You are on page 1of 2

Pengertian Wahyu

Terima kasih kepada Ust. Drs. Abdul Rozzaq Sahib

“DAN tidaklah mungkin bagi manusia agar Allah berfirman kepadanya, kecuali
dengan wahyu langsung atau dari belakang tabir atau dengan mengirimkan seorang Rasul
guna mewahyukan dengan seizin-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya, Dia
Maha Luhur, Maha Bijaksana.” QS [Asy-Syûrâ] 42 : 52

WAHYU, menurut Kamus Al-Mufrâdât fî Ghara`ibi`l-Qur`ân, makna aselinya adalah


al-‘Isyaratu`s-sarî’ah. Artinya, isyarat yang cepat yang dimasukkan ke dalam hati
seseorang atau ilqâ’un fi`r-rau`i, maksudnya yang disampaikan dalam hati.

Alquran menyebutkan Allah Taala berbicara kepada para hamba-Nya dengan tiga cara.
Pertama, Dia berfirman secara langsung kepada mereka tanpa perantara.

Kedua, Dia membuat mereka menyaksikan pandangan gaib (kasyaf) dalam keadaan tidur,
yang dapat ditakwilkan atau tidak atau kadang-kadang membuat mereka mendengar kata-
kata dalam keadaan jaga dan sadar, di waktu itu mereka tidak melihat wujud orang yang
berbicara kepada mereka (ilham). Inilah makna kata “dari belakang tabir”.

Ketiga, Tuhan mengutus seorang rasul atau seorang malaikat yang menyampaikan
amanat-Nya. Dalam prakteknya, semua cara Allah Taala bercakap-cakap kepada para
hamba-Nya itu, pada umumnya orang menyebut dengan istilah ‘wahyu’. Dengan wahyu
itu, Dia menampakkan wujud dan keagungan-Nya kepada mereka.

Allah Taala dapat dibuktikan sebagai Tuhan Yang Maha Hidup hanya jika Dia bercakap-
cakap dengan hamba-hamba-Nya. Tidak masuk akal bahwa Allah Taala tidak lagi
berbicara kepada hamba-hamba pilihan-Nya di masa yang lalu.

Anugerah wahyu ilahi dapat diterima bahkan sekarang ini juga, seperti halnya telah diraih
oleh manusia pada masa lampau. Pula, wahyu dimaksudkan untuk memberikan kesegaran
dalam kehidupan rohani manusia dan untuk memungkinkan manusia bertaqarrub atau
mendekatkan diri kepada Tuhan Sang Pencipta.

Dalam firman-Nya, Alquran ibarat air.

“Dia-lah yang menurunkan air dari awan dengan kadar tertentu. Dan dengannya,
Kami hidupkan negeri yang mati. Dengan cara demikian pulalah, kamu pun akan
dibangkitkan.” QS [Az-Zukhruf] 43 : 12
Kata-kata ini berarti, seperti halnya tanah yang kering dan gersang pun, mulai hidup
kembali dengan segar bila hujan jatuh di atas tanah itu. Demikian pula kaum yang secara
akhlak dan ruhani telah mati, memperoleh hidup baru dengan perantaraan wahyu Ilahi
Yang Maha Suci.[]

You might also like