiasi dan bahwa sel blas neoplastik memperlihatkan waktu generasi yang
memanjang, bukan memendek.
9. Limfoma Limfositik Kecil/ Leukemia Limfositik Kronis adalah tumor yang hampir identik dan
berbeda hanya dalam derajat keterlibatan darah perifer; yang memperlihatkan sel dalam
sirkulasinya banyak disebut leukemia limfoblastik kronis (CLL), sedangkan yang tidak disebut
limfoma limfositik kecil (SLL). Morfologinya, lembaran limfosit bulat kecil dan fokus sel besar
(prolimfosit) yang difus melenyapkan arsitektur kelenjar getah bening.
10. Limfoma Folikular ditandai dengan arsitektur nodular atau folikular, sangat sering ditemukan,
membentuk 40% NHL dewasa di Amerika serikat. Sel tumor tampak mirip seperti sel B pusat
germinativum normal. Tumor neoplastik yang predominan biasanya mirip sentrosit. Sel kecil ini
bercampur dengan sel mirip sentroblas yang lebih besar (tiga sampai empat kali lipat daripada
limfosit) dan jumlahnya bervariasi. Sebagai neoplasma sel sentra folikel, tumor ini
mengekspresikan penanda sel pan-B seperti CD 19 dan CD 20, dan banyak tumor
mengekspresikan penanda sel B yang lebih terbatas, CD 10. Selain itu, sel neoplastik
mengekspresikan protein BCL2, suatu gambaran yang membedakan sel ini dengan sel B pusat
germinativum normal, yang negatif BCL2. Pada sebagian besar pasien, sel tumor
memperlihatkan translokasi khas t(14:18). Titik pemutusan di kromosom 18 melibatkan 18q21,
tempat anti apoptosis BCL2. Tumor memiliki riwayat perjalanan alami yang lama (kesintasan
median, 7 sampai 9 tahun) yang tampaknya tidak terpengaruh oleh pengobatan. Pada sekitar
40% pasien, limfoma folikular berkembang menjadi limfoma sel B besar difus, dengan atau
tanpa pengobatan.
11. Limfoma Sel B Besar Difus meliputi beberapa bentuk NHL yang memiliki ciri-ciri tertentu,
termasuk fenotipe sel B, pola pertumbuhan difus dan perjalanan klinis yang agresif. Nukleus sel
B neoplastik berukuran besar (paling tidak tiga sampai empat kali dibandingkan dengan ukuran
limfosit inaktif) dan bentuknya dapat bermacam-macam. Ini adalah tumor sel B matur yang
mengekspresikan antigen sel pan-B, seperti CD19, CD20, dan CD79a. Virus Epstein-Barr (EBV),
Infeksi virus herpes manusia tipe 8 (HHV-8 dilaporkan berkaitan dengan suatu jenis tumor jarang
bermanifestasi sebagai efusi ganas.
12. Limfoma Burkitt adalah penyakit endemik di beberapa bagian Afrika dan sporadik di tempat
lain, termasuk Amerika Serikat. Berhubungan dengan EBV. Morfologinya, sel tumor tampak
monoton, berukuran antara limfosit kecil dan sel besar yang tidak membelah, serta memiliki inti
oval atau bundar yang mengandung dua sampai lima nukleolus yang mencolok. Laju mitosis
yang tinggi merupakan ciri tumor ini, demikian juga kematian sel, sehingga terdapat banyak
makrofag jaringan dengan debris inti sel di dalamnya. Limfoma Burrkit adalah tumor sel B yang
mengekspresikan IgM permukaan dan penanda sel pan-B seperti CD19, serta antigen CD10.
Limfoma Burkitt berkaitan erat dengan translokasi yang melibatkan gen MYC di kromosom 8.
Baik tipe endemik maupun non-Afrika, terutama mengenai anak atau dewasa muda,
menyebabkan sekitar 30% NHL anak di Amerika Serikat. Limfoma Burkitt adalah tumor derajat
tinggi yang mungkin merupakan neoplasma manusia yang paling cepat pertumbuhannya;
namun dengan regimen kemoterapi yang sangat agresif, sebagian besar pasien dapat
disembuhkan.
13. Diskrasia Sel Plasma adalah sekelompok neoplasma sel B yang sama-sama memperlihatkan
ekspansi satu klona sel penghasil imunoglobulin sehingga menyebabkan peningkatan kadar satu
imunoglobulin homogen atau fragmennya di dalam serum. Imunoglobulin homogen yang
ditemukan dalam darah sering disebut komponen M. Diskrasia sel plasma dibagi menjadi enam
varian utama:
- mieloma multipel,
- plasmasitoma lokalisata (mieloma solitar),
- limfoma limfoplasmasitik,
- penyakit rantai berat,
- amilodosis terkait imunosit atau primer, dan
- gamopati monoklonal yang maknanya belum jelas.
14. Mieloma multipel, sejauh ini adalah diskrasia sel plasma maligna yang tersering, adalah suatu
proliferasi klonal sel plasma neoplastik di sumsum tulang yang biasanya berkaitan dengan lesitik
multifokal di seluruh tubuh. Plasmasitoma Lokalisata mengacu pada adanya satu lesi di tulang
atau jaringan lunak. Mieloma multipel paling sering bermanifestasi sebagai lesi tulang destruktif
multifokal di seluruh sistem skeletal. Walaupun semua tulang dapat terkena distribusi berikut
ditemukan pada suatu penelitian yang melibatkan banyak kasus: kolumna vertebra, 66%; iga,
44%; tengkorak 41%; panggul 28%; femur 24%; klavikula 10%; skapula 10%.
15. Limfoma Sel Mantel terdiri atas sel B yang mirip dengan zona mantel pada folikel limfoid
normal. Sel tumor biasanya mengekspresikan secara bersamaan IgM dan IgD di permukaannya,
antigen sel pan-B CD 19, CD20, CD22, dan (seperti CLL/SLL) CD5. Sebagian besar (dan mungkin
semua), tumor memperlihatkan translokasi t(11;14) yang menyatukan gen siklin D1 di
kromosom 11 ke elemen promotor/penguat rantai-berat imunoglobulin di kromosom 14. Tumor
ini bersifat agresif dan tidak dapat disembuhkan, dengan kesintasan median 3 sampai 5 tahun.
16. Extranodal Marginal Zone Lymphoma (Limfoma MALT) adalah kategori khusus tumor sel B
derajat rendah yang timbul, terutama di jaringan limfoid terkait mukosa (mucosal associated
lymphoma tissue, MALT), seperti kelenjar liur, usus halus dan besar, paru, serta beberapa
tempat nonmukosa seperti orbita dan payudara. Sel tumor mirip dengan sel B pengingat normal
yang bergerak menuju daerah tepi folikel sel B. Saat ini, diketahui dua kelainan sitogenetik yang
terkait: t(1;14), yang melibatkan gen BCL10 dan IgH; serta t(11;18), yang melibatkan gen MALT1
dan IAP2.
17. Limfoma Sel T Perifer adalah sekelompok heterogen tumor yang bersama-sama membentuk
sekitar 15% NHL dewasa. Secara umum, tumor ini bermanifestasi sebagai penyakit diseminata,
agresif, dan kurang berespons terhadap terapi.
18. Mononukleosis Infeksiosa (MI) merupakan penyakit akut swasirna pada kaum remaja dan
dewasa muda (sering pada mahasiswa) yang disebabkan oleh EBV limfositotropik B, suatu
anggota dari famili virus herpes. Infeksi terutama ditandai dengan (1) demam, nyeri
tenggorokan, dan limfadenitis generalisata; (2) peningkatan limfosit dalam darah, yang banyak
di antaranya memiliki morfologi atipikal; dan (3) respons antibodi humoral terhadap EBV. Sel B
yang mengalami infeksi laten oleh EBV mengalami pengaktifan dan proliferasi poliklonal, akibat
efek beberapa polipeptida yang dikode oleh EBV. Sel T sitotoksik spesifik-virus tampak sebagai
limfosit atipikal dalam sirkulasi, yang merupakan ciri penyakit ini.

You might also like