You are on page 1of 33

PENGANTAR ILMU BAHAN

1.1 Perkembangan Material


Peradaban manusia berkembang dari tahun ke tahun. Perkembangannya dimulai
sejak jaman pra sejarah berjuta-juta tahun yang lalu. Manusia hidup berpindah-pindah
untuk mempertahankan hidupnya. Perkembangan material dibagi dalam 4 (empat jaman
yang menunjukkan perbedaan penggunaan material sebagai alat bantu bagi manusia.
Jaman itu adalah:
 Jaman Batu-Stone Age (sekitar 10.000 SM).
 Jaman Perunggu-Bronze Age (sekitar 5000 SM).
 Jaman Besi-Iron Age (sekitar 1000 tahun yang lalu).
 Jaman Ilmu Pengetahuan-Scientific Age (1900-1990).

Pada gambar 1.1 ditunjukkan besaran perkembangan penggunaan material selama


berkembangnya peradaban manusia. Berbagai jenis material digunakan oleh manusia
untuk mendukung semua kegiatannya.

Gambar 1.1 Peradaban manusia dan perkembangan material.

Pengantar Ilmu Bahan Page 1 of 33


Pada jaman batu, selain tinggal di gua-gua (sehingga disebut sebagai manusia
gua), mereka berburu binatang untuk makan. Peralatan berburu yang digunakan adalah
tombak yang terbuat dari batu seperti ditunjukkan pada gambar 1.2.

Gambar 1.2 Peralatan berburu (tombak).

Berkembangnya kebudayaan manusia, meningkatkan penggunaan material dalam


kehidupan sehari-hari. Manusia mulai membuat perkampungan, membuka lahan untuk
pertanian, membuat irigasi, membuat peralatan yang terbuat dari kayu, menjinakkan
hewan, membuat tembikar, tempat pemujaan seperti ditunjukkan pada gambar 1.3 hingga
1.5.

Gambar 1.3 Perkampungan tani kuno di


Mehrgarh (7000-5000 SM).

Pengantar Ilmu Bahan Page 2 of 33


Gambar 1.4 Tembikar yang dibuat pada jaman
Jomon Kamegaoka (Jepang).

Gambar 1.5 Tempat pemujaan Obelisk di Luxor Mesir (1200


SM).

Pada jaman perunggu (bronze age), perkembangan manusia mulai mengenal


penggunaan logam terutama tembaga dan timah. Paduan tembaga ini banyak digunakan
untuk senjata dan ornamen seperti terlihat pada gambar 1.6.

Gambar 1.6 Senjata dan ornamen yang terbuat dari perunggu.

Pengantar Ilmu Bahan Page 3 of 33


Dijaman besi (iron age), manusia mulai banyak menggunakan besi sebagai bahan
untuk membuat berbagai peralatan. Sekitar 3500 SM metoda peleburan, pemurnian, dan
pembentukan logam telah dikembangkan oleh orang Mesin kuno dan Cina. Orang Mesir
kuno telah mengetahui bagaimana memisahkan besi dari bijihnya dan tahu pula bahwa
baja mempunyai kemampuan untuk dikeraskan. Gambar 1.7 memperlihatkan berbagai
peralatan yang dibuat pada jaman besi.

Gambar 1.7 Peralatan pada jaman besi.

Berbagai bahan lain seperti emas, perak, timbal dan yang lainnya juga mulai
banyak dipakai oleh manusia seperti ditunjukkan pada gambar 1.8.

(a) (b)
Gambar 1.8 (a) topeng emas Mycenae, Yunani dan (b) dekorasi arsitektur di Istana
Rundāle, Pilsrundāle, Latvia.

Pengantar Ilmu Bahan Page 4 of 33


1.2. Logam dan Paduannya
Apa yang dimaksud dengan logam? Logam adalah suatu unsur yang memiliki
sifat menghantarkan listrik dan panas yang baik, mempunyai kekuatan dan keuletan, tidak
meneruskan cahaya dan apabila permukaannya dipoles hingga mengkilap dapat
memantulkan cahaya. Pada gambar 1.9 ditunjukkan keberadaan unsur logam dalam
susunan tabel periodik (terdapat hampir 80%).

Metals

Transition Metals

Gambar 1.9 Tabel periodik.

Kebanyakan logam berasal dari dalam tanah pada daerah-daerah tertentu. Di


Indonesia mineral-mineral logam terdapat dari Sabang sampai Merauke, seperti Di Aceh
terdapat timbal (galena-PbS), di Bintan terdapat alumunium (bauksit-Al2O3nH20), di
Bangka-Belitung timah putih (kasiterit-SnO2), sepanjang pantai selatan pulau Jawa pasir
besi, Pongkor Jawa Barat, Cikotok Banten dan Sumbawa terdapat emas, Pomalaa
Sulawesi Selatan dan Maluku terdapat nikel dan Papua di Timika terdapat tembaga dan
emas serta daerah daerah lainnya (gambar 1.10).

Pengantar Ilmu Bahan Page 5 of 33


Gambar 1.10 Peta mineral-mineral logam di Indonesia.

Bentuk-bentuk batuan mineral yang terdapat di alam berbeda-beda, gambar 1.11


menunjukkan bentuk batuan untuk berbagai jenis mineral.

(a) (b)

(c) (d)

Pengantar Ilmu Bahan Page 6 of 33


(e) (f)

(g) (h)
Gambar 1.11 Berbagai jenis mineral; (a) aluminium (bauksit-Al2O3nH20), (b) timah putih
(kasiterit-SnO2), (c) emas, (d) timbal (galena-PbS), (e) besi (hematit-Fe2O3), (f) nikel
(nikelit-NiAs), (g) tembaga (malasit-Cu2CO3(OH)3), (h) perak (argentit-Ag2S).

Logam yang digunakan saat ini merupakan hasil dari suatu proses yang panjang.
Berbagai proses dilakukan untuk memisahkan logam yang diinginkan dari unsur-unsur
pengotornya. Rangkaian yang digunakan dalam menghasilkan suatu bahan atau material
disebut Siklus Material seperti ditunjukkan pada gambar 1.12. Siklus Material ini
menggambarkan perjalanan secara singkat bagaimana bahan atau material diperoleh,
diolah menjadi suatu komponen, dipakai dan apabila telah rusak dibuang atau didaur
ulang.

Pengantar Ilmu Bahan Page 7 of 33


Bijih logam
Peleburan

Pemurnian Pemaduan/
pencampuran
Penambangan Pengecoran
bahan galian
Daur Barang
ulang setengah jadi

Eksplorasi
Pembentukan

Bumi Barang jadi

Pembuangan Pemakaian

Barang
rusak

Gambar 1.12 Siklus Material.

Mineral-mineral yang terdapat di alam dieksplorasi (digali) hingga kedalaman


tertentu, proses ini disebut proses penambangan bahan galian. Keberadaan mineral-
mineral bias terdapat dipermukaan atau di dalam tanah seperti ditunjukkan pada gambar
1.13 dan 1.14.

Gambar 1.13 Penambangan di dalam dan di permukaan tanah.

Pengantar Ilmu Bahan Page 8 of 33


Gambar 1.14 Penambangan di dalam dan di permukaan tanah (lanjutan).

Untuk menghasilkan logam yang diinginkan hingga menjadi suatu produk yang
bisa digunakan, dilakukan suatu proses yang disebut metalurgi ekstraktif. Metalurgi
ekstraktif atau ekstraksi logam merupakan suatu proses pemisahan logam dari
mineralnya. Mineral yang terkandung masih berbentuk senyawa oksida, sulfida dan
karbonat, misalnya SiO2 (kwarsa), CaCO3 (kalsit), ZnS (spalerit), CuFe2S (kalkopirit),
Fe2O3 (hematit), FeS2 (pirit), NiS (milerit), SnO2 (kalsileksit), dan lain-lain.
Setelah dihasilkan bijih logam yang diinginkan, dilanjutkan dengan proses
peleburan untuk dijadikan ingot murni (balokan logam) atau menambahkan unsur
tertentu. Kemudian dilanjutkan dengan proses pengecoran untuk dijadikan barang
setengah jadi dan dengan proses manufaktur lanjutan lainnya dibuat menjadi barang jadi
yang siap dipakai.
Barang jadi yang dipakai ini berbentuk komponen-komponen dengan dimensi dan
ukuran sesuai yang diinginkan dan terpasang dalam suatu sistem tertentu. Komponen-
komponen tersebut mempunyai umur pakai tertentu, sehingga dalam waktu tertentu akan
menjadi rusak. Kerusakan ini bisa terjadi karena akibat pemakaian ataupun karena
lingkungan. Komponen yang rusak biasanya ada yang dibuang atau dengan kata lain
kembali ke alam atau komponen yang rusak tersebut dapat diolah kembali menjadi bahan
mentah.

Pengantar Ilmu Bahan Page 9 of 33


1.3. Klasifikasi Logam
Logam secara umum terbagi menjadi dua, yaitu logam besi (ferrous) dan logam
non-besi (non-ferrous). Skematik klasifikanya dapat dilihat pada gambar 1.15.
Metal Alloys

Ferrous Non-ferrous

Steels Cast Irons A

Low Alloys High Alloys Gray CI

Ductile CI
Low-carbon Medium-carbon High-carbon
White CI

Plain HSLA Plain Heat Plain Tool Stainless


Malleable CI
treatable

Aluminum

Copper

Lead

Tin

Magnesium

Nickel

Titanium

Nobel elements

Gambar 1.15 Klasifikasi paduan-paduan logam.

Logam besi diklasifikasikan menjadi dua, yaitu baja dan besi cor. Baja
didefinisikan sebagai paduan antara besi (Fe) dan unsur–unsur lainnya, dengan karbon

Pengantar Ilmu Bahan Page 10 of 33


(C) sebagai unsur yang paling dominan tetapi kandungannya dibatasi tidak lebih dari
2,11% C. Ditinjau dari kandungan karbonnya, maka pembagian baja dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
 Baja karbon rendah (low carbon steel, < 0,2% C).
 Baja karbon medium (medium carbon steel, < 0,2-0,5% C).
 Baja karbon tinggi (high carbon steel, > 0,5% C)
Sedangkan besi cor adalah paduan besi yang mengandung karbon di atas 2,1% C,
silisium, mangan, fosfor dan belerang. Besi cor ini dapat digolongkan menjadi empat
jenis, yaitu:
 Besi cor kelabu
 Besi cor putih
 Besi cor malleabel
 Besi cor noduler
Paduan non besi terdiri dari:
 Aluminium
 Tembaga
 Nikel
 Timah putih
 Timbal
 Magnesium
 Titanium
 Logam-logam mulia

1.4 Aluminium dan paduannya


Aluminium merupakan logam yang menduduki peringkat ketiga terbanyak
didunia. Di Indonesia alumnium terdapat di Pulau Bintan (Kijang) dan di Kalimantan
Barat (Tayan). Industri yang mengolah bijih bauksit menjadi aluminium ingot terdapat di
PT Inalum Asahan Sumatera Utara.
Produksi aluminium berawal dari penambangan dan pemurnian bauksit. Dengan
tahapan proses seperti ditunjukkan pada gambar 1.16 diperoleh aluminium ingot murni.

Pengantar Ilmu Bahan Page 11 of 33


Bauksit (Al2O3H2O)

Proses Bayer

Alumina (Al2O3)

Proses Hall-Heroult
dengan elektrolisa panas
elektrolit: crolite (Na3AlFe6)

Aluminum (99,8%)

Peleburan & pemaduan

Paduan tempa Paduan cor

Rol panas Ekstrusi Tempa Pengecoran

Pelat Profil Komponen tempa

Gambar 1.16 Skematis proses pembuatan aluminium.

Pengantar Ilmu Bahan Page 12 of 33


Aluminium banyak dipergunakan karena mempunyai berbagai keunggulan
dibandingkan dengan logam lainnya, antara lain:
 Ringan (massa jenisnya 2,4-2,7 g/cm3).
 Temperatur cair yang rendah.
 Ketahanan korosi.
 Sifat mekanik yang bervariasi (kekuatan, kekerasan dan keuletan)
 Mampu bentuk yang baik.
 Mampu mesin yang baik.
 Mampu cor yang baik.
Gambar 1.17 menunjukkan grafik penggunaan aluminium untuk berbagai produk
di Amerika Serikat. Pada gambar 18 diperlihatkan contoh-contoh penggunaan aluminium.

Gambar 1.17 Penggunaan aluminium di Amerika Serikat.

Pengantar Ilmu Bahan Page 13 of 33


Gambar 1.18 Contoh-contoh penggunaan aluminium.

Pengantar Ilmu Bahan Page 14 of 33


Secara umum aluminium dibagi dalam dua katagori, yaitu paduan aluminium
tempa dan cor. Agar mudah membedakannya, maka Aluminum Association (AA)
Amerika Serikat pada tahun 1954 membuat kodifikasi/sistim penomoran untuk berbagai
jenis aluminium yang diproduksi. Sistem penomoran menggunakan 4 (empat) angka yang
mempunyai arti berbeda.

AA-XXXX
Angka pertama = paduan utama
Angka kedua = modifikasi paduan atau batas persentase pengotor.

Untuk paduan aluminium tempa misalnya AA-2024; angka 2 menunjukkan


paduan utamanya tembaga, sedangkan untuk paduan aluminium cor angka keempat
menunjukkan bentuk dari produknya. Angka 0 untuk produk coran, angka 1 untuk bentuk
ingot standar dan angka 2 untuk produk ingot dengan komposisi tertentu, misalnya 356.0
adalah paduan Al-Si-Cu-Mg dengan rentang komposisi tertentu. 356.1 dan 356.2
merupakan paduan yang sama tetapi sedikit berbeda rentang komposisi kimianya. Tabel
1.1 dan 1.2 menunjukkan klasifikasi paduan aluminium tempa dan cor, sedangkan pada
Tabel 1.3 memperlihatkan klasifikasi dengan kemampuan dikeraskan atau tidak dapat
dikeraskan.
Tabel 1.1 Kodifikasi paduan aluminium tempa.
Nomor menurut
Aluminum Association
Aluminium murni (lebih dari 99%) 1XXX
Tembaga (Cu) 2XXX
Mangan (Mn) 3XXX
Silikon (Si) 4XXX
Magnesium (Mg) 5XXX
Magnesium dan Silikon (Mg dan Si) 6XXX
Seng (Zn) 7XXX
Penambahan Sn dan Li 8XXX
Seri yang jarang dipakai atau
9XXX
cadangan untuk masa depan

Pengantar Ilmu Bahan Page 15 of 33


Tabel 1.2 Kodifikasi paduan aluminium cor.
Nomor menurut
Aluminum Association
Aluminium murni tanpa paduan 1XX.X
Tembaga (Cu) 2XX.X
Silikon (Si) + Cu dan Mg 3XX.X
Silikon (Si) 4XX.X
Magnesium (Mg) 5XX.X
Tidak digunakan 6XX.X
Seng (Zn) 7XX.X
Timah putih (Sn) 8XX.X
Tidak digunakan 9XX.X

Tabel 1.3 Kodifikasi paduan aluminium tempa dan cor berdasarkan kemampuan
dikeraskan atau tidak dapat dikeraskan.

Kelas Nomor AA Unsur utama


Dapat 2XXX Cu, (Mg)
dikeraskan 6XXX Mg, Si
7XXX Zn, Mg, (Cu)
Tempa
Tidak 1XXX Al murni
dapat 3XXX Mn, (Mg)
dikeraskan 5XXX Mg
Dapat 2XX.X Cu
dikeraskan 3XX.X Si, Cu/Mg
7XX.X Zn, (Mg)
Cor
Tidak 1XX.X Al murni
dapat 4XX.X Si
dikeraskan 5XX.X Mg

Pengantar Ilmu Bahan Page 16 of 33


Tabel 1.4 Komposisi kimia paduan aluminium tempa.

Pengantar Ilmu Bahan Page 17 of 33


Tabel 1.5 Komposisi kimia paduan aluminium cor.

Tabel 1.6 Paduan aluminium tempa yang tidak dapat dikeraskan.

Pengantar Ilmu Bahan Page 18 of 33


Tabel 1.7 Paduan aluminium tempa yang dapat dikeraskan.

Tabel 1.8 Paduan aluminium cor yang tidak dapat dikeraskan.

Pengantar Ilmu Bahan Page 19 of 33


Tabel 1.9 Paduan aluminium cor yang dapat dikeraskan.

Untuk meningkatkan sifat-sifat yang diinginkan, umumnya logam murni


dipadukan atau ditambahkan unsur-unsur lain. Unsur yang biasanya ditambahkan pada
aluminium seperti ditunjukkan pada tabel 1.1 hingga 1.9 antara lain tembaga (Cu), silikon
(Si), magnesium (Mg), seng (Zn), timah putih (Sn) dan litium (Li). Sifat-sifat yang dapat
diperbaiki adalah antara lain kekuatan dan kekerasan, sedangkan penambahan unsur
pemadu akan menurunkan ketahanan korosinya.

1.5 Paduan Aluminium Cor


Paduan aluminium cor merupakan paduan yang banyak dipakai dan mempunyai
kegunaan yang luas. Faktor-faktor yang menguntungkan adalah:
 Sifat mampu alir yang baik.
 Temperatur cair yang rendah (660C).
 Perpindahan panas yang cepat dari logam cair ke cetakan.
 Tidak rentan terhadap cacat.
 Mempunyai kestabilan kimia yang baik.

Pengantar Ilmu Bahan Page 20 of 33


 Permukaan coran halus.
 Mempunyai nilai dekoratif dan arsitektural yang baik.
 Mempunyai ketahanan korosi yang baik.
 Tidak beracun.
 Mempunyai harga yang lebih murah.

Paduan aluminium cor dapat diproses dengan menggunakan berbagai proses


pengecoran seperti die casting, cetakan permanen, cetakan pasir (cetakan pasir basah atau
kering), cetakan gips atau cetakan lilin. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
proses pengecoran dapat dilihat pada tabel 1.10.

Tabel 1.10 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan proses pengecoran.

Pengantar Ilmu Bahan Page 21 of 33


Gambar 1.19 Aluminum recycling.

1.6. Tembaga dan paduannya


Selain besi dan aluminium, tembaga merupakan logam yang banyak digunakan
karena ketersediaan dan sifat-sifat yang dimilikinya, yaitu:
 Sifat mampu bentuk.
 Daya hantar listrik yang baik.
 Konduktivitas panas yang baik.
 Ketahanan korosi yang baik.
 Mempunyai massa jenis sebesar 8,9 g/cm3.
 Modulus elastisitas 115 GPa.
 Temperatur cair 1083C.
Dalam kondisi murni, tembaga banyak digunakan sebagai bahan kabel atau
konektor untuk mengalirkan arus listrik. Ini dikarenakan harga tahanan listriknya sangat
rendah. Selain itu dapat juga dipergunakan untuk pipa penukar panas. Dalam keadaan
murni tembaga tidak dapat dikeraskan dengan cara perlakuan panas, tetapi dapat
dikeraskan dengan cara pengerjan dingin (pengerolan dingin).
Untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan, dilakukan pemaduan dengan
menambahkan unsur-unsur paduan seperti Zn, Sn, Be, Al, Pb, Mn, Ni dan Fe.
Pengaruh pemaduan pada paduan tembaga:
1. Meningkatkan kekuatan.
2. Menaikkan kekerasan.
3. Meningkatkan ketahanan aus.
4. Memperbaiki ketahanan korosi.

Pengantar Ilmu Bahan Page 22 of 33


Paduan tembaga yang paling banyak dipergunakan adalah kuningan (brass-
paduan antara Cu dan hingga 30% Zn) dan perunggu (bronze-paduan antara Cu dan
hingga 20% Sn atau Cu dengan unsur paduan selain Zn, misalnya Al, Be atau Ni).
Kuningan banyak dipakai untuk selongsong peluru, kawat las brazing, sedangkan
perunggu banyak dipakai untuk bantalan luncur, impeller pompa sentrifugal, rumah
pompa, rumah katup, lonceng dan gamelan.
Paduan lainnya adalah perunggu-aluminium dengan komposisi penambahan 7-
13,5% Al. Paduan ini mempunyai sifat tahan korosi yang baik. Lebih dari 8% Al, dengan
pendinginan yang lambat akan terbentuk fasa duplek -2. Fasa duplek dapat dikeraskan
dengan cara didinginkan dengan cepat, fasa berubah menjadi fasa ‘ (beta-prime) yang
keras dan getas. Jika ditemper pada temperatur sekitar 600C akan berubah menjadi ulet
dan tangguh. Dengan penambahan 2-4% Fe, akan menghasilkan senyawa intermetalik
FeAl3 yang akan mengingkatkan kekerasan dan ketahanan ausnya. Penambahan nikel
akan meningkatkan ketahanan korosinya.
Perunggu-silikon mempunyai kandungan 1-5% Si, sedikit penambahan Mn, Fe,
dan Zn. Mempunyai kekuatan mirip dengan baja, ketangguhan yang baik, ketahanan
korosi yang baik dan dengan penambahan Zn atau Sn akan meningkatkan sifat mampu
alir dan mampu cor.
Paduan tembaga-berilium memiliki maksimum 2% Be. Penambahan Be akan
membentuk presipitat (endapan) yang akan menaikkan kekuatan dan ketahanan lelah.
Paduan tembaga-nikel hingga 30% Ni, biasa disebut cupronickels. Mempunyai
sifat tahan korosi diair, ketahanan korosi erosi(tahan terhadap pengaruh kecepatan atau
turbulensi di lingkungan korosif), relatif kuat dan mempunyai ketahanan korosi yang
paling baik dibandingkan paduan tembaga lainnya.
Paduan tembaga-nikel-perak mempunyai paduan 5-45% Zn dan 5-30% Ni.
Naiknya kandungan nikel akan menyebabkan terjadinya decolorizing effect, dengan
>20% Ni, warnanya menjadi putih keperakan, relatif kuat dan ketahanan korosi yang
baik. Baik sebagai dasar untuk proses pelapisan krom, nikel atau perak. Pada tabel 1.11.
ditunjukkan kodifikasi paduan tembaga, komposisi kimia, sifat mekanik dan aplikasi di
lapangan. Pada gambar 1.20 diperlihatkan contoh-contoh aplikasi paduan tembaga.

Pengantar Ilmu Bahan Page 23 of 33


Tabel 1.11 Kodifikasi paduan tembaga.

Pengantar Ilmu Bahan Page 24 of 33


Gambar 1.20 Contoh-contoh patung yang terbuat dari paduan tembaga-timah putih
(perunggu).

1.7. Timbal dan paduannya


Timbal merupakan unsur yang mempunyai sifat lunak, berwarna abu-abu. Biasa
digunakan untuk sel aki, proyektil peluru dan paduan untuk kawat timah solder dan
pewter. Mempunyai massa jenis 11,34 g/cm3, timbal juga dapat digunakan sebagai
pelindung dari radiasi, sebagai elektroda pada proses pelapisan. Saat ini penggunaan
timbal dikurangi karena sifatnya yang beracun bagi manusia. Dahulu digunakan untuk
pigmen pada cat, sebagai pipa air pada jama Romawi kuno.
Timbal atau timah hitam telah digunakan sejak 7000 tahun yang lalu dan
merupakan salah satu logam yang pertama kali dikenaloleh manusia. Penggunaannya

Pengantar Ilmu Bahan Page 25 of 33


sangat luas karena mudah diekstraksi. Bersifat ulet dan mudah dibentuk serta temperatur
cairnya yang rendah 327C.
Timbal ditemukan di alam dalam bentuk galena (PbS), anglesit (PbSO4) dan
kerusit (PbCO3). Jenis-jenis paduan timbal dapat dilihat pada tabel 1.12 dan 1.13,
sedangkan aplikasinya dapat dilihat pada tabel 1.14 dan 1.15.

Tabel 1.12 Jenis-jenis padauan timbal.

Pengantar Ilmu Bahan Page 26 of 33


Tabel 1.13 Komposisi paduan timbal (paduan babbit).

Tabel 1.14 Aplikasi paduan timbal untuk aki.

Pengantar Ilmu Bahan Page 27 of 33


Tabel 1.15 Aplikasi paduan timbal untuk timah solder.

1.8. Timah Putih dan paduannya


Penggunaan timah putih tidak jauh berbeda dengan timbal, logam inipun telah
dikenal manusia sejak lama. Sifat-sifat yang dimilikinya dapat dilihat pada tabel 1.16.

Tabel 1.16 Sifat-sifat timah putih.

Pengantar Ilmu Bahan Page 28 of 33


Seperti halnya unsur yang lain, untuk meningkatkan sifat-sifatnya timah putih
dapat pula dipadukan dengan unsur-unsur yang lain, seperti timbal, antimon, tembaga,
bismut dan lain-lain. Pada tabel 1.17. dan 1.18 ditunjukkan klasifikasi paduan timah putih
untuk berbagai aplikasi.

Tabel 1.17 Klasifikasi dan aplikasi paduan timah putih.

Tabel 1.18 Komposisi kimia paduan timah putih untuk aplikasi bantalan.

Pengantar Ilmu Bahan Page 29 of 33


1.9. Seng dan paduannya
Seng diekstraksi dari alam dalam bentuk mineral sulfida (spalerit-Zn, Fe)S),
mempunyai massa jenis 7,14 g/cm3, temperatur cair 419C. Umumnya digunakan untuk
anoda korban, lapis lindung pada baja lembaran (hot dip galvanizing), elektroda pada
proses pelapisan atau pada proses metal spray, di mana seng cair disemprotkan ke
permukaan logam yang akan dilapisinya dan komponen-komponen otomotif. Tabel 1.19
dan 1.20 ditunjukkan komposisi dan aplikasi seng dan paduannya.

Tabel 1.19 Komposisi kimia untuk hot dip galvanizing.

Tabel 1.20 Komposisi kimia paduan seng untuk proses die casting.

Pengantar Ilmu Bahan Page 30 of 33


1.10. Standar
Standar material dikembangkan oleh pemerintah, industri, baik secara nasional
maupun internasional.
Standar adalah dokumen kesepakatan yang merupakan piranti/perangkat tolok
ukur sifat-sifat, karakteristik atau suatu prosedur yang telah berjalan.
Standar biasanya dikembangkan oleh suatu komite yang terdiri dari para
profesional dibidangnya. Langkah pertama dalam pengembangan suatu standar adalah
membuat suatu draft yang dibahas oleh sebuah komite yang nantinya akan disahkan
menjadi suatu standar yang berlaku secara nasional maupun internasional. Pengembangan
proses membutuhkan waktu yang lama, tetapi dokumen akhir yang telah selesai dibahas
merepresentasikan suatu konsensus dari opini komite dan memperhatikan kenyataan di
industri saat itu.
Suatu standar harus dinjau secara berkala (minimum sekali dalam lima tahun)
untuk menentukan apakah dipertahankan atau diperbaiki.
Jika suatu standar ditetapkan sudah tidak relevan lagi, maka standar tersebut harus
dihapus.
Ada tiga kelas standar:
 Spesifikasi (specification).
 Metoda pengujian (test method).
 Rekomendasi penggunaan (recommended practice).
Sebuah kode berisi ketiga kelas standar dan mengikat secara hukum.

1. Spesifikasi
Merupakan pernyataan bahwa suatu produk harus sesuai antara keperluan teknis dan
komersial. Contohnya baja paduan dan baja tahan karat untuk baut yang bekerja pada
operasi temperatur tinggi mengikuti ASTM A 193.
2. Metoda pengujian
Sekumpulan/seperangkat perintah atau cara-cara untuk mengidentifikasi, melakukan
pengukuran atau mengevaluasi sifat-sifat material. Contohnya pengujian impak untuk
material logam menggunakan ASTM E 23.

Pengantar Ilmu Bahan Page 31 of 33


3. Rekomendasi penggunaan/aplikasi
Sekumpulan/seperangkat perintah atau cara-cara dalam melaksanakan satu atau lebih
pengoperasian atau fungsi selain dari identifikasi, pengukuran atau mengevaluasi
material. Contohnya rekomendasi penggunaan untuk persiapan permukaan baja atau
material keras yang lainnya dengan menggunakan penyemprotan air sebelum dilapis atau
lapis ulang mengikuti NACE RP-01-72.

4. Kode
Sekumpulan standar atau seperangkat peraturan yang harus ditaati. Contohnya ASME
Boiler and Pressure Vessel Code, dimana didalamnya terdapat peraturan untuk proses
perlakuan panas setelah pengelasan dari bejana tekan yang berkaitan dengan jenis dan
ketebalan material.
Contoh-contoh standar:
ASTM A 193
SPECIFICATION
FOR ALLOY STEEL AND STAINLESS STEEL BOLTING MATERIAL FOR HIGH-
TEMPERATURE SERVICE

ASTM E 23
TEST METHOD
NOCTHED BAR IMPACT TESTING OF METALLIC MATERILAS

NACE RP-01-72
RECOMMENDED PRACTICE
SURFACE PREPARATION OF STEEL AND OTHER HARD MATERIALS

ASME
Boiler and Pressure Vessel Code
CODE
SECTION VIII, DIVISION 1, PARAGRAPH UCS-56
POST-WELD HEAT TREATMENT OF CARBON STEEL PRESSURE VESSELS

Pengantar Ilmu Bahan Page 32 of 33


Setiap bidang keahlian biasanya terdapat suatu asosiasi atau perkumpulan yang
mempunyai tujuan untuk membuat, memperbaiki, memberi saran kepada pemerintah dan
industri tentang hal-hal yang berkaitan dengan bidang keahliaannya. Asosisasi ini
umumnya beranggotakan dari para pakar akademisi, pemerintah, industri dan masyarakat
umum yang berminat dibidang tersebut. Beberapa asosiasi di Amerika Serikat yang
terkenal antara lain:
1. AISI (American Iron and Steel Institute)
2. SAE (Society of Automotive Engineers)
3. ASTM (American Society for Testing and Materials)
4. UNS (Unified Numbering System)
5. NACE (National Association of Corrosion Engineers)
6. AWS (American Welding Society)
7. AA (Aluminum Association)
8. API (American Petroleum Institute)
9. ASME (American Society of Mechanical Engineers)
Setiap negara mempunyai badan standarisasi (di Indonesia BSN-Badan
Standarisasi Nasional) yang bertugas membuat standar-standar untuk standarisasi bahan,
makanan, pengujian, dan lain-lain. Pada tabel 1.21 ditunjukkan standar diberbagai negara.
Tabel 1.21 Standar diberbagai negara.
Negara Singkatan
Austria ONORM
Belgia NBN
Bulgaria BDS
Canada CSA
Czechoslovakia CSN
Perancis AFNOR
Jerman DIN
Jepang JIS
Inggris BS
Indonesia SNI
Polandia PN
Italia UNI
Rumania STAS
Spanyol UNE
Swedia SS
Rusia GOST
Eropa bersatu EURONORM

Pengantar Ilmu Bahan Page 33 of 33

You might also like