You are on page 1of 49

Unit 12

TINDAK-LANJUT HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENDAHULUAN

Tindak lanjut adalah titik kulminasi yang khas dari penelitian tindakan kelas
(PTK). Jadi, kalau penelitian lain umumnya berakhir pada penarikan kesimpulan atau
mungkin juga sampai dengan penyusunan rekomendasi, pada PTK harus ada “action”
dari rekomendasi yang dihasilkan melalui proses penelitian. Dengan mengutip istilah
plesetan anak-anak muda, PTK tidak sama dengan NATO (Not Action Talk Only).
Seperti apa bentuk tindak lanjut dan bagaimana mengaplikasikanya dalam
praktik, akan dipaparkan pada uraian berikut ini. Mudah-mudahan, dengan uraian
tersebut banyak kalangan yang dapat memetik hikmah dan kemanfaatan dari
penelitian tindakan kelas (PTK).
Sehubungan dengan hal di atas, maka setelah mempelajari materi dalam sub
unit 1 para mahasiswa diharapkan akan memahami dan dapat melakukan tindak lanjut
hasil penelitian tindakan kelas dalam beberapa bentuk:
1. mampu menyebutkan berbagai tindak lanjut hasil-hasil penelitian kelas yang dapat
dilakukan
2. mampu menjelaskan konsekuensi tindak lanjut hasil PTK terhadap aspek-aspek
pembelajaran
3. mampu menjelaskan upaya mereview pelaksanaan tindakan kelas yang dinilai
tidak berhasil
4. mampu menjelaskan kemungkinan tindak lanjut dalam bentuk pelaksanaan
penelitian lanjutan
5. mampu mendeskripsikan kemungkinan tindak lanjut hasil penelitian tindakan
kelas dalam bentuk pelembagaan penelitian tindakan kelas di sekolah.
Selanjutnya, setelah mempelajari uraian-uraian subunit 2 diharapkan mahasiswa
pembaca modul ini mampu :
1. Menindaklanjuti hasil analisis PTK tentang pemanfaatan waktu belajar
2. Menindaklanjuti hasil analisi PTK tentang pengembangan proses berfikir tinggi
3. Menindaklanjuti hasil analisis PTK tentang pengembangan nilai dan sikap

12.1
4. Mengembangkan proses pembelajaran agar peserta didik memiliki penguasaan
kognitif, afektif dan psikomotor yang paling maksimal.
Setelah mengkaji secara saksama uraian materi pada unit ini, selanjutnya Anda
diminta untuk mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat di masing-masing sub unit,
membaca rangkuman, dan mengerjakan soal-soal tes formatif yang disediakan di bagian
akhir tiap-tiap subunit. Pedoman jawaban latihan telah tersedia pada masing-masing
subunit, demikian halnya kunci jawaban tes formatif juga telah disediakan di bagian akhir
unit ini. Namun demikian, Anda diminta untuk menjawab soal-soal latihan dan soal-soal tes
formatif secara mandiri terlebih dahulu sebelum mencocokkannya dengan pedoman
jawaban latihan ataupun kunci jawaban tes formatif yang telah disediakan.

Selamat belajar, semoga sukses!

12.2
SUB UNIT 1

Bentuk-bentuk Tindak-Lanjut

Sudah jamak diketahui bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) lebih


menekankan pada upaya perbaikan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.
Dengan perkataan lain, tidak hanya perlu menyimpulkan suatu fenomena yang
diselidiki, tetapi yang lebih penting justru menyangkut tindakan (action) yang harus
ditindaklanjuti oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas.
Secara umum, bentuk-bentuk tindak lanjut yang dapat dilakukan akan
berkenaan dengan materi atau bahan pembelajaran dan metodologi pembelajaran. Hal
ini didasarkan pada pemikiran bahwa siswa akan dapat belajar dengan baik apabila
bahan pembelajaran dikemas sedemikian rupa, sehingga mudah dipelajari dan
dikuasai oleh siswa. Setelah bahan pembelajaran dikemas dengan baik, maka cara
penyajiannya melalui berbagai aspek metodologi pembelajaran pun dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya.
Cobalah diibaratkan bersantap makanan, suatu penganan akan menjadi nikmat
jika penganan tersebut dibuat dengan bahan terpilih, diberikan bumbu atau ramuan
secara serasi, dan diolah (dimasak, dibakar, direbus) secara tepat. Meskipun sudah
diproses sedemikian rupa, kenikmatannya akan menjadi lebih asyiiiiik, jika kemudian
dihidangkan dengan penataan yang menarik. Kalau kita membandingkan belanja
jajanan tradisional yang dijual di pasar tradisional dan di supermarket atau
hypermarket, esensinya tidak berbeda, tetapi karena jajanan tersebut dikemas dengan
bungkusan kertas mengkilap, diberi merk dagang, dan dipajang dengan apik di rak-rak
yang tertata rapi harganya bisa berlipat-lipat lebih mahal daripada barang serupa yang
dijajakan di pasar tadisonal.
Kadangkala, suatu materi yang biasa-biasa saja, menyangkut kehidupan
sehari-hari di seputar kita menjadi terasa penting begitu informasi tersebut dikemas
dengan cara dan media yang menarik. Cerita dongeng “Bawang Merah dan Bawang
Putih” yang disebarluaskan secara lisan oleh nenek moyang kita masa lalu menjadi
tetap menarik dan menyedot penonton ketika diayangkan di layar televisi, dengan
dukungan skenario, penyutradaraan yang tepat, serta tata lampu penuh animasi
menarik.

12.3
Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) dapat pula diibaratkan keberhasilan
peneliti/pemulia tanaman menemukan “bibit tanaman buah unggul”. Bibit yang
dipromosikan mampu berproduksi banyak, tahan hama, enak rasanya, dan bernilai
ekonomi tinggi tidak akan otomatis terwujud dalam realitas jika tidak didukung
misalnya, dengan pengolahan lahan yang baik, sistem pengairan yang berkelanjutan,
pemupukan yang proporsional, serta pemantauan dan pengendalian hama dan
penyakit (termasuk gulma) secara sistimatis.
Dalam kaitannya dengan PTK, hasilnya tidak akan berdampak signifikan
untuk membenahi dan meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran jika aspek-
aspek terkait lainnya tidak dibenahi pula secara simultan. Misalnya menyangkut
penataan dan pengorganisasian materi pelajaran, metodologi pembelajaran,
pengelolaan kelas dan siswa, peningkatan kompetensi guru, dan perbaikan
manejemen sekolah. Hal ini dapat dipahami, karena pembelajaran di kelas dan
sekolah umumnya merupakan suatu sistem. Jika terjadi perubahan pada satu
komponen akan berdampak terhadap perubahan komponen lainnya. Perhatikanlah
secara cermat bagan berikut ini.

Input Proses: Perencanaan, Output


Pelaksanaan

Perbaikan Balikan (Fedback) Evaluasi

Jika memperhatikan bagan di atas, maka terlihat bahwa pembelajaran yang


berhasil ditentukan oleh proses pembelajarannya, termasuk kualitas dari perencanaan
yang dilakukan. Di samping itu, pembelajaran yang berhasil ditentukan pula oleh
input (misalnya, guru, buku, manajelemen sekolah, dan lingkungan), karena dengan
input yang baik dimungkinkan terjadi proses yang baik. Lebih lanjut, baik-tidaknya
suatu hasil dan proses pembelajaran akan diketahui jika evaluasi pun berjalan dengan
baik, yang menungkinkan diperoleh umpan-balik yang baik untuk melakukan
perbaikan dan penyempurnaa proses pembelaaran.

12.4
1. Penataan dan Pengorganisasian Materi
Dari segi bahan pembelajaran, tindak lanjut yang dapat dilakukan oleh guru
pasca pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah dengan melakukan
penyempurnaan pada pemrosesan informasi. Secara umum, materi pembelajaran
dapat disempurnakan dengan:
a. menata perurutan yang logis dan sistimatis, yang didahului dengan memetakan
materi pelajaran secara utuh, kemudian melihat kaitannya satu sama lain. Dalam
hal ini mungkin dilakukan dengan membuat urutan dari fakta ke konsep, konsep ke
prosedur, dan akhirnya prosedur ke prinsip. Dapat pula seorang guru
mengurutkannya dari yang mudah ke yang lebih sulit sampai yang tersulit, dari
yang sederhana ke yang lebih kompleks sampai yang paling kompleks, yang
sempit ke yang lebih luas sampai yang terluas cakupannya.
b. melakukan pengaitan dengan materi/mata pelajaran lain, karena mungkin “pintu
masuk” ke suatu materi akan lebih mudah jika melalui materi lain (semacam
materi pendukung atau prasyarat). Sebagai contoh, mempelajari suatu konsep
dalam IPA mungkin akan terbantu jika melalui kaitan dengan materi pelajaran
matematika, atau materi pelajaran IPS atau penyelesaian soal cerita dalam
matematika akan menjadi lebih mudah melalui “pintu masuk” dari materi pelajaran
bahasa Indonesia.
c. melakukan penyederhanaan, yang dapat ditempuh dengan membatasi penggunaan
kata-kata dan istilah yang asing, belum populer, atau tidak lazim. Kalimat-kalimat
dan paragraf yang terlalu panjang diperpendek, jenis huruf dipilih yang standar dan
diperbesar (minimal font = 12).
d. memperbanyak contoh dan ilustrasi yang lebih realisitik, sederhana, dan dekat
dengan kehidupan siswa, karena untuk sejumlah materi yang relatif abstrak akan
mudah jika diberikan contoh yang dekat dengan kehidupan atau diilustrasikan
melalui bagan, gambar, lukisan, peta, tabel, diagram, foto dan sejumlah ilustasi
menarik lainnya.

2. Perbaikan Metodologi Pembelajaran

Mungkin dalam PTK telah dihasilkan perbaikan dalam aspek tertentu dari
metodologi pembelajaran, tetapi mengingat bahwa masih banyak aspek lain yang juga
perlu diperbaiki dan disempurnakan pelaksanaannya, maka salah bentuk tindak lanjut

12.5
yang dilakukan adalah memperbaiki dan menyempurnakan metodologi pembelajaran
pada umumnya. Apa saja misalnya? Tentu banyak sekali yang dapat
direkomendasikan, tetapi paling tidak mencakup aspek-aspek sebagai berikut:
a. pengembangan strategi dan model-model pembelajaran yang dapat mendorong siswa
lebih aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan mereka. Meskipun PTK misalnya
telah menghasilkan model ceramah bervariasi yang mampu memenuhi kriteria yang
disebutkan terdahulu, tetapi tak mungkin guru hanya mengandalkan model tersebut
semata-mata. Karena pasti akan monoton dan suatu ketika menimbulkan kejenuhan
dan kebosanan pada siswa. Di samping itu, sebaik apa pun suatu model atau metode
tidak pernah model tersebut cocok untuk semua materi dan materi pelajaran, semua
karakteristik siswa, dan berlaku sepanjang masa.
b. Pengembangan media dan alat peraga/pelajaran juga harus dilakukan sebagai bagian
dari konsekuensi temuan PTK yang telah dilaksanakan, karena perubahan pada
model pembelajaran yang digunakan akan berdampak pada perubahan atau
penyesuaian pula pada media dan alat peraga/pelajaran. Sebagai ilustrasi, jika PTK
merekomendasikan penggunaan ceramah bervariasi, maka berarti harus ada media
yang variatif (bisa didengar, atau dilihat, atau didengar dan dilihat). Untuk
meragakan keragaman dan kemajemukan bangsa Indonesia dalam pelajaran IPS,
tidak cukup hanya ada foto rumah adat, tetapi perlu rekaman tarian daerah, kaset
lagu-lagu berbagai bahasa daerah, atau mungkin contoh penganan tradisional
sejumlah daerah.
c. Pengembangan bahan ajar dalam hal ini harus mengalami penyesuaian pula jika
terjadi perubahan pada model atau strategi pembelajaran. Misalnya, kalau
sebelumnya siswa cukup belajar dari buku saja, mungkin jika mengikuti
pembelajaran dengan ceramah bervariasi harus dipersiapkan pula kliping koran,
majalah, ensiklopedia, kamus, album foto/gambar, peta, atlas, film-slide, rekaman
suara, dan poster.
d. Pengembangan sistem evaluasi juga sangat terkait jika terjadi perubahan
penggunaan model atau strategi pembelajaran. Jika sebelumnya guru cukup hanya
menggunakan tes pilihan ganda saja untuk mengukur prestasi siswanya, maka
kalau akan menerapkan ceramah bervariasi harus ada bentuk-bentuk penilaian
yang bervariasi pula, misalnya perlu ada soal-soal berbentuk esai, tes lisan, tes
perbuatan atau asesmen unjuk kerja. Mungkin juga kalau dalam ceramah bervariasi
ada kegiatan penugasan observasi lapangan, maka evaluasinya mungkin perlu

12.6
dilakukan dengan merekam kegiatan siswa melaksanakan observasi di lapangan,
untuk kemudian dianalisis dan dinilai secara seksama berdasarkan hasil rekaman
tersebut.

3. Perbaikan Pengelolaan Kelas dan Siswa

Dengan berubahnya model pembelajaran yang dihasilkan melalui PTK, maka


akan terjadi penyesuaian pula pada penataan ruang kelas dan pengelolaan siswa.
Penataan ruang kelas yang semula monoton, dalam arti selalu berbaris, bersaf atau
berbanjar dan semua siswa menghadap ke guru di depan kelas, kini harus berubah
pula. Paling tidak pengaturannya dapat dilakukan seperti diilustrasikan dalam
beberapa contoh berikut ini.
 Posisi tempat duduk “Pola Berbaris”

Pola berbaris atau kadangkala pula disebut bersaf ini tepat jikalau seorang guru,
misalnya akan mengajar dengan menggunakan metode ceramah yang bervariasi
dengan tanya-jawab.
 Posisi tempat duduk “Pola Lingkaran-Berkelompok”

Pola lingkaran-berkelompok, yang dibentuk melingkar tetapi terdapat


pengelompokan kecil ini tepat jikalau seorang guru, misalnya akan mengajar dengan
menggunakan metode ceramah yang bervariasi dengan diskusi kelompok.

12.7
 Posisi tempat duduk “Pola Bermain Peran”

Pola bermain peran, seperti yang dicontohkan di atas ini tepat jikalau seorang
guru, misalnya akan mengajar dengan menggunakan metode ceramah yang bervariasi
dengan metode bermain peran (role playing).

 Posisi tempat duduk ‘Pola Acak”


Pola Acak, seperti yang dicontohkan di atas ini tepat mungkin jikalau
seseorang guru, misalnya akan mengajar dengan menggunakan metode ceramah yang
bervariasi dengan metode lainnya, seperti demonstrasi, atau dengan maksud merubah
suasana monoton yang selama ini terjadi di kelasnya.

Konsekuensi lain, pengaturan siswa juga harus berubah. Artinya, mungkin


untuk ceramah yang langsung oleh guru atau mengundang nara sumber dari luar
(studium generale) atau dengan model “tutor sebaya” (mendayagunakan siswa yang
lebih pintar) akan berakibat pada pendekatan pengelompokan, sehingga mungkin
pengelompokan siswa dapat dilakukan secara klasikal (kelompok besar atau > 15

12.8
orang), kelompok kecil (sampai dengan 15 orang), dan individual. Bahkan dapat juga
kelompok massa (lintas kelas).

4. Peningkatan Kompetensi Guru

Jika penerapan hasil PTK yang direkomendasikan diharapkan akan berhasil


baik, tentu saja guru sebagai pelaksana utama pembelajaran di kelas harus
menyesuaikan diri, dalam artian yang umum bahwa kompetensi gurunya harus
mengalami peningkatan pula, minimal untuk menyesuaikan diri dengan perubahan model
pembelajaran yang diterapkannya untuk memperbaiki kondisi interaksi belajar-mengajar
di kelas. Guru jelas tidak cukup lagi hanya sekedar menguasai satu-dua metode atau
model pembelajaran tetapi juga harus menguasasi sejumlah metode atau model yang
lebih banyak lagi. Hal ini dapat dipahami, karena guru mempunyai keterkaitan erat
dengan aspek-aspek pembelajaran lainnya. Perhatikanlah bagan berikut ini.

Pendidik Sumber Peserta Didik


(Guru) Belajar (Siswa)

Lingkungan
Belajar

Jika memperhatikan bagan di atas, terlihat bahwa peserta didik (siswa) dapat
belajar dari berbagai sumber belajar, tetapi dalam hal ini siswa perlu difasilitasi oleh
guru dalam mendapatkan dan memahami berbagai sumber belajar yang ada. Selain
itu, belajar yang baik ditentukan pula oleh lingkungan belajar yang baik, yang harus
diorganisasikan dengan sebaik-baiknya oleh pendidik (guru). Dengan demikian,
kualitas dan komptensi guru juga haruslah yang terbaik, agar dapat memfasilitasi
siswanya untuk belajar memali berbagai sumber belajar dan melakukan
pengorganisasian lingkungan bvelajar dengan sebaik-baiknya.
Dalam contoh tentang ceramah bervariasi mungkin harus memperhatikan
variasi tujuan pembelajaran, variasi kelompok, variasi luas ruangan, variasi
ketersediaan waktu, serta variasi sarana dan prasarana yang tersedia. Jelas hal ini akan
membawa konsekuensi variasi kompetensi guru yang akan mengelola berbagai
pendekatan tersebut. Oleh karena kompetensi mengajar atau kompetensi

12.9
pedagogiknya tidak mungkin berdiri sendiri, karena kemampuan mengajar itu hanya
gejala puncak, tetapi fenomenanya tidak akan muncul kontribusi aspek yang lain.
Oleh karena itu, maka sikap, nilai, wawasan, dan aspek-aspek kepribadian lain dari
seorang guru juga harus berubah. Perhatikan bagan sebagai berikut.

Unjuk kerja pembelajaran


yang mendidik

Penguasaan Penyesuaian
bahan Prinsip, strategi, Perancangan program
pembelajaran
implementasi
dan teknik (keputusan
(kurikuler & Pembelajaran (keputusan
yang mendidik situasional) transaksional)
disiplin)

Wawasan – nilai – sikap - kepribadian


Jika memperhatikan bagan di atas, maka jelas bahwa unjuk kerja pembelajaran
yang mendidik memerlukan dukungan berbagai kompetensi. Pada level terdekat,
kompetensi itu terangkum dalam kompetensi profesional dan pedagogik (menyangkut
penguasaan bahan ajar dan metodologi pembelajarannya) dan pada level berikutnya
adalah menyangkut kompetensi kepribadian dan sosial. Contoh nyata, guru yang
pandai tetapi malas tentu tidak akan dapat diharapkan menungkatkan kualitas
pembelajaran, sebaliknya, guru yang sabar dan rajin saja tidak cukup, jika tidak
menguasasi cara mengajarkan suatu bahan ajar secara baik.

5. Perbaikan atmosfir akademik di sekolah

Sukses-tidaknya aplikasi metode


ceramah bervariasi, misalnya ditunjang pula
oleh atmosfir akademik sekolah (sering pula
disebut kultur sekolah), sehingga berdampak
pada kehadiran pengembangan atmosfir
akademik yang kondusif. Etos kerja,
kedisiplinan, keterbukaan, kekeluargaan, kenyamanan, dan kesejukan, akan membuat
tumbuh-kembangnya inisiatif dan kreativitas, sehingga pembelajaran yang biasanya
monoton (ceramah murni, misalnya) berkembang ke arah pembelajaran yang variatif
(ceramah bervariasi).

12.10
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pengembangan atmosfir
akademik yang kondusif ini adalah mengembangkan aturan yang mengikat (minimal
secara moral) berbagai komponen/warga sekolah. Misalnya, dengan mengintrodusir
peraturan berikut.

*)
TATA TERTIB SEKOLAH
UMUM

Hak dan Kewajiban

A. Hak dan Kewajiban Orangtua/Wali

1. Berhak memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya


2. Berkewajiban ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi
mereka yang dibebaskan dari kewajiban tersebut menurut peraturan
perundangan/kebijakan pemerintah

B. Hak dan Kewajiban Siswa

1. Hak

a. Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan


diajarkan oleh guru yang seagama
b. Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya
c. Mendapatkan beasiswa (jika dananya tersedia) bagi yang berprestasi yang
orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikan
d. Mendapatkan biaya pendidikan (jika dananya tersedia) bagi mereka yang
orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya
e. Pindah ke sekolah lain, sepanjang yang bersangkutan telah memenuhi
kewajibannya di sekolah asal dan sekolah yang dituju bersedia menerimanya
f. Menamatkan pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak
menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditentukan.

12.11
2. Kewajiban

a. Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan


keberhasilan pendidikan
b. Ikut memelihara sarana dan prasarana pendidikan dan pembelajaran yang ada di
kelas mau[pun di sekolah pada umumnya.

C. Hak dan Kewajiban Guru

1. Hak

a. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan


kesejahteraan sosial;
b. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
c. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan
intelektual;
d. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;
e. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk
menunjang kelancaran tugas keprofesionalan;
f. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan,
penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah
pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan;
g. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas;
h. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi;
i. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan;
j. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi
akademik dan kompetensi; dan/atau
k. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.

2. Kewajiban

a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,


serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni;

12.12
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status
sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru,
serta nilai-nilai agama dan etika; dan
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

KHUSUS

Semua pihak yang berhubungan langsung dengan perikehidupan persekolahan, yang


meliputi: (a) pelajar; (b) Kepala Sekolah/Wakil Kepala Sekolah, guru dan tenaga
teknis lainnya; serta (c) tenaga administrasi; Wajib Mematuhi;
A. Upacara Bendera:
1. Pada tiap hari Senin, sebelum sekolah dimulai, diadakan upacara penaikan
bendera Merah-Putih yang diikuti oleh semua pelajar, Kepala Sekolah, Guru,
tenaga teknis lainnya dan tenaga administrasi yang bersangkutan.
2. Upacara Bendera dipimpin oleh Kepala Sekolah atau salah seorang guru yang
ditunjuk.
3. Upacara Bendera disertai menyanyikan lagu Indonesia Raya dan diikuti dengan
mengheningkan cipta.
4. Upacara harus dilakukan dengan khidmat dan tertib.
5. Ketentuan lebih jauh tentang upacara bendera dapat dilihat dalam lampiran.

B. Kegiatan Intra Kurikuler:


1. masuk sekolah:
Para siswa harus datang/berada di sekolah sebelum pelajaran dimulai. Para siswa
wajib memasuki ruangan kelasnya secara teratur. Para siswa baru boleh duduk
setelah guru duduk;
2. waktu belajar:
Sebelum belajar dimulai, para siswa harus sudah siap untuk menerima pelajaran
yang akan diberikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan;
3. waktu istirahat:
Para siswa tidak dibenarkan tinggal di dalam ruangan kelas, tetapi tetap dalam
halaman gedung sekolah; kecuali jika keadaan tidak mengizinkan misalnya waktu
hujan;

12.13
4. waktu pulang:
Para siswa pulang pada waktu pelajaran sudah selesai;
5. kebersihan dan keindahan sekolah:
Setiap siswa wajib memelihara dan menjaga kebersihan sekolah.
6. cara berpakaian
Para siswa wajib berpakaian sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan sekolah.

B. Kegiatan Ekstra kurikuler


Para siswa sangat dianjurkan terlibat secara selektif (berdasarkan pilihan bakat,
minat, kebutuhan, dan kondisi siswa) dalam salah satu atau beberapa kegiatan:
1. Organisasi Siswa Intra Kurikuler (di dalam lingkungan sekolah hanya ada
organisasi Intra sekolah)
2. Kepramukaan;
3. Keolahragaan;
3. Kesenian;
4. Palang Merah Remaja;
5. Science Club
6. dan lain-lain.

C. Larangan-larangan bagi para siswa:


1. Meninggalkan sekolah/pelajaran selama jam-jam pelajaran berlangsung, tanpa izin
Kepala Sekolah atau guru di sekolah yang bersangkutan;
2. Membawa, mengedarkan, dan mengkonsumsi rokok, minuman keras, narkotika,
obat terlarang, dan sejenisnya.
3. Berpakaian serta berpenampilan yang tidak senonoh dan bersolek yang
berlebihan;
4. Kegiatan-kegiatan lain yang bersifat mengganggu jalannya pelajaran dan atau
persekolahan.

D. Sanksi-sanksi bagi para siswa, dapat berupa:


1. Peringatan secara lisan langsung kepada pelajar;
2. Peringatan secara lisan langsung kepada pelajar di hadapan orangtua/wali.
3. Peringatan tertulis kepada pelajar dengan tembusan kepada orang tua/wali;
4. Dikeluarkan untuk sementara;

12.14
5. Dikeluarkan dari sekolah;
Dilaksanakan sedemikian rupa sehingga secara paedagogis tidak merugikan pelajar.

E. Untuk Kepala Sekolah/Wakil Kepala Sekolah dan Tenaga Kependidikan


lainnya
1. Tugas dan kewajiban selaku pengajar:
a. Membuat persiapan mengajar sebagaimana mestinya.
b. Datang mengajar dan berada di sekolah setiap hari kerja.
c. Mengadakan evaluasi belajar dan pembelajaran secara teratur.
d. Ikut memelihara tertib kelas dan sekolah.
e. Ikut membina hubungan baik antar sekolah dengan orang tua
murid dan masyarakat.
2. Tugas dan kewajiban selaku pendidik:
Menjunjung tinggi dan berlaku sesuai dengan etika guru.
3. Tugas dan kewajiban selaku anggota keluarga sekolah:
Membantu kelancaran jalannya pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
4. Tugas dan kewajiban selaku anggota masyarakat:
Membina dan membimbing hubungan yang saling mengisi antara pendidikan di
rumah/masyarakat dan di sekolah.
5. Larangan-larangan:
Para guru harus menghindari hal-hal yang tidak seyogyanya/patut/pantas
dilakukan oleh seorang pendidik.
6. Sanksi-sanksi dapat berupa:
a. Teguran lisan.
b. Peringatan tertulis.
c. Pemberhentian sementara.
d. Pemecatan.
Dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan tata usaha kepegawaian yang
berlaku.
7. Tugas dan kewajiban selaku kepala/wakil kepala sekolah:
a. Membimbing semua guru dan tenaga teknis lainnya dalam
lingkungannya ke arah kesempurnaan pelaksanaan tugas dan bertingkah laku
paedagogis baik di dalam maupun di luar sekolah;

12.15
b. Wajib membimbing semua pelajar yang ada dalam asuhan
sekolahnya.
c. Memimpin dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tata usaha
sekolah;
d. Larangan dan sanksi yang berlaku untuk guru berlaku pula untuk
kepala/wakil kepala sekolah.
8. Bagi Tenaga Administrasi
a. Tugas dan kewajiban selaku pegawai negeri:
Melaksanakan tugas-tugas pokoknya selaku pegawai tata usaha sekolah.
b. Tugas dan kewajiban selaku anggota keluarga sekolah:
Membantu kepala sekolah dalam memelihara ketertiban dan menunjang tertib
sekolah.
c. Sanksi-sanksi:
Pelanggaran-pelanggaran terhadap tugas dan kewajiban dapat dikenakan sanksi
baik yang bersifat edukatif maupun administratif kepegawaian.

Kepala Sekolah diberi wewenang untuk menjabarkan lebih lanjut tata tertib di
lingkungan masing-masing dengan berpedoman kepada tata tertib ini.

*)
Disusun berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, sert Keputusan
Menteri P dan K No. 14/U/1974 Tanggal 1 Mei 1974

6. Dukungan orangtua dan masyarakat

Berkenaan dengan pembelajaran di kelas, banyak pihak yang sangat yakin


bahwa dukungan orangtua dan masyarakat pun berkontribusi signifikan. Seorang
teman guru pernah berbagi pengalaman, ketika katanya, yang bersangkutan mengajar
di suatu SD favorit respon siswa dan orangtuanya sangat positif. Dicontohkan, “Anak-
anak, bapak mengajarkan pelajaran ini, menggunakan buku ini, karangan si ini, dan
penerbitnya ini”. Begitu besok harinya masuk ke kelas, hampit seratus persen
muridnya sudah memegang buku yang disebutkan satu hari sebelumnya, karena
begitu pulang dari sekolah kemaren, siswa langsung mengajak orangtuanya mencari
buku yang disebutkan guru di sejumlah toko buku di kota tersebut.

12.16
Ketika kemudian teman guru ini pindah ke sekolah lain (sekolah biasa-biasa
saja), yang terjadi adalah sebaliknya. Ketika guru yang bersangkutan mengharapkan
siswanya memilik buku yang dijadikannya pegangan dalam mengajar di kelas,
ternyata sampai tiga bulan ke depan tidak sampai sepuluh persen yang sudah
memilikinya. Karena apa? Tidak lain karena dukungan orangtua dan masyarakatnya
sangat lemah. Bukan semaa-mata karena status sosial-ekonominya rendah, tetapi
karena perhatian yang kurang. Hal ini terlihat dari tampilan saat antar-jemput anaknya
bersekolah. Ada yang datang dengan kendaraan dan perhiasan mewah yang
mencolok, tetapi buku untuk anak tidak pernah diperhatikan, karena menginginkan
sekolahlah yang harus menyediakan buku bagi anak-anak mereka.

7. Pembenahan Manajemen Sekolah

Unsur lain yang tentu saja sangat berpengaruh adalah manajemen sekolah,
karena hasil PTK tidak dapat berjalan sendiri tanpa dukungan manajemen sekolah
yang baik. Ibarat seperti ikan berenang di air keruh dan berpoluasi, ikan tersebut akan
tercemar dalam jangka pendek atau jangka panjang. Sebaliknya kalau ikan berenang
di air jernih dan bebas polusi maka ikan menjadi sehat dan bebas dari cemaran,
sehingga konsumen yang memakannya pun akan memperoleh dampak positif bagi
kesehatan jasmaniah, maupun juga rohaniahnya.
Guru yang berhasil memperbaiki kondisi pembelajaran di kelasnya, misalnya
dengan menerapkan ceramah bervariasi, perlu didukung dengan manajemen sekolah
yang baik, karena apa yang dilakukan oleh guru akan berdampak pada banyak hal,
seperti dikatakan di atas. Sementara itu, banyak hal pula bukan merupakan wilayah
kewenangan guru yang bersangkutan, tetapi kewenangan guru lain dan tenaga
kependidikan lainnya. Dalam hal inilah peran manajerial seorang kepala sekolah
menjadi sangat menentukan.

8. Review Ketidakberhasilan
Uraian di atas adalah bentuk tindak lanjut untuk pembelajaran yang berhasil
mengintrodusir suatu intervensi (misalnya, ceramah bervariasi) tetapi, apa tindak
lanjut jka intervensi yang dilakukan tidak berhasil atau gagal? Jawabannya, ada dua
kemungkinan, yaitu: (1) mengganti cara atau metode yang diprediksi akan berdampak
positif (mungkin dengan kembali melakukan PTK atau penelitian lain), dan (b)

12.17
merevisi suatu intervensi (mungkin dengan mengadakan PTK lagi atau menggunakan
pendekatan lain yang dinilai lebih tepat).

9. Penelitian Lanjutan
Bentuk tindak lanjut lainnya adalah mengimplementasikan penelitian lanjutan,
karena permasalahan pembelajaran di atas akan selalu muncul, mungkin pada materi
pembelajaran lain dalam satu bidang studi yang sama, atau dalam bidang studi
lainnya. Bisa pula pengertianya persoalan di satu kelas teratasi, muncul persoalan lain
yang harus mendapatkan penyelesaian pula. Dengan demikian, lahan penelitian
tindakan kelas (PTK) tidak akan pernah kehabisan. Sangat keliru, jika ada yang
berujar kesulitan menemukan masalah pembelajaran di kelas, sehingga kesulitan
ketika akan mengadakan PTK.
Dengan bahasa awam, ciri PTK adalah penelitian tentang “ini, kini, dan di
sini”. Beda materi atau bidang studi beda pula masalah, karenanya PTK hanya akan
meneliti yang “ini”, bukan yang “itu”. PTK juga terikat pada konteks “kini dan di
sini”. Artinya, keberhasilan seorang guru SD “X” melakukan suatu intervensi (melalui
PTK) tidak dapat langsung diimplementasikan di SD “Y”, atau keberhasilan
menerapkan PTK pada siswa kelas III tahun 2007 tidak otomatis akan berhasil pula
untuk siswa kelas III tahun 2008. Di sinilah keunikan PTK, kasusnya sangat spesifik,
sehingga tidak dapat guru membentuk Tim PTK untuk menyelesaikan permasalahan
pembelajaran di dua-tiga kelas atau sekolah secara simultan (bersamaan waktu
penyelenggaraannya)
Selanjutnya, untuk memandu para guru (SD) sebagai peneliti di kelasnya
masing-masing, ada baiknya para guru memetakan potensi masalah pembelajaran di
kelasnya berdasarkan pengalaman dan pengamatannya selama menjadi guru. Dengan
adanya peta masalah tersebut, para guru memiliki “bank masalah pembelajaran” yang
menunggu giliran untuk diselesaikan dengan PYK. Sebagai acuan, peta masalah
tersebut dapat dibuat dalam bentuk matriks sebagai berikut.
Tabel 12.1
Peta Masalah Pembelajaran di Kelas ..... SD ...
(diisi dengan check-list: √ )

Potensi Masalah
Mata Kode
No Metod Medi Alat Pengelolaan Pengelolaan
Pelajaran KD Peraga Kelas Siswa
Evaluasi
e a

12.18
1. IPA IPA-01 √
IPA-02 √

2. IPS IPS-01 √
IPS-02 √

3. B. Indonesia

4. PKN

5. Matematika

Dst.

Berdasarkan peta masalah di atas mungkin akan ditemukan banyak sekali


permasalahan pembelajaran yang dapat diteliti dengan metode penelitian tindakan
kelas (PTK). Misalnya:
1. Apakah kemampuan siswa melakukan operasi hitung bilangan bulat dapat diatasi
dengan menggunakan permainan TTS (Teka-Teki Silang)? Misalnya, siswa yang
mengalami kesulitan dalam operasi hitungan bilangan bulat diajak bermain TTS
yang petak-petaknya diisi dengan angka hasil penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian bilangan bulat.
2. Apakah kemampuan siswa menentukan arah mata angin dapat ditingkatkan
melalui penjelajahan alam bebas? Pada kasus siswa kesulitan menentukan arah
mata angin yang biasanya dilakukan di kelas diberi perlakuan dengan mengajak
mereka melakukan perjalanan di alam bebas, dengan mengandalkan pengetahuan
tentang posisi terbit dan terbenam matahari. Berdasarkan pengetahuan tentang
posisi terbit matahari (timur) dan terbenam matahari (barat) mereka dapat dengan
mudah menentukan posisi utara, selatan, barat laut, barat daya, timur laut, dan
tenggara. Pertanyaannya, apakah cara ini akan efektif mengenalkan arah mata
angin pada siswa SD?
3. Apakah ketrampilan siswa menentukan letak tempat di “peta buta” dapat
dilakukan dengan metode bongkar pasang “puzzle” (mozaik)?
4. Apakah kemampuan siswa memahami anatomi manusia dapat dibelajarkan
melalui VCD tentang anatomi manusia? Dalam mengajarkan anatomi tubuh
manusia dapat dilakukan melalui “torso”, tetapi karena harga “torso” mahal,
sementara harga VCD relatif murah, apakah dengan menggunakan VCD mampu
mempermudah siswa memahami anatomi manusia.

12.19
5. Apakah pelabelan dengan dwi-bahasa (Bahasa Ibu dan Bahasa Indonesia) pada
berbagai Sudut Sekolah dapat meningkatkan perbendaharaan kata dalam Bahasa
Indonesia Murid Kelas I SD? Jadi, misalnya untuk meningkatkan perbendaharan
kata dalam bahasa Indonesia murid kelas I SD apakah akan dapat terbantu dengan
melakukan tindakan memberi label dalam bahasa Ibu dan bahasa Indonesia nama-
nama benda seperti lemari, pintu, jendela, papan tulis, ruang kantor, ruang guru,
perpustakaan, kakus, tempat parkir, dan sebagainya.
6. Apakah membawa siswa menonton sidang-sidang DPRD mampu meningkatkan
pemahaman siswa tentang demokrasi? Jadi, bagi SD yang letaknya berdekatan
dengan gedung DPRD setempat, mungkin dapat dicoba mengajarkan pelaksanaan
demokrasi kepada siswa dengan membawa mereka beberapa kali menonton
sidang-sidang DPRD (yang sifatnya terbuka atau tidak rahasia).
7. Apakah mengganti syair lagu pop anak-anak dengan narasi rumus matematika
dapat meningkatkan kemampuan mengingat rumus-rumus matematika bagi murid
SD? Misalnya, kalau ditemukan masalah siswa kesulitan mengingat sejumlah
rumus matematika, kemudian guru melakukan tindakan dengan merubah syair
lagu pop anak-anak, seperti: “naik, naik ke puncak gunung, tinggi, tinggi sekali”
dirubah menjadi “kalau sisi .... kali ... sisi itulah luas bujur sangkar”.
8. Apakah dengan melagukan huruf dan rangkaian huruf dapat membantu
percepatan kemampuan membaca siswa kelas I SD? Misalnya, guru mengajarkan
membaca dengan menyanyi seperti berikut: a - n - a, na, ana, a - n - i, ni ani. b - u
- d - i, budi, w - a - t - i, wati, ... dst.

10. Diseminasi Hasil Penelitian


Meskipun tidak secara otomatis dapat diimplementasikan ke konteks lain,
tetapi jika suatu penelitian tindakan kelas (PTK) berhasil diimplementasikan
intervensinya tetap dapat dan bahkan perlu didesinasikan, atau dengan kata lain
“ditularkan” keberhasilan tersebut ke pihak lain, supaya terjadi proses berbagai
informasi dan berbagi pengalaman. Dengan demikian penelitian tindakan kelas dapat
dikembangkan lebih lanjut. Beberapa cara diseminasi yang mungkin dapat dilakukan
adalah melalui cara-cara sebagai berikut.

12.20
a. Bedah Buku
Bedah buku dilaksanakan oleh satu atau
beberapa orang dengan membaca satu buku
(laporan PTK) yang sama atau berbeda, untuk
kemudian dipresentasikan dan didiskusikan
bersama peserta/anggota kelompok diskusi.
Jadi, bedah buku dapat dilakukan membahas 1
(satu) judul buku atau beberapa judul dalam satu kegiatan: (a) satu buku dibahas 1
orang atau 2-3 orang narasumber; (b) beberapa buku dibahas beberapa narasumber
(masing-masing buku seorang narasumber).
Tujuan suatu kegiatan bedah buku (laporan penelitian) adalah untuk
memahami isi suatu buku atau beberapa buku laporan PTK dengan sebaik-baiknya
sesuai dengan kebutuhan peserta.
Pengaturan kegiatan untuk melaksanakan bedah buku dapat diterapkan dengan
menempuh proses kerja sebagai berikut:
 Penyelenggara Kegiatan/Pimpinan Acara
o menentukan dan menghubungi narasumber yang sesuai dengan buku laporan
penelitian tindakan kelas yang akan dibedah
o memilih buku laporan penelitian tindakan kelas (satu atau beberapa judul
buku) yang dibutuhkan untuk dipahami secara baik oleh peserta bersama
narasumber; buku terpilih selanjutnya dibaca secara seksama oleh
narasumber sebagai bahan presentasinya
o membeli/menggandakan buku penelitian tindakan kelas yang akan dibedah
sebanyak jumlah peserta
a. menyiapkan kelengkapan dan peralatan teknis yang diperlukan dalam kegiatan
bedah buku laporan penelitian tindakan kelas
b. menjadi moderator selama bedah buku berlangsung
c. merangkum atau membuat kesimpulan dari kegiatan yang dilakukan
 Peserta
o membaca buku laporan penelitian tindakan kelas yang telah dipersiapkan
penyelenggara
o menandai bagian-bagian penting untuk dipertanyakan atau dipahami lebih jauh
kepada narasumber

12.21
o mengajukan pertanyaan atau mengomentari isi buku laporan penelitian
tindakan kelas yang telah dibaca dan dipersiapkan sebelumnya
 Narasumber
o membaca buku laporan penelitian tindakan kelas yang akan dibedah secara
seksama
o mempresentasikan isi buku laporan penelitian tindakan kelas dan
membahasnya secara kritis
o menjawab setiap pertanyaan atau komentar peserta
o membuat kesimpulan atau rangkuman atas sejumlah persoalan yang
disampaikan

b. Pembuatan Poster Bersama

Pembuatan poster bersama dilakukan dalam bentuk membuat poster suatu


laporan PTK dilakukan oleh sejumlah orang (partisipan) dibagi ke dalam beberapa
kelompok kecil (1-3 orang) untuk membahas (menulis) suatu topik yang sama atau
bagian topik yang telah dipecah-pecah, untuk kemudian dirangkum menjadi tulisan
bersama sejumlah orang (gabungan dari kelompok-kelompok kecil).
Tujuannya adalah agar ketika membuat poster, para peserta (guru) dapat
menghayati isi laporannya, untuk kemudian setelah digabung akan mendapatkan
gambaran yang utuh dan mudah dipahami tentang isi laporan PTK, yang telah
dimodifikasi dalam bentuk poster tersebut. Pengaturan kegiatan ini dilakukan
dengan menempuh proses kerja sebagai berikut:
 Penyelenggara
o menentukan topik laporan penelitian tindakan kelas yang akan dibahas
(ditulis)
o membagi peserta ke dalam kelompok-kelompok kecil (1-3 orang)
o membagi tugas; satu kelompok kecil membahas 1 (satu) bagian topik atau
setiap kelompok kecil membahas topik yang sama (tanpa pemecahan topik)
o menetapkan alokasi waktu
penyelesaian tugas penulisan laporan
penelitian tindakan kelas masing-
masing kelompok kecil

12.22
o memfasilitasi kelompok kecil dalam menyelesaikan tugas-tugas laporan
penelitian tindakan kelasnya
o menyiapkan ruangan dan perlengkapan teknis untuk presentasi (melaporkan)
hasil kerja masing-masing kelompok
o membahas hasil kerja kelompok kecil dalam pertemuan seluruh peserta
(pleno)
o merangkum hasil-hasil kerja kelompok kecil sehingga dihasilkan
tulisan/karangan bersama yang utuh dan mencerminkan gagasan kolektif
peserta
o menyampaikan hasil kerja (tulisan) kepada pihak yang berkepentingan atau
mempublikasikannya melalui media (diseminarkan)
 Peserta (Kelompok Kecil)
o mengerjakan tugas penulisan laporan penelitian tindakan kelas yang telah
disepakati secara, termasuk mencari referensi, berdiskusi sesama anggota, dan
menuliskan gagasannya
o mempresentasikan hasil (tulisan/karangan) di depan peserta/kelompok lain
o memberi masukan untuk tulisan kolektif sebagai produk akhir kegiatan

c. Demonstrasi Kerja (Working Group)

Demonstrasi kerja dilakukan oleh seseorang atau tim peneliti PTK untuk
mendemonstrasikan kepada sejumlah orang/kelompok tentang proses pelaksanaan
kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) yang
telah dilakukan atau mempertunjukkan hasil
dari suatu prosedur PTK yang spesifik.
Misalnya, baaimana observasi dilakukan,
bagaimana wawancara dilaksanakan, dan
bagaimana membuat catatan lapangan.
Kemudian, diberikan kepada pihak yang menyaksikan kegiatan tersebut untuk
bertanya dan mendiskusikannya dengan pihak yang mendemonstrasikan prosedur
kerja tersebut.
Tujuannya adalah untuk mengamati suatu prosedur kerja/operasi untuk
kemudian mempraktekkannya sendiri. Sementara itu, pengaturan kegiatannya adalah
sebagai berikut.

12.23
 Penyelenggara/Pimpinan Kegiatan:
o mempersiapkan ruangan beserta peralatan/perlengkapan dan hal-hal teknis lain
yang diperlukan
o menjelaskan tujuan demonstrasi pelaksanaan penelitian tindakan kelas
o mengalokasikan waktu sesuai dengan prosedur kerja yang akan ditempuh
o menjelaskan langkah-langkah kerja, sambil memperlihatkan cara kerjanya
o memecah peserta kegiatan menjadi kelompok-kelompok kecil untuk
mempraktekkan langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang
didemonstrasikan
o merangkum langkah-langkah kegiatan penelitian tindakan kelas yang telah
didemonstrasikan
 Peserta Kegiatan
o memahami tujuan demonstrasi pelaksanaan penelitian tindakan kelas secara
baik
o menyimak petunjuk-petunjuk secara seksama
o mempersiapkan diri untuk mengerjakan tugas yang akan dilakukan
o memperhatikan setiap langkah kerja pelaksanaan penelitian tindakan kelas
secara sungguh-sungguh
o mengajukan pertanyaan (jika dirasakan kurang jelas atau kurang dipahami)
o mengidentifikasi gagasan baru yang mungkin lebih praktis dan baik hasilnya
dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas
o mempraktekkan langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang
telah didemonstrasikan
o menetapkan cara mengaplikasikan prosedur kerja pelaksanaan penelitian
tindakan kelas dalam praktik sehari-hari (di tempat kerja masing-masing)

d. Colloqium

Colloqium oleh sekitar 3-4 orang yang dipilih dari suatu kelompok (floor)
untuk menjelaskan/mempertanyakan berbagai isu tentang penelitian tindakan kelas
atau PTK (aspek-aspek dari PTK) yang telah dilaksanakan kepada 2-3 orang
narasumber secara berhadapan, yang dihadiri sejumlah orang dari berbagai unsur
(kelompok).

12.24
Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi
yang tepat dan akurat dari para ahli/akar tentang
penelitian tindakan kelas atau PTK (sebagai
narasumber) tentang suatu persoalan/permasalahan
yang dipertanyakan oleh wakil-wakil kelompok/unsur
(floor).
Pengorganisasian kegiatan colloqium dilakukan dengan menempuh proses
kerja sebagai berikut.

 Penyelenggara/Pimpinan Acara:
o Menentukan topik atau tema yang relevan untuk penelitian tindakan kelas
yang akan dibicarakan
o Memilih dan menghubungi narasumber penelitian tindakan kelas (pakar) yang
sesuai dengan topik, serta menjelaskan peran dan fungsinya dalam kegiatan
colloqium
o Mempersiapkan berbagai kelengkapan teknis yang diperlukan dalam
pelaksanaan penelitian tindakan kelas
o Menempatkan dua meja (dan kursi sebanyak 3-4 buah) berhadapan secara
diagonal di depan ruangan; narasumber duduk berderet pada satu sisi dan
wakil-wakil kelompok/unsur di sisi lainnya
o Menjelaskan topik/tema pembicaraan kepada floor dan wakil-wakil
kelompok/unsur
o Memberikan kesempatan kepada seluruh peserta untuk mengemukakan
pendapat/saran, yang terutama akan disampaikan oleh wakil masing-masing
kelompok/unsur dalam kegiatan tersebut; peserta dimungkinkan untuk dibagi
kedalam kelompok-kelompok kecil, yang kondisi/karakteristiknya sama
o Memilih 3-4 orang sebagai wakil kelompok/unsur yang akan mempertanyakan
persoalan/permasalahan pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang telah
dipersiapkan
o Bertindak sebagai moderator/pimpinan acara saat kegiatan berlangsung
o Mempersilakan hadirin (floor) untuk mengajukan pertanyaan tambahan jika
dianggap perlu dan waktunya memungkinkan

12.25
o Merangkum sumbangan pemikiran (jawaban) narasumber atas pertanyaan
yang diajukan wakil kelompok maupun floor
o Merekomendasikan sejumlah tindakan lanjutan yang diperlukan
 Peserta (Floor)
o memperjelas dan merumuskan masalah-masalah pelaksanaan penelitian
tindakan kelas
o berpartisipasi dalam pembentukan kelompok kecil, pemilihan pimpinan
kelompok serta menetapkan wakil kelompok/unsur
o merumuskan pertanyaan tentang pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang
akan diajukan wakil kelompok/unsur sebaik mungkin
o menyimak secara seksama setiap pertanyaan yang diajukan kepada
narasumber
o mengajukan pertanyaan tentang pelaksanaan penelitian tindakan kelas
tambahan kepada narasumber (jika memungkinkan)
o mencermati secara sungguh-sungguh setiap ide dan pemikiran yang muncul
selama kegiatan untuk memperkaya wawasan dan pemahaman terhadap
topik/tema yang dibahas
o menentukan tindak lanjut pelaksanaan penelitian tindakan kelas berdasarkan
hasil selama colloqium berlangsung
 Wakil Kelompok/Unsur
o mempersiapkan pertanyaan bersama anggota kelompok untuk ditanyakan
kepada narasumber
o menyampaikan pertanyaan yang disusun kelompok, tanpa berduplikasi dengan
pertanyaan dari wakil/kelompok lainnya; wakil kelompok dapat memodifikasi
pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya
 Narasumber
o membicarakan dengan penyelenggara/pimpinan acara sebelum kegiatan
dimulai, untuk mengetahui sesuatu yang diharapkan dari mereka
o memperjelas masalah dan isu yang akan dibicarakan
o menyiapkan informasi faktual dan menarik berkenaan dengan isu atau topik
pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dibicarakan
o menjawab setiap pertanyaan tentang pelaksanaan penelitian tindakan kelas
yang diajukan oleh wakil kelompok/unsur maupun hadirin (floor)

12.26
o menyampaikan informasi tambahan tentang pelaksanaan penelitian tindakan
kelas yang penting, yang berkaitan dengan isu/topik pembicaraan
o merangkum secara singkat pandangan narasumber sebagaimana yang
dipaparkan selama colloqium

e. Workshop

Workshop adalah pertemuan sejumlah orang di bawah arahan beberapa pakar


(ahli) untuk membahas dan menghasilkan suatu karya/produk aplikatif dalam
mengatasi suatu permasalahan, termasuk penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam
kaitan ini workshop dipakai sebagai wahana diseminasi agar dapat saling belajar
antar-guru. Sebagai bahan utamanya adalah laporan-laporan PTK yang pernah
dilaksanakan sebagai contoh (model), baik dalam pengertian contoh tentang laporan
PTK yang “baik” dan layak untuk dijadikan rujukan maupun “contoh” yang keliru,
agar peserta tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Tujuannya adalah agar ketika melaksanakan PTK akan menghasilkan suatu
karya/produk yang dikerjakan secara kolektif dan berhasil baik, dengan prinsip
berbagi informasi, pengalaman, dan keahlian. Pengaturan kegiatan dilaksanakan
sebagai berikut.
 Penyelenggara
o menentukan permasalahan pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang
dihadapi bersama (suatu kelompok)
o mengidentifikasi berbagai aspek perhatian yang berhubungan dengan
permasalahan pelaksanaan penelitian tindakan kelas
o memilih dan menghubungi narasumber yang sesuai dengan konteks
permasalahan pelaksanaan penelitian tindakan kelas maupun aspek-aspek
yang termasuk di dalamnya
o menjelaskan kebutuhan kelompok dan harapan yang diaspirasikan kepada
narasumber
o menyiapkan ruangan dan kelengkapan teknis lainnya yang diperlukan
o mendorong peserta mempersiapkan segala sesuatu yang relevan dengan
keperluan workshop

12.27
o menyediakan waktu kepada narasumber untuk menjelaskan gagasan atau
pandangannya tentang pelaksanaan penelitian tindakan kelas sebagai bahan
masukan dalam menyusun karya/produk yang diharapkan
o Membagi peserta ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan concern
masing-masing, untuk kemudian melaporkan hasil pekerjaannya dalam pleno
o Menghimpun masukan yang diperoleh dalam sidang pleno
o Mendokumentasikan dan menyebarluaskan karya/produk pelaksanaan
penelitian tindakan kelas yang dihasilkan
 Peserta
o berpartisipasi dalam penentuan masalah dan identifikasi aspek-aspek
pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang menjadi perhatian peserta
o memperhatikan bahan masukan tentang pelaksanaan penelitian tindakan kelas
yang dipresentasikan narasumber
o mendiskusikan berbagai bahan masukan dan pemikiran peserta sebagai
sumber pembuatan produk/karya pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang
akan dihasilkan dalam kelompok kecil
o melaporkan hasil kelompok kecil dalam sidang pleno dan menampung
masukan pihak lain untuk menyempurnakan hasil kerja pelaksanaan penelitian
tindakan kelas kelompoknya
o membantu perumusan karya/produk akhir pelaksanaan penelitian tindakan
kelas dari kegiatan workshop

 Narasumber
o mempersiapkan bahan presentasi/masukan tentang pelaksanaan penelitian
tindakan kelas sesuai dengan kebutuhan dan harapan peserta/penyelenggara
o membimbing penyelesaian tugas-tugas pelaksanaan penelitian tindakan kelas
dalam kelompok-kelompok kecil, sesuai dengan bidang/keahliannya
o memfasilitasi penyampaian hasil kerja
kelompok dalam sidang pleno serta
merangkum dan merumuskan masukan
tentang pelaksanaan penelitian

12.28
tindakan kelas, sehingga menjadi suatu karya/produk untuk dimanfaatkan
bersama

f. Studium Generale By Request

Studium generale by request dilaksanakan oleh sejumlah orang dengan


mengidentifikasi persoalan/permasalahan yang ditemukan dalam pelaksanaan
penelitian tindakan kelas (PTK) yang dihadapi (yang dapat disusun menjadi sejumlah
pertanyaan), kemudian daftar permasalahan/pertanyaan tersebut direspon oleh
penceramah dengan memberikan kuliah
umum.
Tujuannya adalah memperoleh
informasi tentang pelaksanaan penelitian
tindakan kelas sesuai dengan kebutuhan,
harapan , minat, dan perhatian peserta
yang hadir atau akan hadir. Pengaturan kegiatan dilakukan dengan menempuh proses
kerja sebagai berikut.
 Penyelenggara
o memilih topik pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang akan dibahas
o mendiskusikan dengan peserta tentang persoalan/permasalahan pelaksanaan
penelitian tindakan kelas yang ingin dikupas
o membuat daftar permasalahan/pertanyaan pelaksanaan penelitian tindakan
kelas untuk disampaikan kepada calon penceramah
o menghubungi penceramah yang cocok dengan topik dan permasalahan
pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang telah diinventarisir
o mempersiapkan ruangan dan kelengkapan teknis yang diperlukan
o merangkum dan mendokumentasikan pertanyaan dan isi ceramah tentang
pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang disampaikan

 Peserta (Hadirin)
o berpartisipasi dalam identifikasi masalah dan perumusan pertanyaan tentang
pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang akan disampaikan; kegiatan ini
dapat pula dilakukan dengan membagi peserta ke dalam kelompok-kelompok
kecil

12.29
o menyimak ceramah tentang pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan
seksama
o mengajukan pertanyaan tentang pelaksanaan penelitian tindakan kelas jika
terdapat hal yang kurang jelas (sulit dipahami).

 Penceramah
o mendiskusikan dengan penyelenggara tentang prosedur yang akan ditempuh
o mempelajari topik tentang pelaksanaan penelitian tindakan kelas serta dapat
permasalahan/pertanyaan yang diajukan
o memformulasikan jawaban tertulis atas sejumlah persoalan pelaksanaan
penelitian tindakan kelas yang disampaikan
o menyampaikan jawaban-jawaban tertulis secara lisan tentang pelaksanaan
penelitian tindakan kelas dalam bentuk ceramah yang mudah dimengerti dan
menarik
o merespon dengan baik jika ada pertanyaan dan komentar tentang pelaksanaan
penelitian tindakan kelas selama berceramah
o merangkum ceramah tentang pelaksanaan penelitian tindakan kelas secara
singkat pada akhir acara

g. Seminar

Kegiatan seminar lazimnya dilakukan dengan sekelompok orang berkumpul


untuk melakukan studi, misalnya tentang pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK)
yang pernah dilakukan orang lain di bawah kepemimpinan seorang ahli dalam
bidangnya (tentang PTK).
Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi melalui studi dan
berdiskusi/berdialog dengan ahli atau sesama peserta seminar. Pengaturan
kegiatannya dilaksanakan sebagai berikut.
 Pemimpin sidang
o membimbing pemilihan suatu masalah atau isu tentang penelitian tindakan
kelas (PTK) yang tepat yang akan dipelajari olek kelompok/peserta
o meminta laporan dari setiap anggota kelompok tentang bidang yang
ditelitinya melalui PTK

12.30
o mempersilahkan anggota-anggota kelompok/peserta seminar untuk
menanggapi laporan-laporan itu
o merangkum butir-butir utama dari laporan-laporan penelitian tindakan kelas
(PTK)
o menyarankan tindak lanjut atau cara untuk memanfaatkan informasi tentang
pelaksanaan penelitian tindakan kelas
o mengevaluasi pengalaman belajar kelompok
 Anggota-anggota kelompok/Peserta Seminar :
o memilih suatu bidang tentang pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang akan
diteliti
o mengadakan penelitian tentang bidang perhatian tersebut
o mempersilakan anggota-anggota kelompok untuk menanggapi laporan-laporan
penelitian itu
o merangkum point-point utama daripada laporan-laporan penelitian itu
o menyarankan tindak lanjut atau cara untuk memanfaatkan informasi tentang
pelaksanaan penelitian tindakan kelas
o mengevaluasi pengalaman belajar kelompok

11. Melembagakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di Sekolah

Seperti telah dipaparkan sebelumnya bahwa masalah pembelajaran akan selalu


muncul dalam perjalanan pelaksanaannya di kelas/sekolah, sehingga penelitian
tindakan kelas (PTK) akan selalu dibutuhkan keberadaannya di sekolah. Dengan
demikian, PTK harus dilembagakan, dalam arti sudah harus dipikirkan agar di sekolah
terdapat satu unit kerja yang akan membidangi pelaksanaan PTK, termasuk juga
mungkin PTS (Penelitian Tindakan Sekolah atau School Action Research), dan
Evaluasi Program Pendidikan/Persekolahan.
Ada beberapa kemungkinan model pelembagaan PT K di sekolah, yang secara
singkat akan dipaparkan dalam uraian berikut ini.
1. Membentuk Unit Pelaksana Penelitian Tindakan Kelas (UP2TK), misalnya pada
tingkat KKG (Kelompok Kerja Guru)/KKKS Kelompok Kerja Kepala
Sekolah)/KKPS (Kelompok Kerja Pengawas Sekolah), yang bernanung dan di

12.31
bawah pemninaan Dinas Pendidikan setempat (misalnya oleh UPT Dinas
Pendidikan Kecamatan).
2. Mengintegrasikan pelaksanaan PTK ke dalam unit kerja yang sudah ada, sehingga
tidak perlu membentuk lembaga baru, melainkan memperkaya fungsi pada unit
kerja yang sudah eksis sebelumnya, yang penting bukan strukturnya tetapi
fungsinyalah yang harus eksis.
Sebagai acuan (contoh), mungkin kelembagaan seperti direkomendasikan di
atas dapat dirumuskan dalam bentuk bagan sebagai berikut.

KEPALA UPT
DINAS
PENDIDIKAN

UNIT PELAKSANA
UNIT UNIT PENELITIAN
PELAKSANA PELAKSANA TINDAKAN DAN
LAIN LAIN EVALUASI
PROGRAM

Selanjutnya, dalam struktur Unit Pelaksana Penelitian Tindakan dan Evaluasi


Program dapat dibentuk kelembagaan, dengan pola seperti berikut.

KETUA

DIVISI DIVISI
KESEKRETARIATAN DIVISI
PENELITIAN EVALUASI
ADMINISTRASI DAN PENELITIAN
KEUANGAN TINDAKAN PROGRAM
TINDAKAN KELAS
SEKLAH PENDIDIKAN

Latihan

1. Coba Anda bayangkan, seorang guru peneliti PTK berhasil “meningkatkan


motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika, khususnya operasi
hitung bilangan bulat, melalui teka-teki silang (TTS)”. Kemudian, cobalah Anda
identifikasi apa yang harus ditindaklanjuti (mengalami penyesuaian) untuk
melaksanakan pembelajaran matematika, khususnya materi operasi hitung
bilangan bulat.

12.32
2. Cobalah Anda merancang suatu kegiatan diseminasi hasil penelitian tindakan
kelas (PTK) dalam bentuk sebuah proposal/usulan kegiatan untuk mendapatkan
pendanaan (terserah bentuk diseminasi yang Anda pilih). Jika memang
memungkinkan untuk diteruskan ke pihak penyandang dana (di sekitar Anda tentu
lebih baik), sehingga akan berpengalaman menyelenggarakan salah satu atau lebih
cara-cara diseminasi di atas.

Petunjuk mengerjakan latihan

1. Baca dan cermai uraian dalam subunit 1 di atas, baik yang menyangkut PTK yang
“gagal” maupun yang berhasil melalui kegiatan bedah buku, pembuatan poster
bersama, workshop, maupun seminar. Kemudian, telaah tugas latihan Anda
dengan seksama. Jika belum jelas, diskusikan bersama dengan teman sesama
mahasiswa atau sejawat Anda di sekolah.
2. Kerjakanlah kedua latihan di atas (boleh Anda kerjakan salah satu atau keduanya).
3. Diskusikan hasil pekerjaan Anda dengan sesama teman atau pertunjukkan kepada
kepala sekola/pengawas sekolah Anda, untuk mendapatkan masukan mereka.
4. Semoga Anda berhasil.

RANGKUMAN

Tindak lanjut suatu penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu tuntutan
“mutlak”, karena di sinilah sebenarnya esensinya kita melakukan PTK. Berdasarkan
rekomendasi yang eksplisit maupun yang tersirat dapat diidentifikasi sejumlah bentuk
tindak lanjut yang dapat dilakukan.
Beberapa bentuk tindak lanjut yang mungkin diimplementasikan adalah
melakukan perbaikan dan penyempurnaan pada penggorganisasian materi
pembelajaran, metodologi pembelajaran, pengelolaan kelas dan siswa, peningkatan
kompetensi guru, pengembangan armosfir akademik yang kondusif, peningkatan
dukungan orangtua dan masyarakat, pembenahan manajemen sekolah.
Jika intervensi melalui PTK tidak berhasil maka perlu dilakukan tindak lanjut
dalam bentuk review atas ketidakberhasilan pelaksanaannya. Sebaliknya, jika berhasil
intervensinya, bukan saja perlu diimplementasikan lebih lanjut, tetapi dapat dilakukan

12.33
diseminasi. Misalnya, melalui cara bedah buku, penulisan bersama, demonstrasi kerja,
colloqium, workshop, studium generale by request, dan seminar.
Di samping itu, hasil pelaksanaan PTK dapat ditindaklanjuti dengan
melaksanakan penelitian lanjutan, baik berupa PTK maupun non-PTK. Dalam kaitan
ini, perlu juga dipikirkan pengembangan kelembagaan yang akan mengkoordinasikan
pelaksanaan PTK di sekolah.

TES FORMATIF 1

Bacalah dengan seksama setiap pernyataan/pertanyaan, kemudian lingkari huruf


(A,B,C, atau D) di depan alternatif jawaban yang Anda anggap tepat atau paling tepat
untuk melengkapi pernyataan atau menjawab pertanyaan di atasnya.

1. Jika penelitian tindakan kelas tidak berhasil, tindak lanjut yang dilakukan
adalah ...
A. mereview ketidakberhasilnnya
B. mengulang kembali pelaksanan PTK
C. mengganti PTK dengan metode penelitian lain
D. membuat laporan pertanggungjawaban

2. Perbaikan dan penyempurnaan suatu aspek pembelajaran hasil PTK berdampak


pada perlunya penyesauaian pada aspek yang lain, karena pemberlajaran
merupakan suatu ...
A. strategi
B. teknik
C. model
D. sistem

3. Model penataan ruang kelas yang memudahkan penyesuaian dengan perbaikan


dan penyempurnaan penyelenggaraan pembelajaran apabila ...
A. tempat duduk siswa mudah dipindah-pindahkan
B. tempat duduk siswa terbuat dari bahan tahan banting
C. tempat duduk siswa memiliki sandaran dan pegangan tangan
D. tempat duduk siswa dibeli dengan harga relatif mahak

4. Keberhasilan guru menindaklanjuti hasil PTK tergantung pada berbagai faktor,


kecuali ...

12.34
A. kompetensi guru
B. pengalaman mengajar
C. gelar yang disandang
D. dukungan manajemen sekolah

5. Pengembangan atmosfir akademik atau kultur sekolah dapat dilakukan dengan


cara ...
A. menjalin kerjasama dengan dunia industri
B. membuat tata tertib untuk warga sekolah
C. memperbesar biaya pelatihan guru dalam anggaran sekolah
D. memnatasi waktu belajar hanya pada pagi hari saja

6. Peta masalah disarankan dipakai untuk memetakan ...


A. masalah pembelajaran yang cocok diteliti dengan ptk
B. masalah yang dihadapi siswa dan guru sehari-hari
C. masalah kesejahteraan guru yang memerlukan perhatian
D. masalah ketepatan waktu hadir dan disiplin kerja

7. Pelembagaan penelitian tindakan kelas (PTK) direkoemndasikan dengan


pertimbangan bahwa ...
A. tersedia dana operasional untuk melaksanakan ptk
B. kepala sekolah dan guru perlu bekerjasama secara harmonis
C. penelitian akan menjadi kebutuhan utama di masa depan
D. masalah pembelajaran akan terus muncul di kelas/sekolah

8. Diseminasi yang dilaksanakan dengan cara memberikan ceramah umum tentang


PTK atas permintaan sejumlah orang disebut ...
A. studium general
B. studium general by request
C. sosialisasi
D. ceramah bervariasi

9. Hasil akhir suatu kegiatan workshop lazimnya berbentuk ...


A. peningkatan pemahaman peserta tentang suatu topik
B. peningkatan kompetensi guru secara berkelanjutan
C. seperangkat aturan dan sanksi tentang pelaksanaan suatu pekerjaan
D. seperangkat produk yang akan digunakan untuk keperluan tertentu

10. Sasaran akhir suatu tindak lanjut kegiatan PTK harus bermanfaat bagi ...
A. perbaikan kondisi fisik dan nonfisik sekolah
B. peningkatan kemampuan manajerial kepala sekolah
C. perluasan wawasan dan profesionalitas guru
D. peningkatan kualitas dan hasil berlajar peserta didik

12.35
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di
bagian akhir Unit ini. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang Benar, kemudian
pergunakanlah rumus perhitungan di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda tentang bahan ajar dalam sub unit ini.

Rumus Perhitungan:
Banyaknya Jawaban yang Benar
Tingkat Penguasaan = × 100
10
Hasil perhitungan tersebut di atas dapat diberikan makna sebagai berikut:
1. Skor 90 – 100 berarti Sangat Baik
2. Skor 80 – 89 berarti Baik
3. Skor 70 – 79 berarti Cukup Baik
4. Skor 0 – 69 berarti Kurang

Apabila skor Anda mencapai 80 ke atas, yang berarti bahwa penguasaan Anda tentang
bahan ajar dalam sub-unit ini Baik atau Bagus !! , bahkan Sangat Baik !!!, maka Anda
dapat melanjutkan ke sub unit berikutnya. Namun, apabila tingkat penguasaan Anda
masih mendapatkan skor di bawah 80, maka Anda disarankan untuk mempelajari
kembali sub unit ini, khususnya pada bagian-bagian yang belum Anda kuasasi dengan
baik (PERHATIKAN pada nomor soal mana Anda masih keliru menjawabnya).

SUBUNIT 2

Membuat Rencana Tindak-Lanjut:


Suatu Ilustrasi Praktis

12.36
Kegiatan belajar dalam sub unit 2 akan membicarakan tindakan yang harus
dilakukan agar hasil PTK menjadi lebih baik. Di samping untuk memperbaiki
tindakan, perlu juga dicermati apakah instrumen (alat ukur, format observasi, format
isian dan sebagainya) yang digunakan sudah sesuai dengan informasi yang akan
dihimpun. Tidak jarang terjadi bahwa pengambilan keputusan mengenai hasil PTK
keliru karena kesalahan menggunakan instrumen. Oleh karena itu sejumlah jenis
instrumen PTK diperkenalkan dalam kegiatan belajar ini dengan catatan bahwa jenis
instrumen ini hanya sebagai contoh, anda dapat mengadakan penyesuaian sesuai
dengan keperluan anda.
Di bawah ini akan diuraikan hal-hal yang berkenaan dengan upaya
memanfaatkan hasil analisis dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran.
Kegiatan belajar ini diakhiri dengan uraian spesifik mengenai dampak positif yang
dapat dipetik dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK).

1. Pemanfaatan Waktu Belajar


Sebagai ilustarasi tentang hasil analisis, misalnya dapat dlihat uraian pada unit
9, subunit 2 sebelumnya, yang menunjukkan bahwa :
a. Pola pembelajaran sudah mengalami perbaikan antara lain,
pelaksanaan tes formatif telah terjadi sepanjang waktu pembelajaran, dan terjadi 6
x tes formatif (lisan dan tertulis). Ini sudah sesuai dengan pola pembelajaran
seyogyanya pertanyaan lisan lebih sering dilaksanakan.
b. Penggunaan waktu belajar dalam kegiatan pembelajaran antara lain:
Persentase (%)
No Jenis Kegiatan
Waktu Kegiatan
1. Mengadministrasikan siswa dan mengumpulkan PR 1,25%
2. Melaksanakan proses pembelajaran 73,12%
3. Mencatat pelajaran 7,50%
4. Melaksanakan tes formatif 16,88%
5. Lain-lain 1,25%
Sumber: Data ilustrasi (bukan data sesungguhnya)

Dari tabel di atas, tindak lanjut yang dapat dilakukan oleh guru adalah proses
pembelajaran sudah terkonsentrasi pada pelaksanaan proses belajar mengajar,
walaupun belum 75% dari waktu yang tersedia, namun sudah mendekati. Sehingga

12.37
perlu dilanjutkan pada pembelajaran berikutnya, tanpa mengurangi proses PTK yang
ke dua bahkan masih perlu ditingkatkan misalnya mengurangi waktu mencatat
pelajaran atau mengurangi pelaksanaan tes formatif.

2. Pengembangan Proses Berfikir Tinggi


Pada setiap kesempatan pembelajaran, pengembangan proses berpikir tinggi
(memahami, mengaplikasikan, menanalisis, mensintesis, dan mengevaluasi dari ranah
kognitif menurut taksonomi Bloom) harus ditingkatkan pembinaan atau pelatihannya.
Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak sebatas mampu menghafal, mengingat (seperti
pada kemampuan mengingat dalam ranah kognitif menurut taksonomi Bloom), tetapi
tidak mampu mengaplikasikan pengetahuannya dalam situasi lain dan dunia nyata,
untuk kemudian memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam dunia yang
semakin penuh dengan tantangan. Pengembangan dan latihan proses berfikir tinggi
sukar dilaksanakan melalui metode ceramah, lebih mudah pengembangannya kalau
menggunakan metode diskusi atau metode lain yang melibatkan partisipasi peserta
didik. Dalam praktiknya akan sangat memudahkan bila mana guru menyiapkan kasus
yang terjadi di sekitar peserta didik, untuk dibahas di dalam kelas. Kasus di sekitar
kita jumlahnya cukup banyak dan bervariasi dilihat dari proses berpikir. Untuk
membahas kasus mana yang harus didahulukan dari kasus lainnya berdasarkan pada
tingkat kesukaran.
Secara bertahap kasus yang mudah dibahas terlebih dahulu dilanjutkan pada
kasus yang sulit, guru perlu meningkatkan kegemaran membaca untuk memperoleh
sejumlah kasus yang dapat dijadikan alat bantu dalam pelaksanaan proses
pembelajaran.
Semua guru dalam satu sekolah seyogyanya melaksanakan upaya
pengembangan proses berpikir tinggi ini, agar supaya keberhasilannya cepat tercapai
dan gerakan ini diakukan bersama sehingga kemungkinan untuk pelaksanaan yang
langgeng (terus menerus) akan terjamin. Misalnya, setelah menjelaskan fakta, siswa
diajak mengembangkan konsep, atau setelah mendapatkan penjelasan tentang suatu
konsep atau prinsip, siswa diajak mengaplikasikannya dalam dunia nyata. Contoh
konkritnya, setelah guru menjelaskan cara mencari luas persegi panjang, siswa diajak
ke luar kelas, mengukur panjang dan lebar halaman sekolahnya, kemudian diajak
mencari luas halaman sekolahnya tesebut.

12.38
3. Pngembangan Nilai dan Sikap
Hasil analisis sebagaimana tercantum dalam tabel 9.13 (unit 9, subunit 2)
menggambarkan selama pembelajaran yang lamanya 40 menit telah tercatat adanya
upaya guru untuk mengembangkan sikap-sikap tertentu. Ini adalah salah satu
indikator yang baik dibandingkan dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan
selama ini.
Masih ada jenis-jenis sikap yang belum dikembangkan pada pertemuan tersebut
ataupun ada sejumlah sikap yang mendapatkan perhatian yang lebih besar dari jenis
sikap lainnya adalah suatu hal yang wajar. Namun kekurangan dalam pembelajaran
ini harus diperbaiki pada pembelajaran berikutnya. Ini berarti dalam proses
pembelajaran selama setahun, guru harus mengembangkan setiap jenis sikap yang
diamanatkan dalam undang-undang atau peraturan yang berlaku. Untuk memenuhi
harapan seperti ini, tabel 9.14 (unit 9, subunit 2) sebelumnya, terutama pada kolom 1,
tidak perlu diisikan jenis-jenis sikap yang akan diamati, tetapi dikosongkan. Pada saat
akan melaksanakan pembelajaran atau pada saat mengamati, guru atau pengamat
mencantumkan jenis-jenis sikap yang muncul atau diperkirakan muncul. Dengan kata
lain guru berupaya mempersiapkan alat pengumpul data yang sesuai dengan informasi
yang akan dihimpun. Misalnya, untuk menumbuhkan minat baca siswa kelas I,
pengenalan huruf menggunakan kertas berwarna-warni, agar tumbuh rasa senang
terlebih dahulu, kemudian, mereka diajak menyusun huruf dan mengkombinasikannya
satu huruf satu dengan lainnya, seperti dapat disusun ba, bu, bi, ba-bu, bi-bi, bu-bu,
sambil dinyanikan.

Latihan

Buatlah resume dari materi yang diuraikan dalam subunit 2 dalam bentuk peta konsep
(bagan sekamtik) pada kertas karton ukuran 40x60 cm, dengan tampilan semenarik
mujngkin.

Petunjuk mengerjakan latihan

1. Bacalah sekali lagi uraian dalam sub unit 2, yang berisi uraian raktis tentang
contoh tindak lanjut hasil pelaksanaan PTK, kemudian buatlah pointer-pointer
(semacam outline) resume Anda tesebut.

12.39
2. Buatlah rangkuman dari setiap aspek tersebut dalam bentuk kartu-kartu.
Kemudian tempatkan di atas kertas karton ukuran 40x60 cm yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
3. Buatlah hubungan dari masing-masing kartu rangkuman dimaksud dengan garis
(anak panah) sehingga membentuk suatu bagan/skema.
4. Ajaklah teman Anda sesama mahasiswa mendiskusikan resume.
5. Berdasarkan hasil diskusi dengan teman Anda tadi, perbaikilah resume tersebut,
sehingga menjadi sebuah peta konsep yang menarik. Semoga Anda mahasiswa
akan semakin meningkat prestasinya. Please !

RANGKUMAN

Suatu kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK), yang baik maupun yang kurang
baik selalu ada nilainya. PTK yang dilaksanakan secara baik dapat menjadi contoh
(model) bagi peneliti lain. Sebaliknya, PTK yang baik pelaksanaannya juga
bermanfaat, dalam pengertian dapat dijadikan acuan agar tidak melakukan kesalahan
yang sama oleh peneliti berikutnya. Di samping itu, hal-hal yang terlewatkan oleh
peneliti sebelumnya dapat disempurnakan oleh peneliti yang akan datang, sehingga
penelitian sebelumnya itu menjadi lebih sempurna.
Kegiatan PTK yang kurang berhasil dapat direview dan dievaluasi secara
seksama faktor-faktor penyebabnya, untuk kemudian dicarikan solusi, yang
direkomendasikan kepada peneliti berikutnya, agar penelitian berikutnya menjadi
lebih baik. Di pihak lain, kegiatan PTK yang sudah berhasil dapat disebarluaskan
kepada berbagai pihak ntuk diambil manfaatnya. Proses PTK yang baik dapat pula
menjadi model untuk dijadikan acuan dalam melaksanakan PTK pada masa
mendatang. Bentuk-bentuk diseminasinya antara dapat ditempuh dengan melakukan
kegiatan bedah buku, seminar, colloqium, studium general, bahkan pembuatan poster
bersama.

TES FORMATIF 2

Bacalah dengan seksama setiap pernyataan/pertanyaan, kemudian berikan


tanda silang (X) pada huruf (A,B,C, atau D) di depan alternatif jawaban yang Anda
anggap tepat atau paling tepat untuk melengkapi pernyataan atau menjawab
pertanyaan di atasnya.

12.40
1. Hasil pengamatan terhadap pemanfaatan waktu belajar dapat ditindaklanjuti
dengan ...
A. Keharusan menentapkan alokasi waktu belajar dalam RPP
B. Keharusan menggunakan jam tangan ketika mengajar
C. Keharusan memasang jam dinding besar di ruang kelas
D. Keharusan menyiapkan alarm pengingat tentang waktu belajar
2. Waktu belajar untuk setiap 1 (satu) jam pelajaran di SD adalah antara ...
A. 25-30 menit
B. 30-35 menit
C. 40-45 menit
D. 45-50 menit
3. Alokasi waktu untuk kegiatan inti sebaiknya ...
A. Lebih lama dari kegiatan awal
B. Sama dengan kegiatan awal
C. Sama dengan kegiatan akhir
D. Lebih sedikit dari kegiatan akhir
4. Pembelajaran yang memungkinkan terbentuknya kemampuan berpikir tingkat
tinggi dapat dilakukan dengan contoh ...
A. Menugaskan siswa menghafal perkalian
B. Menugaskan siswa datang ke sekolah lebih awal
C. Menugaskan siswa piket kebersihan secara rutin
D. Mengaitkan pembelajaran dengan situasi nyata
5. Pembelajaran tingkat tinggi dimungkinkan diterapkan untuk siswa SD kelas ...
A. I
B. I, II
C. I, II, III
D. I, II, III, IV
6. Soal tes esai yang berbunyi: “Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya
banjir”, cocok digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir menurut
Taksonomi Bloom dalam ranah kognitif ...
A. Pengetahuan
B. Pemahaman
C. Aplikasi
D. Analisis

12.41
7. Kemampuan berpikir menurut Taksonomi Bloom dalam ranah kognitif “sintesis”
dapat diukur, misalnya dengan membuat soal tes sebagai berikut ...
A. Jika siswa jarang masuk kelas tepat waktunya, masyarakat sering
mengeluhkan kondisi jalan yang rusak, dan pemerintah baru saja menaikkan
harga BBM, apa yang dapat disimpulkan dari fenomena tersebut?
B. Apa saja penyebab siswa sering datang terlambat ke sekolah?
C. Berapa persen kenaikan harga BBM yang diumumknan pemerintah tahun ini?
D. Berapa rata-rata jarak tempuh siswa dari rumah ke sekolahnya?
8. Kesenangan siswa terhadap suatu mata pelajaran dapat ditingkatkan antara lain
melalui ...
A. Memberikan beasiswa (dana BOS) secara tunai kepada siswa
B. Menggunakan peralatan komputer untuk administrasi sekolah
C. Memasang sound-system di setiap ruang kelas
D. Menggunakan media pembelajaran yang dapat didengar dan dilihat
9. Perhatian seorang siswa yang mulai menurun ketika mengikuti pelajaran dapat
dibangkitkan kembali dengan antara lain ...
A. Meminjamkan kaset lagu anak-anak yang sedang populer kepada yang
bersangkutan
B. Meminta siswa yang bersangkutan mencuci muka di kamar mandi sekolah
C. Menyelingi penjelasan pelajaran dengan humor yang sehat dan bernilai
edukatif
D. Mempersilakan siswa yang bersangkutan beristritahat di luar kelas sambil
menunggu pelajaran usai
10. Kemampuan berpikir tingkat tinggi dikembangkan melalui PTK secara ...
A. simultan dengan tingkat berpikir yang lebih rendah
B. gradual, dari yang terendah ke yang tertinggi
C. acak, sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya
D. transparan dan dapat dipertanggungjawabkan kebanarannya

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT


Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat
di bagian akhir Unit ini. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang Benar, kemudian
pergunakanlah rumus perhitungan di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda tentang bahan ajar dalam sub unit ini.

12.42
Rumus Perhitungan:

JumlahJawa banyangBen ar
TingkatPen guasaanAnd a = X 100
10

Hasil perhitungan tersebut di atas dapat diberikan makna sebagai berikut:


5. Skor 90 – 100 berarti Sangat Baik
6. Skor 80 – 89 berarti Baik
7. Skor 70 – 79 berarti Cukup Baik
8. Skor 0 – 69 berarti Kurang

Apabila skor Anda mencapai 80 ke atas, yang berarti bahwa penguasaan Anda
tentang bahan ajar dalam sub-unit ini Baik atau Bagus !! , bahkan Sangat Baik !!!,
maka Anda dapat melanjutkan ke sub unit berikutnya. Namun, apabila tingkat
penguasaan Anda masih mendapatkan skor di bawah 80, maka Anda disarankan untuk
mempelajari kembali sub unit ini, khususnya pada bagian-bagian yang belum Anda
kuasasi dengan baik (PERHATIKAN pada nomor soal mana Anda masih keliru
menjawabnya).

DAFTAR PUSTAKA

Elliot, J (1993), Action Research for Educational Change. Philadelphia: Open


University Press.

Hopkins, D., (1993). A Teacher’s Guide to Classrom Research. Bckinghaam: Open


University Press.

Kemmis, S., Mc Taggart, R., (1992). The Action Research Planner Victioria: Deaken
University.

12.43
McNiff, J. (1992). Action Research Principles an Practice. Kent: Mackays of
Chathan PLC.

Sugiyanto, Andang K. Adji, (1998). Penelitian Tindakan Kelas, Bagian kedua.


Jakarta: Proyek PGSM.

Surjadi, A, (1989), Membuat Siswa Aktif Belajar. Bandung: Mandar Maju.

--------, (2004). Strategi Pengelolaan Kelas. Jakarta: Direktorat Ketenagaan Ditjen


Dikdasmen, Depdiknas.

12.44
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

Tes Formatif 1

1. A. Ketiakberhasilan penelitian tindakan kelas harus dicarikan penyebabnya


dengan meninjau ulang (mereview) apa saja yang telah dilakukan
sebelumnya, dan bagaimana pelaksanaannya, untuk menjadi masukan
dalam kegiatan berikut agar tidak terjadi kesalahan yang beruakng.
2. D. Pembelajaran merupakan kegiatan melibatkan banyak unsur, yang satu
sama lainnya saling berkaitan, seperti guru, siswa, manajemen sekolah,
sarana dan prasarana, serta lingkungan.
3. A. Tempat duduk yang mudah dipindah-pindahkan akan mempermudah
penyesuaian dengan berbagai model/strategi pembelajaran yang digunakan
guru secara bergenti-ganti.
4. C. Gelar bukan jaminan bahwa seorng guru akan sukses menindaklanjuti hasil
PTK
5. B. Tata tertib mengatur hak dan kewajiban warga sekolah, sehingga jika
kewajiban dan hak dapat terlaksana dengan baik, maka akan tercipta situasi
yang mendukung pelaksanaan tindak lanjut PTK.
6. A. Tidak semua masalah pendidikan/pembelajaran di sekolah cocok diteliti
dengan PTK, oleh karena itu peta masalah penting untuk menentukan mana
maalah yang cocok/tidak cocok diteliti dengan PTK.
7. D. Pada masa depan, penelitian akan menjadi penting di sekolah, terutama
dalam rangka pengmbangan profesi dan karir guru (lihat ketentuan kenaika
pangkat guru Golongan IV/a ke atas, persyaratan calon kepala sekolah, dan
tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah, serta Rencana Peraturn
Pemerintah tentang Guru yang juga mewacanakan pentingnya
penelitian/kerja ilmiah umumnya)
8. B. Studium generale berarti ceramah umum (studium = ceramah, egenrale =
umum), dan by request berarti atas permintaan.
9. D. Dari kata workshop terkandng makna “kerja” (work), dan setiap suatu
pekerjaan akan diakhiri dengan produk (barang) maupun jasa yang
spesifikasinya dibuat dalam bentuk dokumen (tertulis).
10 D. Sesuai dengan namanya, penelitian tindakan kelas (PTK) harus bermanfaat
. langsung untuk membenahi proses yang terjadi di kelas. Oleh karena
sebagian besar kegiatan pembelajaran berlangsung di kelas, maka PTK
harus bermanfaat untuk perbaikan pembelajaran yang dikuti siswa.

12.45
Tes Formatif 2

1. A. Keharusan menentapkan alokasi waktu belajar dalam RPP, karena dengan


demikian guru sudah mengetahui sejak dini alokasi waktu untuk setiap
tahapan pembelajaran yang akan dilaksanakannya.
2. B. 30-35 menit, karena satuan waktu pada rentang tersebut tidak menyebabkan
siswa SD kelelahan, meskipun sampai belajar 3 jam berturut-turut dalam 1
(satu) kali pertemuan.
3. A. Lebih lama dari kegiatan awal (maupun akhir), karena memang untuk
kegiatan inti harus tersedia waktu yang memadai, sehingga dimungkikan
terjadi proses dialogis dan variasi aktivitas yang lebih banyak.
4. D. Mengaitkan pembelajaran dengan situasi nyata, sehingga siswa terbiasa
menerapkan apa yang dipelajari dalam situasi lain (tingkatan aplikasi) dan
menyesuaikan dengan tantangan yang dihadapi (kemampuan analisis,
sintesis, bahnkan evaluasi)
5. D. I, II, III, IV, karena proses berpikir tingkat tinggi dapat diterapkan untuk
semua tingkat perkembangan siswa, asalkan dengan melakukan
penyesuaian seperlunya.
6. D. Analisis, karena tingkatan analsis teruwujud antara lain dalam kemampuan
mencari faktor penyebab suatu persoalam
7. A. Jika siswa jarang masuk kelas tepat waktunya, masyarakat sering
mengeluhkan kondisi jalan yang rusak, dan pemerintah baru saja menaikkan
harga BBM, apa yang dapat disimpulkan dari fenomena tersebut?, karena
soal tes ini menuntut kemampuan menyimpulkan (mensistesis) berbagai
fenomena yang menjadi indikator suatu isu (konsep, teori, prinsip)
8. D. Menggunakan media pembelajaran yang dapat didengar dan dilihat akan
membuat aktivitas pengenagaran dan penglihatan siswa (yang merupakan
aktivitas utama dalam belajar) diaktifkan.
9. C. Menyelingi penjelasan pelajaran dengan humor yang sehat dan bernilai
edukatif akan menyegarkan suasana batin siswa yang mulai lelah
terbangkitkan kembali untuk bergairah dalam belajar.
10 B. Gradual atau bertahap, karena memang kemampuan berpikir tinggi akan
. mudah dikuasai jika kemampuan berpikir tingkat rendah sudah dikuasai
dengan baik dan tuntas.

12.46
12.47
GLOSARIUM

Atmosfir akademik adalah suasana fisik dan non-fisik sekolah yang kondusif atau
menunjang proses pendidikan dan pembelajaran (kegiatan akademik)

Bedah buku adalah suatu pertemuan yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa orang
dengan membaca satu buku yang sama atau berbeda, untuk kemudian
dipresentasikan dan didiskusikan bersama peserta/anggota kelompok diskusi.

Berpikir adalah suatu proses mental dalam melakukan pengolahan simbolis yang
diarahkan pada pengertian yang lebih baik mengenai lingkungan dan dirinya
sendiri.

Berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan melakukan analisis, sintesis, dan evaluasi
menurut ranah kognitif dalam taksonomi Bloom.

Colloqium adalah kegiatan belajar (pada tataran pendidikan sarjana atau orang
dewasa) yang dilakukan dalam bentuk konferensi untuk membahas proyek
penelitian bertaraf lanjutan.

Demonstrasi adalah memeragaan atau mempertunjukan tentang cara melakukan atau


mengerjakan sesuatu.

Diseminasi adalah penyebarluasan gagasan, doktrin, dan informasi pada umumnya


kepada khalayak yang lebih luas.

Divisi adalah kelompok dalam suatu organisasi atau instituti.

Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang berada di luar program yang tertulis dalam
kurikulum atau jadwal pelajaran di sekolah.

Hak adalah kewenangan untuk menuntut sesuatu.

Intrakurikuler adalah kegiatan utama yang terjadwal dan berhubungan langsung


dengan kegiatan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum.

Kewajiban adalah sesuatu tugas yang harus dilaksanakan

Kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasan berpikir dan bertindak.

Kultur sekolah adalah kualitas kehidupan sebuah sekolah yang tumbuh dan
berkembang berdasarkan spirit dan nilai-nilai tertentu yang dianut sekolah.

Manajemen adalah proses pendayagunaan sumberdaya secara efektif untuk mencapai


suatu tujuan atau sasaran.

Pengelolaan kelas adalah suatu seni mengoptimalkan sumberdaya kelas untuk


penciptaan proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

12.48
Request adalah permintaan atau permohonan yang diajukan untuk memenuhi
kebutuhan atau keinginan tertentu.

Review adalah memberikan pertimbangan atau menguji kembali suatu karya atau
kegiatan.

Seminar adalah pertemuan atau persidangan untuk membahas suatu masalah di


bawah pimpinan ahli (moderator) yang menguasai permasalahan tersebut.

Studium generale adalah ceramah atau kuliah umum yang dilakukan oleh seorang
penceramah ahli (pakar), pejabat, atau tokoh dalam bidang tertentu.

Studium generale by request adalah kuliah umum yang dilaksanakan oleh sejumlah
orang dengan mengidentifikasi persoalan/permasalahan yang dihadapi (yang
dapat disusun menjadi sejumlah pertanyaan), kemudian daftar
permasalahan/pertanyaan tersebut direspon oleh seorang penceramah.

Workshop adalah pertemuan sejumlah orang di bawah arahan beberapa pakar (ahli)
untuk membahas dan menghasilkan suatu karya/produk aplikatif dalam
mengatasi suatu permasalahan.

12.49

You might also like