Professional Documents
Culture Documents
Kompetensi :
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat memahami sejarah kelahiran dan
perkembangan sosiologi baik di luar negeri maupun di Indonesia.
Sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dinamakan logika. Logika merupakan ajaran
yang menunjukkan bagaimana manusia berfikir secara tepat dengan berpedoman pada ide
kebenaran. Ketika kita sudah mengetahui batasan sosiologi, pertanyaan yang muncul
kemudian ialah apakah sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan?
Kalau para pelopor sosiologi, sejak dahulu tentunya menganggap bahwa sosiologi merupakan
ilmu pengetahuan. Namun benarkah demikian? Untuk menjawab pertanyaan ini, tentunya
kita harus mengetahui dahulu apa yang disebut sebagai ilmu pengetahuan?
Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan (knowledge) yang tersusun secara sistematis
dengan menggunakan kekuatan pemikiran, dan pengertahuan itu dapat dikontrol oleh orang
lain atau umum (obyektif). Atau ilmu pengetahuan bisa dirumuskan apabila memiliki
beberapa elemen (unsur) yang menjadi suatu kebulatan, yaitu :
pengetahuan (knowledge)
tersusun secara sistematis
menggunakan pemikiran
bersifat obyektif (dapat dikontrol secara kritis oleh umum)
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca
inderanya. Misalnya : pengetahuan jenis-jenis kain, pengetahuan mengenai bebauan minyak
wangi, pengetahuan mengenai cara pembuatan tempe.
Sistematis berarti berdasarkan urutan unsur-unsur yang merupakan satu kebulatan, sehingga
akan jelas apa yang merupakan garis besar dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Tidak
semua pengetahuan merupakan suatu ilmu, hanya pengetahuan yang tersusun sistematis saja
yang merupakan ilmu pengetahuan. Sistem tadi merupakan suatu konstruksi yang abstrak dan
teratur sehingga merupakan keseluruhan yang terangkai.
Menggunakan pemikiran : ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis menggunakan
kekuatan pemikiran, yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis (obyektif).
Apabila sosiologi memenuhi rumusan-rumusan di atas maka sosiologi merupakan suatu ilmu
sejauh sosiologi mengembangkan suatu kerangka pengetahuan yang tersusun dan teruji yang
didasarkaan pada penelitian ilmiah. Sejauh sosiologi meninggalkan mitos, dongeng dan
angan-angan, dan mendasarkan kesimpulannya pada bukti-bukti ilmiah maka sosiologi
adalah suatu ilmu. Bila ilmu didefinisikan sebagai suatu metode penelaahan, maka sosiologi
adalah suatu ilmu sejauh sosiologi menggunakan metode penelaahan ilmiah.
Ilmu Pengetahuan sendiri dikelompokkan dalam 2 (dua) macam :
1. Ilmu Pengetahuan murni (pure science).
Ilmu pengetahuan murni bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan
secara abstrak, untuk mempertinggi mutunya, tanpa menggunakannya langsung dalam
masyarakat. Misalnya : seorang ahli fisika bukanlah membuat jembatan, ahli kimia bukanlah
membuat obat, juga ahli sosiologi hanya mengemukakan pendapatnya yang berguna bagi
pembentuk undang-undang, birokrat, petugas administrasi, guru-guru, diplomat dan lain
sebagainya akan tetapi mereka tidak akan menentukan secara langsung apa yang dikerjakan
oleh petugas-petugas tersebut.
Sosiologi bertujuan untuk mendapatkan fakta-fakta masyarakat yang mungkin dapat
dipergunakan untuk mememecahkan persoalan-persoalan masyarakat. Akan tetapi itu bukan
berarti bahwa sosiologi tidak berguna bagi masyarakat.
2. Ilmu Pengetahuan Terapan (applied science)
Ilmu pengetahuan terapan merupakan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk
mempergunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan tersebut dalam masyarakat.
Misalnya : ilmu pengetahuan tentang berbagai seni, sebagaian besar dipergunakan dan
diterapkan langsung.
Pada bagian ini akan dijelaskan empat ahli yang sampai kini pikirannya masih dipakai dalam
teori sosiologi, yaitu Auguste Comte, Karl Marx, Max Weber, dan Emile Durkheim.
Pandangan mereka telah memberi stimulan diskusi panjang tentang pelbagai persoalan terkait
dgn kehidupan ekonomi, politik, dan kebudayaan. Pandangan mereka juga digunakan dalam
disiplin ilmu social lain seperti ilmu politik, ekonomi, antropologi, dan sejarah.
1.3.1. Auguste Comte (1798-1857)
Auguste Comte (Perancis, 1798-1857) mengemukakan istilah awal : SOCIAL PHYSICS
(FISIKA SOSIAL) karena istilah ini sudah digunakan oleh ahli statistik sosial Belgia Adophe
Quetelet, maka istilah diubah menjadi sociology.
Auguste Comte membagi sosiologi ke dalam dua pendekatan yakni:
1. Statika sosial (social static) : mengkaji tatanan sosial. Statika mewakili stabilitas.
2. Sosial dinamik : mengkaji kemajuan dan perubahan social. Dinamika mewakili perubahan.
Progres dlm membaca fenomena sosial perlu melihat masyarakat secara keseluruhan sebagai
unit analisis.
Dengan memakai analogi dari biologi, Comte menyatakan bahwa hubungan antara statika
dan dinamika merujuk pada konsep order didalamnya ditekankan bahwa bagian-bagian dari
masyarakat tidak dapat dimengerti secara terpisah, tetapi harus dilihat sebagai satu kesatuan
yg saling berhubungan..
1.3.2. Karl Marx (1818-1883)
Karl Marx lahir di Trier, Jerman tahun 1818 dari kalangan keluarga rohaniwan Yahudi.
Tamat dari perguruan tinggi menjadi editor di sebuah surat kabar di Jerman. Pandangannya
mat kritis terutama sangat anti penindasan yg hadir bersama system kapitalis yang mewarnai
peradaban Eropa Barat. Beliau pindah ke Paris setelah terjadipertentangn dengan pemerintah
Jerman. Ia berkolaborasi dengan Friedrich Engels menulis buku berjudul The Communist
Manifesto (1848). Lalu menulis buku : Das Capital, dua bab terakhir buku ini diteruskan oleh
Engels karena Marx keburu meninggal.
Menurut Marx, sejarah manusia mulai dari pertanian primitive, feudal dan industri, ditandai
hubungan social yg melembagakan sifat ketergantungan untuk mengontrol atau menguasai
sumber-sumber ekonomi. Mereka yg menguasai dan mengonytol sumber-sumber ekonomi
adalah kelas atas, seangkan mereka yg hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak punya sama
sekali adalah dari kelas bawah. Terjadi penindasan oleh kelas atas terhadap kelas bawah.
Fokus perhatian Marx pada dua kelas penting : BORJUIS (kelas atas/kapitalis yg memiliki
memiliki alat-alat produksi seperti pabrik dan mesin) dan PROLETAR (kelas bawah/ para
buruh yg bekerja pada borjuis).
Pendapat Marx terhadap fenomena social semacam itu (penindasan /eksploitasi kaum borjuis
terhadap kaum proletar) hanya dapat dihentikan dengan cara mengganti atau merusak system
kapitalis. Caranya dengan melakukan revolusi (prinsip konflik) kemudian menggantinya
dengan system yg lebih menghargai martabat manusia. Ini tidak mudah karena para buruh
harus menghilangkan False Consciousness (kesadaran palsu) dengan class consciousness
kesadaran kelas. Melalui bimbingan pemimpin-pemimpin revolusioner, para buruh akan
menjadi setia dan mau berkorban demi perjuangan kelas. Denagn demikian kan muncul
masyarakat yg adil, sama rata sama rasa, dan terhindardari segala bentuk eksploitasi, ini yg
disebutnya sebagai masyarakat komunisme modern. Disamping dipuja banyak orang, Marx
juga dikecam banyak orang, terutama pendapatnya tentang “agama sebagai candu
masyarakat“ (the opium of the people).
1.3.3. Max Weber (1864-1920)
Max Weber lahir di Erfurt, Jerman berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Ayahnya
seorang birokrat (kelak akan mewarnai pikiran beliau tentang birokrasi) yg menduduki posisi
politik penting, sedangkan ibunya adalah seorang pemeluk agama Calvinisme yg sangat taat
(juga mempengaruhinya melakukan studi tentang kaitan etika protestan dengan spirit
kapitlisme industrial).
Beliau menempuh kuliah di Universitas berlin belajar hukum. Setelah berhasil mengambil
gelar doctor ia berprofesi sebagai praktisi hukum, di samping itu ia juga bekerja sebagai
dosen di Universitas Wina dan Munich. Ia banyak mendalami masalah ekonomi, sejarah, dan
sosiologi. Bukunya yg terkenal berjudul “ A Contribution to the histoy of Medieval Business
Organizations” dan “ The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism” (1904) . Dalam
bukunya yg kedua ini ia mengemukakan tesisnya mengenai keterkaitan antara etika protesan
dengan munculnya kapitalisme di Eropa Barat.
Pandangan Weber, kenyataan social lahir dari motivasi individu dan tindakan-tindakan social
(social action). Dari pandangannya sebenarnya Weber lazim digolongkan “nominalis” yg
lebih percaya bahwa hanya individu-individu sajalah yg riil secara obyektif, dan masyarakat
adalah satu nama yg menunjukan pada sekumpulan individu yg menjalin hubungan.
Pandangan beliau tentang tindakan sosila inilah yg kemudian menjadi acuan
dikembangkannya teori sosiologi yg membahas interaksi social.
Pertanyaan :
1. Tesis Weber yang terkenal adalah ada keterkaitan antara Etika Protestan dan Semangat
Kapitalisme. Jelaskan tesis Weber tersebut!
2. Apa sumbangan pemikiran Karl Marx yang penting bagi perkembangan sosiologi?
Jelaskan!