You are on page 1of 52

UNIT 8

PENGUMPULAN DATA DALAM PTK

PENDAHULUAN

Anda telah menyelesaikan beberapa pembahasan materi berkaitan dengan


PTK, mengerjakan latihan dan menyelesaikan tes formatif sebagaimana dibahas
pada unit-unit sebelumnya. Dengan memahami materi dan langkah-langkah
penyusunan proposal PTK yang dipaparkan pada unit sebelumnya, Anda telah
memiliki kerangka acuan dalam pelaksanaan PTK. Pada unit ini Anda diajak
untuk mengkaji lebih mendalam salah satu komponen penting di dalam proposal
yang Anda susun, yaitu tentang pengumpulan data dalam PTK. Untuk dapat
melakukan kegiatan pengumpulan data dengan baik, Anda terlebih dahulu
memahami jenis-jenis data, jenis-jenis alat pengumpulan data dan cara
pengumpulan data. Sesuai dengan judul unit ini, maka pembahasan yang lebih
rinci dijabarkan ke dalam dua subunit yang saling terkait, yaitu jenis-jenis data
dalam penelitian, jenis-jenis alat pengumpulan baik melalui teknik tes maupun
teknik nontes. Untuk teknik non tes pembahasan di dalam subunit nantinya lebih
difokuskan pada penggunaan observasi dan wawancara
. Melalui pembahasan, latihan-latihan, diskusi yang dilakukan serta
menyelesaikan tes formatif yang disediakan Anda diharapkan dapat menjelaskan
secara rinci tentang:
1. jenis-jenis data dalam penelitian
2. teknik tes untuk pengumpulan data
3. teknik non tes untuk pengumpulan data.
Untuk membantu mendalami uraian ini diharapkan Anda melakukan
latihan-latihan sendiri dan diskusi dengan rekan-rekan Anda, terutama dalam
mengkaji bagian-bagian yang sulit Anda pahami. Anda juga dapat melakukan
simulasi pengumpulan data bersamaan dengan penyelenggaraan proses
pembelajaran yang Anda lakukan, sehingga Anda terlatih melakukan

8. 1
pengumpulan data ketika PTK dilaksanakan. Untuk membantu memperdalam
materi serta mengukur pemahaman Anda dari materi yang dibahas, maka pada
bagian akhir tiap-tiap subunit disediakan tes formatif. Kesungguhan Anda di
dalam menyelesaian tes tersebut akan sangat membantu untuk mengukur
penguasaan materi ini.

Selamat belajar, semoga sukses!

8. 2
SUBUNIT 1
Jenis Data dan Penggunaan Teknik Tes untuk Pengumpulan Data

Pembahasan pada Subunit ini difokuskan pada jenis-jenis data dan


penggunaan teknik-teknik tes dalam pengumpulan data. Langkah-langkah yang
diuraikan dalam subunit ini sebenarnya merupakan satu kesatuan yang utuh
dengan langkah-langkah yang telah Anda kaji pada unit sebelumnya dan sub-sub
unit berikutnya. Pengkajian yang terdiri dari jenis-jenis data dan teknik
pengumpulan data melalui teknik-teknik tes akan mengarahkan Anda pada
pemahaman yang mantap tentang langkah-langkah PTK sebagai satu kesatuan
yang utuh. Pemahaman ini akan memandu Anda untuk mampu melaksanakan
PTK, yang akan dilengkapi pada pembahasan unit-unit berikutnya.

Setelah menyelesaikan subunit ini diharapkan Anda dapat menjelaskan


dan merinci jenis-jenis data dan cara-cara pengumpulan data melalui beberapa
teknik tes. Untuk mencapai tujuan tersebut, kajilah materi berikut dengan cermat,
serta kerjakan latihan secara disiplin. Sebagaimana unit-unit sebelumnya, dalam
bagian ini Anda juga dituntut untuk menggali pengalaman praktis Anda, sehingga
sajian yang bersifat teoritik dapat Anda padukan langsung dengan praktik
pembelajaran yang Anda lakukan. Oleh sebab itu Anda diharapkan dapat
mengkaji secara seksama subunit ini, mengerjakan latihan-latihan yang
disediakan serta menyelesaikan tes formatif pada bagian akhir subunit ini.

A. Jenis-jenis Data dalam Penelitian


Dalam kegiatan pembelajaran yang Anda lakukan sehari-hari,
sesungguhnya Anda berhadapan dengan data. Hampir tidak ada aktivitas atau
langkah pembelajaran yang tidak terkait dengan data. Ketika Anda memberikan
pertanyaan kepada siswa, tentu Anda ingin mengetahui apakah siswa tersebut
mendengar dan memahami apa yang Anda jelaskan bukan? Atau Anda ingin
mengetahui tingkat keaktifan siswa tersebut. Ketika Anda memberikan soal-soal
latihan, memberikan pekerjaan rumah, melakukan ulangan mewawancarai siswa,

8. 3
mengamati aktivitas praktikum dan sebagainya, semuanya bertujuan memperoleh
data. Di dalam kegiatan penelitian, keberadaan data merupakan komponen yang
sangat penting, karena seperti apapun penelitian yang dirancang oleh peneliti,
tujuannya adalah untuk memperoleh data. Jika kita kaji dan kita pilah secara
cermat, maka kita akan menemukan beberapa jenis data. Kerlingger (1993)
mengemukakan bahwa pemahaman terhadap jenis data dalam penelitian akan
mengarahkan seorang peneliti untuk memilih instrumen yang cocok dengan data
yang diinginkannya tersebut. Menurut jenisnya data dalam penelitian
dikelompokkan dalam 4 jenis, yaitu data nominal, data ordinal, data interval, dan
data ratio (Kerlingger, 1993). Berikut mari kita cermati penjelasan dan contoh dari
masing-masing jenis data tersebut.

1. Data nominal
Data nominal adalah suatu data yang hanya terpilah menjadi dua bagian
atau dua pilihan, atau dua kategori, di mana yang satu dengan lainnya terpisah
secara tegas (Kerlingger, 1993; Babie, 1986; Gay, 1981).
Contoh jenis data nominal:
 Laki-laki Perempuan
 Tua Muda
 Kota Desa
 Ya Tidak
 Siang Malam
 Sekolah Tidak sekolah
 Kaya Miskin
 Lulus Tidak lulus
dan seterusnya.

2. Data ordinal
Data ordinal ialah suatu data yang menunjukkan urutan dalam kedudukan
masing-masing data / data urutan peringkat / jenjang yang tidak menunjukkan
kuantitas absolut (Kerlingger, 1993).

8. 4
Contoh data ordinal:
 Peringkat kejuaraan
 Urutan angka 1,2,3,4, dan seterusnya.
 Jenjang pendidikan
 Pemeluk agama/keyakinan
 Kelompok etnik/suku
 Jenis kendaraan
 Kelompok makanan
 Jenis pekerjaan, dll.

3. Data interval
Data interval adalah suatu data yang menunjukkan jarak yang memiliki
ciri nominal dan ordinal. Di samping itu jarak keangkaan yang sama pada skala
interval mewakili jarak yang sama pula dalam hal pemilikan sifat yang diukur.
Contoh data interval:
a b c d e

1 2 3 4 5

a/1 = Tidak pernah Sangat tidak setuju

b/2 = Hampir tidak pernah Tidak setuju

c/3 = Pernah Ragu-ragu

d/4 = Kadang-kadang Setuju

e/5 = Selalu Sangat setuju

4. Data ratio

Data ratio/nisbat ialah data pengukuran yang mempunyai ciri-ciri skala


nominal, ordinal, dan interval, dan juga memiliki nol mutlak atau nol natural yang
mengandung makna empirik. Jika suatu pengukuran menunjukkan nol pada suatu
skala rasio, maka dapat dikatakan bahwa obyek tersebut tidak memiliki sifat yang

8. 5
sedang diukur. Angka-angka pada skala rasio menggambarkan besaran
sesungguhnya pada sifat yang diukur. Untuk ilmu sosial jarang sekali
menggunakan skala rasio.

Contoh data skala rasio

Skor 8 mempunyai prestasi 2 x lebih baik dari yang mendapatkan skor 4 dalam
suatu mata pelajaran (Kerlingger, 1993).

Sampai di sini Anda telah mengkaji penggolongan data menurut jenisnya.


Coba Anda kelompokkan data dalam proses pembelajaran Anda sesuai dengan
pengelompokan di atas.

B. Teknik Pengumpulan Data melalui Tes

Untuk memperoleh data di dalam kegiatan penelitian, seorang peneliti


dapat menggunakan berbagai teknik. Penggunaan dari salah satu atau beberapa
teknik pengumpulan data sangat tergantung pada jenis data yang akan
dikumpulkan, tujuan penelitian dan tentu saja pemahaman peneliti tentang teknik
yang akan dipergunakan tersebut serta kemampuannya untuk melaksanakan
dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang terkait. Sebagai contoh, seorang
peneliti melakukan penelitian tentang motivasi dan hasil belajar siswa pada
beberapa sekolah yang telah ditentukannya. Terkait dengan penelitian tersebut
seorang peneliti terlebih dahulu menjelaskan jenis data yang akan dikumpulkan.
Untuk mengkaji motivasi siswa, misalnya guru dapat menggunakan beberapa
teknik yang dapat dipilih, misalnya observasi, wawancara, atau kuesioner. Untuk
menghimpun data tentang hasil belajar siswa, dapat dipergunakan tes yang dibuat
peneliti sendiri, peneliti bersama guru, atau menggunakan instrument tes yang
standar. Di samping menggunakan tes, juga dapat mengkaji hasil-hasil belajar,
hasil-hasil ulangan siswa yang lebih dikenal dengan teknik studi dokumenter.
mendapatkan pemahaman yang lebih

8. 6
Dalam pelaksanaan tugas
Anda sehari-hari, pelaksanaan tes
sebagai cara memahami kemampuan
siswa tentu sudah sangat tidak asing
bagi Anda. Namun untuk memahami
data yang diperoleh melalui tes, maka bagian ini perlu kita kaji bersama dengan
lebih cermat.

Teknik tes atau kadang-kadang juga disebut system testing merupakan


usaha untuk memahami atau memperoleh data tentang siswa. Dalam pandangan
lain juga dikemukakan bahwa tes sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk
mengobservasi (mengamati) tingkah laku individu, dan menggambarkan atau
mendeskripsikan tingkah laku itu melalui skala angka atau system kategori.
Nurkancana dan Sumartana (1986: 25) mendefinisikan tes sebagai suatu cara
untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas
yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan
suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat
dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai
standar yang ditetapkan. Jika defenisi ini dianalisis, maka kita menemukan
beberapa hal penting yang dapat kita simpulkan yaitu;

1. Tes adalah suatu bentuk tugas yang terdiri dari sejumlah pertanyaan atau
perintah-perintah.

2. Tes diberikan kepada seorang anak atau sekelompok anak untuk


dikerjakan.

3. Bahwa respon atau jawaban anak atau kelompok anak tersebut dinilai.

Penggunaan teknik tes, khususnya tes prestasi belajar bagi guru di sekolah
bertujuan untuk;

a. Menilai kemampuan belajar murid

b. Memberikan bimbingan belajar kepada murid

8. 7
c. Mengecek kemajuan belajar

d. Memahami kesulitan-kesulitan belajar

e. Memperbaiki teknik mengajar

f. Menilai efektivitas (keberhasilan) mengajar.

Arikunto (1988), mengemukakan bahwa tes sebagai instrumen


pengumpulan data dibedakan menjadi dua, yaitu;

1. Tes buatan guru, yaitu tes yang disusun oleh guru dengan prosedur
tertentu, akan tetapi belum mengalami uji coba berkali-kali, sehingga tidak
diketahui ciri-ciri dan kebaikannya.

2. Tes standar (standardized tes), yaitu tes yang biasanya sudah tersedia di
lembaga testing, yang sudah terjamin keampuhannya. Tes ini sudah
mengalami uji coba berkali-kali, direvisi berkali-kali sehingga sudah dapat
dikatakan cukup baik. Di dalam setiap tes yang terstandar, sudah dicantumkan
petunjuk pelaksanaan, waktu yang dibutuhkan, bahan yang tercakup, dan hal-
hal lain, misalnya validitas dan reabilitas tes.

Dalam pembahasan tentang bentuk-bentuk tes, Gall & Borg (2002:209)


mengemukakan beberapa bentuk tes performance, yaitu; (a) intelligence tests atau
tes intelegensi, (b) aptitude tests atau tes sikap, (c) achievement tests atau tes hasil
belajar, (d) diagnostic tests atau tes diagnostic, dan performance assessment atau
penilaian kinerja.

Di antara bentuk tes yang paling sering dipergunakan guru adalah tes hasil
belajar. Berdasarkan jumlah atau pengikut tes, maka tes hasil belajar dapat
dibedakan atas dua jenis, yaitu tes individual dan tes kelompok (Nurkancana dan
Sumartana, 1986: 25). Tes individual adalah suatu tes dimana pada saat tersebut
diberikan, kita hanya menghadapi satu orang anak. Sedangkan tes kelompok,
yaitu di mana pada saat tes diberikan, kita menghadapi sekelompok anak.

Tes hasil belajar di samping dapat dikaji dari jumlah atau pengikut tes
sebagaimana dikemukakan di atas, juga dapat ditinjau dari segi penyusunannya.

8. 8
Dilihat dari segi penyusunannya tes dibedakan atas tiga jenis, yaitu tes buatan
guru, tes buatan orang lain yang tidak distandarisasi, dan tes standar atau tes yang
sudah distandarisasi.

a. Tes buatan guru, yaitu tes yang disusun sendiri oleh guru yang akan
mempergunakan tes tersebut.

b. Tes buatan orang lain yang tidak distandarisasi, adalah tes yang dibuat
orang lain yang dianggap cukup baik yang dapat dipergunakan oleh guru. Tes
jenis ini misalnya tes yang disusun oleh teman-teman sejawat guru yang lebih
berpengalaman, atau tes yang dimuat pada akhir tiap-tiap bab dari buku
pelajaran.

c. Tes standar atau tes yang telah distandarisasi, yaitu tes yang telah cukup
valid dan reliabel berdasarkan atas uji coba berkali-kali terhadap sampel yang
cukup luas dan representatif.

Selain dari sudut pandang di atas, jenis tes hasil belajar juga dapat dikaji
dari bentuk jawaban atau bentuk respon. Berdasarkan bentuk jawaban atau bentuk
respon ini, tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu;

a. Tes tindakan, yaitu suatu tes, di mana jawaban atau respon yang diminta
dari anak berbentuk tingkah laku. Jadi anak berbuat sesuai dengan perintah
atau pertanyaan yang diberikan. Misalnya di dalam mata pelajaran Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan, untuk mengetahui apakah seorang anak sudah dapat
berenang dengan gaya tertentu, maka cara yang paling baik adalah menyuruh
anak tersebut mempraktekkan langsung cara berenang yang dikehendaki Jika
anak dapat melakukan sesuai dengan kriteria yang ditentukan guru, maka
berarti anak tersebut telah menguasai tes yang diberikan dalam bentuk
tindakan tersebut.

b. Tes verbal, yaitu suatu tes, di mana jawaban atau respon yang diberikan
oleh anak-anak berbentuk bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan.
Dalam keadaan ini, anak akan mengucapkan atau menulis jawabannya sesuai
dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan.

8. 9
Selain ditinjau dari bentuk jawaban atau respon yang diberikan, tes juga
dapat dilihat dari bentuk pertanyaan yang diberikan oleh guru. Bentuk tes ini
tentu sudah sangat sering Anda terapkan di dalam kegiatan pembelajaran sehari-
hari. Jenis tes ini dibedakan menjadi dua, yaitu tes obyektif dan tes essay.

1. Tes obyektif

Tes obyektif adalah bentuk tes yang terdiri dari item-item yang dapat
dijawab dengan cara memilih salah satu alternatif yang benar dari sejumlah
alternatif yang tersedia, atau dengan mengisi jawaban dengan beberapa perkataan
atau simbul tertentu. Ada beberapa bentuk tes obyektif ini.

a. Tes benar salah (true-false), adalah tes yang butir-butir soalnya


mengharuskan agar siswa mempertimbangkan suatu pernyataan sebagai
pernyataan yang benar atau salah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
di dalam penyusunan tes obyektif bentuk benar-salah ini;

- Meyakinkan sepenuhnya bahwa butir soal tersebut dapat dipastikan


benar atau salah.

- Jangan menulis butir soal dengan sekedar menulis kembali


kalaimat sama seperti yang terdapat pada buku teks.

- Jangan menulis butir soal yang secara sengaja membuat kesulitan


pada siswa untuk memahaminya

- Menghindari pernyataan negatif.

- Menghindari pernyataan yang berarti ganda.

- Menggunakan suatu bentuk yang tepat.

- Menghindari kata-kata kunci, seperti pada umumnya, semua, dan


yang lain.

- Menghindari jawaban benar yang terpola.

b. Tes pilihan ganda (multiple choice), adalah suatu item yang terdiri dari
suatu statemen yang belum lengkap. Untuk melengkapi statemen tersebut

8. 10
disediakan beberapa statemen sambungan. Satu di antaranya merupakan
sambungan yang benar sedangkan yang lain adalah sambungan yang tidak
benar (Nurkancana dan Sumartana, 1986; Dimyati dan Mudjiono, 1994). Item
multiple choice ini dapat pula berupa suatu pertanyaan yang telah disediakan
beberapa buah jawaban, di mana hanya satu dari jawaban-jawaban yang
disediakan tersebut merupakan jawaban yang benar. Alternatif pilihan yang
disediakan disebut “option”, sedangkan. Jawaban-jawaban atau statemen
sambungan yang tidak benar disebut pengecoh. Bloom, 1981 (Dimyati dan
Mudjiono, 2004: 200) mengingatkan beberapa kaidah yang harus diperhatikan
di dalam penyusunan soal pilihan ganda.

- Pokok soal (stem) yang merupakan permasalahan harus


dirumuskan secara jelas.

- Perumusan pokok soal dan alternatif jawaban hendaknya


merupakan pernyataan yang diperlukan saja.

- Untuk satu soal, hanya ada satu jawaban yang benar atau yang
paling benar.

- Sedapat mungkin dihindarkan perumusan pernyataan yang bersifat


negatif pada pokok soal.

- Alternatif jawaban (option) sebaiknya logis, dan pengecoh harus


berfungsi (menarik).

- Diusahakan agar tidak ada petunjuk untuk jawaban yang benar.

- Diusahakan agar mencegah penggunaan pilhan jawaban yang


terakhir berbunyi “semua pilihan jawaban di atas benar”, atau “semua
pilihan jawaban di atas salah”.

- Diusahakan agar pilihan jawaban homogen, baik dari segi isi


maupun panjang pendeknya pernataan

8. 11
- Apabila pilihan jawaban berbentuk angka, susunlah secara
berurutan dari angka yang terkecil diletakkan di atas sampai angka
terbesar yang diletakkan di bawah.

- Di dalam pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan


atau kata-kata yang bersifat tidak tentu, seperti seringkali, kadang-kadang,
pada umumnya dan kata-kata sejenis.

- Diusahakan agar jawaban butir soal yang satu tidak bergantung


dari jawaban butir soal yang lain.

- Dalam merakit soal diusahakan agar jawaban yang benar (yang


menjadi kunci jawaban) letaknya tersebar antara a,b,c,d, atau ditentukan
secara acak, sehingga tidak terjadi pola jawaban tertentu.

c. Tes menjodohkan adalah suatu bentuk tes yang biasanya terdiri dari dua
kolom yang paralel, di mana masing-masing berisi uraian-uraian, keterangan-
keterangan atau statemen. Dengan kata lain merupakan bentuk tes yang butir-
butir soalnya terdiri dari satu daftar premis dan satu daftar jawaban yang
sesuai (Dimyati dan Mujiono, 2004; Nurkancana, 1986: 36). Dalam
penyusunan soal bentuk menjodohkan ini, ada beberapa kaidah yang harus
diperhatikan.

- Meyakinkan bahwa pertanyaan dapat dijawab dengan kata atau


penggalan kalimat yang mudah atau khusus, dan hanya ada satu jawaban
yang benar.

- Menggunakan bentuk yang cocok.

- Jangan memutus-mutus butir soal melengkapi.

- Menghindari pemberian petunjuk kearah jawaban yang benar.

- Menunjukkan bagaimana seharusnya jawaban yang benar.

Tes obyektif sebagai salah satu bentuk teknik pengumpulan data,


khususnya berkenaan dengan siswa, memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelebihannya adalah;

8. 12
1. Dapat dijawab dengan cepat, sehingga memungkinkan siswa menjawab
sejumlah besar pertanyaan dalam satu periode tes. Terkait dengan hal ini maka
materi tes yang diberikan dapat mencakup lebih luas bahan pelajaran yang
disampaikan.

2. Reliabilitas skor yang diberikan terhadap pekerjaan siswa dapat lebih


terjamin.

3. Jawaban-jawaban tes obyektif dapat dikoreksi dengan mudah dan cepat.

Di samping beberapa kebaikan atau kelebihan tes obyekif sebagaimana


dikemukakan di atas, ada juga segi-segi kelemahannya, antara lain;

a. Kemungkinan siswa untuk menerka jawaban akan lebih besar

b. Karena jumlah item pada tes obyektif pada umumnya lebih banyak, maka
diperlukan biaya yang lebih besar .

Anda dapat mengkaji kembali secara seksama tentang beberapa hal


berkenaan dengan tes obyektif di atas. Diskusikan dengan rekan-rekan Anda atau
tanyalah kepada orang-orang yang dapat membantu memperjelas pemahaman
Anda, terutama jika Anda menemukan bagian-bagian dari uraian tersebut yang
sulit Anda pahami.

2. Tes Essay

Tes essay adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu pertanyaan yang
menghendaki jawaban berupa uraian-uraian yang relative panjang. Bentuk-bentuk
pertanyaan yang mengharuskan siswa untuk menjelaskan, membandingkan,
menginterpretasikan atau mencari perbedaan. Semua bentuk pertanyaan
mengharuskan siswa untuk mampu menunjukkan pengertian atau pemahaman
mereka terhadap materi yang dipelajari (Nurkancana dan Sumartana, 1986:42).

Sebagaimana bentuk tes obyektif, tes bentuk essay juga memiliki kebaikan
dan kelemahan. Kebaikannya antara lain;

8. 13
- Tes essay sangat tepat dipergunakan untuk menilai atau mengukur
hasil dari suatu proses belajar yang kompleks, yang sukar diukur dengan
menggunakan tes obyektif.

- Tes essay memberi peluang yang besar kepada siswa untuk


menyusun jawaban sesuai dengan jalan pikirannya sendiri. Keadaan ini sangat
penting untuk melatih siswa agar terbiasa mengemukakan jalan pikirannya
secara terarah dan sistematis.

Sedangkan beberapa kelemahan tes essay adalah;

- Pemberian skor terhadap jawaban tes essay kurang reliabel


terutama disebabkan karena tidak hanya satu jawaban yang biasa diterima. Di
samping itu juga disebabkan tingkat kebenaran jawaban tersebut sangat
bervariasi.

- Tes essay menghendaki jawaban-jawaban yang relatif panjang.


Karena itu dibutuhkan waktu yang lebih lama pula untuk menyelesaikan soal-
soal yang diberikan, sehingga dalam satu periode tes hanya dapat diberikan
beberapa item tes saja.

- Materi yang diberikan di dalam tes tidak dapat mencakup secara


luas materi pelajaran yang telah disampaikan, sehingga sangat dimungkinkan
hasil yang dicapai bersifat kebetulan, karena pertanyaan yang diberikan secara
kebetulan sesuai dengan bagian materi yang dipelajarinya.

- Mengoreksi tes essay memerlukan waktu yang cukup lama, serta


menghabiskan energi yang cukup banyak terlebih lagi bilamana peserta tes
jumlahnya cukup besar, karena setiap jawaban harus dibaca satu persatu
secara teliti.

Untuk mengurangi beberapa kelemahan pada tes essay di atas, perlu


diperhatikan beberapa saran berikut:

a. Materi pelajaran yang akan diukur melalui tes essay perlu diperiksa
terlebih dahulu. Bagian yang akan diukur melalui tes essay hendaknya hanya
bagian-bagian yang kurang cocok jika diukur dengan tes obyekif.

8. 14
b. Item-item tes essay hendaknya dibuat dengan jelas, sehingga tidak
menimbulkan keragu-raguan siswa.

Pentingnya pemahaman tentang tes sebagai salah satu teknik pengumpulan


data digambarkan dalam contoh pengambilan data dengan Skala Inteligensi
Stanford-Binet sebagaimana dipaparkan (Arikunto, 1998), kasus di mana ada
enam orang wanita dan enam orang pria melaksanakan tes Stanford Binet
terhadap sampel anak-anak usia 4 tahun. Hasil tes menunjukkan anak-anak yang
dites oleh wanita mencapai IQ yang lebih tinggi (89,61) dibandingkan dengan
anak-anak yang dites oleh pria (83,16), suatu perbedaan yang cukup signifikan.
Contoh tersebut mengilustrasikan kepada kita bahwa hasil pengetesan tidak secara
murni dapat menggambarkan IQ, akan tetapi juga terdapat di dalamnya pengaruh
tester. Karena itu dalam pelaksanaan tes seperti itu menurut Arikunto (1998),
perlu diadakan latihan bagi tester agar dapat mengurangi pengaruh yang tidak
diinginkan yang dapat merugikan orang-orang yang mengikuti tes tersebut. Untuk
meningkatkan obyektivitas hasil tes ada beberapa hal yang perlu dilakukan;

a. Memberi kesempatan berlatih kepada tester (orang yang melaksanakan


tes).

b. Menggunakan tester lebih dari satu orang, kemudian hasilnya


dibandingkan.

c. Melengkapi instrument tes dengan manual atau pedoman pelaksanaan


selengkap dan sejelas mungkin.

d. Menciptakan situasi tes sedemikian rupa sehingga membantu tester (orang


yang mengerjakan tes) tidak mudah terganggu oleh lingkungan

e. Memilih situasi tes sebaik-baiknya, misalnya bukan malam Minggu, bukan


dalam keadaan udara yang sangat panas, bukan sehabis liburan panjang,
menjelang ujian, dan sebagainya.

f. Perlu menciptakan kerjasama yang baik dan rasa saling percaya antara
tester yang satu dengan tester lainnya.

8. 15
g. Menentukan waktu untuk mengerjakan tes secara tepat, baik ketepatan
pelaksanaan maupun lamanya.

h. Memperoleh izin dari atasan jika tes tersebut dilaksanakan di sekolah atau
di kantor-kantor.

Latihan
Untuk mendalami materi yang telah dibahas dalam subunit ini, kerjakan
beberapa latihan berikut. Jika ada hal-hal yang Anda rasa belum jelas disarankan
agar Anda mencermati kembali pada subunit ini atau berdiskusi dengan rekan-
rekan Anda.
1. Anda dapat menggunakan teknik tes untuk memperoleh data atau
informasi tentang siswa Anda. Data atau informasi berkaitan dengan apa saja
yang dapat Anda kaji melalui teknik tes?
2. Situasi seperti apa yang harus Anda persiapkan agar dapat mendukung
pelaksanaan tes?
3. Coba Anda kaji kelebihan dan kelemahan tes obyektif dan essay
berdasarkan pengalaman Anda menerapkannya.

Petunjuk jawaban latihan


1. Coba Anda kaji kembali jenis-jenis data yang dibahas
pada awal subunit ini dan hubungkan dengan pengalaman Anda sehari-hari
dalam melaksanakan tes.
2. Cermati kembali faktor-fakor yang dapat mendukung atau
mengganggu kegiatan pembelajaran atau kegiatan tes yang dilaksanakan.
3. Kaji secara cermat dari beberapa dimensi, misalnya dari
dimensi guru, dimensi siswa, dimensi waktu, fasilitas, iklim belajar atau iklim
tes, dan seterusnya.

RANGKUMAN

8. 16
Di dalam kegiatan penelitian, pemahaman data merupakan bagian
penting karena akan mengarahkan seorang peneliti untuk memilih instrumen
yang cocok dengan data yang diinginkannya tersebut. Menurut jenisnya data
dalam penelitian dikelompokkan dalam 4 jenis, yaitu data nominal, data
ordinal, data interval, dan data ratio. Untuk memperoleh data di dalam
penelitian, peneliti dapat menggunakan teknik tes dan teknik non tes. Teknik
tes suatu cara untuk memperoleh data dengan melakukan penilaian yang
berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak
atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai atau prestasi
tertentu.
Secara umum terdapat beberapa bentuk tes, yaitu; (a) tes intelegensi,
(b) tes sikap, (c) tes hasil belajar, (d) tes diagnostik, dan (e) performance
assessment atau penilaian kinerja. Bentuk tes yang paling sering dipergunakan
guru untuk mengetahui perubahan atau kemajuan belajar siswa adalah tes
hasil belajar. Selain itu tes juga dapat ditinjau dari segi penyusunannya,
bentuk jawaban atau bentuk respon siswa, atau dilihat dari bentuk pertanyaan
yang diberikan oleh guru. Pemahaman guru tentang berbagai bentuk tes
sebagai alat pengumpulan data akan memudahkan guru untuk melakukan
pengumpulan data dalam pelaksanaan PTK

TES FORMATIF 1
Berikut ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur pemahaman
anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam subunit 1.
Pilihlah alternatif A, B, C atau D dengan cara memberikan tanda silang (X) pada
jawaban yang Anda anggap paling benar.

1. Pemahaman terhadap data penelitian memiliki arti yang sangat


penting. Di antara fungsi yang sangat penting berikut ini adalah;

A. memudahkan untuk merancang persiapan penelitian


B. memudahkan mengurus berbagai persyaratan penelitian

8. 17
C. mengarahkan peneliti untuk memilih instrumen yang cocok
D. memungkinkan peneliti melaksanakan kerjasama dalam penelitian

2. Yang dimaksud dengan data nominal adalah...


A. data yang terpilah menjadi dua kategori
B. data yang menunjukkan urutan dalam kedudukan
C. data yang menunjukkan adanya jarak
D. data yang menunjukkan peringkat

3. Peringkat kejuaraan, jenjang pendidikan, urutan angka, merupakan contoh dari


jenis data…
A. ordinal
B. interval
C. nominal
D. ratio

4. Pernyataan yang kurang benar berkaitan dengan pengertian tes sebagai teknik
pengumpulan data berikut ini adalah;
A. tes selalu mencakup seluruh materi yang telah diajarkan
B. tes dapat diberikan dalam bentuk pertanyaan atau perintah
C. tes diberikan kepada seorang anak atau sekelompok anak
D. hasil tes yang dilakukan atau dikerjakan anak dinilai.

5. Untuk memperoleh data tentang hasil belajar atau prestasi belajar siswa, guru
dapat melakukan tes hasil belajar. Berikut ini adalah tujuan tes prestasi belajar
bagi guru, kecuali…

A. menilai kemampuan belajar siswa


B. mengecek kemajuan belajar siswa
C. memahami kesulitan-kesulitan belajar siswa
D. mendorong tumbuhnya kerjasama antar siswa

8. 18
6. Suatu tes telah dilakukan beberapa kali uji coba dan revisi sehingga lebih
dijamin validitas dan reliabilitasnya disebut…

A. tes buatan guru


B. tes diagnostik
C. tes standar
D. tes hasil belajar

7. Adakalanya suatu tes diberikan kepada siswa, di mana mereka memilih di


antara salah satu jawaban yang benar atau paling benar. Bentuk tes seperti itu
disebut…
A. maching
B. multiple Choice
C. true-false
D. completion
8. Untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa menuangkan pikiran dan
mengembangkan nalar berkenaan dengan materi pelajaran, seringkali guru
memberikan tes essay. Tes essay tepat diberikan bilamana…

A. jumlah peserta tes tidak terlalu banyak


B. waktu untuk siswa mengerjakan sangat singkat
C. cakupan materi yang diberikan dalam tes sangat luas
D. waktu guru untuk mengoreksi sangat singkat

9. Jika tes obyektif disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang benar, akan ditemui
beberapa kelebihan. Berikut ini adalah kelebihan tes obyektif, kecuali…

A. memungkinkan siswa menjawab sejumlah besar pertanyaan


B. dapat mencakup lebih luas bahan pelajaran yang disampaikan
C. .siswa dapat menjawab dengan mudah
D. reliabilitas skor yang diberikan dapat lebih terjamin.

8. 19
10. Melengkapi instrumen tes dengan pedoman pelaksanaan yang jelas,
menciptakan situasi tes sedemikian rupa dan menggunakan tester lebih dari
satu orang, adalah bagian dari upaya yang diarahkan untuk…

A. . mempermudah guru di dalam penyusunan tes


B. meningkatkan obyektivitas tes yang dikembangkan
C. membantu siswa agar lebih mudah mengerjakan tes
D.. memudahkan guru dalam memaknai hasil-hasil tes.

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT


Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang
terdapat di bagian akhir unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian
pergunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
tentang bahan ajar dalam sub unit ini.

Rumus Perhitungan:

Banyaknya Jawaban yang Benar


Tingkat Penguasaan Anda =  100
10

Hasil perhitungan tersebut di atas dapat diberikan makna sebagai berikut:


Skor 90 – 100, berarti sangat baik
Skor 80 – 89, berarti baik
Skor 70 – 79, berarti cukup baik
Skor 0 – 69, berarti kurang

Apabila skor Anda mendapat 80 ke atas, berarti bahwa penguasaan Anda tentang
bahan ajar dalam sub unit ini ”Baik” atau bahkan ”Sangat Baik”, maka Anda
dapat melanjutkan ke subunit berikutnya. Namun, apabila tingkat penguasaan
Anda masih mendapatkan skor di bawah 80, maka Anda disarankan untuk
mempelajari kembali subunit ini, khususnya pada bagian-bagian yang belum
Anda kuasai dengan baik. Perhatikan pada nomor soal yang mana Anda masih
keliru menjawabnya.

8. 20
SUBUNIT 2
Penggunaan Teknik-teknik Non Tes untuk Pengumpulan
Data PTK

Pembahasan tentang teknik non tes untuk pengumpulan data difokuskan


pada penggunaan teknik observasi dan wawancara, karena di dalam PTK kedua
teknik tersebut lebih sering dipergunakan. Fokus pembahasan pada kedua teknik
tersebut sama sekali tidak mengabaikan arti teknik-teknik yang lain. Peneliti atau
guru dapat mengkaji dan mendalami penggunaan teknik-teknik lain melalui
berbagai sumber yang relevan. Sebagaimana telah dijelaskan pada awal unit ini
bahwa pengumpulan data dalam penelitian dapat dilakukan melalui teknik tes dan
non tes. Uraian yang dipaparkan dalam subunit ini sebenarnya merupakan satu
kesatuan dengan materi yang diuraikan dalam unit sebelumnya. Pengkajian yang
cermat terhadap teknik non tes dalam pengumpulan data dengan penekanan pada
observasi atau wawancara akan mengarahkan Anda pada pemahaman yang
mantap tentang persiapan guru di dalam melaksanakan rangkaian PTK.
Pemahaman ini akan memandu Anda untuk mampu melaksanakan PTK, yang
akan dilengkapi pada pembahasan unit-unit berikutnya.

Setelah menyelesaikan subunit ini diharapkan Anda dapat menjelaskan


penggunaan teknik non tes untuk pengumpulan data dengan penekanan pada
penggunaan teknik observasi dan wawancara. Untuk mencapai tujuan tersebut,
kajilah materi berikut dengan cermat, serta kerjakan latihan secara disiplin.

8. 21
Sebagaimana unit-unit sebelumnya, dalam bagian ini Anda juga dituntut untuk
menggali pengalaman praktis Anda. Sekali lagi kaji dengan seksama materi pada
bagian ini, karena kemampuan Anda memahami teknik pengumpulan data
khususnya melalui observasi dan wawancara akan mengarahkan Anda pada
pemahaman yang mantap tentang pelaksanaan pengumpulan data di dalam PTK.
Oleh sebab itu Anda diharapkan dapat mengkaji secara seksama subunit ini,
mengerjakan latihan-latihan yang disediakan serta menyelesaikan tes formatif
pada bagian akhir subunit ini.

A. Pengamatan atau Observasi

Dalam pembahasan-pembahasan sebelumnya sudah ditekankan bahwa


pelaksanaan tindakan di dalam PTK secara bersamaan juga dilakukan observasi
dan interpretasi, sehingga dapat dikatakan pelaksanaan tindakan dan
observasi/interpretasi berlangsung secara simultan. Artinya, data yang diamati
tersebut langsung diinterpretasikan, tidak sekedar di rekam. Misalnya, jika
seorang siswa berhasil mengerjakan sesuatu dengan baik, kemudian guru
memberi pujian kepada siswa tersebut, yang direkam bukan hanya jenis pujian
yang diberikan, tetapi juga dampaknya bagi siswa yang mendapat pujian. Dampak
ini dapat diinterpretasikan dari sikap dan partisipasi siswa dalam pembelajaran
setelah mendapat pujian. Dengan cara ini, guru sebagai aktor utama dapat
melakukan penyesuaian-penyesuaian, sehingga komitmennya sebagai pengajar
tidak terganggu oleh metode penelitian yang sedang diterapkan. Misalnya, jika
ternyata pujian yang diberikan membuat siswa menjadi bahan ejekan, guru akan
mengubah cara memberi penguatan. Namun, perlu dicatat, tidak semua data
memerlukan interpretasi. Ada hasil pengamatan yang hanya merupakan rekaman
faktual tanpa memerlukan interpretasi, sehingga pengamat cukup hanya merekam
apa yang dilihat tanpa perlu memberi makna kepada hasil rekaman. Misalnya,
sebagaimana yang dirujuk oleh Joni (1998), pengamatan ala Flanders yang hanya
merekam data dalam tiga kategori yaitu; pembicaraan guru, pembicaraan siswa,
dan sepi (tanpa pembicaraan), tidak memerlukan interpretasi pada saat rekaman
dilakukan. Inilah yang dinamakan “low-inference observation”, sedangkan

8. 22
pengamatan yang mempersyaratkan interpretasi atau penafsiran ketika merekam
data disebut sebagai “high-inference observation”.

Pelaksanaan observasi sebagai alat pengumpulan data memerlukan


persiapan. Salah satu komponen yang perlu diperhatikan di dalam persiapan
pelaksanaan observasi adalah cara perekaman data. Artinya, apa yang harus
direkam dan bagaimana merekamnya melalui observasi tersebut harus ditentukan
secara jelas. Misalnya pada PTK yang dilaksanakan guru, data yang dikumpulkan
berkenaan dengan partisipasi siswa di dalam kegiatan diskusi kelompok, maka
terlebih dahulu guru menentukan cara merekam data, apakah akan menggunakan
format observasi atau menggunakan catatan lapangan. Sesuai dengan hakekat
PTK dan mengacu kepada peran guru sebagai aktor utama dalam PTK, idealnya
observasi tersebut dilakukan oleh guru sendiri. Namun, jika observasi atau
perekaman data tersebut terlalu menyita waktu guru dan mengakibatkan
konsentrasi guru dalam mengajar terganggu, maka guru dapat menggunakan
bantuan alat perekam atau meminta teman sejawat untuk membantu
mengumpulkan data melalui observasi.

Agar teknik observasi ini dapat Anda pahami dengan baik serta dapat
Anda pergunakan sesuai dengan prosedur yang benar, berikut ini mari kita bahas
bersama beberapa aspek yang berkaitan dengan observasi, mulai dari prinsip dan
jenis-jenisnya, tujuannya, serta prosedur pelaksanaannya.

1. Prinsip dan Jenis Observasi

Secara sederhana, observasi dapat diartikansebagai salah satu prosedur


sistematis dan baku untuk memperoleh data (Kerlinger, 1993). Menurut
Cartwright and Cartwright (1998:3), observasi merupakan proses pengamatan
secara sistematis dengan melakukan perekaman terhadap perilaku tertentu untuk
tujuan pembuatan keputusan-keputusan pengajaran. Terkait dengan proses
pembelajaran dan pelaksanaan observasi, ada beberapa hal yang perlu dilakukan
guru;

8. 23
1. Guru harus memutuskan apa yang akan diajarkan serta apa yang harus siswa
lakukan di dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Guru harus memutuskan bagaimana konsekuensi tujuan
pembelajaran dan prosedur pembelajaran.
3. Guru harus memutuskan bagaimana prosedur atau metode
melaksanakan pembelajaran,
4. Guru perlu memutuskan bahan yang dipergunakan dan bagaimana
menyajikannya kepada siswa.
5. Guru harus menentukan bagaimana menata atau mengontrol situasi
pembelajaran di kelas.
6. Guru harus memutuskan cara mengorganisasi waktu yang tersedia
di dalam kegiatan pembelajaran.
7. Guru harus memutuskan cara mengelompokkan siswa di dalam
proses pembelajaran
8. Guru harus memutuskan cara menciptakan lingkungan kelas
dengan baik.
9. Guru harus menentukan kapan dan bilamana diperlukan
resourcher person untuk mendukung kelancaran kegiatan pembelajaran
Observasi yang baik mempunyai prinsip dasar atau karakteristik yang
harus diperhatikan, baik oleh pengamat maupun yang diamati. Hopkins (1993)
menyebutkan ada lima prinsip dasar atau karakteristik kunci observasi, yang
secara singkat dapat dideskripsikan seperti berikut ini.

a. Perencanaan Bersama
Meskipun di dalam PTK disarankan agar guru dapat melakukan sendiri
pengumpulan data, namun tidak tertutup kemungkinan guru tersebut
membutuhkan bantuan orang lain bilamana hal itu memang benar-benar
diperlukan. Perencanaan bersama
adalah upaya membangun
kesepakatan bersama antara guru
yang melaksanakan tindakan

8. 24
dengan pengamat yang membantu proses pengamatan selama kegiatan
pembelajaran dilakukan. Perencanaan bersama ini dilakukan terutama jika
guru yang melaksanakan PTK membutuhkan bantuan orang lain, misalnya
rekan-rekan sejawat yang akan membantu mengamati proses pembelajaran
yang dilakukannya. Perencanaan bersama ini bertujuan untuk membangun
rasa saling percaya dan menyepakati beberapa hal seperti fokus yang akan
diamati, pelajaran yang akan berlangsung, serta aturan lain seperti berapa lama
pengamatan akan berlangsung, bagaimana sikap pengamat kepada siswa, dan
di mana pengamat akan duduk.

b. Fokus
Fokus pengamatan merupakan aspek-aspek pokok yang menjadi sasaran
utama pengamatan. Fokus pengamatan mungkin sangat luas atau umum, tetapi
dapat pula sangat khusus atau spesifik. Fokus yang luas membutuhkan
pertimbangan dan penafsiran yang lebih mendalam serta subyektivitas akan
sulit dihindari. Di dalam menentukan aspek yang diamati, hal yang harus
diingat peneliti adalah semakin banyak objek yang diamati, akan semakin
sulit, dan hasilnya akan semakin tidak teliti (Arikunto, 1998:135). Karenanya
diupayakan agar fokus tidak terlalu luas, karena fokus yang terlalu luas selain
sulit diamati, juga kurang bermanfaat bagi guru yang diamati.. Sebaliknya,
fokus yang sempit atau spesifik akan menghasilkan data yang sangat
bermanfaat sebagai data dan informasi bagi guru yang melaksanakan PTK.

c. Membangun Kriteria
Kriteria observasi adalah patokan yang ditetapkan untuk melihat tingkat
keberhasilan observasi. Observasi akan sangat membantu guru, jika kriteria
keberhasilan atau sasaran yang ingin dicapai sudah disepakati sebelumnya.
Dengan kriteria seperti ini, pengamat dapat merekam data yang relevan secara
cermat sesuai dengan aspek-aspek yang dikaji. Karena itu kesepakatan
bersama tentang kriteria yang menjadi patokan ini merupakan bagian penting

8. 25
untuk mendukung terkumpulnya data yang diinginkan bersama antara
pengamat dan guru yang melaksanakan PTK.

d. Keterampilan Observasi
Seorang pengamat yang baik memiliki tiga keterampilan, yaitu: (1) dapat
menahan diri untuk tidak terlalu cepat memutuskan dalam
menginterpretasikan suatu peristiwa; (2) dapat menciptakan suasana yang
memberi dukungan dan menghindari terjadinya suasana yang dapat
mengganggu iklim kelas, dan (3) menguasai berbagai teknik untuk
menemukan peristiwa atau interaksi yang tepat untuk direkam, serta alat /
instrumen perekam yang efektif untuk episode tertentu. Cartwright and
Cartwright (1998:46) mengemukakan beberapa pertanyaan yang mengarahkan
pada jenis keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan observasi
yang dilakukan, yaitu;
a. Siapa yang merancang observasi
b. Siapa atau apa yang akan diamati. Pertanyaan ini berkenaan
dengan pemahaman terhadap sasaran observasi, misalnya perilaku siswa,
perilaku guru dalam mengajar, cara-cara menggunakan alat bantu
pembelajaran, dan seterusnya.
c. Di mana observasi dilakukan. Hal ini berkaitan dengan keharusan
untuk memahami kondisi atau lingkungan tempat pelaksanaan kegiatan
yang ingin diobservasi.
d. Kapan waktu pelaksanaan observasi. Hal ini mengingatkan
pentingnya kesesuaian waktu pelaksanaan dengan waktu pengamatan serta
pemahaman tentang tahap-tahap kegiatan yang akan diamati.
e. Bagaimana data dari kegiatan observasi itu akan direkam.
Pertanyaan ini berkenaan dengan keharusan pengamat untuk terampil
memilih dan menggunakan cara pengumpulan atau perekaman data data.

8. 26
e. Balikan (Feedback)
Observasi yang dilakukan langsung oleh guru sendiri yang melaksanakan
PTK, mungkin balikan ini dapat segera dilakukan guru setelah melaksanakan
tindakan atau proses pembelajaran. Sedangkan untuk kegiatan observasi yang
dilakukan oleh pengamat, bukan langsung oleh guru sendiri yang
melaksanakan PTK, balikan hasil observasi dapat dimanfaatkan jika ada
balikan yang tepat yang disajikan dengan memperhatikan secara cermat setiap
langkah yang dilakukan.
Perlu juga dipahami, bahwa observasi dilihat dari pelaksanaannya dapat
dipahami dalam beberapa bentuk. Wardhani (2004) mengemukakan beberapa
bentuk observasi sebagai berikut.

1). Observasi Terbuka


Ciri yang dapat dilihat dari bentuk observasi terbuka adalah di mana
pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya
menggunakan teknik - teknik tertentu untuk merekam fenomena-fenomena
yang diselidiki. Jika ada seseorang yang melakukan pengamatan terhadap
aktivitas Anda ketika mengajar di kelas, Anda dapat perhatikan. apakah
pengamat tersebut menggunakan lembar observasi atau tidak dalam proses
pencatatan yang dilakukannya. Jika tidak, maka pengamatan yang
dilakukan terhadap Anda dapat dikategorikan sebagai observasi terbuka.
Pengamat mengamati aktivitas dan kelas anda kemudian membuat catatan
pada kertas kosong tentang jalannya pelajaran yang berlangsung.

2). Observasi Terfokus


Berbeda halnya dengan observasi terbuka, observasi terfokus secara
khusus ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari
pembelajaran. Misalnya, mengamati kemampuan siswa bekerjasama
dalam kegiatan diskusi, kemampuan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
kemampuan melakukan gerakan-gerakan tertentu dalam latihan tari.

8. 27
Fokus yang telah ditetapkan dalam kegiatan observasi menjadi petunjuk
atau memberikan arah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan.

3). Observasi Terstruktur


Berbeda dengan observasi terbuka hanya menggunakan kertas kosong
sebagai alat perekam data, observasi terstruktur menggunakan instrumen
observasi yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal
membubuhkan tanda (v) pada tempat yang disediakan. Misalnya, yang
direkam adalah frekuensi penguatan yang diberikan, atau jumlah pertanyaan
yang diajukan, atau jumlah siswa yang menjawab secara sukarela, atau
jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan. Pengamat hanya tinggal
memberi tanda (v) setiap kali peristiwa itu muncul.

4). Observasi Sistematik


Observasi sistematik lebih rinci dari observasi terstruktur dalam kategori
data yang diamati. Misalnya dalam pemberian penguatan, data dikategorikan
menjadi penguatan verbal dan nonverbal. Contoh lain yang sudah dikenal
amat luas adalah kategori pengamatan dari Flanders yang membagi data
pengamatan menjadi tiga kategori, yaitu pembicaraan guru, pembicaraan
siswa, dan sepi atau senyap.
Jenis observasi juga dapat dilihat intensitas peran observer di dalam
pelaksanaan observasi. McMillan & Schumacher (2000:41), mengemukakan
ketika guru melakukan pengumpulan data dan mendokumentasikan temuan-
temuan penelitiannya secara sungguh-sungguh, kemudian ia menjelaskan dan
menyimpulkan maka ia telah melakukan observasi partisipan.
Masing-masing jenis observasi tersebut memiliki kelemahan dan
kelebihan. Anda dapat mengkajinya secara cermat. Kerlinger (1986)
mengingatkan bahwa masalah pokok dalam pengamatan perilaku adalah si
pengamat sendiri karena ia merupakan bagian dari instrumen pengukur. Dalam
pengamatan perilaku, pengamat merupakan kekuatan penentu akan tetapi juga
merupakan kelemahan penentu. Karena itu pengamat harus dapat mencerna

8. 28
informasi yang didapatkan dari observasi kemudian membuat inferensi mengenai
konstruk-konstruk. Coba Anda diskusikan kembali bentuk-bentuk observasi di
atas, kemudian kaji dari sudut kemampuan Anda dan kondisi sekolah tempat
Anda mengajar untuk menemukan jenis observasi mana saja yang mungkin Anda
pergunakan.

2. Tujuan / Sasaran Observasi


Milss (2000), menjelaskan bahwa observasi bertujuan mengamati aktivitas
siswa, aspek-aspek fisik dari suatu situasi tertentu sebagai sumber informasi yang
dapat memperkaya informasi-informasi yang lain. Observasi juga bertujuan untuk
mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab masalah tertentu. Dalam
penelitian formal, observasi bertujuan mengumpulkan data yang valid dan reliabel
(sahih dan handal). Data ini kemudian akan diolah untuk menjawab berbagai
pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis. Dalam PTK, observasi terutama
ditujukan untuk memantau proses dan dampak perbaikan yang direncanakan. Oleh
karena itu, yang menjadi sasaran observasi dalam PTK adalah proses dan hasil
atau dampak pembelajaran yang direncanakan sebagai tindakan perbaikan. Proses
dan dampak yang teramati diinterpretasikan, selanjutnya digunakan untuk menata
kembali langkah-langkah perbaikan.

3. Prosedur Observasi
Pada dasarnya, prosedur atau langkah-langkah observasi terdiri dari tiga
tahap, yaitu: pertemuan pendahuluan, observasi, dan diskusi balikan. Ketiga tahap
ini sering disebut sebagai siklus pengamatan, yang populer dipakai dalam
supervisi klinis, baik dalam pembimbing calon guru maupun dalam memberikan
bantuan profesional bagi guru yang sudah bertugas. Siklus ini dapat digambarkan
sebagai berikut. Mari kita kaji langkah-langkah tersebut satu persatu.
a. Pertemuan Pendahuluan
Pertemuan pendahuluan yang sering disebut sebagai pertemuan perencanaan
dilakukan sebelum observasi berlangsung. Tujuan pertemuan ini adalah untuk
menyepakati berbagai hal yang berkaitan dengan pelajaran yang akan diamati

8. 29
dan observasi yang akan dilakukan, sebagaimana yang telah anda kaji pada
prinsip pertama observasi. Langkah-langkah dan konteks pembelajaran, fokus
observasi, kriteria observasi, lama pengamatan, cara pengamatan, dan
sebagainya dapat disepakati pada pertemuan pendahuluan ini. Fokus observasi
misalnya siswa yang memberi respon secara sukarela, siswa yang mendapat
penguatan, atau jenis pertanyaan yang diajukan oleh guru, sedangkan contoh
kriteria observasi adalah: peningkatan sumber belajar yang dipakai siswa,
peningkatan jumlah pertanyaan yang diajukan siswa, peningkatan rasa puas
pada diri siswa, dan peningkatan jumlah siswa yang menjawab dengan benar.
b. Pelaksanaan Observasi
Sesuai dengan kesepakatan pada pertemuan pendahuluan, observasi dilakukan
terhadap proses dan hasil tindakan perbaikan, yang tentu saja terfokus pada
prilaku mengajar guru, perilaku belajar siswa, dan interaksi antara guru dan
siswa. Pengamat merekam/menginterpretasikan data sesuai dengan
kesepakatan dan berusaha menciptakan suasana yang mendukung
berlangsungnya proses perbaikan.
c. Diskusi Balikan
Sesuai dengan prinsip pemberian balikan, pertemuan balikan dilakukan segera
setelah tindakan perbaikan yang diamati berakhir. Makin cepat pertemuan ini
dilakukan makin baik, dan sebaiknya diusahakan agar pertemuan ini tidak
ditunda lebih dari 24 jam. Dalam pertemuan ini, guru dan pengamat berbagi
informasi yang dikumpulkan selama pengamatan, mendiskusikan/
menginterpretasikan informasi tersebut, serta mengambil tindakan lebih lanjut
jika diperlukan.
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang siklus observasi tersebut,
cobalah anda simak contoh berikut ini. Anda akan dapat membayangkan
situasi observasi dan hubungan antara guru dan pengamat. Agar ketiga tahap
observasi ini dapat berlangsung secara efektif, Anda perlu memperhatikan
beberapa prinsip berikut, yang berkali-kali ditekankan oleh Hopkins (1993),
Pertama, hubungan antara guru dan pengamat haruslah didasari saling
percaya, sehingga pengamat dapat berlangsung dalam iklim yang

8. 30
menyenangkan dan saling membantu. Kedua, fokus kegiatan pengamatan
haruslah pada usaha perbaikan pembelajaran dan mendorong keberhasilan
strategi yang diterapkan, bukan pada kegagalan atau kritik terhadap
kepribadian/perilaku guru yang dianggap tidak sesuai. Ketiga, proses
didasarkan pada pengumpulan dan pemanfaatan data observasi, bukan pada
keputusan atau pertimbangan yang tidak terkait dengan sasaran observasi.
Keempat, guru hendaknya didorong untuk menarik kesimpulan tentang
pembelajaran yang dikelolanya dari data yang dikumpulkan dan jika perlu
membuat hipotesis yang dapat diuji pada pembelajaran yang akan datang.
Keempat, setiap tahap dari tiga tahap ini merupakan proses yang berlanjut dan
yang satu selalu bertumpu pada yang lain. Terakhir, guru dan pengamat
bersama-sama terlibat dalam proses pengembangan profesional yang saling
menguntungkan. Kemampuan mengajar dan keterampilan mengobservasi akan
meningkat dengan melaksanakan ketiga tahap observasi secara benar.

B. Wawancara
Untuk memperoleh data yang diperlukan atau data pendukung PTK, selain
menggunakan observasi, guru juga dapat melakukan wawancara, baik kepada
siswa, rekan-rekan guru, staf sekolah lain atau mungkin kepada orang tua siswa.
Secara sederhana, wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu
(Moleong, 1991).
Wawancara mungkin merupakan alat yang paling purba dan paling sering
digunakan manusia untuk memperoleh informasi (Kerlingger, 1993). Wawancara
memiliki sifat-sifat penting yang tidak dipunyai oleh tes-tes pada skala obyektif
dan pengamatan behavioral. Apabila digunakan dengan menggunakan rencana
yang tersusun baik, maka wawancara dapat menghasilkan banyak informasi yang
bersifat fleksibel dan dapat diadaptasi untuk situasi-situasi individual, serta
seringkali dipergunakan bilamana tidak ada metode lain yang dimungkinkan atau
memadai.
Wawancara dapat dipergunakan untuk tiga maksud utama. Pertama,
wawancara dapat dipergunakan sebagai alat eksplorasi untuk identifikasi varibel

8. 31
dan relasi, mengajukan
hipotesis, dan memandu tahap-
tahap lain di dalam penelitian.
Kedua, wawancara dapat
menjadi instrumen utama
penelitian. Dalam hal ini
pertanyaan-pertanyaan yang
dirancang untuk mengukur
aspek-aspek yang diteliti dimasukkan ke dalam panduan wawancara dalam
keadaan ini, pertanyaan-pertanyaan harus dipandang sebagai butir-butir (item
soal) dalam suatu instrument penelitian, bukan sekedar sebagai sarana
menghimpun informasi belaka. Ketiga, wawancara itu dapat digunakan sebagai
penopang atau pelengkap metode lain. Dalam keadaan ini wawancara dapat
berfungsi menggali lebih mendalam motivasi responden serta alasan-alasan
responden memberikan jawaban dengan cara-cara tertentu.
Di dalam penelitian kualitatif, wawancara (interview) oleh banyak
kepustakaan dikemukakan di dalam berbagai terminologi, misalnya disebut
intensive interviewing, indepth interviewing, ataupun instructured interviewing,
yang berarti suatu percakapan yang terarah dengan tujuan mengumpulkan atau
memperkaya informasi atau bahan-bahan (data) yang mendetil (kaya atau padat),
yang hasil akhirnya untuk digunakan dalam analisis kualitatif (Mantja, 1993;
McMillan & Schumacher, 2001). Perbedaan dengan wawancara terstruktur yang
bertujuan untuk memperoleh pilihan di antara berbagai alternatif jawaban
terhadap pertanyaan yang ditampilkan dari sebuah topik atau situasi, adalah
bahwa wawancara mendalam, mendetil atau intensif berupaya menemukan
pengalaman-pengalaman informan atau responden dari topik tertentu atau situasi
spesifik yang dikaji. Dalam pandangan Lofland and Lofland (1983), bahwa bagian
terbesar dari data observasi peranserta pada dasarnya diperoleh melalui
wawancara informal dan yang disempurnakan melalui observasi. Karena itu
pengamatan peranserta dan wawancara mendalam merupakan teknik sentral

8. 32
dalam penelitian kualitatif. Oleh karena itu keduanya harus dipandang dari
penekanan penggunaannya dengan memperhatikan saling keterkaitannya.

1. Bentuk-bentuk Wawancara
Ada beberapa bentuk wawancara yang sering dipergunakan di dalam
pengumpulan data penelitian. Patton (1987) mengemukakan beberapa bentuk
wawancara, yaitu; (a) wawancara informal, (b) pendekatan dengan menggunakan
petunjuk umum wawancara, dan (c) wawancara baku terbuka.
a. Wawancara pembicaraan informal
Ciri khusus dari wawancara jenis ini adalah di mana pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan bergantung pada pewawancara itu sendiri, atau tergantung dari
spontanitasnya di dalam mengajukan pertanyaan. Wawancara ini dilakukan
secara alami, sehingga hubungan antara pewawancara dan yang diwawancarai
terjadi di dalam suasana yang wajar atau tidak dirancang atau dipersiapkan
secara khsusus. Dalam proses wawancara, pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dan jawaban yang disampaikan sebagaimana layaknya pembicaraan
biasa yang dilakukan dalam pembicaraan sehari-hari. Bahkan mungkin ketika
wawancara dilakukan orang yang diwawancarai tidak mengetahui atau tidak
menyadari bahwa dirinya sedang diwawancarai. Meskipun situasi berlangsung
secara wajar dan alami, namun pewawancara tetap melakukan aktivitas pokok
sebagai pewawacara, yaitu melakukan pencatatan atau perekaman data.
Karena itu diperlukan keterampilan yang memadai dan spesifik baik di dalam
mengajukan item-item pertanyaan maupun di dalam menciptakan situasi yang
wajar dan alami tersebut. Sebagai contoh ketika seorang guru ingin
mengalami kesulitaan yang dihadapi siswa di dalam mengerjakan latihan soal.
Dalam wawancara ini guru tidak perlu menyiapkan waktu dan tempat secara
khusus. Guru dapat melakukannya mungkin sambil menjelaskan hal-hal lain,
kemudian menyelinginya dengan menanyakan siswa tentang kesulitan-
kesulitanya. Dengan demikian siswa tidak merasa diwawancarai secara
khsusus.
b. Pendekatan dengan menggunakan petunjuk umum wawancara

8. 33
Jika wawancara pembicaraan informal tidak memerlukan panduan khusus dan
spesifik tentang aspek-aspek yang ingin diwawancarai, berbeda dengan teknik
pewawancara yang kedua ini justeru mempersyaratkan agar pewawancara
membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang ditanyakan dalam
proses wawancara. Penyusunan pokok-pokok wawancara harus dipersiapkan
terlebih dahulu oleh pewawancara sebelum wawancara dilakukan. Petunjuk
umum wawancara tidak harus selalu dibuat secara rinci, akan tetapi cukup
memuat garis-garis besar aspek yang ingin ditanyakan. Petunjuk yang
didasarkan pada anggapan bahwa ada jawaban yang secara umum akan sama
diberikan oleh para responden, tetapi yang jelas tidak ada perangkat
pertanyaan baku yang disiapkan terlebih dahulu. Pelaksanaan wawancara dan
pengurutan pertanyaan disesuaikan dengan keadaan responden. Karena itu
urutan-urutan pertanyaan tidak bersifat kaku, termasuk bagian-bagian mana
yang terlebih dahulu ditanyakan atau diletakkan pada akhir. Sebagai contoh
ketika guru akan mewawancarai siswa tentang kepdulian orang tua terhadap
belajar siswa. Dalam wawancara jenis ini guru telah menyiapkan sejumlah
butir-butir pertanyaan penting yang akan diajukan, misalnya tentang keadaan
orang tua, waktu-waktu mereka berada di rumah, bentuk-bentuk perhatian
orang tua, intensitas pemberian bimbingan belajar dan seterusnya yang telah
disusun secara berurutan. Dalam pelaksanaannya pertanyaan-pertanyaan
tersebut dapat dijabarkan secara spesifik oleh guru, dan susunan pertanyaan
juga tidak harus berurutan. Hal ini akan tergantung dari jawaban-jawaban
orang siswa dari pertanyaan-pertanyaan sebelumnya.
c. Wawancara baku terbuka
Wawancara baku terbuka adalah wawancara yang menggunakan seperangkat
pertanyaan baku (Moleong, 1991:136). Pada jenis wawancara ini, urutan
pertanyaan, kata-kata yang dipergunakan di dalam daftar pertanyaan, urutan
penyajian disusun sama untuk semua responden yang diwawancarai. Tidak
seperti bentuk pertama, kedua sebelumnya, pada bentuk ini, pewawancara
tidak terlalu memiliki keluwesan mengadakan pertanyaan-pertanyaan
pendalaman. Maksud dari adanya pembatasan-pembatasan di dalam

8. 34
wawancara ini adalah untuk mengurangi terjadinya “kemencengan” (bias).
Jenis wawancara ini tepat dilakukan apabila pewawancara terdiri dari
sejumlah orang dan yang diwawancarai cukup banyak jumlahnya, sehingga
hasil-hasil atau data yang diperoleh tidak terlalu banyak perbedaan. Di dalam
PTK mungkin guru tidak terlalu sering menggunakan jenis wawancara ini,
karena di samping siswa yang dihadapi jumlahnya tidak terlalu besar,
hubungan guru dan siswa sudah sangat akrab, dan waktu yang dipergunakan
tidak terlalu leluasa karena menyelingi kegiatan pembelajaran. Mungkin guru
lebih disarankan untuk menggunakan jenis wawancara informal jika memang
diperlukan wawancara.
Ketika Anda melaksanakan wawacara, Anda boleh mengembangkan
berbagai bentuk pertanyaan yang dapat mengungkapkan informasi atau data yang
Anda butuhkan. Ada beberapa jenis pertanyaan dan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam mengembangkan pertanyaan yang lazim dipergunakan dalam
wawancara.
a. Pertanyaan deskriptif (descriptive question), yaitu bentuk pertanyaan di mana
pewawacara meminta responden untuk mendeskripsikan sesuatu. Misalnya,
“Dapatkah Anda menceriterakan pertemuan yang baru Anda ikuti.
b. Pertanyaan struktural (structural question), adalah pertanyaan yang diarahkan
untuk membantu peneliti bagaimana informan mengorganisasikan
pengetahuannya. Misalnya: “Cara apa saja yang Anda gunakan untuk
menyampaikan materi pelajaran”. Atau, “Dapatkah Anda menjelaskan
langkah-langkah yang ditempuh di dalam penerapan metode diskusi kelompok
kecil?”
c. Pertanyaan pembeda atau mempertentangkan (contras question), adalah
pertanyaan yang bertujuan mengetahui makna sesuatu yang dikemukakan oleh
informan terhadap berbagai terminologi di dalam bahasa penutur. Pertanyaan
jenis ini menghendaki informan membedakan obyek dan peristiwa menurut
pengalaman mereka, sehingga peneliti memperoleh wawasan dimensi makna
yang digunakan informan untuk membedakannya. Pertanyaan ini misalnya:
“Apakah perbedaan cara belajar anak cacat, anak normal dan anak luar

8. 35
biasa?”). Contoh lain: “Apa perbedaan guru yang melaksanakan PTK dengan
guru yang tidak melaksanakan PTK dilihat persiapan mengajar yang
disusunnya?”
d. Pertanyaan bergiliran (asymetridal turn talking), di mana informan dan
pewawacara bergiliran di dalam berbicara. Dalam bentuk ini pertama
pewawancara menguraikan semua pertanyaannya terlebih dahulu, kemudian
informan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut atau mengungkapkan
sebagian besar pengalaman-pengalamannya.
e. P engembangan dari yang singkat (expansion rather than abbreviation), di
mana peneliti mendorong informan untuk memperluas (memperjelas) apa yang
dikemukakannya untuk menghindari kurang rincinya topik yang diperoleh.
Dalam proses wawancara ini peneliti sering mengingatkan informan agar tidak
dilakukan secara singkat dan terburu-buru untuk mempercepat waktu
penelitian.
f. Mengajukan pertanyaan dengan cara yang akrab bersahabat (asking friendly
question). Selama proses wawancara antara peneliti dan informan berlangsung,
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan di dalam wawancara selalu diarahkan
dalam rangka membangun hubungan yang akrab, saling menghargai dan
penuh kehangatan (rapport), sehingga informan tidak lekas merasa jenuh
apalagi merasa terbebani dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
peneliti.
g. Berhenti sejenak (pausing). Dalam kenyataan di lapangan seringkali peneliti
merasa khawatir bilamana aspek-aspek yang telah dirancang untuk ditanyakan
tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena terbatasnya waktu yang tersedia.
Akhirnya tanpa disadari peneliti terus mengejar informan dengan pertanyaan-
pertanyaan sehingga suasana wawancara menjadi kurang kondusif. Sebaiknya
pewawancara harus berhenti beberapa saat agar suasana keakraban dan raport
yang telah terbina terpelihara dengan baik.

B. Melaksanakan Wawancara

8. 36
Di dalam pengumpulan data melalui wawancara, ada dua kegiatan yang
sangat mendasar dan saling terkait, yaitu mengembangkan hubungan baik
(rapoort) dan mengejar perolehan informasi. Keduanya penting dan menuntut
perhatian khusus peneliti. Dalam pengumpulan data, jangan sampai terjadi
kegiatan yang satu mengorbankan kegiatan aspek lain. Misalnya, karena peneliti
khawatir data yang akan dikumpulkan tidak lengkap, maka ia mengabaikan aspek-
aspek yang berkenaan dengan pembinaan hubungan yang baik dengan informan
dengan maksud agar waktu yang dipergunakan wawancara dapat dipergunakan
secara efektif. Sebaliknya juga tidak boleh terjadi, lantaran sangat menaruh
perhatian di dalam pembinaan hubungan yang harmonis dengan informan, data
yang dikumpulkan menjadi sangat sedikit dan tidak lengkap, karena waktu yang
tersedia lebih banyak untuk melakukan sesuatu yang diarahkan untuk menciptakan
hubungan baik tersebut. Oleh sebab itu secara garis besarnya ada tiga kegiatan
yang berkaitan dengan pelaksanaan wawancara, yaitu; (1) memulai wawancara,
(2) mengajukan pertanyaan pokok sekaligus perekaman data, (3) mengakhiri
wawancara.
1. Memulai wawancara
Jika Anda akan melakukan wawancara, sebaiknya terlebih dahulu Anda
meluangkan waktu sejenak untuk mengkaji kembali pedoman atau panduan
wawancara yang telah dipersiapkan. Kegiatan ini bertujuan agar ketika wawancara
telah mulai Anda laksanakan, Anda dapat menanyakan butir-butir pertanyaan
dengan lancar tanpa harus melihat berulang-ulang panduan tersebut, karena hal itu
dapat mengganggu kelancaran wawacara yang Anda lakukan. Bahkan jika
panduan wawacara sudah Anda persiapkan dengan baik dan Anda telah
memahami garis-garis besar pertanyaan dengan baik, Anda tidak harus membaca
kembali panduan tersebut ketika mengajuan pertanyaan, sehingga suasana
wawancara akan terasa lebih rileks. Hal lain yang perlu Anda perhatikan kembali
adalah kesiapan alat-alat yang akan dipergunakan di dalam mendukung kelancaran
wawancara, seperti buku catatan, alat-alat tulis, alat perekam data lainnya, jika hal
itu diperlukan. Kesiapan seperti ini nampaknya sederhana, akan tetapi akan sangat

8. 37
mengganggu bilamana peralatan tersebut tidak tersedia, sementara Anda
membutuhkannya ketika wawancara telah berlangsung.
Ketika mengawali wawancara, hal penting yang Anda lakukan adalah
membina hubungan baik, saling menghargai dan saling percaya, sebagaimana
sekilas telah kita bahas sebelumnya. Rapport tidak harus diartikan sebagai
hubungan yang sangat rapat. Baik peneliti maupun informan adalah partisipan
pelitian yang harus memiliki rasa saling percaya yang besar, agar terjadi arus
informasi yang lebih lancar dalam proses pengumpulan data. Pada tahap awal
wawancara ini Anda dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong
terciptanya keakraban, keterbukaan dan suasana yang tidak formal. Misalnya
menanyakan keluarga, kesehatan, alamat, aktivitas yang dilakukan dan
sebagainya. Jika hal ini telah Anda lakukan, kemudian Anda melihat bahwa
suasana telah mendukung untuk dimulainya wawancara, Anda dapat memulainya
dari pertanyaan-pertanyaan yang sederhana.

2. Mengajukan pertanyaan
Mungkin di antara Anda pernah terlibat di dalam melakukan wawancara.
Pengalaman Anda di dalam membina hubungan baik dengan informan, cara-cara
Anda mengajukan pertanyaan dan sikap Anda di dalam mendengar dan
memberikan respon kembali terhadap jawaban informan menjadi hal sangat
berarti untuk mendukung kelancaran wawancara. Dalam kaitan dengan butir
pertanyaan yang diajukan Kerlingger (1993);
a. Apakah pertanyaan yang akan Anda ajukan berkaitan dengan masalah
penelitian dan sasaran-sasaran penelitian? Selain pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan diarahkan untuk memperoleh informasi factual, semua butir di
dalam panduan wawancara Anda harus mempunyai fungsi tertentu dalam
masalah penelitiannya. Hal ini juga berarti bahwa semua butir pertanyaan
yang terdapat di dalam panduan wawancara Anda adalah untuk menggali
informasi yang dapat dipergunakan untuk menjawab masalah penelitian dan
atau menguji hipotesis.

8. 38
b. Tepatkah tipe pertanyaan yang akan Anda ajukan? Jika Anda
menggunakan bentuk-bentuk pertanyaan terbuka, mungkin Anda akan
mendapatkan informasi tentang sikap, perilaku, atau tentang pandangan
informan Anda tentang sesuatu secara lebih rinci. Sebaliknya informasi-
informasi lain mungkin dapat diperoleh dengan lebih cepat dan efisien bila
Anda menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertutup. Sebagai contoh, bilamana
informan Anda minta untuk mengungkapkan atau pilihan sesuatu yang lebih
disukai di antara dua alternatif atau lebih, sedangkan alternative itu dapat
diungkapkan secara lugas, maka bentuk pertanyaan-pertanyaan terbuka
cenderung tidak tepat bahkan mungkin dinilai terlalu boros.
c. Apakah butir pertanyaan jelas dan tidak mengundang penafsiran ganda?
Suatu pertanyaan atau butir pertanyaan yang ambigu atau ganda adalah butir
pertanyaan yang tidak mengundang penafsiran yang berlainan serta jawaban
yang berbeda-beda dari penafsiran yang majemuk tersebut. Ada beberapa
kaidah di dalam menyusun pertanyaan untuk menghindari ambiguitas.
Pertama, kita harus menghindari pertanyaan yang memuat lebih dari satu
gagasan yang dapat direaksi oleh responden. Pertanyaan seperti; “Apakah
Anda yakin bahwa tujuan pembelajaran yang Anda rumuskan sudah cukup
baik jika dikaji dari dimensi peserta didik dan dikaji dari tujuan institusional
sekolah Anda??”. Contoh tersebut adalah ambigus, karena informan ditanya
sekaligus tentang tujuan pembelajaran dan tujuan institusional sekaligus dalam
satu pertanyaan. Kedua, hindari kata-kata atau ungkapan yang ambigu,
misalnya “Bagaimana pendapat dan saran Anda tentang butir-butir soal tes
ini?”. Atau “Bagaimana pandangan Anda tentang disiplin siswa jika dikaji dari
peran Anda sebagai guru dan sebagai orang tua?”. Perlu juga diperhatikan
bahwa mungkin pada saat tertentu kata-kata ambigu diperlukan bilamana
Anda sengaja bermaksud memancing kerangka pikir yang berbeda dari para
informan.
d. Apakah butir pertanyaan yang Anda rumuskan menggiring informan
untuk memberikan alternative jawaban tertentu? Pertanyaan-pertanyaan yang
sengaja menggiring informan untuk memberikan jawaban tertentu yang Anda

8. 39
inginkan, hal itu merupakan ancaman terhadap validitas wawancara Anda.
Contoh: “Apakah Anda telah membaca catatan-catatan yang saya tulis?”.
Atau; “Apakah Anda telah menyusun langkah-langkah kegiatan sesuai dengan
prosedur yang sudah kita bahas?”. Mungkin Anda akan mendapatkan sebagian
besar informan Anda menjawab “Ya” yang kemungkinan besar tidak
proporsional, karena pertanyaan tersebut menyiratkan tidak baik jika informan
belum membaca catatan yang ia buat seperti contoh pertanyaan pertama, atau
tidak menyusun langkah-langkah kegiatan sesuai prosedur yang telah dibahas
bersama seperti pada contoh pertanyaan kedua.
e. Apakah pertanyaan yang Anda susun menuntut pengetahuan dan
informasi yang tidak dimiliki oleh responden? Untuk menjaga agar tidak ada
butir pertanyaan yang tidak valid, karena kurangnya pengetahuan informan
tentang masalah yang ditanyakan, maka akan lebih baik bilamana
pewawancara menggunakan pertanyaan-pertanyaan saringan. Misalnya ketika
informan bermaksud menanyakan pendapat informan tentang Peraturan
Pemerintah berkenaan dengan Standar Nasional Pendidikan, akan lebih baik
jika diajukan pertanyaan apakah informan mengetahui tentang peraturan
pemerintah dimaksud. Ada kemungkinan pewawancara menjelaskan terlebih
dahulu secara singkat tentang hal yang ditanyakan tersebut, baru kemudian
menanyakan pendapat responden?
f. Apakah pertanyaan yang Anda susun menuntut hal-hal yang bersifat
pribadi dan peka sehingga informan Anda menolak menjawabnya? Jika
pertanyaan menyentuh hal-hal tersebut, maka Anda harus lebih selektif dan
berhati-hati. Pertanyaan-pertanyaan tentang penghasilan atau hal-hal lain yang
bersifat pribadi hendaknya diletakkan pada bagian belakang dalam
wawancara, yaitu setelah tercapainya hubungan baik dan keakraban (rapport)
antara pewawancara dan informan.
g. Apakah pertanyaan yang Anda ajukan menyiratkan hal-hal yang
dianggap baik atau buruk oleh masyarakat? Pada umumnya orang-orang
cenderung memberikan jawaban sesuai dengan yang dipandang baik oleh
umum, jawaban-jawaban yang menunjukkan atau menyiratkan kesetujuan

8. 40
pada tindakan-tindakan atau ikhwal yang dipandang baik. Misalnya kita
menanyakan kepada seseorang mengenai perasaannya terhadap anak-anak
terlantar. Setiap orang diharapkan memiliki simpati terhadap anak-anak
terlantar. Jika kita tidak berhati-hati kita hanya akan mendapatkan jawaban
stereotip atau klise tentang perasaannya terhadap anak-anak terlantar tersebut.
Beberapa pertanyaan di atas perlu Anda pahami dengan baik sebagai
bahan kajian ketika Anda mengajukan pertanyaan kepada informan. Cobalah
Anda lakukan latihan merumuskan beberapa pertanyaan, kemudian bandingkan
dengan beberapa rambu pertanyaan yang telah kita bahas bersama di atas.

3. Menutup wawancara
Jika wawancara telah selesai Anda lakukan, Anda harus menahan diri
beberapa saat untuk tidak meninggalkan informan. Hubungan akrab, saling
percaya yang telah Anda bina sejak awal dilakukan wawancara, hendaknya dapat
Anda pertahankan sampai wawancara benar-benar berakhir. Informan Anda harus
merasakan kepuasan yang Anda rasakan. Jika Anda merasa ada bagian-bagian
tertentu dari pertanyaan Anda belum dijawab secara tuntas, tidak selayaknya Anda
menunjukkan sikap ketidakpuasan Andadi hadapan informan, karena bilamana
Anda telah membina hubungan baik, Anda dapat meminta kesediaan informan
untuk memberikan informasi melalui wawancara selanjutnya. Ucapkan terima
kasih dengan sikap tulus dan hangat bilamana informasi yang diberikan informan
Anda telah dirasa cukup. Kemukakan secara terbuka bahwa informasi yang
disampaikannya benar-benar bermakna bagi penelitian yang Anda lakukan.

Latihan
1. Coba Anda tentukan salah satu aspek kegiatan pembelajaran yang
dapat diamati melalui observasi, kemudian tentukan langkah-langkah
pelaksanaan observasi yang akan Anda lakukan.
2. Jika Anda akan melibatkan rekan guru lain sebagai observer PTK
Anda langkah-alangkah apa yang perlu dilaksanakan agar rekan Anda dapat
berperan dengan baik mendukung PTK yang Anda lakukan.

8. 41
3. Identifikasi beberapa bentuk wawancara dan temukan perbedaan
mendasar di antara beberapa bentuk tersebut.
4. Agar wawancara dapat berlangsung dengan baik di mana
responden merasa memiliki keleluasaan dan keterbukaan mengungkapkan
informasi yang ditanyakan kepada, menurut Anda bagaimana seharusnya
sikap pewawancara.
5. Susunlah contoh pedoman wawancara yang akan Anda
pergunakan untuk pengumpulan data PTK Anda.

Petunjuk mengerjakan latihan


1. Kaji kembali secara seksama jenis-jenis observasi dan prosedur
pelaksanaan observasi.
2. Rekan guru yang dilibatkan di dalam observasi harus mengetahui denghan
jelas apa yang harus dilakukannya sebagai observer, bagaimana
melakukannya dan alat aapa yang dipergunakan untuk merekan
data/informasi. Hal ini perlu dibahas sebelum PTK dilaksanakan.
3. Perhatikan bentuk-bentuk wawancara dan bagaimana pelaksanaannya
sebagaimana telah Anda bahas sebelumnya.
4. Perhatikan kembali bagaimana sikap pewawancara ketika memulai
wawancara, megajukan pertanyaan-pertanyaan, menanggapi jawaban
responden.
5. Perhatikan kembali acuan di dalam merumuskan pertanyaan-pertanyaan
wawancara dan beberapa bentuk panduan wawancara yang sering
dikembangkan.

RANGKUMAN

Di antara teknik pengumpulan data non tes yang sering dipergunakan


dalam PTK adalah teknik observasi dan wawancara. Observasi merupakan
proses pengamatan secara sistematis dengan melakukan perekaman terhadap
perilaku tertentu untuk tujuan pembuatan keputusan-keputusan pengajaran

8. 42
Pelaksanaan observasi sebagai alat pengumpulan data memerlukan persiapan
Salah satu komponen yang perlu diperhatikan di dalam persiapan
pelaksanaan observasi adalah cara perekaman data. Agar teknik observasi ini
dapat dipergunakan sesuai dengan prosedur yang benar, yaitu; (1) adanya
perencanaan bersama, (2) menetapkan fokus pengamatan, membangun
criteria, dan (3) memiliki keterampilan melakukan observasi. (4) melakukan
balikan (feedback). Ada beberapa bentuk observasi yang sering digunakan;
(a) observasi terbuka, (b) observasi terfokus, (c) observasi terstruktur, (d)
observasi sistematik.
Di samping observasi, pengumpulan data melalui teknik non tes juga
seringkali dilakukan melalui wawacara. Wawancara secara sederhana dapat
diartikan sebagai percakapan dengan maksud tertentu. Ada beberapa bentuk
wawancara yang sering dipergunakan di dalam pengumpulan data penelitian.
yaitu; (a) wawancara pembicaraan informal (b) pendekatan dengan
menggunakan petunjuk umum wawancara, dan (c) wawancara baku terbuka.
Dalam pelaksanaan wawancara, di samping peneliti berupaya menghimpun
data/informasi yang diperlukan, juga harus senantiasa menciptakan hubungan
yang akrab, harmonis dan saling percaya. Untuk itu pemahaman terhadap
jenis-jenis pertanyaan wawancara perlu dipahami guru dengan baik.
Penciptaan hubungan yang baik juga diupayakan peneliti sampai mengakhiri
wawancara.

TES FORMATIF 2
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit ini.
Pilihlah alternatif A, B, C atau D dengan cara memberikan tanda silang (X) pada
jawaban yang Anda anggap paling benar.

8. 43
4. Observasi merupakan proses pengamatan secara
sistematis terhadap fenomena tertentu. Hal ini memiliki implikasi agar
sebelum observasi dilakukan guru diharuskan …
A. melibatkan pihak-pihak lain
B. membuat perencanaan
C. menyiapkan alat perekaman data
D. merumuskan aspek-aspek secara rinci

5. Upaya membangun kesepakatan bersama antara guru


yang melaksanakan tindakan dengan pengamat yang membantu proses
pengamatan dalam rangkaian observasi merupakan kegiatan…
A. melakukan analisis bersama
B. melakukan pengamatan bersama
C. membangun kriteria bersama
D. membangun perencanaan bersama.

3. Beberapa pertanyaan berikut bertujuan mengarahkan pada jenis keterampilan


yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan observasi, kecuali…
A. mengapa observasi perlu dilakukan?
B. dimana observasi akan dilakukan?
C. siapa atau apa yang akan diobservasi?
D. kapan waktu pelaksanaan observasi?

4. Kegiatan-kegiatan pokok yang saling terkait di dalam observasi lebih dikenal


dengan , “siklus pengamatan”, yang terdiri dari kegiatan;
A. pertemuan pendahuluan, proses pencatatan data dan analisis
B. perencanaan, proses pencatatan data, analisis hasil observasi
C. pertemuan pendahuluan, pengumpulan data, penutupan observasi
D. pertemuan pendahuluan, pelaksanaan observasi, diskusi balikan
5. Berikut ini adalah beberapa prinsip observasi, kecuali…
A. hubungan yang didasari saling percaya

8. 44
B. didasari pemikiran saling menguntungkan
C. terfokus pada perbaikan pembelajaran
D. harus merupakan tahap yang berlanjut

6. Jika guru memperkaya informasi atau bahan-bahan (data) yang mendetil dari
beberapa orang siswa berkenaan dengan aspek-aspek tertentu dari kegiatan
pembelajaran, berarti guru melakukan…
A. wawancara mendalam
B. wawancara terstruktur
C. wawancara terbuka
D. wawancara informal

7. Secara umum wawancara mempunyai beberapa kedudukan dan fungsi pokok,


kecuali...
A. sebagai pelengkap metode lain
B. sebagai alat eksplorasi
C. sebagai acuan analisis
D. sebagai instrumen utama

8. Suatu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan
ditanyakan, untuk selanjutnya sangat dituntut kreativitas atau apresiasi
pewawancara untuk mengembangkan pertanyaannya, dinamakan…
A. pedoman wawancara tidak terstruktur
B. pedoman wawancara tidak formal (informal)
C. pedoman wawancara tidak terfokus
D. pedoman wawancara tidak baku

9. Jika dicermati secara mendalam, ada dua hal utama yang sangat penting
dilakukan pewawancara di dalam proses wawancara, kecuali…
A. mengembangkan hubungan baik dan mengejar perolehan informasi
B. mengejar informasi dan melakukan pencatatan data

8. 45
C. melakukan hubungan baik dan memahami topik wawancara
D. menguasai topik-topik wawancara dan mengejar informasi

10. Ketika seorang pewawancara meminta responden untuk menguraikan sesuatu,


misalnya, meminta ceriterakan kembali hasil pertemuan, sesuatu yang
diamati, dan sebagainya, tergolong bentuk…
A. pertanyaan struktural
B. pertanyaan deskriptif
C. pertanyaan pembeda
D. pertanyaan perluasan

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT


Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang
terdapat di bagian akhir unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian
pergunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
tentang bahan ajar dalam sub unit ini.

Rumus Perhitungan:

Banyaknya Jawaban yang Benar


Tingkat Penguasaan Anda =  100
10

Hasil perhitungan tersebut di atas dapat diberikan makna sebagai berikut:


Skor 90 – 100, berarti sangat baik
Skor 80 – 89, berarti baik
Skor 70 – 79, berarti cukup baik
Skor 0 – 69, berarti kurang

Apabila skor Anda mendapat 80 ke atas, berarti bahwa penguasaan Anda tentang
bahan ajar dalam sub unit ini ”Baik” atau bahkan ”Sangat Baik”, maka Anda
dapat melanjutkan ke unit berikutnya. Namun, apabila tingkat penguasaan Anda

8. 46
masih mendapatkan skor di bawah 80, maka Anda disarankan untuk mempelajari
kembali subunit ini, khususnya pada bagian-bagian yang belum Anda kuasai
dengan baik. Perhatikan pada nomor soal yang mana Anda masih keliru
menjawabnya.

8. 47
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Babbie, R. Eal. (1973). Survey Reseach Metods. CaliforniaWadswotrh Publishing


Co.

Borg Walter, R & Gall Joyce, P. (2003). Educational Research An Introducion.


Sevent Edition. USA: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data.

Cartwright Carol, A & Cartwright, GP. (1998). Developing Observation Skill.


USA: Longman Inc.

Dimyati dan Mudjiono. (1994). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Proyek


Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga kependidikan Dirjen Dikti.

Gay, L.R. (1981). Educational Research and Competencies for Analysis &
Application. Toronto: Charles E. Mernill Publishing Company.

Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham:


Open University Press.

Kerlinger Fred, N. (1993). Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gajah


Mada University Press.

Mantja, W. (1993). Teknik Catatan Lapangan. Makalah pada Lokakarya


Penelitian Kualitatif Tingkat Lanjut Bagi Tenaga Fungsional Akademik
IKIP Malang Angkatan I tahun 1992/1993.

McMillan James, H & Schumacher, S. (2001). Research in Education: A


Conceptual Introduction. Fifth Edition. USA: Addision Wesley Longman,
Inc.

Moleong Lexy, J. (1991). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Nurkancana, W dan Sumartana, P.P.N. (1986). Evaluasi Pendidikan. Surabaya:


Usaha Nasional.

Patton Michel, Q. (1987). Qualitative Evaluation Methods. Baverly Hills: Sage


Publication.

8. 48
Raka Joni, T., Kardiawarman., Hadisubroto, T. (1998). Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research). Bagian Pertama: Konsep Dasar.
Jakarta: Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah.

Wardani, I G.A.K. (2003). Hakikat Penelitian Tindakan Kelas. Buku Materi


Pokok Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.

8. 49
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

Tes Formatif 1

1) C Instrumen harus sesuai dengan data atau jenis data yang


dikumpulkan.

2) A Data yang terpilah menjadi dua kategori digolongkan sebagai data


nominal.

3) A Data yang menunjukkan pada urutan atau kedudukan digolongkan


sebagai data ordinal.

4) A Tes tidak harus mencakup seluruh materi

5) D Menumbuhkan kerjasama dilakukan dengan cara lain bukan


dengan memberikan tes hasil belajar.

6) C Tes standar telah melalui beberapa kali uji coba dan lebih dijamin
validitas dan reliabilitasnya.

7) B Bentuk tes seperti itu dinamakan multiple choice atau pilhan


ganda.

8) A Salah satu pertimbangan penggunaan tes essay adalah jumlah siswa


yang tidak terlalu banyak.

9) C Tes obyektif tidak selalu dapat dijawab dengan mudah.

10) B Upaya-upaya tersebut bertujuan meningkatkan obyektivitas tes


yang dikembangkan.

Tes Formatif 2

1) B Dengan membuat perencanaan akan lebih menjamin pengamatan


dapat dilakukan secara sistematis

8. 50
2) B Salah satu bentuk nyata kegiatan dalam perencanaan adalah
membangun kesepakatan bersama.
3) D Faktor waktu kurang memiliki kaitan dengan keterampilan
mengobservasi.
4) D Pertemuan pendahuluan, pelaksanaan observasi, diskusi balikan
dalam observasi dikenal dengan siklus pengamatan.
5) B Pelaksanaan observasi tidak terkait dengan prinsip keuntungan.
6) A Wawancara mendalam terarah pada upaya penggalian data atau
informasi secara detail.
7) C Wawancara dan acuan analisis tidak memiliki keterkaitan
8) A Bentuk ini lebih tepat digolongkan dalam pedoman wawacara tidak
terstruktur karena pertanyaan tidak dirancang secara ketat.
9) A Mengembangkan hubungan baik dan mengejar perolehan informasi
merupakan ini dari kegiatan wawancara.
10) B Meminta untuk menguraikan, menceriterakan kembali adalah
bentuk pertanyaan deskriptif.

8. 51
GLOSARIUM

IQ = Intellegence Quotience adalah tingkat kecerdasan anak yang diukur dengan


skala tertentu. Skala yang sangat dikenal adalah Skala Inteligensi Stanford-
Binet

Rapport adalah suatu keadaan atau situasi yang hangat, akrab yang didasari saling
percaya antara pewawancara dan informan. Rapport merupakan suatu
kondisi yang harus dikembangkan oleh pewawancara agar informan dapat
memberikan data atau informasi yang diharapkan.

Teknik tes adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan
tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan dengan memberikan
nilai dari tingkah laku atau prestasi yang dicapai.

Teknik non tes adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan tanpa
memberikan tugas atau soal yang harus dikerjakan. Teknik non tes yang
sangat dikenal misalnya wawancara, observasi dan studi dokumenter.

Wawancara mendalam merupakan bentuk wawancara yang dilakukan untuk


menggali informasi dari informan secara detail tentang sesuatu yang
spesifik. Wawancara mendalam biasanya menggunakan waktu lebih lama
dan seringkali tidak cukup hanya satu kali wawancara.

8. 52

You might also like