Professional Documents
Culture Documents
A. SERAT
Serat adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan
komponen yang membentuk jaringan memanjang yang utuh. Contoh
serat yang paling sering dijumpai adalah serat pada kain. Serat dapat
digolongkan menjadi dua jenis yaitu serat alami dan serat sintetis
(serat buatan manusia). Serat sintetis dapat diproduksi secara murah
dalam jumlah yang besar. Namun demikian, serat alami memiliki
berbagai kelebihan khususnya dalam hal kenyamanan.
Saat ini, serat alam mulai mendapatkan perhatian yang serius
dari para ahli material komposit karena :
• Serat alam memiliki kekuatan spesifik yang tinggi karena serat
alam memiliki berat janis yang rendah.
• Serat alam mudah diperoleh dan merupakan sumber daya alam
yang dapat diolah kembali, harganya relatif murah, dan tidak
beracun.
Produk-produk yang berasal dari serat sintetis seperti serat polyester
untuk tekstil, polypropilene untuk plastik, semuanya berasal dari
minyak bumi yang merupakan bahan yang suatu saat akan menipis
cadangannya (bahan non renewable).
Serat Alam
Serat alami adalah serat yang diproduksi oleh tumbuh-tumbuhan,
hewan, dan proses geologis. Serat alami dapat digolongkan sebagai
berikut :
• Serat tumbuhan/serat pangan; biasanya tersusun atas selulosa,
hemiselulosa, dan terkadang mengandung pula lignin. Serat
tumbuhan digunakan sebagai bahan pembuat kertas dan tekstil.
Serat ini juga penting bagi nutrisi manusia.
• Serat kayu, berasal dari tumbuhan berkayu.
114
Komoditas serat dan kulit
Kapas
Kapas adalah sebuah serat lembut yang
tumbuh di sekitar biji tanaman kapas. Serat ini
kemudian digulung menjadi benang dan
digunakan untuk membuat tekstil halus. Kapas
merupakan tanaman yang berharga karena
hanya sekitar 10% dari berat kasar hilang dalam pemrosesan. Ketika
lilin, protein, dll disingkirkan, sisanya adalah polimer alami dari
selulosa murni. Selulosa ini teratur sedemikian rupa sehingga
memberikan sifat kekuatan, durabilitas, daya serap yang unik.
Rami
Rami (Boehmeria nivea) merupakan tanaman
tahunan berbentuk rumpun. Kulit kayunya dapat
menghasilkan serat panjang yang sangat kuat dan
mengkilap. Batang tumbuh dari rhizoma yang
berbentuk ramping dan dapat mencapai tinggi 2,5
m, dengan diameter batang 1,2-2,0 cm. Serat rami merupakan salah
satu bahan baku tekstil dengan cara dicampur dengan serat kapas
atau poliester. Dibandingkan dengan kapas, serat rami lebih kuat
sehingga banyak dimanfaatkan untuk bahan pakaian atau
perlengkapan militer. Untuk dapat menjadi benang, serat rami perlu
dipintal dengan mesin khusus karena termasuk serat panjang,
115
Komoditas serat dan kulit
Kenaf
Tanaman kenaf menghasilkan serat yang
berasal dari kulit batangnya. Keistimewaan
tanaman kenaf ini dapat tumbuh dalam keadaan
tergenang/banjir, sehingga mendapat julukan
tanaman primadona di lahan banjir. Pada waktu
banjir, jika tanaman semusim lain mati, tinggal
tanaman kenaf yang mampu memberikan
116
Komoditas serat dan kulit
Abaca
Abaca (Musa textillis Nee) adalah tumbuhan
yang termasuk dalam famili Musaceae yang
berasal dari Filipina yang telah dikenal dan telah
dikembangkan sejak tahun 1519 (Wibowo, 1998).
Masyarakat di kepulauan Sangihe Sulawesi Utara,
sangat akrab dengan tanaman ini. Banyak orang percaya Abaca
117
Komoditas serat dan kulit
Kapuk
Kapuk randu atau kapuk (Ceiba pentandra) adalah
pohon tropis yang tergolong ordo Malvales dan
famili Malvaceae (sebelumnya dikelompokkan ke
dalam famili terpisah Bombacaceae), berasal dari
bagian utara dari Amerika Selatan, Amerika
Tengah dan Karibia, dan (untuk varitas C. pentandra var. guineensis)
berasal dari sebelah barat Afrika. Kata "kapuk" atau "kapok" juga
digunakan untuk menyebut serat yang dihasilkan dari bijinya. Pohon
ini juga dikenal sebagai kapas Jawa atau kapok Jawa, atau pohon
kapas-sutra. Pohon ini tumbuh hingga setinggi 60-70 m dan dapat
118
Komoditas serat dan kulit
Bambu
Bambu adalah tanaman termasuk Bamboidae, salah satu anggota
sub familia rumput, pertumbuhannya sangat cepat. Pada masa
pertumbuhan, bambu tertentu dapat tumbuh vertikal 5cm per jam,
atau 120cm per hari. Tanaman bambu mempunyai ketahanan yang
luar biasa. Rumput bambu yang telah dibakar, masih dapat tumbuh
lagi. Bambu dapat tumbuh di lahan yang sangat kering seperti di
kepulauan Nusa Tenggara atau di lahan yang banyak disirami air hujan
seperti Parahiyangan.
Di dunia tercatat lebih dari 75 genus dan 1250 spesies bambu.
Bambu yang ada di Asia Selatan dan Asia Tenggara kira-kira 80% dari
keseluruhan yang ada di dunia. Genus Bambusa mempunyai jumlah
spesies yang paling banyak, dan terutama banyak terdapat di daerah
tropis, termasuk Indonesia.
Karakteristik Bambu
Adapun beberapa sifat fisik penting bambu antara lain sebagai
berikut :
• Wettability
Wettability menunjukkan kemampuan cairan untuk menempel
pada permukaan benda padat. Wettability memberikan
pengaruh yang cukup besar pada adhesi.
• Kandungan air
Kandungan air merupakan sifat fisik bambu yang penting karena
mempengaruhi sifat mekanik dari bambu. Kandungan air pada
batang bambu setelah dipotong adalah antara 50-99%
sementara bambu yang telah kering adalah sekitar 12-18%
119
Komoditas serat dan kulit
• Berat jenis
Bambu memiliki berat jenis yang berkisar antara 600-900 kg/m3.
Untuk jenis bambu tali memiliki berat jenis rata-rata 820 kg/m3.
Serat sintetis
Serat sintetis atau serat buatan manusia umumnya berasal dari
bahan petrokimia. Namun demikian, ada pula serat sintetis yang
dibuat dari selulosa alami seperti rayon.
Serat polimer
Serat polimer adalah bagian dari serat sintetis. Serat jenis ini
dibuat melalui proses kimia. Bahan yang umum digunakan untuk
membuat serat polimer:
o polyamida nilon,
o PET atau PBT [[poliester], digunakan untuk membuat botol
plastik,
o fenol-formaldehid (PF)
o serat polivinyl alkohol (PVOH)
o serat polivinyl khlorida (PVC)
o poliolefin (PP dan PE)
o polyethylene (PE),
o Elastomer, digunakan untuk membuat spandex,
o poliuretan.
120
Komoditas serat dan kulit
B. KULIT
Kulit sapi yang baru selesai dikuliti, hanya dapat bertahan selam
12 jam setelah pengulitan. Bila tidak segera memperoleh penanganan,
kulit sapi akan terkontaminasi dengan organisme, dan membusuk.
Untuk menghindari kerusakan kulit sapi, dan bisa memasarkannya
sebagai bahan baku industri, kulit sapi harus diawetkan. Teknologi
penyamakan kulit sebenarnya termasuk salah satu aset kebudayaan
manusia yang tertua. Sejak zaman dulu orang telah menggunakan
kulit hewan untuk pakaian dan alat perlengkapan lainnya, namun kulit
mudah sekali membusuk jika terkena air atau basah dan akan menjadi
keras bila kering.
Usaha untuk menjadikan kulit hewan tidak busuk bila basah dan
tetap lemas bila kering, diperlukan teknologi agar daya tahan dan daya
simpan kulit tersebut menjadi meningkat. Ada beberapa cara untuk
meningkatkan potensi kulit sapi sebagai komoditi, antara lain:
1. Usaha pengawetan kulit sapi
Pada mulanya lebih kurang 150 tahun yang lalu pengawetan
kulit ini telah dilakukan, hanya saja bersifat empiris yaitu :
121
Komoditas serat dan kulit
122
Komoditas serat dan kulit
123
Komoditas serat dan kulit
124
Komoditas serat dan kulit
125
Komoditas serat dan kulit
Gelatin
Gelatin adalah salah satu hidrokoloid yang dapat digunakan sebagai
gelling, bahan pengental (thickner) atau penstabil. Gelatin berbeda
dengan hidrokoloid lain, karena kebanyakan hidrokoloid adalah
polisakarida seperti karagenan dan pektin, sedangkan gelatin
merupakan protein mudah dicerna, mengandung semua asam-asam
amino essensial kecuali triptofan. Komposisi asam amino dari gelatin
dapat dilihat pada tabel 11.1.
Tabel 11.1 Kandungan asam amino pada gelatin
126
Komoditas serat dan kulit
127
Komoditas serat dan kulit
Gelatin Tipe A
Bahan baku gelatin tipe A biasanya berasal dari kulit babi atau dari
ossein (tulang yang telah mengalami demineralisasi yaitu
penghilangan kalsium fosfat). Proses produksi utama gelatin dibagi
dalam tiga tahap:
1. Persiapan bahan baku
2. Konversi kolagen menjadi gelatin
3. Pemurnian serta perolehan gelatin dalam bentuk kering.
Adapun tahap-tahap pembuatan gelatin dari tulang ayam meliputi
pembersihan, degreasing, reduksi ukuran tulang, demineralisasi,
liming, ekstraksi, pemekatan, pengeringan. Degreasing adalah proses
penghilangan lemak dari jaringan tulang. Penghilangan lemak pada
tulang efektif dilakukan pada suhu antara titik cair lemak dan suhu
koagulasi albumin tulang yaitu antara 32-80°C, sehingga dihasilkan
kelarutan lemak yang optimum. Reduksi ukuran tulang adalah
128
Komoditas serat dan kulit
129
Komoditas serat dan kulit
Gelatin Tipe B
Pada prinsipnya perbedaan proses pembuatan gelatin tipe A dan
tipe B adalah pada proses perendamannya. Dalam pembuatan gelatin
tipe A, bahan baku diberi perlakuan perendaman dalam asam
sedangkan perlakuan yang diaplikasikan untuk menghasilkan gelatin
tipe B adalah perendaman dalam air kapur. Proses ini disebut dengan
proses alkali. Bahan baku gelatin tipe B berasal dari kulit hewan dan
tulang. Pada produksi gelatin tipe B dilakukan perendaman tulang
dalam larutan hidroksida (liming) dengan konsentrasi antara 5-15%
selama 3-8 minggu. Proses ini bertujuan untuk melarutkan komponen
non kolagen dan untuk melunakkan ossein. Ossein yang lunak akan
memudahkan proses ekstraksi karena larutan gelatin mudah terbentuk
selama proses perendaman. Perubahan lain yang terjadi selama proses
liming adalah pemutusan ikatan hidogen dan ikatan elektrostatik, serta
beberapa kovalen antar rantai kolagen dapat terputus. Bila proses
liming tidak dilakukan dengan tepat (waktu dan konsentrasinya), dapat
terjadi kelarutan kolagen dalam larutan kapur. Hal ini dapat
menyebabkan penurunan rendemen gelatin yang dihasilkan. Untuk
proses selanjutnya sama seperti proses pembuatan gelatin tipe A.
130
Komoditas serat dan kulit
3. Pencucian Bulu
Pencucian bulu dilakukan tiga tahap, yaitu :
a. Perendaman
Bulu direndam dalam air selama 12 jam (satu
malam)
Kemudian dibilas
b. Pencucian dengan deterjen
Larutkan 100 gram deterjen ke dalam 10 liter air
Rendam bulu selama 15 menit
Kemudian angkat dan bilas dengan air bersih
c. Pencucian dengan Desinfektan
Larutkan desinfektan (lisol atau densol) sebanyak
100 cc ke dalam 10 liter air.
Celupkan bulu yang sudah dicuci dengan deterjen ke
dalam larutan desinfektan.
Kemudian angkat, diperas dan langsung dijemur.
4. Penjemuran
Hamparkan (tipis saja) di atas meja penjemuran.
Jemur selama 1-2 hari pada waktu yang cerah.
5. Pemisahan Bulu
Sobek-sobek bulu yang masih menggumpal dengan kedua
tangan sampai bulu menjadi terurai
Apabila gumpalan bulu tersebut sulit diuraikan, maka
digunting dan dibuang saja.
6. Penyisiran Bulu
Bulu diletakkan di atas sisir
Kemudian sisir diputar-putar sampai bulu tersebut
terbentuk lembaran-lembaran tipis.
7. Pemintalan
131
Komoditas serat dan kulit
8. Pemutihan
Benang hasil pintalan perlu diputihkan
Rebus air 2 liter sampai mendidih lalu masukkan 2 sendok
(± 10 ml) H2O2 dan 2 sendok deterjen
Kemudian didihkan lagi dan masukkan benang yang akan
diputihkan, diaduk-aduk sampai berbusa (± 5 menit)
Angkat dan bilas dengan air sampai bersih, lalu dijemur
9. Pewarnaan
Pewarnaan benang menggunakan pewarna tekstil, sesuai
dengan warna yang diinginkan
Campur 10 liter air + 0,3 liter biang cuka + pewarna
Rebus benang dalam campuran pewarna tersebut selama
1 jam, lalu angkat dan ditiriskan
Kemudian benang dicuci sekali lagi dan terakhir
dikeringkan.
10. Pembuatan Disain
Disain disesuaikan dengan barang kerajinan yang akan
dibuat (misalnya: keset, tas, hiasan dinding)
Gambar ukuran dan motif yang diinginkan
Tentukan warna-warna pada motif yang diinginkan.
132
Komoditas serat dan kulit
133