You are on page 1of 20

Komoditas serat dan kulit

10. KOMODITAS SERAT DAN KULIT

A. SERAT
Serat adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan
komponen yang membentuk jaringan memanjang yang utuh. Contoh
serat yang paling sering dijumpai adalah serat pada kain. Serat dapat
digolongkan menjadi dua jenis yaitu serat alami dan serat sintetis
(serat buatan manusia). Serat sintetis dapat diproduksi secara murah
dalam jumlah yang besar. Namun demikian, serat alami memiliki
berbagai kelebihan khususnya dalam hal kenyamanan.
Saat ini, serat alam mulai mendapatkan perhatian yang serius
dari para ahli material komposit karena :
• Serat alam memiliki kekuatan spesifik yang tinggi karena serat
alam memiliki berat janis yang rendah.
• Serat alam mudah diperoleh dan merupakan sumber daya alam
yang dapat diolah kembali, harganya relatif murah, dan tidak
beracun.
Produk-produk yang berasal dari serat sintetis seperti serat polyester
untuk tekstil, polypropilene untuk plastik, semuanya berasal dari
minyak bumi yang merupakan bahan yang suatu saat akan menipis
cadangannya (bahan non renewable).

Serat Alam
Serat alami adalah serat yang diproduksi oleh tumbuh-tumbuhan,
hewan, dan proses geologis. Serat alami dapat digolongkan sebagai
berikut :
• Serat tumbuhan/serat pangan; biasanya tersusun atas selulosa,
hemiselulosa, dan terkadang mengandung pula lignin. Serat
tumbuhan digunakan sebagai bahan pembuat kertas dan tekstil.
Serat ini juga penting bagi nutrisi manusia.
• Serat kayu, berasal dari tumbuhan berkayu.

114
Komoditas serat dan kulit

• Serat hewan, umumnya tersusun atas protein tertentu. Contoh


dari serat hewan yang dimanfaatkan oleh manusia adalah serat
sutra dan bulu domba (wol).
• Serat mineral, umumnya dibuat dari asbestos. Saat ini asbestos
adalah satu-satunya mineral yang secara alami terdapat dalam
bentuk serat panjang.

Kapas
Kapas adalah sebuah serat lembut yang
tumbuh di sekitar biji tanaman kapas. Serat ini
kemudian digulung menjadi benang dan
digunakan untuk membuat tekstil halus. Kapas
merupakan tanaman yang berharga karena
hanya sekitar 10% dari berat kasar hilang dalam pemrosesan. Ketika
lilin, protein, dll disingkirkan, sisanya adalah polimer alami dari
selulosa murni. Selulosa ini teratur sedemikian rupa sehingga
memberikan sifat kekuatan, durabilitas, daya serap yang unik.

Rami
Rami (Boehmeria nivea) merupakan tanaman
tahunan berbentuk rumpun. Kulit kayunya dapat
menghasilkan serat panjang yang sangat kuat dan
mengkilap. Batang tumbuh dari rhizoma yang
berbentuk ramping dan dapat mencapai tinggi 2,5
m, dengan diameter batang 1,2-2,0 cm. Serat rami merupakan salah
satu bahan baku tekstil dengan cara dicampur dengan serat kapas
atau poliester. Dibandingkan dengan kapas, serat rami lebih kuat
sehingga banyak dimanfaatkan untuk bahan pakaian atau
perlengkapan militer. Untuk dapat menjadi benang, serat rami perlu
dipintal dengan mesin khusus karena termasuk serat panjang,

115
Komoditas serat dan kulit

sehingga kurang cocok bila menggunakan mesin pemintal kapas yang


berserat pendek. Biasanya serat rami dipotong pendek dan dipintal
menjadi benang, sehingga keistimewaan serat rami menjadi
berkurang.
Serat rami merupakan serat yang kuat dan tahan lama. Oleh karena
itu, serat rami menempati urutan nilai teratas di antara serat-serat
alam nabati yang ada. Menurut Scruggs dan Smith (2003), serat rami
mempunyai sifat yang baik, yaitu berwarna sangat putih berkilau, tidak
berubah warna dan tidak berkerut oleh sinar matahari, higroskopis,
dan mudah kering. Serat rami merupakan salah satu bahan baku
tekstil yang pemakaiannya dapat dicampur dengan serat kapas atau
polyester. Selain itu, serat rami juga dapat dimanfaatkan sebagai
bahan gorden, handuk, campuran wol, dan kain tenda. Buxton dan
Greenhalgh (1989) dan Tu Shikun (1992) menyatakan bahwa serat
rami juga dapat digunakan untuk terpal, kaus lampu tekan, uang
kertas, dan kertas sigaret. Oleh sebab itu, tanaman itu dapat
dikembangkan semakin luas dan prospeknya sangat cerah (Riyadi,
1991). Rami menghasilkan serat tekstil yang berasal dari Wit
batangnya dan banyak dari wilayah Jawa yang sesuai untuk
pengembangan rami. Bahkan salah satu varietas atau klon unggulan
Indonesia berasal dari Pujon, Batu Malang, yang terkenal dengan nama
klon Pujon 10.

Kenaf
Tanaman kenaf menghasilkan serat yang
berasal dari kulit batangnya. Keistimewaan
tanaman kenaf ini dapat tumbuh dalam keadaan
tergenang/banjir, sehingga mendapat julukan
tanaman primadona di lahan banjir. Pada waktu
banjir, jika tanaman semusim lain mati, tinggal
tanaman kenaf yang mampu memberikan

116
Komoditas serat dan kulit

keuntungan pada petani. Produk diversifikasi dari kenaf cukup banyak


yaitu pulp, particle board, soil safer, geotextile dan fiber drain.
Tanaman kenaf sudah lama diteliti oleh Amerika Serikat, Australia,
Indonesia, bahwa baik seratnya maupun batang utuh dapat
menghasilkan pulp dengan kualitas setara dengan pulp dari kayu pinus
maupun akasia. Hasil penelitian Balai Besar Selulosa (sekarang Balai
Besar Pulp dan Kertas) di Bandung pada tahun 1988, menunjukkan
bahwa bila bahan bakunya dari serat kenaf grade C akan
menghasilkan pulp belum putih dengan rendemen sebesar 59,93%,
sedang bila menggunakan batang kering dapat menghasilkan pulp
belum putih dengan rendemen sebesar 45,65%. Dalam luasan satu
hektar umumnya kenaf dapat menghasilkan 2,5 – 3,5 ton serat kering
atau 8-12 ton/ha batang kering, tergantung macam varietas,
pemeliharaan tanaman dan iklim yang mendukung. Dengan demikian
bila menggunakan bahan baku batang kering akan menghasilkan pulp
lebih banyak dibandingkan bila menggunakan bahan seratnya. Dalam
penelitian tersebut serat yang digunakan adalah serat kualitas C yang
berwarna hitam dan kotorannya banyak. Apabila yang digunakan serat
kualitas lebih tinggi gradenya misal grade B atau A maka hasil pulpnya
tentu akan lebih baik dan rendemennya lebih tinggi. Kenaf dapat
digunakan sebagai alternatif pemenuhan bahan baku mengingat mutu
pulp yang dihasilkan kenaf cukup memadai setaraf dengan pulp dari
pinus atau akasia.

Abaca
Abaca (Musa textillis Nee) adalah tumbuhan
yang termasuk dalam famili Musaceae yang
berasal dari Filipina yang telah dikenal dan telah
dikembangkan sejak tahun 1519 (Wibowo, 1998).
Masyarakat di kepulauan Sangihe Sulawesi Utara,
sangat akrab dengan tanaman ini. Banyak orang percaya Abaca

117
Komoditas serat dan kulit

berasal dari daerah tersebut bukan dari Filipina (Raharjo, 1999).


Sebelumnya Heyne (1987) dalam Priyono (2000) melaporkan bahwa
terdapat beberapa nama daerah tanaman Abaca yaitu pisang Manila
(Menado), Cau Manila (Sunda), Kofo sangi (Minahasa) dan Manila
Henep.
Abaca adalah salah satu penghasil serat yang dapat digunakan
untuk pembuatan kerajinan rakyat seperti bahan pakaian, anyaman
topi, tas, peralatan makan, kertas rokok, sachet teh celup
(Wibowo,1998). Selain itu juga untuk jenis kertas yang memerlukan
kekuatan dan daya simpan yang tinggi seperti kertas surat, kertas
dokumen serta kertas peta (Triyanto, Muliah dan Edi, 1982). Menurut
Demsey (1963) dalam Priyono (2000), tanaman Abaca penghasil serat
panjang yang banyak digunakan sebagai bahan pembuat tali kapal
laut, karena seratnya kuat, mengapung diatas air, dan tahan air
garam. Sedangkan Sanusiputra (1996) dalam Wibowo (1998)
melaporkan bahwa limbahnya dapat dipergunakan sebagai bahan
baku untuk pembuatan kompos bahan baku untuk langit-langit pintu
dan lain-lain.Tanaman abaca (Musa textilis) setelah dipanen dapat
diolah menjadi serat yang disebut Manila Hemp.

Kapuk
Kapuk randu atau kapuk (Ceiba pentandra) adalah
pohon tropis yang tergolong ordo Malvales dan
famili Malvaceae (sebelumnya dikelompokkan ke
dalam famili terpisah Bombacaceae), berasal dari
bagian utara dari Amerika Selatan, Amerika
Tengah dan Karibia, dan (untuk varitas C. pentandra var. guineensis)
berasal dari sebelah barat Afrika. Kata "kapuk" atau "kapok" juga
digunakan untuk menyebut serat yang dihasilkan dari bijinya. Pohon
ini juga dikenal sebagai kapas Jawa atau kapok Jawa, atau pohon
kapas-sutra. Pohon ini tumbuh hingga setinggi 60-70 m dan dapat

118
Komoditas serat dan kulit

memiliki batang pohon yang cukup besar hingga mencapai diameter 3


m. Pohon ini banyak ditanam di Asia, terutama di pulau Jawa,
Indonesia, di Malaysia, Filipina dan Amerika Selatan.

Bambu
Bambu adalah tanaman termasuk Bamboidae, salah satu anggota
sub familia rumput, pertumbuhannya sangat cepat. Pada masa
pertumbuhan, bambu tertentu dapat tumbuh vertikal 5cm per jam,
atau 120cm per hari. Tanaman bambu mempunyai ketahanan yang
luar biasa. Rumput bambu yang telah dibakar, masih dapat tumbuh
lagi. Bambu dapat tumbuh di lahan yang sangat kering seperti di
kepulauan Nusa Tenggara atau di lahan yang banyak disirami air hujan
seperti Parahiyangan.
Di dunia tercatat lebih dari 75 genus dan 1250 spesies bambu.
Bambu yang ada di Asia Selatan dan Asia Tenggara kira-kira 80% dari
keseluruhan yang ada di dunia. Genus Bambusa mempunyai jumlah
spesies yang paling banyak, dan terutama banyak terdapat di daerah
tropis, termasuk Indonesia.
Karakteristik Bambu
Adapun beberapa sifat fisik penting bambu antara lain sebagai
berikut :
• Wettability
Wettability menunjukkan kemampuan cairan untuk menempel
pada permukaan benda padat. Wettability memberikan
pengaruh yang cukup besar pada adhesi.
• Kandungan air
Kandungan air merupakan sifat fisik bambu yang penting karena
mempengaruhi sifat mekanik dari bambu. Kandungan air pada
batang bambu setelah dipotong adalah antara 50-99%
sementara bambu yang telah kering adalah sekitar 12-18%

119
Komoditas serat dan kulit

• Berat jenis
Bambu memiliki berat jenis yang berkisar antara 600-900 kg/m3.
Untuk jenis bambu tali memiliki berat jenis rata-rata 820 kg/m3.

Serat sintetis
Serat sintetis atau serat buatan manusia umumnya berasal dari
bahan petrokimia. Namun demikian, ada pula serat sintetis yang
dibuat dari selulosa alami seperti rayon.
Serat polimer
Serat polimer adalah bagian dari serat sintetis. Serat jenis ini
dibuat melalui proses kimia. Bahan yang umum digunakan untuk
membuat serat polimer:
o polyamida nilon,
o PET atau PBT [[poliester], digunakan untuk membuat botol
plastik,
o fenol-formaldehid (PF)
o serat polivinyl alkohol (PVOH)
o serat polivinyl khlorida (PVC)
o poliolefin (PP dan PE)
o polyethylene (PE),
o Elastomer, digunakan untuk membuat spandex,
o poliuretan.

Fiberglass adalah kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis


dengan garis tengah sekitar 0,005 mm - 0,01 mm. Serat ini dapat
dipintal menjadi benang atau ditenun menjadi kain, yang kemudian
diresapi dengan resin sehingga menjadi bahan yang kuat dan tahan
korosi untuk digunakan sebagai badan mobil dan bangunan kapal. Dia
juga digunakan sebagai agen penguat untuk banyak produk plastik;
material komposit yang dihasilkan dikenal sebagai plastik diperkuat-

120
Komoditas serat dan kulit

gelas (glass-reinforced plastic, GRP) atau epoxy diperkuat glass-fiber


(GRE), disebut "fiberglass" dalam penggunaan umumnya.
Pembuat gelas dalam sejarahnya telah mencoba banyak
eksperimen dengan gelas giber, tetapi produksi masal dari fiberglass
hanya dimungkinkan setelah majunya mesin. Pada 1893, Edward
Drummond Libbey memajang sebuah pakaian di World Columbian
Exposition menggunakan glass fiber dengan diameter dan tekstur fiber
sutra. Yang sekarang ini dikenal sebagai "fiberglass", diciptakan pada
1938 oleh Russell Games Slayter dari Owens-Corning sebagai sebuah
material yang digunakan sebagai insulasi. Dia dipasarkan dibawah
merk dagang Fiberglas (sic), lihat juga merk dagang yang menjadi
generik.

B. KULIT
Kulit sapi yang baru selesai dikuliti, hanya dapat bertahan selam
12 jam setelah pengulitan. Bila tidak segera memperoleh penanganan,
kulit sapi akan terkontaminasi dengan organisme, dan membusuk.
Untuk menghindari kerusakan kulit sapi, dan bisa memasarkannya
sebagai bahan baku industri, kulit sapi harus diawetkan. Teknologi
penyamakan kulit sebenarnya termasuk salah satu aset kebudayaan
manusia yang tertua. Sejak zaman dulu orang telah menggunakan
kulit hewan untuk pakaian dan alat perlengkapan lainnya, namun kulit
mudah sekali membusuk jika terkena air atau basah dan akan menjadi
keras bila kering.
Usaha untuk menjadikan kulit hewan tidak busuk bila basah dan
tetap lemas bila kering, diperlukan teknologi agar daya tahan dan daya
simpan kulit tersebut menjadi meningkat. Ada beberapa cara untuk
meningkatkan potensi kulit sapi sebagai komoditi, antara lain:
1. Usaha pengawetan kulit sapi
Pada mulanya lebih kurang 150 tahun yang lalu pengawetan
kulit ini telah dilakukan, hanya saja bersifat empiris yaitu :

121
Komoditas serat dan kulit

• Secara kebetulan pemburu mengampaikan kulit pada dahan


atau merendam kulit hewan buruannya kedalam cairan kulit
kayu yang rasanya sangat sepat.
• Secara kebetulan juga orang Eskimo mengerjakan atau
meremas-remas kulit hewan dengan otak hewan atau minyak
ikan.
Peristiwa tersebut ternyata menjadikan kulit hewan lebih awet
dan lebih lemas bila dijadikan sebagai bahan pakaian atau
keperluan lainnya. Pada tingkat kemajuan pengetahuan, peristiwa
tersebut dipahami bahwa rasa sepat pada cairan kayu tersebut
mengandung tannin yang sampai saat ini masih digunakan sebagai
bahan penyamak nabati (vegetable tannin). Sedangkan otak hewan
dan minyak ikan ternyata mengandung lemak yang memiliki
banyak ikatan rangkap (lemak tak jenuh).
Pada hakekatnya tujuan pengawetan kulit adalah melindungi
kulit terhadap serangan bakteri, jamur dan serangga yang
menyebabkan pembusukan dan kerusakan kulit. Prinsip
pengawetan kulit adalah mengurangi kadar air kulit segar
sedemikian rupa sampai kadar air kulit kurang dari batas minimum
air yang diperlukan untuk hidup dan berkembangnya
mikroorganisme (kadar air 7-15%).
Pengawetan kulit selain mempertimbangkan segi teknologis juga
mempertimbangkan segi ekonomisnya. Syarat-syarat yang perlu
diperhatikan atau dipertimbangkan pada pengawetan kulit adalah :
• Mudah dilakukan
• Biayanya murah
• Bahan pengawet tidak mengadakan reaksi kimia dengan zat kulit
• Reversible (kulit dapat dikembalikan ke keadaan semula).

122
Komoditas serat dan kulit

Proses pengawetan kulit yang sering dilakukan adalah


pengeringan dan penggaraman.
a. Pengeringan
Sebelum diawetkan kulit harus dibersihkan dari daging,
lemak, noda darah dan kotoran-kotoran yang menempel.
Pembersihan kulit dapat menggunakan pisau tumpul atau kikir,
agar kulit tidak rusak. Kalau sudah bersih, kulit direntang dengan
alat perentang dari kayu kemudian dijemur dalam keadaan
terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan
sinar matahari adalah posisi sudut 45°. Untuk menjaga kualitas
kulit, penjemuran hanya dilakukan antara pukul 09.00-11.00 WIB
dan pukul 15.00-17.00 WIB, serta diangin-anginkan antara pukul
11.00-15.00 WIB pada tempat yang teduh.
Setelah kulit dirasa cukup kering (kadar air 7-15%), baru
dilakukan perendaman dalam larutan garam (campuran 100 liter
air dengan 50 kg garam) selama 36 jam. Selama 36 jam
perendaman, kepekatan larutan harus terkontrol dengan baik.
Selesai perendaman dalam larutan garam, kulit sapi bisa
diangkat dan dibentangkan pada lantai yang miring untuk
menuntaskan air. Jangan diperas, karena akan merusak kualitas
kulit.
b. Penggaraman
Ada dua cara penggaraman, yaitu penggaraman kering
dan penggaraman basah.
• Penggaraman Kering:
Bila penuntasan air dianggap cukup, bagian daging pada
kulit ditaburi garam sebanyak 10 persen dari berat kulit sapi,
dan kemudian didiamkan sampai 2-3 jam. Pekerjaan yang
terakhir adalah penjemuran kulit sapi dengan alat perentang.
• Penggaraman Basah:

123
Komoditas serat dan kulit

Bila penuntasan air dianggap cukup, kulit dibentangkan


dan bagian daging pada kulit ditaburi 30 persen dari berat
kulit basah. Kemudian kulit lainnya ditumpukkan dengan
bagian bulu dibawah, dan bagian daging ditaburi garam dan
seterusnya. Selanjutnya kulit didiamkan 24 jam, dan ditaburi
lagi sebanyak 20 persen dari berat kulit, didiamkan sampai 30
hari, sampai air tuntas sempurna.
Proses penjemuran dan pengeringan dianggap
cukup/sudah selesai apabila :
• Keadaan kulit tembus cahaya (transparan)
• Keadaan kulit tegang
• Bagian daging dan bulu kering
• Penampang kulit kalau diketuk dengan jari berbunyi
nyaring.
2. Usaha Penyamakan kulit
Kulit sapi yang akan disamak, harus dicuci lebih dahulu dengan
air bersih agar menjadi lunak. Selanjutnya kulit bagian daging
dibersihkan dari daging, lemak, noda kotoran atau darah yang
menempel. Sediakan air hangat yang bercampur soda (borax) dan
sabun cuci (detergent). Ukurannya 35 liter air, 200 gram soda, dan
1500 gram sabun cuci. Campuran diaduk sampai merata, kemudian
kulit direndam selama 2-3 jam. Bila sudah dianggap cukup, kulit
sapi bisa segera diangkat dan dibilas dengan dengan air bersih,
tetapi tidak boleh diperas. Kulit yang sudah bersih bisa dijemur
sebentar, lalu kulit bagian daging dicuci dengan bensin. Ini
dilakukan untuk menghilangkan lemak yang masih menempel pada
kulit tetapi tidak terlihat oleh mata.

Ada dua cara penyamakan kulit :

124
Komoditas serat dan kulit

a. Penyamakan kulit dengan garam dan asam belerang, caranya


sebagai berikut :
 35 liter air dicampur dengan 4500 gram garam, diaduk
merata, sehingga membentuk larutan, kemudian dimasukkan
100 cc asam belerang, dan diaduk lagi sampai merata semua.
 Kulit sapi selanjutnya direndam selama 3 hari, dan selama
perendaman harus sering diaduk-aduk agar proses
perendaman berlangsung sempurna.
 Selesai perendaman, kulit sapi bisa diangkat dan
dicelupkan pada air yang dicampur dengan soda (borax).
Ukuran campuran adalah 35 liter air, dan 300 gram soda.
Pencelupan kulit sapi hanya dilakukan selama 10 menit.
 Kulit sapi lalu dibilas dengan air bersih.
 Kulit sapi dijemur dengan menggunakan alat perentang.
 Agar kulit sapi tetap lemas dan memiliki kualitas
penyamakan yang baik, maka kulit sapi sebelum begitu
kering harus diolesi vaseline dan sering kali digosok dengan
kain.
b. Penyamakan kulit dengan pasta, caranya:
 35 liter air dicampur 4500 gram tawas (kalium aluminium
sulfat), diaduk sampai merata (larutan 1)
 17,5 liter air dicampur 1100 gram soda dan 2250 gram
garam, diaduk merata sempurna (larutan 2)
 Larutan 1 dicampur dengan larutan 2, aduk rata
 Ambil secukupnya capuran diatas ditambah tepung kanji
(aci) secukupnya, dimasukkan sedikit-sedikit dan aduk sampai
menjadi adonan pasta.
 Kulit sapi yang sudah bersih diolesi adonan pasta setebal 3
mm, secara merata pada bagian daging dan bila selesai diberi
penutup kertas. Lalu didiamkan selama 24 jam, esoknya

125
Komoditas serat dan kulit

kertas dan adonan pasta dilepas dan dibuang, lalu diganti


dengan adonan pasta yang baru dan ditutup kertas. Perlakuan
seperti ini dilaksanakan sampai tiga kali berturut-turut.
 Setelah melewati proses pengolesan pasta selama 3 hari,
maka pada hari yang keempat diolesi pasta sekali lagi, tetapi
didiamkan selama 4 hari.
 Terakhir cuci kulit dengan campuran: 17,5 liter air, 1100
gram soda dan 2250 gram garam. Selanjutnya dibilas dengan
air bersih, lalu dijemur dengan alat perentang.
Dari dua cara penyamakan tersebut penyamakan kulit dengan
garam dan asam belerang akan menghasilkan kualitas penyamakan
lebih baik dari pada cara penyamakan kulit dengan pasta, karena
kulit sapi bisa lemas, berbeda dengan penyamakan dengan pasta
yang menghasilkan kulit agak keras dan sulit dilipat. Namun untuk
melaksanakan penyamakan kulit sapi dengan garam dan asam
belerang, diperlukan pekerjaan yang hati-hati, sebab asam belerang
yang
kental sangat berbahaya bagi manusia bila asapnya sempat
tersedot, dan bila sampai terkena pada kulit tangan dan baju.
Pelaksanaan penyamakan kulit macam ini, umumnya dilakukan oleh
industri penyamakan kulit.

Gelatin
Gelatin adalah salah satu hidrokoloid yang dapat digunakan sebagai
gelling, bahan pengental (thickner) atau penstabil. Gelatin berbeda
dengan hidrokoloid lain, karena kebanyakan hidrokoloid adalah
polisakarida seperti karagenan dan pektin, sedangkan gelatin
merupakan protein mudah dicerna, mengandung semua asam-asam
amino essensial kecuali triptofan. Komposisi asam amino dari gelatin
dapat dilihat pada tabel 11.1.
Tabel 11.1 Kandungan asam amino pada gelatin

126
Komoditas serat dan kulit

Ditinjau dari struktur kimianya yang merupakan polipeptida asam


amino, gelatin merupakan suatu senyawa ampoter. Muatan asam
amino dapat berubah positif atau negatif tergantung dari media
sekitarnya (pelarut). Struktur gelatin adalah seperti Gambar xx.
Kegunaan gelatin terutama adalah untuk mengubah cairan menjadi
padatan yang elastis atau mengubah bentuk sol menjadi gel. Reaksi
pembentukan gel oleh gelatin bersifat reversible karena bila gel
dipanaskan akan terbentuk sol dan sewaktu didinginkan akan kembali
terbentuk gel lagi. Keadaan tersebut membedakan dengan gel dari
pektin, alginat, pati, albumin telur dan protein susu yang bentuk
gelnya irreversible.

Gambar 11.1 Struktur kimia gelatin

Sifat sisik secara umum dan kandungan unsur-unsur mineral


tertentu dalam gelatin dapat digunakan untuk menilai mutu gelatin.
Standar mutu gelatin dapat dilihat pada Tabel 11.2.

127
Komoditas serat dan kulit

Tabel 11.2 Standar mutu gelatin

Proses Pembuatan Gelatin


Pada prinsipnya proses pembuatan gelatin dapat dibagi menjadi
dua macam yaitu proses asam dan proses basa. Perbedaan keduanya
terletak pada proses perendamannya. Tipe produk akhirnya ada dua
yaitu tipe A dan tipe B.

Gelatin Tipe A
Bahan baku gelatin tipe A biasanya berasal dari kulit babi atau dari
ossein (tulang yang telah mengalami demineralisasi yaitu
penghilangan kalsium fosfat). Proses produksi utama gelatin dibagi
dalam tiga tahap:
1. Persiapan bahan baku
2. Konversi kolagen menjadi gelatin
3. Pemurnian serta perolehan gelatin dalam bentuk kering.
Adapun tahap-tahap pembuatan gelatin dari tulang ayam meliputi
pembersihan, degreasing, reduksi ukuran tulang, demineralisasi,
liming, ekstraksi, pemekatan, pengeringan. Degreasing adalah proses
penghilangan lemak dari jaringan tulang. Penghilangan lemak pada
tulang efektif dilakukan pada suhu antara titik cair lemak dan suhu
koagulasi albumin tulang yaitu antara 32-80°C, sehingga dihasilkan
kelarutan lemak yang optimum. Reduksi ukuran tulang adalah

128
Komoditas serat dan kulit

pengecilan ukuran tulang kira-kira 2-4 cm2. Pengecilan ukuran tulang


untuk memperluas permukaan tulang sehingga reaksi berlangsung
lebih cepat dan sempurna. Demineralisasi bertujuan untuk
menghilangkan garam kalsium dan garam-garam lainnya sehingga
diperoleh ossein. Proses ini berlangsung selama 10-14 hari dalam
wadah tahan asam, dalam larutan asam (bisa asam sulfat, asam sulfit,
asam fosfat dan yang terbaik adalah asam klorida) dengan
konsentrasi antara 4-7%. Kalsium tulang terutama dalam bentuk
kalsium fosfat dalam larutan HCl terurai menjadi Ca2- dan asam fofat.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Ca3(PO4)2 + 6HCl 3CaCl2 + 2H3PO4
Keuntungan dari proses asam antara lain adalah persiapan bahan
baku hanya memerlukan waktu relatif singkat, biaya lebih murah dan
dalam waktu singkat pula asam mampu mengubah serat kolagen tripel
heliks menjadi rantai tunggal, sedangkan proses basa dihasilkan rantai
ganda. Ektraksi adalah proses denaturasi untuk mengubah serat
kolagen yang tidak larut air dengan penambahan senyawa pemecah
ikatan hidrogen pada suhu kamar atau suhu lebih rendah. Kisaran
temperatur ekstraksi yang digunakan antara 50°C dan 100°C atau
lebih rendah, sedangkan nilai pH ekstraksi dapat bervariasi untuk
setiap metode. Penyaringan larutan dilakukan untuk menghilangkan
zat-zat lain yang tidak larut yang akan mengurangi kemurnian gelatin.
Pemekatan larutan gelatin untuk meningkatkan total solid larutan
sehingga mempercepat proses pengeringan dengan menggunakan
evaporator. Pemekatan dilakukan selama 5 jam pada suhu 70°C
hingga kepekatan mencapai 25-30%. Tahap terakhir adalah
pengeringan gelatin pekat yang telah padat dengan sinar matahari
langsung atau dengan menggunakan mesin pengering yang bersuhu
32-60°C. Pengeringan selesai apabila kadar air gelatin mencapai 9-
12% selama 24 jam.

129
Komoditas serat dan kulit

Gelatin Tipe B
Pada prinsipnya perbedaan proses pembuatan gelatin tipe A dan
tipe B adalah pada proses perendamannya. Dalam pembuatan gelatin
tipe A, bahan baku diberi perlakuan perendaman dalam asam
sedangkan perlakuan yang diaplikasikan untuk menghasilkan gelatin
tipe B adalah perendaman dalam air kapur. Proses ini disebut dengan
proses alkali. Bahan baku gelatin tipe B berasal dari kulit hewan dan
tulang. Pada produksi gelatin tipe B dilakukan perendaman tulang
dalam larutan hidroksida (liming) dengan konsentrasi antara 5-15%
selama 3-8 minggu. Proses ini bertujuan untuk melarutkan komponen
non kolagen dan untuk melunakkan ossein. Ossein yang lunak akan
memudahkan proses ekstraksi karena larutan gelatin mudah terbentuk
selama proses perendaman. Perubahan lain yang terjadi selama proses
liming adalah pemutusan ikatan hidogen dan ikatan elektrostatik, serta
beberapa kovalen antar rantai kolagen dapat terputus. Bila proses
liming tidak dilakukan dengan tepat (waktu dan konsentrasinya), dapat
terjadi kelarutan kolagen dalam larutan kapur. Hal ini dapat
menyebabkan penurunan rendemen gelatin yang dihasilkan. Untuk
proses selanjutnya sama seperti proses pembuatan gelatin tipe A.

Teknik Pengolahan Bulu Domba


Tahap-tahap pengolahan bulu domba meliputi : pencukuran bulu,
penyortiran, pencucian, penjemuran, pemisahan, penyisiran,
pemintalan, pemutihan, pewarnaan, pembuatan disain, dan
penenunan.
1. Pencukuran Bulu
 Bulu domba dicukur dengan gunting
 Hasil guntingan bulu dikumpulkan
2. Penyortiran
 Pisahkan bulu dari kotoran (feses), rumput, ranting, tanah dan lain-lain

130
Komoditas serat dan kulit

3. Pencucian Bulu
Pencucian bulu dilakukan tiga tahap, yaitu :
a. Perendaman
 Bulu direndam dalam air selama 12 jam (satu
malam)
 Kemudian dibilas
b. Pencucian dengan deterjen
 Larutkan 100 gram deterjen ke dalam 10 liter air
 Rendam bulu selama 15 menit
 Kemudian angkat dan bilas dengan air bersih
c. Pencucian dengan Desinfektan
 Larutkan desinfektan (lisol atau densol) sebanyak
100 cc ke dalam 10 liter air.
 Celupkan bulu yang sudah dicuci dengan deterjen ke
dalam larutan desinfektan.
 Kemudian angkat, diperas dan langsung dijemur.
4. Penjemuran
 Hamparkan (tipis saja) di atas meja penjemuran.
 Jemur selama 1-2 hari pada waktu yang cerah.
5. Pemisahan Bulu
 Sobek-sobek bulu yang masih menggumpal dengan kedua
tangan sampai bulu menjadi terurai
 Apabila gumpalan bulu tersebut sulit diuraikan, maka
digunting dan dibuang saja.
6. Penyisiran Bulu
 Bulu diletakkan di atas sisir
 Kemudian sisir diputar-putar sampai bulu tersebut
terbentuk lembaran-lembaran tipis.
7. Pemintalan

131
Komoditas serat dan kulit

 Bulu yang sudah disisr dimasukkan sedikit demi sedikit ke


dalam lubang benang alat pintal
 Kemudian putar roda dengan kaki terus menerus sampai
terbentuk helai-helai benang.
 Kemudian setiap dua helai benang dipintal/digabung
menjadi benang.

8. Pemutihan
 Benang hasil pintalan perlu diputihkan
 Rebus air 2 liter sampai mendidih lalu masukkan 2 sendok
(± 10 ml) H2O2 dan 2 sendok deterjen
 Kemudian didihkan lagi dan masukkan benang yang akan
diputihkan, diaduk-aduk sampai berbusa (± 5 menit)
 Angkat dan bilas dengan air sampai bersih, lalu dijemur
9. Pewarnaan
 Pewarnaan benang menggunakan pewarna tekstil, sesuai
dengan warna yang diinginkan
 Campur 10 liter air + 0,3 liter biang cuka + pewarna
 Rebus benang dalam campuran pewarna tersebut selama
1 jam, lalu angkat dan ditiriskan
 Kemudian benang dicuci sekali lagi dan terakhir
dikeringkan.
10. Pembuatan Disain
 Disain disesuaikan dengan barang kerajinan yang akan
dibuat (misalnya: keset, tas, hiasan dinding)
 Gambar ukuran dan motif yang diinginkan
 Tentukan warna-warna pada motif yang diinginkan.

132
Komoditas serat dan kulit

133

You might also like