You are on page 1of 55

Komoditas atsiri

5. KOMODITAS ATSIRI

6.1 GAMBARAN UMUM MINYAK ATSIRI

1. Definisi Minyak Atsiri


Minyak atsiri yang dikenal dengan nama
minyak terbang (volatile oil) atau minyak
eteris (essential oil) adalah minyak yang dihasilkan dari
tanaman dan mempunyai sifat mudah menguap pada suhu
kamar tanpa mengalami dekomposisi. Minyak atsiri merupakan
salah satu hasil proses metabolisme dalam tanaman, yang
terbentuk karena reaksi berbagai senyawa kimia dan
air. Sifat dari minyak atsiri yang lain adalah
mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau wangi
sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam
pelarut organik seperti alkohol, eter, petroleum, benzene, dan
tidak larut dalam air (Ketaren, 1983).
Kebanyakan minyak atsiri terbentuk bebas atau
sebagai glukosa, karena adanya air dan enzim-enzim
sehingga mengalami penguraian menjadi minyak atsiri
(Sandler, 1952).

2. Komponen dan Susunan Kimiawi Minyak Atsiri


Minyak atsiri umumnya terdiri dari campuran berbagai
persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur-unsur kimia
seperti karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan beberapa
persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen (N), serta
belerang (S). Guenther (1987) mengatakan bahwa minyak atsiri
terutama terdiri dari persenyawaan kimia mudah menguap,
termasuk golongan hidrokarbon asiklik dan hidrokarbon isosiklik
serta turunan hidrokarbon yang telah mengikat oksigen.

193
Komoditas atsiri

Menurut Ketaren (1985) umumnya komponen kimia


minyak atsiri dibagi menjadi 2 golongan yaitu hidrokarbon dan
hidrokarbon beroksigen (oxygented hidrocarbon). Jenis
hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri sebagian besar
terdiri dari monoterpen (2 unit isopren), sesquiterpen (3 unit
isoterpen), diterpen (4 unit isoterpen), dan politerpen, serta
parafin, olefin dan hidrokarbon aromatik. Di samping itu minyak
atsiri mengandung resin dan lilin dalam jumlah kecil. Resin dan
lilin merupakan komponen yang tidak mudah menguap.
3. Sumber Minyak Atsiri
Tanaman penghasil minyak atsiri di Indonesia kurang lebih
sebanyak 160-200 jenis, dan termasuk dalam famili Pinaceae,
Labiatae, Compositae, dan sebagainya. Bagian jaringan tanaman
penghasil minyak atsiri adalah akar, batang, daun, bunga, buah,
kulit, dan biji. Minyak atsiri yang berasal dari daun antara lain
minyak sereh, nilam, dan kayu putih, cengkeh sedangkan yang
berasal dari bunga tanaman yaitu kenanga, melati, mawar,
ylang-ylang, cempaka, dan cengkeh. Lain halnya dengan panili,
lada, dan ketumbar, minyaknya dapat diperoleh dari kulit buah
atau buahnya. Kayu manis, cendana, cabe dan sebagainya
berasal dari kulit batang atau batangnya dan minyak atsiri yang
berasal dari akar seperti jahe, akar wangi, sarsapella, dan lain-
lain.
Minyak atsiri Indonesia yang dikenal dalam dunia
perdagangan dunia antara lain nilam, cengkeh, lada, pala, akar
wangi, sereh wangi, kayu putih, cendana, gaharu, kayu manis,
jahe, mesoyi, kemukus, kenanga, bunga-bunga dan lainnya.

4. Aplikasi Minyak Atsiri


Minyak atsiri merupakan komoditas ekspor non migas yang
dibutuhkan oleh berbagai negara. Aplikasinya banyak digunakan
pada berbagai industri seperti :

194
Komoditas atsiri

• Industri makanan : bahan penyedap dan penambah cita


rasa
• Industri farmasi : obat anti nyeri, anti infeksi dan anti
bakteri
• Industri bahan pengawet (sebagai insektisida)
• Industri kosmetik dan personal care products :
sabun, pasta gigi, lotion, skincare, produk-
produk kecantikan, dan sebagainya
• Industri parfum
Penggunaan minyak atsiri dapat melalui
konsumsi langsung melalui mulut atau dengan
pemakaian luar. Minyak atsiri yang dikonsumsi
secara langsung dapat berupa makanan atau
minuman seperti jamu yang mengandung minyak
atsiri, penyedap/fragrant makanan, flavour ice cream, permen,
dan pasta gigi. Adapun yang lebih banyak digunakan adalah
untuk pemakaian luar seperti pemijatan, lulur, obat luka/memar,
pewangi (parfum), lotion dan lain sebagainya. Juga dapat
dilakukan melalui pernapasan/inhalasi dengan wangi-wangian
ruangan, aroma untuk aromaterapi, rasa sejuk/”cool”.

5. Kondisi Minyak Atsiri Indonesia


Beberapa daerah produksi minyak atsiri adalah daerah
Jawa Barat (sereh wangi, akar wangi, daun cengkeh, pala), Jawa
Timur (kenanga, daun cengkeh), Jawa Tengah (daun cengkeh,
pala), Bengkulu (nilam), Aceh (nilam, pala), Nias, Tapanuli, dan
Sumatera Barat (Manurung, 2003).
Dari 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di dunia
sekitar 40 jenis diantaranya terdapat di Indonesia. Sementara
yang baru dapat diekspor Indonesia hanya 20 jenis. Beberapa
jenis minyak atsiri yang diekspor diantaranya adalah akar wangi,
serai wangi, minyak cengkeh, minyak nilam, dan minyak pala.

195
Komoditas atsiri

Pangsa pasar ekspor minyak nilam adalah 90%, minyak pala


75%, minyak cengkeh 40% dan minyak serei 15%. Jenis, volume
dan nilai ekspor dan impor minyak atsiri Indonesia selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 6.1 dan 6.2.

Tabel 6.1. Jenis dan ekspor minyak atsiri Indonesia (2002-2005)

Sumber : BPS (2002-2005)

Tabel 6.2. Jenis dan impor minyak atsiri Indonesia (2002-


2005)

196
Komoditas atsiri

Sumber : BPS( 2002-2005)

Tabel 6.3 Potensi keanekaragaman tanaman aromatik


(penghasil minyak atsiri) yang sudah berkembang
Nama Nama Nama
No Kegunaan
Minyak Dagang Tanaman
1. Nilam Patchouli oil Pogestemon Parfum, sabun
2. Serai wangi Citronella oil cablin Parfum, sabun
3. Akar wangi Vetiver oil Andropogon Parfum, sabun
4. Kenanga Cananga oil nardus Parfum, sabun
5. Cendana Sandalwood Vetiveria Parfum, sabun
6. Kayu putih oil zizanoides Farmasi
Cajeput oil Canangium
7. Daun odoratum Parfum,
cengkeh Clove leaf oil Santalum album farmasi,
8. Melaleuca makanan,
9. Gagang Clove stem leucadendron rokok
10. cengkeh oil Syzygium Idem
11. Bunga Clove bud aromaticum Idem
12. cengkeh oil Makanan,
Pala Nutmeg oil Syzygium rokok
Lada Black aromaticum Makanan,
Jahe pepper oil Syzygium minuman
Ginger oil aromaticum Makanan,
Myristica minuman
fragrans
Piper nigrum
Zingiber
officinale

Tabel 6.4 Potensi keanekaragaman tanaman aromatik


(penghasil minyak atsiri) yang sedang berkembang
No Nama Nama Nama
Kegunaan
. Minyak Dagang Tanaman

197
Komoditas atsiri

1. Masoi Massoi oil Criptocaria Makanan


2. Kulit manis Cinnamon massoia Makanan,
3. Daun kayu Bark Cinnamomum farmasi
4. manis Cinnamon burmanii Makanan,
5. Ylang-ylang leaf oil Cinnamomum farmasi
Serai dapur Ylang-ylang casea Parfum,
6. oil Canangium sabun
Serai dapur Lemon Grass odoratum Makanan,
7. oil Cymbopogon farmasi
8. Gaharu (East India) flexyosus
Klausena Lemon Grass Cymbopogon Makanan,
9. oil citratus farmasi
Permen (West Indian) Aquilaria sp
10 Agarwood oil Clausena Parfum
. Kemukus Clausena/Anis anisata Farmasi,
oil rokok,
Mentha minuman,
Cormint oil arvensis parfum,
Farmasi,
Cubeb oil Piper cubeba rokok,
makanan
Makanan,
farmasi

6. Proses Produksi Minyak Atsiri


Untuk menghasilkan minyak atsiri dapat
dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu :
• Penyulingan
• Ekstraksi dengan pelarut
• Pengempaan
Minyak atsiri terdapat pada kantung-kantung minyak
dalam jaringan tumbuhan sehingga diperlukan suatu usaha
untuk mengeluarkannya. Salah satu caranya adalah dengan
melakukan penyulingan.
Sistem Penyulingan
Penyulingan adalah suatu proses pemisahan secara fisik
suatu campuran dua atau lebih produk yang mempunyai titik
didih yang berbeda, dengan cara mendidihkan terlebih dahulu
komponen yang mempunyai titik didih rendah terpisah dari

198
Komoditas atsiri

campuran atau dapat pula didefinisikan sebagai pemisahan


komponen-komponen suatu campuran dari dua jenis cairan atau
lebih berdasarkan perbedaaan tekanan uap dari masing-masing
zat tersebut. Adapun tujuan dari proses penyulingan adalah
memperoleh minyak atsiri dari tanaman aromatik yang
mempunyai kandungan minyak atsiri yang sulit untuk diekstrak
pada kondisi lingkungan normal.
Tabel 6.5. Tanaman atsiri yang berpotensi untuk dikembangkan

Sumber : Balitro; Kemala (1990); Hobir (2002)

199
Komoditas atsiri

Gambar 6.1 Contoh mesin penyulingan minyak


atsiri skala industri

Gambar 6.2 Diagram alir proses


penyulingan minyak atsiri
Metode penyulingan minyak atsiri :
1. Penyulingan dengan air (water distillation)
2. Penyulingan dengan uap dan air (steam and water
distillation)
3. Penyulingan dengan uap langsung (steam distillation)
Istilah di atas mula-mula diperkenalkan oleh Von
Rechenberg dan terus berkembang menjadi teknik industri
minyak atsiri sampai sekarang.

a. Penyulingan dengan air


Pada metoda penyulingan dengan air, bahan yang akan
disuling kontak langsung dengan air mendidih. Air dipanaskan
dengan metode pemanasan yang biasa dilakukan, yaitu
dengan panas langsung, mantel uap, pipa uap melingkar
tertutup dan pipa uap melingkar terbuka.

200
Komoditas atsiri

Gambar 6.3 Proses penyulingan


dengan air

b. Penyulingan dengan air dan uap


Air dapat dipanaskan dengan berbagai cara yaitu dengan
uap jenuh yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khas dari
metode ini adalah (1) uap selalu dalam keadaan basah, jenuh
dan tidak panas; (2) bahan yang disuling hanya berhubungan
dengan uap dan tidak dengan air panas. Keuntungan metode ini
adalah uap berpenetrasi secara merata ke dalam bahan dan
suhu dapat dipertahankan sampai 100°C. Lama penyulingan
relatif singkat, rendemen minyak lebih besar dan mutunya lebih
baik jika dibandingkan dengan minyak hasil sistem penyulingan
dengan air, dan bahan yang disuling tidak menjadi gosong.

Gambar 6.4 Proses penyulingan dengan uap


dan air
c. Penyulingan dengan Uap Langsung

201
Komoditas atsiri

Uap yang digunakan adalah uap jenuh atau uap kelewat


panas pada tekanan lebih dari satu atmosfer. Uap dialirkan
melalui pipa uap berlingkar yang berpori yang terletak di bawah
bahan, dan uap bergerak ke atas melalui bahan yang terletak di
atas saringan.

Gambar 6.5 Proses penyulingan dengan


uap

Alat yang digunakan dalam penyulingan adalah :


1. Ketel Suling
Ketel suling digunakan sebagai tempat air atau uap untuk
mengadakan kontak langsung dengan bahan, serta untuk
menguapkan minyak atsiri. Pada bentuk sederhana ketel
suling berbentuk silinder atau tangki, yang mempunyai
diameter sama atau lebih kecil dari tinggi tangki. Tangki
tersebut dilengkapi dengan tutup yang dapat dibuka dan
diapitkan pada bagian atas penampang ketel. Pada atau
dekat penampang atas tangki dipasang pipa berbentuk leher
angsa untuk mengalirkan uap ke kondensor (Guenther, 1947).

2. Ketel Uap/Boiler
Ketel uap adalah pembangkit uap/dimana air dipanaskan di
bawah tekanan, dimana uap ini berfungsi sebagai zat
pemindah tenaga kaloris. Melalui api dan gas asap kalor
Ketel Suling, sebagai wadah bahan kontak langsung
dengan air atau uap

202
Komoditas atsiri

dipindahkan dari bahan bakar ke air dan uap melalui dinding


bidang pemanas, kemudian uap dapat disalurkan ke pemakai
sesuai dengan tujuan penggunaannya (Tambunan dan Karo-
karo dalam Sunarto, 1992).

Boiler, alat penghasil uap


panas

3. Kondensor (Pendingin)
Pendingin berfungsi untuk mengubah seluruh uap air dan
uap minyak menjadi fase cair. Jumlah panas yang dikeluarkan
pada peristiwa kondensasi sebanding dengan panas yang
diperlukan untuk penguapan uap minyak dan uap air serta
jumlah kecil panas tambahan dikeluarkan untuk
mendinginkan hasil kondensasi, yang berguna untuk menjaga
supaya suhunya di bawah titik didih (Guenther, 1947).
Kondensor yang paling umum digunakan adalah kondensor
berpilin (coil condenser) yang dimasukkan ke dalam tangki
berisi air dingin yang mengalir. Arah aliran air pendingin
berlawanan dengan arah uap air dan uap minyak.

Kondensor , pendingin uap air dan minyak

4. Oil Separator

203
Komoditas atsiri

Alat ini digunakan untuk memisahkan minyak dari air


suling. Jumlah volume air suling selalu lebih besar dari jumlah
minyak, dalam hal ini diperlukan agar air suling tersebut
terpisah secara otomatis dari minyak atsiri. Minyak atsiri dan
air suling tidak melarut; karena perbedaan bobot jenis maka
larutan tersebut akan terpisah dimana minyak tersebut
berada di atas lapisan air, hal ini yang merupakan prinsip
kerja dasar dari alat ini (Guenther, 1947).

Oil separator, memisahkan minyak dengan


zat-zat pengotor

Ada beberapa faktor yang menentukan mutu hasil


penyulingan, seperti :
1. Jenis dan penanganan bahan baku yang akan
disuling
2. Jenis, distribusi dan debit uap yang digunakan
3. Bahan penyusun ketel penyulingan
4. Dimensi alat penyuling
5. Metode penyulingan yang digunakan

Pada umumnya untuk mendapatkan rendemen yang tinggi


dan mutu minyak atsiri yang baik diperlukan usaha-usaha seperti
:
(1) suhu penyulingan dipertahankan serendah mungkin
dengan mengingat bahwa kecepatan serta besarnya
jumlah minyak ditentukan oleh suhu;

204
Komoditas atsiri

(2) pada penyulingan uap, jumlah air yang kontak langsung


dengan bahan yang disuling, diusahakan sesedikit
mungkin;
(3)perajangan bahan dimaksudkan agar pengisian bahan ke
dalam ketel suling sehomogen mungkin (Guenther, 1987).

7. Mutu Minyak Atsiri


Beberapa faktor yang berperan dalam menentukan mutu
minyak atsiri adalah jenis tanaman, umur panen, perlakuan
bahan sebelum penyulingan, jenis peralatan yang digunakan dan
kondisi prosesnya (seperti metode penyulingan, jumlah bahan,
dan lama penyulingan), perlakuan minyak setelah penyulingan,
kemasan, dan penyimpanan. Kondisi proses selain dapat
mempengaruhi mutu juga dapat mempengaruhi rendemen
minyak hasil penyulingan. Penanganan bahan yang kurang tepat
sebelum penyulingan, dapat mengakibatkan kehilangan minyak
atsiri cukup besar dan juga dapat menurunkan mutunya.
Perlakuan pendahuluan terhadap bahan dapat
mempertinggi rendemen dan mutu minyak yang dihasilkan.
Beberapa cara perlakuan pendahuluan yang dapat dilakukan
antara lain pengecilan ukuran bahan, pengeringan, pelayuan,
dan fermentasi oleh mikroorganisme. Pelayuan dan pengeringan
dimaksudkan untuk menguapkan sebagian air dalam bahan,
sehingga penyulingan lebih mudah dan lebih singkat, sedangkan
perajangan dapat menambah luas permukaan bahan sehingga
memungkinkan jumlah minyak yang diperoleh lebih besar
(Ketaren, 1985).
Kualitas atau mutu minyak atsiri ditentukan oleh
karakteristik alamiah dari masing-masing minyak tersebut dan
bahan-bahan asing yang tercampur di dalamnya, adanya bahan-
bahan asing akan merusak mutu minyak atsiri. Komponen
standar mutu minyak atsiri ditentukan oleh kualitas dari minyak

205
Komoditas atsiri

itu sendiri dan kemurniannya. Kemurnian minyak dapat diketahui


dengan penetapan kelarutan uji lemak dan mineral. Selain itu,
faktor yang menentukan mutu adalah sifat-sifat fisika-kimia
minyak, seperti bilangan asam, bilangan ester, dan komponen
utama minyak, dan membandingkannya dengan standar mutu
perdagangan yang ada. Bila nilainya tidak memenuhi berarti
minyak telah terkontaminasi, atau adanya pemalsuan atau
minyak dikatakan bermutu rendah.

6.2 MINYAK ATSIRI PROSPEKTIF DI INDONESIA


Beberapa jenis minyak yang prosfektif dikembangkan di
Indonesia antara lain sebagai berikut :
1. Minyak Nilam
2. Minyak Kayu Putih
3. Minyak Sereh Wangi
4. Minyak Ylang-ylang
5. Minyak Kayu Manis
6. Minyak Akar Wangi
7. Minyak Pala
8. Minyak Jahe
9. Panili

1. MINYAK NILAM
Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan
salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, baik
sebagai penyumbang devisa maupun sebagai sumber
pendapatan petani. Indonesia merupakan pemasok minyak nilam
terbesar di pasar dunia dengan kontribusi sebesar 64%. Ekspor
minyak nilam pada tahun 2004 sebesar 2.074 ton dengan nilai
US $ 27.136 juta (Ditjen Perkebunan, 2006). Dalam dunia
perdagangan internasional sering disebut patchouli oil. Adapun

206
Komoditas atsiri

negara-negara tujuan ekspor minyak nilam antara lain Jepang,


Singapura, Amerika, dan Perancis.

Tabel 6.6 Ekspor minyak nilam Indonesia (BPS, 2005)


Volume Harga/kg
Tahun
(kg) (US$)
2001 1.189.000 17,30
2002 1.295.000 17,39
2003 1.127.000 17,00
2004 2.074.250 13,08
2005 (Jan-
1.102.982 7,16
Mei)

Luas areal pertanaman nilam tahun 2003 sekitar 16.354 ha yang


tersebar pada daerah-daerah sentra produksi nilam seperti :
- Nanggroe Aceh Darussalam (Tapaktuan, Sidikalang,
Lhokseumawe)
- Sumatera Barat (Pasaman)
- Sumatera Utara (Dairi)
- Bengkulu
- Lampung
- Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan daerah lainnya

Produktivitas minyak nilam yang dihasilkan masih rendah


rata-rata 199,48 kg/ha/tahun (Ditjen Bina Produksi Perkebunan,
2006). Rendahnya produksi disebabkan oleh rendahnya mutu
genetik tanaman, teknologi budidaya, panen dan pasca panen
yang belum tepat dan berkembangnya berbagai penyakit (Yang
Nuryani, et al., 2006).

Jenis tanaman nilam yang umumnya dibudidayakan di Indonesia


yaitu :

207
Komoditas atsiri

1. Pogostemon cablin, Benth (syn P.patchouly Pell.) atau dikenal


sebagai nilam aceh dan banyak diusahakan di Aceh dan
Sumatera Utara.
2. Pogostemon heyneanus, Benth atau dikenal sebagai nilam
jawa atau nilam hutan.
3. Pogostemon hortensis, Benth atau dikenal juga sebagai nilam
jawa atau nilam sabun ini tidak berbunga, kandungan
minyaknya rendah, yaitu 0,5-1,5%.

Minyak nilam diperoleh dari hasil penyulingan


(hidrodestilasi) daun dan tangkai tanaman nilam. Minyak nilam
merupakan salah satu minyak atsiri yang mempunyai titik didih
relatif tinggi sehingga cukup baik dipergunakan sebagai bahan
pengikat pada pembuatan parfum. Bahan-bahan pewangi yang
dapat diikat oleh minyak nilam antara lain minyak mawar,
melati, jahe, cengkeh, dan sereh (Kristina, 1992).
Sup (1993) menambahkan bahwa minyak nilam
mempunyai keunggulan dibanding minyak atsiri yang lain, yaitu
daya lekatnya cukup tinggi, tidak mudah menguap, tidak mudah
tercuci, dapat larut dalam alkohol, dan dapat dicampur dengan
minyak eteris lainnya. Kandungan senyawa minyak nilam, antara
lain benzaldehid (2,3%), kariofilen (17,29%), α -patchoulien
(28,28%), buenesen (11,76%) dan patchouli alkohol (40,04%).
Kandungan minyak nilam pada daun sebesar 5-6%, batang,
cabang dan ranting sebesar 0.4-0.5%.
Pengolahan nilam dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
pengadaan bahan baku mencakup budidaya dan pemanenan,
penanganan pasca panen seperti pengecilan ukuran, pelayuan,
dan pengeringan, dan proses penyulingan hingga tahap
pengemasan.
Pemetikan sebaiknya dilakukan pada saat pagi hari atau
menjelang malam hari, karena pada waktu tersebut kadar

208
Komoditas atsiri

patchoulinya meningkat. Cara memangkas dan meninggalkan


sisa tanaman nilam setinggi 40-50 cm. Daun nilam yang dipanen
dipetik sebelum daun berubah menjadi berwarna coklat (masih
berwarna hijau).

Gambar 6.6 Tanaman nilam siap


panen

209
Komoditas atsiri

Gambar 6.7 Diagram alir proses pengolahan


minyak nilam

Pengeringan/pelayuan dapat dilakukan


dengan penjemuran tidak langsung di bawah
sinar matahari. Setelah penjemuran,
kemudian diangin-anginkan di tempat teduh
selama 3-4 hari. Kadar air daun dan tangkai
Daun Nilam
yang siap disuling adalah + 15 % Kering

Gambar 6.8 Ruang pengeringan daun nilam (kering angin)

PENYULINGAN
Penyulingan daun nilam mencakup :
 Perajangan bahan (batang, ranting, rimpang, buah, biji)
 Penjemuran dengan sinar matahari/oven, kadar air ± 12%
 Penggilingan dengan hammermill
 Penyulingan dengan metode uap langsung (steam
distillation) akan memberikan hasil yang optimal.
 Penyulingan daun segar akan menghasilkan rendemen
minyak yang rendah.
 Pencampuran dengan ranting nilam.

210
Komoditas atsiri

Gambar 6.9 Bahan baku nilam untuk


penyulingan

Gambar 6.10 Skema proses penyulingan dengan


menggunakan uap langsung

211
Komoditas atsiri

Gambar 6.11 Unit penyulingan nilam


kapasitas 25 kg

Gambar 6.12 Unit penyulingan nilam kapasitas


500 kg
MUTU MINYAK NILAM
Faktor yang mempengaruhi :
1. Jenis tanaman dan umur panen
2. Perlakuan bahan olah sebelum ekstraksi
3. Sistem, jenis peralatan dan kondisi proses ekstraksi minyak
4. Perlakuan terhadap minyak atsiri setelah ekstraksi
5. Pengemasan dan penyimpanan

Tabel 6.7 Syarat mutu rekomendasi

212
Komoditas atsiri

Persyaratan SNI 06-


Jenis Uji
2385-1998
Bau Segar, khas minyak nilam
Putaran Optik (-47°) – (-66°)
Patchouly Dicantumkan sesuai hasil
alkohol uji

Dalam perdagangan mutu minyak nilam yang baik adalah


ditandai dengan kadar patchouli alkohol sebagai komponen
utama tinggi.

Tabel 6.8. Parameter mutu minyak nilam berdasarkan Standar


Nasional Indonesia (SNI) 06-2385-1998
Karakteristik SNI 06-2385-1998
Warna Kuning muda sampai coklat tua
Bobot Jenis 20°C/20°C 0.943 – 0.983
Indeks Bias 1.504 – 1.514
Bilangan asam Maksimum 5.0
Bilangan ester Maksimum 10.0
Kelarutan dalam Larutan jernih dalam perbandingan
alkohol 90% volume 1 : 1 – 1 : 10
Minyak Kruing Tidak nyata
Minyak lemak Negatif (-)
Minyak pelican Negatif (-)

Minyak nilam dapat digunakan di berbagai industri, seperti :


• Industri makanan, untuk bahan penyedap dan penambah
cita rasa
• Industri bahan pengawet, sebagai insektisida.
• Industri kosmetik dan personal care products, dapat
digunakan dalam pembuatan sabun, pasta gigi, lotion,
skincare, produk-produk kecantikan, dan sebagainya.
• Industri parfum (aroma woodsy),
digunakan untuk mengharumkan kamar tidur
untuk memberi efek menenangkan.
• Industri farmasi :
a. anti septik,anti jamur, anti jerawat,

213
Komoditas atsiri

b. obat eksim, dan kulit pecah-pecah, serta ketombe,


c. mengurangi peradangan, membantu mengurangi
kegelisahan dan depresi,
d. membantu penderita insomnia (gangguan susah
tidur) dan meningkatkan gairah seksual,
e. membuat tidur lebih nyenyak (anti-insomnia).
f. penawar racun
minyak nilam murni (100%) yang diteteskan pada kapas dan
diusapkan pada bagian yang digigit ular cobra, dapat
menetralisir racun/bisa ular sebagai pertolongan pertama.
• Pewangi
Selain aromanya, minyak nilam juga berfungsi sebagai
fiksatif, yaitu pengikat wangi, untuk parfum, dan air fresher.

Pemasaran Minyak Nilam

214
Komoditas atsiri

Gambar 6.13 Jalur distribusi dan pemasaran


minyak nilam

2. MINYAK KAYU PUTIH


Minyak kayu putih (eucalypt oil atau
kadang disebut oleum cajuputi, cajeput
essential oil atau cajuput or cajeput oil) sudah
menjadi kebutuhan yang penting dalam
banyak rumah tangga di Indonesia. Minyak ini
digunakan sejak jaman dulu sebagai antiseptik,
obat sakit perut, obat flu atau digunakan untuk
pijatan (urut) ringan dan sebagainya. Di bidang industri, minyak
kayu putih adalah salah satu bahan baku industri obat-obatan
maupun di industri kosmetik.
Minyak kayu putih tergolong sebagai minyak atsiri yaitu
minyak yang mudah menguap, dan dihasilkan dari tanaman
melalui penyulingan daun. Tanaman penghasil minyak kayu
putih yaitu Melaleuca leucadendron dan Eucalyptus spp. Namun
yang paling populer di Indonesia umumnya minyak kayu putih
yang berasal dari Melaleuca leucadendron atau Melaleuca
cajuputi. Melaleuca ini dikenal dengan nama yang berbeda-beda
di Indonesia dan di mancanegara. Pohon ini juga mampu tumbuh
di daerah dengan curah hujan rendah maupun curah hujan

215
Komoditas atsiri

tinggi. Namun pohon yang menghasilkan rendemen minyak kayu


putih yang tinggi umumnya berasal dari daerah kering seperti
Gunung Kidul (Yogyakarta), Pulau Buru di Maluku, Pulau Timor,
NTT, dan Rote serta daerah kering lainnya di Maluku dan Papua.
Budidaya Kayu Putih di Indonesia berasal dari hutan alam
dan hutan buatan. Hutan alam kayu putih terdapat di daerah
Sumatera Selatan, Sulawesi tenggara, Maluku (P.Buru, P. Seram,
Nusa Laut, Ambon), Bali, NTT, dan rian Jaya. Sedangkan hutan
buatan dapat ditemukan di wilayah Jawa Timur (Ponorogo, Kediri,
Madiun), Jawa tengah (Gala, Gundih, Grobogan, Purwodadi), DIY
(Gunung Kidul, Bantul), dan Jawa Barat (Banten, Bogor,
Sukabumi, Indramayu, Majalengka).

Produksi Minyak Kayu Putih


Dahulu Indonesia telah mengekspor minyak kayu putih.
Minyak kayu putih dari Pulau Buru di Sulawesi termasuk mutu
terbaik. Namun kebutuhan domestik jauh lebih besar dari
produksinya, kira-kira sebesar 1.500 ton/tahun dengan produksi
< 500 ton/tahun sehingga pada saat ini kebutuhan minyak kayu
putih dalam negeri diimpor dari China dan Vietnam. Total nilai
impor minyak kayu putih dari luar negeri bisa mencapai enam
juta US Dollar (US$ 6 million) atau setara dengan hampir Rp.60
milyar setiap tahun.

Tabel 6.9 Data perdagangan domestik oleh Perhutani (1995-


1999)
Area
Produksi Produk Rendem Volume Value
Tahun Pohon KP
Daun (MT) MKP (kg) en (%) (kg) (Rp.1000)
(ha)
1995 16.093 29.651 233.412 0.79 243.167 3.452.730
1996 11.460 30.806 265.600 0.86 265.583 4.497.725
1997 10.461 33.262 293.885 0.88 248.589 2.980.533
1998 14.677 27.055 200.131 0.74 204.430 4.446.037
1999 17.505 42.560 312.700 0.73 231.134 7.858.362
1.192.9 23.353.38
Total 70.196 163.334 1.305.698 4.0
03 7

216
Komoditas atsiri

Rata- 238.580, 4.647.077,


14.039,02 32.668,8 261.139,6 0.80
rata 6 4
Sumber : Perum Perhutani (2000)

Pengolahan Minyak Kayu Putih


Bahan baku dapat mempengaruhi mutu minyak yang
dihasilkan. Bahan baku yang bermutu tinggi dapat menghasilkan
minyak dengan mutu yang tinggi. Tanaman kayu putih tidak
memerlukan syarat tumbuh spesifik (5-450 dpl). Bagian daun
kayu putih merupakan bagian yang paling baik untuk
menghasilkan minyak. Pemanenan dilakukan setelah tanaman
berumur 5 tahun, dan setiap kali panen dapat dihasilkan 50-100
kg daun & ranting. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi
atau sore hari, karena pada waktu tersebut kandungan minyak
cukup tinggi.
Pada tahap pasca panen, dilakukan pengecilan ukuran,
pelayuan, dan pengeringan. Pengecilan ukuran dilakukan agar
kelenjar minyak pada tanaman dapat terbuka sebanyak mungkin
sehingga volume penyulingan lebih besar. Pelayuan &
pengeringan bertujuan untuk mengeluarkan kadar uap air dalam
bahan selama 3-5 hari (tergantung cuaca).
Proses penyulingan atau hidrodestilasi dilakukan dengan
tujuan untuk memperoleh minyak dengan mutu baik.
Hidrodestilasi adalah difusi minyak atsiri dan air panas melalui
membran bahan yang disuling. Kemasan yang dipakai untuk
wadah yaitu botol kaca, drum timah putih, drum lapis timah
putih, atau kemasan besi galvanis.
Proses penyimpanan dapat menyebabkan menurunkan
rendemen, menurunkan kualitas minyak, terjadi hidrolisis atau
resinifikasi tergantung kondisi penyimpanan. Minyak kayu putih
memiliki beberapa komponen, yang dominan adalah sineol. Mutu
minyak kayu putih ditentukan oleh kadar sineol. Kadar sineol
tinggi maka mutu minyak tinggi. Mutu minyak kayu putih

217
Komoditas atsiri

dipengaruhi oleh cara penyimpanan daun, cara penyajian daun,


cara pengisian daun ke ketel, kondisi penyulingan, dan jenis atau
varietas pohon.

Gambar 6.14 Proses pengolahan minyak kayu putih

Mutu minyak kayu putih dapat diklasifikasikan


menjadi dua bagian berdasarkan persyaratan kadar sineolnya,
mutu utama dan mutu pertama. Standar minyak kayu putih yang
berlaku di Indonesia adalah SNI 06-5009.11-2001.

Tabel 6.10 Standar mutu minyak kayu putih (SNI 01-5009.11-


2001)
Variabel Kualitas Utama Kualitas Pertama
Khas minyak Khas minyak kayu
Bau
kayu putih putih
Kadar Cineol ≥ 55% < 55%
Tidak Tidak
Minyak pelikan
diperkenankan diperkenankan
Tidak Tidak
Minyak lemak
diperkenankan diperkenankan
Kelarutan dalam
1:1-1:10 larut 1:1-1:10 larut
alkohol 80%
BJ pada 15oC 0,90 - 0,93 0,90 - 0,93
Indeks bias pada 20oC 1,46 – 1,47 1,46 – 1,47
Putaran optik 27oC (-4)o – 0o (-4)o – 0o

218
Komoditas atsiri

Keterangan :
Minyak pelikan : golongan minyak bumi seperti minyak tanah
(kerosene) dan bensin yang biasa ditambahkan
sebagai bahan pencampur dalam minyak kayu putih.
Minyak lemak : minyak yang berasal dari hewan maupun
tumbuhan, seperti lemak sapi dan minyak kelapa,
yang mungkin ditambahkan sebagai bahan
pencampur dalam minyak kayu putih.
Cineol : senyawa kimia yang termasuk golongan ester sebagai
turunan terpen alkohol yang terdapat dalam minyak atsiri,
seperti : minyak kayu putih, minyak eucalyptus, minyak
kilemo.

Aplikasi Minyak Kayu Putih


• Industri yang mengunakan minyak kayu
putih antara lain :
• Industri Jamu/farmasi : Obat luar (minyak
kayu putih, balsem) terapi uap, obat dalam,
dengan diminum.
• Industri kosmetik : Pasta gigi, sabun, parfum
• Industri makanan : Permen
• Aplikasi lain : Lilin aromaterapi, blended cream, in the bath

Obat Luar
Beredar di pasaran dengan berbagai merek produk dalam bentuk
cair dan balsem.

Minyak telon
Campuran minyak kayu putih, minyak adas dan minyak serai.
Fungsinya memberikan rasa hangat karena merangsang
pembuluh darah membesar sehingga aliran darah menjadi lebih
cepat. Efek yang terjadi adalah rasa hangat dan nyaman.

Balsem
Campuran menthol, minyak kayu putih, mint oil, vaselin dan lain
sebagainya. Digunakan untuk gosok, kerik dan pijat. Dapat
menyembuhkan penyakit flu ataupun demam.

219
Komoditas atsiri

Terapi uap
Terapi sistem pernafasan, mengurangi infeksi dan rasa sakit.
Selain itu dapat menjernihkan pikiran.

Massage Oil
Mengurangi rasa sakit, encok, rheumatik, dan penyakit lainnya.

Sabun minyak kayu putih


Minyak kayu putih digunakan sebagai bahan tambahan pada
formula sabun mandi. Sabun tidak memerlukan pewangi
tambahan. Namun dapat memberi rasa segar.

Pasta gigi
Minyak kayu putih digunakan sebagai bahan tambahan pada
formula pasta gigi, yang berfungsi dapat menyehatkan gigi.

Lilin aromaterapi
- Untuk relaksasi
- Sebagai perlengkapan spa dan terapi-terapi
lainnya.

Permen kayu putih


Minyak kayu putih digunakan sebagai tambahan
pada formula permen (hard candy). Memberikan
efek melegakan tenggorokan. Dikenal dengan permen herbal
atau medicated sweets yang dikenal sebagai permen fungsional.
Penggunaan pada saat mandi
Dapat menurunkan demam dengan menggunakan pengaruh
cooling.
Blended cream
Campuran formula cream wajah. Dapat mencegah jerawat dan
penyakit kulit.

220
Komoditas atsiri

Pemasaran Minyak Kayu Putih

Gambar 6.15 Jalur distribusi dan pemasaran minyak kayu putih

3. MINYAK YLANG-YLANG
Ylang-ylang (Cananga odoratum forma
genuine) merupakan tanaman berbentuk
pohon yang menghasilkan minyak atsiri.
Tanaman ini sekerabat dengan kenanga
(Cananga odoratum forma macrophylla),
keduanya termasuk famili Annonaceae.
Tanaman kenanga sudah lama dibudidayakan di Indonesia,
sedangkan tanaman ylang-ylang belum lama dikembangkan.
Aroma minyak ylang-ylang lebih lembut dan lebih wangi dari
minyak kenanga karena kandungan ester dan linalolnya yang
lebih tinggi (Guenther, 1952 dan Rusli et al., 1987). Bunga ylang-
ylang sudah sejak dulu digunakan sebagai pewangi maupun
sebagai hiasan (Oyen and
Dung, 1999; Bown, 2001).

221
Komoditas atsiri

Gambar 6. 16 Proses penyulingan minyak ylang-ylang


Minyak Ylang-ylang diperoleh
skala besar dari bunga ylang-ylang
dengan cara destilasi (peryulingan). Di pasar dunia, minyak
ylang-ylang diperdagangkan dalam 4 jenis mutu yaitu ekstra, I,
II, dan III. Pembeda dari keempat jenis mutu tersebut adalah
interval waktu pengambilan minyak selama proses penyulingan
(Anon, 1970 dan Guenther, 1952).
Minyak yang diperoleh dari fraksi pertama disebut dengan
mutu Extra, biasanya sekitar 40% dari keseluruhan minyak yang
dihasilkan, dan mempunyai bau (odor) yang manis dan eksotik.
Komponen minyak Ylang-ylang dengan mutu Ekstra ini meliputi
benzaldehid, linalool, α-kariofilen, α-humulen, benzil format,
benzil asetat, benzil alkohol, safrol, dan iso-eugeno. Kandungan
dalam mutu I, II, III, IV adalah tanpa benzaldehid, α-humulen,
dan komponen lain dalam jumlah berbeda.
Untuk minyak ylang-ylang, sifat kimia yang sangat
mempengaruhi mutu dan selalu dipertimbangkan oleh para
konsumen adalah bilangan ester dan bilangan penyabunan yang
tinggi. Bunga yang masih hijau dan sudah kuning, dari segi
rendemen tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata, namun
dilihat dari bilangan ester dan bilangan penyabunan, bunga yang
kuning mempunyai nilai yang lebih tinggi sehingga mutunya pun
jauh lebih tinggi dibanding bunga yang masih hijau. Mutu minyak
Ylang-ylang dipengaruhi oleh pra-panen dan pasca-panen,
seperti tingkat ketuaan bunga, penanganan bunga, cara
penyulingan, pengemasan, dan penyimpanan.

222
Komoditas atsiri

Produksi Minyak Ylang-Ylang


Negara penghasil utama minyak ylang-ylang ini adalah
pulau Comoro & Kepulauan Reunion, sedangkan di Indonesia,
produksi minyak Ylang-ylang terbatas pada daerah tertentu
seperti Jawa barat, Malingping (502 Ha) dan Jawa Timur, Blitar.
Di Jawa Barat saja, dari satu hektar pohon dapat ditanam 200
pohon kenanga, dan dihasilkan 50kg bunga/phn/th. Dengan
produktivitas sebanyak 90% dan rendemen 1,5% maka dapat
diperoleh minyak sebanyak 6.777 kg/thn.

Pemasaran Minyak Ylang-Ylang


Pasar utama minyak Ylang-ylang adalah UE, AS &
Jepang (72 % dari total kebutuhan dunia), dan
Perancis pengguna minyak ylang-ylang terbesar di
dunia (>45%). Harga minyak ylang-ylang di dunia
mencapai US$ 110/kg, lebih besar tiga kali dari
harga minyak kenanga. Minyak Ylang-Ylang
dihasilkan dari penyulingan bunga. Mutu bunga cepat menurun,
sejalan dengan waktu (tranportasi & penyimpanan). Oleh karena
itu bunga segar hasil panen harus segera disuling. Perlu
pengembangan Industri penyulingan di sentra-sentra poduksi
seperti Industri Besar (Perhutani/swasta), ataupun Industri
Menengah/Kecil (Kelompok tani/IKM).

Ylang-ylang & Aromaterapi


Istilah aromaterapi belum lama berkembang di Indonesia,
namun sebetulnya aromaterapi sudah sejak dahulu dilakukan
oleh nenek moyang kita. Aromaterapi berasal dari dua kata,
yaitu aroma dan terapi. Aroma berarti bau harum atau bau-
bauan dan terapi berarti pengobatan. Jadi aromaterapi adalah
salah satu cara pengobatan penyakit dengan menggunakan bau-
bauan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta

223
Komoditas atsiri

berbau harum, gurih, dan enak yang disebut dengan minyak


atsiri.
Minyak atsiri mengandung bahan kimia asli berupa zat
antiseptik seperti fenol dan alkohol dan molekul-molekul lain
yang mempunyai khasiat menyembuhkan berbagai penyakit
serta menyebarkan bau harum. Di samping khasiat antioksidan,
molekul-molekul alam dapat meningkatkan kekebalan tubuh
secara alami (Primadiati dalam Anon, 2003). Penelitian ini
menunjukkan bahwa bahan pewangi dapat memberikan
perubahan pada aktifitas elektromagnetik dari otak, denyut
jantung, kualitas mental dan fisik, mood, tekanan darah, otot
yang tegang, dan temperatur kulit (Hongratanaworakit, 2004).
Minyak ylang-ylang dikenal sebagai antidepressi, dalam
pengobatan secara aromaterapi dapat membuat rileks badan,
menyeimbangkan perasaan dan meningkatkan spirit. Secara fisik
dipakai untuk menurunkan tekanan darah, melemaskan otot
tegang, dan mengurangi gejala PMS dan menopause.
Penelitian terhadap tikus, kelinci dan manusia, minyak
ylang-ylang dapat menghilangkan stress sebanyak 50 % dengan
menghirup minyak ylang-ylang yang akan berhubungan dengan
penurunan tekanan darah dan denyut jantung, serta
meningkatnya perhatian dan daya tanggap (alertness) orang
yang menghirupnya (Fruend, 1999 dalam Buckle, 2003;
http:www.Stevenfoster.com/).
Walaupun minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan
pengobatan dalam aromaterapi, namun penggunaanya harus
diawasi karena pada dosis yang tinggi dapat menyebabkan
keracunan dan alergi.
Minyak ylang-ylang ini dapat juga digunakan sebagai
antibakteri, mengobati eksim, dan menghilangkan gatal karena
gigitan serangga. Untuk perawatan muka, minyak ylang-ylang
dapat menolong menyeimbangkan produksi lemak yang sangat

224
Komoditas atsiri

baik untuk kulit berminyak, sedangkan untuk rambut, dapat


menstimulasi pertumbuhan rambut dan baik ditambahkan pada
formulasi sampo dan pelembab. Dalam penggunaanya, minyak
ylang-ylang biasa dikombinasikan dengan minyak bergamot,
lavender, lemon, dan narcissus. Aplikasi minyak ylang-ylang ini
dapat dipergunakan pada industri kosmetik seperti untuk
pembuatan body wash, parfum, body cream, dan lain-lain seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 18 di bawah ini.

Bath Body cream


Body essence
Parfum
Wash Lilin Aromaterapi

Gambar 6.17 Contoh produk industri minyak


ylang-ylang

4. MINYAK SEREH WANGI


Sereh merupakan salah satu jenis rumput-
rumputan yang merupakan jenis tanaman
tahunan yang membentuk rumpun tebal dengan
tinggi sampai 2 meter. Nama ilmiahnya
Cymbopogon citratus. Tanaman ini hidup baik di
daerah yang udaranya panas maupun basah, sampai ketinggian
1000 m di atas permukaan laut. Cara berkembangbiaknya
dengan anak atau akarnya yang bertunas. Supaya daunnya
tumbuh subur dan lebat, sebaiknya penanaman dilakukan
dengan jarak sekitar 65 cm per baris.

225
Komoditas atsiri

Ada kemungkinan Malaysia dan Sri Langka merupakan


tempat asal jenis tanaman ini. Sekarang jenis ini telah tersebar di
daerah-daerah tropik lainnya dan ditanam untuk minyaknya,
terutama di negara-negara Guatemala, Brazil, Hindia Barat, Indo
Cina, Kongo, Republik Malagasy dan Tanzania. Dalam setahun 1
hektar tanah dapat menghasilkan rata-rata 30 ton daun sereh
yang dapat disuling untuk diambil minyak serehnya sebanyak
45-80 kg. Tanaman ini dapat dipanen setelah berumur 4-8 bulan.
Panen dapat dilakukan dengan cara memotong rumpun dekat
tanah, setiap 3-4 bulan sampai tanaman berumur 5 tahun. Hasil
daun basah kira-kira 10 - 15 ton/ha/tahun dengan kadar minyak
0,5% dan 1,2%.
Secara umum, sereh dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu sereh dapur (lemongrass) dan sereh wangi
(sitronella). Keduanya memiliki aroma yang
berbeda. Minyak sereh yang selama ini dikenal di
Indonesia merupakan minyak sereh wangi
(citronella oil) yang biasanya terdapat dalam komposisi minyak
tawon dan minyak gandapura.
Minyak sereh wangi telah dikembangkan di Indonesia dan
minyak atsirinya sudah diproduksi secara komersial dan
termasuk komoditas ekspor. Sedangkan minyak sereh dapur
(lemongrass oil) belum pernah diusahakan secara komersial. Dari
segi komposisi kimianya, keduanya memiliki komponen utama
yang berbeda. Sereh wangi kandungan utamanya adalah
citronella, sedangkan sereh dapur adalah sitral.
Negara produsen utama minyak sereh wangi ini yaitu
Indonesia, Cina, Madagaskar, Afrika selatan, dan Srilanka.
Indonesia adalah produsen minyak sereh wangi terbesar setelah
Cina. Hampir 75% diekspor dalam bentuk minyak kasar. Impor
turunan minyak atsiri 2.1 kali nilai ekspor. Rata-rata ekspor
Indonesia ke Amerika Serikat periode 2001-2005 sebanyak

226
Komoditas atsiri

79.480 kg/th dengan nilai ekspor sebesar 389.400 US/tahun


(Department of Commerce, U.S. Census Bureau, Foreign Trade
Statistics 2006, HS No 3301295011). Rata-rata Impor Indonesia
dari Amerika Serikat Periode 2001-2005 dalam bentuk mixture
odor sebesar 9.490.400 US/tahun (Department of Commerce,
U.S. Census Bureau, Foreign Trade Statistics 2006, HS No
3302100000).

Tabel 6.11 Harga minyak sereh wangi dan turunannya


Harga (Rp100
Nama Bahan
g)
Minyak Sereh Rakyat (Sitronelal
35.000/kg
32%)*)
Sitronelal (82%) 203.000
Sitronelol (95-100%) 288.000
Geraniol (98%) 310.000
Hidroksi citronelal (98-100%) 398.700
Menthol (99-100%) 1.020.000
Citral ( 99%) 399.700
Geranyl acetate (98-100%) 886.400
Citronelyl acetate (98-100 %) 335.100
α-ionon (90-100%) 825.700
ß-ionon (98-100 %) 783.900
Sumber : www. thegoodscentscompany.com, 11 September
2006
*) Harga di penyulingan Gunung halu – Jawa Barat,
2005

Minyak sereh wangi dihasilkan dengan cara menyuling daun


sereh wangi yang mengandung kurang dari 0.5-1.2% minyak.
Bahan yang terpenting dalam minyak sereh wangi adalah

227
Komoditas atsiri

persenyawaan aldehid dengan nama sitronellal dan


persenyawaan alkohol disebut geraniol. Kadar sitronellal dan
geraniol sangat menentukan mutu minyak sereh wangi. Jenis
tanaman sereh yang menghasilkan produksi dan mutu yang
terbaik adalah jenis “Mahapengiri” yang banyak ditanam di Pulau
Jawa. Jenis tanaman ini mengandung 80-97% total geraniol dan
30-45% sitronellal. Sedangkan jenis “Lenabau” dari Ceylon hanya
mengandung 55-65% total geraniol (Ketaren, 1985).
Sifat kimia minyak sereh wangi ditentukan oleh senyawa-
senyawa yang terdapat di dalamnya, terutama sitronellal,
geraniol, dan sitronellol. Ketiga senyawa ini mempunyai ikatan
rangkap. Mengingat adanya ikatan rangkap pada senyawa-
senyawa di dalam minyak sereh wangi, maka penyebab
kerusakan atau penurunan mutu minyak sereh wangi disebabkan
oleh adanya proses oksidasi dan polimerisasi (resinifikasi). Proses
oksidasi dapat menyebabkan perubahan bau dan warna serta
menurunkan jumlah geraniol, sitronellal, dan sitronellol. Proses
resinifikasi akan menyebabkan minyak sereh wangi kelihatan
keruh. Selain itu penurunan mutu minyak sereh wangi juga dapat
disebabkan karena reaksi hidolisis senyawa ester yang terdapat
di dalam minyak sereh wangi, seperti senyawa geranil asetat,
sitronellil asetat, dan linalil asetat. Hidrolisis senyawa ester akan
menimbulkan bau yang tidak enak karena terjadi pembentukan
asam-asam organik berantai karbon lebih pendek (Ketaren,
1985).
Minyak sereh wangi biasanya berwarna kuning muda
sampai kuning tua, bersifat mudah menguap. Pada suhu 15ºC
mempunyai bobot jenis 0,886-0,894; indeks bias pada suhu 20ºC
adalah 1,467-1,473. Dapat larut dalam 3 bagian volume alkohol
80% tetapi bila diencerkan kelarutannya berkurang dan larutan
menjadi keruh (Guenther, 1987).

228
Komoditas atsiri

Minyak sereh wangi bersifat menenangkan, menyegarkan


dan mempertajam pikiran, dapat digunakan sebagai penolak
serangga dan kucing, untuk perawatan kulit, dan sebagai obat
urut.

Tabel 6.12 Standar mutu minyak sereh wangi Indonesia (Ketaren,


1985)
Karakteristik Syarat Mutu
1. Warna Kuning pucat sampai kuning
kecoklat-coklatan
2. Bobot jenis
0,850-0,892
(25 C/25 C)
o o

3. Indeks bias (n25) 1,454-1,473


4. Total geraniol, %
85
(b/b)min
5. Sitronellal, %
35
(b/b)min
6. Bau Segar, khas minyak sereh wangi
7. Putaran optik (0o)-(-6o)
8. Titik nyala 76oC-84oC
9. Zat asing :
 Lemak
 Alkohol
Negatif
tambahan
Negatif
 Minyak Negatif
pelikan Negatif
 Minyak
terpentin

5. MINYAK AKAR WANGI


Minyak akar wangi merupakan komoditi ekspor Indonesia
yang cukup potensial. Daerah sentra produksi minyak akar wangi
ini terdapat di daerah Garut, Jawa Barat. Sampai saat ini sesuai
dengan data yang ada, pasar luar negeri yang menyerap produk
Minyak Akarwangi Garut adalah para pengusaha dari kawasan
Asia, Eropa dan Amerika khususnya negara-negara seperti
Singapura, India, Jepang, Hongkong, Inggris, Belanda, Jerman,
Italia, Swiss, dan Amerika Serikat. Peluang ekspor untuk

229
Komoditas atsiri

pemasaran minyak Akarwangi yang juga masih cukup terbuka


khususnya ekspor untuk kawasan Asia Selatan dan Asia Timur,
Eropa Timur dan Amerika Selatan.
Minyak akar wangi diperoleh dari penyulingan tanaman
akar wangi (Vetiveria zizanioides Staph). Akar wangi (Vetiveria
zizanoides), termasuk dalam famili Graminae, biasanya tumbuh
di daerah tropis seperti India, Tahiti, Haiti dan Indonesia
(khususnya Jawa) (Anon, 2006). Tanaman ini selain mengandung
minyak atsiri, juga bisa dimanfaatkan untuk mencegah erosi,
vegetasi konservasi karena bentuk akarnya yang kuat (Emmyzar
et al., 2000).
Minyak akar wangi banyak digunakan dalam industri
parfum, bahan kosmetik, obat-obatan, antiseptik, afrodisiak,
sedativ, tonik dan bisa dimanfaatkan sebagai biopestisida (Anon,
2006; Kamal and Ashok, 2006; Emmyzar et al., 2000). Minyak
akar wangi juga memiliki bau yang keras (dosis tertentu). Sering
dilakukan pencampuran dengan minyak nilam dan minyak
mawar. Mampu membunuh larva nyamuk sehingga sering
digunakan sebagai obat nyamuk.
Komponen utama dari minyak akar wangi adalah senyawa
golongan seskuiterpen (3-4%), seskuiterpenol (18-25%) dan
seskuiterpenon seperti asam benzoat, vetiverol, vetiverol,
furfurol, α dan β vetivone, vetivene dan vetivenil vetivenat
(Anon, 2006; Kamal and Ashok, 2006; Emmyzar et al., 2000).

Tabel 6.13 Syarat mutu minyak akar wangi


No Karakteristik Syarat
Kecoklat-coklatan sampai coklat
1 Warna
kemerahan
2 Berat jenis pada 25oC 0.978-1.038
3 Bilangan ester 5-25
Bilangan ester setelah
4 100-150
asetilasi

230
Komoditas atsiri

Kelarutan dalam etanol Perbandingan volume 1: ½


5
95% opalesensi seterusnya opalesensi
6 Alkohol tambahan Negatif
7 Minyak lemak Negatif
8 Minyak pelikan Negatif

Gambar 6.18 Diagram alir proses pengolahan


minyak akar wangii

Khasiat Minyak akar wangi


• melemaskan dan menyegarkan pikiran dan tubuh
• membantu menurunkan tekanan darah
• meningkatkan sirkulasi darah
• menenangkan dan menstabilkan emosi

231
Komoditas atsiri

• membantu mengatasi stres dan mengembalikan


keadaan emosi.

Aplikasi minyak akar wangi :

Cream
Parfum
Bath Shampoo Sabun
Gambar 6.19 Contoh produk aplikasi minyak
akar wangi

6. KAYU MANIS
Minyak kayu manis dihasilkan dari tanaman kayu manis
yaitu kulit batang, kulit cabang, ranting, daun dan dahan. Kadar
minyak atsiri pada kulit kayu dapat mencapai 4%. Kulit kayu
manis mengandung damar, pelekat, tanin (zat penyamak), gula,
kalsium, oksalat, insektisida, cinnzelanol, cumarin.
Khasiat dan Manfaat Kayu Manis :
• Banyak digunakan sebagai bumbu masak, pembalsaman
mumi, antiseptik (memiliki daya bunuh terhadap
mikroorganisme) dan jamu untuk penyakit disentri
• Minyak kayu manis sebagai penyembuh reumatik, pilek,
sakit usus, jantung, pinggang, darah tinggi
• Kayu manis untuk kesuburan wanita
• Memiliki efek mengeluarkan angin, membangkitkan selera,
menguatkan lambung
• Minyak kayu manis untuk pewangi dan peningkat cita rasa
pada pengolahan pangan
• Minyak kayu manis untuk industri kosmetik

232
Komoditas atsiri

Jenis – jenis kayu manis yang diperdagangkan (lokal maupun


ekspor) :
1. Cinnamomum burmanni
Cinnamomum burmanni merupakan tanaman asli
Indonesia. Dalam dunia perdagangan dikenal dengan
cassiavera, kaneel cassia. Sentra budidaya tanaman ini
terdapat di daerah Sumatera Barat dan Utara, Jambi, Bengkulu,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Maluku
Tanaman ini memiliki ukuran daun yang kecil dan kaku.
Pemanenan terhadap kulit batang dan ranting. Komponen
utama pada minyak atsiri yaitu sinamat aldehida.
2. Cinnamomum zeylanicum
Tanaman kayu manis jenis ini berasal dari Srilanka (P.
Ceylon). Kualitasnya lebih baik dibanding C. Burmanni.
Memiliki kulit batang lebih tipis. Destilasi kulit menghasilkan
0.5-1% minyak atsiri.
3. Cinnamomum cassia
Jenis kayu manis ini merupakan tanaman asli Birma. Dalam
dunia perdagangan dikenal dengan chinese kaneel. Warna
pucuknya bervariasi. Kandungan minyak atsirinya terdapat
pada kulit batang, kulit cabang, ranting, dan daun tanaman
kayu manis. Kadar minyak atsiri pada masing-masing bagian
tersebut adalah kulit cabang (4.05%), kulit batang (3.78%),
kulit ranting (3.95%), daun (0.98%).

4. Cinnamomum cullilawan
Dikenal hanya di Ambon dan Maluku. Komposisi minyak
atsiri kayu manis sangat dipengaruhi oleh asal daerah.
Kandungan terbesar adalah sinamat aldehida (60-75%),
dengan komponen lainnya yaitu eugenol, aldehid lain, benzil-

233
Komoditas atsiri

benzoat, felandren. Mutu Minyak kayu manis ditentukan oleh


kandungan eugenol dan sinamat aldehida.

Tabel 6.14 Volume ekspor kayu manis Indonesia


2000-2006
Tahun Nilai (US$) Volume (kg)
2000 70.480 14.400
2001 113.133 1.347
2002 3.276 176
2003 2.396 151
2004 - -
2005 - -
Sumber : BPS (1994-1999)

Gambar 6.20 Proses pengolahan


minyak kayu manis

234
Komoditas atsiri

Gambar 6.21 Proses pengolahan oleoresin


kayu manis

7. MINYAK PALA

Pala [Myristica fragrans Houtt] merupakan


salah satu komoditi pertanian yang memiliki nilai
ekonomis tinggi, di samping berjenis-jenis komoditi
pertanian ekonomis lainnya. Sebagai tanaman
rempah-rempah, pala dapat menghasilkan minyak
etheris dan lemak khusus yang berasal dari biji dan
fuli. Biji pala menghasilkan 2 sampai 15% minyak etheris dan 30
- 40 % lemak, sedangkan fuli menghasilkan 7 - 18%, minyak
etheris dan 20 - 30 % lemak (fuli adalah arie yang berwarna
merah tua dan merupakan selaput jala yang membungkus biji).
Permintaan pasar dunia akan pala setiap tahun terus
meningkat, dan tidak kurang dari 60 % kebutuhan pala dunia
didatangkan dari Indonesia. Pala di Indonesia dihasilkan dari
perkebunan rakyat. Luas areal pertanaman pala adalah sebesar
43.873 ha (tahun 2000). Pohon pala dapat berbuah sepanjang
tahun. Dalam setahun tanaman pala dapat di petik dua kali, yang
setiap daerah biasanya waktunya tidak sama. Umumnya buah
pala dipanen setelah cukup tua, yang ditandai dengan
merekahnya buah, umurnya + 6 bulan sejak berbunga.

235
Komoditas atsiri

Biji dan Fuli Pala kering


Digunakan untuk industri pengawetan ikan, pembuatan sosis,
makanan kaleng, adonan kue.

Biji
Pala Fulli Pala

Pemanenan dilakukan terhadap buah yang hampir tua. Ditandai


dengan biji keras, warna coklat tua, fuli merah muda.

Buah Pala Siap


Panen
Penyulingan biji dan fuli pala menghasilkan minyak atsiri
dengan komponen minyak yang sama. Pengempaan biji dan fuli
pala menghasilkan nutmeg concrete. Biji pala mengandung
minyak lemak (fixed oil) sebanyak 25 - 40%, buah pala yang
hampir tua mengandung minyak 7-15%. Minyak lemak ini dapat
diperoleh dengan cara menggiling dan memeras biji pala
tersebut. Apabila minyak lemak tidak dikeluarkan lebih dahulu,
pada penyulingan akan ikut tersuling dan akan sulit dipisahkan
dari minyak palanya. Setelah biji pala digiling kemudian
dimasukkan bejana, dan dilakukan penyulingan selama +10 - 30
jam. Setelah disaring, minyak ditampung ke dalam botol
penampung yang digunakan untuk memisahkan air dari minyak,
rendemen minyak yang diperoleh berkisar antara 7-16 %. Minyak

236
Komoditas atsiri

pala berupa cairan yang hampir tidak berwarna/kuning muda,


dengan bau khas pala, apabila disimpan akan menyerap oksigen
dan menjadi kental.
Minyak pala dihasilkan dari penyulingan biji dan fuli pala,
dapat digunakan sebagai bahan baku industri obat-obatan, pada
pembuatan sabun dan parfum. Komponen utamanya yaitu
myristicin dengan persentase sebesar 8.19%.
Minyak pala merupakan cairan jernih (hampir tidak
berwarna – kuning muda), diperoleh dari proses penyulingan
serbuk biji dan fuli pala. Minyak pala ini mengandung unsur-
unsur psikotropik (berkhayal, halusinasi), memiliki daya bunuh
yang hebat terhadap larva serangga, dan dapat digunakan
sebagai penyegar pasta gigi, pencampur aroma tembakau.
Komponen yang terdapat dalam minyak pala ini diantaranya
adalah eugenol, iso-eugenol, terpineol, borneol, linalol, geraniol,
safrole, terpene, aldehide.
Minyak pala memiliki khasiat mengatasi masalah sirkulasi
darah, otot, persendian, asam urat (gout), sakit dan nyeri otot,
rematik, kembung, salah pencernaan, lemah pencernaan, mual,
dan membantu melawan infeksi bakteri. Minyak pala ini
dieksport ke Singapura, Perancis, Inggris, Nederland dan Amerika
Serikat.

Tabel 6.15 Mutu Minyak Pala (EOA)


No Karakteristik Syarat
Cairan bening atau kuning
1 Penampilan, warna
pucat
2 Bau Bau dan rasa khas pala
3 Berat jenis 25°C 0.880-0.930
4 Putaran optik 2°-30°
5 Indeks refraksi 25°C 1.4740-1.4880
Kelarutan dalam
6 Larut dalam 3 volume
alkohol 80%
Sumber : Lutony dan Rahmayati (2002)

237
Komoditas atsiri

Di pasaran dunia terdapat 2 (dua) mutu pala destilasi yaitu


:
- Mutu I kode AZWI, yaitu buah pala tanpa batok yang
dikeringkan, umumnya berasal dari buah muda berumur
2 - 2,5 bulan.
- Mutu II kode ETEZ, yakni buah pala yang dikeringkan,
umumnya berasal dari buah muda berumur 2 - 5 bulan.

Tabel 6.16 Standar mutu pala destilasi


Mutu
Karakteristik
Mutu I Mutu II
Kadar air, % (bobot/bobot) males 14,0 14,0
Kadar minyak atsiri, (bobot/bobot)
7,5 4
min.%
Kadar minyak non atsiri,
10 12
(bobot/bobot) males.%
Benda asing, % (bobot/bobot)
0,5 0,5
maks.

8. MINYAK JAHE
Jahe (Zingiber officinale Roxb )
merupakan tanaman terna berbatang
semu, tumbuh berumpun, tinggi 30 cm
– 1m, tegak, tidak bercabang, tersusun
atas lembaran pelepah daun, berbentuk
bulat, berwarna hijau pucat dengan warna pangkal batang
kemerahan.
Bagian tanaman yang digunakan untuk bahan industri
yaitu rimpangnya. Ada tiga jenis jahe yang dibudidayakan
antara lain :
1. Jahe putih besar (gajah)
Merupakan jahe yang paling disukai di pasaran
internasional. Bentuknya besar gemuk dan
rasanya tidak terlalu pedas. Daging rimpang

238
Komoditas atsiri

berwarna kuning hingga putih. Digunakan oleh industri


makanan (permen, jahe instan, sirup).
2. Jahe putih kecil (emprit)/kuning
Merupakan jahe yang banyak dipakai sebagai bumbu masakan,
terutama untuk konsumsi lokal. Rasa dan aromanya cukup
tajam. Ukuran rimpang sedang dengan warna kuning.
3. Jahe merah (sunti)
Jahe jenis ini memiliki kandungan minyak asiri tinggi dan rasa
paling pedas, sehingga cocok untuk bahan dasar farmasi
(pengobatan) dan jamu. Ukuran rimpangnya paling kecil
dengan warna merah.
Jahe mengandung sejumlah kecil minyak volatil dan fixed
oil yang mengandung zat resin yang pedas, 40—60% pati, 9%
protein, beberapa jenis mineral dan vitamin. Menurut
Rismunandar (1988) komposisi kimia jahe menentukan tinggi
rendahnya nilai aroma dan pedasnya jahe. Beberapa faktor yang
mempengaruhi komposisi jahe antara lain adalah jenis tanaman,
sifat tanah tempat penanaman, umur panen, perlakuan pra dan
pasca panen, cara pengolahan, dan ekosistem tempat tanaman
jahe.
Sifat khas jahe disebabkan oleh adanya minyak atsiri dan
oleoresin. Aroma jahe disebabkan oleh gingerol dan shogaol
yang banyak terdapat pada oleoresin jahe (Guenther, 1948).
Kandungan minyak atsiri pada jahe sebesar 1,7-3,8%.
Minyak jahe merupakan hasil penyulingan dan destilasi
rimpang jahe, memiliki bau harum, tapi rasa tidak pedas.
Komponen utama pada minyak jahe ini adalah seskuiterpen-
zingiberen, sedangkan kandungan lainnya cukup banyak, seperti
α dan β felandren, d-kamfen, asetil heptenon, n-desil aldehid, n-
nonil aldehid, borneol, sineol, linalol, sitral dan sesquiterpen
alcohol.

239
Komoditas atsiri

Berbagai teknik penyulingan untuk mendapatkan minyak


atsiri pada tanaman jahe antara lain dengan :
1. Metode perebusan: Bahan direbus di dalam air
mendidih. Minyak atsiri akan menguap bersama uap air,
kemudian dilewatkan melalui kondensor untuk kondensasi.
Alat yang digunakan untuk metode ini disebut alat suling
perebus.
2. Metode pengukusan: Bahan dikukus di dalam ketel
yang konstruksinya hampir sama dengan dandang. Minyak
atsiri akan menguap dan terbawa oleh aliran uap air yang
dialirkan ke kondensor untuk kondensasi. Alat yang
digunakan untuk metode ini disebut suling pengukus.
3. Metode uap langsung: Bahan dialiri dengan uap yang
berasal dari ketel pembangkit uap. Minyak atsiri akan
menguap dan terbawa oleh aliran uap air yang dialirkan ke
kondensor untuk kondensasi. Alat yang digunakan untuk
metode ini disebut alat suling uap langsung.
Untuk skala kecil seperti yang dilakukan oleh kebanyakan
petani, metode pengukusan paling sering digunakan karena
mutu produk cukup baik, proses cukup efisien, dan harga alat
tidak terlalu mahal. Untuk skala besar, metode uap langsung
yang paling baik karena paling efisien dibanding cara lainnya.

Gambar 6.22 Teknologi proses


pengolahan minyak jahe

240
Komoditas atsiri

Tabel 6.17 Patokan mutu Ginger Oil (EOA)


No Karakteristik Syarat
Cairan kuning muda
1 Penampilan, warna
sampai kuning
2 Berat jenis 25oC 0.871-0.882
3 Putaran optik (-28o)-(-45o)
4 Indeks refraksi 20oC 1.4880-1.4940
Bilangan
5 Tidak lebih dari 20
penyabunan
Kelarutan dalam
6 Larut dengan kekeruhan
alkohol
Sumber : Lutony dan Rahmayati (2002)

Aplikasi Minyak Jahe


Minyak Jahe banyak memiliki khasiat, seperti mengurangi
gejala flu, pilek, batuk, masuk angin, pegal-pegal, sebagai
penyegar badan, serta berkhasiat sebagai obat kuat.
Industri pengguna minyak jahe :
• Industri minuman
• Industri penyedap
• Farmasi
• Industri wewangian

Massage oil
Ginger Minuman jahe
oil jahe

Aromaterapi
Ginger Body minyak
jahe
Smoothing

Permen
jahe
Gambar 6.23 Contoh produk aplikasi
minyak jahe 241
Komoditas atsiri

9. PANILI
Panili adalah salah satu komoditas
Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi
karena kandungan flavor panili (senyawa
aromatik aldehid) yang dihasilkannya. Nilai
ekonomi panili dapat dilihat dari nilai panili kering
di tingkat eksportir yang cukup tinggi yaitu US$
80/kg untuk mutu I, US$ 60-70/kg mutu II dan US$ 40-50/kg
untuk mutu III. Mutu ekspor panili Indonesia sebagian besar
berada pada tingkat standar mutu tiga karena kadar Vanillinny <
0,1%. Oleh karena itu, harga panili Indonesia di dunia masih
sangat rendah.
Indonesia merupakan salah satu dari empat negara
pengekspor panili terbesar di dunia. Produksi panili Indonesia
pada tahun 2002 mencapai 2.731 ton, sedangkan konsumsi
panili dunia mencapai sekitar 1600-1800 ton (US$ 80 juta) per
tahun. Negara pengkonsumsi panili terbesar adalah Amerika
yaitu lebih dari 50% total produksi panili, diikuti oleh Eropa,
Jepang dan Australia.

Tabel 6.18 Volume dan Nilai Ekspor Panili Indonesia


Volume
Tahun Nilai Ekspor
Ekspor
US$
2000 496 ton
19.309.000
US$
2001 350 ton
8.503.000
US$
2002 360 ton
19.160.000

242
Komoditas atsiri

Panili digunakan secara luas pada industri pangan terutama


sebagai flavor dan pada industri parfum. Flavor panili ada yang
alami dan ada yang sintetis. Flavor panili sintetis hanya
mengandung salah satu komponen flavor vanilla yaitu vanillin
atau etil vanillin (Boyce et.al, 2003), sehingga aroma yang
dihasilkan tidak sekaya aroma ekstrak panili alami. Dalam
ekstrak panili alami, terkandung 100-200 komponen flavor. Lebih
dari seratus senyawa volatil yang terdeteksi, termasuk karbonil
aromatik, alkohol aromatik, asam aromatik, ester aromatik,
phenol dan phenol ester, alkohol alifatik, karbonil, asam, ester,
dan laktone, di mana aldehid vanillin adalah yang paling
dominan (Pérez-Silva et al., 2005). Setiap jenis ekstrak panili
memiliki profil aroma yang berbeda-beda tergantung tempat
tumbuhnya dan spesiesnya. Beberapa jenis ekstrak panili
diantaranya Bourbon Vanilla, Mexican vanilla, Tahiti Vanilla,
Guadaloupe vanillon dan Indonesian vanilla.
Panili Indonesia (Vanilla planifolia) memiliki flavor yang
kurang manis dan creamy dibanding Bourbon. Selain itu juga
memiliki flavor kayu, asap, jerami. Meskipun pengolahan yang
lebih baik telah menghilangkan sebagian besar flavor asap, profil
panili Indonesia hanya memiliki satu dimensi dibanding Bourbon.
Kualitas panili Indonesia lebih rendah dibanding potensi
sebenarnya, hal ini disebabkan oleh pemanenan yang belum
matang dan proses curing yang kurang sempurna. Permasalahan
dengan panili Indonesia disebabkan karena panili yang masih
muda sudah dipanen, padahal flavornya belum berkembang
sepenuhnya. Selain itu panen dilakukan sekaligus dalam satu
kebun, sehingga tingkat kematangannya bervariasi. Proses
kuring yang dilakukan juga terkadang dengan pemanasan
berlebih sehingga menyebabkan karakter flavor menyimpang.
Hal inilah yang menyebabkan mutu panili Indonesia kurang baik.

243
Komoditas atsiri

Namun panili Indonesia juga masih memiliki keunggulan


diantaranya adalah lebih tahan panas, dan mudah dicampur
dengan flavor panili lain untuk mendapatkan karakteristik
tertentu. Panili yang dihasilkan sangat cocok sebagai bahan aditif
(flavour) pada cookies dan coklat. Proses kuring dilakukan pada
panili yang masih hijau dan tidak berbau karena masih
mengandung Phenolic glycosides, vanillin, vanillic acid, p-
hydroxybenzaldehyde, p-hydroxybenzoic acid, vanillyl alcohol,
cetovanillon, dan p-hydroxybenzyl alcohol (Kanisawa, 1993).
Proses kuring dapat dilakukan dengan cara hidrolisis secara
enzimatis, kimia, ataupun mikrobiologis.
Secara garis besar, di dalam proses curing terdapat empat
tahapan utama yaitu pelayuan, pemeraman, pengeringan dan
penuaan.
1. Pelayuan
Berbagai metode pelayuan yang dikenal antara lain :

a. Metode Bourbon: Perendaman pada air panas

bersuhu 60-65oC, 1,5–3 menit.

b. Modifikasi Metode Bourbon yang digunakan di

Madagaskar dan Comoro. Perendaman dalam air panas


bersuhu 80ºC selama 30 menit.
c. Metode Meksiko: Pengeringan sinar matahari selama 5 jam

d. Metode Guadelupe: Penyayatan longitudinal dengan

peniti pada buah panili


e. Metode Mayaguez, Puerto Rico: Pembekuan selama 40
jam, diikuti dengan pencairan selama dua jam.
Tahap ini juga dapat dilakukan dengan gas etilen maupun
dengan pembekuan. Proses yang paling sering digunakan

244
Komoditas atsiri

adalah pencelupan dalam air panas dan pengeringan dengan


sinar matahari atau oven.

2. Pemeraman
Panili dibungkus dengan kain hitam dan dijemur pada rak
dari pukul 9 pagi sampai dengan 3 sore dan kemudian
disimpan di dalam kotak kayu mahagoni pada malam hari
(metode yang digunakan oleh Meksiko, Madagaskar, Comoro
dan Guadelupe). Perbedaan metode yang dilakukan pada
setiap daerah terletak pada lama pemeraman dan jenis kayu
yang digunakan. Tahap ini juga merupakan salah satu faktor
yang turut menentukan mutu panili yang dihasilkan selama
proses curing. Kadar air dihilangkan dengan cepat sampai
pada kadar dimana resiko kebusukan paling rendah tetapi
masih memungkinkan untuk berlangsungnya aktivitas enzim.
Bila kondisi tepat untuk berlangsungnya aktivitas enzim maka
dihasilkan panili kering (cured vanilla) bermutu tinggi, bila
tidak maka dihasilkan panili kering bermutu rendah. Secara
umum, pada tahap ini buah panili mengalami beberapa
perubahan warna, aroma dan flavor. Warna buah berubah
menjadi coklat karena oksidasi senyawa fenolik, gula dan
asam-asam organik dimetabolisme serta ester, eter dan resin
terbentuk. Kadar air buah panili setelah mengalami
pemeraman menurun sampai mencapai 60-70 %.
3. Pengeringan
Panili dikeringkan pada oven dengan suhu 45ºC sampai
mendapatkan tekstur yang fleksibel atau dikeringkan di
bawah sinar matahari (metode yang digunakan oleh
Mayaguez, Puerto Rico). Tujuan pengeringan adalah untuk
mengurangi tingkat kerusakan karena pembusukan oleh
mikroba dan untuk membuat kondisi yang memungkinkan
untuk berlangsungnya perubahan kimiawi. Turunnya kadar air

245
Komoditas atsiri

setelah pengeringan juga menurunkan aktivitas enzim yang


tidak dikehendaki. Setelah pengeringan diharapkan kadar air
buah tinggal 25-32 %.
4. Penuaan
Sebanyak 50-100 buah panili diikat dan dibungkus
kertas minyak, dimasukkan dalam peti dan ditutup rapat. Peti
disimpan dalam ruangan suhu 45oC selama 2-3 bulan. Selama
penuaan, terjadi reaksi-reaksi seperti esterifikasi, eterifikasi,
degradasi oksidatif, dan reaksi lain menghasilkan senyawa-
senyawa volatil beraroma yang secara keseluruhan
memperkuat mutu flavor panili yang dihasilkan.

Gambar 6.24 Diagram alir proses


kuring panili

Ekstraksi panili dapat dilakukan dengan beberapa cara maserasi,


yaitu :

• Microwave Assisted-Extraction
• Ultrasonic Assisted-Extraction

246
Komoditas atsiri

• Enzyme Assisted-Extraction

Gambar 6.25 Diagram alir potensi pemanfaatan


produk panili

Panili dapat diekstrak menjadi produk-produk potensial


yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah dari
panili tersebut seperti panili bubuk, produk aromaterapi, ekstrak
panili pekat, dan pasta panili.

Aromaterapi dari oleoresin panili

Ekstrak Panili
Pekat

Panili Bubuk
Gambar 6.26 Beberapa produk panili yang
berpotensi

247

You might also like