Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
kekayaan bangsa yang tidak dapat dibandingkan dengan negara lainnya di dunia.
Oleh karena itu sangat tepat hal ini dicantumkan secara nyata dalam amandemen
UUD 1945, didalam pasal 18 B ayat (2) digariskan bahwa Negara mengakui dan
masyarakat dalam prinsip NKRI yang di atur dalam undang-undang, dan pada
pasal 28 I ayat (3) menyatakan “Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional
Masyarakat Adat (JAPHAMA) yang terdiri dari tokoh-tokoh adat, akademisi dan
umum pengganti sebutan yang sangat beragam. Pada saat itu, secara umum
masyarakat hukum adat, orang asli, peladang berpindah dan peladang liar.
Sedangkan pada tingkat lokal mereka menyebut dirinya dan dikenal oleh
yang lahir sebagai bentuk keprihatinan atas kondisi yang dihadapi oleh
1
kelompok-kelompok masyarakat di tanah air yang menghadapi permasalahan
serupa, dan juga sebagai tanggapan atas menguatnya gerakan perjuangan mereka
di tingkat global. Dalam pertemuan itu disepakati juga bahwa istilah yang sesuai
masyarakat adat (JaPHaMA, 1993). Dengan konteks yang demikian, tulisan ini
Indonesia, acuannya adalah hak-hak dari indigenous peoples yang berlaku secara
universal (http://www.huma.or.id).
yang diselenggarakan pada bulan Maret 1999 lalu, disepakati bahwa masyarakat
adat adalah kelompok masyarakat yang memiliki asal usul leluhur (secara turun
ekonomi, politik, budaya, sosial dan wilayah sendiri (lihat Keputusan KMAN
banyak istilah yang digunakan, misalnya first peoples di kalangan antropolog dan
tertuang dalam seluruh dokumen yang membahas salah satu rancangan deklarasi
PBB, yaitu draft of the UN Declaration on the Rights of the Indigenous Peoples
(http://www.huma.or.id).
masyarakat adat ini adalah hak-hak dari indigenous peoples yang berlaku secara
2
universal, di tingkat internasional dan pada tingkat konstitusi nasional dengan
dengan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang lalu diperbaharui
komunitas.
sebagai sebuah kondisi yang diberikan oleh Negara kepada sebuah Daerah
peluang untuk menata kembali sistem pemberdayaan masyarakat adat. Kebijakan ini
di samping sebagai respons terhadap aspirasi yang berkembang, juga sesuai dengan
3
Implikasinya adalah bahwa kebijakan-kebijakan cetakbiru (blueprint policies) yang
lebih bersifat top-down akan berkurang dan partisipasi daerah menjadi mainstream
agar pembangunan daerah yang dilaksanakan dapat membawa prospek baik bagi
4
c). Menciptakan hubungan yang demokratis dan harmonis serta objektif antara
b). Mengelola hak-hak adat dan/atau harta kekayaan adat untuk meningkatkan
kemajuan dan taraf hidup masyarakat ke arah hidup yang lebih layak dan
lebih baik.
kekeluargaan dengan slogan "ngone oria dodoto" yang berarti kita semua
(sembilan) suku antara lain: Suku Boeng (Tobelo), Suku Galela (Morodai), Suku
Loloda (Tobaru), Gura (tobelo), Huboto (tobelo) dan Kao. Di kecamatan Kao
sendiri terdapat 4 (empat) suku antara lain: Suku Boeng (Kao Utara), Suku Pagu
(Kao Selatan), Suku Modole (Kao Barat), Suku Towiliko (Kao Induk). Walaupun
5
artinya tempat pertemuan dari berbagai suku-suku yang ada di Halmahera Utara,
yang menjadi kearifan lokal masyarakat Halmahera utara, dan lembaga adat
hibualamo ini dikepalai oleh seorang Dewan Adat yang saat ini menjabat sebagai
oleh seorang Kepala Adat Halmahera Utara yang di sebut dengan nama Djiko
Makolano yang saat ini memegang jabatan sebagai Kepala Daerah Kabupaten
pegang oleh Camat tapi di pegang Oleh Keturunan Asli Masyarakat Adat, begitu
juga dengan yang ada di Desa. Dengan adanya masyarakat adat yang ada di
budaya, dan keamanan. untuk mencapai pembangunan daerah ke arah yang baik.
6
pembangunan dan menuju pada kesejahteran rakyat. Namun yang menjadi
kendala bagi masyarakat adat Halmahera Utara, hak-hak ulayatnya belum diatur
belum merata dan belum tertata dengan baik. Harapan masyarakat adat
halmahera utara adat yang di pegang oleh politisi jangan sampai hanya
pun dijadikan salah satu atribut pemerintah daerah untuk digunakan di pakaian
Olehnya itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan ingin
B. PERUMUSAN MASALAH
7
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan Penelitian
Halmahera Utara.
Manfaat Penelitian
Halmahera Utara.
• Selain itu penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi siapa saja yang
8
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL
gerakan masyarakat adat memiliki konsepsi yang sama tentang siapa yang di
berdasarkan asal-usul leluhur secara turun temurun di atas suatu wilayah adat,
yang memiliki kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam, kehidupan social
budaya yang diatur oleh hukum adat dan lembaga adat yang mengelolah
sistem nilai, ideologi, ekonomi, politik, budaya, sosial dan wilayah sendiri. (Hasil
rechtgemencshap. Pada sisi lain para aktivis NGO dan organisasi AMAN
adat pada akhirnya akan mempersempit entitas masyarakat adat hanya pada
9
luas lebih dari sekedar hukum. Misalnya dimensi kultur dan religi. Persoalan
tanah memang menjadi potensi konflik, hal ini dapat dipahami karena tanah
(http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat_Adat")
Masyarakat Adat adalah (1) penduduk asli ; (2)kaum minoritas ; dan (3)
kaum tertindas atau termarginal karena identitas mereka yang berbeda dari
indentitas yang dominan di suatu negara atau wilayah. Arti dari masing-masing
kelompok ini dijelaskan dalam buku ini. Cakupan pemahaman yang sama juga
kaum minoritas dari sisi asal-usul (tanah air), etnik, agama, suku-bangsa
dan agama;
10
buku ini termasuk kelompok masyarakat atau wilayah tanah air terbelakang
hidup di dalam tatanan, norma, hukum serta batas wilayah ulayat mereka
sendiri;
- Mereka yang dipandang sebagai penduduk pribumi itu selama ini, dalam
(http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat_Adat")
Masyarakat hukum adat adalah sekelompok orang yang terikat oleh tatanan
11
(Konvensi ILO 169, 1989, Masyarakat Adat) adalah “masyarakat yang
tersebut dan statusnya diatur, baik seluruh maupun sebahagian oleh masyarakat
masyarakat) hukum adat adalah sekelompok orang yang terikat oleh tatanan
adat sebagai “komunitas yang memiliki asal usul leluhur secara turun temurun
yang hidup di wilayah geografis tertentu, serta memiliki sistem nilai, ideologi
secara turun temurun di atas suatu wilayah adat, yang memiliki kedaulatan atas
tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial budaya, yang diatur oleh hukum adat,
bersangkutan atau dalam suatu masyarakat hukum adat tertentu dengan wilayah
12
hukum dan hak atas harta kekayaan di dalam wilayah hukum adat tersebut, serta
permasalahan kehidupan yang berkaitan dengan dan mengacu pada adat istiadat
upaya untuk melakukan perubahan yang lebih baik. Karena perubahan yang
dimaksud adalah menuju kearah peningkatan dari keadaan semula. Tidak jarang
kelompok untuk terus berkembang, baik secara kualitas maupun kuantitatif dan
pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh
13
Ginanjar Kartasasmita (Riyadi dan Deddy Supriady Bratakusuma, (2005:
perubahan kearah yang lebik baik melalui upaya yang dilakukan secara
sederhana”.
perusahaan untuk menuju keadaaan yang lebih baik, berdasarkan pada norma-
alam, manusia dan sosial budaya. Oleh karena itu pembangunan tidak hanya
berada dilapisan bawah, yang biasanya dinamika pembangunan yang sulit diikuti
oleh akses yang mereka miliki. Di sini muncul sebuah konsep pembangunan
harkat martabat masyarakat yang dalam kodisi yang tidak mampu melepaskan
14
sendiri. Sebab pembangunan tanpa melibatkan masyarakat maka pembangunan
tersebut tidak menemui sasaran yang tepat dan efektif. Peningkatan partisipasi
dalam pengertian yang dirumuskan dijalankan dan dikontrol oleh daerah menjadi
dalam skala lokal atau otonomi daerah itu sendiri. Pembangunan daerah
Karena itu otonomi daerah amat bermanfaat dan sangat mendukung bagi
15
perhatian dari pemerintah daerah terutama dalam melaksanakan
pelaksanaan, dan berperan dalam pengawasan. Peran juga dilakukan secara tidak
16
suatu rekayasa sosial maupun teknis (social and technical engineering), yang
berbagai potensi yang tersedia. Ini berarti pembangunan memerlukan suatu tata
citakan.
kondisi atau suatu keadaan yang ditentukan oleh apa yang dimiliki manusianya,
kemampuan yang ditentukan oleh apa yang dapat mereka lakukan dengan apa
yang mereka miliki, guna meningkatkan kualits hidupnya, dan juga kualitas
merealisasikannya.
penting yang perlu diperhatikan yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia,
17
memberikan kemudahan prasarana dan layanan logistik, dan sebagainya. Di sisi
lingkungan.
Menurut Cheena dikutip Charles Simubara (CSIS, 2006 : 172) ada empat
kepercayaan dari individu yang ada di tengah masyarakat; (2). aspek lingkungan
Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dapat menjadi
immaterial. Kondisi yang berbeda secara etnis, adat istiadat dan kultur
bukan tidak mungkin akan menciptakan pola pembangunan yang tidak seimbang.
18
masyarakat sungguh lebih mampu memahami dan memenuhi asprasi-aspirasi
yang lebh luas kepada daerah dalam menggali segenap potensi, lebih banyak
pembangunan itu dapat dirasakan sampai pelosok negeri. Artinya bahwa dalam
harus melibatkan dan memerlukan peran serta dari masyarakat terutama tokoh-
objek dari pembangunan itu sendiri. Artinya bahwa berbagai keputusan yang
masyarakat.
Bertitik tolak pada konsep ini, penulis mencoba untuk mengamati dan lebih
19
dan kultur masyarakat adat pada umumnya serta status masyarakat adat dalam
pembangunan daerah. Peran yang dimainkan oleh lembaga adat tidak hanya
peran adat atau masalah-masalah adat istiadat saja, melainkan peran yang meraka
lembaga adat antara lain merekonsiliasi kedua belah pihak yang bertikai, terlibat
Konsep kerja sama, yang melahirkan persatuan dan kesatuan, disadari atau
pembangunan di suatu daerah ataupun negara. Karena suatu kerja sama pada
20
Peran yang mereka mainkan sebagai lembaga adat adalah menjadi pembela
21
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
(2001: 25), metode deskriptif kualitatif adalah metode yang dilakukan guna
penulisan ilmiah skripsi dan tesis (2005: 65) populasi adalah menunjuk pada
merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam sau
atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam satu riset khusus.
proposal (2006: 55), sampling atau sample berarti contoh, yaitu sebagian dari
dalam penelitian ini adalah sampling dari hasil penarikan sampling sebanyak 100
22
Alasan pemilihan responden yang ditetapkan merupakan individu yang
terlibat dan menyaksikan secara langsung maupun tidak dengan tanggung jawab
sampling” yang dianggap mewakili populasi yang ada dan mampu memberikan
3. Fokus Penelitian
Fokus dari penelitian ini adalah masyarakat adat yang merupakan indikator
utama.
Dari fokus penelitian utama yaitu masyarakat adat sebagai objek kajian,
maka yang perlu di kaji adalah bagaimana peran masyarakat adat dalam
23
dengan kenyataan-kenyataan yang ada atau terjadi di lapangan. (Drs
b. Jenis Data
- Data primer
- Data sekunder
1991: 142).
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan objektif sesuai dengan tujuan
kualitatif. Menurut DR. H. Sudjarwo, MS. (2001: 25), Jenis analisa ini
memberikan gambaran atau uraian atas kejadian, kenyataan, yang terjadi di lokasi
penelitian, kemudian data tersebut yang diperoleh dari penelitian tersebut itu
24
BAB IV
1. Letak Geografis
koordinat 10,57° - 20,0° Lintang Utara dan 128'170 - 128'180 Bujur Timur yang
timur.
Utara, adalah:
Halmahera Barat.
25
2. Luas dan Pembagian Wilayah
meliputi wilayah laut: 19.536,02 km2 (78 %), wilayah daratan: 5.447,30 km2
(22%) dan berjarak 138 mil laut dari Ternate (Ibukota Provinsi Maluku Utara).
Kecamatan Malifut, serta terdiri dari 174 Desa. Setelah penetapan Bupati dan
Selatan Barat, Marotai Utara, Kao, Malifut, Loloda Utara, Tobelo Utara, Tobelo
Tengah, Tobelo Timur, Tobelo Barat, Galela Barat, Galela Utara, Galela selatan,
Morotai Timur, Morotai Jaya, Loloda Kepuiauar., Kao Utara, Kao Barat dan Kao
Teluk dengan 260 desa, dan ibukota Kabupaten berada di Kecamatan Tobelo.
3. Keadaan Penduduk
220.765 jiwa, Sedangkan penduduk pada tahun 2006 berjumlah 221.169 Jiwa.
26
keseluruhan, maka tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah di Kecamatan
adalah di Kecamatan tobelo Barat dan Kecamatan Kao Barat yakni masing-
Tabel 4.1
Jumlah, Kepadatan Dan Penyebaran Penduduk
Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2009
7
Dari hasil analisis distribusi penduduk, ternyata bahwa penyebaran
(2,021 %).
Halmahera Utara ini adalah 1,01 yang berarti terdapat 101 Laki-laki diantara 100
Tabel 4.2
Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Halmahera Utara
28
11 Kao 3.453 3.472 6.925 0,99
12 Kao Utara 4.823 4.826 9.649 1,00
13 Kao Barat 4.286 4.346 8.632 0,99
1,03
14 Kao Teluk 3.505 3.406 6.911
15 Malifut 5.245 5.104 10.349 1,03
16 Loloda Utara 5.016 5.215 10.231 0,96
17 Loloda Kepulauan 3.362 3.702 7.464 0,91
18 Morotai 8.106 7.746 15.852 1,05
19 Morotai 6.273 6.299 12.572 0,99
20 Morotai Utara 5.315 5.295 10.610 1,01
21 Morotai 4.198 3.956 8.154 1,06
22 Morotai ]aya 3.942 3.746 7.688 1,05
JUMLAH 111.086 109.653 221.169 1,01
Sumber : Kependudukan, Capil & KB, BPS, TAHUN 2009
a. Bidang Pendidikan
TabeL 4.3
29
No. Sarana Pendidikan Jumlah
1. Sekolah Madrasah 246
2. Madrasah Ibtidauyah 19
3. SLTP 42
4. Madrasah Tsanawiyah 16
5. SMU/Kejuruan 24
6. Madrasah Aliyah 8
7. Perguruan Tinggi 4
Sumber : Halmahera Utara Dalam Angka, 2009.
b. Pertanian
dan memiliki dataran tinggi, dan dataran rendah sangat mendukung terhadap
Tabel 4.4
30
2. Padi Ladang 649 8.43,5 Ton
c. Perkebunan
adalah kelapa, kemudian diikuti oleh kakao, pala, cengkeh, kopi, lada dan vanili.
Tabel 4.5
d. Peternakan
31
didominasi oleh ayam buras sebanyak 7.866.883 ekor dan itik sebanyak
Tabel 4.6
2. Kambing 5.342
3. Babi 10.477
7. Itik 4.300.983
8. Kelinci 57
Sumber : Profil, Potensi dan Peluang Kab. Halmahera Utara, 2009.
e. Perikanan
merupakan habitat yang baik bagi ikan dan hewan Demersal (dasar). Total
32
produksi perikanan tangkap tahun 2007 adalah 11.799.833 ton. Total produksi
perikanan budidaya tahun 2007 didominasi oleh Kolam Air Deras yang
berjumlah 41.472 ton dan yang paling sedikit adalah KJA Ikan Nila kerapu
Tabel 4.7
Tahun 2009
f. Kesehatan
orang Dokter PTT, 3 orang Perawat PTT, 68 orang Bidan dan 28 orang Tenaga
Kesehatan.
g. Kehutanan
33
Luas hutan di Kabupaten Halmahera Utara adalah approx ,42.010.894 Ha,
Tabel 4.8
h. Pertumbuhan Ekonomi
34
Tahun 2003, pertumbuhan ekonomi (2,93%), Tahun 2004 pertumbuhan ekonomi
(3,33%). Tahun 2005 pertumbuhan ekonomi (3,54%), dan pada Tahun 2006
Tabel 4.9
Dari sisi PDRB, sektor pertanian pada tahun 2008 menunjukkan perannya
posisi ketiga dengan kontribusi sekitar 12%, dan sektor yang paling sedikit
memberikan kontribusi terhadap PDRB Halmahera Utara pada tahun 2006 adalah
sektor listrik dan air bersih yaitu hanya mencapai 0,48 %. Sektor pertanian masih
apabila dilihat dari PDRB ADHK yang mencapai 39,47 % dan disusul oleh
inflasi Provinsi Maluku Utara di bawah standar Nasional. Laju inflasi kota
Ternate yang menjadi barometer Provinsi Maluku Utara pada Tahun 2006 ditutup
35
dengan nilai 5,12% yang lebih rendah dibanding inflasi Nasional (6,60%).
peningkatan dari periode 2003-2006, tahun 2005 jumlah penduduk 220.765 jiwa
dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 23.150 jiwa, pada tahun 2006 dari
221.169 jiwa, dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 76.102 jiwa. Walaupun
kehutanan.
Maluku Utara diperkirakan akan tumbuh lebih baik seiring dengan meningkatnya
36
terhadap belanja pembangunan yang merupakan salah satu faktor penggerak
pertumbuhan ekonomi, ini terlihat dari penerimaan daerah: Tahun 2005 sebesar
Tahun 2007 terdiri dari belanja tidak langsung Rp. 117.778.0717.440, belanja
914.
i. Pertambangan
Tabel 4.10
37
Morotai Barat & Galela
Sumber : Profil, Potensi dan Peluang Kab. Halmahera Utara, 2009.
dan eksplorasi secara bertahap yang dilakukan oleh para investor. Untuk bahan
investor PT. Nusa Halmahera Minerals mendapat izin eksploitasi (kontrak karya)
38
B. Keadaan Umum Sekretariat Daerah, Pemerintah Daerah Halmahera
Utara
Pemerintah
dipimpin oleh Bupati sebagai Kepala Daerah, beserta perangkat daerah sebagai
Bupati dan Wakil Bupati adalah kepala pemerintahan daerah yang tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas luasnya dalam sistem dan prinsip
39
b. Sekretaris Daerah
Halmahera Utara.
daerah
- Pelaksanaan lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
40
- Subag perundangan dan organisasi
Bagian Perekonomian :
- Sub Perekonomian
sub-sub bagian.
41
- Subag Infokom dan Data
- Subag Humas
- Subag Protokoler
42
Lampiran : Peraturan Bupati Halmahera Utara
Nomor : Tahun 2007 Tanggal
Daftar : Bagan Struktur Organisasi Sekretariat
Daerah Kabupaten Halmahera Utara
BUPATI
WAKIL BUPATI
SEKERTARIS
DAERAH
ASISTEN ASISTEN
BIDANG BIDANG
PEMERINTAHAN ADMINISTRASI
SUBAG
SUBAG SUBAG SARAN
SUBAG SUBAG PENGADAIAN
KETATALAKSAN DAN SUBAG
PERANGKAT PEMBINAAN &
AAN PRODUKSI PROTOKOLER
KEC. KEAGAMAAN PERAWATAN
& DOK. HUKUM DAERAH
PERALATAN
BUPATI HALMAHERA
UTARA
HEIN NAMOTEMO
43
BAB V
A. Hasil penelitian
Masa reformasi dan otonomi daerah telah memberikan ruang bagi masyarakat
adat yang merupakan bagian dari kekuatan yang berakar pada masyarakat adat.
Hal ini mengandung makna bahwa sebuah lembaga atau pranata menyandang
pembangunan daerah kearah yang baik. Dalam penulisan ini, penulis membatasi
Dalam penelitian yang dilakukan pada lokasi penelitian, adapun data primer
44
Table 5.1
Pembangunan Daerah
Tidak berperan 9 30 %
Cukup berperan 12 40 %
Jumlah 35 100 %
Sumber :Data olahan 2009
Maluku Utara, dari data pada table di sebelumnya bahwa berperan secara positif
jelas karena untuk saat ini bahwa bupati juga, selain kedudukannya sebagai bupati,
45
Peran masyarakat adat dalam mengembangkan ekonomi masyarakat sangat
kemampuan dalam melakukan manajemen yang kokoh, dan telah memberi ruang bagi
maka mereka pun dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan melalui jalur
adat, akan tetapi kenyataan yang terjadi di bawah tidak menjadi suatu patokan yang
jelas oleh peranan masyarakat adat di Kabupaten Halmahera Utara provinsi Maluku
Table 5.3
46
berperan. Dari pernyataan ini penulis menyimpulkan, peran masyarakat adat kurang
Rumput Laut, Virgin Coconut Oil (VCO), Sabut Kelapa dan Arang Batok Kelapa,
yang seharusnya juga diterapkan bersama dengan masyarakat yang ada di desa,
sehingga proses pemberdayaan itu bisa berjalan dengan baik bersama dengan PT.
Hibualamo yang telah di bentuk oleh lembaga masyarakat dan dengan pemerintah
daerah setempat.
Table 5.4
Bagaimana Keterlibatan Masyarakat Adat Dalam Pengambilan Keputusan
Pemerintah Daerah
Berperan 11 30 %
Tidak berperan 14 50 %
47
Keterlibatan masyarakata adat dalam pengambilan keputusan? 11 responden
daerah agar proses pemberdayaan bukan hanya di tingkat kabupaten saja, namun
harus sampai ke desa-desa yang ada, agar pemberdayaan tersebut bias dirasakan
B. Pembahasan
Sebagai komunitas-komunitas yang hidup berdasarkan asal usul leluhur secara turun
temurun di atas suatu wilayah adat. Pada awalnya nenek moyang masyarakat
menjadi sembilan suku. Kesembilan suku itu kemudian memilih keluar dan
meninggalkan tempat domisili mereka, untuk mencari tempat baru yang dianggap
lebih menjanjikan.
48
keadaan di tempat baru tidak sesuai dengan harapan maka dengan sendirinya mereka
akan kembali ke tempat semula. Hal ini telah dimusyawarakan sebelum mereka
kesepakatan bersama bahwa setiap kelompok yang berpergian wajib membuat tanda
di sepanjang jalur perjalanan mereka (menebang pohon) sebagai petunjuk jalan bagi
kelompok yang masih tinggal. Hal ini dilakukan apabila lokasi tempat tinggal yang
baru dianggap memuaskan maka kelompok yang masih tinggal dapat menyusul
mengikuti tanda-tanda yang dibuat dengan harapan agar mereka dapat kembali
Dari talaga Lina, perjalanan dilakukan dengan melewati talaga Paca dan terus
berjalan hingga tiba pada sebuah kali (sungai) yang sekarang ini bernama kali Kua (O
Kua Mangairi) di sini mereka memutuskan beristirahat untuk makan dan minum
bersama.
kelompoknya untuk bersama-sama menamakan tempat mereka makan dan minum itu
dengan nam Kupakupa yang terinspirasi dari banyaknya kulit ketupat (kupa) yang
sampai akhirnya tiba di sebuah lokasi yang dianggap aman dan memiliki panorama
Peristiwa terbakarnya lokasi domisili para moyang masyarakat adat yang telah
bersusah payah membuat rumah sederhana dan berkebun sebagai harapan masa depan
49
mendapat perhatian khusus dari Sultan Ternate sebagai pelindung masyarakat di
itu pun dituntun ke daerah utara hingga akhirnya mendiami suatu lokasi yang
Sebelumnya Sultan menamai lokasi yang terbakar hancur itu dengan sebutan
"Gamhoku" artinya negeri terbakar. "Gam" artinya negeri dan "Hoku" artinya
Perjalanan lanjutan pun dimulai sampai akhirnya nenek moyang dari keempat
Soa itu tiba pada sebuah lokasi baru. Mereka memutuskan untuk menetap di situ yang
oleh pemimpin dari keempat Suku diberi nama "tobeloho" yang artinya bertancap.
Dalam arti lebih luas tobeloho berarti "Saya tidak akan kemana-mana lagi". Seiring
pergantian waktu, lokasi baru tersebut kemudian lebih dikenal dengan sebutan
kesabaran yang dibarengi rasa kekeluargaan yang tinggi sehingga Sultan Ternate
pembangunan sebuah rumah besar dengan nama "Hibualamo" pun dilakukan. Pada
saat itu, bentuk bangunan Hibualamo yang relatif bundar dan sederhana sangat
dipengaruhi oleh peristiwa melilitkan gadoro atau iwi atau uri di pergelangan tangan
masing-masing.
50
membuka kebun yang berada agak jauh dari lokasi Hibualamo arah utara dimana
dalam penyampaian ajakan itu oleh Sultan dikatakan "Nima golaha Gura". Dalam
menjadi sebuah kampung yang sekarang disebut kampung Gura bersamaan dengan
Kedua, Memiliki kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam. Masyarakat adat yang
terbagi dalam sembilan suku mempunyai hak dan batas wilayah/tanah ulayatnya
Dengan adanya hak atas tanah dan kekayaan alam, maka ketika perusahaan
atau investor yang datang dan beroperasi di wilayah mereka, perusahaan tersebut
harus membayar apa yang menjadi milik mereka, kemudian perusahaan juga harus
51
membatasi peran masyarakat adat dalam dua hal yakni, mengembangkan ekonomi
adat yang bekerja sama dengan pemerintah daerah Halmahera utara untuk
perekonomian daerah guna menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan juga
menekan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Yang di atur dalam Perda No.
• Perdagangan Umum
• Pertanian/Perkebunan
• Kehutanan
• Pertambangan
• Perikanan
• Pariwisata
• Konstruksi
Dari beberapa bidang usaha tersebut di atas, beberapa usaha yang telah
52
2. Pabrik Virgin Coconut Oil (VCO), Sabut Kelapa dan Arang Batok Kelapa di
- Pemberdayaan masyarakat.
Di bidang pertanian/perkebunan :
VCO merupakan produk utama yang dihasilkan dari buah kelapa. Prospek
pengembangan usaha Virgin Coconut Oil (VCO) atau minyak kelapa murni di
Halmahera Utara sangat besar. Hal ini didukung oleh ketersediaan bahan baku
(kelapa) yang cukup banyak. Saat ini, PT. Hibualamo Jaya telah memproduksi VCO
dengan kualitas Super yang diberi nama HALMAVICO (Halmahera Virgin Coconut
Oil). Dikatakan Super karena VCO tersebut dihasilkan melalui suatu proses
pembuatan secara mekanik yang berlangsung singkat dan cepat mulai dari pemerasan
santan sampai masuk alat vacum, tanpa menambah bahan lain dari luar (pengawet,
bahan kimia atau air), sehingga mengeliminir terjadinya fermentasi dan oksidasi yang
kimia dari unsur-unsur yang terkandung dalam kelapa (bahan baku VCO) tidak
53
mengalami perubahan. Dengan mekanisme kerja seperti ini, VCO hasil produksi PT.
Hibualamo Jaya memiliki beberapa keunggulan antara lain : aroma/bau khas kelapa
segar, tidak tengik, warna bening seperti aqua, kandungan air 0,05 - 0,1%, serta masa
expire 2 tahun. Selain itu, yang lebih penting lagi dari VCO hasil produksi PT.
Hibualamo Jaya adalah kandungan asam laurat yang sangat berguna bagi kesehatan
manusia antara lain dapat meningkatkan antibakteri, antivirus dan sebagainya apabila
dikonsumsi secara teratur sesuai anjuran sebagai suplemen kesehatan. Karena dengan
Sucofindo Jakarta dan hasilnya seperti yang tertera pada botol VCO tersebut. VCO ha
sil produksi PT. Hibualamo Jaya dikemas dalam botol berukuran 125 ml.
Selain VCO atau minyak kelapa murni yang dapat dihasilkan dari bahan baku
kelapa, ada juga produk ikutan lainnya yaitu : cocofibre, cocopeat, arang tempurung
dan lain-lain. Sebagai produk ikutan, Cocofibre diperoleh dari kulit kelapa yang
diurai menggunakan alat pengurai. Namun sebelum diurai, kulit kelapa tersebut harus
direndam dalam air selama ± 2 hari guna menghilangkan kadar garam pada bahan
tersebut, selanjutnya dijemur dan diurai menggunakan alat pengurai sabut. Setelah
terurai menjadi serat, dijemur dan selanjutnya dengan menggunakan alat press
hidrolik, serat tersebut dipres menjadi bentuk seperti pada gambar diatas. Cocofibre
54
dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan jog mobil, kasur/springbed dan
sebagainya.
3. Cocopeat (Serbuk).
Dalam proses penguraian serat dari kulit kelapa (cocofibre) oleh mesin
pengurai, diperoleh juga serbuk yang terpisah dari serat yang berukuran lebih halus.
Serbuk ini yang dinamakan Cocopeat. Produk cocopeat harus memenuhi standar
Selain cocofibre dan cocopeat yang dapat dihasilkan sebagai produk ikutan dari
buah kelapa, tempurung juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan
arang (charcoal). PT. Hibualamo Jaya kini telah memproduksi arang tempurung
kelapa sebagai produk ikutan yang bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis. Dengan
dengan berbagai bentuk antara lain : bentuk segitiga, segi empat, segi enam dan
silider. Kegunaannya antara lain sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah yang ra
m-ah mah lingkungan serta efisienbaik dari segi harga maupun kualit-asnya.
Di bidang Perikanan :
Rumput Laut.
PT. Hibualamo Jaya saat ini sementara mengembangkan budidaya rumput laut.
telah mengadakan kerjasama dengan Balai Budidaya Laut Ambon sebagai representa
55
si dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) sebagai Dinas yang berkompeten untuk
yang cocok untuk lokasi budidaya, sekaligus mengecek kualitas bibit yang akan
Akhirnya ditetapkan lokasi yang sesuai serta jenis bibit berkualitas baik untuk
7 ton, dan pada tahap sekarang telah dilakukan penanaman, bahkan sudah dilakukan p
anen beberapa kali (gambar diatas proses penanaman). Panen untuk kepentingan penj
Disamping jenis usaha produksi yang telah disebutkn diatas, PT. Hibualamo
Jaya juga bergerak dalam bidang usaha perdagangan. Untuk saat ini, PT. Hibualamo
bangunan ( Semen,Besi Beton, Seng, Aspal dan Tripleks) untuk menjalin kerjasama p
yang telah terealisasi adalah perjualan Semen Tiga Roda yang pada tahap pertama did
atangkan sebanyak 25 ribu zak (50 kg), yang ditampung pada gudang seluas 150 m2.
Selain itu, saat ini juga telah dilakukan penjajakan dengan PT. PPI untuk pengadaan
dilakukan maka lembaga adat berhak untuk terlibat dalam setiap pengambilan
56
pendemokrasian pengambilan keputusan, yang didalamnya merupakan akses atau
partisipasi rakyat.
adat mempunyai hak untuk dimintai masukan, pendapat, informasi dan aspirasi agar
para tokoh-tokoh adat yakni, Jiko Mokolano (Kepala Adat Halmahera Utara) sebagai
Bupati Halmahera utara, Ketua Lembaga adat sebagai anggota DPRD, sekretaris
umum lembaga adat sebagai anggota DPRD dan ada juga tokoh-tokoh adat yang
menjadi anggota DPRD. Sehingga setiap pengambilan keputusan yang ada didaerah
kabupaten Halmahera utara adat telah dilibatkan, walaupun secara individu, namun
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
57
Berdasarkan uraian-urain pada bab-bab sebelumnya penulis dapat menarik
tidak merata karena disana sangat nampak peran masyarakat adat melalui elit-elit
politik kabupaten yang mana jabatan-jabatan adat/ pemberian gelar-gelar adat istiadat
hanya dipegang oleh orang-orang dekat Bupati dan Bupati sendiri juga yang
memegang kepala adat halmahera utara, sehingga apapun yang menyangkut dengan
adat-istiadat selalu di ambil alih oleh bupati dan juga ketika ada undangan dari
ataupun hal-hal yang menyangkut dengan adat istiadat hanyalah diwakili Bupati
Proses peranan masyarakat adat yang dilakukan oleh lembaga adat yang ada di
karena terjadi sebuah proses dan dinamika politik secara organisasi maupun individu
dan peran masyarakat adat telah dipolitisasi oleh elit-elit politik, untuk mencari
feodalisme.
Kemudian menyangkut batas-batas wilayah tanah adat pun belum di atur dalam
peraturan Daerah (PERDA) sehingga menjadi imbas terhadap masyarakat ketika ada
58
investor yang datang untuk mengelola hasil alam yang ada di wilayah mereka
masing-masing.
B. Saran
Peranan masyarakat adat merupakan salah satu hak dan kewajiban yang telah di
daerah serta melestarikan budaya/adat istiadat, maka keterlibatan, tugas, hak dan
wewenang itu dapat di optimalkan, sehingga organisasi adat mempunyai power yang
kuat dalam berhadapan dengan pemerintah, DPRD dan sektor akan swasta sehingga
pengambilan keputusan.
dilakukan pada tingkatan elit-elit kabupaten saja namun juga harus dilakukan pada
yang bijaksana dalam melihat setiap masalah yang dihadapi oleh rakyat dan
59
daerahnya. Dan bagi peminpin lembaga adat, jangan menjadikan lembaga adat
DAFTAR PUSTAKA
Prasada Jakarta
60
Dessy Anwar,2001. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, PT. Karya Abditama.
Surabaya
Karoba Sem, 2007. Hak Asasi Masyarakat Adat United Nations Declaration On
Djambatan 2002.
Muhammad Bushar, Prof, S.H,2003. Asas-Asas Hukum Adat suatu Pengantar, PT.
61
Umar, Husein,Drs. 2004. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT.
Sumber Lain :
Umbara, 2004.
Internet/google.
62