You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Percobaan


Pembiasan yang terjadi pada lensa mengikuti hukum pembiasan.
Kelengkungan lensa cembung yang seperti itu menyebabkan cahaya yang keluar
dari lensa akan selalu mendekati sumbu. Lensa cembung bersifat mengumpulkan
cahaya, atau bersifat konvergen. Pada jarak tertentu dari lensa akan dapat
ditemukan satu titik di mana cahaya itu terkumpul, selanjutnya titik tersebut
dinamakan titik api lensa atau fokus lensa. Karena tempat cahaya terkumpul ini
dapat ditangkap dengan layar, maka dikatakan lensa cembung mempunyai titik
api sejati. Titik api lensa cembung tergantung dari kelengkungan lensa tersebut.
Lensa yang mempunyai jari-jari kelengkungan kecil akan mempunyai jarak titik
api yang kecil pula. Sebaliknya yang mempunyai jari-jari kelengkungannya besar
mempunyai jarak titik api yang besar.

1.2 Batasan Masalah


Sesuai dengan praktikum yang telah kami lakukan tentang gaya Lorentz maka
kami hanya membatasi pada:
1.2.1 Apakah bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung selalu bersifat
nyata, terbalik, dah diperbesar ?
1.2.2 Apa saja yang mempengaruhi pembesaran bayangan ?
1.2.3 Apakah jarak bayangan mempengaruhi besarnya titik fokus (f) ?

1.3 Tujuan Percobaan


Memahami sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung.

1.4 Metodelogi
Metodologi adalah cara atau teknik yang digunakan seseorang dalam
mencapai tujuan. Adapun dalam penyusunan laporan akhir ini, kami
menggunakan beberapa metode, metode tersebut antara lain:
1.4.1 Metodologi Langsung
Metode langsung yang kami lakukan yaitu dengan melakukan
praktikum langsung di laboratorium fisika dasar dengan menggunakan

1
alat dan bahan yang telah disediakan, untuk mendapatkan data-data
untuk menghitung langsung pembesaran yang dibentuk oleh lensa
cembung dengan benar.
1.4.2 Metodologi Tak Langsung
Kami menggunakan buku sebagai refrensi dalam menulis laporan
akhir ini. Dan kami juga mengambil beberapa contoh data untuk
menyesuaikan lagi dalam perhitungan hasil akhir.

1.5 Sistematika Penulisan


Dalam penyusunan laporan akhir ini, kami menggunakan sistematika sebagai
berikut:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Pembatasan Masalah
1.3 Tujuan Percobaan
1.4 Metodologi
1.4.1 Metodologi Langsung
1.4.2 Metodologi Tak Langsung
1.5 Sistematika
BAB II KERANGKA TEORI
2.1 Teori
2.2 Hipotesis
BAB III PELAKSANAAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.1 Persiapan
3.1.1 Alat dan Bahan
3.2 Pelaksanaan
3.2.1 Cara Kerja
3.3 Pengolahan Data
3.3.1 Data Ruangan
3.3.2 Lembar Data

2
3.3.3 Data Hasil Pengamatan
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL
BAB V
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN LAPORAN PENDAHULUAN

3
BAB II
KERANGKA TEORI

2.1 Konsep Teori


Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua bidang bias. Lensa
Cembung (konveks) memiliki bagian tengah yang lebih tebal daripada bagian
tepinya. Lensa cembung terdiri atas 3 macam bentuk yaitu lensa bikonveks
(cembung rangkap), lensa plankonveks (cembung datar) dan lensa konkaf
konveks (cembung cekung).
Lensa cembung disebut juga lensa positif. Lensa cembung memiliki sifat
dapat mengumpulkan cahaya sehingga disebut juga lensa konvergen. Apabila
ada berkas cahaya sejajar sumbu utama mengenai permukaan lensa, maka
berkas cahaya tersebut akan dibiaskan melalui satu titik.
Dari gambar di samping terlihat bahwa sinar bias mengumpul ke satu titik
fokus di belakang lensa. Berbeda
dengan cermin yang hanya
memiliki satu titik fokus, lensa
memiliki dua titik fokus. Titik
fokus yang merupakan titik
pertemuan sinar-sinar bias
disebut fokus utama ( ) disebut
juga fokus aktif. Karena pada lensa cembung sinar bias berkumpul di belakang
lensa maka letak nya juga di belakang lensa. Sedangkan fokus pasif ( )
simetris terhadap . Untuk lensa cembung, letak ini berada di depan lensa.
2.1.1Sinar istimewa pada lensa cembung
Ada tiga tiga sinar istimewa pada lensa cembung.
a. Sinar sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus F.

4
b. Sinar melalui F dibiaskan sejajar sumbu utama.

c. Sinar melalui pusat optik tidak dibiaskan.

Titik fokus lensa cembung dapat ditentukan dengan suatu rumus yang disebut
rumus pembuat lensa (lens maker equation) seperti tertulis di bawah ini :

Keterangan: f = jarak titik fokus lensa cembung.


n = indeks bias lensa.
R1 = radius kelengkungan permukaan 1 lensa.
R2 = radius kelengkungan permukaan 2 lensa.
Cara menentukan nilai R1 dan R2 apakah positif atau negatif dapat dilihat pada
aturan lensa. Berapapun nilai R1 dan R2 titik fokus dari lensa cembung selalu
positif.
Selain itu kita juga dapat menggunakan rumus yang sama dengan cermin
cekung, yaitu:

5
Keterangan: So = Jarak benda
S1 = Jarak bayangan
f = jarak fokus
M = Perbesaran bayangan
h0 = Tinggi benda
h1 = Tinggi bayangan
R = Jari-jari
2.1.2Langkah-langkah pembentukan bayangan pada lensa cembung
a. Lukis dua buah sinar istimewa (agar lebih sederhana gunakan sinar
istimewa pada poin 1 dan 3)
b. Sinar selalu datang dari depan lensa dan dibiaskan ke belakang lensa.
Perpanjangan sinar-sinar bias ke depan lensa dilukis sebagai garis
putus-putus.
c. Perpotongan kedua buah sinar bias yang dilukis pada langkah 1
merupakan letak bayangan. Jika perpotongan didapat dari sinar bias,
terjadi bayangan nyata, tetapi jika perpotongan didapat dari
perpanjangan sinar bias, bayangan yang dihasilkan adalah maya.
Contoh:

Sifat bayangan: Nyata, terbalik, diperbesar.

6
Selain dengan melukis bayangan , kita juga dapat menentukan sifat bayangan
dengan menggunakan metode penomoran ruang berdasarkan aturan Esbach.
Seperti pada pemantulan cahaya, pada pembiasan cahaya juga digunakan
dalil Esbach untuk membantu menentukan posisi dan sifat-sifat bayangan yang
dibentuk oleh lensa positif. Untuk lensa nomor ruang untuk benda dan nomor
ruang untuk bayangan dibedakan. Nomor ruang untuk benda menggunakan
angka Romawi (I, II, III, dan IV), sedangkan untuk ruang bayangan menggunakan
angka Arab (1, 2, 3 dan 4) seperti pada gambar berikut ini:

Seperti tampak pada gambar untuk ruang benda, ruang I antara pusat optik
dan F2, ruang II antara F2 dan 2F2 serta ruang III di sebelah kiri 2F2, sedangkan
ruang IV benda (untuk benda maya) ada di belakang lensa. Untuk ruang
bayangan, ruang 1 antara pusat optik dan F 1, ruang 2 antara F1 dan 2F1 serta
ruang 3 di sebelah kanan 2F1, sedangkan ruang 4 (untuk bayangan maya) ada di
depan lensa.
Sama seperti pada pemantulan cahaya pada cermin lengkung, posisi
bayangan ditentukan dengan menjumlahkan nomor ruang benda dan nomor
ruang bayangan, yakni harus sama dengan lima. Misalnya benda berada di ruang
II, maka bayangan ada di ruang 3. Lengkapnya dalil Esbach untuk lensa dapat
disimpulkan sebagai berikut.
Dalil Esbach:
1. Jumlah nomor ruang benda dan nomor ruang bayangan sama dengan
lima.
2. Untuk setiap benda nyata dan tegak:
a. Semua bayangan yang terletak di belakang lensa bersifat nyata dan
terbalik.

7
b. Semua bayangan yang terletak di depan lensa bersifat maya dan
tegak.
3. Bila nomor ruang bayangan lebih besar dari nomor ruang benda, maka
ukuran bayangan lebih besar dari bendanya dan sebaliknya.

2.2 Hipotesis
Sebelum percoban ini dilakukan, kami memperoleh menduga bahwa semakin
jauh jarak benda terhadap lensa maka bayangannya pun akan semakin kecil.

8
BAB III
PELAKSANAAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Persiapan
3.1.1 Alat dan Bahan
Adapun peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah sebagai berikut :
a. Kotak cahaya
b. Pemegang kotak cahaya
c. Rel presisi
d. Kaki rel
e. Penyambung rel
f. Layar putih
g. Pemegang slaid diafragma
h. Tumpakkan berpenjepit
i. Lensa f=+300 mm bertangkai
j. Lensa f=+100 mm bertangkai
k. Diafragma anak panah
l. Catu daya
m. Kabel penghubung

3.2 Pelaksanaan
3.2.2 Cara Kerja
a. Menyiapkan alat-alat percobaan sesuai daftar.
b. Menyusun alat-alat percobaan seperti gambar.

9
c. Menggunakan bagian belakang kotak cahaya untuk menghasilkan
sinar menyebar.
d. Mengatur jarak antara lensa f=+100 mm dengan sumber cahaya
sejauh ±10 cm.
Catatan: lensa ini digunakan sebagai kolimator untuk mensejajarkan
sinar yang dating dari sumber cahaya.
e. Menggunakan diafragma anak panah sebagai benda yang diterangi
sumber cahaya.
f. Menyalakan catu daya
g. Mengatur Jarak benda sejauh 40 cm .
h. Menggeser layar sedemikian sehingga terbentuk bayangan tajam
pada layar. Amati bayangan yang terbentuk di layar.
i. Membandingkan arah bayangan dengan arah benda. Kemudian
amati ukuranya, apakan sama besar , labih kecil, atau lebih besar dari
benda?
j. Melakukan percobaan tersebut sebanyak 3x.
k. Mengulangi cara tersebut untuk jarak 50 cm dan 60 cm.

3.3 Pengolahan Data


3.3.1 Data Ruangan
Percobaan Suhu Kelembaban
Sebelum 27° C 27 %
Sesudah 26° C 26 %

3.3.2 Lembar Data


NAMA PRAKTIKUM : Lensa Cembung
TANGGAL PERCOBAAN : 8 Juli 2010
NAMA PRAKTIKAN : Anita Ferotika
Ardi Saputra
3.3.3 Data Hasil Pengamatan Dewi Ratna Ningsih

10
S' (m) f (m)
S (m)
1 2 3 1 2 3
0,4 1,313 1,369 1,372 0,307 0,310 0,310
0,5 0,824 0,823 0,826 0,311 0,311 0,312
0,6 0,63 0,635 0,635 0,307 0,308 0,308

3.3.4 Perhitungan statistik

a.

11
b.

12
13
c.

14
15
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

16
Dari praktikum yang telah kami lakukan, kami dapat menyimpulkan bahwa
dalam praktikum lensa cembung ini jika benda yang berada jauh dari lensa, akan
terbentuk bayangan nyata, diperkecil, terbalik, di sisi lain dari benda. Sedangkan
untuk benda yang berada pada jarak yang cdukup dekat dengan lensa tetapi
masih di luar jarak titik api lensa, akan terbentuk bayangan nyata, diperbesar,
terbalik, juga di sisi lain dari benda. Dan pada benda yang berada kurang dari titik
api lensa, akan terbentuk bayangan maya yang diperbesar, sama tegak pada sisi
yang sama dari bendanya.

4.2 Saran
Dengan adanya laporan akhir ini, kami ingin menyampaikan beberapa saran
agar para praktikan dalam melakukan percobaan ini harus memperhatikan
ketelitian terhadap alat ukur yang digunakan. Para praktikan harus cermat dan
teliti dalam membaca jarak benda terhadap jarak bayangan. Karena ketepatan
dalam membaca jarak tersebut sangat mempengaruhi data yang akan didapat.
Karena ketelitian dan kehati-hatianlah yang menentukan hasil yang sesuai
dengan data yang kita peroleh, dan sebaiknya untuk para praktikan
menggunakan alat yang masih bagus. Karena kelayakan alat sangat menentukan
dalam praktikan ini. Selain itu juga sebaiknya sebelum melakukan praktikum alat
sudah disiapkan terlebih dahulu agar tidak banyak waktu yang terbuang hanya
untuk mempersiapkan alat. Begitu juga dengan pembimbing, agar dapat
memberikan arahan yang benar-benar.

DAFTAR PUSTAKA

Keenan, 1980, Kimia untuk Universitas Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

17
Petrucci, Ralph. H, 1987, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2 Edisi 4,
Erlangga, Jakarta.

Syukri, S, 1999, Kimia Dasar 1, ITB, Bandung.

18

You might also like