You are on page 1of 39

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Permasalahan Yang Timbul Dari Pilkada 2005

BAB I
PENDAHULUAN

Kesadaran akan pentingnya demokrasi sekarang ini sangat tinggi. Hal ini
dapat dilihat dari peran serta rakyat Indonesia dalam melaksanakan Pemilihan Umum
baik yang dilaksakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Ini terlihat dari
jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya yang sedikit. Pemilihan umum
ini langsung dilaksanakan secara langsung pertama kali untuk memilih presiden dan
wakil presiden serta anggota MPR, DPR, DPD, DPRD di tahun 2004. Walaupun
masih terdapat masalah yang timbul ketika waktu pelaksanaan. Tetapi masih dapat
dikatakan sukses.
Setelah suksesnya Pemilu tahun 2004, mulai bulan Juni 2005 lalu di 226
daerah meliputi 11 propinsi serta 215 kabupaten dan kota, diadakan Pilkada untuk
memilih para pemimpin daerahnya. Sehingga warga dapat menentukan peminpin
daerahnya menurut hati nuraninya sendiri. Tidak seperti tahun tahun yang dahulu
yang menggunakan perwakilan dari partai. Namun dalam pelaksanaan pilkada ini
muncul penyimpangan penyimpangan. Mulai dari masalah administrasi bakal calon
sampai dengan yang berhubungan dengan pemilih.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Landasan Hukum Pilkada


Kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu demos yang berarti rakyat
dan kratos yang berarti pemerintahan. Sehingga demokrasi dapat diartikan
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Pemerintahan yang
kewenangannya pada rakyat. Semua anggota masyarakat (yang memenuhi syarat )
diikutsertakan dalam kehidupan kenegaraan dalam aktivitas pemilu. Pelaksanaan dari
demokrasi ini telah dilakukan dari dahulu di berbagai daerah di Indonesia hingga
Indonesia merdeka sampai sekarang ini. Demokrasi di negara Indonesia
bersumberkan dari Pancasila dan UUD ’45 sehingga sering disebut dengan demokrasi
pancasila. Demokrasi Pancasila berintikan musyawarah untuk mencapai mufakat,
dengan berpangkal tolak pada faham kekeluargaan dan kegotongroyongan
Indonesia pertamakali dalam melaksanakan Pemilu pada akhir tahun 1955
yang diikuti oleh banyak partai ataupun perseorangan. Dan pada tahun 2004 telah
dilaksanakan pemilu yang secara langsung untuk memilih wakil-wakil rakyat serta
presiden dan wakilnya. Dan sekarang ini mulai bulan Juni 2005 telah dilaksanakan
Pemilihan Kepala Daerah atau sering disebut pilkada langsung. Pilkada ini
merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat. Ada lima pertimbangan penting
penyelenggaraan pilkada langsung bagi perkembangan demokrasi di Indonesia.
1. Pilkada langsung merupakan jawaban atas tuntutan aspirasi rakyat karena
pemilihan presiden dan wakil presiden, DPR, DPD, bahkan kepala desa
selama ini telah dilakukan secara langsung.

2
2. Pilkada langsung merupakan perwujudan konstitusi dan UUD 1945. Seperti
telah diamanatkan Pasal 18 Ayat (4) UUD 1945, Gubernur, Bupati dan Wali
Kota, masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi,
kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis. Hal ini telah diatur dalam UU
No 32 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan
Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
3. Pilkada langsung sebagai sarana pembelajaran demokrasi (politik) bagi
rakyat (civic education). Ia menjadi media pembelajaran praktik
berdemokrasi bagi rakyat yang diharapkan dapat membentuk kesadaran
kolektif segenap unsur bangsa tentang pentingnya memilih pemimpin yang
benar sesuai nuraninya.
4. Pilkada langsung sebagai sarana untuk memperkuat otonomi daerah.
Keberhasilan otonomi daerah salah satunya juga ditentukan oleh pemimpin
lokal. Semakin baik pemimpin lokal yang dihasilkan dalam pilkada langsung
2005, maka komitmen pemimpin lokal dalam mewujudkan tujuan otonomi
daerah, antara lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
selalu memerhatikan kepentingan dan aspirasi masyarakat agar dapat
diwujudkan.
5. Pilkada langsung merupakan sarana penting bagi proses kaderisasi
kepemimpinan nasional. Disadari atau tidak, stock kepemimpinan nasional
amat terbatas. Dari jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 200 juta,
jumlah pemimpin nasional yang kita miliki hanya beberapa. Mereka
sebagian besar para pemimpin partai politik besar yang memenangi Pemilu
2004. Karena itu, harapan akan lahirnya pemimpin nasional justru dari
pilkada langsung ini.

3
B. Pelaksanaan dan Penyelewengan Pilkada
Pilkada ini ditujukan untuk memilih Kepala daerah di 226 wilayah yang
tersebar dalam 11 provinsi dan 215 di kabupaten dan kota. Rakyat memilih kepala
daerah masing masing secara langsung dan sesuai hati nurani masing masing. Dengan
begini diharapkan kepala daerah yang terpilih merupakan pilihan rakyat daerah
tersebut. Dalam pelaksanaannya pilkada dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum
Daerah masing masing. Tugas yang dilaksanakan KPUD ini sangat berat yaitu
mengatur pelaksanaan pilkada ini agar dapat terlaksana dengan demokratis. Mulai
dari seleksi bakal calon, persiapan kertas suara, hingga pelaksanaan pilkada ini.
Dalam pelaksanaannya selalu saja ada masalah yang timbul. Seringkali
ditemukan pemakaian ijasah palsu oleh bakal calon. Hal ini sangat memprihatinkan
sekali . Seandainya calon tersebut dapat lolos bagai mana nantinya daerah tersebut
karena telah dipimpin oleh orang yang bermental korup. Karena mulai dari awal saja
sudah menggunakan cara yang tidak benar. Dan juga biaya untuk menjadi calon yang
tidak sedikit, jika tidak iklas ingin memimpin maka tidakan yang pertama adalah
mencari cara bagaimana supaya uangnya dapat segera kemali atau “balik modal”. Ini
sangat berbahaya sekali.
Dalam pelaksanaan pilkada ini pasti ada yang menang dan ada yang kalah.
Seringkali bagi pihak yang kalah tidak dapat menerima kekalahannya dengan lapang
dada. Sehingga dia akan mengerahkan massanya untuk mendatangi KPUD setempat.
Kasus kasus yang masih hangat yaitu pembakaran kantor KPUD salah satu provinsi
di pulau sumatra. Hal ini membuktikan sangat rendahnya kesadaran politik
masyarakat. Sehingga dari KPUD sebelum melaksanakan pemilihan umum, sering
kali melakukan Ikrar siap menang dan siap kalah. Namun tetap saja timbul masalah
masalah tersebut.
Selain masalah dari para bakal calon, terdapat juga permasalahan yang timbul
dari KPUD setempat. Misalnya saja di Jakarta, para anggota KPUD terbukti
melakukan korupsi dana Pemilu tersebut. Dana yang seharusnya untuk pelakasanaan
pemilu ternyata dikorupsi. Tindakan ini sangat memprihatinkan. Dari sini dapat kita
lihat yaitu rendahnya mental para penjabat. Dengan mudah mereka memanfaatkan

4
jabatannya untuk kesenangan dirinya sendiri. Dan mungkin juga ketika proses
penyeleksian bakal calon juga kejadian seperti ini. Misalnya agar bisa lolos seleksi
maka harus membayar puluhan juta.
Dalam pelaksanaan pilkada di lapangan banyak sekali ditemukan
penyelewengan penyelewengan. Kecurangan ini dilakukan oleh para bakal calon
seperti :
1. Money politik
Sepertinya money politik ini selalu saja menyertai dalam setiap pelaksanaan
pilkada. Dengan memanfaatkan masalah ekonomi masyarakat yang cenderung
masih rendah, maka dengan mudah mereka dapat diperalat dengan mudah.
Contoh yang nyata saja yaitu di lingkungan penulis yaitu desa Karangwetan,
Tegaltirto, Berbah, Sleman, juga terjadi hal tersebut. Yaitu salah satu dari
kader bakal calon membagi bagikan uang kapada masyarakat dengan syarat
harus memilih bakal calon tertentu. Tapi memang dengan uang dapat membeli
segalanya. Dengan masih rendahnya tingkat pendidikan seseorang maka
dengan mudah orang itu dapat diperalat dan diatur dengan mudah hanya
karena uang.
Jadi sangat rasional sekali jika untuk menjadi calon kepala daerah harus
mempunyai uang yang banyak. Karena untuk biaya ini, biaya itu.
2. Intimidasi
Intimidasi ini juga sangat bahaya. Sebagai contoh juga yaitu di daerah penulis
oknum pegawai pemerintah melakukan intimidasi terhadap warga agar
mencoblos salah satu calon. Hal ini sangat menyeleweng sekali dari aturan
pelaksanaan pemilu.
3. Pendahuluan start kampanye
Tindakan ini paling sering terjadi. Padahal sudah sangat jelas sekali aturan
aturan yang berlaku dalam pemilu tersebut. Berbagai cara dilakukan seperti
pemasangan baliho, spanduk, selebaran. Sering juga untuk bakal calon yang
merupakan Kepala daerah saat itu melakukan kunjungan keberbagai daerah.
Kunjungan ini intensitasnya sangat tinggi ketika mendekati pemilu. Ini sangat

5
berlawanan yaitu ketika sedang memimpin dulu. Selain itu media TV lokal
sering digunakan sebagi media kampanye. Bakal calon menyam paikan visi
misinya dalam acara tersbut padahal jadwal pelaksanaan kampanye belum
dimulai.
4. Kampanye negatif
Kampanye negatif ini dapat timbul karena kurangnya sosialisasi bakal calon
kepada masyarakat. Hal ini disebabkan karena sebagian masyarakat masih
sangat kurang terhadap pentingnya informasi. Jadi mereka hanya “manut”
dengan orang yang disekitar mereka yang menjadi panutannya. Kampanye
negatif ini dapat mengarah dengan munculnya fitnah yang dapat merusak
integritas daerah tersebut.
C. Solusi
Dalam melaksanakan sesuatu pasti ada kendala yang harus dihadapi. Tetapi
bagaimana kita dapat meminimalkan kendala kendala itu. Untuk itu diperlukan
peranserta masyarakat karena ini tidak hanya tanggungjawab pemerintah saja. Untuk
menggulangi permasalah yang timbul karena pemilu antara lain :
1. Seluruh pihak yang ada baik dari daerah sampai pusat, bersama sama menjaga
ketertiban dan kelancaran pelaksanaan pilkada ini. Tokoh tokoh masyarakat
yang merupakan panutan dapat menjadi souri tauladan bagi masyarakatnya.
Dengan ini maka dapat menghindari munculnya konflik.
2. Semua warga saling menghargai pendapat. Dalam berdemokrasi wajar jika
muncul perbedaan pendapat. Hal ini diharapkan tidak menimbulkan konflik.
Dengan kesadaran menghargai pendapat orang lain, maka pelaksanaan pilkada
dapat berjalan dengan lancar.
3. Sosialisasi kepada warga ditingkatkan. Dengan adanya sosialisasi ini
diharapkan masyarakat dapat memperoleh informasi yang akurat. Sehingga
menghindari kemungkinan fitnah terhadap calon yang lain.
4. Memilih dengan hati nurani. Dalam memilih calon kita harus memilih dengan
hati nurani sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain. Sehingga prinsip prinsip
dari pemilu dapat terlaksana dengan baik.

6
BAB III
KESIMPULAN

Bangsa yang belajar adalah bangsa yang setiap waktu berbenah diri.
Pemerintah Indonesia telah berusaha membenahi sistem yang telah dengan landasan
untuk mengedepankan kepentingan rakyat. Walaupun dalam pelaksanaan pilkada ini
masih ditemui berbagai macam permasalhan tetapi ini semua wajar karena indonesia
baru menghadapi ini pertama kalinya setelah pemilu langsung untuk memilih
presiden dan wakilnya. Ini semua dapat digunakan untuk pembelajaran politik
masyarakat. Sehingga masyarakat dapat sadar dengan pentingnya berdemokrasi,
menghargai pendapat, kebersamaan dalam menghadapai sesuatu. Manusia yang baik
tidak akan melakukan kesalahan yang pernah dilakukan. Semoga untuk pemilihan
umum yang berikutnya permasalah yang timbul dapat diminimalkan. Sehingga
pemilihan umum dapar berjalan dengan lancar.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Abraham Panumbangan (mahasiswa fisipol UMY).Masih perlu waktu.


www.kr.co.id edisi Jum’at, 15 Juli 2005
2. Hasan Shadily, dkk.1973. Ensiklopedi Umum . Jakarta: Yayasan Dana Buku
Franklin Jakarta.
3. M. Ma’ruf (Mentri Dalam Negeri).Optimisme hadapi pilkada langsung.
www.kompas.com edisi selasa, 22 Februari 2005
4. Redaksi Kompas. APBN-P 2005 Bantu Rp 464,9 Miliar . www.kompas.com
edisi Rabu, 30 Maret 2005
5. Suardi Abubakar, dkk. 2000. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2
SMU.Jakarta: Yudhistira.

Saturday, June 21, 2008

8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila adalah nilai-nilai kehidupan Indonesia sejak jaman nenek moyang sampai
dewasa ini. Berdasarkan hal tersebut terdapatlah perbedaan antara masyarakat
Indonesia dengan masyarakat lain. Nilai-nilai kehidupan tersebut mewujudkan amal
perbuatan dan pembawaan serta watek orang Indonesia. Dengan kata lain masyarakat
Indonesia mempunyai ciri sendiri, yang merupakan kepribadiannya.
Dengan nilai-nilai pulanglah rakyat Indonesia melihat dan memecahkan masalah
kehidupan ini untuk mengarahkan dan mempedomani dalam kegiatan kehidupannya
bermasyarakat. Demikianlah mereka melaksanakan kehidupan yang diyakini
kebenaranya. Itulah pandangan hidupnya karena keyakinan yang telah mendarah
daging itulah maka pancasila dijadikan dasar negara serta ideologi negara. Itulah
kebulatan tekad rakyat Indonesia yang ditetapkan pada Tanggal 18 agustus 1945
melalui panitia persiapan kemerdekaan Indonesia. Kesepakatan bersama tersebut
sipatnya luhur, tiada boleh diganti ataupun diubah. Masyarakat pancasila pulalah
yang hendak kita wujudkan, artinya suatu masyarakat Indonesia modern berdasarkan
nilai luhur tersebut.
Untuk mewujudkan masyarakat pancasila, diperlukan suatu hukum yang berisi
norma-norma, aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dan
ditaati oleh setiap warga negara Indonesia. Hukum yang dimaksud yaitu UUD 1945
sebagai hukum dasar tertulis dinegara kita.

B. Pengertian
Pancasila sebagai dasar nagara Rebublik indonesia di tetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945, sebagai dasar nagara, maka nilai-nilai kehidupan bernegara dan
berpemerintahan sejak saat itu haruslah berdasarkan pada pancasila.

9
Pancasila dapat diartikan secara etimologis dan secara termonomologis. Secara
etimologis kata pancasila berasal dari bahasa sangsakerta yang mempunyai arti
“panca” artinya “lima” dab “sila” artinya “alas” dasar” (Moh Yamin).
Perkataanpancasila mula-mula digunakan di dalam masyarakat india yang beragama
budha, yang mengartikan lima aturan yang harus ditaati penganutnya. Sisa pengaruh
pengertian pancasila menurut pengamat budha itu masih di kenal di masyarakat jawa,
dengan di kenal 5 M, yaitu dilarang: Mateni (membunuh), Maling, wadon (berjina),
mabuk dan main.
Secara termologis istilah Pancasila artinya lima dasar atau lima alas, untuk nama
dasar negara kita RI, istilah ini mulai di usulkan oleh Bung Karno dalam sidang
BPUPKI tanggal 1 juni 1945 sebagai dasar negara RI dan baru disahkan pada sidang
PPKI tanggal 18 Agustus 1945.

C. Metode
Dalam penyusunan makalah ini, Penulis menggunakan metode analisis dan
penelaahan literature yang dinilai cukup efektif dalam memperoleh data dan fakta-
fakta yang selanjutnya ditanggapi oleh penulis sehubungan dengan relevensinya pada
saat ini yang ternyata ditemukan beberapa kejanggalan-kejanggalan dan penggeseran
nilai-nilai luhur Pancasila karena pengaruh berkembangnya zaman.

D. Maksud Dan Tujuan


Dengan ditulisnya makalah ini penulis berharap dapat sedikit membantu memberikan
gambaran bahwa tujuan mempelajari pancasila adalah untuk mempelajari pancasila
yang benar mengamalakan pancasila dan mengamalkan pancasila.
Mempelajari pancasila yang benar, yakni yang dapat di pertanggung jawabkan baik
secara yuridis, konstitusional, maupun secara objektif – ilmiah. Secara yuridis –
konstitusional artinya kerana pancasila adalah dasar negara yang di pergunakan
sebagai dasar mengatur dan menyelenggarakan pemerintahan negara. Oleh karena itu
setiap orang boleh memberikan pengertian atau tapsiran menurut pendapat sendiri.
Secara objektif – ilmiah artinya karena pancasila adalah suatu paham filsafat, suatu

10
philoshofical way of thingkin atau philoshophical sistem sehingga uraian harus logis
dan diterima oleh akal sehat.

BAB II
PERMASALAHAN

Pancasila, UUD 1945 dan Proklamasi 17 Agustus 1945 mempunyai hubungan dalam
dua aspek, yaitu aspek kesejarahan, dan aspek kemakmuran. Hubungan aspek
kesejarahan, yaitu bahwa riwayat singkat perumusan dan kesepakatan Pancasila
bersama dengan perumusan naskah Proklamasi dan Undang-Undang Dasar, yang
dilakukan oleh para tokoh perjuangan kemerdekaan dan opendiri negara RI. Yang
tergabung dalam BPUPKI dan PPKI dri tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan tanggal
18 Agustus 1945. hubungan aspek kemakmuran, yaitu bahwa rumusan Pancasila
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang merupakan pokok kaidah negara
fundamental, dengan demikian Pancasila mempunyai hakikat, sifat dan kedudukan
serta fungsi sebagai pokok kaidah negara fundamental. Yang menjalankan dirinya
sebagai dasar kelangsungan hidup negara RI yang diproklamasikan pada tanggal 17
Agustus 1945.
Negara kesatuan RI yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan
Pancasila sebagai dasar Negaranya dan UUD 1945 sebagai hukum dasar tersebut,
merupakan puncak perjuangan kemerdekaan Bangsa Indonesia. Corak pergerakan
perjuangan kemerdekaan tersebut dapat dibagi atas tiga corak, yaitu ada yang
bercorak kebangsaan, ada yang bercorak religius dan ada yang bercorak sosiolistik.
Pergerakan perjuangan yang bercorak kebangsaan yaitu pergerakan yang bertujuan

11
untuk mendirikan negara merdeka yang menjadi milik semua orang dan golongan
dalam masyarakat, urusan agama tidak termasuk urusan negara.
Pergerakan perjuangan yang bercorak religius, yaitu pergerakan yang bertujuan untuk
memdirikan negara merdeka dengan agama islam sebagai dasarnya. Pergerakan
perjuangan yang bercorak sosiollistik, negara merdeka dengan dasar sosiolistik,
negara merdeka dengan dasar sosiolisme dan komunisme.
Untuk membatasi ruang lingkup dalam pembahasan masalah, penulis hanya akan
membatasi :
1. Pengertian Pancasila ditijau dari fungsinya, yaitu :
a. Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
b. Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
c. Sebagai Dasar Idiologi Bangsa dan Negara Indonesia
2. Hubungan Pancasila dengan UUD 1945.
BAB III
PEMBAHASAN

1. Pengertian Pancasila Ditinjau Dari Fungsi


A. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan yang maha esa, dalam perjuangan untuk
perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa memerlukan
nilai nilai luhur yang dijunjungnya sebagai suatu pandangan hdup nilai nilai luhur
adalah merupakan suatu tolak ukur kebaikan yang terkenaan dengan hal hal yang
bersifat mendasar dan abadi dalam hidup manusia, seperti cita – cita yang hendak
dicapainya dalam hidup manusia pandangan hidup yang terdiri atas kesatuan
rangkayan nilai – nilai luhur sendiri. Pandangan hidup berfungsi sebagai kerangka
acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi antar
manusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya. Sebagai makhluk individu dan
makhluk social manusia tidaklah mungkin memenuhi segala kebutuhannya sendiri,
oleh karena itu untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya, ia senantiasa
memerlukan orang lam. Dalam pengertian inilah maka manusia pribadi senantiasa

12
hidup sebagai bagian dari lingkungan social yang lebih luas, secara berturut – turut
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat , lingungan bangsa dan lingkungan
negara yang merupakan lembaga masyarakat utama yang diharapkan dapat
menyalurkan dan mewujudkan pandangan hidupnya. Dengan demikian dalam
kehidupan bersama. Cita-cita yang ingin di capainya yang bersumber pada pandangan
hidupnya tersebut.
Dalam pengertian inilah maka proses perumusan pandangan hidup masyarakat
dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan hidup bangsa dan selanjutnya
pandangan hidup bangsa dituangkan, dan dilembagakan menjadi pandangan hidup
negara. Pandangan hidup bangsa dapat disebut sebagai idiologi bangsa (nasional),
dan pandangan hidup negaradapat disebut sebagai idiologi negara.
Dalam proses penjabaran dan kehidupan modren antara pandangan hidup masyarakat
dengan pandangan hidup bangsa memiliki hubungan yang bersifat timbal balik.
Pandangan hidup bangsa diproyeksikan kembali kepada pandangan hidup masyarakat
serta tercermin dalam sikap hidup pribadi warganya. Dengan demikian, dalam negara
Pancasila pandangan hidup masyarakat tercermin dalam kehidupan negara yaitu
pemerintahan terikat oleh kewajiban konstitusional, yaitu kewajiban pemerintah dan
lain-lain penyelenggaraan negara untuk memelihara. Budi pekerti kemanusiaan yang
luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur (Darmodihardjo, 1996).
Transformasi pandangan hidup masyarakat menjadi pandangan hidup bangsa dan
akhirnya menjadi dasar negara juga terjadi pada pan dangan hidup pancasila.
Pancasila sebelum dirumuskan menjadi dasar negara serta idiologi negara, nilai-
nilainya telah terdapat pada bangsa Indonesia dan adat istiadat , dalam budaya serta
dalam agama-agama sebagai pandangan hidup masyarakat Indonesia. Pandangan
yang ada pada masyarakat indonesia tersebut kemudian menjelma menjadi pandanga
hidup yang telah terintis sejak zaman sriwijaya, Majapahit kemudian sumpah pemuda
1928. kemudian diangkat dan dirumuskan oleh pada pendiri negara dalam sidang-
sidang BPUPKI, Panitia Sembilan, serta sidang PPKI kemudian di tentukan dan
disepakati sebagai dasar negara republik indonesia dan dalam pengertian inilah maka
pancasila sebangai pandangan hidup negara dan sekaligus sebagai idiologi negara

13
Bangsa Indonesia dalam hidup bernegara telah memiliki suatu pandangan hidup
bersama yang bwersumber pada akar budayanya dan nilai-nilai religiusnya dengan
pandangan hidup yang mantap maka bangsa Indonesia akan mengetahui kearah mana
tujuan yang ingin dicapainya. Dengan suatu pandangan hidup yang di yakininya
bangsa indonesia akan mampu memandang dan memecahkan segala persoalan yang
dihadapinya secara tepat sehingga tidak terombang-ambing persoalan tersebut.
Dengan suatu pandangan hidup yang jelas maka bangsa indonesia akan memiliki
pegangan atau pedoaman bagaimana mengenal dan memecahkan berbagai maslah
politik, sosial budaya, ekonomi, hukum, hamkan dan persoalan lainya dalam gerak
masyarakat yang semakin maju.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa tersebut terkandung di dalamnya konsepsi
dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan yang terkandung dasar pikiran
terdalam dan gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Oleh karena
itu pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan suatu kristalisasi dari nilai-
nilai yang hidup dalam masyarakat indonesia, maka pandanagn hidup dijunjung
tinggi oleh warganya kerana pandangan hidup bansa pancasila berakar pada budaya
dan pandangan hidup masyarakat. De4ngan demikian pandangan hidup bangsa
indonesia yang Bhineka Tunggal Ika tersebut merupakan asas kesatuan bangsa
sehingga tidak boleh mematikan keanekaragaman.
Sebagai inti sari dari nilai budaya masyarakat Indonesia, maka pancasila merupan
cita-cita moral bangsa yang menberikan pedoman dan kekuatan rohaniah bagi bangsa
untuk berprilaku luhur dalam kehidupan sehari dalam bermasyarakat, barbangsa dan
bernegara.

B. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia


Pancasila dalam kehidupannya ini rering disebut sebagai dasar filsafat atau dasar
falsafah negara (philosoficche Gronslag) dari negara, idiologi negara atau
(Staatsidee0. dalam pengertian ini pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma
untuk mengatur pemerintahan negara atau dengan lain perkataan pencasila
merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara. Konsekuensinya

14
seluruh pelaksana dan penyelenggara negara segala peraturan terutama segala
peraturan perundang-undangan termasuk proses reformasi dalam segala bidang
dewasa ini, dijabarkan diderivasikan dari nilai-nilai pancasila. Maka pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum, pancasila merupakn sumber kaidah
hukum negara yang secara konstitusional mengatur negara Republik Indonesia
berserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat, wilayah, serta pemerintahan negara.
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asa kerokhanian yang meliputi
suatu kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma
serta kaidah, baik moral maupun hukum negara, dan menguasai hukumdasar baik
yang tertulis atau Undang-Undang Dasar maupun yang tidak tertulis atau convensi.
Dalam kehidupannya sebagaidasar negara, pancasila mempunyai kekuatan mengikat
secara hukum.
Sebagai sumber daris segala sumber hukum atau sebagai sumber tertib hukum
Indonesia maka Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan Uud
1945, kemudian dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran,
yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, yang pada akhirnya
dikongkritisasikan atau di jabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945, serta hukum positif
lainnya. Kedudukan pancasila sebagai dasar negara tersebut dapat terinci sebagai
berikut :
a. Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dan segala sumber
hukum (sumber tertib hukum) Indonesia. Dengan demikian pancasila merupakan asas
kerohanian tertib hukum Indonesia yang dalam pembukaan UUD 1945 di jelmakan
lebih lanjut ke dalam empat pokok pikiran.
b. Meliputi suasana kebatinan (Geislichenhintergrund) dari UUD 1945.
c. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (baik hukum dasar tertulis
maupun tidak tertulis).
d. Mengandung norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan
pemerintah dan lain-lain pennyelenggara negara (termasuk para penyelenggara dan
golongan fungsional) memegang tegus cita-cita moral rakyat yang luhur. Hal ini
sebagaimana tercantum dalam pokok pikiran keempat yang bunyinya sebagai berikut

15
“ ........... Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar
kemanusian yang adil dab beradab”.
e. Merupankan sumber semangat dari UUD 1945, bagi penyelenggara negara, para
pelaksana pemerintahan (juga para penyelenggara partai dan golongan finagsial). Hal
ini dapat dipahami karena semangat adalah penting bagi pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara, karena masyarakat dan negara indonesia senantiasa tumbuh
dan berkembang seiring zaman dan dianmika masyarakat dan negara tetap diliputi
dan di serahakan asas kerohanian negara.
Sebagaimana telah ditentukan pembentukan negara bahwa tujuan utama
dirumuskannya pancasila adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia. Oleh
karena itu fungsi pokok pancasila adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia.
Hal ini sesuai dasar yuridis sebagaimana tercantum dlam UUD 1945, ketetapan No
XX/MPRS/1966. (ketetapan MPR No. V/MPR/1973 dan ketetapan No.
IX/MPR/1978. di jelaskan bahwa pancasila sebagai sumber dan sumber hukum atau
sumber tertib hukum indonesia yang pada hakikatnya merupakan suatu pandangan
hidup, kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana
kebatinan serta watak dari negara indonesia selanjutnya dikatakan bahwa cita-cita
tersebut meliputi cita-cita mengenai kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa,
perikemanusian, keadilan sosial, perdamaian nasional dan mondial, cita-cita politik
mengenai sifat, bentuk dan tujuan negara, cita-cita moral mengenai kehidupan ke
masyarakatan dan keagamaan sebagai pengejawatanhan dari budi nurani manusia.
Dalam proses reformasi dewasa ini MPR melalui sidang istimewa tahun 1998,
mengembalikan kedudukan pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia yang
tercantum dalam Tap. No. XVIII/MPR/1998. oleh karena itu segala agenda dalam
proses reformasi, yang meliputi berbagai bidang selain berdasarkan pada kenyataan
aspirasi rakyat (Sila IV) juga harus mendasar pada nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila. Reformasi tidak mungkin menyimpan dari nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan serta keadilan, bahkan harus bersumber kepadanya.

C. Pancasila Sebagai Ideology Bangsa dan Negara Indonesia

16
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila pada hakekatnya
bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau
kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain didunia, namun Pancasila
diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang
terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara,
dengan lain perkataan unsure-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak
lain diangkat dari pandangan hidup Masyrakat sendiri, sehingga bangsa ini
merupakan kuasa materialis (asal bahan) Pancasila.
Unsur- unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan okeh para
pendiri negara, sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi
bangsa negara Indonesia. Dengan demikian Pancasila sebagai ideologi bangsa dan
negara Indonesia berakar pada pandangan hidup dan budaya bangsa dan bukannya
mengangkat atau mengambil ideology dari bangsa lain. Selain itu Pancasila juga
bukan hanya merupakan ide-ide atau perenungan dari seseorang saja yang hanya
memperjuangkan suatu kelompok atau golongan tertentu, melainkan Pancasila
berasal dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa sehingga Pancasila pada hakekatnya
untuk seluruh lapisan serta unsur-unsur bangsa secara komperensif. Oleh karena ciri
khas Pancaila itu maka memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia.

2. Hubungan Pacasila dengan UUD 1945


Pancasila dasar negara kita dirumuskan dari nilai-nilai kehidupan masyarakat
Indonesia yang berasal dari pandangan hidup bangsa yang merupakan kepribadian,
bangsa perjanjian luhur serta tujuan yang hendak diwujudkan. Karena itu pancasila di
jadikan idiologi negara.
Pancasila merupakan kesadaran cita-cita hukum serta cita-cita moral luhur yang
memiliki suasana kejiwaan serta watak bangsa Indonesia, melandasi prolamasi
kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
Untuk mewujudkan tujuan proklamasi kemerdekaan maka panitia persiapan

17
kemerdekaan Indonesia (PPKI) telah menetapkan UUD 1945 merupak hukum dasar
yang tertulis yang Mengikat pemerintah, setiap lembaga/masyarakat, warga negara
dan penduduk RI pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi
kemerdekaan tersebut. Dalam Pembagian pembukaannya terdapat pokok-pokok
pikiran tentang kehidupan bermasyarakat, bernegara yang tiada laindalah pancasila
pokok-pokok pikitran tersebut yang diwujudkan dalam pasal-pasal batang tubuh
UUD 1945 yang merupakan aturan aturan pokok dalam garis-garis besar sebagai
intruksi kepada pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk melaksanakan
tugasnya.
Menurut penjelasan UUD 1945 pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana
kebatinan dari undang-undang negara Indonesia, dan mewujudkan cita-cita hukum
(Rechtsidee) yang menguasai hukum negara baik hukum yang tertulis maupun tidak
tertulis. Pokok-pokok pikiran itu dijelmakan dalam pasal-pasal dan UUD itu. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa suasana kebatianan UUD1945 dan cita-cita
hukum UUD 1945 tidak lain adalah bersumber kepada atau dijiwai dasar falsafah
negara pancasila. Disinilah arti dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara.
Atau dengan kata lain bahwa pembukaan UUD 1945 yang membuat dasar falsafah
negara pancasila, merupakan satu keasatuan nilai dan norma yang terpadau yang
tidak dapat dipisahkan dengan rangkaian pasal-pasal dan batang tubuh UUD 1945.
hal inilah yang harus kita ketahui, dipahami dan dihayati oleh setiap orang Indonesia.
Jadi pancasila itu disamping termuat dalam pembukaan UUD 1945 (rumusannya dan
pokok-pokok pikiran yang terkandung didalamnya) dijabarkan secara pokok dalam
wujud pasal-pasal batang tubuh UUD 1945.
Ketuhanan yang merupakan perintah secara pokok itu perlu diberi penjelasan. Hal
itialh yang termuat dalam penjelasan otentik UUD 1945.
Jidi pancasila adalah jiwa, ini sumber dan landasan UUD 1945. secara teknis dapat
dikatakan bahwa pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam pembukaanUUD 1945
adalah garis besar cita- yang terkandung dalam pancasila. Batang tubuh UUD 1945
merupakan pokok-pokok nilai-nilai pnacasila yang disusun dalam pasal-pasal.
Kedua bagian (kompenan) UUD 1945 tersebutr dijelaskan dalam penjelasan otentik

18
Seperti telah dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan undang-undang dasar
adalah hukum dasr yang tertulis.hal ini mengandung pengertian bahwa sebagai
hukum,maka undang-undang dasar adalah mengikat;mengikat perintah,mengikat
tembaga negara dan lembaga masyarakatdan juga mengikat semua negaraindonesia
dimana saja dan setiap penduduk warga indonesi.dan sebagai hukum,maka undang-
undang dasar berisi norma-norma,atura-aturanatu ketentuan-ketantuanyang harus
dilaksanakandan ditaati.
UUD bukanlah hukum dasar biasa,melainkan hukum dasar yang merupakan sumber
hukum.setiap produk hukum misalnya undang-undang,peraturan pemerinytah atau
keputusan pemerintah,bahkan setiap kebijak sanaan pemerintah haruslah
berlandaskan atau bersuberkan pada peraturan tang lebih tinggi,yang pada akhirnya
dapat di pertanggung jawaban pada ketentuan UUD 1945.
Dalam kedudukan yang demikianlah,UUDdalam kerangka tata urutan atau tata
tingkatan norma hukum yang berlaku,merupakan hukum yang berlaku yang
menempati kedudukan yang tinggi.sehubungan dengan undang-undang dasar juga
berfungsi sebagai alat control untuk mengecekapakah norma hukum yang redah yang
berlaku sesuai atau tidak dengan ketentuan undang-undang dasar.
Selain dari apayang diuraykan dimuka dan sesuai pula dengan penjelasan undang-
undang dasar 1945, pembukaan undang-undsang dasar1945mempuyai fungsi atau
hubungan langsung dengan batang tubuh undang-undang dasar1945 itu sendiri.ialah
bahwa;pembukaan undang-undang dasar 1945mengandung pokok-pokok pikiran itu
diciptakan oleh undang-undang dasar 1945dalam pasal-pasalnya.
Dengan tetap menyadari keagungan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dan
dengan memperhatikan hubungan dengan batang tubuh UUD yang memuat dasar
falsafah negara pancasali dan UUD 1945 merupakan kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan bahkan merupakan rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu.
UUD 1945 terdiri dari rangkaian pasal-pasal yang merupakan perwujudan dari
pokok-pokok pikiranterkandung dalam UUD1945 yang tidak lain adlah pokok
pikiran: persatuan Indonesia, keadilan sosial, kedaulatan rakyat berdasarkan atas
kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan dan ketuhanan Yang Maha Esa menurut

19
kemanusiaan yang adil dan beradab, yang tidak lainadalah sila dari pancasila,
sedangkan pancasila itu sendiri memancarkan nilai-nilai luhur yang telah mampu
memberikan semangat kepada dan terpancang dengan khidmat dalam perangkat UUD
1945. semangat dan yang disemangati pada hakikatnya merupakan satu rangkaian
kesatuan yang yidak dapat dipisahkan.
Seperti telah disinggung di muka bahwa di samping Undang-Undang dasar, masih
ada hukum dasar yang tidak tertulis yang juga merupkan sumber hukum, yang
menurut penjelasan UUD 1945 merupakan ‘aturan-auran dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelengaraan negara, meskipun tidak tertulis’. Inilah
yang dimaksudkan dengan konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan sebagai
pelengkap atau pengisi kekosongan yg timbul dari praktek kenegaraan, karena aturan
tersebut tidak terdapat dalam Undang-Undang dasar.
UUD 1945 yang hanya terdiri dari 37 pasal ditambah dengan Empat pasal Aturan
Peralihan dan dua ayatturan Tambahan, maka UUD 1945 termasuk singkat dan
bersipat supel atau fleksibal. Dalam hubumgan ini penjelasan UUD 1945
mengemukakan bahwa telah cukuplah kalau Undang-Undang dasar hanya memuat
aturan-aturan pokok garis-garis besar sebagai intruksi kepada Pemerintah pusatdan
lain-lain penyelengaraan negara untuk menyelenggarakan kehidupan negara. Undang-
Undang dasar yg disingkat itu sangat menguntungkan bagi negara seperti Indonesia
ini yang masih harus terus berkembang secarz dinamis, sehingga dengan aturan-
aturan pokok itu akan merupakan aturan yg luwes, kenyal, tidak mudah ketinggalan
zaman, sedang aturan-aturan yg menyelenggarakan aturan-aturan pokok iti
diserahkan kepada Undang-Undang yg lebih mudah caranya membuat, menubah dan
mencabut. Oleh karena itu, makin supel (elastic)
Sifatnya aturan itu makin baik. Jadi kita harus menjadi supaya sistem Undang-
Undang dasar jangan sampai ketinggalan zaman. Yang penting dalam pemerintahan
dan dalam hal hidupnya negara ialah semangat para pemimpin pemerintahan. Yaitu
semangat yang dinamis, positif dan konstuktif seperti yang dikehendaki oleh
pembukaan UUD 1945.

20
BAB IV

21
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari data dan fakta-fakta hasil telaahan literatur yang dilakukan, diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. pancasila bersifat sistematis, artinya tidak dapat dan tidak boleh ditukar posisi sila-
silanya.
2. pancasila sebagai dasar negara membawa konsekuensi bahwa segala yang ada
dalam negara tersebut haruslah taat asas (konsisten) dengan dasar tersebut, termasuk
aturan hukum/perundang-undangan yang berlaku.
3. Demi mewujudkan masyarakat pancasila, artinya suatu masyarakat Indonesia
modern berdasarkan nilai-nilai luhur, dibutuhkan suatu hubungan yang serosi antara
pengambilan pancasila dengan kewajiban mentaati UUD 1945 sebagai hukum dasar
tertulis di negara kita.

B. Saran
Untuk dapat mencapai suatu tujuan yang sama, yaitu menjunjung tinggi dan
menerapkan nilai-nilai luhur pancasila di segala bidang kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Penulis menyarankan “marilah bersama-sama memahami
mendalami ajaran pancasila secara menyeluruh supaya kita paham dan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan tujuan dapat mengurangi
sedikit demi sedikit hal hal yang dapat mengancam dan membahayakan pancasila
yang tidak hanya dating dari luar tetapi juga dari dalam, terlebih lagi di era globalisasi
sekarang ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Drs. Kaelan. M.S., 2003. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma.


2. Alhaj, S.Z.S. Pargeran, Drs. Dan Drs. Usmani Surya Patria, 1995. Pendidikan
Pancasila. Jakarta.
3. Soeprapto, H.Z.A. BAB III Pancasila Sebagai Sistem Filsafat Jakarta: BP- Pusat.
4. Tim Penulis PPKn. 2004 Mhir PPKn SMU Kelas 3 Semester II. Bandung: PT.
REMAJA ROSDAKARYA.

Related Posts : MAKALAH PPKN

• MAKALAH PPKN TENTANG HUBUNGAN PANCASILA DAN UUD


1945
• MAKALAH PPKN TENTANG PANCASILA
• MAKALAH PPKN TENTANG HAK AZASI MANUSIA (HAM)
• MAKALAH PKN TENTANG IMPLEMENTASI DEMOKRASI
PANCASILA SEBAGAI PERWUJUDAN KEDAULATAN RAKYAT
• MAKALAH PPKN TENTANG LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA
• MAKALAH FILSAFAT PANCASILA TENTANG MENGENAL
FILSAFAT PANCASILA DILIHAT DARI SEJARAH DAN
PELAKSANAANNYA
• PERUBAHAN PERTAMA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
• PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

23
• PERUBAHAN KEEMPAT UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Related Posts Widget [?]

Posted by Anakciremai at 9:31 AM

Labels: MAKALAH PPKN

2 comments:

Anonymous said...
November 12, 2008 6:52 PM

thanks buangeettttt iah...berkat makalah yang kalian buat,gw ma teman2 bisa


kebantu,thanks Bro!!
God Bless U...

om nunu said...
December 16, 2009 10:33 AM

mantep banget bos... pengunjungnya banyak banget pastinya.


http://www.tugaskuliah.info

Post a Comment

KIRIMKAN KOMENTAR ANDA DI SINI, NO SPAM

Links to this post

24
Create a Link

Newer Post Older Post Home


Subscribe to: Post Comments (Atom)
Search

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Siapa yang tidak kenal dengan Pancasila dan Soekarno sebagai


penggalinya? Pada tanggal 1 Juni 1945 untuk pertama kalinya Bung Karno
mengucapkan pidatonya di depan sidang rapat Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan.

Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu


bangsa Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila
terhadap bangsa dan negara Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan
sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku,
agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit
jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.

Sejarah Pancasila adalah bagian dari sejarah inti negara Indonesia.


Sehingga tidak heran bagi sebagian rakyat Indonesia, Pancasila dianggap sebagai
sesuatu yang sakral yang harus kita hafalkan dan mematuhi apa yang diatur di
dalamnya. Ada pula sebagian pihak yang sudah hampir tidak mempedulikan lagi
semua aturan-aturan yang dimiliki oleh Pancasila. Namun, di lain pihak muncul

25
orang-orang yang tidak sepihak atau menolak akan adanya Pancasila sebagai
dasar negara Indonesia.

Mungkin kita masih ingat dengan kasus kudeta Partai Komunis Indonesia
yang menginginkan mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi Komunis. Juga
kasus kudeta DI/TII yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan mendirikan
sebuah negara Islam. Atau kasus yang masih hangat di telinga kita masalah
pemberontakan tentara GAM.

Jika kita melihat semua kejadian di atas, kejadian-kejadian itu bersumber


pada perbedaan dan ketidakcocokan ideologi Pancasila sebagai ideologi negara
Indonesia dengan ideologi yang mereka anut. Dengan kata lain mereka yang
melakukan kudeta atas dasar keyakinan akan prinsip yang mereka anut adalah
yang paling baik, khususnya bagi orang-orang yang berlatar belakang prinsip
agama.

Berdasarkan Latar Belakang permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk


menulis makalah yang berjudul “PANCASILA VS AGAMA”.

Masalah pokok yang hendak dikemukakan di sini adalah kenyataan bahwa


Pancasila tidak merupakan paham yang lengkap, juga tidak merupakan kesatuan
yang bulat. Kelengkapannya bergantung pada pemikiran lain yang dijabarkan ke
dalam Pancasila; dan kesatuan bulatnya juga demikian. Dalam rangka ini, paham
agama bisa pula masuk.

26
B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Apakah Pancasila masih cocok menjadi ideologi yang dianut oleh bangsa
Indonesia yang terdapat beragam kepercayaan (agama).

2. Apakah dengan terus menjadikan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia,


dapat menuju negara yang aman dan stabil.

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan Makalah

1. Tujuan Penulisan Makalah

a. Untuk mengetahui sejauh mana Pancasila cocok dengan agama.

b. Untuk mengetahui arti penting dari adanya Pancasila di negara


Indonesia.

c. Untuk mengetahui bagaimana seharusnya negara yang memiliki


masyarakat yang beragam agama.

2. Kegunaan Penulisan Makalah

a. Bagi Penulis

Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas


terstruktur dari mata kuliah Pancasila.

b. Bagi pihak lain

Makalah ini diharapkan dapat menambah referensi pustaka yang


berhubungan antara Pancasila dengan Agama.

27
D. Pembatasan Masalah

1. Penulisan makalah ini dibatasi pemasalahannya yaitu hanya membahas


sangkut paut agama dengan Pancasila.

2. Agama yang menjadi objek utama dalam penulisan makalah ini adalah
Agama yang ada di Indonesia (Islam, dll).

BAB II

METODE PENULISAN

A. OBJEK PENULISAN

Objek penulisan makalah ini adalah mengenai Pancasila dan hubungannya


dengan gama-agama yang ada di Indonesia. Dalam makalah ini juga dibahas
mengenai kontroversi penerapan ideologi pancasila di Indonesia.

B. DASAR PEMILIHAN OBJEK

Kami sebagai penyusun makalah ini, memilih objek Pancasila dengan


Agama karena kedua hal ini adalah dua komponen negara Indonesia yang masing-
masing mempunyai pengaruh yang sangat kuat bagi para penganutnya. Jika
terjadi ketidakserasian antara dua komponen ini, maka akan terjadi suatu yang
sulit untuk diselesaikan.

C. METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan


adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan
permasalahan yang diangkat dalam makalah ini yaitu mengenai hubungan

28
Pancasila dengan agama. Disamping itu, penulis juga mendapatkan data dari hasil
wawancara dengan orang-orang yang berkompeten di bidang pancasila dan
agama. Sebagai referensi juga diperoleh dari situs web internet yang membahas
mengenai falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia.

D. METODE ANALISIS

Penyusunan makalah ini berdasarkan metode deskriptif analistis, yaitu


mengidentifikasi permasalahan berdasarkan fakta dan data yanag ada,
menganalisis permasalahan berdasarkan pustaka dan data pendukung lainnya,
serta mencari alternatif pemecahan masalah

BAB III

KEBERADAAN PANCASILA

DAN SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

A. ARTI PENTING KEBERADAAN PANCASILA

Pancasila sebagai dasar negara memang sudah final. Menggugat Pancasila


hanya akan membawa ketidakpastian baru. Bukan tidak mungkin akan timbul
chaos (kesalahan) yang memecah-belah eksistensi negara kesatuan. Akhirnya
Indonesia akan tercecer menjadi negara-negara kecil yang berbasis agama dan
suku. Untuk menghindarinya maka penerapan hukum-hukum agama (juga

29
hukum-hukum adat) dalam sistem hukum negara menjadi urgen untuk diterapkan.
Sejarah Indonesia yang awalnya merupakan kumpulan Kerajaan yang berbasis
agama dan suku memperkuat kebutuhan akan hal ini. Pancasila yang
diperjuangkan untuk mengikat agama-agama dan suku-suku itu harus tetap
mengakui jati diri dan ciri khas yang dimiliki setiap agama dan suku.

B. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

Sebagai negara yang bermayoritas penduduk agama islam, Pancasila


sendiri yang sebagai dasar negara Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh agama
yang tertuang dalam sila pertama yang berbunyi sila “Ketuhanan yang Maha
Esa”. yang pada awalnya berbunyi “… dengan kewajiban menjalankan syariat
islam bagi pemeluknya” yang sejak saat itu dikenal sebagai Piagam Jakarta.

Namun dua ormas Islam terbesar saat itu dan masih bertahan sampai
sekarang yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah menentang penerapan
Piagam Jakarta tersebut, karena dua ormas Islam tersebut menyadari bahwa jika
penerapan syariat Islam diterapkan secara tidak langsung namun pasti akan
menjadikan Indonesia sebagai negara Islam dan secara “fair” hal tersebut dapat
memojokkan umat beragama lain. Yang lebih buruk lagi adalah dapat memicu
disintegrasi bangsa terutama bagi provinsi yang mayoritas beragama nonislam.
Karena itulah sampai detik ini bunyi sila pertama adalah “ketuhanan yang maha
esa” yang berarti bahwa Pancasila mengakui dan menyakralkan keberadaan
Agama, tidak hanya Islam namun termasuk juga Kristen, Katolik, Budha dan
Hindu sebagai agama resmi negara pada saat itu.

C. BUTIR-BUTIR PANCASILA SILA PERTAMA

Atas perubahan bunyi sila pertama menjadi Ketuhanan yang Maha Esa
membuat para pemeluk agama lain di luar islam merasa puas dan merasa dihargai.

30
Searah dengan perkembangan, sila Ketuhanan yang Maha Esa dapat
dijabarkan dalam beberapa point penting atau biasa disebut dengan butir-butir
Pancasila. Diantaranya:

− Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaanya kepada


Tuhan Yang Maha Esa.

− Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.

− Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antra pemeluk


agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.

− Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan


kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

− Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

− Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah


sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing

− Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang


Maha Esa kepada orang lain.

Dari butir-butir tersebut dapat dipahami bahwa setiap rakyat Indonesia


wajib memeluk satu agama yang diyakini. Tidak ada pemaksaan dan saling
toleransi antara agama yang satu dengan agama yang lain.

BAB IV

31
BENTUK KOLABORASI PANCASILA DENGAN AGAMA

· IDEOLOGI PANCASILA SEBAGAI PILIHAN

Keberagaman agama dan pemeluk agama di Indonesia menjadi sebuah


kenyataan yang tak terbantahkan. Kenyataan ini menuntut adanya kesadaran dari
setiap pemeluk agama untuk menjaga keharmonisan hubungan di antara mereka.

Semua pemeluk agama memang harus mawas diri. Yang harus disadari
adalah bahwa mereka hidup dalam sebuah masyarakat dengan keyakinan agama
yang beragam. Dengan demikian, semestinya tak ada satu kelompok pemeluk
agama yang mau menang sendiri.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa di Indonesia terdapat berbagai


macam suku bangsa, adat istiadat hingga berbagai macam agama dan aliran
kepercayaan. Dengan kondisi sosiokultur yang begitu heterogen dibutuhkan
sebuah ideologi yang netral namun dapat mengayomi berbagai keragaman yang
ada di Indonesia.

Karena itu dipilihlah Pancasila sebagai dasar negara. Namun saat ini yang
menjadi permasalahan adalah bunyi dan butir pada sila pertama. Sedangkan
sejauh ini tidak ada pihak manapun yang secara terang-terangan menentang bunyi
dan butir pada sila kedua hingga ke lima. Namun ada ormas-ormas yang terang-
terangan menolak isi dari Pancasila tersebut.

Akibat maraknya parpol dan ormas Islam yang tidak mengakui


keberadaan Pancasila dengan menjual nama Syariat islam dapat mengakibatkan
disintegrasi bangsa. Bagi kebanyakan masyarakat Indonesia yang cinta atas
keutuhan NKRI maka banyak dari mereka yang mengatasnamakan diri mereka
Islam Pancasilais, atau Islam Nasionalis.

32
Konsep negara Pancasila adalah konsep negara agama-agama. Konsep
negara yang menjamin setiap pemeluk agama untuk menjalankan agamanya
secara utuh, penuh dan sempurna. Negara Pancasila bukanlah negara agama,
bukan pula negara sekuler apalagi negara atheis. Sebuah negara yang tidak tunduk
pada salah satu agama, tidak pula memperkenankan pemisahan negara dari
agama, apalagi sampai mengakui tidak tunduk pada agama manapun. Negara
Pancasila mendorong dan memfasilitasi semua penduduk untuk tunduk pada
agamanya. Penerapan hukum-hukum agama secara utuh dalam negara Pancasila
adalah dimungkinkan. Semangat pluralisme dan ketuhanan yang dikandung
Pancasila telah siap mengadopsi kemungkinan itu. Tak perlu ada ketakutan
ataupun kecemburuan apapun, karena hukum-hukum agama hanya berlaku pada
pemeluknya. Penerapan konsep negara agama-agama akan menghapus
superioritas satu agama atas agama lainnya. Tak ada lagi asumsi mayoritas –
minoritas. Bahkan pemeluk agama dapat hidup berdampingan secara damai dan
sederajat. Adopsi hukum-hukum agama dalam negara Pancasila akan menjamin
kelestarian dasar negara Pancasila, prinsip Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.

Pikirkan jika suatu kebenaran, kesalahan maupun etika moral ditentukan


oleh sebuah definisi sebuah agama dalam hal ini agama Islam. Sedangkan ketika
anda terlibat didalamnya anda adalah seseorang yang memeluk agama diluar
Islam! Apakah yang anda pikirkan dan bagai mana perasaan di hati anda ketika
sebuah kebenaran dan moralitas pada hati nurani anda ditentukan oleh agama lain
yang bukan anda anut?

Sekarang di beberapa provinsi telah terjadi, dengan alasan moral dan


budaya maka diterapkanlah aturan tersebut. Sebagai contoh, kini di sebuah
provinsi semua wanita harus menggunakan jilbab. Mungkin bagi sebagian kecil
orang yang tinggal di Indonesia merupakan keindahan namun bagai mana dengan
budaya yang selama ini telah ada? Jangankan di tanah Papua, pakaian Kebaya pun
artinya dilarang dipakai olah putri daerah. Bukankah ini merupakan
pengkhianatan terhadap kebinekaan bangsa Indonesia yang begitu heterogen. Jika

33
anda masih ragu, silakan lihat apa yang terjadi di Saudi Arabia dengan aliran
Salafy Wahabinya. Tidak ada pemilu, tidak ada kesetaraan gender dan lihat
betapa tersisihnya kaum wanita dan penganut agama minoritas di sana. Jika
memang anda cinta dengan Adat, Budaya dan Toleransi umat beragama di
Indonesia dukung dan jagalah kesucian Pancasila sebagai ideologi pemersatu
bangsa.

· KONTROVERSI PANCASILA

Sebagai dasar negara RI, Pancasila juga bukanlah perahan murni dari
nilai-nilai yang berkembang di masyarakat Indonesia. Karena ternyata, sila-sila
dalam Pancasila, sama persis dengan asas Zionisme dan Freemasonry. Seperti
Monoteisme (Ketuhanan YME), Nasionalisme (Kebangsaan), Humanisme
(Kemanusiaan yang adil dan beradab), Demokrasi (Musyawarah), dan Sosialisme
(Keadilan Sosial). Tegasnya, Bung Karno, Yamin, dan Soepomo mengadopsi
(baca: memaksakan) asas Zionis dan Freemasonry untuk diterapkan di Indonesia.

Selain alasan di atas, agama-agama yang berlaku di Indonesia tidak hanya


Islam, tetapi ada Kristen Protestan dan Katolik, Hindu, Budha, bahkan Konghucu.
Kesemua agama itu, menganut paham atau konsep bertuhan banyak, bahkan
pengikut animisme. Hanya agama Islam saja yang memiliki konsep Berketuhanan
YME (Allahu Ahad).

Pada masa pra kemerdekaan tatanan sosial masyarakat di Nusantara,


kebanyakan terdiri dari Kerajaan-kerajaan Hindu. Dari sistem monarkis seperti
ini, belum dikenal konsep musyawarah untuk mufakat; tetapi yang berlaku adalah
sabda pandita ratu. Rakyat harus tunduk dan patuh pada titah sang raja tanpa
reserve. Sekaligus, minus demokrasi, karena kedudukan raja diwarisi turun
temurun. Kala itu, tidak ada persatuan. Perpecahan, perebutan kekuasaan dan
wilayah, selalu mengundang pertumpahan darah.

34
Sejak awal, Pancasila agaknya tidak dimaksudkan sebagai alat pemersatu,
apalagi untuk mengakomodir ke-Bhinekaan yang menjadi ciri bangsa Indonesia.
Tetapi untuk menjegal peluang berlakunya Syari’at Islam. Para nasionalis sekuler,
terutama Non Muslim, hingga kini menjadikan Pancasila sebagai senjata ampuh
untuk menjegal Syariat Islam, meski konsep Ketuhanan yang terdapat dalam
Pancasila berbeda dengan konsep bertuhan banyak yang mereka anut. Mereka
lebih sibuk menyerimpung orang Islam yang mau menjalankan Syariat agamanya,
ketimbang dengan gigih memperjuangkan haknya dalam menjalankan ibadah dan
menerapkan ketentuan agamanya. Bagaimana toleransi bisa dibangun di atas
konstruksi filsafat yang menghasilkan anarkisme ideologi seperti ini?

Pancasila, sudah kian terbukti, cuma sekadar alat politisi busuk yang anti
Islam, namun mengatasnamakan ke-Bhinekaan. Padahal, bukan hanya Indonesia
yang masyarakatnya multietnis, multi kultural, dan multi agama. Di Amerika
Serikat, untuk mempertahankan ke-Bhinekaannya mereka tidak perlu Pancasila,
begitu pun negara jiran Malaysia. Nyatanya, mereka justru lebih maju dari
Indonesia.

Kenyataan ini, betapapun pahitnya haruslah diakui secara jujur.


Sayangnya, sejumlah pejabat dan mantan pejabat di negeri ini, belum juga siuman
dari mimpinya tentang kemanusiaan yang adil dan beradab, sebagaimana sila
kedua Pancasila. Sedang sejarah membuktikan, apa yang dilakukan rezim
penguasa selama 60 tahun Indonesia merdeka, justru penindasan terhadap
kemanusiaan.

Dalam memperingati hari lahir Pancasila, 4 Juni 2006, di Bandung,


muncul sejumlah tokoh nasional berupaya memperalat isu Pancasila untuk
kepentingan zionisme. Celakanya, mereka menggunakan cara yang tidak cerdas
dan manipulatif. Dengan berlandaskan asas Bhineka Tunggal Ika, mereka
memosisikan agama seolah-olah perampas hak dan kemerdekaan bangsa
Indonesia. Segala hal yang berkaitan dengan agama dianggap membelenggu

35
kebebasan. Kebencian pada agama, pada gilirannya, menyebabkan parameter
kebenaran porak-poranda, kemungkaran akhlak merajalela. Kesyirikan, aliran
sesat, dan perilaku menyesatkan membawa epidemi kerusakan dan juga bencana.

Anehnya, peristiwa bencana gempa bumi yang menewaskan lebih dari


6000 jiwa di Jogjakata, 27 Mei 2006, malah yang disalahkan Islam dan umat
Islam. Seorang paranormal mengatakan,”Bencana gempa di Jogjakarta, terjadi
akibat pendukung RUU APP yang kian anarkis.” Lalu, pembakaran kantor Bupati
Tuban, cap jempol atau silang darah di Jatim, yang dilakukan anggota PKB dan
PDIP, dan menyatroni aktivis FPI, Majelis Mujahidin, dan Hizbut Tahrir. Apakah
bukan tindakan anarkis? Jangan lupa, Bupati Bantul, Idham Samawi, yang
daerahnya paling banyak korban gempa bumi berasal dari PDIP.

Tidak itu saja. Upaya penyeragaman budaya, maupun moral atas nama
agama, juga dikritik pedas. “Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan awal bangsa
Indonesia harus dipertahankan. Masyarakat Indonesia beraneka ragam, sehingga
tindakan menyeragamkan budaya itu tidak dibenarkan,” kata Megawati.
Penyeragaman yang dimaksud, sebagaimana dikatakan Akbar
Tanjung,”Keberagaman itu tidak dirusak dengan memaksakan kehendak. Pihak
yang merongrong Bhineka, adalah kekuatan-kekuatan yang ingin
menyeragamkan.”

Padahal, justru Bung Karno pula orang pertama yang mengkhianati


Pancasila. Dengan memaksakan kehendak, ia berusaha menyeragamkan ideologi,
budaya, dan seni. Ideologi NASAKOM (Nasionalisme, agama, dan komunis)
dipaksakan berlaku secara despotis. Demikian pula, seni yang boleh
dipertunjukkan hanya seni gaya Lekra. Sementara yang berjiwa keagamaan
dinyatakan sebagai musuh revolusi. Begitu pun Soeharto, berusaha
menyeragamkan ideologi melalui asas tunggal Pancasila. Hasilnya, kehancuran.

36
· PEMAHAMAN DAN PELANGGARAN TERHADAP PANCASILA SAAT
INI

Ideologi Pancasila merupakan dasar negara yang mengakui dan


mengagungkan keberadaan agama dalam pemerintahan. Sehingga kita sebagai
warga negara Indonesia tidak perlu meragukan konsistensi atas Ideologi Pancasila
terhadap agama. Tidak perlu berusaha mengganti ideologi Pancasila dengan
ideologi berbasis agama dengan alasan bahwa ideologi Pancasila bukan ideologi
beragama. Ideologi Pancasila adalah ideologi beragama.

Sesama umat beragama seharusnya kita saling tolong menolong. Tidak


perlu melakukan permusuhan ataupun diskriminasi terhadap umat yang berbeda
agama, berbeda keyakinan maupun berbeda adat istiadat.

Hanya karena merasa berasal dari agama mayoritas tidak seharusnya kita
merendahkan umat yang berbeda agama ataupun membuat aturan yang secara
langsung dan tidak langsung memaksakan aturan agama yang dianut atau standar
agama tertentu kepada pemeluk agama lainya dengan dalih moralitas.

Hendaknya kita tidak menggunakan standar sebuah agama tertentu untuk


dijadikan tolak ukur nilai moralitas bangsa Indonesia. Sesungguhnya tidak ada
agama yang salah dan mengajarkan permusuhan.

Agama yang diakui di Indonesia ada 5, yaitu Islam, Kristen, Katolik,


Budha dan Hindu.

Sebuah kesalahan fatal bila menjadikan salah satu agama sebagai standar
tolak ukur benar salah dan moralitas bangsa. Karena akan terjadi chaos dan timbul
gesekan antar agama. kalaupun penggunaan dasar agama haruslah mengakomodir
standar dari Islam, Kristen, Katolik, Budha dan Hindu bukan berdasarkan salah
satu agama entah agama mayoritas ataupun minoritas.

37
BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

· KESIMPULAN

Berdasarkan latar belakang, pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai


berikut:

Pancasila adalah ideologi yang sangat baik untuk diterapkan di negara


Indonesia yang terdiri dari berbagai macam agama, suku, ras dan bahasa.
Sehingga jika ideologi Pancasila diganti oleh ideologi yang berlatar belakang
agama, akan terjadi ketidaknyamanan bagi rakyat yang memeluk agama di
luar agama yang dijadikan ideologi negara tersebut.

Dengan mempertahankan ideologi Pancasila sebagai dasar negara, jika


melaksanakannya dengan baik, maka perwujudan untuk menuju negara yang
aman dan sejahtera pasti akan terwujud.

· IMPLIKASI

Untuk semakin memperkokoh rasa bangga terhadap Pancasila, maka perlu


adanya peningkatan pengamalan butir-butir Pancasila khususnya sila ke-1.
Salah satunya dengan saling menghargai antar umat beragama.

Untuk menjadi sebuah negara Pancasila yang nyaman bagi rakyatnya,


diperlukan adanya jaminan keamanan dan kesejahteraan setiap masyarakat
yang ada di dalamnya. Khususnya jaminan keamanan dalam melaksanakan
kegiatan beribadah.

· SARAN

38
Untuk mengembangkan nilai-nilai Pancasila dan memadukannya dengan agama,
diperlukan usaha yang cukup keras. Salah satunya kita harus memiliki rasa
nasionalisme yang tinggi. Selain itu, kita juga harus mempunyai kemauan yang
keras guna mewujudkan negara Indonesia yang aman, makmur dan nyaman bagi
setiap orang yang berada di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Agama. Jakarta: PT. Gramedia.

Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta:


Pancoran Tujuh.

Notonagoro. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila dengan


Kelangsungan Agama, Cet. 8. Jakarta: Pantjoran Tujuh.

Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta

Sumber Lain :

http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/filsafat/index.htm

http:// www.google.co.id

http://www.goodgovernance-bappenas.go.id/artikel_148.htm

http:// www.teoma.com

http:// www.kumpulblogger.com

39

You might also like